BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pemaparan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Yogyakarta menguraikan beberapa gambaran umum mengenai Profil SMA Negeri 1 Yogyakarta, Sejarah SMA Negeri 1 Yogyakarta, Visi dan Misi SMA Negeri 1 Yogyakarta, Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Yogyakarta, Keadaan Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Yogyakarta, Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Yogyakarta. Pemaparan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Yogyakarta akan diawali uraian tentang Profil SMA Negeri 1 Yogyakarta yang akan disajikan sebagai berikut. 1. Profil SMA Negeri 1 Yogyakarta Berdasarkan dokumen dari SMA Negeri 1 Yogyakarta bahwa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Teladan Yogyakarta merupakan sebuah sekolah negeri unggulan di kota Yogyakarta. SMAN 1 Yogyakarta yang menempati gedung di Jalan Pakuncen atau Jalan H.O.S. Cokroaminoto 10 Yogyakarta pernah ditunjuk sebagai sekolah unggulan pada tahun 1995, sekolah berwawasan keunggulan pada tahun 1998. Mulai tahun 2001/2002 sekolah ini telah memulai program percepatan akselerasi pendidikan dan ditunjuk sebagai sekolah model budi pekerti juga sebagai sekolah model Agama Islam. Pada tahun pelajaran 2004 – 2005 membuka program Kelas Bertaraf Internasional dan mulai tahun ajaran 2008 – 2009 mulai menerapkan RSBI untuk semua kelas (Sumber: Dokumen SMA Negeri 1 Yogyakarta).
54
2. Sejarah SMA Negeri 1 Yogyakarta Semula SMA Negeri 1 Yogyakarta bernama “Algernere Midlebaar School” (AMS) Afdelling Yogyakarta yang kemudian menjadi SMA A. Pada tahun 1957 oleh Pemerintah Republik Indonesia (dengan surat keputusan Nomor 12607/a/c tertanggal 16 Desember 1957) SMA I/A dan SMA 2/A dilikuidasi menjadi SMA Teladan yang menempati gedung di Jalan Pakuncen atau Jalan H.O.S. Cokroaminoto 10 Yogyakarta. Sebagai SMA Teladan, SMA Negeri 1 Yogyakarta yang diberikan amanat untuk merumuskan program-program pembelajaran yang akan digunakan di SMA lain se-Indonesia. Program tersebut kemudian diuji cobakan di lima SMA Teladan se-Indonesia yaitu di kota Yogyakarta, Bukittinggi, Medan, Jakarta, dan Surabaya. Pada tahun 1961 sampai dengan sekarang program tersebut dipakai secara resmi oleh SMA di Indonesia. Kemudian berdasarkan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 097atLI3/QIKpts11995 tertanggal 24 Mei 1995, SMA Negeri 1 Yogyakarta ditunjuk sebagai sekolah unggulan yang kemudian pada tahun 1998 disempurnakan dengan penggunaan istilah Sekolah Berwawasan Keunggulan. Pada tahun pelajaran 2001/2002, SMA Negeri 1 Yogyakarta ditugasi untuk
menyelenggarakan program
percepatan (akselerasi) pendidikan
berdasarkan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 511/C/KP/MN 2002. SMA Negeri 1 Yogyakarta mempunyai visi menghasilkan keluaran yang berakar
55
budaya bangsa, berwawasan kebangsaan, dan bercakrawala global. Visi tersebut kemudian diwujudkan menjadi 4 misi yaitu: 1. Mengembangkan kemampuan akademik berstandar internasional dengan menerapkan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku, baik kurikulum lokal, nasional, maupun internasional. 2. Mengembangkan kedisiplinan, kepemimpinan serta ketaqwaan melalui berbagai kegiatan kesiswaan baik melalui organisasi siswa, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan, maupun kegiatan lain yang berakar budaya bangsa. 3. Mengembangkan sikap berkompetisi yang sportif melalui berbagai bidang dan kesempatan dengan mengedepankan aspek kebangsaan. 4. Menanamkan nilai keteladanan dan budi pekerti luhur melalui pengembangan kultur sekolah yang sesuai dengan norma keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan kebangsaan (Observasi tanggal 23 Juli 2013). SMA Negeri 1 Yogyakarta, selama bertahun-tahun menunjukkan prsetasi yang membanggakan, yakni setiap tahunnya sekitar 94% sampai dengan 98% keluarannya dapat memasuki Perguruan Tinggi Negeri ternama, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di samping itu, beberapa siswanya sering menjuarai Lomba Karya Ilmiah Remaja dan berbagai event lomba, baik tingkat daerah, nasional maupun internasional (Hasil wawancara dengan Bapak Drs. Subadiyana, hari Selasa tanggal 23 Juli 2013 pukul 10.30 WIB). 3. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Yogyakarta Tujuan pendidikan SMA Negeri 1 Yogyakarta secara institusional tercantum
dalam visinya
menghasilkan
keluaran
yaitu
yang
Terwujudnya sekolah
berakar
budaya
bangsa,
yang mampu berwawasan
kebangsaan, dan bercakrawala global. Untuk mencapai visi tersebut, maka SMA Negeri 1 Yogyakarta menetapkan empat misi penting, yaitu: 56
1. Mengembangkan kemampuan akademik berstandar internasional dengan menerapkan dan mengembangkan kurikulum yang berlaku, baik kurikulum lokal, nasional, maupun internasional. 2. Mengembangkan sikap kedisiplinan, kepemimpinan, serta ketaqwaan melalui berbagai kegiatan kesiswaan baik melalui organisasi siswa, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan keagamaan, maupun kegiatan lain yang berakar budaya bangsa. 3. Mengembangkan sikap berkompetisi yang sportif melalui berbagai bidang dan kesempatan dengan mengedepankan aspek kebangsaan. 4. Menanamkan nilai keteladanan dan budi pekerti luhur melalui pengembangan kultur sekolah yang sesuai dengan norma keagamaan, sosial-kemasyarakatan, dan kebangsaan (Observasi tanggal 23 Juli 2013). Dengan adanya visi dan misi diatas, secara faktual SMA Negeri 1 Yogyakarta mengalami banyak kemajuan di berbagai hal, baik di bidang akademik maupun non akademik termasuk peningkatan iman dan taqwa. Hal ini terlihat dari kegiatan rutin yang dilakukan oleh para siswa dan gurunya. Selain itu, tidak ketinggalan berbagai prestasi yang diraih diberbagai bidang telah menjadikan bukti prestasi yang membanggakan bagi SMA Negeri 1 Yogyakarta (Wawancara dengan Bapak Drs. Subadiyana pada hari Selasa 23 Juli 2013). 4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Yogyakarta Sebagaimana kita ketahui bahwa organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, organisasi yang ada di SMA Negeri 1 Yogyakarta merupakan sekelompok manusia yang membagi kerja dan tanggungjawab sesuai dengan tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun struktur organisasi SMA Negeri 1 Yogyakarta adalah sebagai berikut:
57
KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH
ALUMNI
TATA USAHA
Wakasek Urusan Kurikulum
Wakasek Urusan Kesiswaan
Wakasek Urs.Sarana Prasarana
Program Akselerasi
Program Internasional
Wakasek Urusan Humas
GURU
SISWA Gambar 1.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Yogyakarta (Observasi pada tanggal 23 Juli 2013) (Sumber Data: Administrasi TU SMA Negeri 1 Yogyakarta)
58
5. Keadaan Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Yogyakarta Jumlah tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Yogyakarta secara keseluruhan terdiri dari: Kepala Sekolah 1 orang, Wakil Kepala Sekolah 1 orang, Guru PNS 61 orang. Jumlah tenaga kependidikan seluruhnya 29 orang. Secara rinci data tenaga pendidik SMA Negeri 1 Yogyakarta dapat dilihat seperti pada Tabel 1: Tabel. 1 Keadaan Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Yogyakarta PENDIDIKAN
KEPEGAWAIAN
TENAGA SMP SMA D3 PENDIDIK
71
KEPENDIDIKAN
29
2
9
2
S1
S2
61
10
S3
PNS NABAN
16
GTT/ PTT
61
1
9
18
2
9
(Obsevasi pada tanggal 23 Juli 2013) (Sumber Data: Administrasi TU SMA Negeri 1 Yogyakarta) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta berjumlah 71 orang yang terdiri dari guru tetap (61 orang) dan guru tidak tetap (9 orang). Sedangkan karyawan berjumlah 29 orang yang terdiri dari karyawan tetap (16 orang) dan karyawan tidak tetap (9 orang). Guru berpendidikan S2 berjumlah 10 orang, S1 berjumlah 61 orang. 6. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Yogyakarta Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah dibawah kordinasi wakil kesiswaan yang bertujuan untuk
59
menggali, menumbuhkan dan mengembangkan bakat minat potensi dan kecakapan siswa yang akan berguna kelak di masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan diluar jam pelajaran, tetapi masih ada kaitannya atau mendukung mata pelajaran tertentu. Pada prinsipnya maksud dan tujuan ekstrakurikuler yaitu: a. Untuk memperdalam dan memperluas pengalaman siswa, mengenal hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat serta melengkapi mata upaya pembinaan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti: 1) Memiliki rasa dan tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2) Berbudi pekerti luhur 3) Memiliki pengetahuan dan keterampilan 4) Sehat jasmani dan rohani 5) Berkepribadian yang mantap dan mandiri 6) Memiliki rasa dan tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan b. Di SMA Negeri 1 Yogyakarta kegiatan ekstrakurikuler meliputi : 1) Nila Pangkaja (Teater) 2) Sigma (Jurnalistik) 3) Teladan Junior Red Cross (PMR) 4) Teladan Science Club (KIR) 5) Scout (Pramuka) 6) Teladan Hiking Association (Pecinta Alam) 60
7) All Nation Teenagers (Bahasa Asing) 8) Teladan Robotic Club 9) Kasat (Pecinta Sastra) 10) Klub Filateli (Pengumpul Perangko) 11) Peleton Inti (TONTI) 12) Kerohanian Islam (ROHIS) 13) Kerohanian Khatolik (ROHKAT) 14) Kerohanian Kristen (ROHKRIS) 15) Koperasi Teladan 16) Taekwondo 17) Pencak Silat 18) Basket 19) Band/Musik 20) Vokal Group Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa diwajibkan mengikuti latihan kegiatan ekstrakurikuler wajib dan memilih salah satu ekstrakurikuler pilihan. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi siswa yang ingin mengikuti dua atau lebih ekstrakurikuler pilihan tetap diperbolehkan, asalkan siswa tersebut dapat membagi waktu dan berdasarkan saran dari sekolah siswa harus memprioritaskan salah satu pilihan. Sebagaimana telah diatur dalam jadwal, antara ekstrakurikuler pilihan satu dengan yang lainnya tidak berbenturan. Bimbingan atau pemandu kegiatan ekstrakurikuler ini sebagian besar dari guru atau staf SMA Negeri 1 Yogyakarta.
61
Penerimaan
anggota
ekstrakurikuler
dilaksanakan
dengan
cara
penyebaran angket kepada seluruh siswa kelas X setiap awal tahun pelajaran. Dengan harapan agar siswa dapat memilih jenis ekstrakurikuler yang diminati. B. Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah didapatkan melalui proses pengumpulan data, analisis data, dan verifikasi. Sistematika deskripsi penelitian ini akan disajikan secara runtut sesuai dengan masalah penelitian sebagaimana telah diulas pada Bab 1 penelitian ini. 1. Aktivitas Kesenian sebagai Program Pembelajaran Ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Yogyakarta
Kegiatan
Sebelum mendapatkan gambaran mengenai aktivitas kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta dari para “pekerja” kesenian disana, diperlukan juga pandangan
umum
pihak
sekolah
dalam
menempatkan
pembelajaran
ekstrakurikuler di sekolah tersebut. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta, Drs. Zamroni, M.Pd.I pada wawancara tanggal 24 Juli 2013 menegaskan bahwa semua bentuk kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari kesenian hingga olahraga didisain untuk membentuk karakter siswa. Kegiatan-kegiatan kurikuler di kelas barangkali memberikan titik tekan yang lebih besar pada kognitif, dan dalam situasi tersebut kegiatan ekstrakurikuler diharapkan akan melengkapi dengan afektif dan psikomotorik. Bapak Zamroni menjelaskan bahwa: Kami mengharapkan karakter itu harus mendominasi. Lewat itulah maka karakter itu akan diintegrasikan termasuk kesenian. Bagaimana merekan itu tetap dengan fisik menekankan pendidikan karakter masuk dalam kesenian. Karena kesenian itu adalah sesuatu yang punya
62
sensivitas yang sangat tinggi maka itu akan relevan jika untuk mengembangkan karakter. Justru lewat kesenian itulah karakter akan mampu diintegrasikan, karena kan memang potensi kehalusan dalam sensivitasnya itu nanti akan punya peluang yang sangat besar untuk dikembangkan (Wawancara pada hari Rabu tanggal 24 Juli 2013). Pada kenyataannya berbagai kegiatan ekstrakurikuler telah memberikan sumbangsih kepada pembentukan karakter siswa-siswa. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler, termasuk kesenian, telah mendukung upaya sekolah untuk membangun insan sekolah yang tidak hanya cerdas, namun juga berkarakter baik. Seperti disyukuri oleh Kepala Sekolah, “Memang kenyataannya termasuk SMA 1 kan dari sisi anak-anaknya memang anak-anak yang baik, dari segi karakternya cukup baik.” Menurut Didit Waluyono, M.Pd., salah satu guru PKn, kegiatankegiatan ekstrakurikuler telah ikut mendidik siswa-siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta. Ekstrakurikuler telah melaksanakan kegiatan seperti pelatihanpelatihan. Pelatihan tidak hanya membuat siswa pintar dan banyak tahu (wellknown dan well-informed), tapi juga cakap dan cekatan. Ekstrakurikuler dengan demikian telah melengkapi pendidikan menyeluruh di sekolah. Di samping itu, melalui atau di dalam kegiatan ekstrakurikuler kita melakukan diskusi-diskusi. Diskusi tersebut akan juga membentuk siswa. “Di dalam bentuk diskusi ini kan ada suatu sikap anak yaitu saling menghargai, saling menghormati, dan tidak memaksakan kehendak,” demikian ditegaskan oleh Bapak Didit Waluyono melalui wawancara pada hari Kamis tanggal 25 Juli 2013.
