BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil tes formatif dan tes sub sumatif yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, hasil observasi guru dan siswa yang bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran di kelas, serta data hasil angket. Selain itu diperoleh juga data hasil jurnal siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan. Berikut ini adalah uraian hasil penelitian dan pembahasannya. A. Hasil Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di mana objek kelas yang diambil merupakan kelas yang kemampuan penalaran induktif siswa-siswinya masih rendah. 1.
Kegiatan Awal Penelitian Sebelum penelitian, peneliti melakukan pengamatan di SMA Bina
Dharma 2 Bandung pada tanggal 10 Januari 2010, dan tanggal 13 Januari. Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap guru mata pelajaran matematika kelas X-2 guna mengetahui kelas yang kemampuan penalaran induktifnya rendah. Banyaknya pertemuan tiap minggu adalah 2 kali pertemuan, dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Penyampaian materi ajar menggunakan metode ceramah dan sesekali guru bertanya kepada siswa, setelah itu siswa diberikan beberapa soal latihan yang sifatnya rutin. Kegiatan yang biasa
44
45
dilakukan siswa kurang mengoptimalkan kemampuan penalaran induktif yang telah dimiliki siswa. 2.
Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus I Tindakan Pembelajaran siklus I dilaksanakan dalam 2 pertemuaan yaitu pada hari Senin, 17 Januari 2011 dan pada hari Kamis, 20 Januari 2011 dengan sub pokok bahasan pernyataan, kalimat terbuka, ingkaran, disjungsi, konjungsi, implikasi, dan biimplikasi. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa oleh 1 orang observer. 1. Pertemuan I pada hari Senin, 17 Januari 2011 Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tahap Pengelompokkan Pada tahap ini, guru melibatkan siswa sejak perencanaan di antaranya dalam menentukan topik yang terlebih dahulu diinformasikan oleh guru kemudian para siswa mengidentifikasi dan memilih sub topik untuk dipelajari. Pengidentifikasi topik ini perlu dilakukan agar siswa mempunyai gambaran apa yang akan mereka investigasi dan siswa mempunyai bekal awal ketika melakukan investigasi. Dalam langkah ini juga, siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok
yang
terdiri
dari
4-5
orang
untuk
setiap
kelompoknya.
Pengelompokkan ini diperlukan agar nantinya parasiswa bisa bekerjasama
46
sehingga akan terjadi proses interaksi baik antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Setelah bahan ajar (Lembar Kegiatan Siswa) dibagikan kepada setiap kelompok, kemudian guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam menggunakan waktu dan maksud dari petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam bahan ajar. Tahap Perencanaan Pada tahap ini siswa harus memahami permasalahannya dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya. Tahap Penyelidikan Pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung, guru mengamati dan membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lainnya dan hampir semua kelompok ketika mengerjakan LKS meminta bimbingan guru. Siswa dalam kerja kelompok masih terlihat belum kompak, kurang adanya kerjasama antar anggota kelompok. Siswa cenderung aktif tetapi kurang mandiri dalam melaksanakan kegiatan dan siswa lebih banyak bertanya kepada guru mengenai soal yang dianggap kurangi dimengerti. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal yang materinya belum diajarkan terlebih dahulu. Sebagian besar siswa terlihat mengerjakan LKS sebaik mungkin. Guru lebih dominan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Waktu yang digunakan untuk kegiatan ini pun masih belum sesuai dengan rencana.
