BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Data Umum Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berdiri menggantikan IKIP (Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan dengan berdasarkan Pasal 1 Ayat 2a Keputusan Presiden Republik Indonesia No 93 tahun 1999 tentang perluasan mandat Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) menjadi universitas. Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh UNY adalah menyelenggarakan pendidikan akademik dan profesional bidang pendidikan dan non kependidikan. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu program studi non kependidikan yang menjadi hasil dari tugas UNY tersebut. Dengan dibentuknya program studi Akuntansi semakin menegaskan bahwa IKIP telah berubah menjadi Universitas. Prodi Akuntansi merupakan tempat yang akan digunakan oleh peneliti untuk menentukan masalah dan kemudian akan menganalisisnya. Untuk menegaskan berdirinya Prodi Akuntansi maka visi dari prodi tersebut telah dibentuk yaitu menjadikan Program Studi unggul yang mampu menghasilkan tenaga profesional dan atau akademik di bidang akuntansi yang religius, mandiri, cendekia, adaptif terhadap perubahan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi aplikatif di bidang akuntansi, dan responsif dalam menanggapi tantangan dan permasalahan di lingkungan sekitar dengan keahlian yang dimiliki. Visi tersebut akan lebih bermakna dengan misimisi dari Prodi Akuntansi sendiri: 1.
Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka membentuk lulusan cendekia yang handal di bidang akuntansi.
2.
Mengembangkan sistem pendidikan yang mampu membekali lulusan dengan keahlian di bidang akuntansi yang memiliki jiwa kemandirian, fleksibilitas, kearifan, dan berkepribadian nasional serta responsif terhadap setiap perkembangan IPTEK.
3.
Membangun budaya akademik yang mendorong timbulnya nurani lulusan.
4.
Menerapkan sistem kelembagaan dan jejaringan yang menunjang fungsi Program Studi Akuntansi.
B.
Karakteristik Responden Profil 102 responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12. Karakteristik Responden No 1
Keterangan Jenis kelamin Laki – laki Perempuan Total 2. Usia < 20 tahun 21 – 25 tahun Total Sumber: Data primer diolah, 2013
Jumlah
Persentase (%)
54 48 102
52,95% 47,05% 100%
49 53 102
48,03% 51,97% 100%
Data karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin dan usia. Data karakteristik responden tersebut diuraikan sebagai berikut: Jenis kelamin responden mayoritas adalah laki – laki yaitu sebesar 52,95% dan sisanya perempuan sebesar 47,05%. Usia responden mayoritas berusia kurang dari sama dengan 20 tahun sebanyak 49 orang (48,03%), dan antara 21 – 25 tahun sebanyak 53 orang (51,97%).
C.
Deskripsi Variabel Penelitian Penelitian ini memiliki empat data yaitu data tentang kecerdasan emosional,
kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual dan perilaku etis. Deskripsi data yang akan
disajikan meliputi nilai Mean (M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi (SDi). Selain itu juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusi frekuensi yang diambil dari Sugiyono (2008: 35) adalah sebagai berikut: 1. Menghitung Jumlah Kelas Interval Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus Sturgess yaitu: K = 1 +3,3 Log n Dimana: = = =
Jumlah kelas interval Jumlah data observasi atau responden logaritma
K = 1 + 3,3 Log (102) =7,6 ≈ 8 2. Menentukan Rentang Data Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1 3. Menghitung Panjang Kelas = Rentang kelas dibagi jumlah kelas Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kedudukan variabel berdasarkan pengelompokkan atas 3 ranking, pengelompokkan atas 3 ranking sebagaimana disebutkan oleh Suharsimi Arikunto (2006: 263) adalah: a. Kelompok atas Semua responden yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus 1 standar deviasi ke atas (> Mi + 1 SDi) b. Kelompok sedang Semua responden yang mempunyai skor antara skor rata-rata minus 1 standar deviasi dan skor rata-rata plus 1 standar deviasi (antara M – 1 SDi sampai Mi + 1 SDi) c. Kelompok kurang
Semua responden yang mempunyai skor lebih rendah dari skor ratarata minus 1 standar deviasi (<Mi – 1 SDi) Untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi ideal digunakan rumus sebagai berikut : Mean Ideal (Mi)=
