BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1
Lokasi Penelitian
A. Sejarah Singkat SMA Negeri 1 Probolinggo Sesuai dengan amanat Undang - undang Dasar 1945, bahwa upaya untuk menUntuk memenuhi tuntutan amanat UUD 45 dan kebutuhan masyarakat kotamadya dan kabupaten Probolinggo, maka tokoh-tokoh masyarakat pada umumnyya diantaranya Bapak Kapten Mufti, komandan Perwira Distrik Militer, sekarang disebut Kodim 0820 Probolinggo;Bapak Nuruddin Madhar Ilyas, Walikota Probolinggo pada waktu itu; Bapak Sufardi, Kepala SMP Negeri, sekarang SMPN 1 Probolinggo; Bapak Purwanto, Guru SMP Negeri, Sekarang SMPN 1 Probolinggo; Bapak Suhdjid, Guru SMP Negeri, Mantan Kepala SMPN 1 Probolinggo; Bapak Sungkono, Pemda Probolinggo. Masih banyak lagi tokoh-tokoh masyarakat Probolinggo yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, para tokoh diatas termasuk Bapak Bupati Kepala Daerah Tingkat II Probolinggo juga ikut andil dengan sangat gembira dan mendukung untuk mendirikan SMA Negeri 1 Probolinggo. Para tokoh pemrakarsa SMA Negeri 1 Probolinggo terus menerus mengadakan kontak dan pertemuan, terutama kontak dengan pemerintah daerah dan departemen P & K yang berkepentingan dalam hal ini. Dengan dukungan tokoh masyarakat Probolinggo pada waktu itu, maka akhirnya dipustuskan tepat pada tanggal 20 Agustus 1960 diadakan peletakan batu pertama sebagai pertanda
dimulainya secara resmi pembangunan gedung SMA Negeri 1 Probolinggo di daerah Umbul sekaligus dimulainya penerimaan siswa baru. Sebagai tanda bukti sangat mendukungnya Bapak Walikota Probolinggo yaitu disediakanya tanah 14670 m2 yang terletak di jalan Panglima Sudirman (Umbul) atau jalan Soekarno Hatta No. 137 Probolinggo (sekarang). sedang masyarakat juga ikut andil dengan memberikan sumbangan baik berupa uang maupun bahan-bahan bangunan yang di butuhkan. Sementara tempat siswa-siswi belajar di tempat gedung SR/SD Joyolelono sampai selesainya pembangunan gedung SMA Negeri 1 Probolinggo yang sedang dibangun itu. Keadaan siswa-siswi, guru, dan tenaga kerja administrasi pada waktu berdirinya adalah : Siswa : 120 siswa (4 kelas) Guru : 12 Guru tetap, dan 8 guru pinjaman dari SMA Pasuruan Tenaga Administrasi: 3 orang Pesuruh : 2 orang Sejak dibuka dan dimulainya pembanguna SMA Negeri 1 Probolinggo pada tanggal 20 Agustus 1960, dapat kami kemukakan dengan singkat perkembangan SMA Negeri 1 Probolinggo baik dari segi fisik maupun nonfisik.1
1
http://www.sman1prob.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=48&Itemid=63 diakses pada 10 Maret 2014
B. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Probolinggo2 1. Visi SMA Negeri 1 Probolinggo “Sekolah Berkualitas Dalam Iman dan Taqwa, Berbasis Sains dan Teknologi, Berwawasan Lingkungan serta Berdaya Saing Global“ Indikator Visi Sekolah i.
Meningkatkan kualitas Iman dan Taqwa
ii.
Meningkatkan pembelajaran berbasis Sains dan Teknologi
iii.
Meningkatkan karakter dan budaya peduli terhadap lingkungan
iv.
