BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Film Sang Penari Pada Tahun 1953 di Rusun Dukuh Paruk Santayib, pembuat tempe bongkrek, mendapati tempe bongkreknya beracun yang membunuh banyak warga, termasuk Surti (Ronggeng Dukuh Paruk). Penduduk dusun mulai panik dan rusuh, dan mendatangi rumah Santayib dengan membawa golok dan benda keras lainnya, Santayib pun keluar dan memcoba menjelaskan bahwa tempe bongkrek yang dibuatnya tidak beracun dan langsung memakan di hadapan warga, beberapa menit kemudian Santayib pun jatuh ke tanah dan meninggal, di susul lagi oleh istri yang juga memakan tempe bongkrek tersebut. Srintil pun berlari menghampiri kedua orangtuanya. Setelah kejadian itu rusun Dukuh Paruk mengalami kekeringan dan kelaparan. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1963, Srintil dan Rasus yang sama-sama yatim piatu mereka sudah dari kecil saling menyukai. Srintil memang dari kecil suka menari dan ingin sekali menjadi ronggeng di Dukuh Paruk karena Srintil merasa harus menanggung akibat dari perbuatan orang tuanya terdahulu. Sakarya meyakini bahwa srintil adalah ronggeng berikutnya yang akan membuat Dukuh Paruk berjaya dan tidak mengalami masa sulit seperti sekarang. Suatu hari Sakarya mendapat pertanda bahwa Srintil akan menjadi ronggeng besar dan mendatangi Kartareja untuk di nobatkan Srintil sebagai ronggeng Dukuh Paruk, dan menggundang Kartareja untuk melihat Srintil menari di dekat makam Ki Secamenggala dengan nada kesal. 34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Dia kemudian menyakinkan Srintil untuk menjadi ronggeng, Srintil percaya dengan menjadi ronggeng dapat menembus kesalahan
kedua orang
tuanya di masa lampau. Para warga Dukuh Paruk Sudah berkumpul di dekat makam Ki Secamenggala untuk menyaksikan Srintil menari sebagai ronggeng. Sakarya terus menunggu sambil melihat pintu depan rumah Kartareja untuk datang dan melihat Srintil menari akan tetapi hal itu tidak kunjung datang. Akhirnya warga Dukuh Paruk pun pergi meninggalkan Srintil seorang diri. Rasus pun tidak ingin melihat Srintil, gadis pujaan hatinya bersedih, ia pun langsung mengambil sebuah kris pusaka kecil yang ditemukan pada saat ia masih kecil. kris pusaka ini diberikan ke Srintil agar Kartareja semakin yakin bahwa Srintil adalah ronggeng Dukuh Paruk berikutnya. Setelah Kertareja Setelah melihat pusaka tersebut, Sakarya akhirnya berhasil meyakinkan Kartareja. Srintil pun akhirnya melakukan beberapa ritual untuk menjadikan dia sebagai ronggeng Dukuh Paruk. Srintil harus menjalani ritual terakhir yang di sebut “Bukak Klambu”. Bukak klambu ini adalah ritual yang dimana keperawanan srintil akan diberikan kepada penawar tertinggi. Hal ini mengecewakan Rasus, yang mengatakan pada Srintil bahwa dia tidak senang dengan keputusannya. Srintil pun mengungkapkan ketakutannya untuk Bukak Klambu, pada suatu malam akhirnya Srintil memberikan keperawananya kepada Rasus. Selanjutkan Bukak Klambu pun berjalan dengan semestinya dan Srintil pun menjadi ronggeng sesungguhnya. Hati Rasus pun hancur dan memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk, meninggalkan Srintil kemudian Rasus bergabung dengan TNI yang bermarkas tak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
jauh dari Dukuh Paruk. Sementara itu, warga Dukuh Paruk yang mengalami kelaparan mulai dihasut oleh anggota partai komunis yaitu Bakar. Bakar pun berhasil mengajak grup kesenian ronggeng ini untuk ikut berpartisipasi dalam kampanye partai komunis untuk melawan pemerintahan. Namun kemudian malapetaka politik terjadi pada tahun 1965, dan karena pengetahuan mereka tentang politik tidak ada, warga Dukuh Paruk pun
ikuti terseret karena
keterlibatannya mereka dalam acara-acara kesenian rakyat tersebu yang diadakan oleh partai Komunis. Setelah terjadinya Gerakan 30 September percobaan kudeta gagal di jakarta. Rasus dikirim oleh Sersan Binsar dalam misi untuk mengamankan orangorang partai komunis didaerah. Ketika giliran Dukuh Paruk tiba, maka Rasus bergegas kembali. Meninggalkan rekan pasukannya ke kampung halamannya untuk mencari dan menyelamatkan cintanya, Srintil. Rasus melihat keadaan rusun Dukuh Paruk porak poranda tanpa ada jejak . Hanya menyisakan Sakum yang buta didalam rumah dan Sakum meminta rasus untuk secepatnya mencari Srintil. Rasus pun tiba di sebuah tempat tersembunyi tepat pada saat Srintil dan warga Dukuh Paruk dibawa oleh kereta pengangkut. Rasus mencoba mencegah keberangkatan kereta tersebut. Tetapi ia di hadang pasukan. Beberapa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
4.2 Gambaran Penokohan dalam Film Sang Penari -
Prisa Nasution sebagai Srintil Srintil dari kecil sudah memiliki bakat menari dan senang melihat Surti (Ronggeng) melakukan pertunjukkan.