skor maksimum ideal skor minimum ideal 2
Standar deviasi ideal (Sdi) =
skor maksimum ideal skor minimum ideal 6
Dari hasil penilaian responden maka dapat dijelaskan besarnya jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu sebagai berikut : 1. Variabel Kecerdasan Emosional (X1) Variabel Kecerdasan Emosional diukur dengan 14 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 14 x 1 = 14 Skor maksimum ideal = 14 x 4 = 56 Nilai rata-rata ideal =
56 14 = 35 2
Nilai standar deviasi ideal =
56 14 =7 6
Berdasarkan data Kecerdasan Emosional menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 56 dan skor total terendah adalah 28. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 44,4, Me 43 dan Mo 42 serta SDi sebesar 5,1. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada kecerdasan emosional adalah 56 yang nilainya jauh diatas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar 5,1 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap kecerdasan emosionalnya adalah ±5,1 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Emosional No.
Interval Kelas
Frekuensi
Persentase
2 1 3 0 69 16 5 6 102
2.0% 1.0% 2.9% 0.0% 67.6% 15.7% 4.9% 5.9% 100%
27 – 30 31 – 34 35 – 38 39 – 42 43 – 46 47 – 50 51 – 54 55 – 58 Total Sumber: Data primer yang diolah, 2013 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 43 – 46 yaitu sebesar 67,6%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kecerdasan Emosional di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kecerdasan Emosional 27 – 30 31 – 34 35 – 38 39 – 42 43 – 46 47 – 50 51 – 54 55 – 58
Gambar 2. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional
Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel kecerdasan emosional dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Kecerdasan emosional sebesar 35 dan Standar Deviasi 7. Mean + 1 SDi = 35 + 7 = 42 Mean – 1 SDi = 35 – 7= 28 Tabel 14. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kecerdasan Emosional No.
Interval Kelas
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
Kategori Kelompok
1 2 3
28 – 35 36 – 42 > 42
3 38 61 102
2.9% 37.3% 59.8% 100
Kurang Sedang Atas
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 38 (37,3%) responden yang berada dalam kategori kelompok sedang, 61 (59,8%) responden berada dalam kategori kelompok atas, dan 3 (2,9%) dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 14 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kecerdasan Emosional
28 – 35 36 – 42 > 42
Gambar 3. Histogram Kecenderungan Frekuensi Kecerdasan Emosional
2. Variabel Kecerdasan Intelektual (X2) Variabel Kecerdasan Intelektual diukur dengan 7 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 7 x 1 = 7 Skor maksimum ideal = 7 x 4 = 28 Nilai rata-rata ideal =
28 7 = 17,5 2
Nilai standar deviasi ideal =
28 7 = 3,5 6
Berdasarkan data Kecerdasan Intelektual menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 28 dan skor total terendah adalah 15. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 21,5, Me 21 dan Mo 21 serta SDi sebesar 2,7. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada kecerdasan intelektual adalah 28 yang nilainya jauh diatas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar 2,7 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap kecerdasan intelektualnya adalah ±2,7 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Intelektual No.
Interval Kelas
Frekuensi
Persentase
0 2 11 20 35 17 11 6 102
0.0% 2.0% 10.8% 19.6% 34.3% 16.7% 10.8% 5.9% 100%
13 – 14 15 – 16 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 25 – 26 27 – 28 Total Sumber: Data primer yang diolah 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 21 – 22 yaitu sebesar 34,3%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kecerdasan Intelektual di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kecerdasan Intelektual 13 – 14 15 – 16 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 25 – 26 27 – 28
Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Intelektual Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Kecerdasan Intelektual dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel kecerdasan intelektual sebesar 17,5 dan Standar Deviasi 3,5.