Mengembangkan kemampuan prestasi akademik dan non akademik di era global
2. Misi SMA Negeri 1 Probolinggo i. Melaksanakan ajaran agama yang dianutnya ii. Mengembangkan sikap toleransi antar sesama iii. Menguasai sains dan teknologi informasi komunikasi iv. Menerapkan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum nasional dan internasional v. Meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian fungsi lingkungan vi. Meningkatkan upaya mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan vii. Melaksanakan konservasi terhadap lingkungan viii. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik bertaraf nasional dan internasional 2
Ibid dikases pada 10 Maret 2014
ix. Meningkatkan kerja sama sekolah (sister school) di dalam negeri dan luar negeri C. Struktur Organisasi (Terlampir) D. Sarana Pendukung SMA Negeri 1 Probolinggo mempunyai sarana pendukung sebagai berikut (SMA Negeri 1 Probolinggo, 2009)3 : Ruang Kelas (21 Rombel) dilengkapi dengan Komputer, LCD, Televisi TV Channer, AC); Laboratorium Fisika; Laboratorium Kimia; Laboratorium Biologi; Laboratorium Komputer; Laboratorium Bahasa; Ruang Guru; TRRC; Ruang PAS; Ruang Tata Usaha; Ruang Kepala Sekolah; Ruang Administrasi Siswa; Ruang Data; Ruang Wakil Kepala Sekolah; Green House; Laboratorium IPS; Perpustakaan; Ruang Osis; Ruang Seni; Gudang; Gudang Olahraga; Lapangan Voli; Lapangan Basket; Lapangan Sepak Bola; Lapangan Tenis; Perpustakaan Agama; Musholla; Kantin; Koperasi; Toilet; Taman Kelas; Hotspot Area (Safety Wi-Fi); Gazebo; Ruang Multimedia; Washtaffle Terpadu; Parkir Motor Guru; Parkir Motor Murid; Parkir Sepada Murid; Parkir Mobil Tamu / Guru; POS Satpam; Tempat Sampah Terpadu; Ruang Kebersihan; TPS Sekolah Terintregasi; Komposter Aerob.
3
Ibid diakses pada 10 Maret 2014
IV.2
Hasil Penelitian
A. Analisis Item Analisa item untuk mengetahui indeks daya beda skala digunakan teknik product moment dari Karl Pearson, menggunakan rumus sebagai berikut :
ΝΣΧΥ − (ΣΧ )(ΣΥ )
rxy =
{ΝΣΧ 2 − (ΣΧ ) 2 }{ΝΣΥ 2 − (ΣΥ ) 2 }
Keterangan : rxy
= Korelasi product moment
N
= Jumlah Responden
∑x
= Nilai item
∑y
= Nilai total skala Perhitungan indeks daya beda item dengan menggunakan rumus di atas
menggunakan bantuan program computer SPSS (statistical product and service solution) 20 for windows. Dengan membandingkan hasil rhitung dengan rtabel dari masing-masing item skala kualitas attachment, maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Item Shahih dan Gugur Skala Kualitas Attachment Kategori item Item sahih Item gugur
Item 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 5 dan 15
Jumlah 26 2
Dengan membandingkan rhitung dengan rtabel dari masing-masing item skala kepercayaan diri, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2 Item Shahih dan Gugur Skala Kualitas Attachment Kategori item Item sahih
Item gugur
Item 6, 8, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 22, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 37, 38, 39 1, 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 16, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 34, 35, 40
Jumlah 19
21
B. Uji Reliabilitas Untuk menguji reliabiltas alat ukur adalah dengan menggunakan teknik pengukuran Alpha Chornbach karena skor yang didapat dari skala psikologi berupa skor interval, bukan berupa 1 dan 0.4 Adapaun rumusannya sebagai berikut :
r11 =
2 k ∑ b 1 − k − 1 t2
Keterangan : r11
= Reliabilitas instrument
k
= Banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑ b2 = Jumlah varians butir
t2 4
= Varians total
Suharsimi, A, S, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi VI, Jakarta : Reneka Cipta. Hal. 171
Dalam menghitung reliabilitas kedua skala peneliti menggunakan bantuan program komputer SPSS (statistical product and service solution) 20 for windows. Suatu item instrument dapat dikatakan ajeg, handal (reliable), apabila memiliki koefisien reliabiltas mendekati satu. 5 Secara teoritis besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai 0.0 sampai 1.0, akan tetapi koefisien sebesar 1.0 dan sekecil 0.0 belum pernah dijumpai.6 Semakin tinggi koefisien reliabiltas mendekati angka 1.0, maka semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya semakin rendah mendekati 0, maka semakin rendah reliabilitasnya. 7 Berdasarkan perhitunganstatistik dengan mengunakan bantuan SPSS 20 for windows, maka ditemukan nilai alpha dari kedua variabel sebagai berikut : Tabel 4.3 Reliabilitas Skala Kualitas Attacment dan Skala Kepercayaan Diri Skala Kualitas Attachment Kepercayaan Diri
Jmlh item 26 19
Jmlh subjek 114 114
Alpha 0,927 0,856
Keterangan Reliabel Reliabel
C. Deskripsi Tingkat Kualitas Attachment Siswa Untuk mengetahui tingkat kualitas attachment siswa SMA Negeri 1 Probolinggo kelas XI IPA A – E, peneliti membaginya menjadi tiga kategori : tinggi, sedang, rendah. Penentuan normal penilaian dapat dilakukan setelah
5
Ibid Azwar, S. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar. Hal. 9 7 Suharsimi, A, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik Edisi VI, Jakarta : Reneka Cipta. Hal. 171 6
diketahui nilai mean (M) dan nilai standar (SD). Nilai Mean dan SD dari skala kualitas attachment sebagai berikut :
Table 4.4 Mean dan Standar Deviasi Kualitas Attachment MEAN 56,1053
Kualitas Attachment
STANDAR DEVIASI 9,63251
Dari hasil di atas, berdasarkan norma standar pada table 3.9, maka diketahui untuk skor masing-masing kategori sebagai berikut : Tabel 4.5 Kategori Skor Kualitas Attachment NO. 1. 2. 3.
Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah
Skor X ≥ 66 46 ≤ X < 66 X < 46
Berdasarkan norma standar di atas, maka diperoleh 21 orang (18%) pada kategori tinggi, 84 orang (74%) pada kategori sedang, dan 9 orang orang (8%) pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6 Deskripsi Tingkat Kualitas Attachment Siswa No. 1. 2. 3.
Kategori Tinggi Sedang Rendah Total
Interval X ≥ 66 46 ≤ X < 66 X < 46
Frekuensi 21 84 9 114
% 18 74 8 100
D. Deskripsi Tingkat Kepercayaan Diri Siswa Untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri siswa SMA Negeri 1 Probolinggo kelas XI IPA A – E, peneliti membaginya menjadi tiga kategori : tinggi, sedang, rendah. Penentuan normal penilaian dapat dilakukan setelah diketahui nilai mean (M) dan nilai standar (SD). Nilai Mean dan SD dari skala kepercayaan diri sebagai berikut : Table 4.7 Mean dan Standar Deviasi Kepercayaan Diri MEAN 37,8596
Kepercayaan Diri
STANDAR DEVIASI 5,78658
Dari hasil di atas, berdasarkan norma standar pada table 3.9, maka diketahui untuk skor masing-masing kategori sebagai berikut : Tabel 4.8 Kategori Skor Kepercayaan Diri No. 1. 2. 3.
Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah
Skor X ≥ 44 32 ≤ X < 44 X < 32
Berdasarkan norma standar di atas, maka diperoleh 20 orang (18%) pada kategori tinggi, 82 orang (72%) pada kategori sedang, dan 12 orang orang (10%) pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Kepercayaan Diri Siswa No. 1.
Kategori Tinggi
Interval X ≥ 44
Frekuensi 20
% 18
2. 3.
Sedang Rendah Total
32 ≤ X < 44 X < 32
82 12 114
72 10 100
E. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui hubungan kualitas attachment dengan kepercayaan diri pada penelitian ini menggunakan korelasi poduct moment dari Pearson dengan bantuan SPSS 20,0 for windows. Hasil korelasi yang diperoleh sebesar 0,202 dengan nilai signifikansi 0,031 (p<0,05).
Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Produc Moment attac Pearson Correlation attac
pd
1
Sig. (2-tailed)
pd * .202 .031
N Pearson Correlation
114 * .202
Sig. (2-tailed)
.031
114 1
N 114 114 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hipotesis yang diajukan diterima, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara variabel kualitas attachment dengan variabel kepercayaan diri. Ditemukan pula bahwa koefisien determinasi (R Squared) variabel kualitas attachment (variabel bebas) terhadap variabel kepercayaan diri (variabek terikat) sebesar 0,041, artinya sumbangan efektif variabel kualitas attachment terhadap variabel kepercayaan diri sebesar 4,1%.
