51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Metro Tv 4.1.1 Sejarah METRO TV
PT. Media Televisi Indonesia mendapatkan lisensi tekhnik broadcasting untuk stasiun Metro Tv pada tanggal 25 Oktober 1999. Media Group sendiri mendapatkan subsidi yang dikepalai oleh Surya Paloh, dimana berposisi sebagai President Direktur Perusahaan, dimana Surya Paloh sudah mempunyai pengalaman mengenai broadcasting pada Industri Media di Tv lokal dan dalam media publikasi di Indonesia dimana media Publikasi Surya Paloh menempati peringkat ketiga sebagai koran terbesar di Indonesia. Media Indonesia pada awalnya mempekerjakan 280 tenaga kerja yang hingga saat ini sudah mempekerjakan lebih dari 900 tenaga kerja, dimana terbanyak dalam bagian berita dan bagian produksi.
Pada 25 November 2000. Metro tv mulai mengudara untuk pertama kalinya di tujuh kota di Indonesia. Ketika pertama kali mengudara Metro Tv hanya mengudara selama 12 jam hingga akhirnya pada tanggal 1 April 2001 Metro Tv mulai mengudara selama 24 jam.
Pada awalnya tantangan untuk Metro Tv ialah membangun sebuah perusahaan penyiaran dengan Infrastrukur serta level yang baik, fasilitas serta tim yang solid
51
52
dimana Metro Tv harus membangun itu semua dalam waktu sembilan bulan. Kekuatan kerja sama yang dibangun dari awal ini adalah suatu pengalaman untuk mendapatkan sebuah team yang soid dimana dengan tingkat pengalaman yang profesional yang siap bekerja dibawah kondisi penuh tekanan dan tantangan.
Metro Tv menawarkan sebuah program hiburan dan gaya hidup yang baru serta dominasi pada sektor industri berita dengan kualitas yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk menyajikan sebuah tayangan yang unik yang lain dai yang lain dimana akan dapat dikeibungkan lagi di masa depan. Metro Tv mencoba mengikuti perkeibungan zaman serta dengan gaya yang baik untuk terus dapat bertahan di Industri penyiaran. Terlebih untuk melebarkan audiens agar dapat ditonton semua khalayak.
Metro Tv berkeinginan untuk menjadi sebuah perusahaan dalam bidang penyiaran dengan tingkat antusiasme yang tinggi dan multi dimensional dimana semua program Metro Tv dibutuhkan oleh penonton. Melihat pada tahun 2006 visi dari perusahaan ini untuk mendapatkan program berita yang berkualitas dan memberikan berita yang luar biasa dengan level yang tinggi serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan para produsen iklan.
Perusahaan Metro Tv juga merupakan perusahaan yang ingin menjaga tingkat share yang tinggi dan keseriusan dalam ketenaga kerjaan. Diharapkan dengan kuatnya konsistensi yang tinggi akan meibuwa pendapatan yang signifikan serta
53
profit yang dapat di jadikan aset bagi Metro Tv, dimana tidak menghilangkan kualitas dari perusahaan Metro Tv dimana hal ini merupakan hal penting dalam mempertahankan kinerja perusahaan.
4.1.2
Logo METRO TV
4.1.3 Visi dan Misi
a. VISI:
Menjadi salah satu stasiun televisi di Indomesia yang terdepan dan nomor satu dalam berita, dan juga memberikan program hiburan dan gaya hidup yang berkualitas. Menayangkan iklan dan promosi yang unik dengan tingkat loyalias penonton dan penikmat iklan yang loyal.
b. MISI:
1) Mensimulasikan dan mempromosikan Bangsa dan Negara Indonesia dimana adanya suasana demokrasi, untuk bersaing secara global, dang juga dengan tingkat apresiasi, moral serta etika yang baik.
54
2) Untuk menaikkan mutu industri perusahaan penyiaran dimana menawakan sebuah hal yang baru, dengan mengembangkan alur informasi atau berita yang mengutamakan kualitas serta sebuah alternatif tayangan hiburan. 3) Untuk mendapatkan sebuah perusahaan penyiaran yang terus berkeibung secara signifikan dan juga dengan pendapatan dan aset yang semakin berkeibung, serta beriibus pada meningkatnya kualitas tenaga kerja dan suibungsih tenaga kerja berkualitas bagi perusahaan, dan juga untuk memproduksi penerimaan perusahaan yang baik serta stabilitas pada tingkat share.
4.2 Profil Nara Sumber
Tjokro Utomo
: Reporter, News Anchor Metro TV.
