perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pedahuluan 1. Hasil Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan langkah awal penelitian ini, hal ini dimaksudkan untuk mengumpulkan landasan teoritik guna pengembangan model. Penelitian pengembangan model pembelajaran PSLBMA ini di dukung oleh paradigma konstrivisme dari Pieaget dan vygotsky. Selain itu digunakan teori pembelajaran sejarah, pembelajaran sejarah lokal dan media animasi yang relevan untuk mengembangakan model PSLBMA. Pada studi kepustakaan dikaji beberapa hasil penelitian terdahulu yang releven dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai persoalan pembelajaran sejarah di sekolah. Selain itu juga diperlukan untuk lebih memperhatikan kesimpulan, saran dan
rekomendasi berdasarkan temuan
hasil penelitian. Uraian hasil studi kepustakaan selengkapnya telah disajikan pada bab II sekaligus berfungsi sebagai landasan teori. Dengan demikian pada bab ini hanya disajikan bahasan singkat landasan teori dan studi kepustakaan yang digunakan sebagai dasar pengembangan model PSLBMA. 2. Hasil Studi Lapangan a. Kondisi
Pembelajaran
Sejarah
dan
Penggunaan
Media
Pembelajaran di SMP N 1 Surakarta Pembelajaran sejarah di SMP N 1 Surakarta berjalan tidak sangat memprihatinkan sekali, di kelas guru hanya menjelaskan mengenai materi
commit to user 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
yang ada di dalam buku pegangan siswa. Guru tidak mengajarkan kepada siswa mengenai sejarah lokal yang perlu diketahui dan sipahami oleh siswa terutama mengenai peristiwa lokal yang ada di sekitar siswa dan masalah-masalah kontroversial agar siswa menjadi bijak dalam menghadapi kehidupannya. Dalam gaya mengajar siswa guru hanya mengandalkan model konvesional yakni ceramah yang diselingi tanya-jawab, guru hanya menjelaskan materi yang ada di buku teks dan menjelaskan berbagai fakta-fakta dan konsep saja, hal ini berdampak pada gaya belajar siswa yakni siswa hanya bisa memaparkan fakta-fakta hapalan mereka dengan bagus dan jelas, namun mereka tidak bisa untuk menjelaskan hal-hal yang mereka hafal dan tidak bisa menghubungkan hal tersebut ke dalam kehidupan mereka, sehingga pembelajaran sejarah menjadi tidak bermakna. Peserta didik memiliki tingkat hafalan yang tinggi namun memiliki tingkat pemahaman yang rendah. Dalam hal menyangkut sarana-prasarana di sekolah di SMP N 1 Surakarta sudah sangat lengkap sekali terutama dalam alat pendukung penggunaan media pembelajaran baik di kelas maupun di laboratorium. Di kelas sudah ada LCD dan laptop untuk penayangan media pembelajaran sedangkan di ruang multimedia sudah ada fasilitas penunjang lainnya seperti TV, LCD, VCD/DVD Player serta wifi yang dapat memudahkan siswa untuk mengakses informasi tentang materi yang dipelajari. Setiap anak sudah memiliki laptop yang bisa dioperasikan untuk memudahkan PBM jika berhubungan dengan media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
yang berbasis IT. Untuk lebih jelasnya informasi tentang saranaprasarana di sekolah yakni sebagai berikut: Tabel 4: Perabot Ruang Kelas (R. Belajar) SMP N 1 Surakarta
No.
1
Perabot
Jumlah ruang kelas
Alat proyeksi (LCD) Jumlah Baik
24
24
√
Kondisi
Papan tulis
Ruangan
Rusak Rusak Rusak Rusak Jumlah Baik Ringan Berat Ringan Berat 24 √ -
Baik
Tabel 5: Perabot Ruang Belajar SMP N 1 Surakarta Perabot No.
Jumlah ruang kelas
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Perpustakaan Lab. IPA Ketrampilan Multimedia Lab. bahasa Lab. komputer Serbaguna Kesenian PTD
Kondisi Alat proyeksi (LCD) Papan tulis Rusak Rusak Rusak Rusak Ruangan Jumlah Baik Jumlah Baik Ringan Berat Ringan Berat 15 √ 9 √ Baik 15 √ 10 √ Baik Baik 4 √ 6 √ Baik 2 √ 10 √ Baik 1 √ 8 √ Baik 21 √ Baik Baik Baik
Tabel 6: Alat/Bahan di Laboratorium/Ruang Keterampilan/Ruang Multimedia (di isi dalam angka) SMP N 1 Surakarta Jumlah, kualitas, dan kondisi alat/bahan Jumlah Kualitas No.
Alat/bahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Lab. IPA Lab. bahasa Lab. komputer Ketrampilan PTD Kesenian Multimedia
Kondisi
Kurang 25%-50% 50%-75% 75%-100% Sangat Rusak Rusak dari 25% Baik Kurang Cukup Baik dr keb. dr keb. dr keb. baik berat ringan dr keb.
-
-
√ √ -
√ √ √ √ √
commit to user
-
-
√ √ -
√ √ √ √ √
-
-
√ √ √ √ √ √ √
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Dari keterangan diatas maka sudah terlihat bahwa saranaprasarana penunjung penggunaan/pemanfaatan media pembelajaran dalam PBM terutama media yang berbasis IT di SMP N 1 Surakarta sudah sangat baik sekali dan lengkap, begitu juga dengan ruangannya selain ruang kelas peserta didik bisa di Lab. Komputer, Lab. Multimedia maupun perpustakaan, sehingga akan mengurangi aktivitas kejenuhan siswa yang selama ini hanya belajar di kelas saja. Hal ini seharusnya mampu diperdayagunakan oleh guru untuk penunjang kelancaran PBM mapel IPS terpadu terutama sejarah. Guru bisa menggunakan TV, LCD, VCD/DVD dan fasilitas multimedia lainnya sebagai penunjang menyajian media pembelajaran berbasis IT seperti film dokumenter sejarah, gambar-gambar atau foto-foto, video sejarah, CD pembelajaran, media berbasis multimedia, animasi, media interaktif, Blog, E-learning serta bisa mengadakan sosio-drama tentang sejarah di ruang kesenian ataupun di ruang keterampilan. Tetapi pada hasil selama observasi di SMP N 1 Surakarta pada tanggal 11-16 Februari 2013 fasilitas yang dimiliki disekolah tidak dimanfaatkan oleh guru dengan maksimal, guru hanya berkutat pada buku teks dan power point saja dengan bantuan LCD serta PBM selalu dilakukan di kelas selama ini. Padahal di sekolah memiliki ruang labor IPS dikarenakan tidak dimanfaatkan sehingga ruang tersebut sekarang menjadi gudang tempat penyimpanan kursi dan meja yang tidak digunakan/rusak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Guru menyatakan bahwa beliau tidak menguasai atau tidak dapat mengoperasikan media lain selain power point yang dia miliki, bahkan dalam membuat power pointpun beliau masih memiliki kemampuan yang terbatas, beliau hanya bisa mengetik materi saja di power point untuk mengatur tulisan, background, sound, animasi tulisan dll beliau belum bisa dan power poin yang beliau gunakan selama ini adalah power point yang diberikan oleh guru PPL atau power point yang beliau peroleh dari teman pengajar IPS lainnya. Sedangkan untuk media lain beliau belum punya kesempatan untuk menggunakannya karena belum mempunyai ide dalam menggabungkannya kepada materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Guru menyatakan
bahwa
beliau
tidak
terpikirkan untuk
memanfaatkan Labor sebagai prasarana untuk melaksanakan PBM karena di kelas sudah terdapat LCD, jadi jika ingin menggunakan media pembelajaran seperti power point cukup di kelas saja tidak perlu untuk pindah tempat ke ruang Labor. Dalam menggunakan media pembelajaran di sekolah, beliau lebih banyak menggunakan power point karena beliau lebih menguasai media power point. Untuk media lain beliau menggunakan gambar atau peta, sedangkan untuk film atau video beliau belum pernah menggunakannya hal ini dikarenakan beliau tidak mempunyai file tentang film atau video tersebut dan tidak mempunyai waktu untuk mencari dan mendownload di internet karena beliau mempunyai dua tanggung jawab di Sekolahan yakni sebagai pengajar dan sebagai pegawai TU, sehingga waktu yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
dimiliki sangat minim sekali dalam mencari dan membuat media pembelajaran lainnya. Beliau lebih mengimbangi keterbatasan media pembelajaran tersebut dengan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif. Walaupun lebih sering menggunakan metode ceramah tetapi beliau
juga
kadang-kadang
menggunakan
metode
lain
agar
menghilangkan kejenuhan pada anak seperti games, kata-berkait dan tanya-jawab. b. Guru Sejarah di SMP N 1 dan 2 Surakarta Informan dalam penelitian ini yakni guru sejarah, kepala sekolah dan peserta didik di SMP N 1 Surakarta. Guru yang dijadikan informan yakni 4 orang dari SMP N 1 Surakarta dan 7 orang dari SMP N 2 Surakarta yang mengampu pada mapel IPS terpadu. Dalam menjalankan tugasnya mereka tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pemalajaran (MGMP) IPS. Tetapi guru yang dijadikan sebagai kolaboratif dalam penelitian ini yakni 2 orang guru kelas VII yang terdiri dari 1 orang guru mapel IPS kelas VII SMP N 1 Surakarta (Bp.SA) dan 1 orang guru mapel IPS kelas VII SMP N 2 Surakarta (Bp.SU). Dari wawancara (tanggal 11 februari dan 29 april 2013) diketahui bahwa kedua guru tersebut berlatar belakang pendidikan rumpun IPS yakni dari program studi sejarah dengan masa kerja 10 dan 9 tahun. Dengan demikian kedua informan adalah guru IPS lulusan rumpun IPS sesuai dengan bidang studi yang diampu di sekolah masing-masing. Guru IPS dari SMP N 1 Surakarta merupakan lulusan D3 Pendidikan Sejarah dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan S1 prodi Sejarah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
sedangkan Guru IPS dari SMP N 2 Surakarta lulusan S1 Ilmu sejarah fakultas Sastra. Di SMP N 1 Surakarta mapel sejarah masuk ke dalam rumpun IPS terpadu yang diampu oleh satu guru, oleh karena itu guru tersebut harus mampu mengajar semua sub bidang studi dalam IPS. Sedangkan di SMP N 2 mapel sejarah masuk ke dalam rumpun IPS terpadu tetapi diampu oleh guru yang berbeda sesuai dengan rumpun bidang keilmuan masing-masing seperti geografi, sejarah dan ekonomi. 1) Upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajaran Kedua informan menyatakan bahwa kurikulum IPS sekarang memberikan keleluasan bagi mereka untuk mengembangkan berbagai metode dan media pembelajaran untuk mendukung keberhasilan pembelajaran sejarah. Tujuan pembelajaran sejarah menurut salah satu guru yakni untuk memberikan pengetahuan kepada anak tentang peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Negara, mengembangkan sikap dan perilaku peserta didik yang sekarang ini sudah jauh dari norma-nilai yang kesopanan dan penghormatan serta nilai-budaya lainnya yang dahulu pernah dipegang teguh oleh masyarakat Jawa. Satu orang guru lagi mengemukakan bahwa tujuan pembelajarn sejarah yakni untuk memberi pemahaman kepada siswa tentang masalah masa lalu yang lalu dan menjadikan peserta didik menjadi bijaksana
dalam
menghadapi
suatu
permasalahan
di
dalam
kehidupannya. (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Berkaitan dengan pertanyaan bahwa sejarah berkonstribusi dalam meningkatkan kesadaran budaya maka kedua informan setuju dengan hal tersebut bahwa
sejarah sangat berperan
dalam
meningkatkan kesadaran budaya karena pada masa sekarang peserta didik sudah lupa akan budaya dan adat-istiadatnya sendiri. Siswa lebih suka mengadopsi budaya luar dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan mereka, mereka sudah lupa dengan tata krama, kesopan, budaya lokal terutama nilai-budaya Jawa yang sangat bagus sekali, serta nilai-moral dari identitas bangsa Indonesia yang dikenal sekali oleh orang luar seperti tata-krama, keramah-tamahan, keharmonisan, kesopanan. Peserta didik juga lebih mengetahui dan lebih kenal dengan budaya luar yang bebas dan sarat akan penyimpangan moral. Salah satu informan menyatakan setuju jika dalam pembelajaran sejarah menggunakan media khusus, hal ini berdasarkan pada alasan bahwa: 1) Pertama, Pelajaran sejarah bukan saja menghafalkan tentang fakta-konsep, tetapi juga harus memahami lebih dalam dari peristiwa sejarah tersebut, sehingga siswa dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan peserta didik dan menjadikan pembelajaran sejarah menjadi bermakna; 2) Kedua, cakupan materi yang banyak, agar peserta didik tidak merasa bosan dan dapat ikut berpartisipasi secara aktif dan kreaktif serta termotivasi dalam mempelajari sejarah. (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Media khusus kalau dikaitkan dengan pernyataan sejarah lokal dan meningkatkan kesadaran budaya salah satu informan menyatakan bahwa biasanya beliau menggunakan media power point yang sudah biasa digunakan dan selain itu juga bisa menampilkan gambargambar yang relevan dengan materi yang dipelajari yang bisa mengembangkan sikap anak terhadap materi yang diajarkan (Wawancara dengan Bp.SA, tanggal 11 februari 2013). Satu informan lagi menjelaskan bahwa tidak setuju jika menggunakan media khusus dalam pembelajaran sejarah dengan alasan bahwa semua media pembelajaran bisa digunakan oleh semua mapel dalam kegiatan PBM seperti power point yang digunakan oleh semua mapel begitu juga dengan video dan gambar digunakan oleh guru mapel lain seperti dalam mapel IPA, seni-budaya dll. (Wawancara dengan Bp.SU, tanggal 29 april 2013). Berkaitan
dengan
peran
pembelajaran
sejarah
untuk
memberikan pengetahuan juga mengembangkan sikap peserta didik terhadap kesadaran sejarah, kedua informan berpendapat bahwa guru bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter dan sikap kebangsaan dari peserta didik, meningkatkan kesadaran sejarah dan kesadaran budaya dapat menanamkan rasa nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air, menumbuhkan sikap menghargai-menghormati perbedaan dari suku-bangsa dan agama dari keberagaman budaya yang ada di Indonesia (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013). Untuk itu perlu dilaksanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
model pembelajaran sejarah lokal yang menggunakan media pembelajaran animasi dalam pembelajaran sejarah akan tetapi kemampuan
dan
pemahaman
serta
kreaktifitas
guru
perlu
ditingkatkan. Kedua responden belum begitu memahami dan kreaktif dalam memanfaatkan berbagi media yang bisa digunakan dalam mendukung pembelajaran sejarah dan belum memahami peranan peristiwa/sejarah
/budaya lokal
yang bisa
berintegrasi
pada
pembelajaran sejarah, pengembangan sikap peserta didik, pendekatan sikap analisis dan kritis, dan pendekatan pembelajaran berbuat yang dapat digunakan sebagai strategi pembentukan/pengembangan sikap terhadap nilai-budaya dalam pembelajaran proses pebelajaran sejarah. Meskipun demikian salah satu responden telah memahami pendekatan keterampilan proses dan berbagai macam media pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran sejarah (Wawancara dengan Bp.SU, tanggal 29 april 2013) dan satu responden lagi mengakui tidak memahami apa itu keterampilan proses dan memiliki keterbatasan kemampuan dalam menggunakan media pembelajaran yang bervariasi (Wawancara dengan Bp.SA, tanggal 11 februari 2013). Berdasarkan pengakuan salah satu informan mengatakan telah menggunakan berbagai media pembelajaran yang bervariasi yang menunjang PBM sejarah dan relevan dengan materi yang diajarkan seperti peta konsep, globe, peta/atlas, power point dan gambar atau foto-foto yang berkaintan dengan materi (Wawancara dengan Bp.SU, tanggal 29 april 2013). Sedangkan satu responden lagi mengatakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
dalam pembelajaran sejarah beliau menggunakan powert poin dan gambar sebagai pendukung penyampaian materi sejarah (Wawancara dengan Bp.SA, tanggal 11 februari 2013). Dalam hal media pembelajaran sangat diperlukan sekali dalam proses pembelajaran karena dapat menarik perhatian siswa, membantu siswa dalam memahami materi, menjadikan pembelajaran menyengkan dan bermakna. Dalam rangka menciptakan pembelajaran sejarah yang bermakna kedua informan menggunakan media dan metode pembelajaran yang bervariasi (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU tanggal 11 februari dan 29 april 2013). Salah satu informan mengemukakan bisa juga dengan memanfaatkan lingkungan siswa sebagai media dan sumber pembelajaran tetapi harus memperhatikan target materi dalam kurikulum harus tuntas (Wawancara dengan Bp.SU, tanggal 29 april 2013). 2) Pendapat guru terhadap media pembelajaran sejarah Pendapat guru terhadap media pembelajaran sejarah dijadikan sebagai penunjang kelancaran proses pembelajaran sejarah. Kedua informan setuju bahwa media pembelajaran merupakan penunjang kelancaran proses pembelajaran (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013). Mengenai media pembelajaran sejarah kedua informan sangat sependapat bahwa dengan
memanfaatkan
media
pembelajaran
sejarah
dapat
memudahkan pemahaman peserta didik tentang materi sejarah yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
diajarkan karena materi sejarah tersebut sulit dipahami jika tidak menggunakan alat bantu media pembelajaran dan media pembelajaran sejarah sangat bermanfaat sekali terutama dalam memudahkan menjelaskan
materi
sejarah,
memudahkan
siswa
dalam
mengidentifikasi peristiwa sejarah dan menjadikan pembelajaran sejarah lebih bermakna (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013). Mengenai media pembelajaran, kedua guru mengakui bahwa sarana-prasarana sudah sangat lengkap dan kualitasnya baik dan mendukung
sekali
dalam
keberhasilan
pembelajaran
sejarah
(Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013). Salah satu guru mengungkapkan bahwa lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat juga dapat dimanfaatkan dalam kepentingan pembelajaran sejarah karena dilingkungan peserta didik tersebut banyak sekali sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran sejarah seperti: buktibukti peninggalan sejarah atau monumen-monumen dan bangunanbangunan, keraton dan kesultanan mangkunegaran, kempung batik laweyan, kampung kauman, pasar gede, bengawan sala, stasiunstasiun kereta api dan lain sebagainya (Wawancara dengan Bp.SU, tanggal 29 april 2013). Pada tahap penggunaan media pembelajaran salah satu informan menyesuaikan dengan materi dan alokasi waktu, tujuan pembelajaran serta situasi-kondisi kelas saat itu dan mencari berbagai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
informasi di internet yang bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang releva dengan materi (Wawancara dengan Bp.SU, tanggal 29 april 2013). Satu responden lagi mengatakan karena kemampuan dalam hal media pembelajaran masih kurang sehingga media pembelajaran masih sangat terbatas. Hal ini disebabkan karena informan memiliki keterbatasan pengetahuan mengenai media pembelajaran dan kemampuan yang kurang dalam membuat media pembelajaran (Wawancara dengan Bp.SA, tanggal 11 februari 2013). Kedua guru responden mengakui (Wawancara dengan Bp.SA dan Bp.SU, tanggal 11 februari dan 29 april 2013) bahwa perlu sekali untuk menampilkan peristiwa sejarah lokal atau budaya lokal yang sangat beragam dan kaya ke dalam sebuah media pembelajaran agar berbagai budaya atau peristiwa lokal dapat dikenal, diketahui, dipahami oleh peserta didik terutama tentang hal-hal yang belum pernah tersentuh seperti kebudayaan indis yang pernah berkembang di Jawa terutama di Surakarta, peserta didik tidak mengetahui sama sekali tentang apa itu kebudayaan indis, yang mereka ketahui hanya apa yang dilakukan penjajah di indonesia, bagaimana rakyat Indonesia mederita karena dijajah oleh Belanda, padahal di Solo merupakan Negara (Ibu kota) atau oleh Belanda merupakan wilayah Vorstenlanden yang memiliki otonomi sendiri, merupakan pusat kerajaan sedangkan daerah yang dijajah adalah daerah Negara Agung (daerah inti) yang terdapat tanah-tanah apanage dari para bekel yang merupakan daerah perkebunan para bekel disinilah terjadinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
penjajahan di daerah-daerah sekitar luar wilayah solo seperti karang anyar, sragen, klaten dll. Sedangkan oleh belanda disebut wilayah yang oleh belanda disebut wilayah Partikuler, yaitu daerah-daerah Bebas yang dikuasai oleh penguasa bebas seperti orang-orang asing (erfpacht) yang mendapatkan penyewaan tanah/yang membeli tanah untuk perkebunan mereka di Jawa (Wilayah-wilayah di Pantai Selatan Jawa, Pariangan dan lain sebagainya). Solo yang merupakan ibu kota berkembanglah kebudayaan indis yang tidah kenal oleh peserta didik dan begitu juga dengan gurunya padahal kebudayaan ini berada pernah berkembang di lingkungan
kehidupan
mereka
dan
masih
bisa
dinikmati
peninggalannya sampai sekarang. Dengan pengenalan budaya ini agar siswa
bisa
menghargai
hasil
budaya
atau
peninggalannya,
menghormati dan pada akhirnya menumbuhkan apresiasi dan kebanggan terhadap wilayah atau budaya yang berkembang di lingkungannya seperti budaya indis tadi menjadikan solo menjadi kota yang indah dan memiliki sarana dan prasarana yang lengkap pada waktu itu dan menjadi salah satu kota yang maju pada waktu itu. Dana bisa menjadi icon pariwisata mengenang masa lalu jika peninggalan tersebut bisa dirawat, dijaga dan dilestarikan. Selain itu tujuan dari penggunaan media pembelajaran sejarah lokal adalah agar siswa mudah mengenal budayanya sendiri, peka terhadap peristiwa atau budaya lokal sehingga siswa mengenal budayanya, tidak merasa asing dengan lingkungannya, bahkan dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
berkonstribusi dalam menjaga warisan leluhurnya. Dengan demikian guru bertanggungjawab dalam menginformasikan dan mengenalkan budaya lokal kepada peserta didik. Mereka juga setuju apabila sejarah lokal ditampilkan di dalam sebuah media pembelajaran terutama mengenai kebudayaan-kebudayaan yang ada di solo khususnya kebudayaan indis dijadikan rujuakan dalam menyampaikan materi kepada peserta didik dan dalam pembentukan sikap agar lebih sadar akan sejarah dan budaya, karena kebudayaan indis ini merupakan hal baru yang perlu dan menarik untuk diketahui baik bagi peserta didik maupun guru kolaboratif. 3) Pendapat guru dalam pengembangan pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi Pandangan guru dalam mengembangankan pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi dalam pembelajaran sejarah disambut positif oleh kedua informan karena selama ini mereka belum pernah menggunakan media animasi dan penasaran dengan media animasi tersebut. Media animasi ini bisa digunakan di dalam kelas karena guru mempunyai laptop dan ada LCD yang dapat membantu penayangan media animasi, tapi guru meminta agar durasi media animasi tersebut sesuai dengan alokasi waktu dalam pembelajaran. Akan tetapi kedua informan masih memiliki keraguan dalam mengoperasikan media animasi tersebut di kelas nantinya. Peneliti berusaha untuk meyakinkan guru terhadap pentingnya dikembangkan model PSLBMA, apabila model PSLBMA ini bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
terealisasikan maka akan menambah pengetahuan guru tentang model pembelajaran dan media yang bisa digunakan guru pada pembelajaran sejarah dalam meningkatkan kesadaran budaya siswa. 4) Hasil observasi pembelajaran sejarah di kelas. Hasil
wawancara
dan
pengisian
kuisioner
kemudian
dicocokkan dengan hasil pengamatan di kelas pada saat pembelajaran sejarah berlangsung. Dari hasil pengamatan di SMP N 1 (Bp. SA) dan SMP N 2 (Bp. SU). Kedua guru menggunakan RPP yang dikeluarkan oleh MGMP IPS. Hanya Bp. SU yang mengawali kegiatan pembelajaran dengan menghubungkan dengan pembelajaran yang lalu, sedangkan oleh Bp. SA hanya mengawali pembelajaran dengan absensi. Pada tahap apersepsi guru menghubungkan materi yang akan dipelajari
dengan
materi
pertemuan
sebelumnya
dan
mengubungankan dengan pengetahuan awal peserta didik kemudian dilanjutkan dengan topik bahasan. Di kedua sekolah mengajar dengan menggunakan
media
pembelajaran
power
point.