47
Tahap Pengorganisasian Pada tahap ini parasiswa menganalisis berbagai informasi yang yang diperoleh pada tahap 3). Selain itu langkah ini parasiswa merencanakan suatu penyajian yang menarik di depan kelas. Tahap Persentasi Semua perwakilan kelompok menyajikan hasil investigasinya di depan kelas untuk membahas LKS yang telah diberikan. Dalam tahap ini siswa terlihat belum berani untuk mengemukakan pendapatnya, hanya 1-2 orang saja yang berani mengemukakan pendapat mengenai jawaban temannya. Guru banyak memberikan rangsangan pada siswa agar siswa aktif mengemukakan pendapatnya. 2. Pertemuan II pada hari Kamis, 20 Januari 2011 Karena pada pertemuan I belum terlihat peningkatan penalaraan induktif maka dilanjutkan dalam pertemuan ke-2 pada hari Kamis, 20 Januari 2011. Tahap Evaluasi Dalam tahap ini guru beserta siswa melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Pada akhir siklus pembelajaran guru memberikan tes formatif I, yang berisi materi yang telah dipelajari guna mengukur kemampuan penalaran induktif siswa. Setelah tes formatif selesai, guru membahas tes formatif yang telah diberikan agar setiap kelompok lebih termotivasi lagi, mengetahui kekurangan sehingga diharapkan mereka termotivasi akan benar-benar dalam melakukan
48
investigasi berikutnya. Setelah itu guru memberikan jurnal harian untuk mengetahui pendapat atau komentar siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung
dan
harapan
pembelajaran
yang
diinginkan
siswa
untuk
pembelajaran berikutnya. b. Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus I Berdasarkan pembelajaran siklus I, masih terdapat banyak kekurangankekurangan yang harus diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus berikutnya. Perbaikan kekurangan-kekurangan tersebut berdasarkan hasil observasi, jurnal harian, dan hasil tes formatif siswa. Secara keseluruhan, tindakan siklus I belum berjalan secara baik. Hal tersebut dikarenakan siswa tidak terbiasa belajar matematika dengan lembar kegiatan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran siklus I, kurang mengefektifkan waktu. Waktu banyak yang terbuang dalam mengerjakan LKS. Selain itu pada awal pembelajaran siswa duduknya masih belum berkelompok, apabila menemukan kesulitan siswa langsung bertannya kepada guru, masih ada beberapa kelompok yang anggotanya bekerja sendiri-sendiri, guru terlalu lama membimbing pada kelompok tertentu, ada beberapa kelompok yang tidak teramati oleh guru, siswa dalam kerja kelompok masih belum kompak, kurang adanya kerjasama antar anggota kelompok, hanya sebagian siswa yang aktif tampil di depan kelas. Guru masih kesulitan dalam membagi waktu. Guna mengetahui tingkat kemampuan penalaran induktif siswa maka dilaksanakan tes formatif I. Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penalaran induktif siswa yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti
49
pembelajaran serta memberikan jurnal harian siswa untuk mengetahui pendapat siswa mengenai pembelajaran pada hari ini dan harapan pembelajaran yang diinginkan siswa pada pembelajaran berikutnya. c. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I Setelah dilakukan analisis terhadap data dari hasil observasi pada tindakan pertama, perlu dilakukan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi ini dilakukan bersama observer, maka yang harus diperbaiki untuk tindakan II yaitu: guru memberitahukan kepada siswa agar pada pertemuan selanjutnya siswa harus sudah duduk berkelompok pada awal pembelajaran, guru memotivasi siswa untuk bertanya dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya sebelum bertanya kepada guru, guru harus dapat memberikan bimbingan kepada ke seluruh kelompok, guru harus tegas dalam pengaturan waktu ketika mengerjakan LKS, sehingga waktu yang digunakan efektif. 3. Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus II Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada 24 Januari 2011 dengan sub pokok bahasan merumuskan pernyataan yang setara dengan pernyataan majemuk atau pernyataan kuantor yang diberikan. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan kedua mulai mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan pertama. Hal ini terlihat dari siswa-siswi yang mulai kompak dengan anggota kelompoknya, sehingga masing-masing anggota kelompok saling bantu untuk memahami atau menginvestigasi materi dan mengerjakan LKS yang diberikan.
