60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Variabel Harga Diri Data statistik deskriptif variabel harga diri dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut : Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Harga Diri Mean 33,10
Median 33,00
Modus 32,00
Stdev 2,99
Min 19,00
Max 42,00
Penyebaran data pada vareabel harga diri sebesar 2,99 artinya penyebaran data sekitar nilai rata-rata 33,10 penyebaran data tersebut dapat dilihat pada pola grafik histogram sebagai berikut histogram sebagai berikut:
Gambar 4.1. Grafik Histogram Harga Diri
60
61
Berdasarkan gambar 4.1 menunjukkan bahwa data cenderung memiliki pola penyebaran yang normal, karena pola grafik histogramnya mendekati pola grafik normal. 2. Deskripsi Data Efikasi Diri Data statistik deskriptif variabel efikasi diri dapat dilihat pada tabel 4.2. sebagai berikut : Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Efikasi Diri Mean 41,47
Median 44,00
Modus 44,00
Stdev 3,85
Min 22,00
Max 44,00
Penyebaran data pada vareabel Efikasi Diri sebesar 3,85 artinya penyebaran data sekitar nilai rata-rata 41,47 penyebaran data tersebut dapat dilihat pada pola grafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.2. Grafik Histogram Efikasi Diri
62
Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa grafik nampak tidak normal karena pada interval 44-45 cacah data sangat jauh diatas grafik normal, hal ini memepengaruhi pola distribusi data efikasi diri. 3. Deskripsi Data Teman Sebaya Data statistik deskriptif teman sebaya dapat dilihat pada tabel 4.3. sebagai berikut : Tabel 4.3. Statistik Deskriptif Teman Sebaya Mean 32,34
Median 33,00
Modus 34,00
Stdev 2,62
Min 20,00
Max 36,00
Penyebaran data pada vareabel teman sebaya sebesar 2,62 artinya penyebaran data sekitar nilai rata-rata 32,34 penyebaran data tersebut dapat dilihat pada pola rafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.3. Grafik Histogram Teman Sebaya
63
Berdasarkan gambar 4.3 menunjukkan bahwa data cenderung memiliki pola penyebaran yang normal moderat, karena pola grafik histogramnya mendekati pola grafik normal. 4. Deskripsi Data Pengawasan Orang Tua Data statistik deskriptif pengawasan orang tua dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut : Tabel 4.4. Statistik Deskriptif Pengawasan Orang Tua Mean 34,87
Median 35,00
Modus 35,00
Stdev 2,81
Min 22,00
Max 40,00
Penyebaran data pada vareabel pengawasan orang tua sebesar 2,81 artinya penyebaran data sekitar nilai rata-rata 34,87 penyebaran data tersebut dapat dilihat pada pola rafik histogram sebagai berikut:
Gambar 4.4. Grafik Histogram Pengawasan orang tua
64
Berdasarkan gambar 4.4 menunjukkan bahwa data cenderung memiliki pola penyebaran yang normal, karena pola grafik histogramnya mendekati pola grafik normal. 5. Deskripsi Perilaku Seksual Pra Nikah Remaja Data statistik deskriptif perilaku seksual pra nikah remaja dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai berikut : Tabel 4.5. Statistik Deskriptif Perilaku Seksual Perilaku Kissing Necking Petting Intercourse Total
SMA Negeri n % 8 20,5 17 43,6 14 35,9 0 0,0 39 100
SMA Batik n % 18 40,0 11 24,5 14 31,1 2 4,4 45 100
SMA St. Yosef n % 11 37,9 9 31,0 8 27,6 1 3,5 29 100
Tabel 4.6. Statistik Deskriptif Perilaku Seksual Mean 3,25
Median 2,00
Modus 0,00
Stdev 3,36
Min 0,00
Max 16,00
Adapun grafik histogram dari perilaku seksual pra nikah remaja dapat dilihat sebagai berikut :
65
Gambar 4.5. Grafik Histogram Perilaku Seksual 1. Deskripsi Data Jarak dari Rumah ke Sekolah Deskripsi data jarak dari rumah ke sekolah dapat dilihat pada tabel 4.7. sebagai berikut : Tabel 4.7. Deskripsi data Jarak dari Rumah ke Sekolah Jarak < 5 km 5 – 10 km >10 km Jumlah
n 57 32 24 113