Kegiatan
pembelajaran dikelas masih didominasi oleh guru meskipun ada beberapa siswa menanggapi penjelasan guru, tapi tanya-jawab yang dilakukan guru basih seputar fakta-konsep dan tidak begitu berarti sehingga pembelajaran menjadi tidak bermakna. (Observasi PBM di kelas, pada tanggal 12 Februari dan 30 april 2013). Fasilitas sekolah ini sangat baik dan bagus karena dahulu merupakan sekolah RSBI sehingga memiliki sarana-prasarana yang lengkap dan memiliki kualitas yang baik, tapi fasilitas tersebut tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
dimanfaatkan oleh guru tersebut karena mereka menggunakan media sesuai dengan kemampuan saja dan tidak berani untuk mencoba menggunakan media lain, terutama jika tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikannya atau menggunakannya. Dari temuan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui pengamatan dan wawancara dapat dikelompokkan menjadi model proses pembelajaran yang dilaksanakan,
yakni: 1) Pertama,
Pembelajaran masih terpusat pada guru dengan metode ceramah yang diselingi tanya jawab, keaktifan siswa masih sangat kurang sekali, di kelas siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dan mencatat; 2) Guru sudah menggunakan media pembelajaran walaupun hanya sebatas power point saja/slide dan juga beberapa media lainnya seperti peta dan gambar, dengan media ini siswa masih kurang tertarik dalam pelaksanaan PBM tersebut karena setiap kali pertemuan guru hanya menggunakan media ini, sehingga anak menjadi bosan dan jenuh; 3) Pembelajaran sudah melibatkan partisipasi siswa dalam proses tanya-jawab, tetapi guru masih mendominasi. Pada tahap eksplorasi dan elaborasi guru melibatkan siswa untuk berpartisipasi dan aktif dengan tanya-jawab, tetapi hal tersebut tidak begitu berarti karena kebanyakan siswa hanya diam dan cuman beberapa anak saja yang bertanya bahkan kadang tidak ada anak yang mau bertanya. Temuan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor “guru” dalam medisain stategi pembelajaran dan memanfaatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
media sebagai penunjang yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Melalui pemanfaatan media tepat dan relevan dengan materi dapat memudahkan guru memberikan informasi tentang materi yang diajarkan dan memudahkan siswa dalam memahami materi tersebut. c. Hasil Wawancara Peserta Didik Studi pendahuluan untuk peserta didik ini dilaksanakan pada SMP N 1 yang terletak terletak di dekat Manahan, Banjarsari. Berdasarkan inputnya sekolah ini memiliki akreditasi tinggi yakni A, hal ini menjadi pendukung akan kualitas dari peserta didik tersebut, baik input maupun outputnya. Kebanyakan latar belakang sosial ekonomi keluarga yakni dari keluarga menengah ke atas seperti PNS, pengusaha/Swasta dan anggota politik (anggota dewan), hal ini sangat mendukung sekali untuk kelengkapan fasilitas belajar di rumah. Setiap pagi aktivitas belajar dimulai dari jam 07.00 WIB kecuali hari senin dimundurkan karena ada kegiatan upacara bendera. Sebelum memulai pembelajaran di SMP N 1 Surakarta siswa membaca do’a pagi dan sebelum meninggalkan kelas peserta didik juga membaca do’a siang yang menggunakan bahasa inggris, lalu menyium tangan guru. Setelah pengisian angket oleh peserta didik, tidak ketinggalan juga melakukan wawancara untuk memperoleh jawaban yang lebih mendalam untuk melengkapi informasi yang belum terungkap dari pengisian angket tersebut, sehingga data yang diperoleh dilapangan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Berikut beberapa hal yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
ditanyakan kepada peserta didik dalam rangka mengetahui bagaimana kondisi dan perasaan peserta didik ketika mengikuti pelajaran IPS terutama sejarah. Selanjutnya akan dideskripsikan hasil angket dan wawancara dengan siswa. Pertanyaannya mengarah pada kesan peserta didik selama ini mengikuti pembelajaran sejarah. Jawaban dari peserta didik terhadap pembelajaran sejarah beragam sekali. 1) Kesan peserta didik selama mengikuti pembelajaran sejarah Berdasarkan hasil wawancara kepada peserta didik selama mengikuti pembelajaran sejarah mengaku merasa sulit untuk memahami materi dan kewalahan mengikuti pembelajaran sejarah selama ini, hal ini dikarenakan materi yang banyak, padat dan memusingkan dan mereka merasa bosan dan mengatuk jika mengikuti pebelajaran
sejarah dann
kadang
merasa
tegang jika
guru
mengadakan tanya-jawab dengan siswa (Wawancara dengan Dicky, Anggita, Reza dan Tiara, kelas VIIC, pada tanggal 13 februari 2013). Siswa senang apabila pembelajaran sejarah menggunakan metode yang menarik seperti permainan atau games dengan metode tersebut mereka akan bersemangat untuk mengikuti pembelajaran dan tidak merasa mengantuk lagi. Peserta didik tertarik apabila dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran atau melakukan pengamatan terhadap sumber-sumber sejarah seperti musium, gambar, foto, peta, peninggalan sejarah, video, film dan lain-lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
(Wawancara dengan Firman dan Habib, kelas VIIA, pada tanggal 13 februari 2013). Peserta didik berpendapat pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang membosankan dan bahkan sering membuat siswa tersebut merasa mengatuk dalam mengikutinya. Tidak banyak siswa yang mau melakukan tanya-jawab dengan guru hal ini dikarenakan mereka tidak paham akan materi dan bingung dengan apa yang mau mereka tanyakan dan sebagain lain mengatakan bahwa mereka malu dan takut untuk bertanya (Wawancara dengan Firman dan Habib, kelas VIIA, pada tanggal 13 februari 2013). Dalam memberikan contoh untuk membantu siswa dala memahami materi, peserta didik mengatakan bahwa guru sering memberikan contoh-contoh peristiwa sejarah pada saat menerangkan pembelajaran sejarah, selain itu guru juga kadang-kadang menujukkan gambar atau foto-foto pada saat pembelajaran sejarah (Wawancara dengan Aghata dan Faizah, kelas VIIB, pada tanggal 30 april 2013). Dalam menggunakan media, Peserta didik mengatakan bahwa guru menggunakan power point setiap kali mengajar sejarah dan sekali-kali menggunakan gambar atau foto pada saat mengajar sejarah (Wawancara dengan Axel dan Nafita, kelas VIIC, pada tanggal 13 februari 2013). Media pembelajaran lain seperti film, video, CD pembelajaran, E-learning dll, mereka mengaku guru belum pernah menggunakan media tersebut dalam pembelajaran sejarah, tapi pada mapel lain siswa pernah menggunakannya seperti mapel TIK,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
kesenian dan IPA, untuk media animasi mereka mengatakan guru tidak pernah menggunakan media animasi dalam pembelajaran sejarah (Wawancara dengan Axel dan Nafita, kelas VIIC, pada tanggal 13 februari 2013). Untuk sumber belajar sejarah seluruh siswa mengatakan guru hanya mendorong siswa untuk membaca buku pegangannya di rumah karena pada saat tes semua pertanyaan dan jawaban ada di buku pegangan siswa tersebut (Wawancara dengan Bayu, kelas VIID, pada tanggal 14 februari 2013), hal ini menurunkan minat siswa untuk mencari informasi dan membaca buku lain selain puku wajib tersebut. Pada pembelajaran sejarah peserta didik mengatakan guru hanya berceramah di kelas dan kadang-kadang melakukan tanyajawab kepada peserta didik. Siswa sering ditanya oleh guru mengenai pembelajaran yang telah dipelajari tetapi siswa tidak ada sportif mengajukan diri untuk menjawab pertanyaan guru, sehingga guru mengambil inisiatif untuk menujuk salah satu murid untuk menjawab pertanyaan tersebut. begitu juga jika pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tdak ada yang mau bertanya karena mereka mengaku tidak paham akan pelajaran yang disampaikan
dan
bingung
terhadap
apa
yang
akan
perlu
dipertanyakan, sehingga siswa lebih banyak diam dan tidak menujukkan keaktifan dalam PBM (Wawancara dengan Bayu, kelas VIID, pada tanggal 14 februari 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
Jika dihubungkan dengan
pembelajaran sejarah lokal,
berdasarkan hasil wawancara kepada siswa, guru juga tidak menghubungan materi yang dipelajari dengan lingkungan, sehingga peserta didik tidak mengenal peristiwa-peristiwa lokal yang ada di sekitar mereka, sehingga pembelajaran sejarah hanya membahas isi buku teks pegangan siswa dan tidak mengembangkan wawasan siswa terhadap lingkungan mereka yang bisa dijadikan sumber belajar siswa (Wawancara dengan Aghata dan Faizah, kelas VIIB, pada tanggal 30 april 2013). Dari pernayataan diatas tampak jelas bahwa pembelajaran sejarah selama ini pembelajaran sejarah sulit dipahami oleh seluruh peserta didik, dan materi yang padat dan banyak yang disampaikan oleh guru membuat peserta didik tersebut kewalahan mengikutinya. Guru hanya berkutat pada buku paket yang merupakan buku pegangan peserta didik di sekolah. Karena itu siswa tidak mempunyai minat untuk membaca buku lain karena mereka lebih memikirkan hasil tes berdasarkan buku wajib tersebut ketinbang ilmu yang mereka dapat dari buku lain atau sumber lain. Pembelajaran sejarah hanya menggunakan model konvesional yakni metode ceramah yang diselingi tanya-jawab, sehingga pembelajaran sejarah menjadi tidak menarik dan mebosankan. Begitu juga dengan materi yang disampaikan, materinya mengalir berdasarkan pada materi yang terdapat di dalam buku teks pegangan siswa yang memiliki materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
yang padat, sulit untuk dipahami dan penuh dengan fakta-fakta dan konsep. Guru juga tidak memanfaatkan lingkungan peserta didik sebagai sumber belajar sejarah yang disesuaikan dengan kurikulum, padahal dilingkungan peserta didik banyak sekali yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar terutama yang berhubungan dengan materi sejarah, sehingga pembelajaran sejarah menjadi tidak bermakna dan tidak menyenangkan serta menjadi tidak berarti bagi kehidupan peserta didik, maka hal ini menjadikan peserta didik bosan dalam mengikutinya dan tidak mendorong siswa untuk berfikir kritis serta tidak
mengembangkan
kepekaan
siswa
terhadap
lingkungan
sosialnya. Begitu pula dengan media yang digunakan, dari hasil wawancara kepada peserta didik, siswa mengaku bahwa setiap petemuan guru hanya menampilkan power point yang berisi dengan materi yang sama yang ada di dalam buku pegangan peserta didik tersebut, hal ini menjadi tidak menarik bagi peserta didik dan tidak dapat menarik perhatian peserta didik untuk fokus dan semangat dalam mengikuti materi tersebut. Tidak ada hal baru yang bisa menarik rasa ingin tahu mereka, ingin bertanya dan termotivasi dalam PBM, sehingga walaupun menggunakan media pembelajaran atau tidak menggunakan media iklim belajar siswa tetap sama, merasa bosan dan mengantuk, tidak termotivasi serta minat yang rendah terhadap pembelajaran sejarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
2) Pendapat peserta didik tentang pembelajaran sejarah Dari wawancara yang dilakukan siswa mengungkapkan bahwa akan merasa senang jika guru memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan pembelajaran karena akan mengarahkan pemikiran mereka dan akan memfokuskan mereka ke dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Peserta didk juga senang jika guru memberikan contoh-contoh
yang
ada
dilingkungan
siswa,
karena
akan
memudahkan pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari, selain itu semua peserta didik juga senang apabila guru menggunakan media pembelajaran seperti gambar-gambar, film, foto, peta, video dll yang menarik bagi mereka dan tidak membuat mereka bosan dalam mengikuti PBM tersebut. Peserta didik juga beranggapan bahwa akan merasa senang jika belajar sejarah di luar kelas seperti di labor, perpustakaan dan di lingkungan masyarakat (Wawancara dengan Salshabila dan Shafira, kelas VIIA, pada tanggal 13 februari 2013). Dalam pandangan siswa, pembelajaran sejarah akan lebih menarik apabila mereka belajar mengamati sumber-sumber sejarah, belajar sambil bermain atau menggunakan fasilitas lain atau media pembelajaran yang mampu menarik perhatian mereka terhadap pembelajarn sejarah, dan jika ditanyakan mengenai diskusi mereka juga senang jika belajar sejarah dengan berdiskusi, karena dapat bertukar pendapat dengan teman-teman mengenai materi yang dipelajari dan berdiskusi dengan teman sebaya lebih memudahkan mereka untuk memahami materi yang disampaikan. Peserta didik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
juga tidak keberatan jika mereka diberi tugas mencari berbagai informasi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari kemudian di tuangkan ke dalam sebuah media dan dipresentasikan di kelas (Wawancara dengan Salshabila dan Shafira, kelas VIIA, pada tanggal 13 februari 2013). Pembelajaran juga akan menarik jika guru menggunakan media pembelajaran yang berbeda disetiap pertemuannya baik yang bersifat konvesional yang sudah dikreasikan oleh guru maupun berbasis IT, seperti koran-koran, majalah, jurnal, foto-foto, gambar, peta, film dokumenter, video, peninggalan-peninggalan sejarah, musium, animasi, internet dll. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan dari peserta didik yang selama ini hanya memperhatikan satu media saja yakni power point (Wawancara dengan Ayu, kelas VIIB, pada tanggal 13 februari 2013). Media yang inovatif dapat memudahkan pemahaman yang lebih kepada mengembangkan
siswa, menghilangkan kebosanan dan membantu aspek
kognitif
dan
afektif
siswa,
serta
menumbuhkan sikap kritis siswa. Selain itu siswa juga berpendapat bahwa jika guru menyajikan materi bukan hanya dari dalam buku wajib siswa, tetapi juga dari sumber-sumber lain yang belum diketahui oleh siswa seperti yang ada di sekita lingkungan siswa sehingga pembelajaran tersebut bisa bermanfaat bagi siswa, ada nilai gunanya dan menjadi bermakna.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
3) Pendapat peserta didik tentang media pembelajaran sejarah Media pembelajaran merupakan salah satu penunjang dalam kelancaran pembelajaran di sekolah. Media pembelajaran sangat bermanfaat dalam memberikan pemahaman tentang materi yang diajarkan kepada siswa terutama dalam pembelajaran sejarah rumit dan sulit untuk dipahami. Kreaktifitas guru dalam memanfaat sangat didukung sekali dalam hal ini, bagaimana guru menuangkan materi atau informasi ke dalam suatu media akan mempengaruhi sikap, perhatian dan pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dan angket peserta didik senang apabila
guru
menggunakan
media
pembelajaran
dalam
menyampaikan materi. Siswa juga senang jika guru menggunakan media pembelajaran yang berbeda setiap kali pertemuan, karena media yang menarik dan media yang menyenangkan akan menyerap perhatian siswa untuk fokus mengikuti pembelajaran tersebut. Selain itu perserta didik juga mengatakan bahwa media pembelajaran dapat membantu mereka memahami materi yang diajarkan guru, mereka akan merasa semangat dalam mengikuti PBM, mereka akan termotivasi dan menumbuhkan minat mereka dalam belajar sejarah serta akan menghilangkan rasa kantuk dan kebosanan mereka dalam mengikuti pembelajaran sejarah (Wawancara dengan Ayu, kelas VIIB, pada tanggal 13 februari 2013).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
4) Pendapat peserta didik tentang model pembelajaran sejarah berbasis media animasi Jika ditanyakan mengenai sejarah lokal banyak yang tidak mengetahui apa itu sejarah lokal, karena selam ini guru tidak pernah menjelaskan kepada mereka tentang sejarah lokal, tapi ditanyakan tentang Kraton Kasunanan Surakarta, Keraton Mangkunegaran, Pasar Gede dan Klewer, mereka tahu sekali tentang tempat tersebut yang merupakan objek Kota Solo, namun kalau ditanyakan mengenai sejarah terbentuknya tempat-tempat tesebut mereka tidak bisa menjelaskannya (Wawancara dengan Aghata dan Faizah, kelas VIIB, pada tanggal 30 april 2013). Begitu juga dengan animasi, beberapa siswa mengatakan bahwa animasi merupakan gambar yang bisa bergerak, tapi jika ditanyakan mengenai film kartun siswa sangat akrab sekali dengan film kartu dan mereka menyenangi film kartu serta menjadi film favorite mereka seperti Doraemon, Spongebob, Naruto, Crayon Shinchan, Upin dan Ipin, Tom & Jerry, Avatar, Larva dan Shaun the Sheep (Wawancara dengan Axel dan Nafita, kelas VIIC, pada tanggal 13 februari 2013). Jika pembelajaran sejarah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi peserta didik memberi respon positif dan mereka bersemangat dalam menerima hal tersebut, karena selama ini belum pernah mereka belajar sejarah dengan hal atau istilah tersebut dan menjadi hal baru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
dalam belajar sejarah, mereka menyambut positif dan bersedia jika dilaksanakan kegiatan tersebut. karena sejarah lokal yang hadir ditengah-tengah kehidupan mereka sangat penting sekali untuk diketahui dan dipelajari oleh peserta didik agar pembelajaran sejarah berjalan lebih bermakna bagi kehidupan mereka (Wawancara dengan Axel dan Nafita, kelas VIIC, pada tanggal 13 februari 2013). d. Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Analisis
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana guru telah melaksanakan inovasi-inovasi pembelajaran. karena guru sejarah telah bergabung dalam satu wadah untuk saling bertukar informasi dan melakukan berbagai kegiatan dalam MGMP, maka hampir semua tugas guru sebagai pengajar telah masuk ke dalam agenda kegiatan rutin MGMP. Oleh karena itu RPP yang digunakan juga produk MGMP sehingga seluruh guru IPS di Surakarta menggunakan RPP yang sama. Sehubung dengan hal itu maka dalam penelitian ini hanya akan mengambil satu set RPP sebagai sampel. Satu set RPP yang akan digunakan sebagai sampel adalah mapel IPS kelas VII dengan alokasi waktu 2 x pertemuan. Standar Kompetensi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Buddha sampai masa Kolonial Eropa. Kompetensi Dasar: 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa di Indonesia. Pemilihan mengenai SKKD di atas dikarenakan akan gunakan sebagai materi penelitian di sekolah. Indikator penilaian meliputi lima komponen, yakni sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
1. Penjabaran indikator menjadi tujuan pembelajaran, meliputi : Kejelasan rumusan (operasional); cakupan rumusan dan kesesuaian dengan kompetensi dasar. 2. Pemilihan dan pengorganisasian materi pembelajaran, meliputi: Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, dengan karakteristik siswa, keruntutan, sistematikan materi dan alokasi waktu. 3. Strategi dan metode pembelajaran, meliputi: Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan materi pembelajaran, kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan karakteristik peserta didik. 4. Pemilihan sumber belajar/media pembelajaran, meliputi: Kesesuaian media
pembelajaran
dengan
tujuan
pembelajaran,
media
pembelajaran dengan materi pembelajaran, kesesuaian media pembelajaran dengan karakteristik siswa. 5. Penilaian hasil belajar, meliputi: kesesuaian teknik penilaian dengan tujuan pembelajaran, kejelasan prosedur penilaian, kelengkapan instrumen (soal, kunci jawaban, pedoman penskoran). Dari Indikator penilaian ini maka akan disesuaikan dengan judul penelitian yakni akan mengembangkan model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi dan perlu direvisi yakni: (1) Tujuan pembelajaran, harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan karakteristik yang akan dikembangkan terutama dalam meningkatkan kesadaran budaya siswa; (2) Materi pembelajaran, dari SKKD di atas peneliti memilih materi yang terintegrasi dengan sejarah lokal yang akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
dituangkan kedalam sebuah media pembelajaran animasi yakni “Masuknya Bangsa Eropa ke Jawa dan Berkembangnya Kebudayaan Indis”, maka RPP tersebut harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan tersebut; (3) Strategi dan metode pembelajaran, pemilihan strategi dan metode pembelajaran akan disesuaikan dengan model yang akan dikembangkan; (4) Model pembelajaran yang akan dikembangkan berintegrasi dengan media animasi dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi dan karakteristik siswa; (5) Penilaian akan disesuaikan
dengan
tujuan
pembelajaran,
karakter
yang
akan
dikembangkan dan peningkatan kesadaran budaya siswa. Secara umum yang perlu diperhatikan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi
dan
karakteristik
dari
peserta
didik.
Langkah-langkah
pembelajaran sesuai dengan model yang dikembangkan perlu dijelaskan tahap-tahapnya baik pada kegiatan guru dan siswa dalam kegiatan PBM. Dengan demikian diperlukan direvisi pada RPP yang ada.
B. Pengembangan Model Pembelajaran PSLBMA 1. Pembelajaran Sejarah dan Penggunaan Media di SMP N 1 Hasil Studi pendahuluan meliputi proses pembelajaran sejarah dan penggunaan media pembelajaran di sekolah, latar belakang guru dan kualitas profesionalisme
guru
sejarah/IPS,
kesan
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran sejarah/IPS, pendapat siswa tentang pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan guru sejarah/IPS dan RPP yang digunakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
sebagai dasar menggagas model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta. Pembelajaran sejarah masih bersifat konvesional yakni hanya mengandalkan metode ceramah yang diselingi tanya-jawab, dengan pedekatan teacher centered dan mengandalkan buku teks sebagai sumber belajar sejarah. Sedangkan untuk media pembelajaran di sekolah sudah sangat lengkap sekali dan dalam kondisi yang baik dari kedua sekolah ini, dan guru bisa memanfaatkan fasilitas ini sebagai penunjang kelancaran pembelajaran sejarah yang dilaksanaan di sekolah. Latar belakang guru terutama dalam bidang pendidikan merupakan lulusan sejarah dan dari pengalaman mengajar, para guru sejarah/IPS telah memiliki jam terbang yang cukup lama, yakni 10 tahun di kelas VII. Dengan demikian guru tersebut telah cukup mengenali karakteristik dari siswa kelas VII dan sudah mengetahui cara untuk menghadapi mereka serta cara mengembangkan sikap atau karakteristik mereka. Pandangan guru terhadap tujuan pembelajaran sejarah yakni mengembangkan karakteristik siswa, menumbuhkan jiwa nasionalisme, patriotisme dan cinta tanah air, meningkatkan kesadaran sejarah siswa dan menjadikan siswa tersebut menjadi bijaksana dalam menjalani kehidupannya, oleh karena itu selain mengembangkan aspek kognitif dari siswa dari pembelajaran sajarah ini guru juga bertanggung jawab dalam mengembangkan aspek afektif dan psikomotirik dari peserta didik tersebut. Selain itu juga media pembelajaran menjadi salah satu penunjang untuk mempermudah pemahaman materi dan pembentukan sikapdari peserta didik tersebut baik dalam pembentukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
karakter, penumbuhan kesadaran sejarah, meningkatkan kesadaran budaya dan sikap kebangsaan dari peserta didik serta sebagai ajang dalam peningkatan kreaktivitas guru dalam memanfaatkan dan mengkreasikan media pembelajaran yang akan digunakan dalam PBM. Karena itu guru mendukung gagasan pengembangan model PSLBMA. Gagasan pengembangan model PSLBMA juga didukung oleh peserta didik, karena pembelajaran sejarah akan menarik jika guru dapat berkreasi dengan
media
pembelajaran.
Mereka
sependapat
bahwa
dengan
menggunakan media akan memudahkan pemahaman mereka terhadap materi sejarah dan menghilangkan rasa kejenuhan yang selama ini mereka alami. Mereka sependapat jika sejarah lokal Surakarta dituangkan ke dalam sebuah media pembelajaran berbasis animasi, karena mereka belum mengetahui peristiwa sejarah apa saja yang penah terjadi di Surakarta yang merupakan lingkungan tempat tinggal mereka yang seharusnya lebih bermakna bagi mereka dan hal itu akan menjadi menarik karena materi yang akan mereka terima berada dilingkungan mereka dan berbeda dengan materi yang mereka terima selama ini yang berasal dari buku paket yang kadang sulit mereka pahami (Wawancara dengan Aghata dan Faizah, kelas VIIB, pada tanggal 30 april 2013). Berdasarkan observasi dan wawancara diketahui bahwa media pembelajaran animasi belum pernah digunakan guru di sekolah begitu juga dengan materi sejarah lokal siswa tidak memahami sejarah lokal yang berada disektar tempat tinggal mereka, meraka hanya mengetahui informasi sejarah hanya berdasarkan buku paket yang wajib mereka punya. Sejarah lokal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
sangat diperlukan sekali untuk membentuk karakteristik siswa dalam mmeningkatkan cinta tanah air, pendidikan multikultural, sadar sejarah dan meningkatkan kesadaran budaya. Oleh karena itu sejarah lokal sangat diperlukan sekali sebagai acuan pendidikan karakter peserta didik dengan mengintegrasikan ke dalam mapel sejarah (Wawancara dengan Axel dan Nafita, kelas VIIC, pada tanggal 13 februari 2013). Selanjutnya perencanaan pengembangan model PSLBMA dimulai dengan merencanakan bersama guru sejarah yang dilibatkan dalam penyusunan skenario dan pembuatan media. Tujuan utamanya adalah untuk menyamakan persepsi mengenai tujuan pengembangan pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi. Dari pertemuan awal terlebih dahulu disepakati untuk Menentukan Materi, Pengguna media dan Indikator media terlebih dahulu. Setelah itu peneliti berkolaborasi dengan ahli media/IT untuk membuat media pembelajaran. Pada pertemuan kedua peneliti bersama guru mendiskusikan kembali dalam penyempurnaan media dan membuat skenario/draf awal model pembelajaran yang akan disesuaikan dengan media yang telah dibuat. Kemudian media di analisis oleh 2 orang validator yang dianggap pakar, yakni 1 dari ahli media yang merupakan dosen Prodi Teknologi Pendidikan Pascasarjana dan satu lagi dari dosen Prodi Pendidikan Sejarah Pascasarjana, sekaligus pembimbing tesis dari peneliti. Selanjutnya model juga divalidasi oleh dosen Prodi Pendidikan Sejarah Pascasarjana, sekaligus pembimbing tesis dari peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Pada pertemuan ketiga model dan media mulai dipelajari oleh guru dan diperbaiki jika ada file media yang eror atau rusak. Guru yang berpartisipasi dalam pengembangan model ini adalah Bp.SA dari SMP N 1 Surakarta. Berdasarkan kesepakatan dengan guru Bp.SA yang akan melaksanakan model PSLBMA. Sebagai pengamat adalah peneliti sendiri. Setelah selesai pembelajaran langsung diadakan diskusi dan reflesi berdasarkan catatan hasil observasi untuk menyempurnakan model dan media. Pengembangan
model
ini
mengacu
pada
lima
komponen
pembelajaran yang dikemukanakan oleh Joyce (dalam Sariyatun; 2012) yang terdiri dari sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak intruksional dan dampak pengiring. 2. Model PSLBMA Untuk Peserta Didik di SMP N 1 Surakarta Pengembangan model PSLBMA didasari oleh perkembangan tahap kognitif keempat taua tahap kognitif terakhir dari peserta didik yang disebut dengan tahap operasional formal pada anak usia 11 – 15 tahun. Pada tahap ini individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret dan sudah bisa berfikir abstrak, idealis dan logis. Kualitas dari berfikir abstrak sudah tampak jelas ketika idividu tersebut memecahkan masalah verbal. Individu tersebut telah mempunyai kemampuan melakukan idealisasi yang dia inginkan baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk orang lain dan membayangkan kemungkinan-kemungkan yang akan mereka lakukan terhadap khayalan atau fantasi mereka. Mereka sudah mulai untuk berfikir logis layaknya seperti
ilmuwan
dengan
commit to user
menyusun rencana
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
memecahkan masalah dan secara sistemasi menguji solusinya. Pemikiran pada tahap ini oleh piaget disebut “Hypothetical-Deductive Reasoning (Penalaran hipotesis-deduktif)” mengandung konsep bahwa remaja dapat menyusun hipotesis (dugaan terbaik) tentang cara untuk memecahkan problem dan mencapai kesimpulan secara sistematis (John W Santrock, 2010: 53-56). Selanjutnya Piaget (dalam Santrock, 2002) juga menegaskan bahwa seorang remaja telah termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan hal-hal atau ide-ide yang lebih penting di bandingkan ide lainnya lalu remaja menghubungkan ide-ide tersebut. seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang telah mereka alami dan telah mereka amati, tapi remaja mampu mengolah cara berfikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif mereka berupa perubahan kemampuan mental mereka seperti gaya belajar, ingatan memori mereka, cara menalar, berfikir dan bahasa. Menurut pandangan Yudrik Jahja (2011:232) tahap formal operations adalah suatu tahap di mana seseorang telah mampu berfikir abstrak. Remaja tidak lagi tebatas dengan hal-hal aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Pada tahan ini remaja dapat berfikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja telah mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal, sehingga hal ini memungkinkan seorang remaja bisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
berfikir secara hipotesis, di mana mereka telah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat itu dapat memiliki efek pada masa yang akan datang, dengan demikian seorang remaja mampu memperkirakan
konsekwensi
dari
tindakannya,
termasuk
adanya
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pada jenjang SMP peserta didik telah memiliki berbagai keterampilan kognitif dan afektif mereka. Mereka telah mampu mengolah informasi yang mereka dapat dan mereka diamati, sehingga mereka tidak akan menerima begitu saja informasi tersebut, tapi mereka akan memikirkan baik-buruknya informasi itu bagi mereka dan dapat memecahkan atau memperkirankan solusi-solusi yang terhadap informasi yang mereka terima tersebut. Sebuah media dapat memberikan gambaran atau informasi tentang segala sesuatu dan segala hal di segala bidang. Maka oleh sebab itu, pada tingkat SMP ini peserta didik telah mampu untuk membangun, membentuk, menuangkan dan mengungkapkan informasi abstrak yang diamati dari media tersebut ke dalam sebuah narasi atau deskripsi dari media yang mereka lihat ataupun mereka dengar tersebut. Dengan menggunakan sebuah media dapat membawa peserta didik ke dalam pengalaman belajar yang akan meningkatkan dan mengasah keterampilan kognitif dan afektif mereka. Seperti yang diungkapkan oleh piaget (dalam Santrock, 2010: 387) yakni seseorang akan membentuk dan membangun pengetahuan kognitifnya serta mengembangkan tingkat kognitif dan merekonstruksi pengetahuannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
dari interaksi dengan pengalaman dan objek yang diamati. Maka memalui media pembelajaran yang didukung oleh perkembangan psikologi mereka maka akan membantu peserta didik membangun keterampilan berfikir mereka, membentuk pemahaman mereka dan memikirkan solusi-solusinya, sehingga pembelajaran tersebut bisa menjadi bermakna. Media pembelajaran animasi salah satu contohnya, di mana media ini dapat menyajikan gambaran yang telah lalu dan gambaran masa yang akan datang. Suatu peristiwa yang dituangkan kedalam sebuah animasi akan memiliki beribu bahasa dan seribu makna, maka melalui pendekatan ini peserta didik di bawa ke sebuah pengalam untuk menterjemahkan animasi tersebut ke dalam bahasa mereka masing-masing. Tujuan penggunaan animasi dalam pendidikan yakni: (1) Membantu menarik dan mempertahankan perhatian orang yang meilihatnya; (2) Membantu dalam pemahaman yang dari bahan yang disajikan, membantu menterjemahkan atau menggambarkan konsep-konsep yang sulit untuk dipahami atau konsep yang dinamika sulit untuk dibayangkan; (3) Membantu siswa untuk memperoleh dan mengembangkan keterampilan kognitif-afektif mereka dan membangun pengetahuan mereka sendiri; (4) Membantu siswa dalam memecahkan masalah; (5) Dapat mentransfer pengetahuan yang tepat kepada peserta didik; dan (6) Memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam contoh yang lebih konkrit dalam rangka memperoleh pengetahuan lebih efektif dengan pendekatan mereka sendiri sesuai dengan gaya belajar yang disukai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Pengembangan model PSLBMA lebih menekankan pada bagaimana peserta didik belajar dengan mengamati sebuah objek, lalu menjelaskan objek tersebut. tanggung jawab guru adalah memberikan pengalaman langsung dalam mengamati dan merekonstruksi pengetahuan mereka, menstimulasi, memotivasi, mendiagnosa dan mengatasi kesulitan peserta didik. Selain itu guru juga bertanggung jawab untuk mengarahkan, memberi penguatan dan membatasi perkembangan pemahaman siswa tersebut jika telah meluas dan tidak sesuai lagi dengan apa yang seharusnya. Peran guru dalam pembelajaran ini yakni memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merekonstruksi dan mengembangkan pemahaman mereka terdapat animasi yang mereka amati, lalu mengidentifikasi ciri-cirinya dan memberikan contoh yang relevan. Media pembelajaran animasi merupakan sebuah media pembelajaran berbasis IT yang berisi sebuah materi mengenai sejarah lokal atau peristiwa lokal yang dikemas dalam sebuah video animasi yang berdurasi jangka pendek sekitar 10 – 15 menit. Pengabungan ini dalam rangka menyajikan sebuah media yang menyenangkan, yang dapat mengembangkan tingkat kognitif dan afektif peserta didik, membentuk pemahaman dan disesuaikan dengan perkembangan zaman dan IPTEK saat sekarang ini. Dengan animasi tersebut anak diajak untuk mengolah informasi dan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan,
solusi-solusinya
serta
bagaimana
mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Model PSLBMA akan menggunakan desain pembelajaran ADDIE dan dikolabirasikan dengan model pembelajaran Cooperatif Learning. Model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
pembelajaran ADDIE yakni model yang mudah diterapkan di mana proses yang digunakan bersifat sistematis dengan kerangka kerja yang jelas menghasilkan produk yang efektif, kreatif, dan efisien (Angel Learning, 2008).