Fransiska Renata
: Reporter Metro TV
Om Brur
: Coordinator Cameraman Metro TV
4.3 Hasil Penelitian Pada bab IV ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian berbagai fenomena kehidupan sosial jurnalis TV dari sebelum menjadi seorang jurnalis sampai dengan menjadi jurnalis TV. Baik perubahan kecil bahkan sampai dengan perubahan yang sangat signifikan akan peneliti paparkan di bab ini. Pada bab ini
55
juga peneliti akan menyampaikan perubahan-perubahan yang telah dipaparkan narasumber ketika proses wawancara ataupun yang tidak disampaikan oleh narasumber, berkat hasil observasi yang peneliti lakukan. Penulis membawa dirinya ke alam penelitian, dengan menggunakan kata ganti “saya”, yaitu kata ganti orang pertama.
4.3.1
Mendapatkan akses berkenalan dengan informan Keberhasilan
saya
dalam
upaya
mencari
narasumber
dan
mewawancarainya sampai dengan sangat mendalam tentunya tidaklah mudah, apalagi penelitian saya ini mencakup kehidupan keluarga, kehidupan masa lalu, perubahan sifat, perubahan sikap, dan segala perubahan yang terjadi ketika sebelum menjadi jurnalis tv dan sesudah menjadi jurnalis tv. Walaupun sudah dimudahkan karena sudah pernah melakukan magang di tempat narasumber bekerja, tetapi belumlah cukup untuk bertanya-tanya dan memasuki kehidupan pribadi narasumber. Tentunya narasumber punya cara untuk membentengi dirinya agar kehidupannya tidak terlalu dimasuki oleh saya. Dalam upaya mendapatkan akses berkenalan dengan informan tentunya saya sudah dimudahkan karna saya pernah melakukan magang ditempat yang sama, tetapi karna tempat magang saya berbeda divisi dengan
56
narasumber, saya menggunakan beberapa cara dan strategi yang disesuaikan pada ruang dan waktu narasumber, dan juga dengan melihat situasi yang sedang dialami oleh narasumber ketika saya mengajak untuk berkenalan. 4.3.2
Membangun perkawanan dengan narasumber Dalam
sebuah
komunikasi
antarpribadi,
membangun
sebuah
perkawanan adalah hal yang harus dilakukan agar komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Contoh kecilnya adalah kita berkawan dengan seorang teman, pasti kita akan lebih mudah mendapatkan informasi yang sebanyakbanyaknya, tentunya dalam membangun perkawanan ini sendiri, kita harus terbuka lebih dulu mengenai diri kita dan apa yang ingin kita teliti dari narasumber. Pada awalnya mungkin sedikit berat untuk mendapat kepercayaan dari mereka, tetapi dengan seiring berjalannya waktu dan kita terus memberikan sikap sopan dan santun, tentunya narasumber lambat laun akan memberikan kepercayaan kepada kita. Memang tidak mudah untuk membangun perkawanan dengan seorang profesional yang sudah bekecimpung di dunia jurnalisme, karena mungkin kita merasa minder dengan pekerjaan mereka, tetapi dengan kita menunjukkan sikap kita yang tidak berlebihan dan berperilaku seperti apa adanya kita, itu akan sangat membantu dalam menjalin perkawanan dengan narasumber.
57
Hal yang paling penting yang saya rasakan adalah, jangan pernah seakan-akan mengejar narasumber dengan menghubungi secara terus-menerus dalam satu hari bahkan dalam kurun waktu beberapa jam, karna hal itu akan membuat narasumber menjadi jenuh dan merasa dikejar-kejar oleh peneliti. Penting untuk saya berkomunikasi dengan narasumber saya, tetapi jangan terlalu sering dan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan penelitian kita saja. Sesekali sangat dibutuhkan komunikasi yang tidak ada hungungannya dengan penelitian kita. Hal ini akan membuat narasumber merasa kita membutuhkan dia hanya untuk penelitian yang sedang dijalankan saja, tetapi memang dari kedua belah pihak harus sama-sama merasa nyaman dengan perkawanan yang dijalin. 4.3.3 Fenomena Kehidupan Jurnalis TV Tommy Tjokro Wajah ganteng dan simpatiknya ternyata menjadi idola kaum ibu-ibu dan remaja. Siapa lagi kalau bukan Tommy Tjokro, pembawa berita di Metro TV. Pria kelahiran Braunschweigh, Jerman, 10 Juli 1977 ini, sejak tahun 2003 sudah bergabung dengan Metro TV. Berbagai program acara news pernah ia bawakan. Tommy adalah lulusan dari Queensland University, Brisbane jurusan Marketing ini. Ketika peneliti berkenalan dengan Tommy, dia langsung memberikan sinyal-sinyal positif bahwa dia adalah orang sangat pas untuk menjadi narasumber peneliti. Benar saja ketika peneliti melakukan penelitian secara mendalam tentang kehidupan social