% 50.4 28.3 21.3 100
Adapun grafik histogram jarak dari rumah ke sekolah sebagai berikut :
dapat dilihat
66
Gambar 4.6. Grafik Histogram Jarak Rumah ke Sekolah
2. Deskripsi Data Tempat Tinggal Responden Deskripsi data tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 4.8. sebagai berikut : Tabel 4.8. Deskripsi Data Tempat Tinggal Tempat Tinggal Bersama pengawasan orangtua Kost Tinggal bersama saudara Jumlah
n 108
% 95,5
2 3 113
1,8 2,7 100
Adapun grafik histogram dari data tempat tinggal responden dapat dilihat sebagai berikut :
67
Gambar 4.7. Grafik Histogram Tempat Tinggal
3. Deskripsi Data Pendapatan orang tua Deskripsi data pendapatan orang tua dapat dilihat pada tabel 4.9. sebagai berikut : Tabel 4.9. Deskripsi Data Pendapatan orang tua Pendapatan Pengawasan orangtua < Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000 ˃ Rp. 5.000.000 Jumlah
n 6 101 6 113
% 5.3 89.4 5.3 100
Adapun grafik histogram dari data pendapatan orang tua dapat dilihat sebagai berikut:
68
Gambar 4.8. Grafik Histogram Pendapatan Orang tua
B. Hasil Penelitian 1. Uji Prayarat Penelitian Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji linieritas. Dalam pelaksanaan uji prasyarat ini menggunakan program komputer SPSS. Ketiga persyaratan tersebut adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas Hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui hasil seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
69
Tabel 4.10. Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov
N Normal Parametersa Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : data primer diolah, 2015
Unstandardized Residual 113 .0000000 .0000000 2.86435493 2.90500430 .112 .107 .112 .107 -.058 -.056 1.190 .117
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa p value 0,117 > 0,05 berarti data terdistribusi normal. b. Uji Multikolinearitas Hasil uji multikolinearitas diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.11. Uji Multikolinearitas Variabel Harga Diri Efikasi Diri Teman Sebaya Pengawasan orangtua Sumber: data primer diolah, 2015
Colinearity Statistics Tolerance VIF 0,941 1,063 0,780 1,281 0,790 1,266 0,885 1,130
Berdasarkan hasil uji di atas diketahui hasil uji multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1) Variabel Harga Diri diperoleh nilai VIF
1,063 < 10 dan nilai
tolerance 0,941 > 0,10 berarti tidak terjadi multikolonieritas. 2) Variabel Efikasi Diri diperoleh nilai VIF 1,281 < 10 dan nilai tolerance 0,780 > 0,10 berarti tidak terjadi multikolonieritas.
70
3) Variabel Teman Sebaya diperoleh nilai VIF 1,266 < 10 dan nilai tolerance 0,790 > 0,10 berarti tidak terjadi multikolineritas. 4) Variabel Pengawasan orangtua diperoleh nilai VIF 1,130 < 10 dan nilai tolerance 0,885 > 0,10 berarti tidak terjadi multikolineritas. c. Uji Linearitas Uji linieritas digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sesuai garis linear atau tidak. Model regresi linear menggunakan tingkat alpha 0,05, dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear bila nilai signifikansi dari Defiation of Linearity lebih besar dari 0,05. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4.12. Uji Linearitas Keterangan
p
Keterangan
Perilaku seks_harga diri
0,139
Linear
Perilaku seks_efikasi diri
0,101
Linear
Perilaku seks_teman sebaya
0,250
Linear
Perilaku seks_pengawasan orangtua
0,160
Linear
Sumber : data primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa masingmasing hasil sebagai berikut : 1) Variabel harga diri diperoleh nilai p value 0,139 > 0,05 sehingga data harga diri dan perilaku seks pranikah adalah linier. 2) Variabel efikasi diri diperoleh nilai p value 0,101 > 0,05 sehingga data efikasi diri dan perilaku seks pranikah adalah linier.