Mean + 1 SDi = 17,5 + 3,5 = 21 Mean – 1 SDi = 17,5 – 3,5= 14 Tabel 16. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kecerdasan Intelektual No.
Interval Kelas
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
Kategori Kelompok
1 2 3
14 – 17 18 – 21 > 21
6 54 42 102
5.9% 52.9% 41.2% 100%
Kurang Sedang Atas
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 54 (52,9%) responden yang berada dalam kategori kelompok sedang, 42 (41,2%) responden berada dalam kategori kelompok atas, dan 6 (5,9%) responden berada dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 16 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kecerdasan Intelektual
14 – 17 18 – 21 > 21
Gambar 5. Histogram Kecenderungan Frekuensi Kecerdasan Intelektual
3. Variabel Kecerdasan Spiritual (X3) Variabel Kecerdasan Spiritual diukur dengan 14 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 14 x 1 = 14
Skor maksimum ideal = 14 x 4 = 56 Nilai rata-rata ideal =
56 14 = 35 2
Nilai standar deviasi ideal =
56 14 =7 6
Berdasarkan data Kecerdasan Spiritual menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 56 dan skor total terendah adalah 30. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 43,2, Me 42 dan Mo 42 serta SDi sebesar 5,3. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada Kecerdasan Spiritual adalah 56 yang nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar 5,3 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap Kecerdasan Spiritualnya adalah ±5,3 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 17. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Kecerdasan Spiritual No.
Interval Kelas
28 – 31 32 – 35 36 – 39 40 – 43 44 – 47 48 – 51 52 – 54 56 – 59 Total Sumber: Data primer yang diolah 1 2 3 4 5 6 7 8
Frekuensi
Persentase
1 5 16 36 24 14 1 5 102
1.0% 4.9% 15.7% 35.3% 23.5% 13.7% 1.0% 4.9% 100%
Tabel 17 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 40 – 43 yaitu sebesar 35,3%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kecerdasan Spiritual di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini: Kecerdasan Spiritual 28 – 31 32 – 35 36 – 39 40 – 43 44 – 47 48 – 51 52 – 54 56 – 59
Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Kecerdasan Spiritual Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Kecerdasan Spiritual dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Kecerdasan Spiritual sebesar 35 dan Standar Deviasi 7. Mean + 1 SDi = 35 + 7 = 42 Mean – 1 SDi = 35 – 7= 28 Tabel 18. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Kecerdasan Spiritual No.
Interval Kelas
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
Kategori Kelompok
1 2 3
27 – 34 35 – 42 > 42
5 47 50 102
4.9% 46.1% 49% 100%
Kurang Sedang Atas
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 50 (49%) responden yang berada dalam kategori kelompok atas, 47 (46,1%) responden berada dalam kategori kelompok sedang, dan 5 (4,9%) responden berada dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 18 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut: Kecerdasan Spiritual
27 – 34 35 – 42 > 42
Gambar 7. Histogram Kecenderungan Frekuensi Kecerdasan Spiritual 4. Variabel Perilaku Etis (Y) Variabel Perilaku Etis diukur dengan 8 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut : Skor minimum ideal = 8 x 1 = 8 Skor maksimum ideal = 8 x 4 = 32 Nilai rata-rata ideal =
32 8 = 20 2
Nilai standar deviasi ideal =
32 8 =4 6
Berdasarkan data Perilaku Etis menunjukkan bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 32 dan skor total terendah adalah 19. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 25,5, Me 25 dan Mo 24 serta SDi sebesar 2,9. Hal ini berarti skor maksimum yang terjadi pada Perilaku Etis adalah 32 yang nilainya jauh di atas dari nilai rata-rata ideal, sehingga menunjukkan penilaian yang sangat baik, dan standar deviasi sebesar
2,9 berarti fluktuasi dari penilaian responden terhadap Perilaku Etisnya adalah ±2,9 dari 102 observasi yang diamati. Distribusi frekuensi skor tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Skor Variabel Perilaku Etis No.