58
Tommy, dia sangat terbuka dan penuh canda, sesekali dia mengajak peneliti bercanda gurau tentang pekerjaan yang mengalami banyak keuntungannya
“keuntungan dari pekerjaan ini adalah akses, akses dimanapun juga, karena dengan kartu pers kita punya akses kemanapun juga”
Selalu tampil riang dan penuh canda dan berbeda ketika sedang membawakan sebuah program acara, tommy kini sudah menjadi news anchor di Metro TV, dulunya adalah seorang pekerja lapangan, yang hamper sudah mengunjungi semua provinsi di Indonesia. Bersifat kritis dan selalu ingin menjadi tahu adalah kunci dari pekerjaan sebagai jurnalis, apalagi di Indonesia. Sesekali Tommy selalu sibuk dengan potongan rambutnya yang baru saja dipangkas dan sesekali dia sibuk dengan gadget yang ia miliki. Sambil menikmati santap siang Tommy terlihat sangat akrab dengan semua orang di lingkungan kerjanya. Tommy juga dikenal sebagai orang yang selalu memulai canda gurau dilingkungan kerjanya. Hal-hal yang nampaknya kecil dan remeh juga walau hanya dengan gurauan semata, ternyata bisa menjadi kunci sukses dalam menapaki kehidupan sehari-harinya dan juga dilingkungan kerjanya. Tommy yang mengaku tidak bangga ketika berhadapan dengan orang-orang penting dan pejabat-pejabat penting di Indonesia juga member masukan kepada saya ketika saya ingin menjadi jurnalis nanti.
59
“persaingan harus ada tapi networkin juga penting”
Suasana yang sangat nyaman dan tentram tercipta dilingkungan rumah Tommy ketika peneliti dibolehkan untuk berkunjung kerumahnya. Tidak terlalu jauh dari Metro TV, Tommy tinggal dengan Istri dan dua anaknya beserta adik kandungnya didaerah Kedoya. Tampak sedikit berbeda apabila dengan suasana kantor, Tommy tetap memperlihatkan wajah yang senang ketika pulang kerumha dan tidak mau menunjukkan wajaha dengan ekspresi yang lelah, walaupun ketika peneliti mengikuti kehidupannya selama seharian penuh. Canda tawa selalu keluar dari mulut Tommy kepada kedua anaknya.
“Alhamdulillah karna kebetulan saya dari pertama berprofesi di dunia ini, saya selalu mensosialisikan informasi profesi saya seperti apa, sampe saat ini dan insyaAllah sampe kedepannya ga ada masalah”
Tommy juga mengaku tidak ada perubahan yang terlalu signifikan ketika ia menjadi jurnalis seperti sekarang ini dengan ketika ia belum menjadi jurnalis. Hanya satu yang selalu ditekankan dari raut muka yang selalu ceria itu, bahwa waktu adalah hal sangat harus diperhatikan dan menjalani pekerjaan sebagai jurnalis TV.
60
FRANSISKA RENATA Fransiska Renata adalah sebuah nama lengkap dari seorang reporter Metro TV yang sudah menjalani pekerjaannya selama hampir 3.5 tahun dan akrab dipanggil Rena, wanita lulusan UPN Veteran Surabaya. Belum lama tapi sudah cukup untuk dikatakan sebagai reporter senior di Metro TV, memang dia bukan seorang news anchor, tapi dari hasil observasi saya dan wawancara yang saya lakukan, Rena sudah cukup memakan asam garamnya menjadi reporter Rena yang mengaku ketika lulus langsung melamar pekerjaan di Metro TV dan langsung diterima itu dulunya adalah seorang penyiar radio disebuah stasiun siaran radio di Surabaya. Sejenak beristirahat dan tampak dari wajahnya yang cukup lelah karena habis melakukan liputan di daerah Tanjung Priok, Rena tetap mengobrol santai dengan peneliti di Lobby II Metro TV. Sambil berbincang dengan teman yang memegang kamera Rena tampak sedang ingin membuat laporan mengenai liputannya. Rena reporter rantauan dari Surabaya ini berkata bahwa ketika peneliti ingin menjadi reporter, peneliti harus memiliki sifat yang keras dan tahan dengan segala godaan dan juga sabar, sabar disini maksudnya ketika menunggu narasumber atau menunggu berita yang menarik untuk diliput. “kalo dari awal kamu harus tahu dulu sebelum punya sifat-sifat itu kamu harus tahu dulu kehidupan jurnalis itu seperti apa, karna itu bisa dibentuk pada saat kamu masuk ke dunia jurnalis itu, gw rasa sih bakalan bisa, karna bisa karna biasa”.