71
3) Variabel teman sebaya diperoleh nilai p value 0,250
> 0,05
sehingga data teman sebaya dan perilaku seks pranikah adalah linier. 4) Variabel pengawasan orang tua diperoleh nilai p value 0,160 > 0,05 sehingga data pengawasan orangtua dan perilaku seksual pranikah adalah linier. 2. Uji Hipotesis a. Analisis Bivariat 1) Hubungan harga diri dengan perilaku seksual pranikah Tabel 4.13. Hubungan harga diri dengan perilaku seksual pranikah Variabel
b
Harga Diri -0,32 N observasi 113 R Square 83,0% Adjusted R Square 75,0% Sumber: data primer diolah, 2015
CI 95% Batas Batas bawah atas -0,53 -0,12
p
0,002
Tabel 4.13. menunjukkan ada hubungan negatif dan secara statistik signifikan antara harga diri dengan perilaku seks pra nikah (b -0,32; CI 95% ; -0,53 hingga -0,12; p = 0,002) 2) Hubungan efikasi diri dengan perilaku seksual pranikah Tabel 4.14. Hubungan harga diri dengan perilaku seksual pranikah Variabel
b
Efikasi Diri -0,33 N observasi 113 R Square 14,0% Adjusted R Square 13,2% Sumber: data primer diolah, 2015
CI 95% Batas Batas bawah atas -0,48 -0,17
p
<0,001
72
Tabel 4.14. menunjukkan ada hubungan negatif dan secara statistik signifikan antara efikasi diri dengan perilaku seks pra nikah (b -0,33; CI 95% ; -0,48 hingga -0,17; p < 0,001) 3) Hubungan teman sebaya diri dengan perilaku seksual pranikah Tabel 4.15. Hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah Variabel
b
Teman Sebaya -0,49 N observasi 113 R Square 14,4% Adjusted R Square 13,6% Sumber: data primer diolah, 2015
CI 95% Batas Batas bawah atas -0,71 -0,26
p
<0,001
Tabel 4.15. menunjukkan ada hubungan negatif dan secara statistik signifikan antara teman sebaya dengan perilaku seks pra nikah (b -0,49; CI 95%; -0,71 hingga -0,26; p = <0,001) 4) Hubungan pengawasan orang tua
dengan perilaku seksual
pranikah Tabel 4.16. Hubungan pengawasan orang tua dengan perilaku seksual pranikah Variabel
b
Pengawasan -0,40 orangtua N observasi 113 R Square 11,4% Adjusted R Square 10,6% Sumber: data primer diolah, 2015
CI 95% Batas Batas bawah atas -0,61
p
-0,19 <0,001
73
Tabel 4.16. menunjukkan ada hubungan negatif dan secara statistik signifikan antara pengawasan orang tua dengan perilaku seks pra nikah (b -0,40; CI 95% -0,61 hingga -0,19; p = 0,000) b. Regresi linear ganda Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan harga diri, efikasi diri, teman sebaya, pengawasan orangtua dengan perilaku seks pra nikah. Perhitungan menggunakan program SPSS. Hasil persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Tabel 4.17. Hubungan harga diri, efikasi diri, teman sebaya, pengawasan orang tua dengan perilaku seksual pranikah Persamaan b Constanta 33,89 Harga diri -0,20 Efikasi diri -0,17 Teman sebaya -0,27 Pengawasan -0,24 orangtua R2 = 0,271 Adjuted R = 0,244 Sig = <0,001 Sumber: data primer diolah, 2015
Confidence Interval 95% 24,16 43,61 -0,04 -0,01 -0,33 -0,01 -0,51 -0,04 -0,44 -0,03
p <0,001 0,036 0,041 0,024 0,025
Nilai koefisien regresi harga diri (b1) sebesar -0,20 dan bertanda negatif, berarti semakin tinggi harga diri maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah. Nilai koefisien efikasi diri (b2) sebesar -0,17 dan bertanda negatif, berarti semakin tinggi efikasi diri siswa maka semakin mengurangi perilaku seks pranikah. Nilai koefisien teman sebaya (b3) sebesar -0,27 dan bertanda negatif, berarti semakin kuat dukungan teman sebaya maka semakin mengurangi perilaku seks pranikah. Nilai
74
koefisien pengawasan orangtua (b4) sebesar -0,24 dan bertanda negatif, berarti semakin ketat pengawasan pengawasan orangtua
siswa maka
semakin mengurangi perilaku seks pranikah. Hasil koefisien determinasi pada tabel 4.17 diperoleh hasil sebesar 0,244, yang artinya bahwa variabel harga diri, efikasi diri, teman sebaya, pengawasan orang tua berhubungan dengan perilaku seksual pranikah sebesar 24,4%, sedangkan sebesar 75,6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian. C. Pembahasan Pembahasan analisis dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hubungan harga diri dengan perilaku seks pranikah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan harga diri dengan perilaku seks pranikah, dimana nilai koefisien regresi harga diri (b1) sebesar -0,20; p value 0,036 < 0,05. Berarti bahwa semakin tinggi harga diri siswa maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah. Pernyataan ini didukung oleh penelitian terdahulu dari Morris, Young dan Jones (2010), bahwa harga diri lebih tinggi bila tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hidayat (2013), yang menunjukkan harga diri berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja berpacaran. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan Aditomo dan Retnowati (2004) yang menyatakan bahwa individu yang dapat menghargai dirinya