Model ADDIE merupakan salah satu model desain sistem
pembelajaran
yang
memperlihatkan
tahapan-tahapan
dasar
sistem
pembelajaran yang sederhana dan mudah dipelajari, yang terdiri dari 5 fase yaitu (Alan Januszewski & Michael Molenda, 2008): 1) Analysis / Analisis Tahap ini meupakan tahap dalam menganalisis kondisi awal pembelajaran di sekolah sebelum melakukan pengembangan model, yang terdiri dari: (1) Analisis Kinerja. Analisis Kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi permasalahan dalam pembelajaran kemudia mencari solusinya; (2) Analisis Kebutuhan. Menganalisis apa yang dibutuhan guru dan siswa dalam PBM sejarah selama ini. 2) Design / Desain Langkah ini merupakan: (1) mencari solusi dari masalah yang telah diidentifikasi pada hasil pengamatan dan observasi di lapangan; (2) Model yang bisa di implementasikan agar kualitas pembelajaran sejarah menjadi meningkat; dan (3) Program pembelajaran dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran tersebut yang bisa diadaptasi oleh guru dan siswa. Jadi disini merupakan langkah untuk mendiseain model pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa dan guru yakni medesain model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
memecahkan
masalah
yang
teridentifikasi
pada
saat
penelitian
pendahuluan. 3) Development / Pengembangan Langkah ini merupakan langkah atau tahapan mengembangkan model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi (PSLBMA) dengan melakukan uji coba guna melihat keberterimaan dari guru dan siswa. 4) Implementation / Implementasi Implementasi model di lapangan untuk mencapai tujuan atau kompetensi, meningkatkan prestasi dan meningkatkan kesadaran budaya, menjamin pemecahan masalah/solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa dan Memastikan bahwa pada akhir implementasi model ini dapat meningkatkan pembelajaran sejarah dan dapat di terima di lapangan. 5) Evaluation / Evaluasi Evaluasi merupakan tahap untuk menguji validitas, kepraktisan dan keefktifan model setelah diujicobaan di lapangan, sehingga model ini bisa dinilai dengan baik. Evaluasi terhadap produk yang dikembangkan bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu: (1) Sikap siswa
terhadap
kegiatan
pembelajaran
secara
keseluruhan;
(2)
Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang merupakan dampak dari keikutsertaan PBM; (3) Peningkatan kesadaran budaya siswa setelah di adakannya proses PBM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Belajar Kooperatif merupakan strategi pengelompokkan di mana para peserta didik bekerja sama untuk saling mendapatkan keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya (Smaldino dkk, 2005:37). Kooperatif akan berhasil jika: (1) Para anggota yang memandang peran mereka sebagai bagian dari keseluruhan tim; (2) Keterlibatan interaktif di antara anggota kelompok; (3) Akuntabilitas antara individual dan kelompok; (4) Anggota yang memiliki keterampilan antar-personal dan kepemimpinan; (5) Kemampuan memahami belajar personal dan fungsi kelompok. Model pembelajaran Cooperatif Learning menurut Panitz (dalam Agus Suprijono, 2012:54-56) merupakan konsep mengenai semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk kelompok yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas-tugas dan partanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran yang efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1) Mudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) Pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai (Agus Suprijono, 2012:58). Tujuan pembelajaran ini meliputi hasil belajar akademik, pemahaman yang mendalam dan bermakna, pembelajaran yang menyengkan, perhatian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
yang tinggi, penerimaan terhadap keberagaman, pendidikan multikultural, pengembangan keterampilan sosial. Keunggulan model PSLBMA ini meningkatkan daya fikir dan pengembangan kognitif peserta didik, membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berfikir kritis. Lebih khususnya yakni menghasilkan suatu produk model pembelajaran yang bisa membawa pembelajaran tersebut menjadi bermakna. Media animasi yang digunakan ini menyediakan tampilan-tampilan visual yang lebih kuat dari berbagai fenomena dan informasi-informasi abstrak yang sangat berperan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Selain itu media ini bisa digunakan untuk siapa saja dari kalangan umur dan dari anak yang keterbatasan fisik seperti keterbatasan pendengaran dan anak keterbatasan mental. Penggunaan animasi dalam pembelajaran menurut Brown, Lewis dan Harcleroad (1977:224) memiliki beberapa kelebihan khusus diantaranya: (1) memotong beberapa hambatan intelektual untuk belajar; (2) membantu mengatasi hambatan fisik tertentu pada sisiwa; (3) menghadirkan berbagai peristiwa dalam kontinuitas untuk memberikan pengalaman visual khusus dalam rangka pemahaman yang lebih mendalam; (4) Memungkinkan siswa menciptakan tindakan nyata atau membayangkan suatu kejadian proses; (5) mengimbangi perbedaan latar belakang antara siswa di kelas; (6) berguna untuk mengevaluasi pengetahuan siswa atau kemampuan analiss mereka dalam kegiatan pembelajaran pada materi tersebut. Pengembangan model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
dikembangkan dengan dengan saling keterkaitan yang direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam media ini sengaja dihubungkan dengan SK dan KD di dalam mata pelajaran dengan sejarah lokal yang dituangkan kedalam media animasi. Hasil-hasil pengembangan pada fase ini berupa rencana awal mencakup tiga hal, yaitu (1) Bentuk perencanaan model PSLBMA; (2) Bentuk pelaksanaan model PSLBMA; (3) Bentuk evaluasi model PSLBMA. 3. Desain Awal (Skenario) Model PSLBMA Berdasarkan
skenario
awal
perencanaan
model
PSLBMA
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka desain awal pelaksanaan model PSLBMA yang dikembangkan tampak dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan bagan sebagai berikut: a. Sintak 1) Pendahuluan Pendahuluan merupakan tahap menyiapkan kelas dan peserta didik masuk dalam model PSLBMA. Kegiatan yang dilakukan yakni memeriksa
kelas,
memeriksa
kehadiran
siswa,
berdo’a
dan
menyiapkan media pembelajaran. Selain itu kegiatan apersepsi dalam model PSLBMA merukan kegiatan penting, di mana guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan tujuan pembelajaran, memberi motivasi, mengarahkan siswa pada materi yang akan dikaji dan mengaitkan sejarah lokal/peristiwa lokal/budaya lokal dengan materi pembelajaran. Penjelasan guru tentang akulturasi dan asimilasi budaya dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
keberagaman budaya dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai berbagai atnis, suku, bangsa dan agama merupakan kebanggaan bagi bangsa dan negara karena dengan keberagaman tersebut indonesia menjadi kaya. Selain itu penghargaan terhadap sejarah akan membawa kita menjadi bangsa yang cinta terhadap tanah air dan memiliki jiwa nasional yang tinggi. Selanjutnya guru mencoba menampilkan media pembelajaran animasi yang telah disediakan yang berisi tentang kedatangan bangsa Barat ke Indonesia dan dampak
positif
dari
pendudukannya
terutama
mengenai
perkembangan budaya yang mereka tinggalkan. Salah satu budaya yang bisa dibanggakan adalah Budaya Indis yang ditinggalkan oleh Bangsa Belanda. 2) Tahap Inti pembelajaran a) Eksplorasi Pada tahap ini setelah guru menayangkan video animasi berbasis sejarah lokal, guru mengadakan tanya-jawab dengan peserta didik tentang video yang yang telah dilihat tersebut kemudian menghubungkan dengan materi yang akan dibahas. Selanjutnya guru menjelaskan materi yang dibahas secara makro. Setelah peserta didik dapat menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya dengan materi yang akan dikaji, maka peserta didik dipersiapkan dalam sebuah kelompok diskusi atau kelompok kerja untuk mengkaji lebih dalam tentang materi tersebut melalui media flashmo yang akan dibagi oleh guru, di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
dalam media tersebut berisi mengenai contoh-contoh peninggalan kebudayaan Indis, di mana setiap kelompok mendapatkan gambar yang berbeda. Kemudian setelah semuanya siap peserta didik mulai belajara dan bekerja di dalam kelompoknya masing-masing dan guru memberikan penjelasan mengenai hal yang akan dibahas dalam kelompok masing-masing dan memberikan lembar kerja kelompok serta menjelaskan mengenai lembar kerja tersebut yakni mengidentifikasi ciri-ciri dari gambar tersebut kemudian mengemukakan manfaat, makna dan nilai yang terkandung di dalam ciri-ciri tersebut. b) Elaborasi Tahap ini merupakan lanjutan dari dari tahap eksplorasi atau disebut tahap eksplanasi. Melalui pengamatan pada objek/media, penulusuran sumber-sumber dan diskusi mereka mengemukakan ciri-ciri yang mereka amati dan menjelaskan manfaat, makna dan nilai yang terkandung di dalamnya kemudian menghubungkannya dengan kehidupan mereka baik dilingkungan keluaga, masyarakat maupun negara. Guru memberikan tanda bahwa waktu diskusi kelomppok telah habis, kemudian setiap kelompok tampil ke depan untuk mempresentasikannya di depan kelas. Sedangkan kelompok lain memperhatikan, bertanya, menanggapi dan menambahkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
c) Konfirmasi Pada
tahap
diskusi
kelompok
peran
guru
sangat
dibutuhkan dalam meluruska kesalahpahaman dan memberi penjelasan tentang hal-hal yang belum diketahui oleh siswa. Dalam mejelaskan manfaat, makna dan nilai yang terkandung di dalam ciri-ciri tersebut guru hars menjadi narasumber yang baik dalam penguatan hal-hal tersebut kemudian guru dituntut untuk dapat menghubungkan hal tersebut ke dalam kehidupan lingkungan peserta didik dan mengembangkan skala sikap yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan yang berhubungan dengan materi yang telah dibahas. Selanjutnya guru membimbing peserta didik bersama-sama membuat kesimpulan hasil pelajaran hari ini. 3) Penutup Guru
bersama-sama
dengan
peserta
didik
membuat
kesimpulan secara umum dari materi yang telah dipelajari. Guru memberi evaluasi dan penugasan. b. Sistem Sosial Pembelajaran di sekolah merupakan salah satu sistem sosial karena di sana terjadinya interaksi antara guru dengan murid dan murid dengan murid. Bentuk interaksi disesuaikan dengan faktor-faktor tujuan, materi, bahan ajar, karakteristik siswa, sumber belajar dan kompetensi atau profesionalisme guru. Dalam model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
digunakan kombinasi tiga jenis komunikasi. Penerapannya dilakukan secara profesional, yakni sesuai dengan: tujuan, materi, bahan ajar, karakteristik siswa, sumber belajar dan kompetensi atau profesionalisme guru, misalnya tujuan pembelajaran yang sederhana atau jenis pengetahuan faktual akan digunakan komunikasi aksi atau interaksi. Untuk tujuan pembelajaran yang lebih kompleks yang menerapkan memecahkan masalah akan digunakan kombinasi jenis komunikasi interaksi dan transaksi dan faktor lain akan tetap menjadi pertimbangan. c. Prinsip-Prinsip Reaksi Berdasarkan pengertian umum tentang prinsip reaksi maka peran guru dalam model PSLBMA untuk meningkatkan kompetensi belajar sejarah dan meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta antara lain: (1) menyediakan sumber-sumber dan membuat media animasi yang berhubungan dengan sejarah lokal yakni kebudayaan indis; (2) menyiapkan informasi tentang materi sejarah dan hubunganya dengan kebudayaan indis; (3) membimbing peserta didik dalam mengkaji lebih dalam tentang kebudayaan indis dan mengemukakan ciri-cirinya. d. Sistem Pendukung Model PSLBMA membutuhkan sistem pendukung sebagai berikut: 1) Rencana pembelajaran yang membuat langka-langkah penerapan model PSLBMA dan mengkombinasikan dengan salah satu desain dan model pembelajaran agar model PSLBMA ini bisa diterapkan secara efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
2) Lembar kerja kelompok sebagai sarana memudahkan dalam mendeskripsikan hasil kerja dari setiap kelompok. 3) Lembar evaluasi untuk mengukur penguasaan kompetensi siswa dan skala sikap untuk mengukur tingkat kesadaran budaya siswa. e. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring 1) Dampak instruksional a) Kemampuan
memahami,
mengklasifikasikan
materi
mengidentifikasi yang
telah
dibahas
dan dan
menghubungkan kebermaknaannya bagi kehidupan siswa baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat maupun negara. b) Penguasaan kompetensi peserta didik dan Peningkatan Kesadaran budaya siswa 2) Dampak pengiring a) Percaya diri dan Rasa ingin tahu b) Sikap menghormati dan menghargai antar sesama manusia tanpa memandang status, kedudukan, suku, ras, agama dan bangsa c) Sikap menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah (fisik dan non-fisik) d) Sikap toleransi terhadap berbagai budaya yang beragam e) Keaktifan belajar siswa dan Sikap positif/senang terhadap sejarah Desain awal model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta pada prinsipnya mengacu pada pola pembelajaran yang selama ini sudah dilakukan guru sesuai dengan kurikulum KTSP 2006. Pola tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan format dan komponen yang disesuaikan dengan permendiknas No. 41/2007
tentang
rambu-rambu
penyusunan
Rencana
Pelasanaan
Pembelajaran. Model Pengembangan PSLBMA berdasarkan pada gambungan desain ADDIE dan model pembelajaran Cooperative Learning yang dikemas dalam komponen model PSLBMA, meliputi : Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diambil dari silabus Mata Pelajaran IPS SMP Kelas VII. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja oparasional yang dapat diamati dan diukur mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Indikator yang Diharapkan Indikator nilai yang diharapkan adalah
skala sikap dari
pengembangan karakteristik dari peserta didik mengenai kesadaran budaya dari siswa tersebut. pencapaian indikator yang diharapkan dilakukan pada proses pembelajaran dan sesudahnya melalui lembar pengamatan dan angket skala sikap. Materi Pokok Materi pembelajaran merupakan materi pokok disertai uraiannya yang akan dipelajari peserta didik. Meteri pokok dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai kompetensi dara dan indikator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
yang ingin dicapai. Materi pokok ditetapkan berdasarkan isi kurikulum 2006 (KTSP), yaitu sebagai berikut: Standar Kompetensi : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa Kompetensi Dasar
: 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.
Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas dalam proses pembelajaran yang berupa pemberian pengalaman belajar yang diorientasikan untuk memberikan kemudahan dan kelancaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru dalam kegiatan pembelajaran dalam memanfaatkan berbagai macam media pembelajaran baik berbentuk visual, audio maupun audio-visual, selain itu guru juga bisa mengkombinasikannya dengan berbagai macam pendekatan, desain, strategi dan metode pembelajaran yang dapat membantu peserta didik menguasai dan memahami materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi bermakna. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model PSLBMA merupakan pengintegrasian media animasi dalam mata pelajaran sejarah lokal.
secara
keseluruhan
kegiatan
pembelajaran
meliputi:
(1)
Pendahuluan: Apersepsi; (2) Inti: Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi; (3) Penutup.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motovasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, menyenangkan, inspiratif, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang bagi peserta didik untuk kraktif dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan karakter mereka. Kegiatan ini dilakukan secara sistematik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Kegiatan penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri proses pembelajaran yang dilakukan dengan merangkum atau memberi kesimpulan, penilaian dan refleksi atau evaluasi, umpan balik dan tindak lanjut. Proses pembelajaran menekankan dengan menggunakan model pengembangan ADDIE dan model pembelajaran Coopetavie Learning yang dikombinasikan dengan media pembelajaran animas. Pendekatan yang dilakukan adalah kontekstual dan keterampilan proses. Model ADDIE digunakan sebagai penunjang pengembangan model PSLBMA dan model Cooperative Learning dan media animasi digunakan sebagai penunjang dalam pengembangan karakter inividual dan kelompok agar dapat meningkatkan ketampilan proses, selain itu model diharapkan mampu menumbuhkembangkan kesadaran diri dalam anak tersebut secara cerdas dan elegan terhadap peninggalan sejarah dan penghargaan terhadap berbagai macam kebudayaan baik kebudayaan dilingkungannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
maupun budaya suku/agama lain, bukan melalui paksaan dan tekanan dari luar. Dengan tumbuhkan kesadaran budaya pada diri peserta didik maka akan terealisasikan sikap atau perilaku untuk menilai baik buruknya budaya yang tersebut sebelum mengaplikasikannya ke dalam kehidupan dan kesadaran untuk menghargai keberagaman yang ada serta menjaga dan melestarikan peninggalan budaya. Media, Sumber dan Alat Penentuan Sumber belajar berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. Pada pembelajaran ini media, sumber dan alat pembelajaran yang dapat digunakan guru pada dasarnya sangatlah luas berupa media cetak, elektronik, media modern berteknologi tinggi dan lain sebagainya. Pada penelitian ini digunakan media pembelajaran berbasis IT yakni media animasi yang berbasis sejarah lokal. Evaluasi Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada strandar penilaian. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran yang diimplementasikan telah mencapai keberasilan yang ditetapkan. Oleh karen itu penilaian yang dilakukan meliputi proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diarahkan untuk menilai kegiatan dan perilaku atau sikap dari peserta didik selama pembelajaran berlangsung, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk menilai pennguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang telah dipelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
Penilaian proses pada implementasi model PSLBMA dilakukan dengan melakukan pengamatan kegiatan peserta didik saat pembelajaran berlangsung, misalnya saat pemutaran media pembelajaran animasi, tanggapan siswa pada media tersebut, saat diskusi, presentasi, mengemukakan pendapat, bertanya dan lain-lain. sedangkan penilaian hasil kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran yag hendak dicapai. Skala sikap digunakan untuk mengukur kesadaran budaya dari peserta didik tersebut yang diintergrasikan pada pembelajaran sejarah. berikut desaim perencanaan dan perangkat pembelajaran, serta penggunaan model PSLBMA. Desain Awal (Draf) Perencanaan Pembelajaran PSLBMA Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas / Semester
: VII / 2
Standar Kompetensi
: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa
Kompetensi Dasar
: 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Alokasi Waktu
: 2 X 40 menit (1x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran : Melalui penerapan media animasi dan diskusi kelompok siswa dapat:
1. Menguraikan proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Mengidentifikasi perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa
3. Mengidentifikasi ciri-ciri dari budaya yang berkembangan pada masa pemerintahan Kolonial-Belanda
4. Menunjukkan contoh-contoh peninggalan Kolonial-Belanda di nusantara 5. Mengaktualisasikan sikap dan perbuatan terhadap budaya-budaya yang ditingalkan (fisik atau non-fisik).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
B. Karakter yang diharapkan : 1. Cinta Kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Disiplin 3. Rasa Ingin Tahu 4. Tanggung jawab 5. Kejujuran 6. Saling menghormati dan menghargai serta menjaga 7. Bekerja keras dan Kerja sama C. Materi Ajar Perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
1. Proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa colonial Eropa 3. Kebudayaan Indis 4. Ciri-ciri budaya indis 5. Contoh Peningggalan Kebudayaan Indis D. Media Pembelajaran E. Desain Pembelajaran
: Animasi : Addie
F. Model Pembelajaran
: Cooperative Learning
G. Alat dan sumber
: LCD, laptop, foto, Power Point
H. Evaluasi
: Proses dan hasil
I. Langka-langkah kegiatan pembelajaran model pengembangan MABSL APERSEPSI Fase I : Pembukaan a. Guru mendata siswa yang tidak hadir b. Guru memberi motivasi c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran d. Guru mengingatkan kembali pembelajaran yang telah dipelajari e. Guru menyajikan media animasi dengan bantuan LCD di depan kelas f.
Siswa memperhatikan dengan seksama apa yang mereka lihat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
EKSPLORASI Fase II : Menanyakan tentang apa yang telah mereka lihat dan memberikan informasi Fase III: Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Tahap 1 : Siswa mengidentifikasi ciri-ciri dan mengemukakan manfaat-fungsi-makna pada ciriciri tersebut. Tahap 2 : Menghargai dan melestarikan nilai-budaya yang ditinggalkan a.
Guru menanyakan kepada siswa tentang apa yang mereka tangkap dari animasi tersebut.
b.
Siswa mengemukakan apa yang telah mereka lihat/perhatikan.
c.
Guru memberikan beberapa gambar/foto yang berbeda pada setiap kelompok
d.
Siswa melalui diskusi mengidentifikasi ciri-ciri dan mengemukakan manfaatfungsi-makna yang terkandung dalam gambar/foto tersebut.
ELABORASI Fase IV: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap 3: Tindakan pada sikap terhadap nilai-budaya a.
Memberikan penguatan kepada peserta didik untuk menelusuri berbagai sumber yang relevan
b.
Memfasilitasi peserta didik dalam diskusi kelompok
c.
Melalui diskusi kelompok, mengidentifikasi ciri-ciri dan mengemukakan manfaatfungsi-makna yang terkandung dalam gambar/foto tersebut dan siswa menentukan sikap positif terhadap nilai-budaya yang ditinggalkan
d.
Siswa mempresentasikan hasil diskusi di kelas
e.
Melalui diskusi kelas siswa memberikan informasi kepada kelompok lain tentang gambar/foto apa yang telah mereka bahas.
KONFIRMASI Fase V : Evaluasi Fase VI: Memberikan penguatan dan penghargaan Tahap 4 : Aktualisasi nilai-budaya yang terkandung dan integrasi tindakan sikap terhadap nilaibudaya yang ditinggalkan a.
Guru bersama siswa meluruskan dan menyimpulkan
b.
Guru memfasilitasi siswa dengan memberi penguatan tentang budaya yang telah dipelajari dan bisa diteladani revisinya dengan kehidupan sehari-hari
c.
Siswa menunjukkan contoh-contoh sikap/perbuatan. Lingkup kognitif maupun lingkup afektif, serta konatif yang merupakan kesuksesan dalam PBM
Tahap 5 : Penghargaan a. b.
Memberikan penghargaan
commitdantorefleksi user Melakukan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
PENUTUP a.
Siswa menyatakan posisi, alasan, menguji dan mengaktualisasikan budaya yang dipelajari tersebut.
b.
Guru memberi penguatan untuk aktualisasi nilai-budaya
c.
Siswa menentukan rekomendasi akhir terhadap nilai-budaya untuk diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagan 8: Desain Awal (Draf) Perencanaan Pembelajaran PSLBMA 3. Desain Awal Implementasi Model PSLBMA PBM PSLBMA: Cooperative Learning
Kegitan Guru
Fase I : Pembukaan Memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menampilkan media pembelajaran animasi. Fase II : Guru menanyakan tentang apa saja yang bisa mereka tangkap dari media yang animasi yang ditampilkan, kemudian guru menyampaikan informasi.
1 Apersepsi
siswa
2 Eksplorasi
dari
3 Elaborasi
Tahap II: Mengemukakan fungsi, manfaat dan makna ciri tersebut.
4 Konfirmasi
Tahap III: Siswa menetukan sikap terhadap peninggalannya (berupa bukti fisik-non fisik)
Fase V: Evaluasi dan refleksi hasil diskusi. Fase VI: Memberi penghargaan dan penguatan
Tahap I: Mengidentifikasi ciri-ciri kebudayaan indis.
dalam
Fase IV: Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Siswa memperhatikan dan merespons dengan pengetahuan awalnya tetang materi tersebut. Siswa menjawab dan memperhatikan penjelasan guru.
Fase III:
Mengorganisasikan kelompok belajar
Kegitan Siswa
Guru memberi penguatan sikap yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Bersama-sama menyimpulkan. Memberi tugas Pengayaan.
5 Penutup
Siswa menyatakan posisi dan sikap tehadap peninggalannya & memilihmilah terhadap kebudayaan baru yang akan diadopsi.
Bagan 9: Desain Pelaksaan Skenario Pembelajaran PSLBMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
RENCANA PELAKSANAAN PEMBEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah
: .........................................................................................
Mata Pelajaran
: Sejarah
Kelas / Semester
: VII / 2
Standar Kompetensi : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa HinduBudha sampai masa Kolonial Eropa Kompetensi Dasar
: 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
Alokasi Waktu
: 2 X 40 menit (1x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran : Melalui penerapan media animasi dan diskusi kelompok siswa dapat: 1. Menguraikan proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Mengidentifikasi perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa colonial Eropa 3. Mengidentifikasi ciri-ciri dari budaya yang berkembangan pada masa pemerintahan Kolonial-Belanda 4. Menunjukkan contoh-contoh peninggalan Kolonial-Belanda di nusantara 5. Mengaktualisasikan sikap dan perbuatan terhadap budaya-budaya yang ditingalkan (fisik atau non-fisik). B. Karakter yang diharapkan : 1. Cinta Kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Disiplin 3. Rasa Ingin Tahu 4. Tanggung jawab 5. Kejujuran 6. Saling menghormati dan menghargai serta menjaga 7. Bekerja keras dan Kerja sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 143
C. Materi Ajar Perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa
1. Proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa kolonial Eropa 3. Kebudayaan Indis 4. Ciri-ciri budaya indis 5. Contoh Peningggalan Kebudayaan Indis D. Media Pembelajaran
: Animasi
E. Desain Pembelajaran
: Addie
F. Model Pembelajaran
: Cooperatif Learning
G. Alat dan sumber
: LCD, laptop, foto, Power Point
H. Evaluasi
: Proses dan hasil
I. Langka-langkah kegiatan pembelajaran model pengembangan PSLBMA Sintaks PENDAHULUAN
Kegiatan Guru
Fase -1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Kegiatan Peserta Didik Memeriksa kehadiran Siswa menbaca siswa, kebersihan dan do’a. kerapian kelas. Siswa memperhatikan Guru memimpin dan menanggapi membaca do’a. penjelasan dari Guru memotivasi siswa. guru.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Guru menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya membahas masalah seperti di buku peket tetapi akan mencari, mengidentifikasi ciri-ciri budaya indis.
commit to user
Nilai yang dikembangkan Mengagungkan kekuasaan Tuhan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 144
APERSEPSI
EKSPLORASI Fase -2 menyampaikan informasi.
Guru menyajikan media animasi dengan bantuan LCD di depan kelas.
Guru menanyakan apa saja hal-hal yang bisa ditangkap dari animasi yang disajikan tersebut?
Siswa Menumbuhkan memperhatikan rasa Ingin Tahu dengan seksama siswa tetang apa yang mereka materi yang lihat. diajarkan. Siswa Menjawab Pengembangan pertanyaan guru kecepatan daya mengenai animasi serap/daya yang telah mereka tangkap siswa lihat. terhadap apa yang dilihat & didengar atau dirasakan oleh panca indra mereka.
Guru menegaskan Tahap ke-1 jawaban siswa dan Siswa merespon memberi penjelasan pertanyaan dan lebih lanjut bahwa: menjawab a. Pada saat masuknya pertanyaan dari Bangsa Barat guru. terutama Bangsa Belanda ke Indonesia bukan hanya meninggalkan penderitaan bagi Indonesia, tetapi ada hal lain yang membuat Indonesia berkembang dan maju dari keterpurukan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, pertanian. b. Guru menjelaskan munculnya budaya baru yang telah berakulturasi antara budaya Belanda dengan Budaya Jawa yang membuat kotakota besar di Indonesia pada masa itu menjadi Indah.
commit to user
Menambah pengetahuan siswa teradap apa yang sebelumnya tidak mereka ketahuai.
Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa tentang hal-hal baru yang belum mereka ketahui.
Menambah sportivitas siswa.
Berani menyampaikan pendapat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 145
Fase -3
Mengorganisir siswa dalam kelompok belajar.
Melibatkan siswa Tahap ke-2 mencari informasi yang Siswa membentuk luas dan dalam tentang kelompok dan topik/tema materi yang melakukan diskusi akan dipelajari dari sesuai dengan berbagai sumber gambar/photo referensi. yang diterima. Guru membentuk kelompok diskusi terdiri dari 5 siswa dalam setiap kelompok. Guru membagikan gambar/ foto yang berbeda dari masingmasing kelompok. Guru menjelaskan tugas kelompok.
ELABORASI
Mendorong siswa untuk membaca dan mencari berbagai sumber.
Menfasilitasi peserta didik agar diskusi berjalan lancar dan baik serta memunculkan gagasan baik secara lisan maupn tulisan.
Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Melalui diskusi memberikan kesempatan untuk berfikir, menganalisa, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa
Siswa mengidentifikasi ciri-ciri dari gambar/photo tersebut.
