28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian a. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X1 (Pre-Test) Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilakukan pre-test atau tes awal sebelum
melaksanakan
treatmen
(perlakuan)
karena
penelitian
ini
menggunakan metode penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Untuk memudahkan dalam pengolahan data hasil Pre-Test atau tes awal ini, maka peneliti memberi simbol X1 untuk data hasil Pre-Test atau tes awal. Data mentah dari pelaksanaan Pre-Test atau tes awal dapat dilihat pada lampiran 7 sedangkan hasil pengolahan data Pre-Test atau tes awal dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3 Hasil Analisis Statistik Variabel X1 (Pre-Test) Skor Minimum
61
Skor Maximum
84
Range (R)
23
Banyak Kelas (K)
5
Panjang Kelas (P)
5
Rata-rata Kelas (x)
74,34
Median (Me)
73
Modus (Mo)
81,5
Varian (S2)
37,39
Standar Deviasi
6,11
28
29
Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa, skor minimum X 1 (Pre-test) = 61; skor maximum = 84; range = 23; banyak kelas = 5; panjang kelas 5; rata-rata kelas = 74,34; median = 73; modus = 81,5; varian = 37,39; dan standar deviasi = 6,11. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9 dan lampiran 10).
b. Deskripsi Hasil Penelitian Variabel X2 (Post-Test) Setelah pelaksanaan treatment (perlakuan) maka selanjutnya diadakan PosTest atau tes akhir. Untuk memudahkan dalam pengolahan data hasil Pos-Test atau tes akhir, maka peneliti memberi simbol X2 untuk data hasil Pos-Test atau tes akhir. Data mentah dari pelaksanaan Pos-Test atau tes akhir dapat dilihat pada lampiran 8 sedangkan hasil pengolahan data Pos-Test atau tes akhir dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4 Hasil Analisis Statistik Variabel X2 (Post-Test) Skor Minimum
80
Skor Maximum
99
Range (R)
19
Banyak Kelas (K)
5
Panjang Kelas (P)
4
Rata-rata Kelas (x)
88,67
Median (Me)
88,87
Modus (Mo)
78
Varian (S2)
34,52
Standar Deviasi
5,87
30
Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat diketahui bahwa, skor minimum X 2 (Post-test) = 80; skor maximum = 99; range = 19; banyak kelas = 5; panjang kelas 4; rata-rata kelas = 88,67; median = 88,87; modus = 78; varian = 34,52; dan standar deviasi = 5,87. (Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 dan lampiran 12).
4.1.2 Pengujian Normalitas Data a. Pengujian Normalitas Data Variabel X1 (Pre-Test) Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan untuk pengujian normalitas data Variabel X1 (Pre-Test) diperoleh bahwa χ2hitung = 0,314 dan χ2tabel = 5,99. Dengan kriteria pengujian: Jika, χ2hitung ≥ χ2tabel, maka data tidak berdistribusi normal Jika, χ2hitung < χ2tabel, maka data berdistribusi normal Berdasarkan uji kriteria tersebut didapatkan bahwa χ2hitung < χ2tabel, dimana 0,314 < 5,99 sehingga dapat disimpulkan bahwa data pre-test berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13. b. Pengujian Normalitas Data Variabel X2 (Post-Test) Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan untuk pengujian normalitas data Variabel X2 (Post-Test) diperoleh bahwa χ2hitung = 2,63 dan χ2tabel = 5,99. Dengan kriteria pengujian:
31
Jika, χ2hitung ≥ χ2tabel, maka data tidak berdistribusi normal Jika, χ2hitung < χ2tabel, maka data berdistribusi normal Berdasarkan uji kriteria tersebut didapatkan bahwa χ2hitung < χ2tabel, dimana 2,63 < 5,99 sehingga dapat disimpulkan bahwa data post-test berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14. 4.1.3 Pengujian Homogenitas Data Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh 𝑥 2 hitung sebesar 0,64. Pada taraf nyata a=0,05 diperoleh 𝑥 2 (1-0,05)(5-1)= 𝑥 2 (0,95)(4) = 9,49. Ternyata harga chikuadrat hitung lebih kecil dari chi-kuadrat daftar. Jadi dapat disimpulkan bahwa data variabel X1 (Pre-Test) dan variabel X2 (Post-Test) memiliki varians populasi yang HOMOGEN. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15.