75
adalah individu yang memiliki harga diri yang positif. Merasa dirinya sebagai orang yang memiliki keterbatasan serta berusaha untuk mengembangkan dirinya, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah atau negatif biasanya akan merasa kurang puas, kurang mampu, kurang berharga, kurang berdaya dan rendah diri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah bisanya akan cenderung mengikatkan diri dengan kelompok sebayanya, hal tersebut dilakukan dengan tujuan supaya dirinya dianggap dan diakui di lingkungan kelompoknya. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan remaja, mulai mencari jati diri, mulai melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, mulai mempelajari dunia kedewasaan dan mulai mencari serta menemukan hal-hal yang menarik dalam hidupnya. Biasanya masa remaja sering dikenal sebagai masa mencoba-coba dan penuh dengan problema yang terkadang menyebabkan pelanggaran aturan dari remaja tersebut salah satunya adalah dengan melakukan perilaku seks pranikah. 2. Hubungan efikasi diri dengan perilaku seks pranikah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan efikasi diri dengan perilaku seksual pranikah, dimana nilai koefisien efikasi diri (b2) sebesar -0,17; p value 0,041 < 0,05. Berarti bahwa semakin tinggi efikasi diri siswa maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Abousselam
76
(2005), hasil penelitian menunjukkan bahwa perspektif masa depan dan efikasi diri berubungan negatif dengan perilaku seksual berisiko. Jimoh dan Grace (2013) juga menyatakan bahwa ada hubungan signifikansi antara pengendalian emosional, efikasi diri, dan peran pengawasan orangtua pada remaja dalam pengaturan perilaku baik secara bersamasama maupun antar variabel. Efikasi diri mempengaruhi mekanisme perilaku manusia, apabila seseorang yakin mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan maka individu akan berusaha mencapainya, tetapi bila individu tidak mempunyai keyakinan untuk menghasilkan sesuatu yang diinginkan maka ia tidak akan berusaha untuk mewujudkannya. Efikasi diri penting dimiliki oleh remaja agar mampu menghadapi segala perubahan yang terjadi, dengan memiliki efikasi diri yang tinggi, maka remaja memiliki keyakinan yang kuat untuk selalu dapat menghadapi segala perubahan serta tanggung jawab yang dimiliki dalam menghadapi masa-masa perkembangan dalam kehidupannya (Abousselam, 2005). Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bandura dan Locke (2003) yang menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi adalah ketika individu tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani sesecara efektif peristiwa dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya pada kemampuan diri yang mereka miliki, memandang kesulitan sebagai tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru, menetapkan sendiri tujuan yang
77
menantang dan meningkatkan komitmen yang kuat terhadap dirinya, sedangkan individu yang memiliki efikasi diri yang rendah adalah individu yang merasa tidak berdaya, cepat sedih, apatis, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang sulit, cepat menyerah saat menghadapi rintangan, aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin di capai, dalam situasi sulit cenderung akan memikirkan kekurangan mereka, beratnya tugas tersebut, dan konsekuensi dari kegagalanya, serta lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan. Hal ini sesuai dengan pendapat Julike dan Endang (2012) yang menyatakan bahwa efikasi diri ialah keyakinan tentang kemampuan untuk melakukan suatu tindakan yang diharapkan, efikasi diri juga yang melatar belakangi seseorang untuk melakukan
suatu
tindakan
atau
mengontrol kondisi tertentu dalam hal ini adalah mengontrol perilaku seks pranikah. 3. Hubungan teman sebaya dengan perilaku seks pranikah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan teman sebaya dengan perilaku seks pranikah, dimana nilai koefisien teman sebaya (b3) sebesar -0,27; p value 0,024 < 0,05. Berarti bahwa semakin baik dukungan teman sebaya maka akan semakin mengurangi perilaku seks pranikah. Pernyataan ini didukung oleh penelitian terdahulu dari Morris, Young dan Jones (2010), bahwa kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku seksual remaja.
