BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Sukoharjo yaitu di SMA Negeri 1 Polokarto. SMA Negeri 1 Polokarto merupakan Sekolah Menengah Atas yang berada di Dukuh Butuh Desa Godog Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah. SMA Negeri 1 Polokarto berdiri pada tahun 1997 dengan luas wilayah ±10.000
yang sudah dipagar permanen (termasuk pagar hidup).
Ruangan yang digunakan di sekolah SMA Negeri 1 Polokarto, terdiri dari 20 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah, 1 kantor guru, 1 kantor BP/BK, 1 perpustakaan, 1 ruang komputer, 1 ruang ibadah, 1 ruang UKS, 2 ruang laboratorium yaitu laboratorium IPA dan laboratorium komputer, terdapat 1 toilet guru dan 2 toilet siswa. SMA Negeri 1 Polokarto memiliki 2 jurusan dengan jumlah siswa keseluruhan pada tahun 2015 adalah 655 siswa dari kelas 1 sampai kelas 3, dimana kelas 1 terdiri atas 59 siswa dan 186 siswi, kelas 2 terdiri atas 49 siswa dan 170 siswi, kelas 3 terdiri dari 35 siswa dan 156 siswi. SMA Negeri 1 Polokarto memiliki 42 guru pengajar dan 8 orang tenaga lain (staf TU, UKS, penjaga sekolah).
B. Responden Menurut Umur Responden paling banyak berumur 15 tahun yaitu sebanyak 114 orang (63,3%). Paling sedikit responden berumur 14 tahun yaitu sebanyak 25 orang (13,9%). Distribusi frekuensi responden menurut umur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Umur 14 tahun 15 tahun 16 tahun Total
Frekuensi 25 114 41 180
Persentase (%) 13,9 63,3 22,8 100
C. Analisis Univariat 1. Tingkat Asupan Protein Rata-rata tingkat asupan protein sebesar 66,07 gr/hari dengan asupan protein terendah 14,0 gr/hari dan tertinggi 130,0 gr/hari. Sebagian besar responden mempunyai asupan protein dibawah angka kecukupan gizi yaitu 156 orang (86,7%) sedangkan responden yang mempunyai asupan protein normal yakni sebanyak 24 orang (13,3%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan protein dapat dilihat pada Tabel 2.
44
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan protein Asupan Protein Tidak Normal
Frekuensi
Persentase (%)
156
86,7
Normal
24
13,3
Total
180
100
Mean
66,07
Std. Deviation
Min
Max
23,6
14,0
130,0
2. Tingkat Asupan Zat Besi Rata-rata tingkat asupan zat besi sebesar 48,8 mg/hari dengan asupan zat besi terendah 0,0 mg/hari dan tertinggi 165,0 mg/hari. Sebagian besar responden mempunyai asupan zat besi kurang yaitu 130 orang (72,2%) sedangkan responden yang mempunyai asupan zat besi cukup yakni sebanyak 50 orang (27,8%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan zat besi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan zat besi Asupan Zat Besi
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
130
72,2
Cukup
50
27,8
Total
180
100
Mean
48,8
Std. Deviation
Min
Max
27,93
0,0
165,0
3. Tingkat Asupan Vitamin C Rata-rata tingkat asupan vitamin C sebesar 41,1 mg/hari dengan asupan vitamin C terendah 0,0 mg/hari dan tertinggi 157,0 mg/hari. Sebagian besar responden mempunyai asupan vitamin C kurang yaitu 130 orang (72,2%) sedangkan responden yang mempunyai asupan vitamin C
45
cukup yakni sebanyak 50 orang (27,8%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan vitamin C dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat asupan vitamin C Asupan Vitamin C
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
130
72,2
Cukup
50
27,8
Total
180
100
Mean
Std. Deviation
Min
Max
41,1
32,4
0,0
157,0
4. Kadar hemoglobin Rata-rata kadar hemoglobin sebesar 11,0 dengan kadar hemoglobin terendah 7,06 dan tertinggi 19,0. Sebagian besar responden mengalami anemia yaitu 143 orang (79,4%) sedangkan responden yang tidak mengalami anemia yakni sebanyak 37 orang (20,6%). Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar hemoglobin dapat dilihat pada tabel 5. Tabel
5.