50
Tahap Pengelompokkan Pada tahap awal pembelajaran, guru menyebutkan konsep yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajarannya. Dalam membangkitkan motivasi, guru melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Dalam tahap ini waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana dan parasiswa duduk dengan kelompok yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Tahap Perencanaan Pada tahap ini, guru mengungkapkan konsep awal siswa dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang akan dibahas. Pernyataan yang diberikan mencakup materi yang akan diajarkan dan cakupannya lebih luas dibandingkan pada tindakan pertama, sehingga siswa lebih tertantang. Adapun desain bahan ajar II disajikan pada lampiran A. Siswa berada dalam kelompoknya masing-masing dan mulai mengerjakan LKS 2, guru mengamati dan membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lainnya dan hamper semua kelompok dalam mengerjakan LKS 2 tidak meminta bimbingan guru. Dalam kerja kelompok, telah terlihat adanya kerja sama dan diskusi antara anggota kelompoknya. Tahap Penyelidikan Siswa menganalisis dan membuat kesimpulan yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki. Siswa
cenderung
aktif
dalam
melaksanakan kegiatan. Siswa mulai terbiasa dengan soal-soal tanpa dijelaskan materinya terlebih dahulu. Siswa saling bertukar pendapat dan mempersatukan
51
pendapat mereka masing-masing. Guru selalu memperhatikan siswa yang tidak aktif dan berperilaku tidak relevan dengan KBM. Pada tahap ini waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana. Tahap Pengorganisasian Tahap ini adalah tahap persiapan laporan akhir. Siswa mempersiapkan dan merencanakan apa yang mereka akan laporkan di depan kelas. Tahap Presentasi Semua perwakilan kelompok tampil di depan kelas untuk membahas jawaban soal LKS 2. Semua soal LKS dikerjakan siswa di depan kelas dan dijelaskan oleh setiap perwakilan kelompok secara bergantian. Siswa mulai berani mengemukakan pendapat mengenai jawaban temannya yang dianggap kurang tepat, dan berani bertanya jika ada soal atau materi yang belum dimengerti. Ini terbukti dari mulai bertambahnya aktivitas siswa dalam mengemukakan pendapat. Guru banyak memberikan rangsangan pada siswa agar siswa aktif mengemukakan pendapat. Pada tahap ini juga waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana. Tahap Evaluasi Guru memberikan contoh soal yang bervariasi dan membahasnya secara bersama-sama. Setelah itu guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Kemudian menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Kemudian guru melaksanakan evaluasi akhir berupa tes formatif II dan memberikan jurnal harian siswa.
52
b. Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus II. Berdasarkan data hasil observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung dilakukan analisis kegiatan refleksi sebagai berikut:
Pada saat diskusi kelas penggunaan waktu masih belum efektif.
Masih ada siswa yang langsung bertanya kepada guru.
Belum semua siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok, masih ada siswa yang hanya ikut-ikutan kelompoknya.
Pada saat presentasi hasil diskusi, siswa yang ke depan belum percaya diri, sehingga selalu bertanya dulu kepada guru mengenai benar atau tidaknya jawaban.
Masih ada siswa yang berperilaku tidak relevan terhadap KBM.
c. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus II. Berdasarkan hasil analisis kegiatan refleksi pada tindakan kedua, maka yang perlu diperbaiki untuk tindakan III yaitu:
Guru hendaknya bersikap tegas untuk membatasi tanggapan-tanggapan yang dikeluarkan siswa.
Guru mengingatkan kembali kepada siswa mengenai unsur-unsur dasar belajar kooperatif, sehingga masing-masing anggota bertanggung jawab pada kelompoknya untuk memahami materi, tidak hanya sekedar ikutikutan.
Guru harus memotivasi siswa untuk percaya diri tampil ke depan.
53
Guru diharapkan bertindak tegas pada siswa yang berperilaku tidak relevan terhadap KBM.
4. Tindakan Pembelajaran Siklus III a.
Deskripsi Tindakan Pembelajaran Siklus III Tindakan pembelajaran siklus III dilaksanakan pada tanggal 27 Januari
2011 dengan sub pokok bahasan menggunakan prinsip logika matematis yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor dalam penarikan kesimpulan dan pemecahan masalah. Pelaksanaan pembelajaran pada tindakan III mengalami peningkatan dibandingkan dengan tindakan sebelumnya. Hal ini terlihat siswa mulai berani mengungkapkan pendapatnya baik dalam diskusi kelompok maupun dalam penyajian hasil kerja kelompok di dalam kelas. Tahap Pengelompokkan Guru membuka pelajaran dengan menyebutkan konsep yang akan dibahas dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Untuk membangkitkan motivasi, guru melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitkan dengan materi yang akan dipelajari. Dan setiap kelompok berada dalam kelompok masing-masing yang telah ditentukan pada pertemuan sebelumnya. Tahap Perencanaan Dalam perencanaan ini, siswa berdiskusi untuk merencana tujuan yang mereka lakukan untuk mengerjakan LKS yang diberikan. Tahap Penyelidikan Dalam tahap ini, guru mengamati dan membimbing siswa dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Hampir