Tabel 4.11 Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate a 1 .202 .041 .032 5.58122 a. Predictors: (Constant), ATTACMENT
F. Pembahasan Dari hasil analisa di atas, ditemukan bahwa mayoritas siswa kelas XI IPA A – E SMA Negeri 1 Probolinggo memiliki tingkat kualitas attachment sedang dengan persentase 74%. Sedangkan sisanya berada pada tingkat kualitas attachment tinggi dan rendah dengan persentase tinggi sebesar 18% dan kategori rendah sebesar 8%. Sedangkan untuk tingkat kepercayaan diri, mayoritas siswa kelas XI IPA A – E SMA Negeri 1 Probolinggo juga berada pada kategori sedang dengan persentase 72%. Kategori tinggi sebesar 18% dan kategori rendah sebesar 10%. Hasil analisa data menunjukkan bahwa kualitas attachment memiliki hubungan dengan kepercayaan diri siswa kelas XI IPA A – E SMA Negeri 1 Probolinggo atau dengan kata lain Ha diterima dan Ho ditolak. Nilai korelasi menunjukkan hasil sebesar 0,202. Hubungan kualitas attachment antara orang tua dan siswa dengan kepercayaan diri siswa kelas XI IPA A – E SMA Negeri 1 Probolinggo juga signifikan dengan menunjukkan nilai signifikan 0,031 yang lebih kecil dari taraf kepercayaan yang digunakan peneliti yaitu sebesar 5% (p<0,05). Sehingga ketika kualitas attachment semakin tinggi, maka kepercayaan diri siswa semakin meningkat pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkap oleh Pennington bahwa secure attachment akan mengarah pada pengembagan rasa percaya diri, sikap atau ego yang kuat sehingga akan menentukan kesuksesan dalam mengahadapi berbagai masalah.8 Hal ini juga memperkuat penelitian sebelumnya pada jurnal internasional yang menemukan bahwa siswa yang memiliki gaya kelekatan aman selama satu tahun pertama saat kuliah akan lebih percaya diri dalam kemampuan menarik perhatian dan lebih romantis dari pada rekan-rekan mereka yang gaya kelekatannya cenderung kurang stabil.9 Tingginya kualitas attachment antara orang tua dan anak berkontribusi terhadap rasa kepercayaan diri anak dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi. Hal-hal apa yang seharusnya dan selayaknya dilakukan oleh setiap orang tua yang semuanya itu tergantung pada situasi dan kondisi anak. Karena semua hal yang dilakukan oleh orang tua pasti berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak, terutama ketika anak sedang mengalami masa perkembangan modeling (mencontoh perilaku sekitarnya). Adapun pengaruh orang tua mencakup lima dimensi potensi anak yaitu, fisik, emosi, kognitif, social, dan spiritual. Kelima hal tersebut yang seharusnya dikembangkan oleh orang tua untuk membentuk karakter dari seorang anak untuk menjadi anak yang shalih dan sholihah.10 Hal ini sejalan dengan surat Luqman ayat 13, Allah berfirman :
8
Maentinigsih, Desiani. 2008. Hubungan antara secure attachment dengan motivasi berprestasi pada remaja. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hal. 5 9 Lopez. Frederick G & Barbara Gormley. 2002. Journal of counseling psychology. Vol 49, Stability and Change in Adult Attachment Style Over The First Year College Transition : Relations to Sel Confidence, Coping, and Distress Patterns. Michigan State University. Hal. 361 10 Rohmaniyah, N. 2010. Pengaruh Kelekatan Terhadap Penyesuaian Sosial Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Tahun Akademik 2009. Malang : UIN Malang.