-
Oka Antara sebagai Rasus Rasus adalah teman kecil srintil, mereka selalu bersama-sama, pemuda desa dukuh paruk yang miskin, tidak berpendidikan dan luguh. Seorang pria yang cekatan dan cepat belajar. Dan memiliki tekat yang kuat dan gigih dalam mencapai sesuatu. Rasus sejak kecil menyukai srintil dan mereka selalu bermain bersama-sama.
-
Selamet Raharjo sebagai Kertareja Kertareja adalah dukun ronggeng di Dukuh Paruk
-
Dewi Irawan sebagai Dewi Kertareja Dewi Kertareja adalah istri dari kertareja, dia selalu mendampingi suaminya sebagai sesepuh ronggeng di Dukuh Paruk.
-
Landung Simatupang sebagai Sakarya Sakarya sebagai kakeknya srintil, dia yang pertama kali mengajukan srintil sebagai ronggeng ke kertareja untuk dijadikan sebagai ronggeng Dukuh Paruk Selanjutnya.
-
Hendro Djarot sebagai Sakum Sakum adalah seorang pemain music yang mengiringi ronggeng untuk menari, dia seorang tuna netra dan dia tahu apa yang dirasakan oleh srintil.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
-
Lukman Sardi sebagai Bakar Bakar adalah anggota dari partai komunis dan ingin menghasut warga dukuh paruk untuk melawan pemerintah.
-
Tio Pakusadewo sebagai Sersan Binsar Sersan binsar adalah orang yang pertama kali melihat rasus di pasar dan mengajaknya ke markas mereka di daerah dukuh paruk, sersan binsar percaya bahwa rasus memiliki kemampuan dan kecerdasan yang baik jika di ajarkan akhirnya rasus pun dipekerjakan dan diajari menulis dan membaca.
-
Teuku Rifnu Wikana sebagai Darsun Darsun adalah temen kecil srintil dan rasus, ketika mereka sudah dewasa, darsun menginginkan tubuh srintil ketika srintil sudah menjadi ronggeng.
-
Happy Salma sebagai Surti Surti adalah ronggeng sebelum srintil, suatu hari surti memakan tempe bongkrek yang di jual oleh orang tua dari srintil dan akhrinya meninggal dunia akibat keracunan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
4.2.1 Penghargaan Piala Citra yang di raih di Film Sang Penari - Suratradara Terbaik : Ifa Isfansyah - Penulis Skenario Terbaik : Ifa Isfansyah, Shanty Harmayn, Salman Aristo - Pengarah Sinematografi Terbaik: Yadi Sugandi - Pengarah Artistik Terbaik : Eros Eflin - Penyunting Gambar Terbaik : Cesa David Luckmansyah - Pemeran Utama Pria Terbaik : Oka Antara - Pemeran Utama Wanita Terbaik : Prisia Nasution - Pemeran Pendukung Pria Terbaik : Hendra Djarot - Pemeran Pendukung Wanita Terbaik : Dewi Irawan39
http://filmindonesia.or.id/movie/title/if-s010-11-818970_sang-penari#. Di akses tgl 29 Oktober 2015
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
4.3 Hasil Penelitian Tabel 4.3.1 Seorang ronggeng tugasnya hanya urusan dapur, kasur dan sumur Objek
“ronggeng itu tidak cuma urusan tarian, tapi juga urusan kasur, urusan nemani, urusan sumur, hingga sampai urusan ritual dan doa.” Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
“ronggeng itu tidak cuma urusan tarian, Pernyataan Nyi kertareja di atas bisa tapi juga urusan kasur, urusan nemani, diartikan
bahwa
Banyak
sekali
urusan sumur, hingga sampai urusan ketidakadilan terhadap perempuan yang ritual dan doa.”