Megangungkan keesaan tuhan Disiplin Kerja sama Bertanggung jawab Kejujuran Bekerja keras
Siswa mempertimbangka n makna dari ciriciri yang mereka kemukakan tersebut dan bisa mereka realisasikan ke dalam kehidupan mereka. Siswa secara kooperatif dan kolaboratif berdiskusi dalam kelompok masingmasing. Setelah diskusi selesai guru meminta semua ketua kelompok untuk maju menjelaskan mengenai gambar yang telah mereka diskusikan. Memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan menembahkan.
commit to user
Saling menghormati dan menghargai serta menjaga dan melestarikan budaya yang ada. Sikap cinta terhadap nilaibudaya yang terdapat di lingkungan mereka. Pendidikan multikulturalisme
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 146
takut dalam diskusi.
KONFIRMASI
Dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas siswa mengekspresikan dan menegaskan makna yang mereka peroleh dari gambar/fhoto tersebut yang relevan dengan kehidupan mereka.
Memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil kerja kelompok.
Guru bertanya tentang Tahap ke-3 hal-hal yang belum Mengaktualisasik belum diketahui siswa. an makna nilaibudaya ke dalam Guru bersama siswa kehidupan. bertanya-jawab meluruskan kesalahan, Sikap sadar akan pemahaman, budaya. memberikan penguatan dan menyimpulkan hasil Siswa menanyakan hal-hal yang belum diskusi. diketahui atau yang belum jelas. Bersama-sama perserta didik merangkum dan Siswa simpulan diskusi. menunjukkan contoh-contoh Mengidentifikasi makna sikap/perbuatan nilai budaya yang yang harus terkandung yang harus dikembangkan/dite dikembangkan dan yang ladani dan sikap harus dihindari. yang harus Melakukan penilaian dihindari. dan refleksi terhadap diskusi yang telah Siswa dengan dilakukan. bimbingan guru membuat Memberikan rangkuman hasil penghargaan begi diskusi. kelompok-kelompok yang kompak dan bagus Siswa menyatakan jawabannya. posisi dan alasannya, menguji Guru memberi tes
Fase -5 Evaluasi Memberi kuesioner
Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kalaboratif. Memfasilitasi siswa berkopentesi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar
commit to user
Setiap orang harus sadar akan budaya yang dimiliki dengan menjaga dan melestarikan budaya tersebut.
Saling menjaga, menghargai, memahami dan menghormati setiap budaya yang berbeda.
Menjaga buktibukti fisik hasil peninggalan budaya dan melestarikan serta mematuhi nilai budaya non-fisik.
Menjaga kebersihan dan kemanan lingkungan sekitar (dengan tidak mencoret2 bangunan disekitar dll)
Apabila
setiap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 147
formatif secara lisan untuk mengukur kecepaian tujuan pembelajaran.
PENUTUP
Fase-6
Memberikan penghargaan
Memberikan penguatan dalam kiatnya dengan aktualisasi sikap terhadap makan nilaibudaya yang telah dipelajari tadi dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan tugas individu: siswa diminta mencari gambar mengenai contoh fisik yang masih di tinggalkan/masih ada samapai sekarang, kemudian mengidentifikasi ciri-ciri gambar yang ditemukan dan mengemukakan makna yang terkandung dalam ciri-ciri tersebut. Memberikan kelompok
tugas
dengan beberapa situasi yang sama dan mengaktualisasika n makna dari nilaibudaya yang terkandung ke dalam kehidupa sehari-hari. Siswa mengerjakan tes evaluasi belajar
warga sekolah/ masyarakat memiliki kesadaran akan budaya dan dapat mengendalikan diri maka terciptalah keamanan, keharmonisan dan ketentraman antar masyarakat baik yang memiliki ras/suku/agama/b udaya yang sama ataupun yang berbeda.
Siswa menyatakan Kesimpulan: posisi dan Apabila seluruh alasannya, warga sekolah/ memaknai nilaimasyarakat/ warga budaya dalam negara memiliki kehidupannya. sikap sadar akan Mengaktualisasika kebudayaan yang n makna nilaiada atau yang budaya dalam ditinggalkan baik kehidupannya fisik maupun sehari-hari. nonfisik, maka kehidupan akan Peningkatan menjadi tentram kesadaran budaya dalam, damai dan siswa setosa serta melakukan mampu untuk tindakan yang menjaga dan relevan. melestarikan peninggalannya. Bersama guru menyimpulkan Tidak ada lagi keseluruhan yang namanya pengalaman dan konflik antar hasil belajar. suku/ras/ agama, Siswa menentukan rekomendari akhir terhadap sikap kesadaran buday dalam kehidupan
commit to user
sehingga akan menjadi kehidupan yang tentram antar kebudayaan yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 148
sehari-hari.
Siswa melaksanakan tugas pengayaan dan dikerjakan di luarjam pelajaran.
Mampu untuk memberikan nilai, mengevaluasi serta mempertimbangka n terlebih dahulu nilai-budaya asing yang masuk ke dalam kehidupan.
4. Perencanaan Perangkan Uji Validitas, Kepraktisan dan Efektivitas Untuk memperoleh data tentang proses dan hasil pengembangan model PSLBMA beserta perangkat-perangkat pembelajaran yang sesuai, dipersiapkan lembar pengamatan sebagai alat bantu peneliti untuk memutuskan apakah model PSLBMA beserta perangkat-perangkatnya bersifat valid, praktis dan efektif. Untuk itu dirancang lember observasi dan angket yakni Format validitas model PSLBMA, Lember penilaian kelayakan penerapan model PSLBMA, Format validitas keterlaksanaan PBM dengan model PSLBMA (format validitas keterlaksanaan perangkat-perangkat model PSLBMA), Format validasi angket respons peserta didik dan Format validasi lembar evaluasi. Lembar kerja observasi kepraktisan berupa lembar kerja observasi keterlaksaan model PSLBMA, lembar observasi keterlaksaan rencana pembelajaran dan lembar observasi keterlaksaan kegiatan peserta didik. Lembar observasi keaktifan yang dirancang berupa lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran, angket respons siswa dan lembar evaluasi hasil belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 149
C. Hasil Pengujian Implementasi Model PSLBMA Hasil-hasil yang diperoleh pada tahap pengembangan model selanjutnya direfleksi, didiskusikan dengan pakar dan dicermati lagi, agar realisasi dari model PSLBMA bisa dilakukan secara matang beserta perangkat pembelajaran dan lembar observasi sebagai alat bantu penelitian dalam mengamati proses pembelajaran PSLBMA. Setelah terdapat kesepakatan bersama antara peneliti dan guru IPS/Sejarah di SMP N 1 Surakarta untuk mengembangkan model ini, maka dilakukan uji coba terbatas dan meluas. Guru yang mengikuti sosialisasi memberikan komitmen berpartisipasi pada kegiatan uji coba pengembangan model. Atas saran mereka dan kesanggupan berpartisipasi, maka disepakati ada satu SK dan KD yang dikembangkan untuk uji coba model yaitu Standar Kompetensi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa. Kompetensi dasar 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. Penelitian pada tahap kedua mengunakan penelitian tindakan (action research) dalam upaya mendapatkan model pembelajaran sejarah berbasis media animasi yang sesuai dengan setting situasi kondisi di SMP N 1 Surakarta. Seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan perecanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang kemudian menjadi suatu rekomendasi bagi perencanaan pada siklus uji coba selanjutnya. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 150
Penetapan alokasi waktu uji coba terbatas dilaksanakan pada semester genap atau dua. Pelaksanaan disepakati bertepatan dengan jadwal pelajaran IPS kelas VII yang sudah berjalan agar tidak mengganggu waktu belajar peserta didik dan target pencapaian pemberian metari oleh guru. Subjek penelitian yakni para siswa kelas VII yang dipilih sejak awal penelitian dan sudah disepakati peneliti dengan guru IPS. Untuk tahap uji coba terbatas dilaksanakan pada SMP N 1 Surakarta di kelas VIIC, kelas ini dipilih dikarenakan rekomendasi dari berbagai guru IPS dan merupakan kelas VII terbaik di sekolah ini, dengan begitu diharapkan agar memperlancar penelitian ini. Pada tahap uji coba luas akan diimplemantasikan di SMP N 2 Surakarta, hal ini dikarenakan sekolah ini setaraf dengan dengan SMP N 1 yang yang kedua sekolah ini memiliki akreditasi A dan merupakan sekolah tingkat atas di Surakarta. Kelas yang digunakan adalah kelas VIIB yang juga merupakan kelas VII terbaik setelah kelas VIIA. Peneliti tidak bisa menjadikan kelas VIIA sebagai objek penelitian karena merupakan kelas akslerasi dan memiliki jadwal yang padat. Maka para guru merekomendasikan pada kelas VIIB yang kedudukannya berada di bawah kalas VIIB dan terbaik dari kelas VII lainnya. Tahap
uji
coba
lapangan
ditujukan
untuk
memperbaiki
dan
menyempurnakan skenario model pembelajaran yang telah dikembangkan, sehingga menghasilkan model PSLBMA yang efektif untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta. Uji coba model dilakukan secara berkesinambungan dengan menerapkan penelitian tindakan kelas. Setelah rancangan pembelajaran disiapkan, maka dilaksanakan penerapan model di kelas, kemudian selama pelaksanaan dilakukan observasi, serta berikutnya secara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 151
bersama antara guru dan peneliti melakukan refleksi dan diskusi untuk evaluasi dan penyusunan kembali rancangan uji coba berikutnya. Setelah dilaksanakan uji coba tahap pertama, dilakukan evaluasi dan penyempurnaan desai oleh peneliti bersama guru untuk uji coba kedua, begitu seterusnya hingga sampai tercapainya pada model yang diharapkan atau diinginkan yaitu model dengan mengggunakan langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan dapat diadaptasi oleh guru dan siswa. Setelah diperoleh hasil uji coba yang optimal dan konsisten, maka kegiatan uji coba dapat dihentikan. Pada bagian ini akan diuraikan hasil uji coba terbatas yang terdiri dari empat bagian yakni: Hasil uji validasi ahli dan praktisi, Hasil uji coba lapangan, Rangkuman perkembangan hasil uji coba terbatas, serta hambatan dan keterbatasan uji coba terbatas. 1. Hasil Validitas Ahli dan Praktisi a. Kelayakan Model dan Media Para validator terdiri dari pakar teknologi pendidikan yakni ahli media dan dosen pembimbing jurusan Pendidikan Sejarah Pacsasarjana dan praktisi yakni guru IPS SMP yang sudah senior mengajar di antara SMP N 1 Surakarta. Proses validasi dilakukan dengan memberikan contoh model yang dikembangkan, media animasi, Sintak & RPP dan lembar validasi. Validasi model “PSLBMA” terdiri dari aspek-aspek yang akan dinilai yaitu: (1) materi dan metode. Aspek-aspek media yakni (1) desain dan komunikasi; (2) Format tampilan; (3) Materi. Sedangkan aspek-aspek dari Sintak & RPP terdiri dari: (1) Perumusan Tujuan; (2) Pemilihan dan pengorganisasian pembelajaran; (3) Sumber dan media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 152
pembelajaran; (4) Metode pembelajaran; dan (5) pemilihan hasil belajar. Selain memberikan skor pada indikator masing-masing aspek ini juga adanya kesimpulan akhir mengenai kelayakan model PSLBMA oleh validator tersebut, catata-catatan dan saran-saran perbaikan. Catatan dan saran-saran mengenai model pembelajaran yang dikembangkan yakni sebagai berikut: 1) langkah-langkah pembelajaran diperjelas 2) Materinya lebih di perluas lagi 3) Penggunaan bahasa disederhanakan agar mudah dipahami oleh guru Catatan dan saran-saran mengenai media pembelajaran yang digunakan yakni sebagai berikut: 1) Interaksi siswa dengan media perlu diperjelas lagi 2) Teksnya perlu diperbaiki yakni teks tulisan yang berukuran kecil diperbesar lagi agar lebih terlihat jelas. 3) Frame antar animasi digabungkan saja membentuk sebuah video agar tidak terpecah-pecah, sehingga tampilannya menjadi video animasi. 4) Materi sudah pas dan mungkin perlu penambahan-penambahan lain seperti contoh-contoh kebudayaannya. 5) Untuk media kelompok ditambahkan petunjuk penggunaan. 6) Berdasarkan hasil wawancara dan observasi perlu disosialisasikan tentang media ini agar guru bisa manggunakannya dengan lancar dan tidak mendapat hambatan. 7) Jika terdapat file-file yang erorr perlu diperbaiki dan diperhatikan dengan jelas agar penerapannya dikelas berjalan lancar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 153
8) Mengenai materinya guru perlu diberi penjelasan mengenai materi tersebut terutama mengenai kebudayaan indis. Dari Kesimpulan, saran dan catatan dari para validator terhadap model pembelajaran yang dikembangkan, maka model bisa diterapkan dengan beberapa revisi sesuai dengan catatan yang diberikan oleh validator tersebut. b. Kelayakan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) & Sintak RPP yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa
Kolonial
Eropa.
Kompetensi
dasar
5.3
Mendeskripsikan
perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. Pelaksanaan pembelajaran dalam alokasi waktu 2 x 40 menit dalam 1 kali pertemuan. Karena itu RPP perlu divalidasi yang telah disusun kedalam bentuk sintak pelaksanaan pembelajaran model PSLBMA yang akan diimplementasikan di kelas. Hasil validasi yang dikemukakan oleh validator secara umum menyatakan bahwa Sintak dan RPP dapat digunakan dengan beberapa revisi. Catatan dan saran perbaikan yang dikemukakan oleh validator adalah sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran, disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan dirinci agar memudahkan guru dalam PBM. 2) Karakter, perlu dihapus beberapa dan diperbaiki yang no 1 menjadi “cinta kepada tuhan YME”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 154
3) Metode dan pendekatan, lebih dirinci lagi agar jelas dan mudah dipahami guru. 4) Media, diperbaiki sesuai dengan cacatan sebelumnya 5) Evaluasi, Bentuk instrumennya dihapus saja dan hanya menggunakan teknik penilaian tes dan non-tes 6) Penggunaan bahasa disederhanakan agar mudah dipahami guru dan siswa. Berdasarkan hasil validasi ahli dan praktisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan yang telah disarankan. c. Validitas dan Reabilitas Instrumen angket Skala Sikap (Kesadaran Budaya) Untuk validitas instrumen angket skala sikap yang diukur adalah berdasarkan berdasarkan pada apa yang ingin diukur (Fraenkel & Wallen, 1993). Uji validitasnya menggunakan uji validitas isi (Fraenkel & Wallen, 1993) yakni menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: menggunakan SKKD dari materi yang akan digunakan, kemudian membuat kisi-kisi instrumen dan pertanyaan-pertanyaannya berdasarkan indikato
yang
disusun
berdasarkan
kisi-kisi
tersebut.
setelah
pertanyaannya disusun maka dilakukan uji coba keterbacaan pada siswa SMP N 1 kelas VIIA (kelas yang tidak dilibatkan dalam penelitian), selanjutnya dilakukan analisis data dari uji coba tersebut. pengambilan kesimpulan validitas butir soal menggunakan kriteria “Jika hasil analisis positif dan lebih besar atau sama dengan r-tabel maka butir tersebut valid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 155
Sebaliknya, jika hasil analisis negatif atau lebih kecil dari r-tabel maka butir soal tidak valid”. Dari perhitungan 40 butir soal karakter diperoleh 10 soal yang tidak valid (lihat di lampiran 4). Untuk standar deviasinya dapat di lihat dari perhitungan berikut: 1 = 2 = =
Σ
(
)
(
)
−
= 71.62
= 49.181
(Σ )
−1
= 219.042
Untuk reabilitasnya dapat dilihat dari analisis data diperoleh hasil sebagai berikut dengan belah dua antar batas atas (no pernyataan 1-15) dengan batas bawah (no pernyataan 16-30) yang menggunakan rumus Formula Spearman-Brown:
=
(
)
= 0.952
rtabel = r (5%, 30) = 1.645 0.450 Perhtungan Pencarian rtabel α = 5%;30
0.050
0.45
1.645
0.04 0.05
1.6 0.4505 Grafik 2 : Perhitungan rtabel
commit to user
0.44495 0.4500
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 156
Maka, rhitung > rtabel, 0.952 > 0.450, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen pernyataan skala sikap kesadaran budaya dinyatakan reliabel. 2. Hasil Uji Implementasi Model Pembelajaran (Uji Coba Terbatas) Uji coba lapangan adalah uji coba yang dimaksudkan untuk mengembangkan model awal yang telah dirancang dan telah mendapatkan validasi ahli dan praktisi. Fokus utama uji coba terbatas ini adalah keterlaksaan sintak dan penggunaan media oleh guru. Pada tahap ini peneliti merupakan observer dan hasil uji coba terbatas ini nantinya akan didiskusikan dan direfleksi bersama guru pelaksana. Instrumen yang digunakan adala lembar observer aktivitas guru dan lembar observer aktivitas siswa. Uji coba terbatas dilakukan di SMP N 1 Surakarta dan uji coba terbatas ini akan dilaksanakan sebanyak 3 siklus (putaran). Banyaknya siklus berdasarkan pada pertimbangan keberhasilan guru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran secara tepat sesuai dengan rancangan di dalam RPP dan kelancara pengoperasian media pembelajaran. Uji coba terbatas menggunakan satu RPP, yakni dengan Standar Kompetensi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa Kolonial Eropa. Kompetensi dasar 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. Alokasi Waktu 2 x 40 menit (1 x pertemuan). Berdasarkan dimaksudkan
untuk
pertimbangan
bahwa
mengetahui
apakah
uji
coba
sintak
terbatas
hanya
pembelajaran
dapat
diimplementasikan oleh guru dikelas dan apakah media yang digunakan bisa dioperasikan secara lancar tanpa hambatan oleh guru di kelas dengan waktu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 157
yang ditentukan. Setelah langkah-langkah pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan model yang dikembangkan akan dilakukan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan peningkatan karakter dengan skala sikap. a. Hasil Uji Coba Terbatas Siklus I Perencanaan Pembelajaran Perangkat pembelajaran untuk uji coba terbatas siklus I menggunakan RPP yang telah diperbaiki berdasarkan hasil validasi dan dujelaskan kepada guru untuk dipelajari dan dipahami langkah-langkah pelaksanaan pembelajarannya. Sintak atau langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan dalam RPP yang disesuaikan dengan model pembelajaran ADDIE, dimana analisis pembelajaran, desain dan pengembangan telah dilakukan pada penjelasan sebelumnya, sedangkan pada tahap ini merupakan tahap implementasi dari model yang telah dikembangkan. Dalam proses implementasi model tersebut dikombinasikan anatara media animasi dan model pembelajaran Kooperatif yang terdiri dari 6 tahap pokok sebagai realisasinya. Tahap-tahap tersebut adalah: (1) menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) penyajian media dan penyampaian informasi; (3) mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok dan setiap kelompok diberikan media sebagai bahan/sumber berbentuk flashmo (termasuk media animasi) untuk pelaksanaan diskusi kelompok yakni dimana, setiap kelompok mendapatkan gambar yang berbeda dari media pembelajaran yang peroleh kemudian mengidentifikasi ciri-ciri dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 158
gambar tersebut; (4) membimbing diskusi kelompok dan diskusi kelas (mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas); (5) evaluasi dan refleksi; (6) Penghargaan, penguatan dan kesimpulan. Pelaksanaan Pembelajaran (3 April 2013) Pada awal pertemuan, guru masuk ke kelas dengan membawa laptop dan mempersiapkan media pembelajaran yang akan ditampilkan. Sebelum memulai pelajaran guru memimpin do’a, memeriksa kehadiran dan kebersihan kelas. Guru
: Sebelum kita memulai pelajaran hari ini ada baiknya kita berdo’a terlebih dahulu agar pelajaran hari ini berjalan dengan baik dan lancar, berdo’a mulai. Murid & Guru : bersama-sama berdo’a di dalam hati masing-masing Guru : Selamat pagi smuanya... hari ini siapa yang tidak hadir? Murid : beberapa anak menjawab. gak ada pak, semuanya masuk, Guru : Bagus, Baiklah kalau begitu kita siap untuk belajar dengan materi baru yang sebelumnya kita sudah bahas pengaruh Islam di Indonesia hari ini kita belajar pengaruh Barat di Indonesia. Apersepsi Guru menayangkan media animasi dengan bantuan Projector di depan kelas.
Frame Video Animasi ke-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 159
Frame Video Animasi ke-2 Setelah penayangan animasi di depan kelas tersebut guru menanyakan kepada siswa apa saja hal-hal yang dapat ditangkap dari animasi tersebut. “Video apa yang kalian lihat barusan?” murid yang duduk paling depan menjawab “video animasi pak”. Guru menanyakan lagi kepada murid yang menjawab tadi yang bernama Dicky “video animasi tentang apa Dicky?” dia menjawab “tentang Belanda pak yang datang ke Indonesia”. “Bagus, dari mana kamu tahu kalau ini video Belanda?” “Itu pak ada bendera Belandanya di kapal”. Selanjutnya guru kembali menanyakan beberapa hal lagi kepada siswanya. “Jadi, ini video animasi yang menjelaskan tentang apa? Coba siapa yang tahu?” Anak yang duduk di barisan ketiga nyletuk “video animasi tentang datangnya Belanda ke Indonesia pak!” “Ya benar. Di mana Belanda mendarat saat sampai di Indonesia?” Beberapa anak menjawab ada yang menjawab Malaka, Sulawesi dan Jawa. Kemudian guru menegaskan bahwa kalau yang mendarat di Malaka adalah Portugis, yang mendarat di Sulawesi adalah Spanyol dan Belanda datang pertama ke Indonesia mendarat di pulau Jawa. “Siapa yang tahu di pelabuhan mana Belanda mendarat?” Anak yang duduk di barisan kedua paling pojok menjawab “di Banten pak”. “Dari mana kamu tahu kalau mendarat di Banten?” “daerah Banten kan berada di ujung Pulau Jawa pak, jadi waktu Belanda masih berada di laut dan melihat ada daratan di ujung pulau Jawa mereka langsung berlabuh pak, nah gitu deh ceritanya ketika Belanda mendarat di Banten pak....” hhhuuuu... sorak anak-anak yang lain sambil mentertawakan temannya tersebut. anak-anak benar apa yang dikatakan Alif tadi bahwa Belanda berlabuh di Indonesia di daerah Banten dekat selat Sunda. Belanda datang ke Indonesia karena mereka mencari rempah-rempah, mereka mulai berlayar pada tanggal 2 april 1595 dari Nedherland dan sampai di Banten pada tanggal 27 Juni 1596 dan ceritanya cukup menarik dan masuk akal juga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 160
Kemudian Guru melanjutkan memutar Video animasi yang kedua,
Frame Video Animasi ke-3
Frame Video Animasi ke-4 Setelah menampilkan animasi guru kembali bertanya kepada siswa. “Tadi kita telah melihat video kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia, nah kalau yang ini video mengenai apa?” “peta Pulau Jawa dan pernikahan pak” seru anak-anak bersamaan. “Pada peta pulau Jawa menjelaskan tentang apa?” Anak-anak hanya hening dan tak ada yang menjawan. Guru kembali bertanya “kalau video pernikahan? Siapa yang menikah?” “orang Belanda dan Indonesia pak” jawab salah satu anak di bagian tengah dibarisan pertama. Ya betul salsa. Anak-anak coba dengarkan, peta tadi menjelaskan tentang setelah Balanda menetap di
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 161
Indonesia mereka pertama kali berada di daerah kota-kota besar seperti Batavia, Semarang dan Surabaya yang terdapat di pantai Utara Pulau Jawa kemudian mereka menyebar ke wilayah-wilayah pedalaman dan selanjutnya mereka menikahi masyarakat Indonesia di derah tersebut. Eksplorasi Guru : Jadi dari dua video yang telah kita lihat tadi apa yang kalian tangkap? Murid : Video animasi tentang masuknya Bangsa Belanda ke Indonesia, orang-orang Belanda yang menyebar ke daerah-daerah pedalaman Jawa kemudian mereka menikah disana.....mereka menjawab dengan kompak. Guru : ya.. ya... bagus anak-anak Guru menjelaskan pada saat masuknya bangsa Barat terutama Bangsa Belanda ke Indonesia mereka bukan hanya meninggalkan penderitaan bagi Bangsa Indonesia tetapi ada hal lain. beberapa hal ini membuat Indonesia menjadi berkembang dan maju yakni dalam bidang ilmu pengetahuan, sarana-prasarana, teknologi, dan pertanian. Seperti pendidikan adanya sekolah-sekolah, jalan-jalan raya, alat transportasi seperti kereta. Siapa yang belum pernah naik kereta? Murid : Kebanyakan murid ada yang menjawab sudah/pernah dan ada juga beberapa murid yang menjawab belum. Guru : Naik kereta ke mana? Murid : beberapa murid ada yang menjawab yogya, surabaya, sragen, dll. Selanjutnya guru menjelaskan lagi bahwa dari persebaran orangorang Belanda ke daerah pedalaman tersebut, maka terjadilah pernikahan campuran antara orang Belanda dengan orang Indonesia. Jika Belanda menikah dengan orang Indonesia maka apa yang terjadi? Murid : Beberapa siswa ada yang menjawab kayak artis pak menikah dengan Bule... ada juga yang menjawab anaknya jadi Indo pak.. Guru : ya, jika orang Belanda menikahi orang Indonesia, maka akan melahirkan keturunan Indo percampuran antara Belanda dengan Indonesia, dan ketika mereka semakin lama-semakin banyak maka perkumpulan mereka semakin luas, sehingga memunculkan budaya baru. Budaya apa yang muncul anakanak? Siswa kompak menjawab budaya Indis pak..... ya betul, dengan adanya percampuran antara budaya Belanda dengan Indonesia maka akan memunculkan budaya Indis. Kemudian Guru menegaskan. Jadi, ketika belanda datang ke Indonesia mereka meninggalkan budaya baru bagi Indonesia yaitu kebudayaan Indis yang berkembang pada masa Indonesia dijajah oleh bangsa Belanda. Sekarang bentuklah lima kelompok dan setiap kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 162
maju ke depan untuk mengambil lotre tema yang akan dibahas dan mengambil media flashmo animasi yang di dalamnya terdapat gambargambar yang akan didiskusikan. Elaborasi
Flashmo Animasi Kelompok Bangunan
Flashmo Animasi Kelompok Decorasi & Furniture
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 163
Flashmo Animasi Kelompok Karya Seni
Flashmo Animasi Kelompok Makanan
Flashmo Animasi Kelompok Pakaian Anak-anak sekarang kita akan membahas tentang kebudayaan Indis yang ada di Indonesia, ciri-cirinya dan contoh-contoh peninggalannya yang ada di Indonesia. Masing-masing kelompok akan membahas gambar-gambar yang memiliki tema yang berbeda, perhatikan gamabr-gambar yang kalian dapat dan identifikasi ciri-cirinya... kemudian masing-masing perwakilan dari setiap kelompok akan mempresentasikannya di depan kelas nantinya kelompok lain diminta untuk bertanya dan menambahkan atau memberi saran. Kelas nampak gaduh karena peserta didik berebutan memilik teman-teman kelompoknya selain itu peserta didik juga masih bingung untuk mengoperasikan media flashmo untuk menampilkan gambar-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 164
gambar yang ada di dalamnya dan ada juga flashmo yang gambarnya tidak muncul, selain itu petunjukkan pengoperasiannya dan lembar kerja kelompoknya belum ada. Murid : “Pak yang ini gak ada gambarnya....” kelompok lain juga bertanya “pak ini diapain!...” dan kelompok lainnya juga bertanya “pak ini gimana ngerjainnya? Diketik atau tulis tangan?” Guru lalu menjelaskan bahwa setiap kelompok sudah mendapatkan gambar berbeda, dan coba sebutkan ciri-ciri dari masingmasing gambar tersebut contohnya bangunan coba perhatikan bangunanya apa ciri-ciri dari bangunan tersebut begitu juga dengan kelompok yang lain, coba perhatikan gambarnya, kemudian jelaskan masing-masing dari ciri-ciri gambar tersebut. di tulis tangan saja. Anakanak nanti setelah selesai setiap perwakilan kelompok maju ke depan dan menampilkan gambarnya masing-masing kemudian jelaskan gambar tersebut sesuai dengan ciri-ciri yang telah kalian diskusikan. Semua kelompok sibuk memperhatikan gambar masing-masing dan mulai mengidentifikasi ciri-ciri dari gambar tersebut... Tiba-tiba ada pengunguman pergantian jam pelajaran dan memasuki jam pelajaran baru lagi. Murid : Pak waktunya habis bagaimana ini? Guru : Kita akhiri aja pelajaran kali ini besok kita lanjutkan lagi... untuk tugas dirumah kalian lanjutkan diskusikan kembali ciri-ciri dari masing-masing kelompok tersebut dan kalian kemukakan fungsi/manfaat/makna dari masing-masing ciri-ciri tersebut dan kalian pelajari lagi tentang kebudayaan indis di rumah. Hasil Observasi Berdasarkan data hasil observasi dan pengamatan selama pelajaran,
dilakukan
diskusi
reflektif
mengenai
pelaksanaan
pembelajaran. hasil diskusi reflektif tersebut adalah sebagai berikut: 1) Fase-1. Guru belum menyampaikan tujuan dari pembelajaran hari ini. Pada apersepsi kurang berjalan dengan baik karena terjadi permasalahan pada media animasi yang akan ditampilkan oleh guru di depan kelas. Laptop yang digunakan oleh guru tidak mempunyai sofwert/aplikasi yang akan dapat menampilkan media animasi yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 165