61
Komunikasi dengan peneliti sesekali menggunakan bahasa Inggris dengan logat british, makin memperjelas bahwa menjadi seorang jurnalis itu juga penting dalam menguasai bahasa asing. Jadi tidak heran kalau Rena sudah bisa melakukan liputan ke luar negeri tepatnya di Malaysia. Setiap minggunya Rena dipastikan untuk menyempatkan waktu untuk ibadah di gereja dan bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di gereja tempat Rena beribadah.Tidak ada kegiatan lain yang diikutinya selain berorganisasi di gereja di luar dari pekerjaannya. Komunikasi terhadap keluarganya yang ada di Surabaya juga harus selalu dilakukan menurut Rena, karena ia menganggap, kalau tidak ada keluarga ia tidak akan ada atau hadir di dunia ini. Rena beranggapan kesulitan menjadi seorang jurnalis adalah masalah waktu dan kalimat itu dipetegas dengan raut wajah yang sedikit nyeleneh, karena Rena pernah mengalami ketika ia sudah membuat janji dengan seseorang, dan ketika itu pula ia ditelpon dari kantor dan harus melakukan liputan, mau tidak mau karena tanggung jawab dan merasa di gaji oleh kantor, Rena pun harus berangkat untuk liputan dimanapun itu.
“tapi kalo mau cari duit this is not a place yang bisa loe dapet duit banyak disini tu ngga, tapi kalo memang ini mimpi kamu untuk menjadi jurnalis ya sayan sarankan untuk mengejar mimpi itu”.
62
Dalam perjalanan menuju kamar kost-nya yang tidak jauh dari kantor, sambil memegang sebuah es krim, Rena terlihat tidak bersosialisasi dengan orang yang ada dilingkungan kost-nya, hanya satu orang dilingkungan kost-nya yang ia tanggapi ketika lewat didepannya dan itu juga hanya seperlunya. Jarang berada di kamar kost dan hanya beberapa jam dan mungkin hanya untuk tempat tidur dah istirahat saja jadi alasan mengapa Rena tidak terlalu mengenali masyarakat di lingkungan tempat kostnya. Begitu juga dengan keluarganya di Surabaya, Rena terkadang suka lupa untuk memeberikan kabar untuk orang tuanya disana, tapi ia beranggapan bahwa ketika orang tuanya masih bisa atau masih melihatnya di layar kaca, berarti ia masih aman dan sehat.
SUDIRMAN MUSTARY Dulunya ia mengaku seorang preman yang tinggal dikawasan Jakarta Utara. Sudirman Mustary, yang lebih suka dipanggil Brur ini adalah pria keturunan Maluku yang sekarang telah menjadi seorang koordinator kameraman di Metro TV ini telah menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk menjadi seorang kameraman, di metro tv sendiri ia sudah bekerja sejak 9 tahun yang lalu. Awal mula ia menjadi seorang kameraman atau seorang jurnalis tv sengatlah menarik untuk dipelajari dan diambil pengalamannya. Datang dari Maluku tanpa modal ilmu jurnalis sedikitpun merasa sangat beruntung sekali karena dulu ia sering bermain ke kantor salah satu production house yang ada di Jakarta Utara. Dari situlah
63
ia mendalami ilmu kamera TV dan berlanjut hingga diterima dan bekerja sebagai kameraman di PH tersebut. Menurutnya disanalah titik terang masa depannya, dan tidak lama dari PH tersebut ia diterima sebagai kameraman di TPI (Televisi Pendidikan Indonesia). Dari pertanyaan-pertanyaan yang saya layang kepada Om Brur (panggilan akrab), dia menjawab dengan logat khas tanah maluku, dan proses wawancara pun berlangsung disalah satu kedai kopi didekat Metro TV, dia tidak mau diwawancarai apabila wawancara dilakukan sebagai mana wawancara biasanya. Sambil menghisap sebatang rokok dan sambil minum kopi dia berkata
“Bagi gue cameraman itu sebenernya dari sini dari hati kita, jadi bukan ketika bukan menjai trend ketika kita melihat orang pegang kamera trus pengen jadi, karena menurut gw dari hati bener-bener”
Dari cara berbicara yang sangat akrab dan sedikit cengengesan, dia selalu mengajak bercanda gurau dengan saya dan sesekali menawarkan rokok yang dia hisap dan kopi yang sedang ia minum. Berwatak sangat menyenangkan, dan selalu tertawa dalam menjawab pertanyaan. Diluar semua itu ia ternyata mempunyai hati yang sangat baik terhadap orang disekitar lingkungannya baik dengan teman-teman dilingkungannya.