semua kelompok tidak meminta
54
bimbingan guru, dan siswa bekerja mandiri. Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya mengerjakan LKS secara mandiri. Hampir seluruh siswa kelihatan aktif dalam melaksanakan kegiatan dan saling bertukar pikiran untuk mempersatu pendapat masing-masing. Tahap Pengorganisasian Pada tahap ini parasiswa menganalisis berbagai informasi yang yang diperoleh pada tahap 3). Selain itu langkah ini parasiswa merencanakan suatu penyajian yang menarik di depan kelas. Aktivitas guru dan siswa telah sesuai dengan yang diharapkan. Guru selalu memperhatikan siswa yang tidak aktif dan berperilaku yang tidak relevan dengan KBM. Tahap Presentase Sewaktu diskusi kelas dengan tampilnya perwakilan dari tiap kelompok, tampak suasana kelas ramai dengan adanya diskusi kelas dan bertukar pendapat antar kelompok. Guru menciptakan suasana di mana siswa antar kelompok diminta membandingkan pendapat yang satu dengan yang lainnya dan menggungkap keunggulan dari pendapat mereka. Guru lebih banyak memberikan stimulus pada siswa agar siswa lebih aktif mengemukakan pendapatnya. Waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana. Tahap Evaluasi Guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari dan menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, kemudian menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajarinya terlebih dahulu. Pada akhir pembelajaran guru melaksanakan evaluasi akhir berupa tes
55
formatif III dan memberikan jurnal harian siswa. Pada tahap ini waktu yang digunakan telah sesuai dengan rencana. b. Analisis Tindakan Pembelajaran Siklus III Berdasarkan tindakan pembelajaran siklus III yang dilihat dari jurnal harian, lembar observasi, dan tes formatif III dilakukan analisis terhadap pelaksanaan siklus III yaitu: Masih ada kelompok yang kurang aktif dalam diskusi kelas, masih kurang efektif menggunakan waktu pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi. c.
Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus III Berdasarkan hasil analisis kegiatan refleksi pada tindakan III, maka
yang harus diperbaiki yaitu: Guru harus terus memotivasi semua kelompok agar berani menanggapi saat diskusi kelas berlangsung, guru harus tegas dalam membatasi waktu presentasi siswa di depan kelas, sehingga waktu untuk diskusi kelas lebih banyak.
B. Analisis Data Hasil Penelitian Selain situasi pembelajaran yang dianalisis, hasil tes formatif dan tes subsumatif pun perlu dianalisis. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang telah diterapkan pada kurikulum 1994, siswa telah belajar tuntas jika sekurangkurangnya dapat mengerjakan soal dengan benar sebanyak 65% dalam ulangan harian. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal dikatakan baik apabila sekurangkurangnya 85% jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya. Apabila siswa yang tuntas belajarnya hanya mencapai 75% maka secara klasikal dikatakan cukup.
56
Hasil belajar dikatakan kurang secara klasikal jika persentase siswa yang tuntas belajarnya dari 60%. Tingkat ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Ketuntasan Belajar Siswa Ketuntasan belajar siswa
Persentase siswa yang tuntas belajar (%)
Persentase daya serap
I
II
III
IV
74.07
88.89
88.89
92.59
(20 siswa)
(24 siswa)
(24 siswa)
(25 siswa)
67.78
72.40
74.44
83.70
6.78
7.24
7.40
8.37
kelas (%)
Rata-rata skor tes
Ketuntasan belajar siswa yang disajikan pada tabel memperlihatkan bahwa rata-rata skor tes pada tindakan I sebesar 6.78, sedangkan siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 20 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif I (74.07%) dalam hal ini sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu tergolong cukup. Pada tindakan kedua, rata-rata skor tes siswa sebesar 7.24 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif II (88.89%), ini berarti telah mencapai ketuntasan yang sangat ideal.
57
Pada tindakan ketiga, rata-rata rata rata skor tes siswa sebesar 7.24 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 24 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes formatif II (88.89%), ini berarti telah mencapai ketuntasan yang sangat ideal. Pada tes sub sumatif, rata-rata rata skor tes siswa sebesar 8.37 dan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 25 siswa dari 27 siswa yang mengikuti tes sub sumatif (92.59%). Ini berarti telah mencapai ketuntasan belajar klasikal yang ideal. Data pada Tabel T 4.1 dapat disajikan dalam m bentuk diagram batang berikut. (Diagram 4.1).
100 80
Nilai Rata-rata rata Kelas
60 40
Daya Serap Kelas (%)
20 0 Tes Tes Tes Formatif Formatif Formatif I II III
Ketuntasan Belajar kelas
Diagram 4.1 : Nilai Rata-rata rata kelas, Daya serap kelas, dan Ketuntasan Belajar Kelas Hasil Tes Formatif
Sedangkan data pada tabel tes sub sumatif sumatif dapat disajikan dalam Diagram 4.2.