berformat swf. Sehingga waktu tersita untuk menginstal sofwer yang dapat menampilkan media yang berbasis adolf flash format swf yakni “Gomplayerensetup”. 2) Fase-2. Penyampaian informasi belum berjalan sesuai harapan. Guru masih terpaku pada Awal masuknya Bangsa Barat ke Indonesia dan Colonialisme, mestinya guru mengidentifikasi informasi yang lebih dalam mengenai kebudayaan Indis khususnya Indis yang ada di wilayah Solo, sehingga akan memperlihatkan lebih jelas mengenai sejarah lokal atau peristiwa lokal dari lingkungan tempat tinggal peserta didik tersebut. hal ini dikarenakan guru mengakui bahwa masih bingung dengan materinya dan belum memahami tentang kebudayaan kebudayaan Indis. 3) Fase-3. Diskusi belum sesuai harapan. Pada pembentukan kelompok berjalan lancar tetapi pada diskusi kelompok peserta didik lebih banyak mencari informasi melalui internet ketimbang memperhatikan gambar yang di didapat. Anak-anak masih bingung mengenai tugas dari masing-masing kelompok. Maka guru menjelaskan tugas dari masing-masing kelompok tersebut. 4) Fase-4. Diskusi kelas, belum berjalan dengan lancar karena peserta didik masih bingung dalam mengerjakan tugas dari kelompok masing-masing dan flashmo di 2 kelompok rusak karena gambarnya tidak muncul. 5) Fase-5 dan Fase-6. Belum berjalan karena waktu pelajaran sudah habis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 166
Maka dari hasil observasi siklus satu diperoleh rerata skala penilaian aktivitas guru yang terdiri dari penerapan sintak, penggunaan media, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung dan sistem penunjang lainnya yakni sebesar 2.67 (cukup), dengan persentase keterlaksanaan sebanyak 44.4 %. Hasil rerata skala penilian aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang terdiri dari aspek-aspek penggunaan media pembelajaran kelompok, prinsip reaksi, aktivitas belajar individu, aktivitas belajar kelompok, dampak instruksional dan dampak pengiring kurang yakni sebesar 2.8 (cukup), dengan persentase keterlaksanaan sebanyak 46.6 %. Hasil diskusi dan Rekomendasi Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dan setelah diskusi dan refleksi bersama guru disepakati hal-hal sebagai berikut: Langkah-langkah pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan RPP karena guru melum bisa memahami isi dari RPP sebagai pedoman PBM. Oleh karena itu pada siklus berikutnya guru diminta untuk memahami dan mempelajari lagi dengan teliti langka-langkah (Sintak) yang telah di rumuskan di dalamnya. 1) Guru perlu menambah pengetahuan dan mendalami lagi materi. 2) Agar lebih memudahkan guru dalam menerapkan langkah-langkah yang ada di dalam RPP dilakukan perubahan baik bahasa maupun format disederhanakan agar mudah dipahami guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 167
3) Media pembelajaran animasi formatnya diperbaiki lagi agar memudahkan guru dan siswa dalam penggunaanya dan tidak menyita waktu. 4) Pada saat diskusi kelompok peserta didik agak bingung, sehingga guru harus menjelaskan pada tiap-tiap kelompok sehingga memakan waktu. Untuk itu perlu dibuatkan petunjuk pengerjaan dan lembar kerja untuk diskusi kelompok. Dengan demikian juga memudahkan guru untuk mengarahkan peserta didik pada substansi setiap tahap pembelajaran. 5) Guru belum sepenuhnya memahami isi atau substansi kegiatan setiap tahap dan belum memahami isi dari materi kebudayaan Indis lebih dalam sehingga tidak memunculkan tanya-jawab yang mengarah kepada sejarah lokal dan belum mengarahkan siswa untuk menemukan sisa kebudayaan Indis yang ada di Surakarta. Untuk itu guru harus mengarahkan siswa untuk dapat mengenal peristiwa sejarah yang bersifat kelokalan. 6) Untuk kelancaran proses pembelajaran, maka sebelumnya peserta didik dikondisikan agar mereka siap melaksanakan pembelajaran PSLBMA (mempelajari materi dan menelusuri peristiwa lokal terutama yang menyangkut dengan kebudayaan Indis). b. Hasil Uji Coba Terbatas Siklus II Perencanaan Pembelajaran Perangkat
pembelajaran
untuk
uji
coba
terbatas
ke-2
menggunakan RPP yang telah diperbaiki berdasarkan uji coba terbatas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 168
pada siklus pertama. Perbaikannya pada tahap apresiasi dan pada tahap kegiatan guru mengenai materi (Penjelasan tentang kebudayaan Indis, berkembangnya
kebudayaan
Indis
di
Solo
dan
contoh-contoh
peninggalan kebudayaan indis di Solo). Guru menujukkan beberapa contoh peninggalan dari kebudayaan indis di Solo. Pada kolom kegiatan kelompok ditambah dengan menggunakan lebar kerja kelompok. Lembar kerja kelompok terdiri dari petunjuk pengisian, kolom lembar kerja terdiri dari
kolom
ciri-ciri
dan
kolom
penjelasan
ciri-ciri
tersebut
(fungsi/manfaat/makna dari masing-masing ciri). Sebelum menggunakan Lembar kerja kelompok ini, terlebih dahulu dilakukan velidasi oleh guru IPS yang terlibat dalam uji coba terbatas. Kriteria yang digunakan yakni (1) Isi (kesesuain dengan tujuan pembelajaran dan kesesuai dengan materi); (2) penyajian (kesesuaian dengan prinsip kegiatan belajar kelompok; (3) Kepraktisan (kejelasan petunjuk, perinta dan kemudahan mengerjakan; (4) Penggunaan bahasa. Hasil validasi menunjukkan bahwa validator memberikan penilaian dengan kategori yang layak untuk digunakan. Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran yang direncakan untuk uji coba terbatas siklus ke-2 masih menggunakan RPP yang telah diperbaiki dengan menggunakan media pembelajaran yang dikolaborasikan dengan model Kooperatif dengan 6 tahap seperti yang telah diterapkan pada uji coba terbatas siklus I. Pada tahap diskusi kelompok akan diberikan lembar kerja kelompok yang telah divalidasi oleh guru untuk mengurangi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 169
dominasi guru dan lebih mengarahkan kegiatan peserta didik dan membantu guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran secara runtut. Evaluasi hasil belajar uji coba terbatas siklus ke-2 dipersiapkan menggunakan evaluasi hasil belajar pada uji coba terbatas siklus pertama sudah dipersiapkan menggunakan instrumen uji kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran, bentuk tes obyektif. Tes skala sikap dan aktualisasi pada kesadaran budaya siswa. Evaluasi dilakukan dalam bentuk Pre-Tes dan Post-Test. Berdasarkan pengalaman pada uji coba terbatas siklus pertama maka guru mempersiapkan diri lebih baik. Peserta didik sudah disiapkan sebelumnya melalui tugas terstruktur yakni diminta mengidentifikasi ciriciri dari kebudayaan indis beserta manfaat, fungsi dan maknanya. Mereka dianjurkan juga mencari berbagai informasi dan sumber mengenai kebudayaan indis. Guru sudah mempelajari dengan baik langka-langkah pembelajaran dan media serta memahami materi. Tahap Pendahuluan (10 april 2013) Kegiatan diawali dengan absensi dan berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru meminta siswa untuk duduk perkelompok sebelum proses pembelajaran dimulai. Setelah semua siswa tenang dan duduk teratur guru memulai untuk melaksanakan pembelajaran MABSL. Apersepsi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan penayangan video animasi. Siswa deretan belakang nyeletuk “Pakk.. gak kelihatan pak”. “Coba kalian maju ke depan biar kelihatan”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 170
Setalah videonya selesai kemudian guru menanyakan kepada siswa video apa ini? Video tentang Belanda datang ke Indonesia lalu menikah dan lahirlah kebudayaan indis.. jawab siswa kompak. Guru : Coba kita ingat kembali pelajaran yang lalu, setelah datangnya pedagang dari India & Cina ke Indonesia, maka berkembanglah Kerajaan yang bercorak Hindu-Budha begitu juga dengan masyarakat di Nusantara, mereka memegang teguh nilai-budaya Hindu-Budha dalam kehidupan sehari-harinya. Pada saat Pedagang Islam (Gujarat, Persia & Arab), apakah terjadi hal yang sama dengan masa sebelumnya ketika pedagang dan India & Cina datang ke Indonesia anak-anak..!!!! Murid : Serempak menjawab sama pak............ Guru : Coba kamu Hanif sebutkan contohnya! Murid : Lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak islam pak, banyaknya masyarakat Indonesia yang beragama islam, dibangunnya mesjid-mesjid.. hanya itu yang saya tau pak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 171
Guru : Ya bagus Hanif. Setiap bangsa yang datang ke Indonesia masing-masing membawa budayanya dan akhirnya terjadi akulturasi budaya, yakni percampuran budaya luar dengan budaya setempat, jika orang India-Cina membawa budaya Hindu-Budha, Pedagang islam membawa aturan, nilai dan adat islam, lalu bagaimana dengan bangsa Eropa khususnya Belanda yang penetap begitu lama di Indonesia Budaya apa yang mereka tinggalkan, apakah budaya barat..!! Murid : Serempak menjawab kebudayaan indis pak..... Guru : Ya..ya.. Bagus kebudayaan Indis, jadi apa itu kebudayaan Indis Tiara..?? Murid : Kebudayaan yang muncul karena terjadinya percampuran antara budaya Indonesia dengan budaya Eropa. Guru : ya pintar... Perhatikan ya anak-anak, Indonesia memiliki banyak budaya dari setiap suku-bangsa yang ada di Nusantara, begitu juga bangsa Eropa, walaupun disebut dengan Bangsa Barat tetapi mereka mempunyai budaya yang berbeda juga di setiap Negaranya, walaupun budaya indis juga dipengaruhi oleh budaya bangsa barat lainnya seperti bangunan, tapi yang lebih dominan adalah percampuran antara budaya dari Bangsa Belanda dan Jawa. Eksplorasi Guru : Kebudayaan Indis ini berasal dari kata Indis berasal dari bahasa Belanda yakni Nederlandsch Indi atau Hindia-Belanda yaitu nama daerah jajahan Belanda di seberang lautan yang secara geografis meliputi jajahan di kepulauan yang disebut Nederlandsch Oost Indie, untuk membedakan dengan satu wilayah jajahan yang lain yang disebut Nederlandsch West Indie yang meliputi wilayah Suriname dan Curascao. Perpaduan antara segolongan masyarakat Hindia Belanda dengan masyarakat pribumi khususnya Jawa inlah yang disebut dengan Kebudayaan Indis, percampuran ini meliputi berbagai unsur kebudayaan yakni Bahasa, Peralatan/perlengkapan hidup, Mata pencaharian hidup dan ekonomi, Sistem kemasyarakatan, Kesenian, Ilmu pengetahuan dan Religi. Guru menampilkan bagan penyebaran perkembangan kebudayaan indis, seperti berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 172
Unsur perkembangan kebudayaan Indis
Pedagang & dan pejabat VOC rohaniwan Protestan & Khatolik
Keturunan IndoBelanda Cendikiawan/bang sawan Jawa
Keturunan Indo-Cina*
Indische Culture
Kaum Terpelajar *) hanya bangsawan saja/para pemilik modal yang datang ke Jawa, terlihat dari gaya berpakaiannya dan bangunan rumah yang ditempati.
Bagan 10: Penyebaran perkembangan kebudayaan indis Lalu
guru
menjelaskan
lebih
lanjut
bahwa
unsur-unsur
kebudayaan Belanda itu mula-mula dibawa oleh para pedagang dan pejabat VOC, kemudian rohaniwan Protestan dan Khatolik juga mengikutiya.
Selanjutnya
peran
para
cendikiawan
dalam
mengembangkan Kebudayaan Indis sangat besar, khususnya dalam bidang pendidikan, teknologi pertanian dan transportasi setelah Politik Liberal dijalankan oleh pemerintah Kolonial. Dalam tahap berikutnya, para
terpelajar
Indonesia
mendapatkan
pedidikan
Eropa
dalam
melanjutkan pedidikan di Belanda menuntuk berbagai lapangan ilmu pengetahuan, mereka ini juga sangat berperan dalam berkembangnya Kebudayaan Indis di Indonesia. Coba perhatikan bagan berikut ini, ini mmerupakan proses akulturasi kebudayaan Belanda dengan kebudayaan Indonesia khususnya Jawa:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 173
pedangang, serdadu, 7 Unsur Kebudayaan Belanda : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bahasa Peralatan/perlengkapan hidup Mata pencaharian hidup dan ekonomi Sistem kemasyarakatan Kesenian Ilmu pengetahuan Religi
Penguasa Kolonial, Pengalaman, Serdadu Cendikiawan Belanda
Pengalaman para mahasiswa Indonesia di Belanda
Cendikiawan Rohaniwan Arsitek Seniman Guru dsb
Proses akulturasi Local genius
Lingkungan alam Indonesia
Kebudayaan Indis
Masyarakat, Budaya Indonesia
Bagan 11: Proses akulturasi kebudayaan Belanda dengan kebudayaan Indonesia khususnya Jawa menurut Djoko Soekiman. Yang pertama adalah bahasa, masyarakat pendukung kebudayaan Indis memunculkan bahasa Pidgin atau bahasa campuran. Secara etimologis, bahasa ini berasal dari bahasa Inggris business yang berarti perdagangan, sebagai kata bantu untuk mempermudah bahasa kemudian berkembang kata pijin sebagai berikut : Bisnis pijin pidgin Bahasa pijin ini muncul umumnya karena situasi keadaan kebahasaan yang darurat, seperti adanya Ekspansi kolonialisme dan imperialisme Eropa dan perdagangan yang terjadi menyebabkan munculnya kebutuhan untuk berkomunikasi diantara bangsa yang berbedayang tidak saling mengenal bahasa masing-masing, dikarenakan adanya
dorongan
untuk
saling
mengerti
untuk
mempermudah
perdagangan tersebut maka masing-masing bangsa mempermudah bahasanya dalam bidang tata-bahasa dan kosakatanya agar dapat berkomunikasi dengan baik. Hal ini lama-kelamaan muncullah suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 174
bahasa campuran, maka sistem pijin ini dapat diartikan sebagai berikut : Bahasa pijin akan muncul, bila dua penbicara atau lebih mempergunakan sistem bahasa yang timbul akibat adanya situasi kebahasaan darurat sebagai
media
komunikasi.
Struktur
sistem
bahasa
tersebut
disederhanakan dan kosakatanya sangan dibatasi. Bahasa tersebut akan disebut bahasa pijin, jika bahasa tersebut untuk kedua belah pihak bukan merupakan bahasa ibu. Bahasa pijin yang digunakan oleh masyarakat Indis ini adalah bahasa percakapan bahasa Petjoek (menggunakan bahasa Belanda, tapi kadang bahasanya susah dipahami oleh orang Belanda dan tata bahasanya pun lebih dekat ke bahasa Jawa). Yang kedua adalah kelengkapan hidup, yakni semua hasil cipta yang digunakan untuk melindungi sarana hidup sehingga memudahkan dan mengenakkan hidup manusia.karya tersebut dapat berupa rumah tempat tinggal (disebut bangunan Indische Landhuizen), kelengkapan rumah tangga (seperti: meja, kursi dan peralatan lainnya), pakaian, alat senjata, alat produksi, transportasi dan lain sebagainya. Coba beri contoh alat transportasinya?? Murid : Ada yang menjawab Mobil, kereta, becak, delman, sepeda dan lain sebagainya.. Guru : Ya bagus anak-anak. Selanjutnya yakni munculnya mata pencaharian baru bagi masyarakat pribumi seperti pekerjaan administrasi, militer dan swasta seperti: prajurit sewaan, pejabat administrasi pemerintahan dan tenaga kasar, selain itu juga adanya pendidikan dan pengajaran sehingga munculnya sekolah modern, adanya seni kerajinan (seni kriya) dan seni pertunjukan sastra dan film. Ilmu pengatahuan dan kemewahan gaya hidup yakni peran penghuni dan pemilik pesanggrahan, pembangunan rumah mewah dan kemewahan gaya hidup indis, pembangunan rumah pesanggrahan. Dan terakhir adalah Religi berupa kristen khatolik yang dipadukan dengan unsur-unsur kebudayaan Jawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 175
Elaborasi Guru : Sekarang kita lanjutkan tugas kalian kemaren yang tertunda, ini bapak bagikan lembar kerja kelompok dan tugas yang kalian buat dirumah kalian salin kesini, bapak beri waktu 5 menit untuk menyalinnya dan setelah itu perwakilan setiap kelompok tampil kedepan untuk menjelaskan kesimpulan dari tugas masing-masing yang pertama adalah kelompok bangunan, ayo... siapa yang maju. Kemudian memperlihatkan flashmo bangunan yang pertama.. ya silahkan... kamu tampilkan flashmo dari kelompokmu dan jelaskan kepada teman-temanmu.. Kelompok 2 tentang bangunan Guru : Coba kamu perlihatkan 3 bangunan yang menurut kamu lengkap dari beberapa gambar yang kamu bahas dan kemudian jelaskan kepada teman-temanmu. Murid : Shafira maju ke depan kelas lalu memilih 3 bangunan kemudian dia menjelaskan satu-persatu dari bangunan tersebut yang merupakan ciri-ciri dari banguan Indis dan identifikasi mana yang merupakan kebudayaan Belanda dan mana yang Jawa. Gambar yang pertama:
Mempunyai wuwungan (Jawa)
Atapnya kayak banguan Jawa (Jawa)
Mempunyai wuwungan (Jawa)
Gedungnya Tinggi dan kokoh, berwarna putih (Belanda)
Ada tiang benderanya (Belanda)
Pentilasinya banyak ada disetiap jendela dan pintu (Belanda)
Halamannya luas (Jawa dan Eropa)
Memiliki banyak jendala dan pintu dan jendela ukurannya besar (Belanda)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 176
Gambar yang kedua:
Ukiran jawa (Jawa)
Seperti Cerobong asap (Belanda)
Mempunyai wuwungan (Jawa)
Tiangnya Tinggi dan besar (Belanda) Gedungnya Tinggi dan kokoh, berwarna putih (Belanda)
Batu bata yang besar (Belanda)
Memiliki banyak jendala dan pintu dan jendela ukurannya besar (Belanda)
Gambar yang ketiga: Ukiran jawa (Jawa)
Atapnya kayak banguan Jawa (Jawa)
Gedungnya Tinggi dan kokoh, berwarna putih (Belanda)
Memiliki tiang-tiang seperti bangunan Eropa (Belanda)
Banguananya lebih tinggi dari permukaan tanah dan diberi anak tangga dan memiliki teras (Belanda & Jawa “Pendopo”)
Memiliki banyak jendala dan pintu dan jendela ukurannya besar (Belanda)
Halamannya luas (Jawa dan Eropa) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 177
Guru : Bagus Shafira, sekarang kesimpulannya apa..?? Murid : Kesimpulan dari ciri-ciri banguanan Indis itu adalah: No 1
2
3
4
Ciri-ciri Bangunanya tinggi-tinggi, kokoh, berwarna putih. Jendela dan pentilasinya banyak, Berukuran besar begitu dan pintuya berukuran besar juga. Atapnya seperti bangunan jawa, mempunyai wuwungan, dan ukiran Jawa di bagian sisi atapnya dan kadang-kadang mempunyai cerobong asap. Kadang-kadang terdapat tiang bendera.
5
Memiliki tiang-tiang besar dan tinggi
6
Bangunanya lebih tinggi dari permukaan tanah sehingga terdapat anak tangga di halaman rumah dan memiliki teras. Halamannya luas
7
Manfaat / Kegunaan /Makna Bangunan yang kokoh dan tinggi menujukkan kemewahan dan kemegahan. Berwarna putih berarti suci. Pentilasi yang banyak memungkinakan sirkulasi udara yang lancar. Berukuran besar juga menujukkan kemegahan. Menujukan karya seni yang tinggi dan memperlihatkan ciri khas bangunan Jawa.
Menujukkan identitas wilayah atau negara asal penghuni rumah tersebut. Penompang bangunana yang besar dan tinggi dan juga menujukkan kemegahan Menujukkan kedudukan yang tinggi dan berguna sebagai tempat bersantai Memiliki tanah yang luas dan suka berkembun dan sebagai tepat parkir.
Guru : Ya, sekarang apa ada yang mau menambahkan, memberi saran atau bertanya tentang bangunan indis..?? Murid : Kami pak, mao bertanya.. yang pertama kenapa bangunannya selalu berwarna putih kenapa tidak menggunakan warna lain, yang kedua kenapa jendelanya harus dibuat besar-besar? Guru : Bagaimana kelompok 3 Murid : Menggunakan warna putih karena mereka lebih menggunakan warna netral yakni putih dan warna putih mereka mengganggap warna suci, sedangkan jendela dan pintu yang besar karena di itu merupakan ciri kas dari bangunan eropa yang memiliki jendela dan pintu yang besar-besar, agar terlihat mewah dan megah. Guru : ya bagus, pada masa itu mereka lebih banyak menggunakan material bangunan seperti batu-bata, keramik, dan kayu, serta kadang mereka menggunakan beragam batu alam yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 178
berwarna-warni untuk menambah kesan keindahan pada rumah mereka, sehingga warna yang mereka pakai lebih menggunakan warna dasar yakni putih dan putih memiliki banyak arti seperti bendera kita putih adalah suci, bagi mereka putih merupakan warna kebaikan, sehingga menunjukkan mereka adalah dari keluarga baik-baik. ada lagi...!! Murid : kami pak.. Kenapa di teras rumahnya terdapat kursi seperti di gambar yang ketiga tadi, apakah tidak menghalangi pemilik rumah atau tamu yang ingin keluar-masuk rumah? Guru : ya silahkan kelompok 3 untuk memberikan penjelasan Murid : Teras waktu itu bagi mereka berfungsi untuk tempat bersantai atau sebagai tempat untuk melihat pemandangan di luar rumah dan tempat menyambut kedatangan tamu, sehingga mereka memberikan kursi. Teras mereka sangat luas jadi tidak akan menghalangi mereka untuk keluar masuk rumah. Guru : Ya benar, masyarakat Indis masa itu memiliki hobi bersantai dan menghidup udara segar.. di teras, pada masa itu udara masih sangat alami dan segar berbeda pada zaman sekarang yang lebih banyak polusinya. Selain itu di halaman rumahnya yang luas juga diletakkan kursi di bawah pohon-pohon yang rindang tapi kursi di sini terbuat dari besi sehingga tidak mudah rusak. Sekarang kelompok tentang furniture dan dekorasi dari kelompok 5 untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, dan kita beri aplaus buat kelompok 2 Kelompok 5 tentang decoration & furniture Murid : Gambarnya berapa yang akan ditampilkan pak? Guru : Karena gambarnya berbeda-beda coba kamu jelaskan satupersatu dengan ringkas saja.. Gambar Pertama
Lampu taman bergaya Eropa biasanya terdapat di halaman rumah atau bangunan lainnya
Lampu gantung, dengan ukiran bergaya Jawa
commit to user
Lampu hias bidadari bergaya Eropa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 179
Gambar Berikutnya : Memiliki kaca yang besar dan menggunakan ukiran (Jawa dan Eropa)
Ukiran/kayu pahat (Jawa)
Menggunakan lampu gantung (Belanda)
Memiliki kaca jendala yang berbawanawarni (Belanda)
Dinding dihiasi oleh dekorasi yang banyak (Belanda)
Seperangkat kursi yang terbuat dari kayu dan sofa (Belanda)
Lantainya menggunakan marmer (Belanda)
Gambar Selanjutnya : Menggunakan lampu gantung (Belanda)
Memiliki lubang angin (Belanda)
Jendelanya besar dan ada kacanya (Belanda), terbuat dari kayu (Jawa)
Memiliki banyak dekorasi (Belanda)
Memiliki tiang yang besar (Belanda)
Terasnya luas (Belanda), terdapat kursi (Belanda) yang terbuat dari commit kayu yang berukir (Jawa) to
Lantainya menggunakan marmer (Belanda)
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 180
Gambar Terakhir : Tanda penunjuk arah, seperti kincir anggin yang ada di Belanda
Seperti cerobong asap yang ada di atas atap bagungan
Lemari yang besar & tinggi, terbuat dari kayu dan penuh dengan ukiran, menjadi lemari hiasan ruangan
Foto hiasan dinding
Murid : Jadi kesimpulannya: No 1
2
3 4 5 6 7
Ciri-ciri Dinding ruangannya memiliki banyak dekorasi (foto, ukiran kayu). Terdapat seperangkat kursi menghiasi ruangan dan teras rumah. Terdapat lampu taman dan lampu gantung. Lantainya menggunakan marmer. Terdapat penujuk mata arah angin, cerobong asap seperti bangunan di Eropa. Lemari yang besar yang terbuat dari kayu yang berukir. Pada jendelanya terdapat kaca yang berwarna-warni.
Manfaat / Kegunaan /Makna Penghuni atau masyarakatnya suka pamer, suka mengoleksi barang dan suka keindahan serta suka kemewahan. Sebagai tepat untuk tamu dan tempat bersantai, sebagai pelengkap perhiasan rumah. Sebagai hiasan untuk memperindah bangunan dan sebagai penerang. Agar terlihat mewah dan indah serta bersih. Sebagai tambahan hiasan dan ciri khas bangunan Eropa.
Suka keindahan dan menyukai seni ukiran Jawa.
Menambah keindahan bangunan dan mencegah sinar matahari masuk ke dalam rumah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 181
Guru : ya bagus, silahkan kelompok lain yang ingin menambahkan dan bertanya. Murid : Kami pak... kenapa bangunan indis ruangannya memiliki banyak hiasan..?? Guru : Silahkan kelompok 5 untuk menanggapi.. Murid : Karena orang Eropa suka mengoleksi bahan-bahan atau perkakas rumah, kemudian mereka pajang dan dijadikan hiasan. Guru : Orang Eropa hobi mengoleksi perabotan terutama perabotan yang indah dan mewah, kemudian mereka memajangnya di rumah sebagai hiasan untuk memperindah rumah mereka dan memamerkan kepada orang lain atau tamu mereka. Ada satu yang ketinggalan yakni lampu dinding, selain lampu taman dan lampu gantung mereka juga memasang lampu dinding sebagai hiasan rumah mereka. Selanjutnya guru menjelaskan lagi bahwa ukurian yang digunakan oleh masyarakat indis sebagai ornamen rumah atau bangunan mereka ada berasal dari para pengrajin dari Jawa, seni ukir mereka sangat tinggi, halus dan berkualitas dan terkenal pada zaman itu, sehingga seni ukur menjadi salah satu industri yang berkembang selain membatik pada saat itu, maka oleh karena itu dahalu banyak pengrajin ukiran baik untuk bangunan, ukiran kayu, lemari, kursi dll. Tapi sekarang para pengrajin ukiran semakin menghilang dan lenyap akhirnya membuat kerajinan/budaya/seni ukiran dari indonesia semakin lenyak karena tidak dilestarikan dan dijaga, yang ada hanya batik yang masih berkembang pada saat ini. Kali ini cukup satu pertanyaan saja ya untuk mengingat waktu, nanti kita adakan tanya-jawab lagi setelah semua selesai mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. Beri aplaus untuk kelompok 5. Selanjutnya tentang karya seni kelompok 1 Kelompok 1 tentang karya seni:
Lukisannya menggambarkan tentang pemandangan alam, pemandangan rumah atau bangunan dan aktivitas yang dikerjakan orang saat itu. Di lukisan terdapat judul dari lukisan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 182
Suka berfoto dihalaman rumah
Alat musik yang digunakan kebanyakan berasal dari Eropa seperti gitar, terompet, biola dan berasal dari indonesia seperti gong, gendang dll
Terdapat wuwungan di atap rumah
commit to user
Kaca hias dengan ukiran yang indah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 183
Kerami atau piring bermotif bungan dan ada tanda atau merek yang membuatnya. Murid : Jadi kesimpulannya : No Ciri-ciri Manfaat / Kegunaan /Makna 1 Lukisannya menggambarkan tentang Suka keindahan alam dan pemandangan alam, pemandangan rumah menujukkan situasi-kondisi atau bangunan dan aktivitas yang pada saat itu. dikerjakan orang saat itu. 2 Di lukisan terdapat judul. Sebagai judul lukisan dan identitas pelukisnya. 3 Suka berfoto dihalaman rumah dengan Sebagai kenang-kenangan latar belakang rumah tempat tinggal mereka dan memperlihatkan mereka dan berfoto bersama-sama. Sikap kondisi mereka saat itu. foto kaku tidak bergaya atau berpose. 4 Alat musik yang digunakan berasal dari Mereka suka bermain dan Eropa. mendengarkan musik. 5 Terdapat wuwungan di atap. Mereka juga menyukai keindahan dan dekorasi bangunan pribumi. 6 Suka mengoleksi hiasan seperti kaca atau Suka mengoleksi perabotan. cermin hias dan keramik. Guru : Murid : Guru : Murid :
Ya bagus, apa ada yang mao menambahkan dan bertanya? Pak itu alat musik apa? Silahkan jawab kelompok 1 Ini adalah alat musik yang berasal dari Indonesia seperti musik keroncong atau gamelan Guru : Ya benar, Alat musik ini merupakan alat musik menggunakan percampuran antara alat musik indonesia dan alat musik eropa. Gambar pertama merupakan alat musik untuk musik keroncong. Selanjutnya guru menjelaskan lagi bahwa Keroncong merupakan nama dari instrumen musik sejenis ukulele dan juga sebagai nama dari jenis musik khas Indonesia yang menggunakan instrumen musik keroncong, flute, dan seorang penyanyi wanita. Akar keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 184
Nusantara. Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya), di mana salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Muritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai, sekarang berkembang di Jawa. Kedua adalah alat musik Gambang Kromongadalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740). Instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambang, kromong, gong, gendang, suling, kecrek, dan sukong, tehyan, atau kongahyan sebagai pembawa melodi. Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagu-lagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran. Gambang kromong menjadi musik khas Betawi. Ketiga adala Tanjidor (kadang hanya disebut tanji) adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke19 atas rintisan Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau Citeureup. Alat-alat musik yang digunakan biasanya terdiri dari penggabungan alat-alat musik tiup, alatalat musik gesek dan alat-alat musik perkusi. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah. Kesenian Tanjidor umumnya dipakai dalam musik jalanan tradisional, atau pesta cap gomeh di kalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Guru : Tinggal berapa Kelompok lagi anak-anak Murid : 2 pak... makanan dan pakaian Guru : Ya silahkan maju dan dipersingkat ya dan beri aplaus untuk kelompok 1, ya silahkan kelompok 2 dahulu tentang makanan, dipilih saja ya makanannya jangan semua, langsung kesimpulannya saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 185
Kelompok 2 tentang makanan
Karena Indonesia kaya dengan buah dan sayuran membuat masyarakat indis menyukai buah-buahan dan sayuran yang baik untuk kesehatan.