Distribusi frekuensi hemoglobin
responden
Kadar Hemoglobin
Frekuensi
Persentase (%)
Anemia
143
79,4
Tidak Anemia
37
20,6
Total
180
100
berdasarkan
kadar
Mean
Std. Deviation
Min
Max
11,0
2,4
7,6
19,0
Sebagian besar responden yang mengalami anemia berumur 15 tahun sebanyak 89 orang dan responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 25 orang. Sedangkan responden paling sedikit mengalami anemia berumur 46
14 tahun sebanyak 20 orang dan responden yang tidak mengalami anemia sebanyak 5 orang. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dengan kejadian anemia dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dengan kejadian anemia Umur
Anemia
14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun
20 89 34
Status Anemia Persentase Tidak (%) Anemia 80 5 78,07 25 82,92 7
Persentase (%) 20 21,92 17,07
n
Total (%)
25 114 41
100 100 100
D. Analisis Bivariat Analisis untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti, variabel tersebut antara lain : 1. Hubungan antara Tingkat Asupan Protein dengan Kejadian Anemia Analisis data menggunakan Crosstabs untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan protein responden dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hubungan tingkat asupan protein dengan kejadian anemia Kejadian Anemia Asupan Protein
Tidak Normal
Anemia n
%
127
81,4
Tidak Anemia n % 29
18,6
Total
p value
n
%
156
100 0,10
Normal
16
66,7
8
33,3
24
100
47
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 8 (33,3%) responden yang mempunyai asupan protein normal dan tidak mengalami anemia, sedangkan responden yang mempunyai asupan protein tidak normal dan mengalami anemia sebanyak 127 (81,4%). Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact didapatkan nilai
p = 0,10 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara tingkat asupan protein dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 2. Hubungan antara Tingkat Asupan Zat Besi dengan Kejadian Anemia Analisis data menggunakan Crosstabs untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan zat besi responden dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hubungan tingkat asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri Kejadian Anemia Asupan Zat Besi
Kurang Cukup
Anemia n
%
111
85,4
32
64,0
Tidak Anemia n % 19 18
14,6 36,0
95% CI Total n
%
130
100
50
p value
RP
0,00
1,33
Lower
Upper
1,07
1,66
100
Tabel 8 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan zat besi kurang terdapat 111 (85,4%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan zat besi cukup terdapat 18 (36,0%) tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat asupan zat
48
besi dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dari tabel 8, diketahui nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 1,33 yang berarti kekurangan zat besi akan berisiko 1,33 kali lebih besar terkena anemia. Nilai 95% CI : 1,07-1,66 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan bahwa kekurangan zat besi merupakan faktor risiko terjadinya anemia. 3. Hubungan antara Tingkat Asupan Vitamin C dengan Kejadian Anemia Analisis data menggunakan Crosstabs untuk mengetahui hubungan antara tingkat asupan vitamin C responden dengan kejadian anemia pada remaja putri. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hubungan tingkat asupan vitamin C dengan kejadian anemia pada remaja putri
Asupan Vitamin C
Kurang Cukup
Kejadian Anemia Anemia n
%
115
88,5
28
56,0
Tidak Anemia n % 15 22
11,5 44,0
95% CI Total n
%
130
100
50
p value
RP
0,00
1,58
Lower
Upper
1,22
2,03
100
Tabel 9 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai asupan vitamin C kurang terdapat 115 (88,5%) mengalami anemia sedangkan responden yang memiliki asupan vitamin C cukup terdapat 22 (44,0%) tidak mengalami anemia. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p= 0,00 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
49
tingkat asupan vitamin C dengan kejadian anemia remaja putri di SMA Negeri 1 Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Dari tabel 9, diketahui nilai Rasio Prevalens (RP) sebesar 1,58 berarti responden yang mempuyai asupan vitamin C kurang memiliki risiko 1,58 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibandingkan dengan responden yang mempunyai asupan vitamin C cukup. Nilai 95% CI : 1,222,03 yang berarti nilai interval kepercayaan tidak mencakup angka 1 maka dapat diartikan kekurangan vitamin C merupakan faktor risiko terjadinya anemia.
50