bersumber
pada
anggapan
yang
Nyi kertareja mencoba menjelaskan diberikan mereka. Adanya stereotipe kepada Srintil untuk berpikif bahwa (pelabelan) yang beranggapan bahwa ronggeng itu harus melakukan apa yang perempuan hanya mengurusi ruang diperintahkan tidak boleh menolak domestik saja seperti di dapur, di kasur, sama sekali.
dan di rumah. Jika ada wanita yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
bekerja pun hanya di anggap sebagai “tambahan” kebutuhan
untuk hidup
memenuhi
sehingga
ketika
bekerja wanita hanya ditempatkan pada posisi yang biasa-biasa saja. Signification Pada tahun 1960an di daerah Banyumas, jawa tengah, setiap perempuan hanya bertugas di tempat tidur, dapur dan sumur. Jika di lihat ke zaman berburu ternyata dalam kelompok terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan. Artinya bahwa memang dari zaman batu sudah ada pembagian wanita mengurus rumah dan laki – laki mencari uang di ruang publik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Tabel 4.3.2 Ronggeng sedang diperebutkan untuk melayani suami-suami Objek
“ wah senengnya yah, Dukuh Paruk akan mempunyai ronggeng baru” “yah yah, nanti kalo Srintil jadi ronggeng suamiku yang akan mendapat perawannya,” “ jangan asal bicara, untuk perawani ronggeng harus punya uang banyak.” “ Pasti suamiku yang menang karena banyak duitnya.” Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Ronggeng pada zaman jawa kuno dulu Berdasarkan gambar di atas bahwa ibuselalu diperebutkan oleh para suami- ibu yang sering bekerja mencari kodok
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
suami yang sudah beristri dan ternyata setiap hari membuktikan mereka sudah istri-istri mereka juga mendukung, tidak bisa lagi memuaskan para suami karena
mereka
beranggapan
jika karena
kelelahan
untuk
membantu
suami mereka dapat tidur dengan mencari nafkah. Peneliti bisa katakan di ronggeng dapat membawa berkah sini
ada
unsur
“Low
Self-
seperti : para suami dapat memuaskan Esteem/Condescending” (Rendah Diri). para
istri,
mendapatkan
rejeki Rendah diri adalah sebuah perasaan yang
berlimpah. Dengan kata lain ronggeng mensugestikan
bahwa
“kita
tidak
bisa di indentikkan dengan pekerja mampu, tidak percaya diri, tidak bisa” seks komersial.
sehingga
teraplikasikan
kedalam
kehidupan nyata.
Signification Ronggeng disini menurut para istri dalam film tersebut memilki arti bahwa ketika para suami mereka sudah berhubungan dengan ronggeng, mereka berharap para suami dapat memuaskan hasrat seksual para istri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Tabel 4.3.3 Ada Harga tertentu untuk menikmati ritual “Bukak Klambu” Objek
“Besok Srintil akan Bukak Klambu dengan harga 2 juta emas” Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
“Besok Srintil akan Bukak Klambu ada unsur Patriarki yang terjadi di dengan harga 2 juta emas”. Jika
peneliti
menganalisis
dalam percakapan di atas, Patriarki kalimat sebagai sebuah sistem dan praktik dari
diatas, artinya ada sebuah kesepakatan struktur
sosial
yang terjadi antara Kertareja dan mendominasi, Sakarya untuk ritual “Buka Klambu”
dimana
laki-laki
menindas,
mengeksploitasi perempuan.
dan Patriarki
didasarkan pada sebuah sistem relasi kuasa yang dimana laki-laki yang mengontrol perempuan tanpa harus bertanya
terlebih
dahulu.