4.1.4 Pengujian Hipotesis Dalam pengujian ini dilakukan komparasi antara hasil yang dicapai sebelum eksperimen (X1) dengan setelah eksperimen (X2) Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu ditetapkan hipotesis statistik yang akan di uji : H0 : μ1 = μ2
tidak terdapat pengaruh teknik behavioral terhadap percaya diri siswa.
H1 : μ1 ≠ μ2
terdapat pengaruh teknik behavioral terhadap percaya diri siswa.
Dari hasil perhitungan diperoleh harga thitung sebesar –6,63 sedangkan dari daftar distribusi t pada taraf nyata 5% diperoleh t(0.975) (28) = 2,05. Ternyata harga thitung memperoleh harga lain, atau harga t hitung telah berada di luar daerah
32
penerimaan H0, sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H1. (perhitungan selengkapnya dapat dilihat lampiran 16). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik berikut.
Daerah Penerimaan HO H1 -6,63
H1 6,63 -2,05
2,05
Gambar 1. Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan adanya peningkatan percaya diri siswa setelah memperoleh teknik konseling kelompok behavioral. Dari hasil pelaksanaan analisis terhadap data yang ada, menggunakan teknik pengolahan statistika pengujian normalitas data dengan hasil χ2hitung PreTest
=
0,314
dan
χ2hitung
χ2tabel pada taraf nyata α = 5,99.
Post-Test
Ternyata
=
harga
2,63 χ2hitung
sedangkan <
χ2tabel
harga sehingga
disimpulkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Uji hipotesis menggunakan uji t yang menghasilkan harga thitung sebesar -6,63 sedangkan t daftar pada taraf nyata 5% sebesar 2,05. Ternyata harga thitung memperoleh harga lain (harga thitung telah berada diluar daerah penerimaan H0) sehingga disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima H 1. Hal ini menunjukan bahwa hipotesis yang
33
berbunyi “Pengaruh konseling behavioral terhadap peningkatan percaya diri siswa”, dapat diterima. Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis, bahkan ketika harapan mereka tidak terwujud, mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya. Mastuti (2008:13) menyatakan bahwa “percayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap situasi yang dhadapinya”. Buss (dalam Sundari, 2008:20) juga mengemukakan pendapatnya mengenai percaya diri. Menurutnya, “percaya diri (confidence), yaitu kualitas keyakinan serta kenyamanan individu terhadap penampilan, kemampuan, dan kekuasaan dirinya dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Percaya diri merupakan suatu keyakinan dan sikap seseorang terhadap kemampuan pada dirinya sendiri dengan menerima secara apa adanya baik positif maupun negatif yang dibentuk dan dipelajari melalui proses belajar dengan tujuan untuk kebahagiaan dirinya. Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
34
Dalam pelaksanaan penelitian tentang pengaruh konseling behavioral terhadap peningkatan percaya diri siswa ini, siswa-siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota Gorontalo yang menjadi sampel penelitian pada umumnya tidak mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan cara pandang tentang pentingnya rasa percaya diri dalam mejalani hidup untuk mencapai kesuksesan setelah pemberian perlakuan teknik teknik konselig behavioral. Hasil eksperimen yang dilakukan oleh peneliti menunjukan terjadinya peningkatan percaya diri siswa-siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota Gorontalo setelah melaksanakan teknik konseling behavioristik yang dapat dilihat dari adanya peningkatan skor rata-rata dari percaya diri siswa pada saat penelitian. Hal ini menunjukan bahwa teknik konseling behavioristik yang telah dilakukan memberikan dampak positif terhadap percaya diri siswa. Namun hal ini tidak lepas dari motivasi internal siswa berupa kesadaran dan kemauan untuk memahami dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Kendala yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan proses penelitian yakni keterbatasan waktu. Hal ini terjadi karena tidak adanya jam khusus untuk pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum sekolah, sehingga pelaksanaan penelitian hanya dapat dilakukan ketika yang menjadi sampel penelitian dalam hal ini siswa kelas XI SMA Negeri 3 Kota Gorontalo memiliki waktu luang.