Orang Belanda menyukai daging dan menjadi makanan yang mahal waktu itu karena kebanyakan masyarakat indonesia hanya memakan jagung atau ubi dan kadang-kadang dengan nasi bila mereka mempunyai uang untuk membelinya atau memiliki sawah yang bisa dipanen. Begitu juga dengan nasi goreng, nasi soto dan nasi rames karena bahan-bahannya yang mahal dan hanya dimakan oleh golongan indis saja dan masyarakat golongan menengah ke atas.
Risoles dan berbagai macam kue yang terbuat dari adonan tepung, telur dan lain-lain merupakan makanan hidangan atau cemilan yang sangat disuaki oleh dari masyarakat indis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 186
Seperti daging-dagingan tadi makanan ini juga merupakan makanan mahal dan mewah karena bahan-bahannya yang berasal dari rempah-rempah yang menjadi alasan kenapa bangsa Eropa datang ke indonesia. Murid : Jadi kesimpulannya : No Ciri-ciri 1 Buah-Buahan dan sayuran.
Sayur-
2
Berbahan Daging dan Nasi
3
Risolles dan kue.
4
Makanan dengan rempah-rempah.
bahan
Manfaat / Kegunaan /Makna Karena Indonesia kaya dengan buah dan sayuran membuat masyarakat indis menyukai buah-buahan dan sayuran yang baik untuk kesehatan Orang Belanda menyukai daging dan menjadi makanan yang mahal waktu itu karena kebanyakan masyarakat Indonesia hanya memakan jagung atau ubi dan kadang-kadang dengan nasi bila mereka mempunyai uang untuk membelinya atau memiliki sawah yang bisa dipanen. Begitu juga dengan nasi goreng, nasi soto dan nasi rames karena bahan-bahannya yang mahal dan hanya dimakan oleh golongan indis saja dan masyarakat golongan menengah ke atas. Risoles dan berbagai macam kue yang terbuat dari adonan tepung, telur dan lainlain merupakan makanan hidangan atau cemilan yang sangat disuaki oleh dari masyarakat indis. Makanan yang menggunakan rempahrempah merupakan makanan mahal dan mewah dan rempah-rempah yang menjadi alasan kenapa bangsa Eropa datang ke indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 187
Guru : Bagus Rheza, beri aplous untuk kelompok 2, silahkan duduk kembali Rheza, lalu guru menanyakan masih adakah makanan ini di indonesia sekarang..?? Murid : Kompak menjawab masih pakkkk... bahkan disukai oleh obama waktu dia datang ke Indonesia..” Saya suka sate gitu bilangnya pak..” nyeletuk salah satu siswa yang duduk di barisan belakang. huuuu.. sorak teman-temannya. Guru : Sekarang kalian tahu kan dari mana asal makanan yang kalian makan sehari-hari, kalian sekarang bisa makan nasi goreng, bisa makan sate, makan steak, makan risolles isi daging atau isi telur, dan berbagai macam makanan yang enak-enak, jadi jangan buang-buang makanan. Dahulu makanan ini merupakan makanan mahal, masyarakat indonesia golongan bawah tidak bisa memakan makanan yang seperti ini, mereka hanya bisa makan ubi, jagung dan sayur-sayuran karena mereka tidak sanggup untuk membeli bahan makannya. Murid : Kalau bakso dan mie ayam dari mana pak...tanya salah satu siswa yang duduk dibangku bagian paling kanan barisan ke 2. dari Jawa, khan dimana-mana orang Jawa jualan itu di luar daerah, salah satu temannya nyeletuk.. itu karena saudaranya Farras jualan mie ayam di Jakarta pak...ledek temannya, dan teman-temannya yang lain tertawa, sedangkan Farras hanya senyum-senyum saja Guru : sudah... sudah... dengar anak-anak, kalau yang berhubungan dengan mie itu berasal dari Cina, orang Cina merupakan pengrajin makanan olahan yang berbentuk mie dan saat orang Cina datang ke Indonesia masa Hindia-Belanda mereka juga membawa budaya mereka yang suka makan mie ke Indonesia maka sebab itu masyarakat indonesia juga suka makan mie seperti mie ayam, bakso dan bahkan mie instan yang mudah dimasak. Ingat anak-anak mie instan memang enak tapi jangan sering-sering di makan akan merusak kesehatan karena banyak bahan kimianya di dalam mie instan tersebut. Perbanyak makan sayuran dan buah-buahan biar sehat, seprti masyarakat indis. Selanjutnya kelompok terakhir yakni kelompok 4 mengenai pakaian. Kelompok 4 tentang Pakaian
commit to user
Batik atau sarung bermotif bunga-bunga dan terdapat hewa-hewa seperti kupukupu atau burung, dengan warna yang alami seperti warna tanah, hijau yang memperlihatkan warna dari alam atau warna nyata dari motif tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 188
Memakai Kebaya Warna putih
Memakai Sarung atau Batik
Jas atau stelan bergaya Eropa warna putih
Pakaian stelan Barat
Memakai Sepatu
Topi seperti orang Eropa atau prajurit Eropa
Aksesorit pakaian juga seperti orang Eropa atau prajurit Eropa Sarung tangan seperti prajurit Eropa
Pakaian stelan Barat
Memakai Sarung atau Batik
Memakai Sepatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 189
Murid : Kesimpulannya: No Ciri-ciri 1 Memakai Kebaya wara putih.
2
Memakai Sarung atau batik
3
Jas atau stelan bergaya Eropa warna putih
4
Memakai sepatu.
5
Topi, sarung tangan dan aksesoris pakaian Motif Alam dan hewan dan warna alami dari motif yang dibuat
6
Manfaat / Kegunaan /Makna Kebaya merupakan pakaian perempuan bangsawan pada masa itu Warna putih menujukkan perempuan baikbaik. Pada masa itu batik dan sarung sangat berkembang sekali dan merupakan ciri khas dari masyarakat Jawa. Jasa merupakan pakaian orang Eropa. Warna putih menujukkan si pemakainya orang baik-baik. Sebagai tanda kewibawaan, berasal dari gaya orang Eropa dan menjaga kaki. Gaya berbusana orang Eropa Batik atau sarung bermotif bunga-bunga dan terdapat hewan-hewan seperti kupukupu atau burung, dengan warna yang alami seperti warna tanah, hijau yang memperlihatkan warna dari alam atau warna nyata dari motif tersebut.
Guru : Kita beri aplous untuk kelompok terakhir, ada yang mau ditanyakan.. Murid : kok motif batiknya berbeda pak? Guru : Dengarkan anak-anak, setiap wilayah mempunyai motif batik yang berbeda, begitu juga dengan zamannya. Beda zaman beda motif. Dahulu para pengrajin batik bukan hanya dari orang Jawa saja tapi ada juga para noni-noni Belanda yang membuka usaha batik dan mereka membuat motif yang berbeda dengan motif setempat, supaya apa..!! agar produk mereka berbeda dengan yang lain, masyarakat indis lebih suka menggunakan motif bunga, hewan-hewan, lautan, pemandangan alam, para prajurit mereka yang berbaris, pesawat dll karena mereka mereka membuat motif batik seperti melukis sebuah lukisan yang indah. Mereka mengerjakan batik tersebut dengan teliti dan mengerjakannyapun lama, sehingga batik mereka berkualitas tinggi dan mempunyai ciri kas masing-masing dari setiap pembatik yang terlihat dari warna dan motifnya, jadi jika kita melihat warna atau motifnya akan terlihat siapa jelas siapa pembuatnya. Dan perlu diketahui bahwa kain batik yang diproduksi masa dahulu memiliki cap atau tanda tangan dari pembuat seperti keramik piring/mangkok tadi. Sebelum ada tanda tangan atau capnya batik tersebut tidak bisa dijual, hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 190
menunjjukan bahwa batik mereka berkualitas, seperti pakaianpaiakan yang punya nama atau bermereka tentunya kualitasnya tinggi. Guru : Pakaian kebaya mereka bahannya diimport dari eropa, begitu juga dengan sulamannya, maka oleh sebab itu bahannya bagus dan sulamannya indah dan halus dan menggunakan warna putih, hal ini menunjukkan bahwa yang memakai adalah perempuan baik-baik. biasanya kebaya dipadukan dengan batik atau sarung dan digunakan untuk acara-acara resmi dan pesta serta kualitas dari pakaian yang dipakainya akan memperlihatkan status kedudukannya atau simbol seberapa kaya dia atau simbol golongan atas dari masyarakat indis. Konfirmasi Guru menampilkan animasi dan menjelaskan sedikit mengenai berkembangnya kebudayaan Indis
Guru : Hari ini kita telah membahas kebudayaan indis yang berkembang di Jawa pada masa kolonial, ada yang mao menambahkan atau bertanya.... Murid : Pak kenapa sekarang kebudayaan indis hilang? Guru : Ada yang mau menanngapi pertanyaan Alvian?? Saya pak.. ya coba kamu Ayu. Murid : Karena Indonesia sudah dipengaruhi oleh bangsa barat seperti Amerika pak.. Guru : Coba kalian perhatikan disekeliling kalian, makanannya yang disebutkan tadi masih ada atau tidak sekarang. Masihhhh... jawab siswa kompak...kalau pakaiannya jas, sepatu, kebaya, batik.. masih ada gak..?? masihhh...jawab siswa lagi... dahalu sebelum datangnya orang belanda mayarakat Indonesia tidak menggunakan sepatu, coba lihat pentas wayang dia tampil tidak pake alas kaki dan masih banyak yang lainnya begitu juga dengan pakiannya orang Jawa dahulu tidak menggunakan pakaian mereka hanya menggunakan sarung saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 191
Masyarakatnnya memang sudah tidak ada lagi karena sudah pergi ketika Jepang masuk ke Indonesia, tapi budaya yang mereka masih tertinggal sampai sekarang tanpa kalian sadari dan bakan kalian kosumsi setiap hari. Begitu juga dengan bangunan peninggalannya, masih ada sampai sekarang. Apa upaya yang bisa kita lakukan terhadap peninggalan sejerah dan budaya kita ini? Murid : Ada yang menjawab menjaganya, melestarikannya, dan ada juga yang menjawab merawatnya.. memeliharanya baik-baik pak biar gak dicuri oleh Malaysia... ujar salah satu anak barisan paling depan.... Ya benar pak Malaysia suka kali mencuri budaya kita pakkk..... Benar pak benar pakkk.. ujar siswa yang lain... Guru : ya ya.. bagus anak-anak, Negara kita sangat beragam dan kaya akan budaya karena setiap suku bangsa memiliki budaya yang berbeda, ada Jawa, ada Sunda, Bali, Melayu, Bugis, Batak, Papua dan masih banyak lagi... dan kita harus bangga dengan keberagaman itu seperti semboyan negara kita Bhineka Tunggal Ika, ayoo apa artinya..??? Murid : berbeda-beda tapi tetap satu, Jawab peserta didik kompak.... Guru : Ya benar, walaupun beda tetapi tetap satu tanah air Indonesia, oleh sebab itu kita haruslah saling menjaga, menghormati menghargai, begitu juga dengan peninggalan budaya leluhur kita baik fisik seperti bukti-buktinya maupun non-fisik yakni nilai-moral, norma harus dirawat, dijaga, dilestarikan dan lain sebagainya... Karena apa...??? Murid : Bukti kalau budaya itu tetap ada pak dan jadi kebanggaan bangsa Indonesia.. ujar salah satu peserta didik... Guru : Ya benar menjaganya dan melestarikanya haruslah ada alam diri kita, seperti peninggalan-peninggalan kebudayaan indis ini contohnya saja bangunan indis karena bangunan indis inilah yang pertama kali membuat wilayah kita telihat indah dan megah serta menjadi kota dan ramai dikunjungin pada zaman dahulu. Apabila kita menjaga dan melestarikannya banyak hal yang bisa kita peroleh, sebagai bukti kita punya sejarah dan mengingatkan kita pada masa lalu dan kita harus menghargainnya. Kalau bukan kita yang melestarikan siapa lagi....Ketika guru masih menjelaskan tiba-tiba pengunguman pergantian jam berbunyi. Penutup Banyak peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Jawa khususnya Solo, mulai dari zaman pra-Sejarah, seperti peninggalan zaman purba di Sragen, disambutlagi dengan zaman pengaruh Hindu-Budha, selanjutnya Zaman Pengaruh Islam sampai munculnya Colonial-Bulanda yakni berkembangnya kebudayaan Indis pada masa ini. Solo merupakan salah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 192
satu daerah yang pernah menjadi tempat berkembangnya era tersebut, sehingga banyak peninggalan-peninggalan dari zaman tersebut dan berkembangnya kebudayaan-kebudayaan dari zaman-zaman itu dan masih teap ada samapai sekarang. Oleh karena itu melestarikan, menjaga dan memelihara adalah satu hal yang harus kita lakukan agar bukti-bukti dari berbagai macam peristiwa sejarah yang pernah terjadi itu tetap kita kenang dan membangkitkan rasa Nasionalisme serta cinta tanah air kita. Karena waktunya sudah habis kita akhiri saja pelajaran hari ini, untuk tugas dirumah coba kalian cari peninggalan-peninggalan indis yang ada di Solo. Hasil observasi dan rekomendasi Hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran menunjukkan bahwa penerapan sintak sudah baik, aktifitas timbal-balik guru dan murid sudah baik, sistem sosial baik, media animasinya sudah bisa digunakan dengan baik tapi masih harus di perbaiki lagi kalau ada yang error atau rusak dan diperbanyak agar semua siswa bisa melihatnya. Dari hasil observasi kemudian dilakukan diskusi reflektif mengenai pelaksanaan pembelajaran uji coba terbatas putaran ke dua (Siklus 2). Hasil diskusi reflektif tersebut menyimpulkan bahwa guru sudah memahami dan mampu melaksanakan seluruh tahap pembelajaran yakni: (1) Pertama, pengoperasian media sudah sangat baik dan tidak ada kesalahan yang berarti hanya perlu memperbanyak saja dan diberikan kepada siswa agar bisa dipelajari di sekolah dan dirumah dan media pembelajaran pada tiap kelompok juga sudah berfungsi dengan baik; (2) Kedua, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, apresiasi dan melaksanakan
pembelajaran
sesuai
dengan
sintak;
(3)
Ketiga,
menyampaikan informasi berkaitan dengan budaya indis dan tanggapan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 193
sudah sangat baik; (4) Keempat, mengorganisir peserta didik dalam kelompok juga sudah sangat baik. pada tahap ini sudah dapat dilihat bahwa
peserta
didik
melalui
diskusi
kelompok
telah
mampu
mengidentifikasi ciri-ciri yang terdapat dari kebudayaan indis tersebut, begitu juga dengan tahap penerapan sikap terhadap kesadaran budaya, upaya yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan. Terjadi diskusi yang menarik pada saat mereka mempresentasikan hasil kerja kelompok; (5) Kelima, Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini peserta didik melalui diskusi kelompok tampak jelas kegiatan peserta didik dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan mereka sudah bisa menentukan upaya yang harus dilakukan agar budaya tersebut tetap ada dan tidak punah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan dan dihindari; (6) Keenam, evaluasi dan refleksi nampak jelas guru bersama peserta didik tanya-jawab meluruskan dan memberi penguatan dan menyimpulkan hasil diskusi. Sebagai penguatan guru telah memberikan contoh-contoh lain yang bisa dijadikan sebagai contoh peninggalan sejarah yang patut dilestarikan; (7) Ketujuh, guru dan peserta didik mampu membuat rangkuman/simpulan hasil diskusi, melakukan penilaian dan refleksi terhadap diskusi yang dilakukan. Bersama-sama menentukan upaya yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Guru juga telah memberi penghargaan bagi kelompok yang bagus dan kompak dan telah menyampaikan pendapatnya dengan contoh-contoh yang jelas serta dapat diterima oleh seluruh kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 194
Maka dari hasil observasi siklus satu diperoleh rerata skala penilaian aktivitas guru yang terdiri dari penerapan sintak, penggunaan media, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung dan sistem penunjang lainnya yakni sebesar 3.83 (baik), dengan persentase keterlaksanaan yakni sebanyak 63.8 %. Hasil rerata skala penilian aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yang terdiri dari aspek-aspek penggunaan media pembelajaran kelompok, prinsip reaksi, aktivitas belajar individu, aktivitas belajar kelompok, dampak instruksional dan dampak pengiring kurang yakni sebesar 4 (baik) dengan persentase keterlaksanaan yakni sebanyak 66.6 %. Berdasarkan pada pelaksanaan pembelajaran uji coba terbatas siklus ke 2 sebagaimana diuraikan di atas, setelah dilakukan diskusi dan refleksi bersama guru kolaborator dan guru telah memahami langkahlangkah pembelajaran secara baik, tapi akan dilakukan uji coba satu kali lagi untuk menyempurnakan uji coba pada siklus ke 2 dan melakukan evaluasi pembelajaran, dan pemanfaatan waktu yang masih belum tepat. Oleh karena itu disepakati untuk melanjutkan ke siklus ke tiga dan ada beberapa catatan yang harus diperhatikan guru agar implementasinya lebi baik lagi terutama melatih dan membiasakan diri dengan media tersebut, memanajemen waktu sehingga dalam proses pembelajaran dapat berjalan tepat waktu dan dapat melakukan evaluasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 195
c. Hasil Uji Coba Terbatas Siklus III Perencanaan Pembelajaran Perangkat pembelajaran uji coba tebatas siklus 3 tetap menggunakan RPP siklus sebelumnya yang telah diperbaiki dari hasil uji coba siklus ke-2 dan guru harus lebih memperhatikan lagi bagaimana menerapkan. Perbaikan lembar kerja kelompok lebih ditujukan pada cara bahasa serta istilah. Lembaran kerja kelompok diberikan pada saat pelaksanaan tahap ke 3 (diskusi kelompok). Pelaksanaan Pembelajaran Sintak pembelajaran yang diutamakan untuk mendapat perhatian da;am pelaksanaan uji coba terbatas siklus ke-3 yakni tahap penyampaian tujuan (apersepsi) dan menggambarkan media animasi kedalam deskripsi informasi berkaitan dengan materi. Karena disini penting bagi guru dalam menyapaikan konsep sejarah lokal kebudayaan indis yang brkaitan dengan materi pembelajaran dan dapak pengiring kesadaran budaya siswa. Evaluasi pembelajaran menggunakan uji kompetensi sesuai dengan tujuan pembelajaran, instrumen skala sikap tentang kesadaran budaya. Tes kompetensi pilihan ganda jumlah tiga puluh soal, skala sikap masing-masing 30 pertanyaan. Dengan demikian jumlah keseluruhan adalah 30 soal. Instrumen skala sikap yang digunakan telah melalui uji validitas dan reabilitas. Tes yang digunakan telah mengacu pada tujuan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 196
Hasil Observasi dan Rekomendasi Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dalam pembelajaran uji coba terbatas siklus ke-3 diperoleh data rerata skala penilaian aktivitas guru yang terdiri dari penerapan sintak, penggunaan media, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem pendukung dan sistem penunjang lainnya yakni sebesar 4.5 (Sangat baik), dengan persentase keterlaksanaan sebanyak 75 %. Hasil rerata skala penilian aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
yang
terdiri
dari
aspek-aspek
penggunaan
media
pembelajaran kelompok, prinsip reaksi, aktivitas belajar individu, aktivitas belajar kelompok, dampak instruksional dan dampak pengiring kurang yakni sebesar 4.6 (Sangat baik) dengan persentase ketelaksanaan sebanyak 76.6 %. Hasil belajar siswa meliputi pengetahuan pre-test
58.27
sedangkan post-test yakni 85.81. Jadi ada peningkatan sebesar 27.54. Dari hasil analisis dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai t sebesar -16.482 dengan probabilitas signifikansi 0.000. Jadi kesimpulannya bahwa ratarata nilai pengetahuan sejarah sebelum dan sesudah perlakuan adalah berbeda. Skala sikap tentang penerapan kesadaran budaya pre-test 78.85 dan post-test 86.88. Jadi ada peningkatan sebesar 8.04. Dari hasil analisis dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai t sebesar -8.979 dengan probabilitas signifikansi 0.000. Jadi kesimpulannya bahwa rata-rata nilai kesadaran budaya sebelum dan sesudah perlakuan adalah berbeda. Secara jelasnya dapat dilihat sbb:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 197
Tabel 7: Hasil Tes Uji Coba Terbatas Komponen
Pre-Test
Post-Test
Peningkatan
Prestasi/Kompetensi
58.27
85.81
Signifikan
Kesadaran Budaya
78.85
86.88
Signifikan
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa perbedaan skor pra-test dan post-test untuk kedua aspek yakni kompetensi dan skala sikap kesadaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta menujukkan hasil yang signifikan. Selanjutnya dari hasil observasi dilakukan diskusi dan refleksi mengenai pelaksanaan pembelajaran uji coba terbatas siklus ke-3. Hasil diskusi dan refleksi tersebut menyimpulkan bahwa guru dan siswa sudah bisa mengoperasikan media pembelajaran yang dikembangkan dan sudah memahami serta mampu melaksana seluruh tahap pembelajaran sebagai berikut: (1) Pertama, penggunaan media pembelajaran berjalan baik (media video animasi untuk presentasi dan media flashmo animasi untuk diskusi); (2) Kedua, guru telah menyampaikan tujuan pembelajaran, apresiasi dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan sintak; (3) Ketiga, menyampaikan informasi berkaitan dengan materi yakni budaya indis di surakarta sudah sangat baik dan berjalan baik; (4) Keempat, mengorganisir peserta didik dalam kelompok juga sudah sangat baik. pada tahap ini sudah dapat dilihat bahwa peserta didik melalui diskusi kelompok telah mampu mengidentifikasi ciri-ciri yang terdapat dari kebudayaan indis tersebut dan mampu untuk menjelaskan manfaat, fungsi dan makna dari masing-masing ciri-ciri tersebut, begitu juga dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 198
tahap penerapan sikap terhadap kesadaran budaya, upaya yang harus dilakukan dan yang harus ditinggalkan. Terjadi diskusi yang menarik pada saat mereka mempresentasikan hasil kerja kelompok; (5) Kelima, Guru membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini peserta didik melalui diskusi kelompok tampak jelas kegiatan peserta didik dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan mereka sudah bisa menentukan upaya yang harus dilakukan agar budaya tersebut tetap ada dan tidak punah serta tindakan-tindakan yang harus dilakukan dan dihindari, selain itu siswa juga sudah dapat menentukan sikap memilih-memilah atau mengolah terlabih dahulu terhadap nilai-budaya baru yang masuk ke dalam kehidupan mereka atau yang akan mereka adopsi yang berasal dari berbagai media seperti internet, TV, majalah, dan lingkungan masyarakat; (6) Keenam, evaluasi dan refleksi nampak jelas guru bersama peserta didik
tanya-jawab
meluruskan
dan
memberi
penguatan
dan
menyimpulkan hasil diskusi. Sebagai penguatan guru telah memberikan contoh-contoh lain yang bisa dijadikan sebagai contoh peninggalan sejarah yang patut dilestarikan; (7) Ketujuh, guru dan peserta didik mampu
membuat
rangkuman/simpulan
hasil
diskusi,
melakukan
penilaian dan refleksi terhadap diskusi yang dilakukan. Bersama-sama menentukan upaya yang harus dilakukan dan yang harus dihindari. Guru juga telah memberi penghargaan bagi kelompok yang bagus dan kompak dan telah menyampaikan pendapatnya dengan contoh-contoh yang jelas, dapat diterima oleh seluruh kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 199
Berdasarkan pada pelaksanaan pembelajaran uji coba terbatas siklus ke-3, setelah dilakukan diskusi dan refleksi bersama guru. Guru telah memahami langkah-langkah pembelajaran secara keseluruhan. Dari diskusi dan refleksi tersebut diungkapkan beberapa hal yang menentukan keberhasilan dari PBM yang menggunakan model pembelajaran tersebut yakni: (1) Kemamuan dan kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran; (2) Kemauan dan kemampuan guru dalam memahami langkah-langkah pembelajaran; (3) Kemampuan guru dalam mengelola waktu
pembelajaran;
(4)
Pengkondisian
peserta
didik
dalam
mengidentifikasi ciri-ciri dari sebuah kebudayaan seperti kebudayaan Indis; (5) Sikap guru sebagai fasilitator yang baik sehingga dapat memberikan kenyamanan kepada seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam PBM. Dari hasil tindakan siklus 1, 2 dan 3 di SMP N 1 Surakarta, terlihat adanya peningkatan prestasi dan skala sikap siswa yakni sebagai berikut: Kriteria
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Prestasi
68.69
76.88
84.19
Kesadaran Budaya
70.62
78.23
88.08
Tabel 8: Peningkatan Kompetensi dan Skala Sikap siswa di SMP N 1 Surakarta Untuk grafiknya peningkatan prestasi siswa dan skala sikap siswa dapat digambarkan berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 200
100 80
88.08
84.19
60 40
Siklus 1
78.23
76.88 68.69
Siklus 2
70.62
Siklus 3
20 0 Kompetensi Prestasi
Skala Sikap Kesadaran Budaya
Grafik 3: Peningkatan Kompetensi dan Skala Sikap Siswa di SMP N 1 Surakarta d. Kesimpulan Hasil Uji Coba Terbatas Model PSLBMA Implementasi model pembelajaran PSLBMA sangat tergantung pada kemauan guru dalam mengkonstruksi model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi dengan dasar Empat Unsur R (Richnes, Relation, Recurcion dan Rigor) yang dikembangkan oleh Doll (dalam Sariyatun; 2012). Melalui pengembangan ini peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran karena permasalahn kebudayaan yang dibahas tidak asing bagi mereka (kontekstual). Dari hasil penilaian aktivitas guru meliputi: penerapan media, penerapan sintak, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem penunjang sangat baik. demikian juga aktivitas siswa yakni meliputi prinsip reaksi, aktivitas
belajar
individu,
aktivitas
belajar
kelompok,
dampak
intraksional dan dampak pengiring juga sangat baik. hasil tes pengetahuan dan skala sikap menujukkan ada perbedaan nilai yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran PSLBMA.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 201
Dengan dikembangkan
demikian yang
model
ditunjang
pembelajaran dengan
PSLBMA
langkah-langkah
yang model
pembelajaran Cooperative Learning dapat dijalankan oleh guru dan peserta didik dengan baik. Implementasi model terbukti secara signifikan meningkatkan pengetahuan, skala sikap peserta didik terhadap kesadaran budaya. e. Hambatan dan Keterbatasan Uji Coba Terbatas Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan uji coba terbatas sebanyak tiga siklus maka ditemukan hambatan atau keterbatasan sebagai berikut: 1) Kemampun guru dalam menggunakan dan mengoperasikan media pembelajaran terutama berbasis IT menjadi hambatan kelancaran dan keterlaksanaan PBM. 2) Komitmen guru dalam menerapkan RPP yang merupakan pedoman pembelajaran masih dampak sulit dilakukan. 3) Guru belum memahami sintak secara utuh sehingga setiap tahap kegiatan yang terdapat dalam sintak terasa kaku dan tidak terlihat adanya kesinambungan langkah-langkah dalam sintak antara tahap yang satu dengan yang lain. 4) Kurangnya pengetahuan mengenai materi kebudayaan indis yang merupakan
prioritas
utama
kegiatan
peserta
didik
sehingga
mengalami kesulitan dan memberi informasi, contoh dan penguatan pada setiap tahap PBM. 5) Kurangnya pemahaman guru mengenai kebudayaan indis, sehingga guru kurang mengembangkan dan menelusuri informasi lebih dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 202
dari kebudayaan indis, sehingga guru hanya memberikan informasi yang terlampir di dalam rencana pembelajaran. f. Model PSLBMA Setelah Uji Coba Terbatas Desain model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi setelah uji coba terbatas disempurnakan dan diberi pentunjuk jika diperlukan,
sehingga
memudahkan
siswa
dan
guru
dalam
mengoperasikannya. File-file yang rusak atau error diperbaiki agar semua media bisa dioperasikan dengan lancar, media animasi yang dioparasikan oleh guru dibuat menjadi sebuah video animasi dan media pembelajaran yang digunakan oleh siswa diberi petunjuk agar memudahkan siswa dalam mengoperasikannya, sedangkan untuk model pembelajaran yang merupakan penunjang penerapan media pembelajaran ini disederhanakan agar mudah dipahami oleh guru dan murid dalam pelaksanaan disetiap langkah kerjanya agar proses PBM bisa berjalan dengan lancar. Rancangan media pembelajaran animasi ini digabungkan dengan model pembelajaran Cooperative Learning dengan tujuan agar secara psikologis guru akan merasa nyaman dalam penerapan media dan melaksanakan setiap langkah pembelajaran, sehingga akan menciptakan pembelajaran
sejarah
yang
menyenangkan
dan
mengembangkan
kreaktifitas guru dalam memanfaatkan media serta memperdayagunakan peserta didik. Secara umum rancangan draf implementasi model pembelajaran setelah diuji coba disusun dalam kerangka skenario pembelajaran yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 203
merupakan penggabungan antara media pembelajaran animasi, model pembelajarn Cooperative Learning. Desain Skenario Awal Pembelajaran PSLBMA DESAIN 1. Tujuan 2. Materi 1. Prosedur
: Peningkatan Kompetensi siswa pada mata pelajaran sejarah : Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. : Kegiatan Pembelajaran melalui lima tahap, yaitu pendahuluan, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penutup 2. Media/Sumber : LCD, Laptop, Media Animasi, Power Point, Buku IPS Terpadu. 3. Evaluasi : Evaluasi proses dan hasil belajar IMPLEMENTASI Kegitan Guru
Tahapan Pembelajaran
Guru memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan media animasi dengan bantuan LCD.