Hal
ini
membuktikan bahwa perempuan hanya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
di anggap inferior (lemah). Ironisnya perempuan di tawar seperti belanja ke pasar, jika harganya sesuai dengan yang ditawarkan, maka bisa digunakan Signification Bukak Klambu adalah persyaratan terakhir dalam serangkaian upacara yang harus dipenuhi oleh calon ronggeng yaitu berupa sayembara terbuka bagi laki-laki manapun untuk dapat menikmati perawanan calon ronggeng dengan membayar yang paling mahal. Ritual ini pernah dilakukan pada tahun 60an untuk calon ronggeng Banyumas. Perempuan untuk ritual ini tidak berhak menentukan pilihan ataupun berpendapat, yang berhak adalah kaum laki-laki yang menentukan harganya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Tabel 4.3.4 Nyi Kertareja sedang mematikan peranakkan Objek
“mematikan peranakkan itu salah satu cara menjadikan kamu jadi ronggeng terus”
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Nyi kertareja sedang memijat bagian Mematikan peranakkan adalah sebuah tubuh Srintil dan memberitahukan jika penindasan dan pemaksaan perempuan ingin menjadi ronggeng terus harus terutama untuk mengeruk keuntungan mematikan peranakkan. Menggunakan bagi laki-laki atau perempuan yang angle close up.
memeras, pemanfaatn perempuan untuk melakukan
seks
sebagai
ronggeng
dengan dalil agar kebudayaan tersebut tetep ada. Penggunaan angle close up untuk memberitahukan apa yang terjadi dan agar lebih dramatis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Signification Mematikan peranakkan artinya memaksa seorang ronggeng untuk tidak memiliki seorang anak, jika seorang ronggeng memiliki anak maka yang terjadi dia tidak bisa lagi menjadi seorang ronggeng dan harus mencari penggantinya. Ronggeng identik dengan bentuk tubuh yang indah, bagus, gemulai. Jika sudah mempunyai seorang anak atau sudah pernah melahirkan otomatis bentuk tubuhnya akan mengalami perubahan, yang tadinya langsing, indah akan menjadi gemuk dan tidak enak dilihat mata.
Tabel 4.3.5 Dewi Surti sedang menghibur warga Dukuh Paruk Objek
Medium shot. Surti sedang menghibur warga Dukuh Paruk. Menggunakan selendang warna kuning dengan posisi tangan terbuka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Surti adalah ronggeng Dukuh Paruk, Warna kuning artinya kegembiraan, sedang menari dan
menghibur di kegirangan. Ronggeng yang sedang
tengah-tengah para laki-laki warga menghibur warga Dukuh Paruk dengan Dukuh
Paruk
bersama
Kertareja hati yang gembira, bahagia dan girang.
sebagai Dukun ronggeng Dukuh Paruk. Itu adalah salah satu daya tarik untuk Pengambilan Medium Shot
gambar
menggunakan penonton maju dan menari bersama dengan
ronggeng.
Tangan
terbuka
artinya ronggeng memanggil salah satu penonton yang sedang menari untuk mendekati dirinya.
Signification Bagi seorang penari warna kuning berkesan bahagia, agung dan gembira. Jadi seorang penari harus menggunakan warna kuning memberikan aura positif bagi lawan jenisnya untuk menari bersama. Warna kuning biasanya untuk seorang penari mewakili karakter pribadinya yang hangat dan ramah. Dan tipe orang seperti ini identik dengan seorang ronggeng yang berada di film ini.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
Tabel 4.3.6 Srintil takut untuk melayani “Hidung Belang” Objek
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Nyi Kertareja sedang memegang tangan Memegang tangan artinya berusaha Srintil yang berada di pundaknya menenangkan. Sama dengan halnya dengan
pengambilan
gambar yang dilakukan oleh Nyi Kertareja
menggunakan Two Shot, detail fokus berusaha menenangkan Srintil yang ke Srintil
takut untuk melakukan ritual “ Bukak Klambu”.
Bukak
menyerahkan
Klambu
artinya
keperawanan
kepada
seorang pria yang bisa membayar mahal.
Menggunakan
pengambilan
gambar dengan Two Shot berguna untuk melihat ekspresi Srintil dan Nyi kertareja secara dekat. Takut disini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
dapat
di
artikn
khawatir,
ragu
sebagai untuk
perasaan melakukan
tindakan yang menurut hati nurani tidak diperbolehkan/dilakukan.