64
Ketika peneliti bertanya mengenai perubahan tentang kehidupannya sebelum dan sesudah menjadi jurnalis, ia menjawab dengan raut muka yang sangat serius dan sedikit memberi nasihat kepada peneliti apabila peneliti ingin menjadi jurnalis atau kameraman di masa depan. Memang terlihat dari tingkah laku dan cara bergaul Om Brur mungkin seperti tidak bisa berkata serius, tapi dibalik itu semua ia adalah sosok seorang penyayang keluarga dan selalu menomersatukan keluarga karena dahulunya pernah mempunyai pengalaman yang cukup buruk
“kekurangan saya, ketika saya merantau ke Jakarta pada tahun 1990 sampai sekarang kalo dihitung saya itu.. sampe orang tua saya meninggal saya ga bisa datang karena liputan,”
Om Brur beranggapan bahwa kesulitan dalam menjadi seorang jurnalis itu hampir tidak ada, kecuali masalah waktu. Akan tetapi masalah waktu inilah yang sering sekali dikeluhkan oleh orang-orang disekitanya. Masalah tentang perubahan kehidupan sendiri ia mengaku hidupnya telah berubah total dan kebanyakan teman tidak menyangka bahwa ia akan menjadi seperti sekarang ini, dahulu untuk mencari makan saja susah, akan tetapi sekarang sudah meraih segalanya dalam hidup, baik hidup dengan keluarga maupun kehidupan sosial dalam masyarakat.
4.4 Pembahasan
65
4.4.1
Kategorisasi Jurnalis di Jakarta
Jurnalis Senior Seorang yang sudah bekerja selama 5 tahun lebih di bidang jurnalis tv dapat dikatakan sebagai jurnalis senior. Kelebihan seorang jurnalis senior ini adalah para jurnalis sudah dapat mengatur waktu kerjanya sendiri, walaupun terkadangjuga bisa mendapat panggilan dadakan dari kantor tempat bekerjanya, tapi seorang jurnalis senior masih bisa menolak apabila ingin ditugaskan untuk melakukan liputan di hari liburnya. Jadi dalam mengatur waktu untuk bersosialisai dengan masyarakat disekitar atau dilingkungan kerja amupun dilingkungan tempat tinggal masih bisa sering dilakukan oleh wartawan senior. Dalam hal ini yang dikategorisasikan menjadi wartawan senior adalah Tjokro Utomo (Tommy Tjokro) dan Sudirman Mustary (Om Brur). Dapat dilihat juga dari kedua narasumber tersebut, ketika peneliti melakukan penelitian dengan melakukan observasi langsung ketempat kerja dan tempat tinggal mereka, dan juga peneliti melihat dari kehidupan keseharian kedua narasumber tersebut, mereka sudah terlihat lebih sistematis dan lebih dapat mengatur waktu sesuai dengan keinginana mereka, yang tentunya tidaklah mudah untuk meraih hasil tersebut, itupun dapat dilihat dari hasil wawancara peneliti dengan narasumber. Dari pengalaman liputan juga terlihat cukup banyak dan juga sudah meliput, liputan-liputan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dan
66
liputan yang tidak perlu dibimbing dan hanya dilepas saja oleh kantornya dan juga sudah tah harus melakukan apa saja di lapangan. Jurnalis Baru Kategori ini peneliti buat untuk para jurnalis yang sudah melakukan pekerjaan sebagai jurnalis tv sebanyak kurang dari 5 tahun. Dalam hal ini Fransiska Renata yang dapat dikategorikan sebagai jurnalis baru. Alasan dari kategori ini adalah, jurnalis baru terkadang masih suka canggung di depan kamera, dan terkadang juga asih bingung harus melakukan apa dilapangan, sampai terkadang harus mencari isue sendiri untuk menaikkan berita mereka yang tentunya masih dalam tatanan tugas liputan. Seorang jurnalis baru juga belum bisa mengatur jadwal liputannya sendiri dan bahkan hari libur pun masih sering ditugaskan untuk liputan. Tentunya ini dimaksudkan untuk memberi pengalaman bagi jurnalis baru dan untuk menambaha jam terbang untuk mereka. Liputan-liputan yang dilakukan oleh jurnalis baru juga terkadang liputan yang masih tidak terlalu berat, dan ada tahapan-tahapan untuk menjadi seorang wartawan senior. Jurnalis baru terkadang sangat sulit untuk mengatur waktunya sendiri dan hal itu pula yang menyebabkan mereka tidak bisa mengatur waktu apalagi memberi janji kepada teman maupun masyarakat yang ada disekelilingnya. Dapat dilihat