63
Di samping itu kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler juga dilakukan dalam bentuk bakti sosial, kunjungan-kunjungan ke Panti Asuhan, dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak akan ditumbuhkan dengan beberapa karakter baik seperti memiliki rasa iba, rasa kasihan, dan lain sebagainya. Kemudian memiliki rasa kepedulian sesama manusia serta kepedulian sosial. Terdapat beberapa bidang kegiatan ekstrakurikuler untuk mendukung kegiatan kurikuler di SMA Negeri 1 Yogyakarta sebagaimana telah dijelaskan dalam bagian awal Bab ini. Mengingat prinsip pemerataan minat dan bakat serta aktivitas seluruh kegiatan ekstrakurikuler, terdapat kebijakan sekolah bahwa peminat dibatasi maksimal 30 orang. Dengan demikian kegiatan setiap ekstrakurikuler bisa adil. Semua ekstra bisa berjalan sesuai dengan harapan. Dengan batas peminal 30 orang tersebut, dilakukan seleksi dalam setiap organisasi kegiatan ekstrakurikuler. Dengan demikian, berminat saja tidak cukup makanya harus kita seleksi. Jadi akhirnya ada yang berminat tapi tidak diterima, masalahnya kuota. “Jadi karena kuota maka kalau melihat yang ditentukan 30 tapi mereka yang daftar lebih dari 30 orang, kadang sampai 90 orang berarti kan ada antusiasme kan. Kita ada seleksi teoretik, atau disuruh membuat cerpen atau apalah untuk menggali ide mereka, kemudian seleksi wawancara minatnya seperti apa,” demikian penegasan dari Pembimbing Ekstrakurikuler Kasat. Ekstrakurikuler
Nila
Pangkaja
dan
Kasat
merupakan
dua
ekstrakurikuler yang berdasarkan pada kelompok bidang seni dan sastra. Berbagai
kegiatan
telah,
sedang,
dan
akan
dilakukan
oleh
kedua
64
ekstrakurikuler ini. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat diklasifikasikan pada beberapa jenis, yaitu kegiatan rutin, kegiatan berkala, dan kegiatan insidental/monumental atau kegiatan akbar yang dilaksanakan pada waktuwaktu tertentu. Beberapa kegiatan ekstra yang direncanakan dan dilaksanakan oleh Ekstrakurikuler Kasat, antara lain: a. Latihan rutin. Program ini dilakukan untuk memperdalam penguasaan dan wawasan di bidang sastra b. Mengikuti even lomba-lomba seni-sastra. Hal ini bertujuan untuk menambah pengalaman dan jam terbang bagi peserta dan anggota Kasat c. Performance dalam kegiatan sekolah. Selain sebagai ajang mengenalkan ekstrakurikuler ini, penampilan ini juga untuk menampilkan hasil berkarya dan latihan. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler Nila Pangkaja dapat dikategorikan pada tiga jenis kegiatan, yaitu: a. Program pokok b. Program rutin c. Program insidental Program pokok Ekstrakurikuler Nila Pangkaja, antara lain: a. Pentas lab. Pentas lab ini dimaksudkan untuk: 1) mengembangkan appresiasi dan kreativitas siswa di bidang sastra, dan
65
2) memotivasi diri dan menambah rasa percaya diri b. SADEWA (Sarasehan Alam Dengan Angkatan Tua). Program ini bertujuan untuk: 1) Mempererat tali silaturrahmi dan persaudaraan antar crew Nila Pangkaja 2) Mengevaluasi kegiatan selama satu tahun c. TNWP (Tanggap Warso Nila Pangkaja). Tujuan kegiatan ini adalah: 1) Mempererat tali persaudaraan 2) Memperingati hari ulang tahun Nila Pangkaja d. Pentas Carietta 1) Melatih mental anak-anak Nila Pangkaja 2) Mengenalkan Nila Pangkaja dengan mengisi acara e. PAB (Penerimaan Anggota Baru). Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk: 1) Regenerasi Nila Pangkaja 2) Pencarian crew baru Nila Pangkaja yang memiliki minat dan bakat di bidang kesenian f. BESKAP. Isi dan muatan acara ini adalah: 1) Pelantikan crew Nila Pangkaja dalam satu periode 2) Pembekalan untuk para crew Nila Pangkaja Sedangkan program rutin yang dilaksanakan oleh Nila Pangkaja dalam setiap periode kepengurusan Nila Pangkaja adalah sebagai berikut:
66
a. LARUT (Latihan Rutin). Kegiatan ini merupakan kegiatan berkala mingguan
yang
dilakukan
oleh
kru
Nila
Pangkaja
yang
dimaksudkan untuk: 1) Meningkatkan
intensitas
kru
Nila
Pangkaja
dalam
berkesenian 2) Meningkatkan kemampuan kru Nila Pangkaja dalam bidang teater b. Bedah Studio. Kegiatan bedah studio ini bertujuan untuk: 1) Menjaga kebersihan tempat latihan dan markas Nila Pangkaja. 2) Menerapkan kedisiplinan dalam merawat dan menjaga “rumah” sendiri. Kemudian untuk program insidental Nila Pangkaja tahun ini adalah: a. Pagelaran tunggal Nila Pangkaja. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Memasyarakatkan kesadaran dan wawasan masyarakat mengenai dunia seni, khususnya seni teater. 2) Meningkatkan wawasan para kru Nila Pangkaja dalam menampilkan seni teater. 3) Menampilkan puncak karya seni teater yang dihasilkan dalam latihan rutin. b. Inventarisasi, bertujuan untuk: 1) Mendata kekurangan peralatan pentas 2) Menambah peralatan pentas yang dibutuhkan
67
Menurut Ketua Ekstrakurikuler Nila Pangkaja, beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan itu kita biasanya latihan pentas lab. Pentas lab itu ada kelompok-kelompok kecil pentas lalu dinilai oleh senior-seniornya, kemudian juga ada nilai yang dapat diambil itu ada keakraban. Di samping itu juga dilakukan latihan rutin, tapi bentuk latihan rutin ini berbeda-beda kadang-kadang di dalam ruangan, kadang juga latihan lapangan. Latihan lapangan itu juga berupa eksplorasi fisik, eksplorasi jiwa atau perasaan. Selain tu, kemudian juga diselenggarakan pentas tunggal. Pentas tunggal itu kerja tim, antar angkatan, jadi tidak hanya satu angkatan saja. Seluruh angkatan terlibat dalam pentas tunggal yang bersifat akbar ini. Vickry Adzakary, salah satu siswa, menjelaskan: Dan dalam tahun ini ada pagelaran atau pentas action gitulah pokokknya untuk masyarakat umum tempatnya di TBY, itu banyak kayak masalah nekan-nekan kenegaraan yang diangkat disitu tapi ya secara implisit juga. Tapi kalau yang tahun kemarin itu seperti menyindir-nyindir korupsi dan kalau yang tahun ini nyindir-nyindir ke Orde Baru dan Orde Lama. Ya seperti sentilan sentilun gitu. Soalnya kalau pentas action itu lebih berat ke materi yang ingin dissampaikan (Wawancara pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013) Bagaimana
penanaman
karakter
dalam
kegiatan
pembelajaran
ekstrakurikuler tersebut? Menurut pembimbing Nila Pangkaja, dalam kesenian itu ada kejujuran dalam pengertian ikhlas. Kejujuran itu salah satu nilai harus menjadi dari bagian karakter orang itu kan universal juga tapi harus ditanamkan. Terus memegang janji atau komitmen. Di samping itu kesenian juga mengandung nilai-nilai etis, penuh dengan etika. Kesenian itu menurut Bapak Budi Nugroho penuh dengan ajaran-
68
ajaran mengenai bagaimana seseorang berperilaku. Menjawab pertanyaan peneliti, dia menjabarkan: Etika itu misal seperti ini, kalau mau tidak masuk ngomong dong atau sms. Itu kan etika. Bayangin deh kalau orang-orang itu tidak kenal dengan etika. Saya sebagai pribadi, anak itu mau ijin ke Jakarta atau bahkan mau makan saya tidak masalah kalau ijin dulu. Berarti saya menanamkan etika kan. Ada kok anak ijin, pak saya mau makan dulu. Oh silahkan, kamu kalau nggak makan nanti pingsan, tapi janji cepat pulang ya. Jadi saya tidak maen keras-kerasan dalam pengertian itu. Saya memberikan konsep-konsep yang harus ditaati. Saya sudah menanamkan pastinya ada yang ngikut ada yang tidak (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013) Penyampaian nilai-nilai etika dalam kesenian disampaikan dengan tiga metode atau cara, yaitu: pertama, dengan logika; kedua, dengan penuh kelembutan; dan ketiga, dengan penuh perasaan. Penyampaian dengan logika maksudnya para siswa diajak terlibat langsung untuk berpikir tentang baik buruk sikap, tindakan, dan perilaku tertentu. Penyampaian dengan kelembutan dan penuh perasaan karena pada dasarnya sebagian besar manusia tidak mau atau menolak perilaku dengan kekerasan. Sebaliknya, dengan kelembutan perasaan siswa, sebagaimana halnya pada manusia pada umumnya, mereka akan cenderung mau dan menerima. Pendidikan karakter melalui kesenian menginginkan anak-anak pintar dan juga baik. Kriteria baik itu koridornya etis, kalau bahasa jawanya itu subosito-nya baik. Kalau seseorang itu punya subosito baik, maka sebagian besar aspek dalam hidupnya pasti akan baik. Bapak Budi Nugroho mencontohkan, kita guru-guru lagi berdiri terus ada anak nylonong, itu kirakira akan sangat menyinggung perasaan guru. Yang begitu itu, tidak perlu diomongin. Jadi cara yang paling tepat untuk menanamkan subosito itu adalah
69
dengan keteladanan. Misal dengan membiasakan di depan siswa pamit, anakanak saya mau pulang assalamualaikum. Mereka akan mikir kalau dia akan jalan itu. Nilai-nilai baik itu ditanam melalui sektor pembelajaran intra. Kepala Sekolah menekankan bahwa untuk menanamkan konsep-konsep itu jelas, dengan pembelajaran konvensional pun dapat dilakukan. Namun untuk penanaman nilai guru-guru SMA Negeri 1 Yogyakarta dituntut untuk memberikan keteladanan yang bersifat universal untul semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Menurut Bapak Didit Waluyono, kalau kita menggunakan subosito itu tadi dengan benar pasti akan baik. Sedangkan
pengembangan
nilai-nilai
dan
karakter
kebangsaan
sebagaian besar ditanamkan melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Semua lini dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, mulai dari tonti hingga kesenian menanamkan
nilai-nilai
dan
karakter
kewarganegaraan.
Karakter
kewarganegaraan tersebut menurut pembimbing ekstrakurikuler kesenian merujuk pada karakter kerelaan untuk berkorban serta daya kejuangan untuk kepentingan bersama serta kepentingan bangsa dan negara. Dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian, nilai-nilai baik itu dilakukan dengan perencanaan yang matang. Menurut Pembimbing Ekstrakurikuler Kesenian melalui wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013, rentetan dari pengembangan nilai-nilai baik melalui kesenian dilakukan dengan tiga hal. Pertama,
dengan
pembuatan
perencanaan.