Bisa
juga
sebagai ketidak berdayaaan seorang perempuan sebuah
yang
tradisi
harus
mengikuti
kebudayaan,
yang
sebenarnya tidak ingin ia inginkan Signification Seorang Pengasuh seharusnya memberikan kenyamanan dan keamanan ketika anak asuhnya merasa dalam keadaan tidak tenang dan takut akan tetapi di Film ini, Nyi Kertareja malah mendorong Srintil untuk tetap melakukan tindakan prostitusi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Tabel 4.3.7 Ada perdagangan perempuan didalam penjara Objek
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Seorang Sipir memperbolehkan Srintil Perdagangan
perempuan
didalam
keluar penjara untuk dijajakan kepada penjara tidak lepas ada campur tangan seorang hidung belang
“Sipir Penjara”. Perempuan sebagai barang dagangan tidak bisa berbuat apaapa. Artinya perempuan dianggap tidak ada
harga
Perempuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diri
dan
diperlakukan
martabatnya. sewenang-
52
wenang tanpa ada belas kasihan. Signification “Sipir” merupakan seseorang yang diberikan tugas dan tanggung jawab pengawasan, keamanan, dan keselamatan narapidanadi penjara. Bertanggung jawab untuk memeliharaan, pembinaan dan pengendalian seseorang yang telah ditangkap dan sedang menunggu pengadilan ketika dijebloskan maupun yang telah didakwa melakukan tindak kejahatan dan dijatuhi hukuman dalam masa tertentu suatu penjara.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Tabel 4.3.8 Kemarahan Nyi Kertareja terhadap Srintil Objek
Ekspresi wajah Nyi Kertareja sedang marah. Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Nyi Kartareja marah terhadap Srintil Perbudakkan
terjadi
dikarenakan
dikarenakan Srintil menolak melayani permasalahan ekonomi hal ini yang Marsusi. Marsusi adalah orang kaya terjadi dengan Nyi Kartareja yang yang bisa membeli Dukuh Paruk memperbudak seisinya.
Srintil
untuk
memperkaya diri. Dengan kata lain Nyi Kertareja tidak perlu bekerja susah payah untuk menghidupi keluarganya yaitu Nyi Kertareja dan Kertareja itu sendiri jika Srintil melayani Marsusi dengan alasan melestarikan kebudayaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
“Ronggeng Dukuh Paruk”. Signification Disini ada unsur prostitusi yang dilakukan oleh Dukun Dukuh paruk yaitu nyi Kertareja sebagai penyalur (Mucikari), Mucikari adalah orang yang mengatur pertemuan ronggeng dengan pelanggan di waktu kapan saja dan dimana saja yang terpenting harganya sesuai. Mucikari lebih dominan untuk mengatur jadwal dan harga seorang ronggeng untuk dinikmati oleh pelanggannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Tabel 4.3.9 Ronggeng dipergunakan untuk Kampanye Objek
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Srintil sedang menghibur di pesta perempuan rakyat
yang diadakan
selalu
menjadi
objek
oleh partai hiburan karena memiliki bentuk tubuh
komunis yaitu bernama Bakar.
yang indah dan seksi sebagai daya tarik untuk mendukung partai komunis. Hal tersebut tidak terlepas dari dominasi laki-laki yang ada di dalamnya. Dan ada
unsur
kapitalisme
sebuah
kekuasaan besar yang bisa membuat orang untuk tunduk dan menaati setiap aturan yang ada.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Signification Keindahan perempuan seringkali dijadikan objek yang sangat menguntungkan bagi kalangan tertentu, perempuan dijadikan sebagai komoditi utama dan dijadikan simbol dalam seni komersial. Perempuan ibarat sebagai hidangan pesta yang siap digunakan dan dipertontonkan leku-leku tubuhnya untuk menarik perhatian masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Tabel 4.3.10 Ritual menjadi Ronggeng Objek
Penanda (Signifier)
Petanda (Signified)
Srintil sedang melakukan ritual untuk
Kemben adalah salah satu pakaian adat
menjadikan dia sebagai ronggeng sejati
tradisional yang biasanya digunakan
dan harus menggunakan atribut pakaian
untuk acara acara pernikahan, selamet.
daerah tersebut terdiri dari : Kemben.dll Seorang ronggeng harus menggunakan kemben dengan setengah dada terbuka dengan tujuan memberikan daya tarik seksual kepada para tamu laki-laki yang sedang menontonnya sehingga menari
bersama
dan
bermalam
bersama. Signification Kemben adalah pakaian adat tradisional, biasanya kemben digunakan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
penyangah payudara sehingga keindahan bentuknya tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Pada masa lalu , bepergian ataupun beraktivitas tanpa penutup dada menjadi hal yang biasa. Meskipun demikian situasi-situasi tertentu mereka acap menggunakan kancrik atau tengkuluk.