67
dari tidak terjalinnya komunikasi dilingkungan tempat tinggalnya, dan juga kepada keluarga mereka sendiri. 4.4.2 Gambaran Kehidupan Sosial Jurnalis TV Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara dengan nara sumber dan berdasarkan hasil pengamatan observasi lapangan yang saya lihat, yaitu dengan Tommy Tjokro, Fransiska Renata, Om Brur, serta dengan menjelaskan secara detail suatu permasalahan yang terjadi pada narasumber serta menganalisa semua data penelitian yang didapat mengenai fenomena kehidupan sosial jurnalis tv di Jakarta. Fenomena kehidupan jurnalis tv di Jakarta ternyata sangat menarik untuk ditelusuri. Dari hasil wawancara saya dengan beberapa narasumber, fenomena yang dipermasalahkan adalah fenomena jam kerja atau waktu bekerja para jurnalis tv yang tidak tentu dan tidak jelas kapan dan dimana para jurnalis harus pergi bekerja dan melakukan liputan. Akibat waktu yang susah di manage, ini menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan para jurnalis itu sendiri, contoh kecil akibat waktu yang cukup susah diatur, beberapa narasumber bahkan tidak bisa mengahdiri upacaraupacara penting yang diadakan oleh keluarganya sendiri. Masalah waktu ini pula yang mengakibatkan kurangnya waktu berkumpul dengan keluarga inti dirumah maupun keluarga diluar inti. Akan tetapi karna disebabkan oleh masalah jam kerja yang hampir tidak ada habisnya ini, para jurnalis
68
tv, mendapatkan banyak keuntungan untuk nilai diri mereka sendiri. Mereka menjadi tahu banyak hal, dan mempunyai banyak pengetahuan diluar koridor pengetahuan mereka sebelumnya, dan juga dengan pekerjaan mereka, mereka mendapatkan banyak akses untuk kemana saja dengan menggunakan kartu pers dan dapat bertemu banyak masyarakat dari berbagai kalangan di dalam negeri maupun diluar negeri. Dari pekerjaan ini mereka juga berkesempatan melihat fenomena-fenomena sosial yang mereka tidak pernah pikirkan sebelumnya, bencana, perang dan apapun yang bisa mengancam nyawanya sekalipun, tetapi sekali lagi karena tanggung jawab dan keharusan sebagai pekerjaan. Mereka harus tetap menjalani tugas liputan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari mereka pun selalu dipenuhi dengan hal baru yang menjadi keharusan dalam profesi sebagai jurnalis tv. Walaupun pada akhirnya para jurnalis itu sendiri menganggap itu semua sebagai tantangan baru pada setiap harinya. Fenomena berikutnya adalah fenomena dalam kehidupan bermasyarakat yang ternyata beragam jawaban yang saya dapat dari narasumber. Ketika jurnalis tidak dalam masa tugas liputan atau apapun, biasanya para jurnalis selalu memanfaatkan waktu-waktu tersebut untuk bersosialisasi dengan teman-teman mereka, dan bahkan karena waktu libur mereka dikhususkan untuk berkumpul bersama keluarga, waktu bersama teman mereka habiskan pada jam pulang kerja mereka dengan konsekuensi mereka mau menanggung rasa lelah mereka. Komunikasi dengan teman dan yang
69
lainnya selain keluarga inti mereka, dilakukan dengan menggunakan teknologi yang ada dan juga memanfaatkan jejaring sosial yang semakin menjamur disaat-saat ini. Komunikasi dengan masyarakat disekitar tempat tinggal juga tidak sering mereka lakukan lagi setelah mereka menjadi jurnalis tv, bahkan ada jurnalis yang tidak kenal dengan teman satu kost-kostan mereka. Hal ini disebabkan dengan jadwal tugas liputan atau bekerja yang cukup melelahkan, jadi semua itu mengurangi jatah berkomunikasi dengan masyarakat sekitar mereka. Walaupun ada juga yang mengaku bahwa masih suka berkomunikasi dengan masyarakat sekitar pada saat pulang bekerja dengan cara berolah raga dengan masyarakat sekitar rumahnya. Dalam kehidupan berkeluarga, para jurnalis biasanya menyempatkan waktu untuk berkumpul di hari-hari libur mereka dan mereka memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin, ada yang berlibur keluar kota atau hanya memanfaatkan waktu untuk bersama. Jatah cuti yang diberikan kantor dan sedang dipakai pun kadang kala tetap mendapatkan panggilan kerja untuk liputan. Para jurnalis ini biasanya juga hanya beristirahat 3 sampai 4 jam dirumah dan kebanyakan memanfaatkan waktu istirahat diwaktu-waktu sedang dalam perjalanan mereka ke tempat liputan yang dituju. Alasan inilah yang membuat para jurnalis jarang berkumpul dengan temanteman mereka sendiri. Berbagai keluhan masalah waktu dari banyak pihak akhirnya sudah menjadi biasa dan sudah tidak bisa menjadi halangan untuk melakukan tugas liputan yang