58
Nilai Rata-rata Kelas
95 90 85 80 75
Daya Serap Kelas (%) Tes Sub sumatif
Ketuntasan Belajar Kelas
Rata rata kelas, Daya serap kelas, dan Ketuntasan Diagram 4.2:: Nilai Rata-rata Belajar Kelas Hasil Tes Sub sumatif
b. Data Hasil Non Tes 1. Pendapat Siswa tentang Pembelajaran yang Berlangsung Berdasarkan Jurnal Harian Jurnal harian adalah salah satu media siswa untuk memberikan pendapat
mengenai
pembelajaran
yang
menggunakan
model
group
investigation. Jurnal harian ini diberikan setiap akhir pembelajaran pada satu siklus yang kemudian diisi oleh siswa. Hasil dari jurnal jurnal setiap siklus sebagai bahan masukan dari siswa untuk memperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Pertanyaan pada jurnal harian terdiri atas dua pertanyaan, yang pertama apa yang anda dapatkan dari pembelajaran matematika hari ini, yang kedua bagaimana pendapat endapat
anda tentang pembelajaran matematika dengan
menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Masing-masing masing siswa mempunyai pendapat sendiri mengenai kesan yang diperoleh terhadap pembelajaran ada yang berkomentar positif, netral, netra dan negatif. Hal tersebut sangat berpengaruh oleh kondisi siswa pada saat
59
pembelajaran. Tabel 4.2 berikut akan menyajikan secara umum pendapat siswa setelah menerima pembelajaran berdasarkan jurnal harian.
Siklus 1
2
3
Tabel 4.2 Komentar Siswa pada Jurnal Harian Pendapat Siswa 1. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? Materi disjungsi, implikasi, konjungsi, biimplikasi, dan cara mengerjakannya. Jadi bisa mengerti dan memahami pelajaran matematika tentang logika matematis. 2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual? Bisa tukar pikiran tentang pelajaran yang sedang dipelajari. Soal yang sulit dikerjakan dikerjakan bersamasama 1. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? Mengetahui pernyataan majemuk Membedakan kuantor universal dan kuantor eksistensial 2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual? Sangat menyenangkan Senang tetapi rada ribet 1. Apa yang anda dapatkan dari pembelajaran hari ini? Mengetahui cara penarikan kesimpulan dalam logika matematis Modus ponens, modus tollens, silogisme dll 2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual? Soal-soal yang diberikan terasa ringan karna dikerjakan berkelompok Asyiik banget, jadi tambah suka ke matematika
60
a. Jurnal harian siklus I Berdasarkan jurnal harian, secara umum siswa berkomentar positif terhadap pembelajaran siklus I. Persentase komentar siswa tertuang dalam Tabel abel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Persentase Komentar Siswa Kategori Komentar
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Positif
17
62.96
Netral
7
25.93
Negatif
3
11.11
Untuk lebih le jelasnya data pada Tabel 4.3 akan kan dikonversikan dikon ke dalam Diagram 4.3 berikut.
20 15 10 5 0
jumlah siswa
Positif Netral Negatif
Diagram 4.3 Komentar Siswa
Berdasarkan Tabel 4.3 4. dan Diagram 4.3 Secara umum siswa berkomentar positif, yaitu yaitu sebanyak 17 siswa (62.96%) berkomentar positif terhadap pembelajaran (Pembelajaran menarik, menyenangkan,
61
dan bagus), sebanyak 7 siswa (25.93%) ( %) siswa berkomentar netral (pembelajaran susah gampang), dan siswa yang berkomentar negatif sebanyak 3 siswa (11.11%) (11.11%) (pembelajaran kurang dimengerti). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik untuk belajar matematika dengan menggunakan model group investigation. b. Jurnal Harian Siklus II Pada siklus II siswa yang berkomentar positif terhadap pembelajaran meningkat, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel T 4.4 berikut. Tabel 4.4 Persentase Komentar Siswa Kategori Komentar
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Positif
20
74.08
Netral
5
18.52
Negatif
2
7.40
Untuk lebih jelasnya data pada Tabel 4.4 4. akan dikonversikan dikon ke dalam Diagram 4.4 berikut.