Kancrik adalah
sehelai selendang yang berfungsi sebagai penutup tubuh atau saput, yang terkadang digunakan untuk menjunjung beban sekaligus melindungi wajah dari sinar matahari.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Tabel 4.3.11 Keris Lambang kekuatan Objek
Keris, pusaka Dukuh Paruk yang sudah hilang Penanda (Signifier) Rasus
memberikan
peninggalan terdahulu)
Surti
Srintil
Petanda (Signified) Keris Keris
adalah
sebuah
lambang
(Ronggeng keberanian dan kekuasan pada zaman kerajaan terdahulu, keris bisa juga diartikan
sebuah
pemantapan
diri
keyakinan untuk
dan
melakukan
sesuatu/tindakan. Signification Keris merupakan suatu perlengkapan busana ronggeng yang tidak dapat ditinggalkan, dipercayain bahwa pemakaian keris yang benar akan membuat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
tariannya menjadi semakin dashyat. Keris ini dianggap memiliki daya tarik seksual sehingga Srintil harus menggunakan. Keris ini sebagai simbol untuk menjadi ronggeng sejati. Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “ dan terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender masyarakat jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada hari satu sura. Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu keampuhannya bukan saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada sang maha pencipta alam (Allah SWT) dengan suatu upaya spiritual oleh sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
4.4 Tanda – tanda Diskkriminasi Perempuan dalam Kebudayaan Ronggeng di Film Sang Penari Setelah peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui tanda-tanda Diskriminasi didalam Film Sang Penari dengan menggunakan analisis semiotika Ferdinand De Saussure. Penulis akhirnya mengetahui bahwa antara lain : 1. Pada Tahun 1960-an di daerah Banyumas tepatnya di daerah Rusun Dukuh Paruk, perempuan disana kurang pendidikan atau tidak sekolah sama sekali dikarenakan daerah tersebut memang mengalami kemiskinan. Perempuan dianggap hanya memiliki tugas di dapur, sumur dan tempat tidur sehingga banyak perempuan disana tidak mengenal baca dan tulis. Yang artinya perempuan hanya dianggap sebelah mata oleh kaum laki-laki dan tidak memiliki hak untuk mengajukan pendapat atau mengambil sebuah keputusan. 2. Di sisi lain Ronggeng di Film ini memiliki srata sosial yang tinggi di mata masyarakat Dukuh Paruk pada saat itu, ronggeng selalu dipuja dan dieluheluhkan seolah-olah sebagai artis papan atas, para ibu-ibu berbondongbondong memberikan hasil berkebun, bertaninya kepada ronggeng. Di satu sisi ronggeng juga sebagai pemuas nafsu birahi para lelaki hidung belang yang mampu membayar dengan harga mahal dan sesuai tarif. 3. Jika diperhatikan didalam Film Sang Penari, ronggeng juga manusia biasa yang bisa merasakan rasa sedih, takut dan bahagia. Seperti melakukan ritual “ Bukak Klambu” ia merasa takut dan sebenarnya tidak mau untuk melakukan ritual tersebut akan tetapi oleh pengasuhnya untuk tetap tenang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
