51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan analisis penelitian berupa hasil pengolahan data yang menggunakan perhitungan statistik melalui program SPSS versi 16. Pembahasan dibuat berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari alat ukur yang berlandaskan pada kerangka berfikir dan teori yang telah dikemukakan pada beberapa bab sebelumnya. A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Sebelum data diuji signifikansinya, terlebih dahulu peneliti akan menginterpretasikan skor tiap subjek yang dihasilkan dari alat ukur. Menurut Azwar sebagai suatu hasil ukur berupa angka (kuantitatif), skor skala memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara kualitatif. Adapun kategorisasi yang digunakan oleh peneliti adalah kategori berdasarkan nilai median (nilai tengah) dari skor yang diperoleh oleh tiap subjek karena data berskala ordinal. a. Kategorisasi Skala Konsep Diri Pelaku Tabel 9 : Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori Konsep Diri Skor
Kategori
Jumlah
%
>259
Positif
32 Orang
56%
<259
Negatif
25 Orang
43,8%
57 Orang
100 %
Total
51
52
Berdasarkan hasil perhitungan alat ukur skala konsep diri diperoleh harga median sebesar 259. Hal tersebut memiliki arti bila skor subjek lebih dari nilai median menunjukkan konsep diri positif, dan bila skor subjek lebih kecil dari 259 menunjukkan konsep diri negatif. Dengan menggunakan kriteria tersebut diperoleh hasil sebanyak 56% (32 orang) memiliki konsep diri positif serta 43,8% (25 orang) memiliki konsep diri negatif. Kategorisasi konsep diri dapat dilihat pada tabel 9 diatas. b. Kategorisasi Tingkat Perilaku Bullying di Sekolah Tabel 10 Sebaran Subjek Berdasarkan Kategori Tingkat Perilaku Bullying di Sekolah Skor
Kategori
Jumlah
%
>251
Tinggi
26 Orang
45,6 %
<251
Rendah
31 Orang
54,4 %
57 Orang
100 %
Total
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap alat ukur tingkat perilaku bullying di sekolah diperoleh harga median sebesar 251. Hal tersebut memiliki arti bila skor subjek lebih besar dari 251 maka tingkat perilaku bullying di sekolah tinggi dan bila skor subjek lebih kecil dari 251 menunjukkan tingkat perilaku bullying di sekolah rendah.
53
Dengan menggunakan kriteria tersebut di peroleh hasil sebanyak 45,6 % (26 orang) memiliki tingkat perilaku bullying di sekolah tinggi serta 54,4 % (31 orang)
memiliki
tingkat
perilaku
bullying
di
sekolah
rendah.
Hasil
pengkategorisasian tersebut didapat dilihat pada tabel 10 diatas. Sehingga apabila digabungkan kedua variabel, yaitu antara konsep diri dan perilaku bullying di sekolah terdapat 4 kategori, yaitu pertama : konsep diri positif perilaku bullying di sekolah tinggi, kedua : konsep diri positif perilaku bullying di sekolah rendah, ketiga : konsep diri negatif perilaku bullying di sekolah tinggi, dan keempat : konsep diri negatif perilaku bullying di sekolah rendah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 11 : Sebaran Subjek Berdasarkan Konsep Diri dengan Tingkat Perilaku Bullying Sekolah Perilaku Bullying di Sekolah Total Tinggi
Konsep Positif Diri Negatif Jumlah
Rendah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
9
15 ,7%
21
36,8 %
30
52,6%
16
28,1 %
11
19,4 %
27
47,4%
25
43,8 %
32
56,2%
57
100%
Dari kategori respon subjek sebanyak 57 orang, dapat diketahui bahwa subjek yang memiliki konsep diri positif dan perilaku bullying di sekolah tinggi berjumlah 9 orang, kemudian subjek yang memiliki konsep diri positif dan perilaku bullying di sekolah rendah berjumlah 21 orang, subjek yang memilki konsep diri negatif dan perilaku bullying di sekolah tinggi berjumlah 16 orang,
54