20 15 10 5 0
jumlah siswa
Positif Netral Negatif
Diagram 4.4 Komentar Siswa
62
Berdasarkan Tabel 4.4
dan Diagram 4.4
persentase siswa yang
berkomentar positif mengalami peningkatan sebesar 11.12% menjadi 74.08%
dan siswa yang berkomentar netral menjadi 18.52%,
sedangkan siswa yang berkomentar negatif berkurang menjadi 7.40%. Hal ini berarti siswa mengalami peningkatan dalam ketertarikan belajar melalui model group investigation.
c. Jurnal Harian Siklus III Berdasarkan data dari jurnal harian diketahui siswa semakin tertarik belajar matematika melalui model group investigation karena tidak ada satu siswa pun yang berkomentar negatif mengenai pembelajaran siklus III. Tabel 4.5 menyajikan persentase komentar siswa.
Tabel 4.5 Persentase Komentar Siswa Kategori Komentar
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Positif
25
92.60
Netral
2
7.40
Negatif
0
0
Untuk lebih jelasnya data pada Tabel 4.5 akan dikonversikan ke dalam Diagram 4.5.
63
30 20 jumlah siswa
10 0 Positif Netral Negatif
Diagram 4.5 Komentar Siswa Berdasarkan Tabel 4.5 4.
dan Diagram 4.5, persentase siswa yang
berkomentar positif mengalami peningkatan menjadi 92.60%, dua siswa berkomentar netral terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan tidak ada satu siswa pun yang berkomentar negatif. Hal ini berarti siswa semakin tertarik belajar melalui mela model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
2. Sikap Siswa terhadap terhadap Pembelajaran Berdasarkan Angket Angket sikap siswa digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika yang diberikan setelah semua tindakan an pembelajaran diberikan. Angket siswa ini berisi tentang sikap siswa terhadap matematika dan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Angket Angket siswa ini dapat dilihat pada Lampiran ampiran C.. Lembar angket terdiri dari SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Hasil yang diperoleh dari data angket siswa disajikan dalam Tabel 4.66 sebagai berikut.
64
Tabel 4.6 Persentase Data Angket Sikap Siswa
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pernyataan
SS S (%) (%) Saya senang belajar matematika dengan 18.51 81.49 menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Saya senang belajar tentang logika 18.51 81.49 matematika dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran matematika dengan 0 3.71 menggunakan model group investigation hanya menghamburkan waktu saja. Belajar matematika dengan menggunakan 3.71 11.11 model group investigation hanya menghambat kegiatan belajar. Belajar matematika dengan model group 29.63 62.96 investigation menambah kemandirian saya dalam belajar matematika. Saya sulit memahami materi logika 0 7.41 matematika Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual membuat saya berani bertanya tentang materi yang belum saya pahami kepada guru. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual saya dapat menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual serasa membosankan. Belajar matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual tidak menambah kemampuan saya dalam matematika apalagi tentang logika matematis. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual tidak berbeda dengan
TS (%) 0
STS (%) 0
0
0
77.78 18.51
74.07 11.11
7.41
0
77.78 14.18
18.51 74.08 7.41
0
3.71
88.88 7.41
0
7.41
11.11 66.67 14.81
0
11.11 74.08 14.18
0
25.93 62.96 11.11
65
pembelajaran seperti biasa.
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual memusingkan dan membuat saya bingung. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual kurang menarik. Saya ingin topik yang lain diajarkan dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual membuat saya semakin tidak menyukai matematika. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual perlu diteruskan dan dikembangkan. Saya merasa lebih tegang dan pusing belajar matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Penyajian materi logika matematis dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual sulit dipahami. Pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual dapat membantu saya mengingat lebih lama mengenai materi yang diberikan. Nilai matematika saya akan lebih baik jika belajarnya menggunakan pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
Perhitungan
persentase
tiap
diinterpretasikan sebagai berikut:
pernyataan
3.72
29.62 51.85 14.81
0
33.34 51.85 14.81
3.71
81.48 14.81 0
3.71
18.51 55.56 22.22
18.51 77.78 3.71
0
0
11.11 14.81 74.08
0
33.33 59.26 7.41
33.33 51.85 14.82 0
22.22 62.92 14.82 0
angket
di
atas
dapat
66
Pernyataan no 1. Sebagian besar siswa (81.49%) setuju bahwa membuat
saya
senang belajar matematika
dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Pernyataan no. 2. Sebagian besar siswa (81.49%) setuju bahwa membuat saya senang belajar tentang logika matematis dengan menggunakan model group investigation melalui pendekatan kontekstual. Pernyataan no 3.