Siswa
anggota
kegiatan
eskstrakurikuler kesenian telah memiliki program kerja tentang apa-apa yang
70
akan mereka kerjakan dalam setahun. Maka yang dilakukan oleh pembimbing dan
pelatih
(termasuk
pelatih
sebaya)
adalah
merencanakan
teknik
melaksanakan kegiatan tersebut, lalu capaian-capaian nilai dan kualitas apa yang harus dipenuhi. Kemudian, langkah yang kedua adalah bagaimana menaati atau bagaimana bertindak konsisten sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Jadi, fokus berikutnya setelah membuat perencanaan matang adalah bagaimana menyesuaikan semua aspek dari apa yang telah direncanakan, baik kualitatif maupun kuantitatif, konkrit maupun abstrak agar dilaksanakan sesuai dengan konsisten. Ketiga, tentunya adalah bagaimana berupaya untuk berkreasi sesuai dengan yang kita rencanakan. Jadi anak itu diminta bertanggung jawab apa yang mereka pikirkan dan rencanakan. Dengan demikian mereka lebih mandiri dan menjadi lebih dewasa dan bertanggung atas apa yang mereka rencanakan. 2. Pengembangan Karakter Kewarganegaraan di Kalangan Siswa Melalui Program Pembelajaran di SMA Negeri 1 Yogyakarta Pengembangan karakter di SMA Negeri 1 Yogyakarta mendapatkan perhatian yang besar dari pihak sekolah. Pendidikan karakter secara umum dilakukan atau dikembangkan oleh pihak sekolah, sebab karakter dinilai sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan seseorang. Menurut Drs. Zamroni, M.Pd.I, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta, melalui wawancara pada hari Kamis tanggal 24 Juli 2013, SMA Negeri 1 Yogyakarta telah mengembangkan karakter secara keseluruhan atau secara umum. Yang dimaksud secara keseluruhan artinya tidak hanya dengan satu
71
pendekatan pada bebeberapa aspek saja, tetapi juga diberbagai aspeknya. Sedangkan secara umum maksudnya yang berhubungan dengan berbagai jenis karakter baik yang didasarkan pada nilai-nilai baik pada umumnya. Untuk pengembangan karakter kewarganegaraan, menurut Kepala Sekolah telah digunakan berbagai macam strategi, termasuk juga metode, dan juga telah ditetapkan sasarannya. Berbagai aspek pengembangan tersebut digunakan oleh sekolah untuk pengembangan karakter ini baik itu lewat guru, lewat OSIS, lewat kepramukaan, dan berbagai macam bidang. Tentang bentuk pengembangan karakter kewarganegaraan melalui kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya, Kepala Sekolah menjelaskan, “..bentuknya misalnya dalam kepramukaan, saya memberikan rambu-rambu apa yang perlu disampaikan kepada anak itu lewat berbagai macam permainan dalam kepramukaan. Di samping itu juga apa-apa yang bisa include dalam materi, termasuk materi pembelajaran yang ditekankan untuk para guru.” Sebagai pegangan dalam pengembangan karakter untuk guru, menurut Kepala Sekolah, nanti akan ada titik tekan tertentu bagi para guru. Untuk pengembangan karakter pada umumnya, arahan bagi para guru akan lebih jelas dalam Kurikulum 2013. Soal ini, Kepala Sekolah menegaskan: Untuk menjadi pedoman guru, pendidikan karakter nanti terintegrasi pada materi, apalagi sekarang dalam kurikulum 2013 itu punya peluang yang sangat besar untuk memasukkan unsur karakter ini. Justru unsur karakter itu sekarang sudah masuk pada kompetensi guru yang namanya kompetensi inti disana ada tidak hanya secara pemahaman dan keterampilan, penanaman sikap jadi masuk disana. Jadi ini peluangnya lebih besar lagi kalau kemarin mungkin hanya beberapa mapel yang terkait sekarang semua mapel itu memang berkewajiban menanamkan konsep karakternya, karakter secara umum. Kami sudah mulai, jadi
72
tidak hanya sebatas lewat intra tapi ekskul juga mengintegrasikan karakter (Wawancara pada hari Kamis tanggal 24 Juli 2013). Sedangkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan karakter pada umumnya, khususnya karakter kewarganegaraan akan mendapatkan tekanan khusus dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Bapak Zamroni menyatakan bahwa, “sekarang pengembangan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler lebih khusus lagi. Kepramukaan sekarang menjadi ekskul wajib. Sebagai ekskul wajib maka kepramukaan juga wajib mengintegrasikan pendidikan karakter dalam aktivitasnya. Juga kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang lain, seperti sastra dan kesenian, juga harus mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kegiatan-kegiatannya. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Kepala Sekolah, Didit Waluyono, M.Pd., salah satu guru Pendidikan Kewarganegaraan menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan salah satu bagian terpenting dalam pendidikan dan pembelajaran di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Pendidikan karakter dikembangkan oleh institusi sekolah melalui pembelajaran intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Pembelajaran intrakurikuler yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku secara nasional, dengan modifikasi kegiatan yang sesuai dengan visi misi SMA Negeri 1 Yogyakarta. Beberapa kegiatan dikembangkan dengan maksud dan tujuan untuk menggembleng karakter-karakter siswa, termasuk karakter kewarganegaraan. Sekolah menyelenggarakan beberapa kegiatan intrakurikuler sebagai bagian dari pembelajaran mata pelajaran-mata pelajaran formal di kelas. Bentuk-
73
bentuk kegiatan tersebut antara lain, seperti bakti sosial kepada masyarakat binaan. Sekolah ini, dengan melibatkan partisipasi guru-guru terkait dan para siswa membina salah satu wilayah di daerah tertentu yang terpencil yang memang tertinggal. Pembinaan dilakukan oleh sekolah secara berkelanjutan. “Jadi, tidak sekali kegiatan terus kemudian dilepas begitu saja dan tidak ada kelanjutannya.”, demikian penegasan Didit Waluyono, M.Pd kepada peneliti melalui wawancara pada hari Jumat tanggal 25 Juli 2013. Kegiatan tersebut, menurut Bapak Didit Waluyono merupakan bagian dari pembinaan karakter siswa agar memiliki kepekaan sosial dan kepedulian terhadap sesama, serta menjadi bagian dari solusi berbagai masalah yang ada di tengah-tengah kehidupan konkrit masyarakat sehari-hari. Di samping itu, menurut Bapak Didit Waluyono, kegiatan pembinaan karakter siswa juga dilakukan dengan berbagai kegiatan di sekolah yang bersifat ekstrakurikuler. Beberapa kegiatan tersebut dilakukan secara rutin atau regular (berkala), antara lain peleton inti (tonti), upacara bendera, bakti sosial insidental dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan dengan pengembangan karakter-karakter sosial dan kewarganegaraan. Selanjutnya sekolah juga memprogramkan kegiatan pembinaan spritual untuk seluruh siswa. Program ini mendapatkan prioritas dalam rangka pengembangan karakter siswa-siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta. “Jadi yang beragama Islam kita adakan suatu pengajian dan kajian-kajian keislaman. Sedangkan bagi yang beragama selain Islam juga dilakukan pembinaan-
74
pembinaan khusus yang dilakukan oleh guru-guru agama sesuai dengan agama siswa yang bersangkutan.” Selain kegiatan-kegiatan tersebut, juga dilakukan pembelajaranpelajaran ekstra sekolah namun masih ada kaitan dengan pembelajaran di kelas atau mendukung pembelajaran mata pelajaran tertentu, seperti Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran tersebut dilakukan dalam bentuk kegiatankegiatan kunjungan lapangan, kegiatan outdoor atau semi atau perpaduan outdoor dengan indoor. Kegiatan-kegiatan tersebut misalnya dalam bentuk kunjungan ke Panti Asuhan dan kunjungan ke Lembaga Pemasyarakatan (LP). Di samping itu juga sedang direncanakan kunjungan ke DPRD dalam bentuk audiensi atau hearing. Kunjungan siswa-siswa dalam rangka pembelajaran PKn juga direncanakan untuk dilakukan ke pengadilan-pengadilan, seperti pengadilan negeri (PN) atau pengadilan tata usaha negara (PTUN). Menurut guru PKn tersebut, pembelajaran dalam rangka menunjang pengembangan dan pembinaan karakter kewarganegaraan tidak hanya dilakukan melalui mata pelajaran PKn saja, namun juga dilakukan oleh semua mata
pelajaran.
Seluruh
mata
pelajaran
telah
dan
akan
semakin
disistematisasikan untuk melakukan adanya intergrasi tentang masalah pendidikan karakter bangsa dan karakter kewarganegaraan. Bahkan, menurut Bapak Didit Waluyono, di dalam kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 2013, semua mata pelajaran di sekolah ini harus memuat pendidikan karakter. Bapak Didit Waluyono menambahkan, “kalau sementara ini di sekolah ini kan baru diintegrasikan pendidikan karakter itu di beberapa mata pelajaran,
75
kalau besok semua mata pelajaran harus memuat yang namanya pendidikan karakter. Nanti bentuknya bagaimana itu nanti bisa dikemas oleh guru masingmasing.” Menurut penuturan Drs. Budi Nugroho, M.Pd, Guru Pembina Ekskul Kesenian “Nila Pangkaja’ pada wawancara hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013, pendidikan
karakter
merupakan
sesuatu
yang penting sekali
dalam
pembelajaran di sekolah-sekolah khususnya. Karakter kebangsaan dan kewarganegaraan merupakan sesuatu yang sangat perlu sekali. Sebab hal itu sesuai dengan setting budaya Indonesia, sebagai negara dan bangsa dimana kita tinggal dan hidup di dalamnya. Karakter tersebut disesuaikan dengan nilai-nilai dasar yang hidup di tengah masyarakat dimana kita tinggal. “Jadi, karena kita tinggal di Indonesia khususnya etnis Jawa maka kita akan memanfaatkan nilainilai yang ada di sekitar kita atau hal-hal baik yang dapat kita petik,” demikian menurut Bapak Budi Nugroho. Kesenian merupakan salah satu sarana untuk menanamkan karakter kebangsaan dan kewarganegaraan melalui latihan-latihan dan pembiasaanpembiasaan dalam aktivitas kesenian. Di SMA Negeri 1 Yogyakarta latihanlatihan kesenian dan pembiasaan-pembiasaan tersebut diwadahi dalam ekstrakurikuler “Nila Pangkaja”. Dalam aktivitas kesenian, siswa-siswa ekstrakurikuler kesenian dituntut memetik nilai-nilai dan hal-hal baik lainnya untuk menjadi kebiasaan siswasiswa
yang
aktif
dalam
ekstrakurikuler
kesenian
dalam
kehidupan
kesehariannya. Dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian, misalnya dalam
76
latihan akting, kita membiasakan nilai-nilai karakter sesuai dengan setting budaya Indonesia atau budaya Jawa. Dalam pandangan yang lebih rinci, Budi Nugroho, menjelaskan: Contoh kalau kita belajar teater pasti kita mengenal ada etika. Akting dalam pengertian eksplorasi akting ada rambu-rambunya. Misalnya dalam kita mengeksplorasi tari itu ada batasannya. Dan satu hal yang penting sekali bahwa mengeksplorasi keindahan-keindahan menurut orang lain itu bisa membiasakan satu dengan yang lain dengan keindahan-keindahan tersebut. Latihan akting atau eksplorasi keindahan dalam tari itu dengan sendirinya akan bermanfaat untuk membentuk karakter, tentunya disesuaikan dengan konteks keindahan tersebut. Contohnya kalau kita mengekspresikan suatu keindahan itu tidak harus dengan bentuk tindakan tertawa lebar. Jadi tertawa lebar itu ada konteksnya jadi semua hal yang dilakukan oleh anak-anak yang aktif dalam kesenian itu akan berpulang ke sebuah budaya yang ada, dimana mereka hidup, tinggal, dan diwarnai (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013). Melalui ekstrakurikuler kesenian, siswa-siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta juga dilatih untuk membiasakan karakter berbeda dan menerima perbedaan sebagai sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari interaksi antar individu-individu dalam kehidupan mereka sehari-hari, Dengan kalimat lain, mereka dibiasakan dengan nilai-nilai dasar Bhinneka Tunggal Ika. Ekstrakurikuler kesenian juga menanamkan sikap dan filosofi “dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung”. Ada perpaduan antara nilai-nilai universal dengan nilai-nilai lokal dan partikular. Melalui kegiatan-kegiatan kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta ditanamkan kebiasaan memiliki mindset dan mentalitas bersikap dan berperilaku “empan papan”. Kepada siswa, Drs. Budi Nugroho, M.Pd sering menekankan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler kesenian:
77
Bahwa kamu hidup dimana, bagaimana jadinya kalau anak-anak itu mempunyai set budaya yang berbeda dengan kita. Sebagai konsep ilmu boleh, artinya begini kalau kita mendapatkan suatu nilai-nilai universal berkaitan dengan keilmuan itu kan meluaskan wawasan misalnya kita mendapatkan tentang sains, kesenian pada umumnya, yang mendunia itu menurut saya tidak masalah karena kalau kita sudah memformat nilai-nilai yang ada itu masuk dan kita sangat aneh kalau kita tidak menset budaya yang ada di benak kita sehingga nanti karakteristiknya berbeda. Saya jamin kalau karakteristik orang Indonesia yang punya niat untuk seperti itu pasti akan membedakan karakter orang lain meskipun dalam satu warga dunia yang sekarang mengglobal (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013). Di kalangan siswa ekstrakurikuler kesenian juga mendapatkan respons yang baik dan positif dalam hal pembangunan karakter kewarganegaraan, bahkan pembiasaan karakter merupakan motivasi khusus dalam mengikuti ekstrakurikuler kesenian. Hal ini dinyatakan oleh Vickry Adzkary, Ketua Ekstrakurikuler
Kesenian
“Nila
Pangkaja”:
“Saya
tertarik
mengikuti
ekstrakurikuler ini karena saya ingin mempelajari karakter-karakter lain, membentuk karakter baik, kan kalau teater banyak perannya. Ingin bisa menjadi orang dengan karakter baik itu kayak gimana…”. Lailia Prima Nuryasinta, salah seorang anggota kesenian Nila Pangkaja, melalui wawancara pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013, menegaskan bahwa dia mengikuti aktivitas ekstrakurikuler “Nila Pangkaja” dengan tujuan ingin meningkatkan rasa percaya diri, mempelajari berbagai sifat dan karakter manusia dalam kehidupan sehari-hari, menghibur orang lain, sekaligus juga untuk refreshing setelah menjalani pelajaran yang padat. Artinya ketika memasuski ekskul kesenian ini para siswa memiliki keyakinan sepenuhnya bahwa kegiatan kesenian yang mereka ikuti dapat membiasakan karakterkarakter baik dalam diri mereka.