1 Pendahuluan
Guru menanyakan tentang apa saja yang bisa mereka tangkap dari media animasi yang ditampilkan, guru menyampaikan informasi tentang materi dan bagaimana sikap kita terhadap peninggalannya. Guru memberi penguatan kepada siswa untuk mencari berbagai sumber dan mengamati gambar yang diperoleh. Memfasilitasi diskusi kelompok siswa.
2 Eksplorasi
3 Elaborasi
Guru meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka ketahui dan yang belum mereka pahami. Guru bersama peserta didik menyimpulkan & meluruskan.
4 Konfirmasi
Guru memberi penguatan sikap yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Memberi tugas yakni siswa mencari contoh-contoh peninggalannya.
5 Penutup
Kegitan Siswa
Siswa merespons dengan pengetahuan awalnya tetang materi tersebut. Siswa menjawab memperhatikan penjelasan Melalui diksusi mengidentifikasi ciri-ciri kebudayaan indis.
Melalui diskusi kelompok, siswa mengidentifikasi ciri-ciri darikebudyaan indis. Secara kooperatif dan kolaboratif siswa Siswa menunjukkan contoh sikap. Lingkung aktivitas proses kognitif dan skala sikap merupakan kriteria kesuksesan belajar & pemahaman.
Siswa menyatakan posisi dan sikap tehadap peninggalannya & memilihmilah terhadap kebudayaan baru yang akan diadopsi.
Bagan 12: Desain Skenario Awal Pembelajaran PSLBMA
commit to user
dan guru. siwa dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 204
3. Hasil Uji Implementasi Model Pembelajaran (Uji Coba Luas) Uji coba model pembelajaran pada tahap ke-2 atau uji coba luas pelaksanaannya mengacu pada penelitian tindakan kelas seperti pada pengembangan model pada uji coba terbatas dengan indikator kriteria keberhasilan yaitu: (1) Adanya skor skala sikap peserta didik terhadap kesadaran budaya yang ditunjukkan dengan peningkatan skor angket sebanyak 80%; (2) Adanya peningkatan kompetensi/prestasi pada mapel sejarah yang ditandai dengan sekurang-kurangnya 80% peserta didik kelas VII semester II memperoleh nilai 80 sebagai batas tuntas pembelajaran sejarah. Pelaksanaan uji coba model pembelajaran secara luas dilakukan di SMP N 2 Surakarta, di laksanakan di sekolah ini karena memiliki kualitas yang sama dengan sekolah untuk kelas eksperimen yang sama-sama memiliki akdreditasi A berstrandar Nasional, yang merupakan sekolah kelompok tinggi. a Hasil Uji Coba Model di SMP N 2 Surakarta Letak sekolah berada di sebelah selatan Kota Solo di daerah Jajar, Laweyan. Jumlah siswa secara keseluruhan reguler kelas VII, VIII, IX dan akselarasi yaitu 808 siswa dengan rincian kelas VII terdiri dari 9 kelas dan 1 kelas akselarasi, Kelas VIII terdiri dari 8 kelas dan 1 kelas akselarasi, kelas IX terdiri dari 6 kelas dan 1 kelas akselarasi. Jumlah guru PNS 41 orang, Guru tidak tetap 13 orang, Staf TU 2 orang, pegawai tidak tetap 11 orang, satpam 1 orang dan penjaga sekolah 1 orang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 205
Pelaksanaan Uji coba di SMP N 2 menjadi uji kontrol dari implementasi pengembangan model yang dilakukan dan berlangsung hanya satu kali uji coba saja dengan alasan SMP N 2 termasuk kelompok sekolah
A
sehingga
hipotesis
kerja
dapat
dicapai
pada
saat
melangsungkan siklus, dengan hasil evaluasi siswa sebagai berikut: Indikator Kerja Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini diindikatori oleh: 1) Adanya peningkatan skor kompetensi atau prestasi pada pelajaran sejarah, yang ditandai dengan sekurang-kurangnya 80% siswa kelas VII semster II memperoleh nilai 80 sebagai batas tuntas pembelajaran. 2) Adanya peningkatan skor skala sikap kesadaran budaya, yang ditujukkan dengan peningkatan skor angket sekurang-kurangnya sebanyak 80%. Pada penelitian tindakan kelas ini, siklus dapat dihentikan apabila indikator kinerja sudah tercapai. Namun siklus dapat dibuka lagi apabila masih ada beberapa siswa yang nilai skala sikap dan kompetensinya belum mencapai batas tuntas, meskipun secara keseluruhan indikator kinerja sudah terpenuhi. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol ini menggunakan media power point. Kompetensi Siswa Bersadarkan hasil uji kompetensi pada pelaksanaan siklus, terlihat adanya peningkatan kompetensi setelah dilakukannya tindakan sehingga, mampu meningkatkan kompetensi siswa dibandingkan saat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 206
sebelum tindakan. Peningkatannya sudah cukup signifikan karena ratarata secara klasikal sudah berada di atas ketuntasan minimal (80) dan secara individual siswa yang mencapai standar kentuntasan minimal yang ditetapkan yaitu mencapai 100% dari keseluruhan jumlah siswa. Berdasarkan hasil analisis skor kompetens siswa terlihat adanya peningkatan skor antara sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, dari 53.80 menjadi 82.83. Dengan demikian sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan. Secara keseluruhan peningkatan penguasaan kompetensi dari pra-siklus dan siklus ditunjukkan dalam grafik berikut: 86.88
100 80
53.8
60
Pra-Siklus
40 20 0
Siklus
Kompetensi
Grafik 4: Peningkatan Kompetensi di SMP N 2 Surakarta Skala Sikap Kesadaran Budaya Keberhasilan penelitian tindakan kelas untuk kesadaran budaya ditujukkan adanya peningkatan skor yaitu sebesar 100%. Berdasarkan hasil analisis skor kesadaran budaya terlihat adanya peningkatan skor antara sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan, dari 77.67 menjadi 84.87 dan presentase peningkatan secara klasikal adalah 100%, sehingga treatmen yang dilakukan mampu meningkatkan skor skala sikap kesadaran budaya siswa dibanding saat sebelum melakukan tindakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 207
Peningkatan tersebut cukup signifikan karena baik secara klasikal maupun individual dapat mencapai standar ketuntasan belajar minimal. Dengan demikian indikator kinerja dalam penilitian ini sekurangkurangnya 80% siswa meningkat skor skala sikap kesadaran budaya sudah terpenuhi. Peningkatan skala sikap kesadaran budaya siswa dapat ditujukkan pada grafik berikut ini: 84.87
85 77.67
80
Pra-Siklus 75
Siklus
70 Kesadaran Budaya
Grafik 5: Peningkatan Skala Sikap Kesadaran Budaya Siswa SMP N 2 Surakarta Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran di SMP N 2 Surakarta telah berjalan sesuai dengan model yang dikembangkan dan mampu meningkatkan skor skala sikap kesadaran budaya siswa sebanyak 100%. Dan mampu meningkatkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal kerurang-kurangnya 80%. Hasil pengembangan secara keseluruhan pada uji coba luas di SMP N 2 Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini: Kriteria Prestasi Kesadaran Budaya
Pra-Test
Post-Test
53.80 77.67
82.83 84.87
Tabel 9: Peningkatan Kompetensi dan Skala Sikap siswa di SMP N 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 208
Untuk grafiknya peningkatan prestasi siswa dan skala sikap siswa dapat digambarkan berikut ini:
100
82.83
80 60
77.67
84.87
53.8
40
Pra-Siklus
20
Siklus
0 Kompetensi-Prestasi Skala Sikap Kesadaran Budaya
Grafik 6: Hasil Pembelajaran di SMP N 2 Surakarta (Kelas Kontrol) b. Kesimpulan Hasil Uji Coba Pengembangan Model (Uji Coba Luas) Pelaksanaan uji coba pengembangan model melalui penelitian tindakan kelas di SMP N 2 Surakarta mampu meningkatkan kompetensi atau prestasi siswa dalam pembelajaran sejarah yang ditujukkan dengan adanya peningkatan nilai kognitif yang ditandai dengan sekurangkurangnya 80% peserta didik kelas VII semeter 2 (subjek penelitian) memperoleh nilai 80 sebagai batas tuntas pembelajaran sejarah. Selanjutnya terdapat peningkatan skor Adanya peningkatan skor skala sikap kesadaran budaya siswa yang ditujukkan dengan peningkatan skor angket sekurang-kurangnya 80%. Dengan demikian pelaksaaan model pembelajaran PSLBMA di SMP N 2 Surakarta telah berjalan sesuai dengan model yang dikembangkan dan mampu meningkatkan skor skala sikap kesadaran budaya sebanyak 100% dan mampu meningkatkan ketuntasan dan prestasi belajar sebanyak 100%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 209
c. Hambatan dan Keterbatasan Uji Coba Luas Berdasarkan hasil analisis pelaksanaan uji coba luas di SMP N 2 Surakarta ditemukan hambatan dan keterbatasan sebagai barikut: 1) Kebiasaan dalam mendominasi pembelajaran sehingga menyebabkan alokasi waktu untuk setiap tahapan pelajaran berjalan kurang tepat. 2) Kurangnya pemahaman guru terhadap materi pembelajaran yang menyangkut kebudayaan indis di Surakarta, sehingga membuat guru kurang bisa berinprovisasi dalam menujukkan contoh-contoh dalam kaitannya dengan peningkatan kesadaran budaya. 4. Rangkuman Proses Pengembangan Model PSLBMA (Hipotetik) a. Proses Pengembangan Model PSLBMA Desain model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi setelah uji coba terbatas disempurnakan dan diberi pentunjuk jika diperlukan,
sehingga
memudahkan
siswa
dan
guru
dalam
mengoperasikannya. File-file yang rusak atau error diperbaiki agar semua media bisa dioperasikan dengan lancar. Media animasi yang dioparasikan oleh guru dibuat menjadi sebuah video animasi dalam durasi beberapa menit dan ditampilkan di depan kelas pada tahap apersepsi dan media pembelajaran yang digunakan oleh siswa dalam proses diskusi kelompok pada tahap elaborasi diberi petunjuk agar memudahkan siswa dalam mengoperasikannya dan diskusi kelompok bisa berjalan lancar. Untuk langkah-langkah
pembelajarannya
yang
menggunakan
metode
cooperative learning disederhanakan agar setiap langkah pembelajaran mudah dipahami oleh guru dan murid dalam pelaksanaannya dan proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 210
PBM bisa berjalan dengan lancar dan menyenangkan. Hal ini dilakukan berdasarkan hasil observasi pada uji luas bahwa guru masih terlihat bingung dalam menerapkan dan membedakan langkah pembelajaran pada saat eksplorasi dan konfirmasi, maka oleh sebab itu pada tahap tersebut langkah
pembelajarannya
perlu
dijelaskan
dan
bahasanya
disederhanakan. Setelah beberapa kali perbaikan pada media pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran maka bentuk model hipotetik siap untuk diuji validasi. Untuk lebih jelasnya media dan skenario akhir dapat dilihat berikut ini: 1) Media Pembelajaran Video Flash Animasi Berkembangnya Kebudayaan Indis
Halaman Depan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 211
Halaman Pembukaan
Halaman Bagian Isi Materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 212
Halaman Bagian Penjelasan Isi Materi Video Animasi Flashmo Tentang Ciri-Ciri Kebudayaan Indis
Flashmo Kelompok Tentang Bangunan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 213
Flashmo Kelompok Tentang Dekorasi dan Furniture
Flashmo Kelompok Tentang Karya Seni
Flashmo Kelompok Tentang Makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 214
Flashmo Kelompok Tentang Pakaian
Flashmo Bagian Petunjuk Kerja Kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 215
2) Skenario Model PSLBMA SKENARIO MODEL PSLBMA DESAIN 1. Tujuan : Peningkatan Kompetensi siswa pada mata pelajaran sejarah 2. Materi : Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan pada masa Kolonial Eropa. 3. Prosedur : Kegiatan Pembelajaran melalui lima tahap, yaitu pendahuluan, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penutup 4. Media/Sumber : LCD, Laptop, Media Animasi, Power Point, Buku IPS Terpadu. 5. Evaluasi : Evaluasi proses dan hasil belajar IMPLEMENTASI
Kegiatan Guru
Tahap Pembelajaran
Guru mengenalkan topik pembelajaran, memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menampilkan video animasi. Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan isi dari video animasi tersebut dan menanyakan tema dari video tersebut. Guru menyampaikan informasi mengenai materi pembelajaran berupa: Kebudayaan lokal di Surakarta yaitu “Kebudayaan Indis yang berkembang pada masa Pendudukan Belanda di Surakarta”. Guru memfasilitasi diskusi kelompok dengan memberikan flashmo yang berisi gambar-gambar tentang kebudayaan Indis dan meminta siswa untuk mengamati gambar tersebut. guru memberikan penguatan kepada siswa untuk menelusuri berbagai sumber. Guru meminta siswa untuk menanyakan halhal yang belum mereka pahami. Guru bersama peserta didik menyimpulkan dan meluruskan. Guru memfasilitasi siswa untuk memberikan penguatan skala sikap terhadap bukti peninggalannya (Fisik & non-fisik). Guru memberi penguatan sikap yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Memberi tugas yakni siswa mencari contoh-contoh peninggalan kebudayaan indis yang ada di Surakarta.
1 Pendahuluan
Kegiatan Siswa Siswa memperhatikan video animasi, menghubungkan isi dari video animasi dengan pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa mendeskripsikan isi video animasi, menjawab pertanyaan guru dan memperhatikan penjelasan guru.
2 Eksplorasi
3 Elaborasi
4 Konfirmasi
5 Penutup
Melalui diksusi siwa mengidentifikasi ciri-ciri dari kebudayaan indis.
Melalui diskusi kelompok, siswa mengidentifikasi ciri-ciri kebudyaan indis, lalu mengemukakan fungsi, manfaat dan makna dari tiap ciri tersebut. Secara kooperatif dan kolaboratif siswa mempersentasikan hasil diskusi. Siswa menunjukkan contoh-contoh sikap terhadap peninggalan kebudayaan Indis yang ada di Surakarta maupun di wilayah lain. Lingkung aktivitas proses kognitif dan skala sikap merupakan kriteria kesuksesan belajar & pemahaman. Siswa dapat menyatakan posisi dan sikap dalam memilih-milah terlebih dahulu kebudayaan baru yang akan diadopsi. Peningkatan kesadaran terhadap budaya yg beraneka ragam.
Bagan 13: Pembelajaran PSLBMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 216
RENCANA PELAKSANAAN PEMBEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Alokasi Waktu
: ......................................................................................... : Sejarah : VII / 2 : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa HinduBudha sampai masa Kolonial Eropa : 5.3 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa : 2 X 40 menit (1x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran : Melalui penerapan media animasi dan diskusi kelompok siswa dapat: 1. Menguraikan proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia. 2. Mengidentifikasi perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa colonial Eropa 3. Mengidentifikasi ciri-ciri dari budaya yang berkembangan pada masa pemerintahan Kolonial-Belanda 4. Menunjukkan contoh-contoh peninggalan Kolonial-Belanda di nusantara 5. Mengaktualisasikan sikap dan perbuatan terhadap budaya-budaya yang ditingalkan (fisik atau non-fisik). B. Karakter yang diharapkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Cinta Kepada Tuhan Yang Maha Esa Disiplin Rasa Ingin Tahu Tanggung jawab Kejujuran Saling menghormati dan menghargai serta menjaga Bekerja keras Kerja sama
C. Materi Ajar 1. Perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Kolonial Eropa 2. Proses masuknya bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia. 3. Perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat, kebudayaan , dan pemerintahan pada masa Colonial Eropa 4. Kebudayaan Indis 5. Ciri-ciri budaya indis 6. Contoh Peningggalan Kebudayaan Indis D. Media Pembelajaran : Animasi E. Desain Pembelajaran 1. 2. 3. 4.
Addie Model Pembelajaran Metode Pengajaran Pendekatan
: Cooperatif Learning : Ceramah Bervariasi dan diskusi kelompok : Keterampilan commit to proses user dan CTL
F. Alat dan sumber
: LCD, laptop, Buku paket, buku penunjang yang relevan
G. Evaluasi
: Proses, hasil kompetensi/prestasi dan skala sikap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 217
Langka-langkah kegiatan pembelajaran model pengembangan MABSL APERSEPSI Fase I : Pembukaan 1. Guru memimpin do’a, mendata siswa yang tidak hadir 2. Guru memberi motivasi 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4. Guru mengingatkan kembali pembelajaran yang telah dipelajari 5. Guru menyajikan media animasi dengan bantuan LCD di depan kelas 6. Siswa memperhatikan dengan seksama apa yang mereka lihat EKSPLORASI Fase II : Memberikan informasi Fase III : Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar Tahap 1 : Siswa mengidentifikasi ciri-ciri dari kebudayaan indis 1. Menyampaikan informasi tentang materi yang akan dibahas 2. Guru menjelaskan mengenai kebudayaan indis dan perkembanganya di Surakarta 3. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan seksama 4. Siswa melalui diskusi mengidentifikasi ciri-ciri yang terkandung dalam gambar/foto tersebut. ELABORASI Fase IV: Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap 2 : Mengidentifikasi fungsi, manfaat dan makna dari masing-masing ciri. 1. Memberikan penguatan kepada peserta didik untuk menelusuri berbagai sumber yang relevan 2. Memfasilitasi peserta didik dalam diskusi kelompok 3. Mengemukakan manfaat, fungsi dan makna dari ciri-ciri tersebut. 4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi di kelas KONFIRMASI Fase V : Evaluasi Fase VI : Memberikan penguatan dan penghargaan Tahap 3 : Aktualisasi skala sikap terhadap peninggalan yang ditinggalkan 1. Guru bersama siswa meluruskan dan menyimpulkan 2. Guru memfasilitasi untuk memberikan penguatan tentang sikap yang boleh dan tidak boleh dilakukan siswa terhadap peninggalannya. 3. Siswa menunjukkan contoh-contoh sikap/perbuatan. Lingkup kognitif maupun lingkup afektif, serta konatif yang merupakan kesuksesan dalam PBM PENUTUP 1 Memberikan penghargaan kepada kelompok 2 Melakukan penilaian dan refleksi 3 Siswa menyatakan posisi, alasan, menguji dan mengaktualisasikan skala sikap kesadaran akan budaya. 4 Guru memberi penguatan untuk aktualisasi skala sikap dalam kehidupan sehari-hari 5 Siswa menentukan rekomendasi akhir dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 218
Desain DESAIN 1. Tujuan
: Peningkatan Kompetensi siswa pada mata pelajaran sejarah.
2. Materi
: Perkembangan Masyarakat, Kebudayaan dan Pemerintahan pada masa Kolonial Eropa.
3. Prosedur
: Kegiatan Pembelajaran melalui lima tahap, yaitu pendahuluan, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penutup
4. Media/Sumber : LCD, Laptop, Media Animasi, Power Point, Buku IPS Terpadu. 5. Evaluasi
: Evaluasi proses dan hasil belajar
IMPLEMENTASI Kegitan Guru
PBM PSLBMA: Cooperative Learning
Kegitan Siswa
Fase I : Pembukaan Memberi motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menampilkan media pembelajaran animasi.
1 Apersepsi
Siswa memperhatikan, merespons dengan pengetahuan awalnya dan menjawab pertanyaan guru.
a) Fase II : Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan isib)dari video animasi tersebut dan menanyakan tema dari video tersebut, c) kemudian guru menyampaikan informasi. Fase III:
Mengorganisasikan kelompok belajar
siswa
Fase V: Evaluasi dan refleksi hasil diskusi. Fase VI: Memberi penghargaan dan penguatan
mendeskripsikan
video
menjawab pertanyaan guru dan memperhatikan penjelasan guru. animasi,
2 Eksplorasi
dalam
Fase IV: Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Siswa
3 Elaborasi
Tahap I: Mengidentifikasi ciri-ciri kebudayaan indis.
dari
Tahap II: Mengemukakan fungsi, manfaat dan makna setiap ciri tersebut. kemudian mempersentasikannya. Tahap III:
4d) Konfirmasi
Guru memberi penguatan sikap yang boleh dan tidak boleh 5 commit to user dilakukan. Penutup Bersama-sama menyimpulkan. Memberi tugas Pengayaan.
Siswa menunjukkan contoh-contoh sikap terhadap peninggalannya
(berupa bukti fisik-non fisik) Siswa menyatakan posisi dan sikap dalam memilih-milah terlebih dahulu kebudayaan baru yang akan diadopsi. Memunculkan kesadaran terhadap budaya yg beraneka ragam.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 219
3) Skenario Akhir Model Akhir PSLBMA
Sintak
Sistem sosial
1. Apresiasi 2. Kombinasi Media Animasi dan cooperative learning. 3. Penutup
1. Komunikasi aksi. 2. Komunikasi interaksi. 3. Komunikasi transaksi.
Model Pembelajaran PSLBMA
Sistem Pendukung
Prinsip Reaksi
1. RPP 2. Lembar Kerja Kelompok 3. Lembar evaluasi
1. Menyediakan sumber dan media belajar. 2. Menyampaikan materi kebudayaan indis. 3. Membimbing dan memberi penguatan terhadap skala sikap kesadaran budaya
Dampak Pengiring
Dampak Instruksional
1. Rasa percaya diri 2. Rasa Ingin tahu 3. Menghormati, menghargai
1. Peningkatan Kompetensi. 2. Pengembangan Karakter 3. Peningkatan skala sikap terhadap kesadaran budaya
dan toleransi terhadap setiap budaya. 4. Menjaga dan melestarikan peninggalannya (fisiknonfisik) 5. Keaktifan belajar siswa dan Sikap positif/senang terhadap sejarah.
Dampak
Bagan 14: Model Akhir PSLBMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 220
D. Pengujian Model PSLBMA 1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran PSLBMA Tahap uji efektivitas model di SMP N 1 Surakarta (A) sebagai kelas eksperimen dan SMP N 2 Surakarta (A) sebagai kelas kontrol. Temuan dari tahap pengujian model yakni bagaimana pengaruh model pengembangan ini pada terhadap tercapainya tujuan pembelajaran dan skala sikap kesadaran budaya. Sebalum melihat efektifitas pembelajaran PSLBMA yang peneliti lakukan dalam penelitian ini, maka akan dilakukan pengolahan dan analisis data statistik terlebih dahulu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Analisis pertama: Untuk mengetahui keadaan awal subjek yang diteliti maka dilakukan analisis skor pre-test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada tahap ini kondisi subjek penelitian diharapkan sama antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Keadaan awal subjek yang dikenai perlakuan adalah sama, jika nilai uji t memiliki peluang kekeliruan (α) lebih besar dari 0.05. Berarti kondisi awal sebelum perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah berbeda. Uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel independen. 2) Analisis kedua: Untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun pada kelas eksperimen maka dilakukan analisis perbandingan antara skor pre-test dengan post-test. Pada tahap ini diharapkan skor post-test lebih tinggi dibandingkan
dengan
skor
pre-test.
commit to user
Hasil
post-test
lebih
baik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 221
dibandingkan dengan hasil pre-test pada kelas eksperimen, jika nilai uji t memiliki peluang kekeliruan (α) lebih kecil dari 0.05. Berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen adalah sama. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t paired sample. 3) Analisis ketiga: Untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun pada kelas kontrol maka dilakukan analisis perbandingan antara skor pre-test dengan post-test. Pada tahap ini diharapkan skor post-test lebih tinggi dibandingkan
dengan
skor
pre-test.
Hasil
post-test
lebih
baik
dibandingkan dengan pre-test pada kelas kontrol, jika nilai uji t memiliki peluang kekeliruan (α) lebih kecil dari 0.05. Berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelas kontrol adalah sama. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t paired sample. 4) Analisis keempat: Melakukan perbandingan skor post-test pada kelas eksperimen dengan skor post-tes pada kelas kontrol. Pada tahap ini diharapkan skor pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan skor pada kelas kontrol. Hasil skor kelas eskperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, jika nilai uji t memiliki peluang kekeliruan (α) lebih kecil dari 0.05. Berarti kondisi awal setelah perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel independen. 5) Analisis kelima: Membandingkan rata-rata gained score antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Secara statistik diharapkan rata-rata gaided
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 222
score pada kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol atau kelas kontrol lebih rendah dari kelas eksperimen. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel independen. Hasil kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen, jika nilai uji t memiliki peluang kekeliruan (α) lebih kecil dari 0.05. Artinya model PSLBMA yang diujicobakan telah berhasil dilaksanakan.
a. Keadaan Awal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sebagaiamana telah dijelaskan pada bab 3 tentang rancangan eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non-equivalent control group design. Konsekuensi dari penggunaan rancangan ini adalah kedua kelas yang dibandingkan secara statistik harus dalam kondisi yang sama sebelum perlakuan (treatment) diberikan sebagaimana yang telah dijelaskan pada langkah analisis pertama di atas. Untuk mengetahui keadaan awal sebelum perlakuan diberikan (antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol), dilakukan pemberian pra-test kepada kedua kelas subjek yang akan diberikan perlakuan tersebut. secara ringkas hasil pengolahan data atau analisis data dengan menggunakan SPPS 16.0 terhadap pra-test, dapat dilihat berikut ini. Kompetensi/Prestasi Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Between-Subjects Factors
Perlakuan
Value Label
N
1.00
Prestasi Kelas Eskperimen
26
2.00
Prestasi Kelas Kontrol
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 223
Descriptive Statistics Dependent Variable: Kompetensi Perlakuan Mean Prestasi Kelas Eskperimen Prestasi Kelas Kontrol Total
Std. Deviation
58.2692 53.8000 55.8750
N
8.75241 8.35175 8.75539
26 30 56
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Kompetensi F
df1
df2
1
54
.180
Sig. .673
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Perlakuan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kompetensi Type III Sum of Source Squares Corrected Model Intercept Perlakuan Error Total Corrected Total
278.210a 174936.067 278.210 3937.915 179049.000 4216.125
Df
Mean Square
1 1 1 54 56 55
278.210 174936.067 278.210 72.924
F
Sig.