78
Hal ini sesuai dengan Crocket, et al (2003) yang menyatakan teman sebaya dianggap untuk mengerahkan utama di bidang sosial angkutan pada perilaku seksual remaja. Pengaruh teman sebaya dapat terjadi pada beberapa tingkatan. Teman sebaya adalah sumber utama informasi tentang seks, dimana mana seks dapat terjadi. Pernyataan ini didukung oleh Maryatun (2013), Teman sebaya merupakan salah satu sumber informasi tentang seks yang cukup signifikan dalam membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku seksual remaja. Pengaruh teman sebaya sangatlah menentukan perilaku-perilaku yang sering ditunjukan remaja dalam keseharian mereka bergaul dengan teman-temannya. Bentuk-bentuk penyimpangan perilaku seks pranikah yang tampak dalam aktivitas kehidupan remaja yang dapat kita lihat selama ini adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kedekatan remaja dengan lawan jenisnya. Dalam usia remaja, mengenal lawan jenis lebih dekat sudah umum terjadi dan sering kita kenal dengan istilah penjajakan atau pacaran, dalam pacaran biasanya remaja selalu berusaha menyisihkan waktu mereka untuk bisa bersama dengan pasangannya untuk saling bertukar pikiran, berbagi cerita, saling mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hadianti (2013), hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin, sikap terhadap seksualitas, pengaruh dari teman sebaya dan paparan media pornografi memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual remaja. Hasil
79
penelirtian
yang
senada
yaitu
dari
penelitian
Suwarni
(2009),
menunjukkan bahwa Ada hubungan antara perilaku seksual teman sebaya dengan perilaku seksual remaja. 4. Hubungan pengawasan orang tua dengan perilaku seks pranikah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengawasan orang tua
dengan perilaku seks pranikah, dimana nilai koefisien
pengawasan orang tua (b4) sebesar -0,24; p value 0,025 < 0,05. Berarti bahwa semakin baik pengawasan pengawasan orangtua maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah pada siswa. Pernyataan ini didukung oleh penelitian terdahulu dari Richards (2013), bahwa remaja yang tumbuh dalam keluarga atau pengawasan orang tua yang peduli dan berkomunikasi tentang seks dengan mereka akan menjadikan remaja tersebut terlibat dalam perilaku seksual yang aman. Pengawasan orang tua memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keputusan seksual anak-anak mereka. Komunikasi orang tua-anak tentang seks dan hubungan orang tuaanak merupakan faktor penting dalam pembentukan sikap dan perilaku seksual yang aman. Hal ini didukung oleh Suwarni (2009),
hasil penelitiannya
menunjukkkan bahwa ada hubungan antara monitoring parental dengan perilaku seksual remaja. Ahmadi et al (2013) juga menyatakan bahwa pengawasan
orang tua
dan afiliasi dengan rekan-rekan berhubungan
dengan perilaku seksual remaja yang menyimpang.
80
Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan keduanya. Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan konflik hubungan sehingga dapat berdampak pada perilaku seksual remaja. Pengawasan orang tua dapat didefinisikan sebagai pengetahuan pengawasan orang tua terhadap kegiatan anak-anak mereka dan apa yang mereka lakukan. Hal ini sama saja dengan bentuk perlindungan orang tua terhadap berbagai risiko perilaku remaja, seperti penggunaan zat berbahaya atau perilaku seksual, dimana pengawasan tersebut bervariasi sesuai dengan umur, jenis kelamin atau etnis dan itu umumnya menurun dengan usia (Tome, 2002). Hidayah dan Maryatun (2013) menyatakan bahwa Pengawasan dari orang tua yang kurang akan mempercepat remaja melakukan hubungan seksual. Pengawasan orang tua merupakan faktor penting yang mempengaruhi perilaku seksual remaja. Remaja yang diawasi orang tuanya akan menunda bahkan menghindari hubungan seksual sedangkan pada remaja tanpa pengawasan orang tua akan melakukan hubungan seksual pertama pada usia lebih dini.
D. Keterbatasan Penelitian Peneliti telah berusaha maksimal dalam mendapatkan kebenaran yang valid, obyektif dan universal guna melegitimasi generalisasi suatu hasil penelitian.