sedangkan subjek yang memiliki konsep diri negatif dan perilaku bullying di sekolah rendah berjumlah 11 orang. 2. Analisis Inferensial untuk Korelasi Dalam penelitian ini, untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antara konsep diri dan perilaku bullying di sekolah, maka dilakukan pengolahan data dengan menggunakan rumus korelasi Rank Spearman karena data berskala ordinal melalui perhitungan statistik untuk menguji hipotesis penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara konsep diri dan perilaku bullying di sekolah. Sedangkan hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut: H0: rs ≥ 0 Tidak terdapat hubungan atau terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan perilaku bullying di sekolah pada siswa SMP Terpadu Al-Mumin Majalaya. H1: rs < 0 Terdapat hubungan yang negatif antara konsep diri dengan perilaku bullying di sekolah pada siswa SMP Terpadu Al-Mumin Majalaya. Dalam Pengolahan data statistik ini dibantu dengan menggunakan perhitungan statistik melalui program SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 16. Adapun hasil perhitungan statistik yang diperoleh adalah sebagai berikut :
55
Tabel 12 Hasil Uji Korelasi antara Konsep Diri Dengan Perilaku Bullying di Sekolah Variabel
α
Pv
Korelasi
Kriteria
Kesimpulan
Uji - Pv < α Konsep Diri Dengan Perilaku Bullying di Sekolah
(Ho ditolak & H1diterima 0.05
0.003
-0.366
- Pv ≥ α (Ho diterima & H1ditolak)
Pv < α (Ho ditolak & H1 diterima
Analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konsep diri dengan perilaku bullying di sekolah, dengan t hitung: -2,54 dan t tabel : 2.660. artinya t hitung lebih kecil dari t tabel dan P value 0.003 dengan α : 0.05. Oleh karena itu t hitung ≤ t tabel dan P value < α, maka, HO ditolak dan HI diterima, artinya terdapat hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku bullying di sekolah. B. Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh, kondisi objektif profil konsep diri siswa SMP Terpadu Al-Mumin Majalaya sebanyak 56 % (32 orang) memiliki konsep diri yang positif dan kondisi objektif tingkat perilaku bullying di sekolahnya rendah, yaitu sebesar 54,4 % (31 orang).
56
Sedangkan, berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh hasil yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku bullying di sekolah, artinya seseorang yang memiliki konsep diri negatif umumnya mempunyai perilaku bullying yang tinggi, sedangkan orang yang memiliki konsep diri positif umumnya mempunyai perilaku bullying yang rendah. Hal ini seperti ditunjukkan oleh hasil penelitian dari 30 subjek yang memiliki konsep diri positif, sebanyak 70 % ( 21 orang) memiliki perilaku bullying yang rendah. Sedangkan dari 27 subjek yang memiliki konsep diri yang negatif, sebanyak 59,3 % (16 orang) memiliki perilaku bullying yang tinggi. Hal tersebut seperti yang dikatakan Bibiana (dalam artikel “Apa sih bully itu??”, Sejiwa, 2009), ada beberapa penyebab mengapa terjadi bullying di masyarakat atau di lingkungan sekolah. Dari sisi pelaku, bullying bisa terjadi sebagai dampak adanya ketidakharmonisan atau ketidakmatangan emosi dari dalam diri maupun dari pihak luar, sehingga bullying merupakan bentuk penyaluran untuk menunjukkan jati diri atau pelarian dari rasa rendah diri. Sedangkan untuk subjek yang memiliki konsep diri positif menurut Hurlock (dalam artikel Rizki, 2009), bahwa konsep diri yang positif akan berkembang jika seseorang mengembangkan sifat-sifat yang berkaitan dengan ‘good self esteem’, ‘good self confidence’, dan kemampuan melihat diri secara realistik. Sifat-sifat ini memungkinkan seseorang untuk berhubungan dengan orang lain secara akurat dan mengarah pada penyesuaian diri yang baik. Seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu.
57
Akan tetapi terdapat pula subjek yang memiliki konsep diri positif dan memiliki perilaku bullying yang tinggi, yaitu sebanyak 30 % (9 orang), sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Marsh & Craven (1997) bahwa konsep diri pelaku bullying cenderung positif, mereka ingin memperlihatkan kekuasaan dan ketangguhan yang mereka miliki, serta rasa percaya yang tinggi, itu merupakan beberapa indikator konsep diri yang positif. Berdasarkan kategori korelasi analisis statistik menurut Dean. J. Champion korelasi -0.366 termasuk dalam korelasi rendah. Artinya, kemungkinan besar masih banyak faktor lain yang berkaitan dengan perilaku bullying di sekolah. Oleh karena itu, perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.