70
diberikan untuk mereka, dan bila di informasikan dari awal bahwa profesi sebagai jurnalis membutuhkan waktu yang sangat banyak dan menyita waktu bersama-sama keluarga dan siapapun itu, pada akhirnya semua memang bisa menjadi mengerti akan profesi sebagai jurnalis tv. Jurnalis sendiri sangat menyukai hal-hal baru pada setiap harinya dalam liputan mereka, jadi apapun tugas dari kantornya, mereka selalu ingin melakukan tugas yang diberikan tersebut, karena dengan melakukan liputan, seorang jurnalis bisa menambah jam terbang dan menambah nilai diri mereka sendiri. Pada awalnya masyarakat atau teman-teman yang sudah mengenal cukup baik para jurnalis, pasti akan merasa kaget apabila ternyata teman mereka yang dulunya mungkin sangat funny dan sangat konyol, tiba-tiba menjalani pekerjaan sebagai jurnalis yang menuntut keseriusan dalam bekerja, menuntut keseriusan dalam bertutur dan berperilaku profesional didalam menjalani pekerjaan yang dijalaninya, dan pekerjaan yang dimonitor oleh seluruh lapisan masyarakat kita, atau bisa disebut juga sebagai kontrol sosial. Akan tetapi apabila para jurnalis sudah menjalani pekerjaan mereka kurang lebih tiga tahun, biasanya mereka sudah bisa menolak apabila waktu libur mereka dipakai juga untuk bertugas dengan porsi liputan peristiwa yang tidak begitu besar. Tetapi apabila ada peristiwa yang cukup besar dan mengharuskan jurnalis yang sudah berpengalaman, mau tidak mau mereka juga harus menjalankan tugas liputan yang diberikan oleh kantor mereka.
71
Pada wawancara saya dengan seluruh narasumber yang saya pilih, banyak kejadian-kejadian yang tidak bisa saya duga sebelumnya. Contohnya ketika saya mewawancarai jurnalis yang sudah lebih dari 7 tahun menjalani profesi sebagai jurnalis. Pada saat bersama Tjokro Utomo atau biasa dikenal dengan nama Tommy Tjokro, suasana wawancara awalnya begitu dibuat formal oleh Tommy sendiri, serius dan seperti menjaga image sebagai news anchor metro tv. Akan tetapi setelah saya observasi dengan cara memperhatikan secara berkala dan terus menerus dan saya mencoba ikut masuk ke dalam kehidupan sehari-harinya, ternyata Tommy memang orang yang cukup serius, tapi menyenangkan, bersahabat dengan siapa saja, dan sedikit “gila” kalau sedang berbicara dengan teman-teman dekatnya. Jauh dari kesan formal tapi masih dalam lingkaran sopan dalam bertutur apabila berkomunikasi dengan siapapun. Waktu senggang Tommy dimanfaatkan untuk benar-benar beristirahat. Ketika saya mewawancarainya, Tommy baru saja menyelesaikan shooting live untuk program 811, dan pada hari itu pula pada jam 3 sore harus melakukan shooting lagi untuk program Jakarta-Jakarta. Tidak lupa sebelum makan siang dan beristirahat, Tommy membaca dan mempelajari berita yang akan dibawakan pada program Jakarta-Jakarta. Suasana hangat didalam rumah Tommy juga terasa akrab dengan pribadi saya, dengan 2 anak kecil didalam rumah menambah ramainya rumah, istri yang cantik dan adik yang sangat ramah juga ikut menyapa saya, dan bertanya-tanya dengan Tommy, siapakah saya ?. Tommy menjelaskan dengan bahasa yang sangat baik agar saya bisa
72