Sebagian besar siswa (77.78%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model
group
investigation
hanya
menghamburkan waktu saja. Pernyataan no 4.
Sebagian besar siswa (74.07%) tidak setuju bahwa belajar matematika dengan menggunakan model group investigation hanya menghambat kegiatan belajar.
Pernyataan no 5.
Sebagian besar siswa (62.96%) setuju bahwa belajar
matematika
investigation
dengan
menambah
model
kemandirian
group saya
dalam belajar matematika. Pernyataan no 6.
Sebagian besar siswa (77.78%) tidak setuju bahwa saya sulit memahami materi logika matematis.
67
Pernyataan no 7.
Sebagian besar siswa (74.08%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual membuat saya berani bertanya tentang materi yang belum saya pahami.
Pernyataan no 8. Sebagian besar siswa (88.88%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual saya dapat menarik kesimpulan tentang materi yang dipelajari. Pernyataan no 9.
Sebagian besar siswa (66.67%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
investigation
melalui
pendekatan
kontekstual serasa membosankan. Pernyataan no 10.
Sebagian besar siswa (74.08%) tidak setuju bahwa belajar matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual tidak menambah kemamapuan saya dalam matematika apalagi tentang logika matematis.
Pernyataan no 11.
Sebagian besar siswa (62.96%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
investigation
melalui
pendekatan
68
kontekstual tidak berbeda dengan pembelajaran seperti biasa. Pernyataan no 12.
Sebagian besar siswa (51.85%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
investigation
melalui
pendekatan
kontekstual memusingkan dan membuat saya bingung. Pernyataan no 13.
Sebagian besar siswa (51.85%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
investigation
melalui
pendekatan
kontekstual kurang menarik. Pernyataan no 14.
Sebagian besar siswa (81.48%) setuju bahwa saya ingin topik yang lain diajarkan dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
Pernyataan no 15.
Sebagian besar siswa (55.56%) tidak setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
investigation
kontekstual
membuat
melalui saya
pendekatan
semakin
tidak
menyukai matematika. Pernyataan no 16.
Sebagian besar siswa (77.78%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group
69
investigation melalui pendekatan kontekstual perlu diteruskan dan dikembangkan. Pernyataan no 17.
Sebagian besar siswa (74.08%) sangat tidak setuju bahwa saya merasa lebih tegang dan pusing belajar matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
Pernyataan no 18.
Sebagian besar siswa (59.26%) tidak setuju bahwa penyajian
materi
logika matematis
dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual sulit dipahami. Pernyataan no 19.
Sebagian besar siswa (51.85%) setuju bahwa pembelajaran matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual dapat membantu saya mengingat lebih lama materi yang diberikan.
Pernyataan no 20.
Sebagian besar siswa (62.96%) setuju bahwa nilai matematika saya akan lebih baik jika belajarnya
menggunakan
pembelajaran
matematika dengan model group investigation melalui pendekatan kontekstual.
70
C. Pembahasan Hasil Penelitian keseluruhan Pembelajaran matematika menggunakan model group investigation yang dilaksanakan selama tiga siklus bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif siswa. Hasil analisis data kemampuan penalaran induktif siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari setiap tes formatif, rata-rata skor tes formatif untuk setiap indikator, maupun dari tes akhir yang diberikan. Adanya peningkatan kemampuan penalaran induktif setiap siklus mengindikasikan bahwa melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan penalaran induktif. Hal ini karena model group investigation membuat siswa merasa bahwa belajar matematika itu menyenangkan, lebih mudah dalam mengerjakan permasalahan matematika, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi matematika, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan siswa yang lain maupun dengan guru. Respons siswa terhadap pembelajaran
melalui model group
investigation secara umum merespons positif. Hal ini dpat dilihat dari data jurnal harian, angket, dan data observasi. Siswa beranggapan bahwa melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual mengajak siswa untuk melatih cara menginvestigasi dengan siswa yang lainnya sehingga siswa dapat menarik kesimpulan sendiri dari materi ajar yang telah dilakukan.
71
Pembelajaran melalui model group investigation melalui pendekatan kontekstual menurut guru matematika sangat bagus untuk diterapkan, karena siswa lebih termotivasi untuk belajar matematika. Model group investigation ini menuntut siswa untuk menyusun materi sehingga siswa terlibat aktif di dalam pembelajaran akibatnya materi ajar yang disajikan akan lebih membekas dalam pikiran siswa.