Interval Kelas
Frekuensi
Persentase
2 5 13 39 18 18 1 6 102
2.0% 4.9% 12.7% 38.2% 17.6% 17.6% 1.0% 5.9% 100%
18 – 19 20 – 21 22 – 23 24 – 25 26 – 27 28 – 29 30 – 31 32 – 33 Total Sumber: Data primer yang diolah 1 2 3 4 5 6 7 8
Tabel 19 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban responden pada interval antara 24 – 25 yaitu sebesar 38,2%. Tabel distribusi frekuensi skor variabel Perilaku Etis di atas, dapat digambarkan dalam Histogram berikut ini:
18 – 19
Perilaku Etis
20 – 21 22 – 23 24 – 25 26 – 27 28 – 29 30 – 31 32 – 33
Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Perilaku Etis Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya variabel Perilaku Etis dengan menggunakan nilai Mean ideal dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Perilaku etis sebesar 20 dan Standar Deviasi 4. Mean + 1 SDi = 20 + 4 = 24 Mean – 1 SDi = 20 – 4= 16 Tabel 20. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Variabel Perilaku Etis No. 1 2 3
Interval Kelas 15 – 19 20 – 24 > 24
Frekuensi
Frekuensi Relatif (%)
Kategori Kelompok
2 13 87 102
1,97% 12,74% 85,29% 100%
Kurang Sedang Atas
Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 13 (12,74%) responden yang berada dalam kategori kelompok sedang, 87 (85,29%) responden berada dalam kategori kelompok atas, 2 (1,97%) responden berada dalam kategori kelompok kurang. Berdasarkan tabel 20 di atas dapat digambarkan histogram seperti berikut:
Perilaku Etis
15 – 19 20 – 24 > 24
Gambar 9. Histogram Kecenderungan Frekuensi Perilaku Etis
D. Uji Prasyarat Analisis Data 1. Asumsi Klasik Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara statistik sebenarnya model persamaan regresi yang diajukan adalah sudah memenuhi syarat, dalam arti eratnya hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya. Tetapi, agar model persamaan tersebut dapat diterima secara ekonometrik maka harus memenuhi asumsi klasik antara lain uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan linieritas. a. Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah tiap variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan statistik Kolgomorov-Smirnov dengan SPSS 17.0. Kriteria yang digunakan adalah melalui nilai Asymp. Sig (2-Tailed). Pengukuran dengan membandingkan nilai Asymp. Sig(2Tailed) dengan nilai alpha yang ditentukan yaitu 5%, sehingga apabila nilai Asymp. Sig(2-tailed)>0,05 maka disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan pada tabel 21 berikut:
Tabel 21. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences
Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed)
Standardized Residual 102 .0000000 .98503656 .096 .085 -.096 .968 .306
a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.
Sumber: Data primer diolah, 2013 Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, karena nilai Asymp.Sig sebesar 0,306>0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data-data penelitian telah memenuhi distribusi normal. b. Uji Multikolinieritas Uji ini digunakan untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/independent. Di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance <0,10 atau nilai VIF > 10 dengan tingkat kolonieritas 0.50, dan iktisar hasil multikolinieritas pada variabel bebas dapat ditunjukkan pada tabel 22 berikut:
Tabel 22. Hasil Uji Multikolinieritas Variabel
Tolerance
VIF
Keterangan
X1 0.795 1,258 X2 0.742 1,347 X3 0.801 1,248 Sumber: Data primer diolah, 2013
Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas
Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa nilai VIF masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung gejala multikolinieritas. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas mendeteksi
ada
tidaknya
adalah
situasi
tidak
heteroskedastisitas
konstannya dilakukan
varians.