lebih diterima oleh anggota keluarganya pada malam itu. Sayangnya istri dan adiknya yang ada dirumah pada saat itu menolak untuk diwawancarai tentang kehidupan keluarganya. Tapi dengan cermat saya mengamati cara bertingkah laku dari keluarga yang sangat ramah dan sangat bahagia. Berbeda dengan Tommy Tjokro, pada saat melakukan wawancara dengan Fransiska Renata, saya harus menunggu hingga Rere pulang dari liputan, saya menunggu sekitar hampir 5 jam untuk bertemu dengan Rere. Ketika Rere sudah sampai di metro tv, dia juga masih sibuk membuat laporan dari liputan yang sudah dilakukannya. Pada akhirnya setelah bersabar menunggu, kesempatan itu datang juga untuk mewawancarai jurnalis tv yang sudah sekitar 3 tahun lebih menjalani profesi jurnalis tv di metro tv. Terlihat sedikit lelah dan masih berkeringat, Rere menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang saya ajukan dengan santai dan mudah dimengerti. Bahasa yang dilontarkan sangat tersusun dan terdidik. Rere yang mengaku pernah menjadi penyiar radio dan mc lepas itu dengan ramah dan mengubah suasana lelah tadi kepada suasana yang riang. Ditengah-tengah wawancara saya, banyak teman jurnalis yang menanyakan dan memperhatikan Rere dan saya. Ketika saya ingin mengetahui dimana dia kost, dia sedikit melihat saya dengan mata yang terpicing, akan tetapi ketika saya menjelaskan bahwa ini juga termasuk dalam penelitian saya, Rere langsung meng-iyakan untuk melihat-lihat. Benar saja suasana di kost-an Rere sangat sepi, walaupun banyak orang di tempat kost-nya, tapi Rere hanya diam tanpa bahasa
73
melewatinya. Memang ada satu orang yang menegurnya dengan menanyakan “liputan dimana tadi Re?”, tetapi Rere hanya menjawab dengan jawaban yang singkat dan menurut saya kurang jelas “biasa deeh”. Dari hasil saya bermain ketempat kost Rere tersebut, saya dapat simpulkan bahwa pernyataan Rere tentang kurang akrabnya dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya sekarang, dia memang kurang dekat karna waktu yang sedikit untuk bersosialisasi secara tatap muka. Saya pun tidak terlalu lama berada di tempat kostnya Rere, karna dia sudah terlihat sangat lelah hari itu. Wawancara yang paling tidak saya duga adalah ketika mewawancarai Om Brur. Coordinator Cameraman di Metro TV yang sudah bergabung dengan selama lebih dari 9 tahun di Metro TV. Om Brur yang tidak mau disebutkan nama aslinya ini mengajak saya untuk melakukan wawancara di kedai kopi dan sambil menghisap beberapa batang rokok dulu sebelum wawancara dilakukan. Banyak canda dan tawa yang keluar dari mulut Coor Cam yang mempunyai asal asli dari Ternate ini. Ketika saya ingin mengambil gambar ketika wawacanara pun, dia tidak mau dan berkata “lu ngga malu boy, ngambil gambar gw. Gausahlah pake diambil gambar, rekam suara aja kalo ngga catet”. Akhirnya saya hanya merekam suaranya saja. Tutur katanya sangat sehari-hari dan sangat akrab sekali dengan saya. Dia mencoba membuat saya nyaman dengan wawacara tersebut.
74
Om Brur mempunyai rumah dikawasan BSD Tangerang, dan sayangnya ketika saya ingin menghampiri rumahnya, dia menolak dengan alasan besok harus berangkat ke Libya untuk liputan dan tidak perlu untuk berkunjung kerumahnya. Saya boleh berkunjung apabila saya sudah jadi jurnalis di Metro Tv cetusnya. Dia menjawab pertanyaan dengan kalimat-kalimat singkat saja, tetapi ketika saya sudah selesai dengan pertanyaan-pertanyaan saya, dia langsung membuka dan bercerita kehidupan aslinya yang memang tidak boleh saya tulis di skripsi saya. Dari hasil observasi dengan cara memperhatikan cara dan tingkah laku Om Brur, ternyata kehidupannya sudah sangat bisa diatur. Mungkin dikarenakan dia sudah termasuk salah satu Cameraman yang sangat senior di Metro TV. Kesehariannya sangat sama dengan pada saat melakukan wawancara dengan saya, dan ketika ada isue Tsunami di Ternate, Om Brur secara tidak henti-hentinya menghubungi teman dan kerabatnya disana. Penelitian ini sangat membuka pikiran saya tentang bagaimanakah kehidupan sosial jurnalis tv di Jakarta. Dari hasil wawancara dan observasi yang saya jalani dan saya lakukan ini, benar-benar memberikan pengalaman yang sangat berarti dan akhirnya bisa mengetahui kehidupan yang sebenarnya dari kehidupan jurnalis tv yang sangat mengundang tanda tanya besar.