dan harus menjalankan bagian ritual ini. Seharusnya seorang pengasuh dapat memberikan sebuah perlindungan dan kenyamanan bukan malah menjerumuskan lebih dalam sebuah protitusi. 4. Ironisnya masyarakat Dukuh Paruk pada saat itu tahun 1960-an meniyakan atau melegalkan adanya “Prostitusi” terselubung dengan alasan harus mempertahankan kebudayaan yang sudah turun terumurun dilakukan. 5. Ronggeng identik dengan seorang perempuan yang lembut, periang dan bahagia yang bisa memuaskan seksualitas para lelaki. 6. Perempuan yang menjadi ronggeng di eksploitasi dan di bujuk rayu oleh sebuah kekuasaan atau kaum kapitalis untuk dijadikan sebagai objek kampanye, yang sebenarnya ronggeng dan rombongan tidak mengetahui dijadikan sebagai alat untuk memberontak terhadap pemerintahan NKRI pada saat itu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
4.5 Pembahasan Pada bagian ini, merupakan pembahasan mengenai tanda tanda “Diskriminasi Perempuan dalam Kebudayaan Ronggeng di Film Sang Penari”. Pembahasan ini menggunakan analisis semiotika Ferdinand De Saussure. Pisau bedah yang akan digunakan untuk menganalisa tanda-tanda diskriminasi dalam Flm Sang Penari adalah dengan melihat kode paradigmatik dan kode syntagmatic. Hal itu akan dijelaskan melalui scene atau adegan-adegan yang telah di capture sebagai sign berdasarkan tabel penanda dan petanda. Oleh karena itu, Penulis akan mengelompokkan sign tersebut menjadi tiga bagian. Pertama, melalui Tabel 4.3.1 – 4.3.2, berdasarkan kelompok tabel tersebut, penulis melihat bahwa sign yang ditampilkan akan menjelaskan makna mengenai sebuah kode paradigmatik. Mengapa demikian? Hal itu dapat dilihat dari tabel 4.3.1 melalui perkataan Nyi Kertareja, yang menunjukkan bahwa perempuan hanya bertugas untuk urusan di dapur, di sumur dan di kasur. Pemahaman ini sudah ditanamkan bahwa perempuan hanya berfungsi dalam bagian domestik. Padahal yang memberikan pernyataan itu adalah seorang perempuan. Artinya pemahaman ini secara terus-menerus tetap dipelihara turuntemurun. Bahkan yang memeliharanya sendiri adalah kaum perempuan. Buktinya bahwa pemahaman ini tetap dipelihara ketika para istri memperbolehkan para suaminya melakukan hubungan seksual dengan ronggeng. Hal itu dapat dilihat dalam tabel 4.3.2.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Akan tetapi jika dilihat dari zaman pra sejarah yaitu zaman berburu ternyata
dalam kelompok terdapat pembagian tugas kerja, laki-laki pada
umumnya melakukan perburuan. Sementara itu, para wanita mengumpulkan bahan makanan seperti buah-buahan dan merawat anak. Mereka yang memilih dan meramu makanan yang akan di makan.40 Padahal kebudayaan itu diciptakan adalah untuk menentukan norma hidup. Wujud norma hidup itu sendiri adalah berupa alam pikir, alam budi, alam karya, alam tata sila, dan alam seni. Menurut Ki Sarino Mangunpranoto, keluhuran sifatsifat hidup itulah yang melahirkan adanya rasa budaya manusia. Melalui tabeltabel tersebut dapat terlihat bahwa penanaman pemahaman diskriminasi terhadap perempuan malah menghancurkan nilai-nilai kebudayaan yang seharusnya dapat menciptakan peradaban yang lebih baik. Kedua, melalui Tabel 4.3.3 – 4.3.8, berdasarkan kelompok tersebut, penulis melihat adanya sign yang ditampilkan akan menjelaskan makna mengenai sebuah kode syntagmatic. Mengapa demikian? Karena untuk mendapatkan tandatanda adanya diskriminasi yaitu berdasarkan urutan kejadian/peristiwa. Melalui tabel-tabel tersebut dapat terlihat bahwa sebuah penyakit sosial mulai terbentuk yaitu prostitusi. Hal itu pertama dapat dilihat melalui adegan “Bukak Klambu”. Melalui adegan ini saja, secara sosial mengijinkan adanya transaksi seksual, yaitu jual beli antara mucikari dengan hidung belang.