78
Dalam prakteknya, menurut Lailia Prima Nuryasinta, ekstrakurikuler kesenian dapat mengembangkan karakter kewarganegaraan dalam diri para pesertanya. Karakter kewarganegaraan dalam disi siswa akan berkembang dan kenyataannya sudah berkembang, misalnya dalam aspek kedewasaan. Laila Prima Nuryasinta mengatakan: Menurut saya, dengan mengikuti kegiatan ekskul kesenian, karakter siswa akan berkembang, dan karakter yang berkembang merupakan salah satu indikator bagi seseorang agar dapat dikatakan lebih dewasa dibanding orang-orang di sekitarnya. Sedangkan kedewasaan penting bagi pengelolaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Menurut saya sama-sama penting bagi siswa, apakah pengembangan karakter sebagai warga negara itu penting, sepenting karakter mereka sebagai individuindividu (Wawancara pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013). Anggota ekstrakurikuler kesenian “Nila Pangkaja” lainnya, Bakti Ilham Akbar pada wawancara hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013, menambahkan bahwa ekstrakurikuler kesenian akan membangun karakter siswa melalui interaksi dengan berbagai karakter yang berbeda dalam suatu kegiatan ekstrakurikuler kesenian. Ekstrakurikuler kesenian akan membuat pesertanya memiliki banyak teman, dan dengan demikian juga diharapkan akan membuat para siswa akan berinteraksi satu sama lain dan saling mempengaruhi dalam membangun karakter yang baik. Dengan demikian, salah satu hal penting dalam berkesenian itu adalah karakter dan bagaimana mengembangkan karakter. Ekstrakurikuler Nila Pangkaja sudah membentuk karakter dan akan terus membentuk karakter siswa. Hal itu dinilai penting oleh Bakti. Dia menegaskan, “menurut saya karakter itu penting, karena setiap individu memerlukan sebuah karakter. Padahal pada umumnya remaja banyak yang belum mempunyai karakter. Tentunya dalam hal ini perlu pengembangan
79
karakter. Tentunya sangat penting karena jika tidak dari kita siapa lagi yang akan meneruskan negara ini.” Artinya ketika beraktivitas dalam bidang kesenian di sekolah terdapat bayangan untuk memperbaiki masa depan negara dan bangsa ini. Hal itu merupakan bagian dari karakter kewarganegaraan yang baik dalam bentuk tanggung jawab dan partisipasi dalam isu-isu publik. Dengan terlibat dalam kegiatan kesenian dan juga sastra, siswa akan dididik dan dibiasakan dengan karakter sebagai warga negara yang nasionalis. Aktivitas-aktivitas
ekstrakurikuler
tersebut,
menurut
penuturan
Siti
Purnaningsih, S.S, Guru Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Kasat pada wawancara hari Rabu tanggal 31 Juli 2013, akan menumbuhkan karakter yang penting, yaitu bagaimana agar anak-anak itu tahu dan membiasakan bagaimana bersikap. “Agar anak-anak itu tahu bersikap ya dan etiknya itu terbangun. Mereka akan terus memiliki sikap nasionalis yang tinggi. Jadi kebenaran yang mereka junjung tidak saja berdasarkan etnis, golongan, atau secara individu pribadi, tetapi secara menyeluruh, mengingat bahwa mereka merupakan bagian dari suatu bangsa secara nasional.” Aqyas Dini Nisa, Ketua Ekstrakurikuler Kesenian Kasat pada wawancara hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013, menegaskan bahwa motivasi keterlibatannya dalam ekstrakurikuler Kasat didasarkan pada keinginan untuk mengembangkan ketertarikan di bidang sastra. Aqyas menyatakan, “…selama ini sebelum mengikuti ekskul tersebut saya memang suka menulis puisi ataupun karya-karya sastra dan kesenian saya lainnya. Dengan mengikuti ekskul Kasat harapan saya adalah saya bisa lebih produktif, sekaligus bisa ada
80
teman-teman dan wadah agar saya bisa sharing dalam berkarya dan dalam hasil-hasil berkarya.” Salah satu hal penting yang akan dikembangkan dalam ekstrakurikuler Kasat, menurut Aqyas, adalah karakter. Ekstrakurikuler Kasat tidak hanya mengajarkan siswa untuk tahu dan belajar ilmu tetapi juga bagaimana membiasakan dalam pengaplikasiannya. Jadi kalau misal kita hanya belajar teori atau belajar ilmu yang hanya disampaikan tanpa kita mengetahui bagaimana cara pengaplikasiannya atau bagaimana dengan hubungan sosial antara satu orang dengan orang lain. Karakter itu kan berhubungan dengan bagaimana kita bersosialisasi dengan orang lain, bagaimana kita berbicara, bagaimana kita misal di depan forum atau di depan kelas. Nah jadi menurut saya kalau misal orang itu tidak memiliki karakter yang bagus atau tidak dididik karakternya nanti dia akan cenderung memiliki kepercayaan diri yang kurang. Nah, itu salah satu yang dibentuk di Kasat (Wawancara pada hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013)
Pembangunan karakter sebagai warga negara melalui ekstrakurikuler Kasat ini, menurut Aqyas sangat penting, karena manusia atau seseorang itu memiliki peran yang berbeda-beda di setiap lingkungan. Misalnya kalau disekolah dia memiliki peran sebagai siswa, di rumah memiliki peran sebagai anak, termasuk juga sebagai warga negara. Dengan pembangunan karakter kewarganegaraan, kalau misalnya dia bisa dididik karakternya sebagai warga negara, otomatis nanti dia akan bisa berperan lebih baik menjalankan hak maupun kewajibannya sebagai warga negara dengan lebih baik. Hal itu menurut
Aqyas,
mendapatkan
penekanan
dan
pembiasaan
dalam
ekstrakurikuler Kasat.
81
Sependapat dengan Aqyas, Bhakti Ilham dari Nila Pangkaja menyatakan bahwa pembangunan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler tersebut akan membentuk kepribadian. Kepribadian itu akan berguna untuk bersosialisasi di masyarakat. Karakter sebagai individu maupun sebagai warga negara menurut Bakti Ilham sama pentingnya dan bisa dibiasakan bersamaan di sekolah, antara lain melalui kegiatan ekskul kesenian. Karakter-karakter perorangan, menurutnya, kalau dikembangkan secara lebih luas dan diterapkan dalam kehidupan bernegara akan membentuk dan menjadi karakter kewarganegaraan. Jadi, karakter sebagai individu dulu, nanti baru ke tingkat lebih tinggi lagi. Kegiatan ekstrakurikuler mendidik siswa menjadi nasionalis sejati, demikian halnya dengan pembelajaran di kelas. Kalau pembelajaran di kelas itu, misal pas pelajaran Pkn, banyak sekali pelajaran-pelajaran tentang karakter warga negara, sekaligus dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Di SMA Negeri 1 Yogyakarta setiap setelah habis bel itu kita menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sebelum pulang sekolah habis bunyi bel itu kita menyanyikan lagu Padamu Negeri. Kalau misal kita pas jalan terus dengar suara musik itu, kita harus berhenti terus ikut menyanyikan. Kalau pembelajaran di kelas, kita harus memperhatikan guru, tidak boleh sambil mengobrol atau makan kalau pas pelajaran. Hal itu diperkuat oleh Clara Cinde Inten, anggota Ekstrakurikuler Kesenian Kasat pada wawancara hari Jumat tanggal 23 Agustus 2013, bahwa karakter itu sangatlah penting, karena karakter itu adalah tokoh, dimana
82
kehidupan adalah apa yang harus ia hadapi. Dengan karakter yang baik, seseorang bisa bersosialisasi di masyarakat umum, membantu dalam pergaulan, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara Indonesia. “..Jika telah sampai pada waktunya, seseorang akan dilepas. Dan berbagai keadaan sosial tentu akan menuntut seseorang untuk bersikap. Sikap biasa muncul sebab karakter telah mendarah daging dalam dirinya,” demikian gambaran yang diberikan oleh Imtiyas Karina tentang karakter dan pengaruhnya bagi masa depan siswa. Namun, dia menilai bahwa di era ini, pengembangan karakter sebagai warga negara kurang mendapatkan perhatian di Indonesia. Hal ini yang menurutnya coba diatasi oleh kegiatan-kegiatan kesenian di SMA N 1 Yogyakarta. Menurut penuturan Didit Waluyono, M.Pd pada wawancara pada hari Kamis tanggal 25 Juli 2013, pendidikan karakter kewarganegaraan dapat dikembangkan melalui ekstrakurikuler kesenian tersebut. Seni itu merupakan cerminan dari situasi sebenarnya. Cerminan sikap seseorang itu antara lain dapat diapresikan atau diperagakan, misalnya dalam bentuk teater tadi. Jadi, sebenarnya teater ini juga merupakan penggambaran daripada seseorang yang memiliki karakter yang baik atau karakter jelek atau karakter buruk. Kalau dalam teater ini ibaratnya adalah suatu penggambaran dari tingkah laku manusia atau sikap seseorang didalam teater itu ada yang menjadi peran yang berkarakter keras, lembut, dll. Ini merupakan suatu hal bahwa pendidikan karakter bila diaplikasikan dalam pendidikan seni khususnya adalah teater.
83
Beberapa karakter kewarganegaraan yang dapat dikembangkan melalui ekstrakurikuler kesenian, menurut guru PKn tersebut, antara lain kedisiplinan, kejujuran, demokrasi, menghargai orang lain, saling tolong menolong, bertanggung jawab. Hal itu merupakan pendidikan karakter yang mudah untuk diintegrasikan kedalam kesenian, karena di dalam kesenian itu adalah menggambarkan sikap atau perilaku seseorang bahwa anak ditanamkan sikap saling menghargai, tidak memaksakan kehendak, bertanggung jawab. Caranya harus dibuat suatu program, penanaman nilai apa saja yang akan ditanamkan di dalam
anak
tersebut.
Apakah
itu
nanti
penanaman
nilai
tentang
kedisiplinannya, kemudian rasa bertanggung jawabnya, kemudian rasa nasionalisnya atau rasa persatuannya di dalam ekstrakurikuler kesenian atau kelompok teater dan kasat tersebut itu. Kalau mau diurai lebih rinci, karakter kewarganegaraan yang dibangun melalui kegiatan kesenian, menurut Drs. Budi Nugroho, M.Pd, antara lain menghargai keberagaman. Teater pada dasarnya merupakan kesenian yang menampilkan tokoh dengan berbagai karakter A B C D. Ada yang baik, ada yang jahat. Cara menangkap nilai yang kita mainkan itu, menurut Bapak Budi Nugroho, kalau pemain pas menjadi peran baik itu , dia dituntut menyerap itu. Kalau mereka memainkan peran tidak baik, maka harus diinternalisasi aspekaspek negatif dari karakter itu. Menjadi karakter yang tidak baik itu tidak baik. Tapi juga harus ditanamkan bahwa tidak mungkin diseragamkan karakter manusia itu. Tidak bisa dipaksakan untuk seragam. Berwarna itu merupakan sifat alami kehidupan.