Meskipun
demikian
masih
terdapat
ketebatasan
dalam
melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian ini dapat dilihat dari Instrumen penelitian yang digunakan bersifat tertutup sehingga tidak bisa
81
mengungkap informasi yang luas dari responden. Mengenai tingkat obyektivitas jawaban responden terhadap pertanyaan yang disediakan masih diragukan karena adanya kecenderungan subyektivitas yang dimiliki setiap manusia. Populasi dan sampel belum bisa mewakili seluruh remaja SMA dengan adanya beberapa kendala, salah satunya penolakan di beberapa SMA untuk dilakukan penelitian. Dengaberbagai alasan, takut dipublikasian dan takut ketahuan. Serta beberapa aturan dalam SMA tersebut bahwa mereka tidak diperbolehkan untuk berpacaran, karena hal tersebut melanggar aturan norma dan etika dalam masyarakat.
82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa: 1. Perilaku seksual remaja di 3 SMA kota Surakarta relatif tinggi, melakukan kissing (32,8%), necking (32,8%), petting (31,7%), intercourse (2,7%). Dari 113 subyek penelitian sebagian besar remaja tinggal bersama orang tua (95,5%), sebagian besar pendapatan orang tua kurang lebih lima juta perbulan (89,4%). 2. Hasil koefisien regresi harga diri bernilai negatif (b1 = -0,202; CI 95%; 0,39 hingga -0,01; p = 0,036) yang berarti bahwa semakin tinggi harga diri siswa maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah. Hasil koefisien regresi efikasi diri bernilai negatif (b2 = -0,168; CI 95%; -0,33 hingga -0,01; p = 0,041) yang berarti bahwa semakin tinggi efikasi diri siswa maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah. Hasil koefisien regresi teman sebaya bernilai negatif (b3 = -0,271; CI 95%; 0,51 hingga -0,04; p = 0,024) yang berarti semakin baik dukungan teman sebaya maka akan mengurangi perilaku seksual pranikah. Hasil koefisien regresi pengawasan orangtua bernilai negatif (b4 = -0,236; CI 95%; -0,44 hingga -0,03; p = 0,025) yang berarti bahwa semakin baik pengawasan orangtua maka semakin mengurangi perilaku seksual pranikah.
82
83
3. Variabel harga diri, efikasi diri, teman sebaya, pengawasan orang tua berhubungan dengan perilaku seksual pranikah sebesar (24,4%), sedangkan sebesar (75,6%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian. B. Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian bahwa harga diri, efikasi diri, teman sebaya, dan pengawasan orangtua mempunyai pengaruh terhadap perilaku seksual pranikah maka implikasi hasil penelitian ini bahwa institusi atau sekolah perlu menekan terjadinya sikap seksual pranikah siswa melalui berbagai kegiatan-kegiatan positif misalnya melakukan pendidikan kesehtan tentang bahaya seks bebas, mengaktifkan kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah sekaligus memberikan saran kepada orang tua untuk mengawasi tingkah laku anak-anaknya. C. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Pendidikan Institusi sekolah diharapkan untuk mengaktifkan peran bimbingan dan konseling di sekolah dalam memberikan penanganan kepada seluruh siswa dengan bekerjasama dengan pihak terkait, misalnya dengan Dinas Kesehatan maupun dari pihak Kepolisian untuk mengkampanyekan bahaya seks bebas kepada siswa melalui pemberian pendidikan kesehatan.
84
2. Bagi Remaja Remaja diharapkan untuk meningkatkan kepercayaan diri, sehingga remaja mampu menahan diri untuk tidak melakukan perilaku seksual pranikah beresiko yang dapat merugikan diri sendiri, keluarga serta masyarakat. Selain itu remaja diharapkan untuk mencari teman sebaya yang mempunyai pengaruh positif mengingat teman berpengaruh besar terhadap perubahan perilaku remaja. 3. Bagi orang tua Orang tua diharapkan lebih memberikan pehatian kepada anaknya, terlebih pada anak yang menginjak remaja mengingat era globalisasi saat ini yang mampu memberikan efek negatif bagi remaja maka orang tua perlu untuk memberikan waktu luang kepada anaknya, misalnya dengan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anaknya, rekreasi bersama ataupun diskusi di rumah. 4. Bagi peneliti selanjutnya Setelah mengetahui gambaran perilaku seksual remaja di kota Surakarta, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan mengembangkan metode penelitian lain, sehingga dapat ditemukan fenomena perilaku seksual pra nikah remaja, dari faktor lain diluar model penelitian.