https://nchistoriaedu26.wordpress.com/sejarah/kehidupan-sosial-kebudayaan-dan-teknoogimasa-prasejarah-di-indonesia/ diakses pada tanggal 27 Desember 2015 40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Yang dilanjutkan dengan adegan mematikan peranakkan, yang artinya motif ekonomi harus terus berlanjut. Ketika seorang ronggeng tidak memiliki anak, maka ia akan menjadi mesin pencetak uang. Melalui adegan ronggeng yang menghibur warga Dukuh artinya prostitusi yang telah dijalankan secara sosial telah mendapat ijin. Dengan menggunakan pakaian adat yaitu kemben adalah biasanya kemben digunakan untuk penyangah payudara sehingga keindahan bentuknya tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh orang banyak. Pada masa lalu, bepergian ataupun beraktivitas tanpa penutup dada menjadi hal yang biasa. Meskipun demikian situasi-situasi tertentu mereka acap menggunakan kancrik atau tengkuluk. Akibatnya sang ronggeng tidak memiliki hak untuk menolak hidung belang yang ingin melakukan hubungan seksual dengan dirinya. Bahkan penjara yang seharusnya menjadi tempat penyembuhan penyakit sosial pun tidak berperan, malah menjadi salah satu tempat yang mendukung menyebarnya penyakit
sosial (prostitusi) semakin berkembang.
“Sipir”
merupakan seseorang yang diberikan tugas dan tanggung jawab pengawasan, keamanan, dan keselamatan narapidanadi penjara. Bertanggung jawab untuk memeliharaan, pembinaan dan pengendalian seseorang yang telah ditangkap dan sedang menunggu pengadilan ketika dijebloskan maupun yang telah didakwa melakukan tindak kejahatan dan dijatuhi hukuman dalam masa tertentu suatu penjara. Berdasarkan teori perilaku, perilaku seseorang tercipta oleh karena karakter. Berdasarkan tanda dari adegan-adegan berdasarkan tabel-tabel tersebut, karakter dari yang dimiliki adalah karakter amoral. Karakter amoral inilah yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
mendukung terciptanya penyakit sosial prostitusi. Bagaimana karakter amoral ini tercipta? Oleh karena system kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Banyumas, yang percaya bahwa ronggeng merupakan representasi dari Dewi Sri (dewi kesuburan), sehingga yang berakibat menyetujui adanya prostitusi sebagai sebuah yang legal dimata masyarakat. .Maka dari itu Seperti yang dikatakan oleh Dr. Mansour Fakih : Perbedaan gender telah menimbulkan ketidakadilan di antaranya:41 a) Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan, b) Menimbulkan subordinasi terhadap perempuan, anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin. Di jawa, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh akhirnya ke dapur juga. c) Pelabelan atau penandaan (stereotipe) contohnya, penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka tiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe ini. d) Kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. e) Beban Kerja, ada anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawa kaum perempuan.
Mansour Fakih. Analisis Gender & Transformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka Belajar.2013 hal 7 - 22 41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Dengan demikian, terciptalah konstruksi sosial yang tersusun sebagai kontrol atas perempuan dan laki-laki berkuasa penuh mengendalikan hal tersebut. yang tidak adil dan bersifat tidak setara di antara mayoritas dan minoritas dalam konteks ras, anutan agama, nilai kultural, dan kecenderungan seksual. Ketidak adilan gender pada dasarnya merupakan implikasi dari konstruksi sosial yang bersifat menindas terhadap minoritas. Ketiga, melalui Tabel 4.3.9 – 4.3.11, berdasarkan kelompok tabel tersebut, penulis melihat bahwa sign yang ditampilkan akan menjelaskan makna mengenai sebuah kode paradigmatik. Mengapa demikian? Hal itu ditunjukkan dengan adanya adegan menggunakan ronggeng sebagai alat politik untuk mencari dukungan masyarakat. Bahkan melalui si penari ronggeng dapat terlihat dapat membawa kekuasaan ketika dia juga menggunakan keris sebagai perlengkapan menari untuk menunjukkan adanya kekuatan dan kekuasaan. Jika dilihat Pada zaman kerajaan-kerajaan di masa lalu, tanda mata paling tinggi nilainya adalah keris. Pemberian paling berharga dari seorang Raja Jawa kepada para perwiranya atau abdi dalem, adalah keris. Pada perkembangannya, keris di lingkungan kerajaan bisa menjadi simbol kepangkatan. Keris seorang Raja, tentu saja berbeda dengan keris perwira atau abdi dalem bawahannya. Tidak hanya bilah kerisnya saja yang berbeda, akan tetapi juga detil-detil perhiasan serta perabot yang melengkapinya pun berbeda.42
http://blogs.unpad.ac.id/hamzahfabregas/2011/05/09/keriss/ di akses pada tanggal 20 Desember 2015 42
http://digilib.mercubuana.ac.id/