84
Pembimbing ekstrakurikuler kesenian tersebut menegaskan: Itu yang konsep pertama yang saya tanamkan bahwa tokoh ini miniatur karakter yang ada didunia ini kan ada tokoh jahat ada tokoh baik. Kalau kita melihat teater pada umumnya tokoh jahat itu pasti kalah. Kreativitas, etika, kejujuran, sikap bertanggung jawab. Lalu satu kata perbuatan artinya apa yang diucapkan harus dengan benar, itu harus dikembangkan. Dengan keteladanan, dengan latihan bareng, dengan pementasan. Jadi latihan itu menanamkan juga (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013). Potret pementasan dalam teater itu menunjukkan bak kita dalam pluralitas. Hidup itu menjadikan kita saling bergantung dalam masyarakat. Dalam hidup pasti kita membutuhkan bantuan orang lain, begitu juga dalam pementasan. Dengan demikian sangat tepat untuk mengidentifikasi itu dalam pementasan. Di samping itu juga, ditanamkan karakter kreatif. Pertama kali masuk dalam latihan, pembimbing sering dituntut membuat gerakan yang tidak pernah digerakkan orang lain tanpa musik dan pakai musik. Dengan demikian anakanak akan membiasakan karakter kreatif, sebab tindakan-tindakan demikian merupakan langkah dasar kreativitas. Kreativitas menemukan yang baru merupakan salah satu definisi dari begitu banyak definisi tentang kreativitas. Kreativitas itu antara lain juga dengan membuat suatu kesan yang akhirnya berbeda dari yang biasanya. Hal yang biasa, kata-kata biasa tapi ketika diucapkan menjadi baik. Di proses penciptaan, anak-anak itu harus membuat karya dalam waktu 1 jam. Kalau tidak punya daya cipta tidak mungkin, harus baik. Karena itu kreativitas mereka harus dinilai baik sesuai dengan porsinya. Mengenai kreativitas ditegaskan oleh salah satu siswa. Misalnya, kalau pas di atas pentas mereka lupa sebuah dialog, dia dituntut harus kreatif untuk
85
berimprovisasi. Kreativitas harus mereka miliki. Soal kostum dalam pementasan teater misalnya, kita juga harus kreatif dan pintar memilih atau membuat kostum. Kostum tidak harus beli dan tidak harus mahal. Para pemain dituntut harus bisa kita kreatif sendiri dan kita harus bisa dan pintar memadukan juga. Dalam membuat properti dan tata panggung juga demikian, dibutuhkan kreativitas yang tinggi dari bagian perlengkapan dan tata panggung. Dalam memainkan peran juga demikian. Dalam memerankan tokoh, ada yang jadi jahat atau baik, ada juga yang marah atau menangis. Kalau ada yang kurang pas dalam memerankan tokoh masing-masing, di samping saling mengoreksi dan saling membimbing, tetap dibutuhkan kreativitas dalam menyiasati hal itu. Misal ada peran marah tapi anak itu belum bisa mengekspresikan itu, dia harus bertanya-tanya sendiri biasanya bisa marah itu dalam situasi kenapa dan seperti apa. Kita harus memancing-mancing ide agar bisa memerankan tokoh dengan baik dan bagus. Itu kreativitas dalam memerankan tokoh. Dalam
ekstrakurikuler
sastra
Kasat,
kegiatan-kegiatannya
juga
memberikan pembelajaran kreativitas siswa. Misalnya, kreativitas bagaimana dia juga bisa membuat suatu karya puisi, cerpen, dan lain-lain. Biasanya anakanak Kasat itu menulis terus kemudian saling mengoreksi, dan memberi masukan ketika mereka membacakan nanti ada konfirmasi dari guru pendamping. Cara lain adalah saling memperbaiki sebagai sebaya. Kakak kelas dengan adik kelas saling membimbing dan mengoreksi. Jadi yang senior
86
dengan junior saling membimbing. Tugas senior harus bisa membuat generasi penerus. Mereka memikirkan bagaimana adik kelas itu tertarik untuk ikut di dalam ekstrakurikuler kasat ini. Setelah mereka masuk direkrut di dalam Kasat, dibimbing kakak kelas yang senior, kemudian dimotivasi untuk produktif membuat suatu karya sastra sampai akhir uji coba dipublikasi dan mungkin ikut dalam even perlombaan. Dalam bidang sastra, menurut Aqyas, ditanamkan nilai kreativitas. Jadi biasanya kalau kita itu diawal ada perkenalan, untuk seni kita meminta para anggota itu untuk membuat puisi berdasarkan kata yang kita minta. Jadi misal tema hari ini tentang tumbuhan, terserah deh teman-teman mau membuat puisi atau karya lain tentang tumbuhan. Yang penting dikasih kata kunci tiap anggota nanti tinggal mereka bagaimana mengolah kata itu. Menurut penuturan Siti Purnaningsih, S.S pada wawancara pada hari Rabu tanggal 31 Juli 2013, beberapa nilai dan karakter kewarganegaraan ditanamkan melalui ekstrakurikuler Kasat. Dalam kehidupan berbangsa itu, terdiri dari beberapa elemen dimana kita bisa berbicara mengenai hak dan kewajiban. Nah, di dalam seni sastra seni itu harus ada keselarasan, keindahan, estetika. Estetika itu tergantung kalau ada semacam harmonisasi dari semua unsur instrinstik sastra. Dimana sastra itu kan mengandung nilai moral, nilai budaya, nilai edukatif, nilai sosial sehingga siswa masuk disitu otomatis kan mereka belajar penanaman nilai atau penghayatan nilai-nilai tersebut dengan cara indah atau tidak dipaksa jadi mereka langsung masuk ke dalam sebuah karya dan bisa merasakan sendiri.
87
Selain itu, siswa juga ditanamkan dengan keseimbangan atau harmoni. Harmoni itu ditentukan oleh individunya. Dalam sebuah pentas teater pemainnya jelek-jelek tapi kalau konsisten melalui latihan-latihan akhirnya secara keseluruhan akan baik. Meskipun sederhana tapi kalau kompak dalam permainan kan itu akan menjadi baik. Jadi memang kegiatan kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta bisa membangun satu keseimbangan, artinya kalau anakanak itu berhadapan dengan hal-hal yang bersifat teknis, mereka juga harus menyertakan perasaan. Jadi mereka merasa nyaman, dan yang paling penting keseimbangan itu harus diingat terus. Untuk diketahui, kelompok teater sudah ada sejak jaman dahulu kala. Dari sisi itu ada semacam ikatan itu, karena itu, peserta sangat mungkin membanggakan harmoninya dengan merasa nyaman dan butuh akan ekstra tapi juga sangat butuh pada intra, terikat pada ekstrakurikuler teater, tapi juga respek dengan organ ekstra yang lain. Jadi kesenian akan memberikan kesadaran adanya suatu keseimbangan. Keseimbangan pemahaman terhadap aktivitas mereka. Itu yang pertama, selain itu keseimbangan ini porsi mentalnya. Itu berlaku baik dalam konteks secara keseluruhan, sama halnya ketika seorang pemain teater bertenggang rasa pada lawan main dan tidak dominan dalam latihan atau pementasan. Kalau diimplikasikan sama dengan harmoni ketika dia hidup di masyarakat tidak boleh tuh mendominasi orang lain kan ada hak. Kemerdekaan itu kemerdekaan sendiri itu dibatasi oleh kemerdekaan orang lain.
88
Budi Nugroho, menjelaskan lebih lanjut, Didalam kesenian juga begitu, misalnya nanti ngomong ABC, terus kamu DEF terus, nanti kamu mau mukul. Kalau ini berlebihan tidak indah kan. Jadi yang mau dipukul, nanti kita menangkis, tapi kalau lawan main dipukuli betul sampai jatuh, itu sudah jadi tidak indah. Jadi harmoni dalam prinsipnya kelihatan dalam kehidupan nyata atau kegiatan yang lebih konkrit. Harmoni sama halnya dengan tidak melanggar kemerdekaan orang lain, meskipun diri sendiri menyatakan sebagai individu merdeka. Saya punya hak, tidak boleh merebut hak orang lain kan. Nah itu konsep yang saya tanamkan di teater (Wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013). Vickry Adzkary, Ketua ekstrakurikuler Kesenian Nila Pangkaja pada wawancara pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013, menambahkan mengenai keseimbangan atau harmoni bahwa kalau kehidupan bernegara yang hidup disitu itu bukan cuma pemerintah, bukan cuma warganya pula. Di dalamnya begitu banyak unsur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pokoknya ada komponen-komponen lain kan dalam kehidupan bernegara itu. Banyak komponen-komponen yang kalau misalnya itu tidak ada satu mungkin tidak bakalan seimbang. Melalui ekstrakurikuler seni, karakter dikembangkan dengan cara yang lebih menyenangkan sehingga untuk menginternalisasikan karakter pada diri siswa itu lebih mudah. Karakter yang lain yang ditanamkan dalam ekstrakurikuler kesenian adalah persatuan atau penghargaan atas kebutuhan bersatu dengan yang lain, dan bahwa kita tidak bisa berdiri sendiri terlepas sama sekali dari yang lain. Berangkat dari harmoni tadi persatuan akan terbentuk. Kalau setiap unsur dalam pentas teater misalnya ada kesalahan, hal itu akan berpengaruh pada bagian lain dan keseluruhan penampilan dalam teater. Ibaratnya ada skrup kecil
89
di sepeda motor, kalau posisinya terlepas, apalagi mestinya di dekat busi, berarti berpengaruh secara keseluruhan kepada bekerjanya sepeda motor. Demikian halnya dengan pementasan kesenian. Kalau sampai di pementasan itu ada yang salah, artinya ada unsur yang tidak jalan. Untuk menghindari itu semua unsur-unsur harus menyatu dengan dedikasi masingmasing. Bapak Drs. Budi Nugroho, M.Pd melalui wawancara pada hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013 mencontohkan, “…misalnya kalau nggamel ya ketuknya harus keras, kalau musik yang pakai alat ada pengaturan volume, kan tidak bisa langsung dengan keras, itu jadinya jelek. Jadi fungsi kedatangan musik-musik itu tadi jadi ngaco. Jadi persatuan itu sejalan dengan harmoni juga.” Menurut Aqyas Dini Nisa pada wawancara hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013, persatuan itu merupakan salah satu nilai dasar yang penting dalam seni sastra. Dapat dianalogikan bahwa unsur-unsur dalam seni itu ibarat pribadi-pribadi yang ada di dalam suatu negara. Begitu banyak unsur dalam kesenian, kan begitu juga dengan ada begitu banyak warna di dalam bangsa kita bangsa Indonesia. Jadi misalnya perpaduan, unsur-unsur itu bisa menghasilkan sesuatu yang indah apabila diselaraskan dengan baik, dipadukan dengan indah. Jadi ada ritmenya tersendiri. Begitu juga dengan kehidupan bernegara, ada persatuan dan perpaduan. Perpaduan itu kalau dianalogikan itu seperti UUD atau Pancasila. Nah pancasila itu kan ideologi bangsa indonesia, kalau misalnya bangsa Indonesia itu tidak bisa menjadikan pancasila itu sebagai ritmenya dalam menjalani kehidupan berbangsa, nah otomatis nanti akan muncul keselarasan yang indah.
90
Dalam
kegiatan
ekstrakurikuler
kesenian,
juga
ditanamkan
penghormatan atas hak-hak dan kewajiban. Bergabungnya para siswa dalam ekstrakurikuler merupakan hak dan inisiatif peribadi-pribadi. Namun kalau sudah diputuskan untuk ikut gabung, maka peserta berarti harus datang. Begitu seseorang sudah memutuskan ikut dalam sebuah tim, maka dia harus datang jika tim itu ada kegiatan. Siwa ekskul kesenian harus ikut bergabung secara tim. Kalau tidak mempunyai kontribusi terhadap tim, maka akan terjadi kekacauan dalam grup atau tim ini. Jadi hal itu menunjukkan hak warga negara sekaligus kewajiban sebetulnya. Kalau dalam satu kelompok kita mempunyai hak dan kewajiban, haknya harus di dapat atau diperjuangkan, namun dia juga wajib ikut serta membangun negara dalam konteks ikut berkontribusi terhadap kelompoknya. Kewajibannya harus mendukung dan berdampingan dengan hak. “Karakter kewarganegaraan itu kan yang paling inti hak dan kewajiban terhadap negara, terhadap masyarakat dan lingkungan,” demikian penegasan Drs. Budi Nugroho, M.Pd, Guru Pembina Kesenian Nila Pangkaja pada wawancara hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013. Hal itu dibenarkan oleh salah seorang siswa, bahwa ekstrakurikuler kesenian menanamkan mengenai hak dan kewajiban. Selalu ditanamkan bagaimana menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Jadi kalau siswa belum begitu terlihat apa kontribusinya untuk negara, tapi dengan belajar itupun sudah menjadi kontribusi yang besar untuk memajukan negara, melalui pendidikan misalnya.
91
Menurut Vickry Adzkary, beberapa nilai-nilai karakter pada umumnya yang juga ditanamkan melalui ekstrakurikuler kesenian antara lain: saling menghargai antar teman, saling menghargai pendapat orang lain, kompak, bertanggung jawab. Kalau di ekstrakurikuler itu kita harus mempunyai rasa sepenanggungan yang sama dan menyelesaikan masalah dengan bersama-sama juga. Sedangkan nilai-nilai karakter kewarganegaraan yang ditanamkan secara umum adalah cinta tanah air, menghargai sejarah negara, dan segala hal yang ada didalamnya, bagaimanapun dan apapun itu. Di samping itu, ekstrakurikuler kesenian juga membawa nama baik sekolah dan negara. Dalam kegiatan ekstrakurikuler itu kadang pertama-pertamanya bisa saja kita ikut lomba-lomba ekstrakurikuler. Jika menang hal itu membawa nama baik sekolah. Kalau ada jenjang yang lebih tinggi lombanya, maka ekstrakurikuler tersebut bisa saja sampai ketingkat lebih tinggi lagi, dan dengan demikian kita akan membawa nama baik negara kita ketingkat Internasional. Dalam ekstrakurikuler kesenian teater, banyak sekali pentas-pentas yang mempersoalkan dan membahas masalah-masalah negara. Masalah kenegaraan yang diangkat bisa implisit dan eksplisit. Seni teater itu beberapa kali
mementaskan
secara
berkelompok-kelompok
dengan
bertemakan
kepahlawanan. Sedangkan menurut Vickry Adzkary pada wawancara hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013, nilai-nilai kewarganegaraan yang ditanamkan pada umumnya mengenai karakter-karakter yang dipelajari dan diperankan dalam
92
teater dilakukan melalui pentas-pentas, banyak latihan dan kegiatan rutin. Pentas yang bertemakan karakter kenegaran antara lain gotong royong, rela berkorban, disiplin, saling menghargai, tanggung jawab, jiwa sosial, dan kreativitas. Dalam seni teater, menurut Vickry, pengembangan karakter tersebut diterapkan secara langsung ke pentas. Jadi kita cari naskah yang berhubungan dengan misal tentang karakter kenegaraan yang kemudian dipentaskan oleh siswa-siswa. Maka sejatinya ekstrakurikuler teater itu menanamkannya sebagian besar itu lewat pentas-pentas. Menurut Lailia Prima Nuryasinta pada wawancara hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013, pendidikan karakter sebagai individu pada umumnya yang ditanamkan di sekolah, baik di kelas maupun di luar kelas antara lain: 1) Menghormati guru yang mengajar di kelas. 2) Tidak mengobrol sendiri di kelas. 3) Tidak tidur dan tidak makan pada saat pelajaran. Jujur dengan nilai yang diperoleh. 4) Mandiri mengerjakan tugas dan ulangan. 5) Bekerjasama dengan teman-teman, saling menghargai antar teman, bertanggung
jawab
terhadap
organisasi
kepengurusan
di
ekstrakurikuler. 6) Cinta tanah air. Menurut Lailia Prima Nuryasinta, Cinta tanah air merupakan karakter kewarganegaraan yang paling utama. Sebab apabila cinta tanah air telah dapat ditanamkan dan dikembangkan dalam diri siswa bahkan diterapkan, maka
93
otomatis karakter-karakter sebagai warga negara yang lain bisa muncul dan dikembangkan. Hanya ekstrakurikuler tertentu yang berhubungan dengan PKn. Ekstrakurikuler seni teater mempelajari atau mempratekkan banyak karakter. Setiap tahunnya pasti ada naskah yang dipentaskan yang berhubungan dengan karakter sebagai warga negara. Bisa seni teater dapat dijadikan sebagai sarana
pengembangan
karakter.