pengujian
Untuk dengan
menggunakan metode Glejser yang selanjutnya dilakukan perbandingan antara nilai sig-t dengan 0,05. Jika Sig-t_hitung
lebih kecil dari 0,05 maka akan terjadi
heteroskedastisitas, begitu juga sebaliknya. jika sig-t_hitunglebih besar dari 0,05 maka tidak akan terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji Glejser dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 23. Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel t hitung sig t X1 1.234 0.220 X2 0.093 0.926 X3 0.232 0.817 Sumber: Data primer diolah, 2013
Keterangan Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas
Dari hasil heteroskedastisitas terhadap masing-masing variabel independen diperoleh p-value (sig-t) > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas pada masing-masing variabel independen. d. Uji Linieritas Pengujian linieritas regresi dilakukan dengan uji Statistik F. Harga F dihitung kemudian dikonsultasikan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%. Apabila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel maka hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linier. Tabel 24. Rangkuman Hasil Uji Linieritas F Hitung Variabel X1 dengan Y 0.978 X2 dengan Y 1.055 X3 dengan Y 1.693 Sumber : Hasil Olah Data SPS, 2013
P value 0.495 0.407 0.052
Keterangan Linier Linier Linier
Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 24 menunjukkan bahwa uji linieritas antara X1 diperoleh nilai F hitung sebesar 0,978 dan p value sebesar 0,495 (0,495>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Etis adalah linier. Hasil uji linieritas antara Kecerdasan Intelektual diperoleh nilai F hitung sebesar 1,055 dan p value sebesar 0,407 (0,407>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Etis adalah linier. Hasil uji linieritas antara Kecerdasan Spiritual diperoleh nilai F hitung sebesar 1,693 dan p value sebesar 0,052 (0,052>0,05) yang menunjukkan bahwa hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Etis adalah linier.
2. Uji Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang dirumuskan. Oleh sebab itu, jawaban sementara ini harus diuji kebenarannya secara empiris. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana untuk hipotesis pertama, kedua, dan ketiga, sedangkan untuk hipotesis yang keempat menggunakan teknik regresi berganda. Penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut: a. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama menyatakan bahwa “Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta”. Untuk menguji hipotesis pertama ini digunakan analisis regresi linier sederhana. Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Emosional) Koef. Regresi (B) Konstanta 14.808 Kecerdasan Emosional (X1) 0.240 R Square 0,175 Sumber: Data primer diolah, 2013 Variabel
t hitung
Sig.t
Keterangan
6.353 4.604
0.000 0.000
Signifikan
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 25 di atas dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = 14,808 + 0,240X1
Nilai konstanta sebesar 14,808, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar 14,808 jika Kecerdasan Emosional sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Perilaku Etis akan menurun jika tidak ada Kecerdasan Emosional. Variabel Kecerdasan Emosional (X1) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,240 menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Emosional meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat sebesar 0,240 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis adalah signifikan. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung sebesar 4,604 , sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan variabel Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kecerdasan Emosional maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi R2 sebesar 0,175 yang berarti 17,5% variasi pada variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen Kecerdasan Emosional. Sedangkan sisanya 82,5% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam model tersebut. Dengan demikian hipotesis pertama yang menyatakan “Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta” diterima. b. Pengujian Hipotesis Kedua Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta”. Untuk menguji hipotesis kedua ini digunakan analisis regresi linier sederhana.
Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut:
Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Intelektual) Koef. Regresi (B) Konstanta 15.312 Kecerdasan Intelektual (X2) 0.472 R Square 0,202 Sumber: Data primer diolah, 2013 Variabel
t hitung
Sig.t
Keterangan
7.511 5.024
0.000 0.000
Signifikan
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 26 di atas dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut :
Y = 15,312 + 0,472X2
Nilai konstanta sebesar 15,312, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar 15,312 jika Kecerdasan Intelektual sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Perilaku Etis akan menurun jika tidak ada Kecerdasan Intelektual. Variabel Kecerdasan Intelektual (X2) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,472 menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Intelektual meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat sebesar 0,472 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis adalah signifikan. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung sebesar 5,024 , sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan variabel Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kecerdasan Intelektual maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi R2 sebesar 0,202 yang berarti 20,2% variasi pada variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen
Kecerdasan Intelektual, sedangkan sisanya 79,8% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam model tersebut. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan “Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta” diterima. c. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga menyatakan bahwa “Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta”. Untuk menguji hipotesis ketiga ini digunakan analisis regresi linier sederhana. Dengan bantuan seri program Statistik (SPSS) for windows 17 diperoleh rangkuman hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 27. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana (Kecerdasan Spiritual) Koef. Regresi (B) Konstanta 14.372 Kecerdasan Spiritual (X3) 0.257 R Square 0,219 Sumber: Data primer diolah, 2013 Variabel
t hitung
Sig.t
Keterangan
6.800 5.290
0.000 0.000
Signifikan
Hasil analisis regresi linier sederhana seperti pada tabel 27 di atas dapat ditulis persamaan regresi yaitu sebagai berikut : Y = 14,312 + 0,257X3
Nilai konstanta sebesar 14,372, hal ini berarti bahwa Perilaku Etis akan sebesar 14,372 jika Kecerdasan Spiritual sama dengan nol. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Perilaku Etis akan menurun jika tidak ada Kecerdasan Spiritual. Variabel Kecerdasan Spiritual (X3) mempunyai pengaruh positif terhadap Perilaku Etis, dengan koefisien regresi sebesar 0,257 menunjukkan bahwa apabila Kecerdasan Spiritual meningkat sebesar 1 persen maka Perilaku Etis akan meningkat
sebesar 0,257 persen dengan asumsi variabel bebas yang lain konstan. Nilai signifikan (sig) sebesar 0,000, nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 0,05 maka pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis adalah signifikan. Berdasarkan perhitungan SPSS, nilai thitung sebesar 5,290 , sedangkan p value sebesar 0,000, sehingga p value <5% (0,000<0,05), artinya ada pengaruh signifikan variabel Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Kecerdasan Spiritual maka Perilaku Etis akan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi R2 sebesar 0,219 yang berarti 21,9% variasi pada variabel dependen Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen Kecerdasan Spiritual. Sedangkan sisanya 78,1% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dijelaskan dalam model tersebut. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan “Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta” diterima. d.
Pengujian Hipotesis Keempat Untuk mempermudah perhitungan regresi dari data yang cukup banyak maka dalam penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (software) komputer program SPSS 17. Hasil pengujian terhadap model regresi berganda terhadap variabel Kecerdasan Emosional (X1), Kecerdasan Intelektual (X2), dan Kecerdasan Spiritual (X3) yang mempengaruhi Perilaku Etis dilihat dalam tabel 28 berikut: Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Independen (Constant)
Koefisien Regresi 7.435
t-hitung 2.868
Probabilitas 0.005
SE
SR
Kecerdasan Emosional 0.127 Kecerdasan Intelektual 0.246 Kecerdasan Spiritual 0.164 F hitung R2 square Multiple R Sig f Sumber : Data hasil regresi, 2013
2.409
0.018
9.3
27.5
2.448 3.25
0.016 0.002 27,929 0,337 0,581 0.000
10.5 13.9
31.1 41.4
Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka didapat persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Etis sebagai berikut : Y = 7,435+ 0,127 X1 + 0,246X2+ 0,164X3 Dari tabel 28 di atas di dapat F hitung sebesar 27,929 dengan taraf signifikansi 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas < taraf signifikansi yang ditolerir (0,000<0,05), maka Ha diterima dan menolak Ho. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan Kecerdasan Emosional, Kecerdasan intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis. Kemudian untuk menunjukkan berapa persen pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis digunakan koefisien determinasi. Dari tabel 28 di atas dapat diketahui koefisien determinasi (R2 square) sebesar 0,337, yang berarti 33,7% variasi Perilaku Etis dapat dijelaskan oleh ketiga variabel bebas yang terdiri dari Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual, sedangkan sisanya 66,3% variasi Perilaku Etis dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
Dengan demikian hipotesis
keempat
yang menyatakan “Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis mahasiswa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta” diterima. Pada tabel 28 menunjukkan besarnya sumbangan efektif variabel Kecerdasan Emosional sebesar 9,3%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis sebesar 9,3% dan besarnya sumbangan relatif sebesar 27,5%. Pada tabel 28 menunjukkan besarnya sumbangan efektif variabel Kecerdasan Intelektual sebesar 10,5%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis sebesar 10,5% dan besarnya sumbangan relatif sebesar 31,1%. Pada tabel 28 menunjukkan besarnya sumbangan efektif variabel Kecerdasan Spiritual sebesar 13,9%. Artinya bahwa besarnya kontribusi variabel Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis sebesar 13,9% dan besarnya sumbangan relatif sebesar 41,4%. Hal ini berarti bahwa variabel Kecerdasan Spiritual lebih dominan dan berpengaruh terhadap Perilaku Etis. Berdasarkan tabel tersebut juga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif sebesar 33,7% terhadap Perilaku Etis dan 66,3% diberikan oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis mahasiwa akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis, maka pembahasan tentang hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1.
Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis pertama bahwa variabel Kecerdasan Emosional (X1) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X1 sebesar 0,240 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kecerdasan Emosional sebesar 1 satuan akan meningkatkan Perilaku Etis sebesar 0,240 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa Kecerdasan Emosional berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani & Ludigdo (2001) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis. Kecerdasan Emosional menyangkut kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri, mengelola emosi, mengungkapkan dan memahami serta memantau perasaan. Kecerdasan Emosional memungkinkan seseorang untuk memahami situasi sekeliling sehingga dapat bersikap dan dapat menempatkan diri dengan baik. Kecerdasan Emosional berkaitan dengan rasa senang, rasa sedih, empati, motivasi, pengaturan diri, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Dengan adanya Kecerdasan Emosional yang baik, setiap individu mampu menangani dan mengelola emosi. Selain itu, seseorang mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif.
Seseorang mampu memotivasi dan mendorong dirinya sendiri untuk terus berusaha mencapai tujuan yang diinginkan, mampu menahan kendali agar emosinya terkontrol dengan baik, mampu memfokuskan diri pada tugastugasnya dan mampu berpikir dengan jernih agar semua berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seseorang dengan keterampilan emosional yang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Kecerdasan Emosional yang ditandai oleh kemampuan pengenalan diri, pengaturan diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan kemampuan sosial akan mempengaruhi perilaku mahasiswa yang nantinya juga mempengaruhi seberapa besar mahasiswa dalam berperilaku etis. 2.
Pengaruh Kecerdasan Intelektual terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis kedua bahwa variabel Kecerdasan Intelektual (X2) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X2 sebesar 0,472 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kecerdasan Intelektual sebesar 1 satuan akan meningkatkan Perilaku Etis sebesar 0,472 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tikollah, Triyuwono dan Ludigdo (2006) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Intelektual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis. Kecerdasan Intelektual terkait dengan kemampuan untuk bertindak lebih tepat dan lebih efektif. Banyak orang yang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut
memiliki banyak peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding orang lain. Padahal, hal tersebut belum dapat dipastikan. Banyak orang yang memiliki tingkat Kecerdasan Intelektual yang tinggi, tapi terkalahkan oleh orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Kecerdasan Intelektual ditandai oleh beberapa hal yaitu kemampuan memecahkan masalah, intelegensi verbal, dan intelegensi praktis. Seorang mahasiswa akuntansi yang memiliki Kecerdasan Intelektual yang baik maka akan mampu berpikir, bertindak efektif dan berperilaku etis. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Intelektual memiliki hubungan dengan Perilaku Etis. 3.