Artinya :
Dan (Ingatlah) ketik Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar (QS. Luqman (31); 13)
Orang tua memiliki tanggung jawab besar atas anak-anaknya, karena anak merupakan titipan dan amanah dari Allah SWT, sedangkan amanah harus dilaksanakan dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut, amanah itu harus dilaksanakan dengan baik salah satunya dengan cara mendidik, memperhatikan kebutuhan, mencurahkan kasih sayang dan cinta kepada anak secara maksimal dan berkualitas. Attachment disini dinilai dari kualitas, bukan kuantitas, meskipun antara orang tua dan anak intensitas tatap muka cenderung sedikit, tetap akan berpengaruh pada pengembangan mental anak, karena meskipun intensitas tatap muka sedikit, ketika orang tua bertemu dengan anak, orang tua akan menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk berkomunikasi dengan baik, memberikan kasih sayang dan perhatian, memenuhi kebutuhan anak baik dari segi fisik maupun mental. Hal itu semua merupakan sesuatu yang penting untuk perkembangan anak dalam perjalanan menuju kedewasaan. Begitu juga sebaliknya, saat anak bertemu dengan orang tua, anak tidak menyia-nyiakan waktunya dan menggunakannya untuk bercerita sesuatu yang terjadi padanya, mengemukakan sesuatu yang dibutuhkan olehnya, menunjukkan rasa hormat pada orang tua, dan lain sebagainya. Itulah yang dinamakan kualitas. Fenomena yang sering dijumpai, anak cenderung manja ketika sering berkumpul dengan orang tuanya. Hal ini bisa dianalisa bahwa komunikasi yang
terjadi hanya berada pada taraf kuantitas, dan di dalamnya tidak mengandung sesuatu yang berguna untuk perkembangan fisik maupun mental anak, seperti ketika bertemu membicarakan sesuatu yang kurang berguna, belum terbuka satu sama lain, dan lain-lain. Anak yang manja cenderung selalu meminta perhatian terhadap orang lain. Hal ini juga dapat dianalisa bahwa anak yang manja merupakan anak yang kurang mendapatkan perhatian dari orang di sekitarnya, seperti keluarga khususnya orang tua. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Qomariyah, menunujukkan bahwa kualitas attachment berhubungan dengan kemandirian siswa.11 Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas kelekatan antara orang tua dan anak, semakin tinggi pula kemandirian anak, bukan mencetak anak menjadi anak yang manja. Siswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, akan mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya, mampu mengambil keputusan secara cepat dan akurat, mampu bersaing dalam akademik maupun non akademik, seperti mampu memberikan gagasan saat berdiskusi, berani menjawab soal yang diajukan oleh guru, berani maju ketika dipilih sebagai ketua kelas, dan sebagainya, karena mereka percaya dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya mampu menghadapi segala tantangan dalam kehidupannya. Ajaran Islam adalah ajaran yang positif, menghindari segala bentuk negatif sehingga harus tertanam pada jiwa bahwa alasan apapun yang menggiring kita
11
Qomariyah, 2011, Hubungan Kualitas Attachment dengan Kemandirian Siswa Kelas X Dimediasi oleh Self-esteem di SMA Negeri 1 Malang, Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Hal. xvi
pada sikap pesimistis adalah bertentangan dengan ajaran Islam sendiri. 12 Oleh karena itu Islam mengajarkan dalam setiap aspek kehidupan harus selalu optimis, memandang masa depan dengan senyuman bahagia, sedangkan optimis harus memiliki rasa percaya diri yang kuat. Tanpa adanya kepercayaan diri, untuk melangkah ke depan terasa berat, karena rasa minder, canggung, dan malu menguasai dirinya. Al-quran telah memberikan motivasi untuk menyongsong masa depan dengan penuh optimis, karena Allah SWT yang akan menjaga hambaNya. Hal ini tertulis dalam surat At-Taubah ayat 40,yaitu : … …
Artinya
:”… janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah SWT bersama kita…”
Dari analisa perhitungan korelasi di atas, menunjukkan bahwa 4,1% kualitas attachment mampu mempengaruhi kepercayaan diri siswa. Sementara 95,9% ditentukan oleh variabel lainnya. Meskipun kualitas attachment antara orang tua dan anak berkontribusi hanya sebesar 4,1%, variabel tersebut tetap actorr yang harus terpenuhi dalam mengembangkan segi fisik maupun mental anak dan tidak boleh terlewatkan saat mendidik anak sejak dini. Hasil ini sesuai dengan kajian teori dari kepercayaan diri yang menyatakan bahwa banyak factor yang berkontribusi pada kepercayaan diri yaitu, factor internal dan eksternal. Factor internal meliputi : konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengaaman hidup. Sedangkan factor eksternal meliputi : pendidikan,
12
http://holikulanwar.blogspot.de/2012/05/konsep-percaya-diri-dalam-islam.html diakses pada 7 April 2014
pekerjaan, lingkungan, pola asuh, pola piker negative, dan memupuk rasa percaya diri.13
13
Sari, Yolanda, 2012, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Pada Siswa Kelas VII SMP Kristen 2 Salatiga Tahun 2012/2013, Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana. Hal. 1419