Banyak
karakter
baik
yang
dapat
dikembangkan melalui kegiatan seni teater sesuai dengan naskah yang sedang dipelajari. Namun, selain itu, dari naskah kita mempelajari bagaimana menghargai pendapat, bekerjasama, kreativitas, dan lain-lain. Saat latihan berlangsung banyak karakter di luar naskah yang muncul karena menghadapi suatu masalah/keadaan. Dari naskah, para siswa juga mempelajari dan berusaha menerapkan karakter-karakter baik yang ada. Kreativitas dikembangkan saat pembuatan properti, pemilihan kostum, pemilihan setting tempat. Saat lupa naskah kreativitas untuk improvisasi juga ditantang. Kreativitas dalam make up pemain. Demikian penegasan Lailia Prima Nuryasinta, anggota kesenian Nila Pangkaja, melalui wawancara pada hari Selasa tanggal 20 Agustus 2013. Sedangkan Bakti Ilham Akbar pada wawancara hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013 juga menegaskan bahwa pendidikan karakter dia dapatkan di sekolah, seperti kedisiplinan, kesopanan saat masuk kelas dan mengawali pembelajaran, menghargai orang yang sedang berbicara, dan menghormati guru yang sedang mengajar dikelas. Kemudian kebersamaan dan rasa
94
bertanggung jawab dikembangkan dan dibiasakan di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan karakter kewarganegaraan yang yang dibangun melalui kegiatan ekstrakurikuler antara lain: 1) cinta terhadap tanah air dan budaya bangsa Indonesia, 2) melanjutkan perjuangan sebagai warga yang rela berbakti dan mengabdi kepada negara. Di samping itu juga dibangun karakter-karakter individual yang baik yang dapat dibiasakan dan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam tampil di depan umum atau diforum. Ekstrakurikuler kesenian, menurut Bakti Ilham Akbar, dalam kesenian teater ini banyak sekali karakter-karakter yang harus dipelajari. Seperti mengekspresikan sesuatu secara kreatif, kritis, bertanggung jawab. Dengan menyelenggarakan kegiatan latihan secara rutin dan pementasan, bisa juga dengan berdiskusi, pembuatan naskah. Dengan pembiasaan berkreasi dalam kehidupan sehari-hari, memberikan tugas seperti membuat naskah yang tidak boleh sama satu dengan lainnya dan memerankannya. Saling mengoreksi atau saling memberikan kritik dan saran antar teman yang satu dengan yang lainnya, dan saling memotivasi. Siti Purnaningsih, S.S, Guru Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Kasat pada wawancara hari Rabu tanggal 31 Juli 2013, ekstrakurikuler kesenian banyak mengembangkan pendidikan karakter, terutama berkaitan dengan kegiatan-kegiatan dalam bentuk keorganisasian dan bisa juga melalui aktivitas-aktivitas ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler kesenian,
95
tambahnya, merupakan media yang baik untuk mengajarkan karakter yang baik. Dalam ekstrakurikuler terutama kesenian itu mengangkat sebuah pentas atau proyek pertunjukan pasti ada temanya. Tema disitu mengangkat sebuah konflik. Di dalamnya pasti ada yang memiliki nilai-nilai humanis universal. Hal itu merupakan nilai-nilai kemanusiaan secara universal, yang hal itu juga telah diangkat dalam karya sastra bisa dalam bentuk puisi. Beberapa nilai humanis universal yang dimaksud yang ditanamkan dalam karakter siswa melalui ekstrakurikuler kesenian adalah: 1) nilai kebersamaan, 2) memberikan penghayatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, 3) lebih menghayati melalui karya orang lain, 4) menjelaskan tentang kebenaran yang secara universal. Penanaman nilai tersebut sangat mudah kita tanamkan melalui ekstrakurikuler kesenian sastra. Dengan sastra itu seluruh kita bisa belajar, seperti dari kehidupan. Tiga nilai belajar sastra yang menonjol adalah: 1) kreativitas, 2) jiwa sosial, 3) bertanggung jawab, karena bertanggung jawab itu sangat penting. Pembelajaran karakter berdasarkan pada nilai-nilai tersebut mula-mula tentunya dengan mengapresiasi sebuah karya sastra. Pertama dia diminta untuk mampu mengapresiasi apa nilai-nilai yang terkandung dalam nilai-nilai sastra seperti nilai moral, nilai edukatif, nilai sosial, nilai budaya, dan nilai religius.
96
Demikian Guru Pendamping Kasat menjelaskan melalui wawancara dengan peneliti pada hari Rabu tanggal 31 Juli 2013. Menurut Aqyas Dini Nisa, Ketua Ekstrakurikuler Kesenian Kasat pada wawancara hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013, banyak sekali begitu banyak nilai-nilai dan karakter-karakter baik yang dapat kita ambil pelajaran dan penanamannya, misalnya tentang: 1) menghargai teman, 2) menghargai diri sendiri, 3) menghormati guru, 4) menghargai dengan sesama, 5) dan juga bertanggung jawab. Jadi bagaimana kita mengerjakan dan menarget, menyelesaikan pekerjaan. Kemudian juga bagaimana menghormati guru yang sedang bertanya kepada kita, menghormati siapa yang berbicara di depan. Yang lebih dilihat Aqyas
dalam
kegiatan
ekskul,
biasanya
adalah
bagaimana
belajar
berorganisasi. Jadi misalnya kita diminta berbicara kepada beberapa orang di forum, berarti hal itu bagaimana kita bisa menyampaikan sesuatu dengan baik dan dengan bahasa yang lebih bisa dipahami orang lain. Kemudian bagaimana memupuk kepercayaan diri untuk berbicara didepan orang lain. Aqyas Dini Nisa menegaskan bahwa begitu banyak karakter baik yang ditanamkan melalui Kasat sastra. Di dalam sastra itu kan banyak hal-hal yang ditanamkan secara eksplisit (secara langsung) disampaikan maupun secara implisit. Jadi misalnya sastra ada huruf A, di dalam sastra itu bisa berarti
97
BCDEF, sebab nilai-nilai yang sebenarnya ingin disampaikan itu bukan di A nya tapi di BCDEF. Dengan begitu seseorang yang mempelajari sastra akan bisa menjadi orang yang sabar dalam arti untuk meneliti apa sih yang sedang dibaca atau apa sih yang sedang dia pelajari tentang sastra. Kemudian untuk menuju ke nilai yang ditanamkan di sastra itu butuh proses jadi bagaimana kita menjalankan proses itu dan juga menjadi suatu tantangan tersendiri. Karakter baik seperti disiplin, menghargai orang lain, kalau kita belajar karya-karya lain, biasanya banyak nilai-nilai moral. Banyak nilai yang bisa diambil. Nilai-nilai moral dan karakter baik itu yang seharusnya bisa diterapkan. Kalau dalam pelajaran tentang sastra, kita mencari nilai moral itu kadang hanya sepintas lalu. Karakter kewarganegaraan melalui Kasat banyak sekali, tergantung apa yang kita pelajari. Misal kita sedang mempelajari karya sastra tentang apa atau misal puisi tentang kemerdekaan. Jadi kita bisa mempelajari tentang bagaimana seorang pejuang, usahanya dia, jadi hasilnya luas banget yang bisa dipelajari. Jadi kalau di ekskul Kasat sastra itu biasanya kita ada diskusi tentang karya jadi kan seperti yang saya katakan diawal tadi bahwa forum sastra ini bisa untuk menumbuhkan semangat teman-teman yang ada didalamnya untuk berkarya. Kalau mereka sudah semangat otomatis nanti karyanya mereka bisa banyak dan harapannya dengan karya itu mereka bisa mempengaruhi orang lain untuk menjadi lebih baik. Jadi bisa dengan bagaimana mengajak temanteman yang lain untuk membaca karyanya, saling mengoreksi, saling memberi kritik dan saran dengan cara yang baik.
98
Jadi harmoni itu menurut saya lebih bagaimana siswa bisa kreatif tapi tetap juga logis dengan karyanya, jadi mempertanggungjawabkan karyanya. Kita menggemblengnya itu ya dengan diskusi lebih, kita bukannya menggurui tapi sama-sama belajar, kita bisa saling memberi saran dan kritik, memberi pancingan-pancingan ide. Bagi Clara Cinde Inten, anggota Ekstrakurikuler Kesenian Kasat pada wawancara hari Jumat tanggal 23 Agustus 2013, pengembangan karakter sebagai warga negara itu sangat penting. Individu yang berkarakter memiliki beberapa ciri: 1) cinta bangsa, karena menghargai negara yang ia tinggali. 2) berkualitas dan berwawasan internasional untuk bangsa Indonesia 3) sosialisasi, 4) kerja sama, 5) toleransi, 6) kemandirian. Cinta bangsa dan tanah air bisa diwujudkan dengan menyenangi budaya bangsa sendiri serta bertekad membawa bangsa semakin maju dengan kesadaran sebagai salah satu dari generasi yang akan datang. Sangat dan tempatnya tepat. Kontribusinya sastra mempelajari bahasa negara, agar bahasa kita bisa lestari dan berkembang. Karena sastra adalah seni berbahasa dan setiap orang bisa belajar untuk memahaminya. Cinta tanah air dan kepedulian terhadap sesama. Memanage ide dan menuangkannya ke dalam bentuk karya sastra. Melalui kegiatan membuat
99
karya sastra dengan inspirasi kehidupan sehari-hari, yang membuat lebih peka terhadap sesama. Bisa juga dengan penyampaian materi, pembuatan karya, menganalisa karya, diskusi karya. Dengan kreasi sastra melalui inspirasi kehidupan dan mempelajari karya sastrawan yang terkenal. Mengembangkan kreativitas dengan membuat karya sastra atau seperti puisi, cerpen, dan lainlain. Dengan kegiatan membuat karya sastra secara langsung dengan kerjasama dan saling mengoreksi. Bisa juga dengan games. Pada akhirnya, secara umum kesenian itu seperti semboyan negara Bhineka Tunggal Ika. Imtiyas Karima, anggota Ekstrakurikuler Kesenian Kasat pada wawancara hari Jumat tanggal 23 Agustus 2013, menegaskan bahwa pengembangan karakter tidak bisa dipisahkan dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian, termasuk sastra. Pengembangan karakter yang baik itu antara lain: 1) bertanggung jawab, 2) jujur, 3) kritis, 4) peka dan peduli terhadap sekitar, 5) cermat, 6) sabar dan tidak gegabah, 7) percaya diri, 8) religius 9) sabar, 10) bekerja keras, 11) dan juga kepemimpinan.
100
Bertanggung jawab, jujur, peka dan peduli, cermat dan tidak gegabah dalam menyimpulkan sesuatu, religius, dan kritis merupakan karakter-karakter yang dapat dibiasakan dan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler. Semuanya bisa bersifat simultan, tidak sendiri-sendiri. Sastra sebagai salah satu bentuk kekayaan negara yang patut dilestarikan dan dikembangkan. Bisa jadi sebagai sarana pengembangan karakter. Kreativitas, mengapresiasi berbagai bentuk karya, kesabaran atau kegigihan dalam membuat dan menganalisa karya. Dengan berbagai latihan rutin, pentas, dan memberi tugas. Misal dengan memberi tugas untuk membuat puisi dan menampilkannya sehingga karakter kreatif, bertanggung jawab, dan percaya diri secara tidak langsung akan berkembang. Dengan memberikan tugas-tugas seperti membuat puisi, membuat cerpen, menampilkan hasil karya tersebut dan mempresentasikannya dihadapan yang lain. Tidak berlebihan dalam sesuatu dan tetap pada jalurnya. Misal kita membuat puisi tetapi tidak boleh sampai melanggar batas nilai dan norma agama. Mampu menanamkan kecintaan terhadap karya anak bangsa dan mampu mengajari para anggotanya untuk memetik hikmah di balik karya. 3. Kendala dan Hambatan Yang Dihadapi Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta Dalam Pengembangan Karakter Kewarganegaraan Pengembangan
karakter
Kewarganegaraan
melalui
kegiatan
ekstrakurikuler melalui kesenian tidaklah selalu mulus. Tantangan selalu ada. Berbagai kendala dan hambatan selalu kita temukan.