Pengaruh Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis ketiga bahwa variabel Kecerdasan Spiritual (X3) berpengaruh positif secara parsial terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi X3 sebesar 0,257 menyatakan bahwa setiap kenaikan Kecerdasan Spiritual sebesar 1 satuan akan meningkatkan Perilaku Etis sebesar 0,257 satuan. Nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% yaitu 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif terhadap Perilaku Etis. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryani & Ludigdo (2001) yang menyatakan bahwa Kecerdasan Spiritual memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perilaku Etis. Kecerdasan Spiritual berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memaknai arti hidup yang dijalani dan kemampuan nilai yang terkandung dari setiap tindakan-tindakan yang dilakukan. Kecerdasan Spiritual memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan lebih memahami situasi.
Seseorang yang memiliki Kecerdasan Spiritual yang baik memiliki kualitas hidup yang disertai oleh visi dan nilai-nilai seperti prinsip/pegangan hidup yang berpijak pada kebenaran. Terkadang seseorang mengartikan kecerdasan ini lebih terkait dengan hal baik, hal jahat dan berhubungan dengan agama. Padahal kenyataannya tidak demikian, seseorang yang beragama tidak menjamin memiliki Kecerdasan Spiritual yang tinggi. Banyak orang humanis dan ateis memiliki Kecerdasan Spiritual sangat tinggi, namun orang yang aktif beragama memiliki Kecerdasan Spiritual yang sangat rendah. Spritualitas mahasiswa akuntansi yang cerdas akan mampu membantu dalam pemecahan permasalahan-permasalahan dan berperilaku etis sehingga mahasiswa dapat bersikap tenang dalam menghadapi masalah-masalah/kendala-kendala dalam bertindak dan berperilaku etis. Dari uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Spiritual memiliki
hubungan dengan Perilaku Etis. 4.
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan
Kecerdasan
Spiritual terhadap Perilaku Etis Hasil penelitian mendukung hipotesis keempat bahwa variabel Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif secara bersama-sama terhadap Perilaku Etis. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung sebesar 27,929 dan p value sebesar 0,000. Masing-masing kecerdasan, yaitu Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual terhadap Perilaku Etis memiliki kadar yang berbeda. Kecerdasan Emosional (EQ) memiliki peran yang jauh lebih penting dibandingkan dengan Kecerdasan Intelektual (IQ). Didapatkan dari penelitian para ahli, dikatakan bahwa Kecerdasan Intelektual (IQ) hanya
menyumbangkan kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, sedangkan 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain yaitu Kecerdasan Emosional (EQ). Walaupun demikian, Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) saja tidaklah cukup untuk membawa diri seseorang dalam mencapai kebahagiaan dan kebenaran. Selain itu, masih ada nilai-nilai lain yang juga penting yaitu Kecerdasan Spiritual (SQ). SQ merupakan landasan yang penting dan diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif sehingga ada keseimbangan diantara ketiga kecerdasan tersebut. Dari berbagai ungkapan di atas dapat dipahami bahwa Kecerdasan Spiritual (SQ) merupakan kecerdasan tertinggi manusia (melebihi IQ maupun EQ) yang diwujudkan dalam sikap moral yang luhur (etis). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual memiliki hubungan dengan Perilaku Etis
F. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dan dilakukan sesuai prosedur ilmiah, namun masih memiliki keterbatasan antara lain: 1. Penelitian hanya menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka memungkinkan data yang diperoleh bias, karena perbedaan keseriusan masing-masing responden dalam menjawab kuesioner. 2. Menyadari bahwa yang dapat mempengaruhi Perilaku Etis sangat banyak, sedangkan dalam penelitian ini hanya terdiri dari tiga variabel, yaitu Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Spiritual. Hasil penelitian ini perilaku etis hanya bisa dijelaskan sebesar 33,7 oleh
ketiga variabel bebas, untuk peneliti yang akan datang sebaiknya menambah variabel independen yang lain, misalnya Kecerdasan Sosial.