101
Kepala sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta, Drs. Zamroni, M.Pd.I, menuturkan: Kalau menurut saya, itu bukan hambatan, tetapi sebuah tantangan. Kadang-kadang kalau berkesenian pada bidang-bidang tertentu, itu kan ada kecenderungan pengerahan-pengerahan masa. Biasanya begitu itu, walaupun tidak semua. Pengerahan-pengerahan masa itu kan kadangkadang ada peluang-peluang tertentu untuk bergeser, untuk menggeser dari hal-hal yang itu harus kita hormati sebagai bagian dari karakter baik itu tadi. Tapi kadang-kadang mungkin agak sedikit ada nuansa penyimpangan dalam bentuk hura-hura. Hura-hura itu kadang-kadang kalau tidak terkontrol jadi mengundang orang-orang yang punya potensi kurang baik jadi makin berkembang. Contoh, misalnya ada pentas seni, pentas seni itu kan esensinya bagus mengembangkan potensi anak-anak dalam kreativitasnya, tapi kan kadang orang luar yang barangkali notabene-nya anak-anak yang mungkin kurang punya karakter dan background yang bagus tapi masuk di kita. Nah itu yang akan bisa mempengaruhi dan pasti sangat mengganggu (Wawancara pada hari Rabu tanggal 24 Juli 2013). Dengan
demikian,
menurut
Bapak
Zamroni,
bagaimana
kita
mengembangkan karakter sopan santun dan sebagainya akan terganggu paling tidak. Hal itu bukanlah itu bukan suatu hambatan tetapi tantangan bagi sekolah dan semua unsur di dalamnya, bagaimana menghadapi hal yang seperti itu. Setiap kegiatan seni terutama yang ekstra, selalu kami gariskan harus menggunakan norma-norma tertentu. Kalau itu mengundang band dari luar pakaiannya harus bagaimana, kemudian tampilannya harus bagaimana. Hal tersebut menurut Kepala Sekolah dia tekankan pas awal-awal, seandainya
itu
memang
mengerahkan
banyak
masa
bagaimana
itu
menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan, dimana itu ada peluang-peluang untuk menyimpang dari aturan yang ada. Hal ini harus diantisipasi melalui tindakan preventif maupun kooperatif. Tindakan preventif yang dipersiapkan dan sudah dilakukan oleh pihak sekolah harus kita persiapkan bagaimana itu
102
diminimalisir kemungkinan-kemungkinan terjadinya tindakan dari panitia yang kira-kira memungkinkan munculnya hal-hal yang mengganggu penanaman karakter tadi. Hal kooperatifnya dilakukan dengan melalui kerja sama berbagai pihak, bapak ibu guru, guru pembimbing, dan siswa itu sendiri. Di tambahkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan, Didit Waluyono, M.Pd pada wawancara hari Kamis tanggal 25 Juli 2013, bahwa hambatan pengembangan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler adalah kurangnya guru pembimbing. Kurangnya guru pembimbing ini bisa mengurangi intensitas arahan dan bimbingan dari guru kepada anak-anak itu. Kemudian, kendala yang lain adalah bahwa dalam ekstrakurikuler itu anak menganggap bahwa ekstrakurikuler adalah pelajaran yang bersifat sampingan dan pelajaran ekstrakurikuler ini kurang berperan atau perannya sedikit. Hal itu barangkali disebabkan oleh waktu pelaksanaannya, sebab secara prosentase waktu, kita lebih banyak kegaiatannya ke akademik. Padahal dalam pandangan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler itu merupakan satu kesatuan dengan intrakurikuler untuk membangun siswa-siswa SMA Negeri 1 Yogyakarta menjadi manusia seutuhnya. Menurut Bapak Didit Waluyono, “Kita memang berprestasi di akademik, tetapi selain itu tidak menutup kemungkinan prestasi-prestasi yang lain yang non akademik seperti teater, sastra, bidang olahraga juga berprestasi.” Hal-hal yang harus dilakukan oleh sekolah, menurut Bapak Didit Waluyono, antara lain:
103
1. Harus ada upaya untuk menambah intensitas guru pembimbing, sehingga intensitas bimbingan bisa menjadi meningkat. Dengan demikian pendidikan karakter melalui ekskul juga bisa berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian bahwa dari bagian yang memang menangani hal ini harus diintensifkan dan sungguh-sungguh. Soal ini kemarin sudah disetujui oleh Kepala Sekolah untuk menangani secara sungguh-sungguh. Sehingga dengan intensitas ini hasilnya diharapkan akan semakin baik. 2. Meningkatkan peranan pembelajaran ekstrakurikuler ini. Bahkan kalau bisa, dalam bidang akademik kalau bisa dibuat menentukan kenaikan kelas, entah berapa prosentasenya. 3. Waktunya harus terprogram suatu pelaksanaan kalau tidak terpogram tidak akan berjalan sesuai
dengan
yang kita
inginkan.
Pembelajaran
ekstrakurikuler itu tidak mungkin tidak ada, termasuk kesenian itu. Karena itu bagian dari keutuhan membangun karakter siswa. Oleh karena itu, kita programkan lebih matang lagi dan lebih banyak lagi. Kemudian setiap pembimbing ekstrakurikuler harus melaporkan setiap kegiatan kepada wakasek kesiswaan. Hal ini sudah disepakati oleh Kepala Sekolah (Wawancara pada hari Kamis tanggal 25 Juli 2013). Menurut guru pembimbing Nila Pangkaja, Drs. Budi Nugroho, M.Pd pada wawancara hari Sabtu tanggal 27 Juli 2013, ada beberapa kendala dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian, tetapi yang paling pokok adalah soal waktu. Pemahaman terhadap konsep yang benar itu membutuhkan waktu yang lama, sementara waktu yang ada kurang terprogram, sebab sebagian besar waktu di
104
sekolah lebih banyak ke akademik. Solusinya membimbing anak yang berbasis kreatif itu, akhirnya tidak semata-mata dilakukan pas di latihan saja, yang memang sesi ekstrakurikuler mereka. Namun juga, bimbingan pas di jam-jam pelajaran, atau bimbingan pribadi-pribadi. Hal itu untuk memastikan bahwa program agar berjalan sesuai dengan yang diinginkan sekolah sebagai bagian dari pendidikan seutuhnya di sekolah. Soal waktu sebagai kendala ini juga disebutkan sebagai hambatan oleh Vickry Adzkary, Ketua Ekstrakurikuler Kesenian Nila Pangkaja. Dia mengatakan, “Hambatannya mungkin masalah waktu, karena kesibukan masing-masing.” Solusi yang dapat diambil adalah berkoordinasi lagi. Mungkin lebih mencari waktu yang pas untuk mengadakan latihan. Di samping itu lebih sering berkomunikasi lagi. “Hambatannya mungkin waktu,” demikian diucapkan Bakti Ilham Akbar, anggota kesenian Nila Pangkaja. Oleh karena kesibukan pengurus dan anggotanya, kadang-kadang latihan ditiadakan. Menurutnya, hal ini dapat diatasi dengan tiga solusi. Pertama, mengurangi kegiatan-kegiatan yang kurang efisien. Kedua, menjaga komunikasi baik dari dalam maupun luar ekstra seni teater. Ketiga, rutin mengadakan atau mengajak diskusi. Demikian halnya dengan ekstrakurikuler Kasat.
Menurut
Siti
Purnaningsih, S.S, Guru Pembina Kegiatan Ekstrakurikuler Kasat melalui wawancara pada hari Rabu tanggal 31 Juli 2013, waktu merupakan hambatan utama. Banyaknya kegiatan siswa membuat ekstrakurikuler Kasat ini kurang berjalan secara produktif. Untuk solusinya dia mengatakan, “karena saya masih
105
baru jadi guru pembina, sampai saat ini saya masih mencari cara untuk bagaimana bisa lebih intens. Kalau pertemuan intens kan nanti bisa banyak hal yang disampaikan melalui pertemuan itu.”. Hambatannya yang jelas pertama masalah waktu. Pada waktu awalawal mungkin tidak ada masalah, nanti menjelang akhir semester 1 atau masuk semester 2 nanti akan susah karena biasanya para anggotanya itu sudah jadi panitia untuk kegiatan lain. Otomatis kita kan juga tidak bisa memaksakan, kalaupun bisa memaksakan nanti hasilnya tidak maksimal. Ya sudah akhirnya kita mengalah aja, ya itu tadi kembali ke pribadinya masing-masing lagi. Ditambahkan oleh Lailia Prima Nuryasinta, anggota kesenian Nila Pangkaja, bahwa hambatannya adalah terlalu banyak bicara daripada mendengarkan. Dia menjelaskan, “jujur aja anak-anak teater itu cenderung talk active. Lebih suka berbicara ekspresif, daripada mendengarkan. Beberapa orang yang begitu itu harus diatasi dengan metode pendekatan secara individu.” Hambatan yang juga dirasakan oleh Aqyas Dini Nisa, Ketua Ekstrakurikuler Kesenian Kasat, adalah dukungan sekolah. Dia mengatakan, “Kadang saya sendiri juga bingung. Apakah kita yang harus aktif meminta atau apakah sekolah yang harus aktif menanyakan.” Imtiyas Karima, anggota Ekstrakurikuler Kesenian Kasat, menambahkan bahwa salah satu kendala yang dia rasakan adalah rendahnya antusiasme dan kehadiran anggota sedikit, karena kesibukan pengurus dan anggotanya.
106
C. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Aktivitas Kesenian Sebagai Program Pembelajaran Ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Yogyakarta
Kegiatan
Di SMA Negeri 1 Yogyakarta, aktivitas kesenian sebagai pembelajaran ekstrakurikuler dilaksanakan melalui ekstrakurikuler Nila Pangkaja dan Kasat, juga kesenian gamelan yang bukan merupakan fokus penelitian ini karena berbagai pertimbangan teknis-operasional. Berbagai kegiatan telah, sedang, dan akan dilakukan oleh kedua ekstrakurikuler ini. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat diklasifikasikan pada beberapa jenis, yaitu kegiatan rutin, kegiatan berkala, dan kegiatan insidental/monumental atau kegiatan akbar yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler di bidang kesenian yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh Ekstrakurikuler Kasat dan Nila Pangkaja adalah: 1. Latihan rutin. Program ini dilakukan untuk memperdalam penguasaan dan wawasan di bidang kesenian. Baik Kasat maupun Nila Pangkaja melakukan kegiatan ini setiap minggu sekali. Dalam kegiatan latihan rutin inilah banyak ditanamkan pengembangan kewarganegaraan. 2. Mengikuti even lomba-lomba seni-sastra. Hal ini bertujuan untuk menambah pengalaman dan jam terbang bagi peserta dan anggota Kasat. 3. Performance dalam kegiatan sekolah. Selain sebagai ajang mengenalkan ekskul ini, penampilan ini juga untuk menampilkan hasil berkarya dan latihan. Performance ini terdiri dari berbagai jenis, antara lain:
107
a. Pentas lab. Pentas lab ini dimaksudkan untuk mengembangkan appresiasi dan kreativitas siswa di bidang sastra, dan memotivasi diri dan menambah rasa percaya diri b. Pentas Carietta. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih mental anak-anak
kesenian,
khususnya
Nila
Pangkaja,
sekaligus
mengenalkan ekstrakurikuler kesenian dengan mengisi acara c. Pagelaran tunggal. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1)
memasyarakatkan
kesadaran
dan
wawasan
masyarakat
mengenai dunia seni, khususnya seni teater 2) meningkatkan wawasan para kru Nila Pangkaja dalam menampilkan seni teater 3) menampilkan puncak karya seni teater atau sastra yang dihasilkan dalam latihan rutin. Kegiatan ini dilaksanakan secara akbar setahun sekali. 2. Pengembangan Karakter Kewarganegaraan di Kalangan Siswa Melalui Program Pembelajaran di SMA Negeri 1 Yogyakarta Sebagai mana telah diulas pada bagian teori, bahwa pendidikan kewarganegaraan esensinya adalah pendidikan nilai yang mengajarkan kepada siswa tentang bagaimana caranya bersikap dan berperilaku sesuai dengan keindonesiaannya,
yang pada
gilirannya
dapat
menumbuhkan
“civic
intelligence” dan “civic participation” serta “civic responsibility” sebagai anak bangsa dan warga negara Indonesia. Dengan demikian, membangun karakter kewarganegaraan pada dasarnya merupakan salah satu elemen penting pendidikan dalam arti luas, di
108
samping pengetahuan kewarganegaraan dan keterampilan kewarganegaraan. Dengan demikian, penanaman karakter kewarganegaraan merupakan tugas yang hendaknya dikembangkan oleh elemen pendidikan, tidak hanya pendidikan formal di kelas. SMA Negeri 1 Yogyakarta sebagai salah satu sekolah favorit di Yogyakarta, menjadikan kegiatan ekstrakurikuler sebagai salah satu kegiatan pendukung untuk mendidik karakter-karakter baik kewarganegaraan. Salah satu ekstrakurikuler yang berkontribusi terhadap pengembangan karakter kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Yogyakarta adalah ekstrakurikuler kesenian. Sebagaimana
dijelaskan
secara
teoretik
bahwa
karakter
kewarganegaraan itu dikembangkan dengan berdasarkan pada nilai-nilai kewarganegaraan. Nilai-nilai kewarganegaraan pada umumnya mengacu kepada nilai-nilai dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Indonesia nilai-nilai kewarganegaraan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Selain itu, nilai-nilai kewarganegaraan secara lebih rinci meliputi beberapa aspek nilai untuk membangun karakter warga negara Indonesia dalam konteks individu yang ber-bhineka tunggal ika. Bhinneka tunggal Ika merupakan salah satu sendiri dari karakter kewarganegaraan dalam konteks Indonesia.
109
Kegiatan ekstrakurikuler kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta berkontribusi menanamkan karakter kewarganegaraan secara spesifik, antara lain sebagai berikut. 1. Menghargai keberagaman Karakter menghargai keberagaman ini ditanamkan melalui internalisasi berbagai perbedaan karakter, watak, peran, dan latar belakang dalam peran-peran dan aktivitas kesenian. Dalam seni teater di SMA Negeri 1 Yogyakarta misalnya, kita dapat menemukan aneka karakter lakonnya, baik itu karakter internal maupun karakter yang di latarbelakangi oleh berbagai faktor eksternal, seperti faktor pendidikan, status sosial ekonomi, faktor kultural atau kebudayaan, juga faktor lingkungan. Menghargai keberagaman ini sejalan dengan berbagai kebiasaan yang dilakukan dalam aktivitas kesenian, seperti menghargai karya orang lain, apresiasi seni, apresiasi karya sastra, dan lain sebagainya. Dalam teori kesenian, keragaman merupakan prinsip penting dalam kesenian. Menurut Lois Fichner-Rathus (2012: 190) keragaman dalam kesenian, sebagaimana dalam kehidupan merupakan sesuatu yang menggairahkan (variety in art, as in life, is seductive). Keragaman dalam kesenian menuntut perhatian yang besar dari pelaku atau pekerja kesenian, sebab variasi menentukan kualitas atau keadaan suatu karya seni. Variasi atau keragaman dalam sebuah karya seni dibangun dari aneka bentuk atau jenis, penggunaan kontras yang berbeda satu elemen dengan elemen lain, penekanan, perbedaan ukuran dan warna, dan lain sebagainya.
110
Dalam kehidupan sehari-hari keragaman merupakan realitas alamiah. Maka kebiasaan berkarya dengan prinsip keberagaman akan meningkatkan karakter baik pelaku kesenian melalui apresiasi atau penghargaan yang ada disekitarnya, mulai dari perbedaan yang sederhana seperti warna rambut dan kulit sampai yang kompleks, seperti kultur dan agama. Jika kita tarik pada kenyataan keseharian kehidupan berbangsa dan bernegara kita dapatlah dikatakan bahwa menghargai
keberagaman
kewarganegaraan
Indonesia
akan yang
internalisasi
mendorong
ke
pluralis
dan
arah
kebiasaan karakter
multikulturalis.
Sebagaimana kita tahu, Indonesia merupakan negara yang ber-bhineka tunggal ika sebagaimana menjadi semboyan negara kita yang tercantum dalam pita yang dicengkeram kaki Garuda Pancasila, simbol atau lambang negara kita. 2. Karakter yang menjunjung persatuan dan kesatuan. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Yogyakarta kesenian mereka dibiasakan dengan karakter keutuhan. Kesenian teater misalnya, dalam pementasan selalu ditanamkan bahwa satu dengan yang lain merupakan bagian tak terpisahkan. Seluruh peran harus bermain baik untuk menghasilkan penampilan yang baik. Harus ada kesatuan antar elemen dalam pagelaran mulai dari elemen personel atau pemain, elemen properti atau tata panggung, sound dan pencahayaan. Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
111
aktivitas kesenian tersebut merupakan modal untuk mendidik karakter kewarganegaraan yang menjunjung persatuan dan kesatuan sebagaimana dinyatakan dalam sila ketiga dalam Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia. Jika dikaitkan dengan teori, dalam kesenian, sebagaimana dinyatakan oleh Lois Fichner-Rathus (2012: 190) sebagaimana diulas dalam bagian teori penelitian ini, kesatuan adalah sebuah kekuatan yang hebat (unity is powerfull concept). Oleh karena itu kesatuan merupakan prinsip
penting
dalam
kesenian.
Prinsip
kesatuan
meniscayakan
keterpaduan beberapa elemen penting untuk menghasilkan sebuah karya seni yang memiliki keindahan. Menurut Fichner-Rathus, kesatuan akan menghasilkan sebuah harmoni dalam kesenian. Dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sosial maupun dalam kenegaraan, persatuan merupakan salah satu elemen penting kehidupan. Maka penanaman kesatuan dalam kehidupan sehari-hari melalui kesenian akan mengembangkan karakter baik pelaku kesenian, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara. Jika kita kaitkan dengan kehidupan berbangsa dan negara kita, persatuan Indonesia merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar. Integrasi nasional merupakan suatu keharusan, baik sebagai cita-cita maupun tuntutan perjuangan. Kata pepatah “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
112
3. Karakter harmonis atau menghargai keseimbangan Kegiatan kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta menanamkan nilai-nilai keseimbangan atau harmoni. Harmoni ini merupakan hasil dari kebiasaan menghargai keberagaman atau perbedaan satu sama lain, serta karakter menjunjung persatuan. Dalam prinsip kesenian, salah satu prinsip penting yang harus dijaga dan diwujudkan adalah harmoni dan keseimbangan (balance). Keseimbangan yang dimaksud adalah kesamaan di antara unsur-unsur yang berbeda dan saling berlawanan, namun satu sama lain saling melengkapi dan membentuk satu kesatuan (Harry Sulastianto, dkk., 2006: 14). Di hampir setiap bidang kesenian menekankan adanya keseimbangan. Dalam seni rupa misalnya, sebuah karya yang baik harus mengandung keseimbangan dan keselarasan antar unsur. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, harmoni akan melahirkan kerukunan, toleransi, dan anti diskriminasi. Dengan demikian akan lahir ketertiban dan ketertiban sosial (social order). 4. Karakter kreatif Kreativitas merupakan adalah satu prinsip penting dalam kesenian. Kreativitas merupakan kegiatan menghasilkan sesuatu. Orang yang bersifat kreatif berarti memiliki karakter untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Seperti yang dinyatakan di kajian pustaka, kesenian merupakan karya kreatif (Greg Soetomo, 2003: 13). Dengan demikian, karya seni hanya mungkin dihasilkan melalui kreativitas. Maka salah satu
113
prinsip dalam kesenian adalah bahwa pelakunya harus memiliki watak atau sifat kreatif. Dalam kehidupan sosial, kreativitas ini sangat dibutuhkan karena akan memberikan andil besar terhadap kemandirian. Kreativitas dalam ekskul kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta ditanamkan dalam kebiasaan-kebiasaan menghasilkan naskah-naskah pementasan, menghasilkan karya-karya sastra berupa puisi, cerpen, prosa dan sebagainya. Kreativitas juga dituntut bagi para pemain-pemain kesenian, khususnya tetaer, dalam melakukan improvisasi saat latihan atau pementasan. Jika ditarik ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kreativitas akan menghasilkan prestasi diri, sehingga dengan demikian akan menghasilkan karya yang membanggakan bagi Indonesia di mata internasional. Kreativitas manusia Indonesia di berbagai bidang akan menghasilkan nama baik Indonesia sehingga Indonesia akan menjadi negara yang disgani dalam percaturan internasional. 5. Karakter cinta tanah air Karakter cinta tanah air ditanamkan dalam kegiatan-kegiatan kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta melalui pemilihan topik-topik atau tema-tema karya dan pementasan. Ketika pementasan mengangkat tema anti korupsi, dengan sendirinya para siswa akan ditanamkan kecintaan pada tanah air dalam bentuk perilaku jujur dan anti suap dan korupsi yang menggerogoti sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, baik sosialekonomi maupun politik dan hukum.
114
Kecintaan pada tanah air juga dilakukan dengan pemilihan tematema kepahlawanan. Melalui pementasan tema kepahlawanan siswa-siswa yang menekuni ekstrakurikuler kesenian dituntut untuk untuk mendalami jiwa-jiwa kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh para pahlawan yang telah mendahului kita. Di samping karakter-karakter yang secara spesifik berkaitan langsung dengan aktivitas kesenian dan kehidupan kewarganegaraan, ekstrakurikuler kesenian juga menanamkan berbagai karakter baik pada umumnya, antara lain: a. kedisiplinan, b. kejujuran, c. menghargai orang lain, d. saling tolong menolong, e. bertanggung jawab. 3. Kendala dan Hambatan Yang Dihadapi Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta Dalam Pengembangan Karakter Kewarganegaraan Kendala
dan
hambatan
dalam
pengembangan
karakter
kewarganegaraan melalui ekskul kesenian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Yogyakarta antara lain: 1. Keterlibatan Pihak Luar Dalam berbagai kegiatan ekskul kesenian di SMA Negeri 1 Yogyakarta, selalu melibatkan pihak luar, misalnya dalam pementasan atau pagelaran. Jika keterlibatan tersebut terdiri dari massa yang besar
115
misalnya penonton, maka dimungkinkan adanya hal-hal yang merusak karakter siswa. Langkah solutif yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan melakukan tindakan antisipatif dan kooperatif. Maksudnya ketika aka nada pementasan dan melibatkan unsur luar sekolah, siswa harus melaporkan kepada pihak sekolah sehingga dapat dikendalikan cara berpakaian, sopan santun, dan sebagainya. Sedangkan langkah kooperatif adalah dengan melibatkan seluruh pihak di sekolah untuk mengontrol agar semua kegiatan kesenian sesuai dengan koridor karakter yang baik. 2. Kendala waktu Kendala waktu dirasakan oleh para pihak di sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru-guru, guru pembimbing, dan siswa-siswa yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian di sekolah. Disadari bahwa sebagian besar waktu di sekolah difokuskan untuk kegiatan akademik di kelas-kelas. Dengan begitu, maka kegiatan ekstrakurikuler mendapatkan waktu sisa dari pembelajaran di kelas-kelas tersebut.
Maka
kegiatan
ekstrakurikuler
kesenian,
termasuk
ekstrakurikuler lain pada umumnya, hanya bisa dilakukan di luar jam belajar di kelas. Itu pun tidak bisa dilakukan setiap hari. Untuk mengatasi persoalan waktu tersebut, ada dua langkah yang dilakukan oleh sekolah, yaitu pertama, penyadaran kepada semua pihak di sekolah bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari visi-misi sekolah untuk mendidik dan mewujudkan anak
116
didik sebagai manusia seutuhnya. Dengan begitu, adanya waktu yang terbatas tidak mengurangi perhatian sekolah dan guru pembimbing untuk menjadikan kegiatan ekstrakurikuler sebagai bagian penting dalam Pendidikan di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Yang
kedua,
dengan
melakukan
perencanaan
program
ekstrakurikuler secara lebih baik. Perencanaan yang baik akan membuat berbagai kegiatan ekstrakurikuler dapat melakukan kegiatan paling pokok dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler. 3. Kendala pembimbing atau pendamping Harus diakui bahwa sebagian besar guru memiliki fokus dan konsentrasi kepada proses pembelajaran. Sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap ketersediaan waktu guru untuk mendampingi siswasiswa yang memiliki minat dan bakat yang besar untuk ikut dalam ekstrakurikuler kesenian. Padahal, tanpa adanya pendamping atau pembimbing yang memadai waktunya untuk mendampingi, maka hal ini akan mengurangi keterbimbingan anak-anak itu. Padahal disadari bahwa usia-usia sekolah adalah masih termasuk usia-usia tumbuh dan berkembang, sehingga arahan orang dewasa masih sangat diperlukan. Para siswa masih membutuhkan bimbingan dari para guru khususnya para pendamping yang memiliki waktu atau perhatian khusus pada mereka. Untuk mengatasi kendala ini, pihak sekolah khususnya Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Yogyakarta memberikan penekanan khusus bahwa
117
pendamping ekstrakurikuler harus ada, mereka harus memiliki waktu khusus untuk mendampingi. Di samping itu, para pendamping ekstrakurikuler
tersebut
harus
melaporkan
hasil
bimbingan
atau
perkembangan siswa kepada Wakasek bidang kesiswaan. 4. Kendala pada diri siswa Di antara kendala pada diri siswa tersebut adalah kurangnya keaktifan beberapa anggota ekstrakurikuler kesenian, sehingga jika tidak diatasi, hal ini akan menyebabkan terjadinya penularan kepada siswasiswa yang lainnya yang aktif. Di samping itu juga teridentifikasi gejala terlalu banyak bicara dan keinginan, akan tetapi lemah dalam tindakan atau pelaksanan. Hal ini diatasi oleh pihak sekolah dan pihak siswa sendiri untuk mengintensifkan perencanaan setiap kegiatan ekstrakurikuler. Sehingga dengan perencanaan yang lebih baik, khususnya dari segi waktu, hal itu akan meningkatkan kepastian pelaksanaan aktivitas kesenian. Dengan demikian siswa akan lebih mudah merencanakan aktivitas sebagai salah satu aktivitas mereka di sekolah.
118