3.815 2398.870 3.815
Partial Eta Squared
.056 .000 .056
a. R Squared = .066 (Adjusted R Squared = .049)
Estimated Marginal Means Grand Mean Dependent Variable: Kompetensi Mean 56.035
Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
53.741
58.328
1.144
Dari hasil analisis descriptive statistics terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi sebelum melakukan perlakuan kelas eksperimen adalah
commit to user
.066 .978 .066
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 224
58.27 sedangkan kelas kontrol adalah 52.80. Untuk melihat apakah beda rerata itu bermakna maka dilakukan uji one way anava. Terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi bahwa variances populasi kedua sample adalah sama dengan melihat nilai lavene test. Setelah melihat viariance sama atau tidak maka langkah selanjutnya adalah melihat F test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan atau tidak. Dari hasil analisis dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai F hitung levene's test for equality of variances atau pada levene's test of equality of error variances sebesar yaitu sebesar 0.180 dengan nilai probabilitas 0.673. karena probalitas > 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 diterima atau memiliki variance yang sama, dengan artian keadaan awal subjek yang diteliti adalah sama. Dari hasil output SPSS pada tests of between-subjects effects memberikan nilai F hitung sebesar 3.815 untuk perlakuan, dengan nilai signifikan 0.056. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka disimpulkan H0 diterima, jadi hal ini menyatakan bahwa rerata kompetensi kedua kelas sama. Skala Sikap Kesadaran Budaya Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Between-Subjects Factors
Perlakuan
Value Label
N
1.00
Skala Sikap Kelas Eskperimen
26
2.00
Skala Sikap Kelas Kontrol
30
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 225
Descriptive Statistics Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya Perlakuan
Mean
Skala Sikap Kelas Eskperimen Skala Sikap Kelas Kontrol Total
Std. Deviation
78.8462 77.6667 78.2143
N
2.39487 2.52345 2.51334
26 30 56
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya F
df1
df2
1
54
.752
Sig. .390
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + perlakuan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya Source
Type III Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model 19.377a 1 19.377 3.190 Intercept 341197.949 1 341197.949 56164.052 Perlakuan 19.377 1 19.377 3.190 Error 328.051 54 6.075 Total 342926.000 56 Corrected Total 347.429 55 a. R Squared = .056 (Adjusted R Squared = .38)
Partial Eta Squared
.080 .000 .080
Estimated Marginal Means Grand Mean Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya Mean 78.256
Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
77.594
78.918
.330
Dari hasil analisis descriptive statistics terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi sebelum melakukan perlakuan kelas eksperimen adalah
commit to user
.056 .999 .056
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 226
78.85 sedangkan kelas kontrol adalah 77.67. Untuk melihat apakah beda rerata itu bermakna maka dilakukan uji one way anava. Terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi bahwa variances populasi kedua sample adalah sama dengan melihat nilai lavene test. Setelah melihat viariance sama atau tidak maka langkah selanjutnya adalah melihat F test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan atau tidak. Dari hasil analisis dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai F hitung levene's test for equality of variances atau pada levene's test of equality of error variances sebesar yaitu sebesar 0.752 dengan nilai probabilitas 0.390. karena probalitas > 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 diterima atau memiliki variance yang sama, dengan artian keadaan awal subjek yang diteliti adalah sama. Dari hasil output SPSS pada tests of between-subjects effects memberikan nilai F hitung sebesar 3.190 untuk perlakuan, dengan nilai signifikan 0.080. Karena nilai signifikansi > 0.05 maka disimpulkan H0 diterima, jadi hal ini menyatakan bahwa rerata kesadaran budaya kedua kelas sama. Kesimpulan Dari hasil analisis pertama statistik yakni melihat keadaan atau kondisi awal subjek yang akan diteliti dapat disimpulkan bahwa sebelum diberi perlakuan baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol sama-sama mempunyai kemampuan yang sama. Hal ini terbukti dari hasil uji t anova, bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 227
komponen yakni tingkat kompetensi/prestasi dan skala sikap kesadaran budaya. b. Perbedaan Rerata Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Eksperimen Untuk menganalisa perbedaan rerata sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas eksperimen dilakukan dengan uji paired sample t test. Kompetensi/Prestasi Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Paired Samples Statistics Std. Error Mean
Mean
N
Std. Deviation
Pair 1 Kompetensi Pra-test kelas eksperimen SMP N 1
58.2692
26
8.75241
1.71649
Kompetensi Post-test kelas eksperimen SMP N 1
85.8077
26
5.29165
1.03778
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1
Kompetensi Post-test kelas eksperimen SMP N 1 -Kompetensi Post-test kelas eksperimen SMP N 1
-27.53846
Std. Std. Error Deviation Mean
8.51930
1.67077
95% Confidence Interval of the Difference Lower
t
df
Sig. (2-tailed)
-16.482
25
.000
Upper
-30.97948
-24.09744
Paired Samples Correlations
Pair 1 Kompetensi Post-test kelas eksperimen SMP N 1 & Kompetensi Post-test kelas eksperimen SMP N 1
commit to user
N
Correlation
26
.346
Sig. .084
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 228
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat rerata nilai kompetensi kelas eksperimen sebelum perlakuan adalah 58.27 dan kompetensi sesudah treatmen adalah 85.81. Dari data tersebut tampak ada perbedaan mean (peningkatan rerata sebesar 27.54). Untuk melihat apakah perbedaan mean dan peningkatan itu bermakna selanjutnya dilakukan uji paired sample t test antara rerata nilai pra-test dengan nilai post-test. Dari hasil analisis data dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai t sebesar -16.482 dengan probabilitas signifikansi 0.000. karena probabilitas < 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti bahwa rata-rata nilai uji kompetensi antara sebelum dan sesudah treatmen pada kelas eksperimen adalah berbeda. Skala Sikap Kesadaran budaya Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Paired Samples Statistics
Pair 1 Kesadaran Budaya Pra-test kelas eksperimen SMP N 1 Kesadaran Budaya Post-test kelas eksperimen SMP N 1
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
78.8462
26
2.39487
.46967
86.8846
26
4.18881
.82149
Paired Samples Test Paired Differences Mean Pair 1 Kesadaran Budaya Pra-test kelas eksperimen SMP N 1 -Kesadaran Budaya Post-test kelas eksperimen SMP N 1
-8.03846
Std. Deviation
4.56492
Std. Error Mean
.89525
commit to user
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-9.88227
-6.19465
t
df
-8.979
25
Sig. (2tailed)
.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 229
Paired Samples Correlations
Pair 1 Kesadaran Budaya Pra-test kelas eksperimen SMP N 1 &
Kesadaran Budaya Post-test kelas eksperimen SMP N 1
N
Correlation
26
.122
Sig. .553
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat rerata nilai skala sikap kesadaran budaya siswa pada kelas eksperimen sebelum perlakuan adalah 78.85 dan kompetensi sesudah treatmen adalah 86.88. Dari data tersebut tampak ada perbedaan mean (peningkatan rerata sebesar 8.04). Untuk melihat apakah perbedaan mean dan peningkatan itu bermakna selanjutnya dilakukan uji paired sample t test antara rerata nilai pra-test dengan nilai post-test. Dari hasil analisis data dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai t sebesar -8.979 dengan probabilitas signifikansi 0.000. karena probabilitas < 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti bahwa rata-rata nilai uji skala sikap kesadaran budaya siswa antara sebelum dan sesudah treatmen pada kelas eksperimen adalah berbeda. Kesimpulan Dari hasil analisis kedua statistik yakni perbedaan yang ditimbulkan setelah adanya treatmen model PSLBMA yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Dapat disimpulkan bahwa kedua komponen (kompetensi/prestasi dan kesadaran budaya) pada kelas eksperimen menujukkan peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil uji t paired sample, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pratest dengan post-test dari kelas eksperimen yakni adanya peningkatan rerata kompetensi/prestasi dan skala sikap kesadaran budaya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 230
c. Perbedaan Rerata Sebelum dan Sesudah Perlakuan pada Kelas Kontrol Untuk menganalisa perbedaan rerata sebelum dan sesudah perlakuan pada kelas kontrol dilakukan dengan uji paired sample t test. Kompetensi/Prestasi Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Paired Samples Statistics
Pair 1
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Kompetensi Pra-test kelas kontrol SMP N 2
53.8000
30
8.35175
1.52481
Kompetensi Post-test kelas kontrol SMP N 2
82.8333
30
4.46506
.81521
Paired Samples Test Paired Differences Mean Pair 1
Kompetensi Pra-test kelas kontrol SMP N 2 -Kompetensi Post-test kelas kontrol SMP N 2
-29.03333
Std. Deviation
6.17829
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
t
df
Upper
1.12800 -31.34034
-26.72632 -25.739
29
Paired Samples Correlations N Pair 1
Kompetensi Pra-test kelas kontrol SMP N 2 & Kompetensi Post-test kelas kontrol SMP N 2
30
Correlation
.691
Sig.
.000
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat rerata nilai kompetensi kelas kontrol sebelum perlakuan adalah 53.80 dan kompetensi sesudah treatmen adalah 82.83. Dari data tersebut tampak ada perbedaan mean (peningkatan rerata sebesar 29.03). Untuk melihat apakah perbedaan
commit to user
Sig. (2tailed)
.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 231
mean dan peningkatan itu bermakna selanjutnya dilakukan uji paired sample t test antara rerata nilai pra-test dengan nilai post-test. Dari hasil analisis data dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai t sebesar -25.739 dengan probabilitas signifikansi 0.000. karena probabilitas < 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti bahwa rata-rata nilai uji kompetensi antara sebelum dan sesudah treatmen pada kelas kontrol adalah berbeda. Skala Sikap Kesadaran budaya Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Paired Samples Statistics Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Kesadaran budaya Pra-test kelas kontrol SMP N 2
77.6667
30
2.52345
.46072
Kesadaran budaya Pra-test kelas kontrol SMP N 2
84.8667
30
3.17026
.57881
Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Kesadaran Budaya Pra-test kelas kontrol SMP N 1 -Kesadaran Budaya Post-test kelas kontrol SMP N 1
-7.20000
Std. Deviation
2.82110
Std. Error Mean
.51506
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
df
-8.25342
-6.14658 -13.979
29
N
Correlation
Sig.
30
.529
Paired Samples Correlations
Pair 1
Kesadaran budaya Pra-test kelas kontrol SMP N 2 & Kesadaran budaya Post-test kelas kontrol SMP N 2
commit to user
.003
Sig. (2tailed)
.000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 232
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat rerata nilai skala sikap kesadaran budaya siswa pada kelas kontrol sebelum perlakuan adalah 77.67 dan kompetensi sesudah treatmen adalah 84.87. Dari data tersebut tampak ada perbedaan mean (peningkatan rerata sebesar 7.20). Untuk melihat apakah perbedaan mean dan peningkatan itu bermakna selanjutnya dilakukan uji paired sample t test antara rerata nilai pra-test dengan nilai post-test. Dari hasil analisis data dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai t sebesar -13.979 dengan probabilitas signifikansi 0.000. karena probabilitas < 0.05 maka disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti bahwa rata-rata nilai uji skala sikap kesadaran budaya siswa antara sebelum dan sesudah treatmen pada kelas kontrol adalah berbeda. Kesimpulan Dari hasil analisis ketiga statistik yakni perbedaan yang ditimbulkan setelah adanya treatmen model PSLBMA yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Dapat disimpulkan bahwa kedua komponen (kompetensi/prestasi dan kesadaran budaya) pada kelas kontrol menujukkan peningkatan. Hal ini terbukti dari hasil uji t paired sample, bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai pra-test dengan post-test dari kelas kontrol yakni adanya peningkatan rerata kompetensi/prestasi dan skala sikap kesadaran budaya. d. Perbedaan Rerata Sesudah Perlakuan pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Untuk mengetahui keadaan akhir setelah perlakuan diberikan (antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol), dilakukan pemberian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 233
post-test kepada kedua kelas subjek tersebut. secara ringkas hasil pengolahan data atau analisis data dengan menggunakan SPPS 16.0 terhadap post-test, dapat dilihat berikut ini. Kompetensi/Prestasi Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Between-Subjects Factors
Perlakuan
Value Label
N
1.00
Prestasi Kelas Eskperimen
26
2.00
Prestasi Kelas Kontrol
30
Descriptive Statistics Dependent Variable: Kompetensi Perlakuan
Mean
Prestasi Kelas Eskperimen Prestasi Kelas Kontrol Total
Std. Deviation
85.8077 82.8333 84.2143
5.29165 4.46506 5.04782
N 26 30 56
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:Kompetensi F 2.478
df1
df2
1
54
Sig. .121
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + perlakuan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kompetensi Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares
Df
123.223a 396125.723 123.223 1278.205 398556.000 1401.429
1 1 1 54 56 55
Mean Square
F
123.223 5.206 396125.723 16735.021 123.223 5.206 23.670
commit to user
Sig. .026 .000 .026
Partial Eta Squared .088 .997 .088
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 234
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kompetensi Source Corrected Model Intercept perlakuan Error Total
Type III Sum of Squares
Df
123.223a 396125.723 123.223 1278.205 398556.000
1 1 1 54 56
Mean Square
F
Sig.
123.223 5.206 396125.723 16735.021 123.223 5.206 23.670
Partial Eta Squared
.026 .000 .026
a. R Squared = .088 (Adjusted R Squared = .071)
Estimated Marginal Means Grand Mean Dependent Variable: Kompetensi 95% Confidence Interval Mean
84.321
Std. Error Lower Bound
Upper Bound
83.014
85.627
.652
Dari hasil analisis descriptive statistics terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi sebelum melakukan perlakuan kelas eksperimen adalah 85.81 sedangkan kelas kontrol adalah 82.83. Untuk melihat apakah beda rerata itu bermakna maka dilakukan uji one way anava. Terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi bahwa variances populasi kedua sample adalah sama dengan melihat nilai lavene test. Setelah melihat viariance sama atau tidak maka langkah selanjutnya adalah melihat F test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan atau tidak. Dari hasil analisis dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai F hitung levene's test for equality of variances atau pada levene's test of equality of error variances sebesar yaitu sebesar 2.478 dengan nilai probabilitas 0.121. karena probalitas > 0.05 maka disimpulkan bahwa H0
commit to user
.088 .997 .088
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 235
diterima atau memiliki variance yang sama, dengan artian keadaan akhir subjek yang diteliti adalah sama. Dari hasil output SPSS pada tests of between-subjects effects memberikan nilai F hitung sebesar 5.206 untuk perlakuan, dengan nilai signifikan 0.026. Karena nilai signifikansi < 0.05 maka disimpulkan H0 ditolak, jadi hal ini menyatakan bahwa rerata kompetensi kedua kelas berbeda secara signifikan. Skala Sikap Kesadaran Budaya Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Between-Subjects Factors Value Label
N
Skala Sikap Kelas Eskperimen Skala Sikap Kelas Kontrol
26 30
Descriptive Statistics Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya Perlakuan
Mean
Skala Sikap Kelas Eskperimen Skala Sikap Kelas Kontrol Total
Std. Deviation
86.8846
4.18881
26
84.8667 85.8036
3.17026 3.78235
30 56
Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya F 2.597
df1
N
df2
1
Sig. 54
.113
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + perlakuan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 236
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Kompetensi Type III Sum Source of Squares Corrected Model Intercept perlakuan Error Total Corrected Total
56.719a 410872.004 56.719 730.121 413073.000 786.839
Df
Mean Square
1 1 1 54 56 55
F
Sig.
56.719 4.195 410872.004 30388.255 56.719 4.195 13.521
Partial Eta Squared
.045 .000 .045
a. R Squared = .072 (Adjusted R Squared = .055)
Estimated Marginal Means Grand Mean Dependent Variable: Skala Sikap Kesadaran Budaya Mean 85.876
Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound
Upper Bound
84.888
86.863
.493
Dari hasil analisis descriptive statistics terlihat bahwa rata-rata nilai kompetensi sebelum melakukan perlakuan kelas eksperimen adalah 86.89 sedangkan kelas kontrol adalah 84.87. Untuk melihat apakah beda rerata itu bermakna maka dilakukan uji one way anava. Terlebih dahulu harus dilakukan uji asumsi bahwa variances populasi kedua sample adalah sama dengan melihat nilai lavene test. Setelah melihat viariance sama atau tidak maka langkah selanjutnya adalah melihat F test untuk menentukan apakah terdapat perbedaan signifikan atau tidak. Dari hasil analisis dengan SPSS 16.0 diperoleh nilai F hitung levene's test for equality of variances atau pada levene's test of equality of error variances sebesar yaitu sebesar 2.597 dengan nilai probabilitas 0.121 karena probalitas > 0.05 maka disimpulkan bahwa H0
commit to user
.072 .998 .072
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 237
diterima atau memiliki variance yang sama, dengan artian keadaan akhir subjek yang diteliti adalah sama. Dari hasil output SPSS pada tests of between-subjects effects memberikan nilai F hitung sebesar 4.195 untuk perlakuan, dengan nilai signifikan 0.045. Karena nilai signifikansi < 0.05 maka disimpulkan H0 ditolak, jadi hal ini menyatakan bahwa rerata kesadaran budaya kedua kelas adalah berbeda secara signifikan. Kesimpulan Dari hasil analisis keempat statistik yakni melihat keadaan atau kondisi akhir subjek yang telah diberikan perlakuan model PSLBMA yakni pada kelas eksperimen (SMP N 1) dan pada kelas kontrol (SMP N 2), kemudian dilakukan post-test dan diperoleh rata-rata yang berbeda. Hal ini terbukti dari hasil uji t anova. Pada kedua variabel (kompetensi/prestasi dan skala sikap kesadaran budaya siswa) terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil post-test pada kelas eksperimen. Dengan demikian terbukti bahwa model PSLBMA efektif untuk meningkatkan kompetensi dan meningkatkan kesadaran budaya siswa di SMP N 1 dan SMP N 2 Surakarta.
e. Gained Score Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Untuk melihat rata-rata gained score antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah perlakuan diberikan, maka dilakukan analisis data
pada pra-test dan post-test dari kedua kelas subjek. Secara ringkas hasil pengolahan data dengan menggunakan SPPS 16.0 dapat dilihat berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 238
Kompetensi/Prestasi Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Group Statistics
Gain
Std. Deviation
Std. Error Mean
Perlakuan
N
Mean
kelas eskperimen
26
27.5385
8.51930
1.67077
kelas kontrol
30
29.0333
6.17829
1.12800
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Gain
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1.345
Sig.
.251
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2Mean tailed) Difference
df
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
-.759
54
.451
-1.49487
1.97082
-5.44613
2.45639
-.742
44.936
.462
-1.49487
2.01590
-5.55526
2.56552
Dari hasil analisis group statistics terlihat bahwa kelas eksperimen (M=27.5385) memiliki perubahan yang lebih rendah dibanding dengan kelas kontrol (M=29.0333). Dari hasil output SPSS pada uji t Independent Samples Test. Hasil analisis menunjukkan bahwa data homogen (F=1.345; p>0.05). Karena nilai signifikansi > 0.05 maka disimpulkan H0 diterima, artinya variasi data pada kedua kelas adalah sama. Karena data bersifat homogen (sama), lalu dilanjutkan dengan menganalisis kolom Equal Variances Assumed. Terlihat bahwa ada perbedaan pada taraf 5% (t=-0.759; p>0.05). H0 diterima, Artinya kelas eksperimen memiliki perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 239
yang signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Maka disimpulkan bahwa model PSLBMA yang diujicobakan telah berhasil dilaksanakan. Skala Sikap Kesadaran Budaya Hasil Out Put dari SPSS 16.0 adalah sebagai berikut: Group Statistics Perlakuan
N
Mean
Gain kelas eskperimen
26
8.0385
4.56492
.89525
30
7.2000
2.82110
.51506
kelas kontrol
Std. Deviation Std. Error Mean
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Gain
Equal variances assumed Equal variances not assumed
8.145
Sig.
.006
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2Mean tailed) Difference
df
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
.839
54
.405
.83846
.99975
-1.16591
2.84283
.812
40.467
.422
.83846
1.03284
-1.24824
2.92517
Dari hasil analisis group statistics terlihat bahwa kelas eksperimen (M=8.0385) memiliki perubahan yang lebih tinggi dibanding dengan kelas kontrol (M=7.2000). Dari hasil output SPSS pada uji t Independent Samples Test. Hasil analisis menunjukkan bahwa data homogen (F=8.145; p>0.05). Karena nilai signifikansi > 0.05 maka disimpulkan H0 diterima, artinya variasi data pada kedua kelas adalah sama. Karena data bersifat homogen (sama), lalu dilanjutkan dengan menganalisis kolom Equal Variances Assumed. Terlihat bahwa ada perbedaan pada taraf 5% (t=-0.839; p>0.05). H0 diterima, Artinya kelas eksperimen memiliki perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 240
yang signifikan dibanding dengan kelas kontrol. Maka disimpulkan bahwa model PSLBMA yang diujicobakan telah berhasil dilaksanakan. Dari uji efektifitas model pembelajaran secara keseluruhan di menujukkan bahwa model PSLBMA terbukti memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan kesadaran budaya siswa dibandingkan dengan pembelajaran sejarah yang menggunakan media power point yang digambarkan berikut ini:
90 80
84.67
86.88
70 60
77.67
78.85
50
85.81
40 30
58.27
20
Prestasi (pra-test) prestasi (post-test)
82.83
kesadaran budaya (pra-test)
53.8 kesadaran budaya (post-test)
10 0 Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Grafik 7: Hasil Uji Efektifitas di SMP N 1 dan SMP N 2 Surakarta 2. Kevalidan, Kepraktisan dan Efektvitas Model PSLBMA Model pembelajaran PSLBMA yang dikembangkan mulai dari draf awal model, skenario pembelajaran, uji coba terbatas, uji coba luas hingga uji validasi terbukti telah memenuhi kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Kriteria yang digunakan untuk menilai media diadopsi dari pengembangan model pembelajaran oleh Nieveen (1999) (dalam Sariyatun, 2011) yakni validitas
(kevalidan),
praktikabilitas
(kepraktisan)
(keefektifan).
commit to user
dan
efektivitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 241
a. Kevalidan Model PSLBMA Model dikatakan valid jika memenuhi kriteria yakni: (1) Minimal dua dari tiga ahli menyatakan bahwa model didasarkan pada teoretik yang kuat; (2) Minimal dua dari tiga ahli menyatakan bahwa komponenkomponen model secara konsisten saling berkaitan; (3) Hasil uji coba menunjukkan bahwa komponen-komponen saling berkaitan. Hasil validasi ahli dan praktisi pada uji coba terbatas menujukkan bahwa draf awal model pembelajaran “PSLBMA” telah memenuhi kriteria (1) dan (2) dan untuk kriteria (3) berdasarkan hasil observasi mulai dari uji coba terbatas (siklus 1,2 dan 3), uji coba luas (1 siklus) dan uji validasi menujukkan bahwa komponen-komponen pembelajaran saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya yakni mulai dari desain perencanaan model, membuat media, desain perencaan pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi. Antara media pembelajaran yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran (sintak) saling berkaitan. Antara langkah-langkah pembelajaran yang terdapat dalam sintak juga saling berkaitan. Antara aktivitas guru dengan model pembelajaran saling berkaitan, antara aktifitas guru dengan aktivitas siswa saling berkaitan. Antara aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok dengan model pembelajaran saling berkaitan, aktara aktivitas siswa dalam kegiatan kelompok dengan aktivitas dalam kegiatan individu juga saling berkaitan. Berdasarkan hasil di atas, maka model pembelajaran PSLBMA yang dikembangkan telah memenuhi syarat-syarat validitas sebuah model pembelajaran atau dapat dinyatakan valid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 242
b. Kepraktisan Model PSLBMA Model pembelajaran dikatakan praktis jika memenuhi kriteria yakni: (1) Minimal dua dari tiga ahli memberikan pertimbangan bahwa model tersebut dapat diterapkan di kelas; (2) Guru menyatakan dapat menerapkan model di kelas; (3) Tingkat keterlaksanaan model termasuk dalam kategori tinggi. Hasil uji coba terbatas dinyatakan bahwa guru IPS SMP N 1 (validator praktisi) yang diminta memberi validasi menyatakan draf model pembelajaran PSLBMA layak dan dapat diterapkan di kelas, jadi kriteria (1) telah terpenuhi. Pada kriteria (2) dan (3) hasil dari observasi proses maupun hasil pembelajaran mulai dari uji coba terbatas, uji coba luas sampai uji validasi telah menujukkan bahwa guru dapat menerapkan di kelas dan hasilnya menujukkan peningkatan yang terus-menerus. Hasil akhir uji coba terbatas menujukkan bahwa hasil observasi aktivitas guru menujukkan sangat baik. Hasil aktivitas peserta didik menujukkan sangat baik dan rata-rata penguasaan kompetensi atau hasil belajar ketuntasan 80 dan indikator ketuntasan belajar peserta didik mencapai 100%. Sedangkan peningkatan skore skala sikap peserta didik terhadap kesadaran budaya mencapai 100%. Demikian juga hasil akhir uji coba luas. Hasil aktivitas peserta didik menujukkan sangat baik dan rata-rata penguasaan kompetensi atau hasil belajar ketuntasan 80 dan indikator ketuntasan belajar peserta didik mencapai 100%. Sedangkan peningkatan skore skala sikap peserta didik terhadap kesadaran budaya mencapai 100%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 243
Kriteria kepraktisan pembelajaran telah terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PSLBMA adalah praktis (dapat diterapkan di kelas). c. Keefktifan Model PSLBMA Model dikatakan efektif jika dipenuhi 4 dari 5 kriteria berikut yakni: (1) Rata-rata aktivitas on task siswa minimal sebesar 90%; (2) Rata-rata aktivitas aktif siswa minimal sebesar 40%; (3) Terdapat kecenderungan peningkatan skor tes perkembangan; (4) Lebih dari 50% siswa memberi respon positif; (5) Guru memberi respon positif terhadap model. Untuk membuktikan bahwa model pembelajaran PSLBMA yang dikembangkan telah memenuhi syarat-syarat keefktifan, dapat dilihat dari perkembangan aktivitas guru, siswa dan tanggapan guru serta tanggapan siswa mengenai keterlaksanaan model pada pembelajaran di kelas. Hasil penilaian aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model PSLBMA pada setiap tahap pengujiannya mengalami perkembangan sehingga mencapai standr yang baik. demikian pula dengan kecenderungan peningkatan hasil belajar siswa pada uji coba luas (siklus 1,2 dan 3) pada SMP N 1 dan uji coba luas pada SMP N 2 menujukkan peningkatan pada kompetensi/prestasi dan skala sikap yang terjadi secara terus-menerus. Analisis hasil belajar pada uji coba model PSLBMA di SMP N 1 dan SMP N 2 Surakarta mampu meningkatkan skor kompetensi-prestasi dan skor kesadaran budaya siswa yang ditujukkan dengan peningkatan sebesar 100%. Adanya peningkatan kompetensi pembelajaran sejarah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 244
yang ditandai sekurang-kurangnya 80% peserta didik di kelas VII semester II (sumbjek penelitian) memperoleh nilai 80 sebagai batas tuntas pembelajaran model PSLBMA. Dengan demikian pelaksanaan model pembelajaran PSLBMA di SMP N 1 dan SMP N 2 telah berjalan sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan dan mampu meningkatkan skor kompetensi dan skala sikap sebanyak 100%. Model juga mampu meningkatkan ketuntasan belajar sekurang-kurangnya 80%. Maka dapat disimpulkan model PSLBMA telah memenuhi syarat-syarat keefektifan sebuah model pembelajaran.
E. Pembahasan Hasil Penelitian Pada bagian uraian pembahasan hasil penelitian dipaparkan menjadi beberapa bagian yakni: 1) Pembahasan hasil penelitian pendahuluan; 2) Pembahasan hasil pengemabangan model; 3) Pembahasan hasil pengujian model 1. Penelitian Pendahuluan a. Temuan Penelitian Pendahuluan Sesuai dengan rumusan masalah yakni kondisi penggunaan model pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut: Kendala yang yang sering dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah di sekolah yakni: Pertama, yang dihadapi oleh guru di sekolah yakni: (1) Materi pembelajaran sejarah sangat pada dan banyak sehingga tidak semua materi yang disampaikan kepada siswa dapat diingat dan dipahami dengan baik, maka perlunya sebuah media pembelajaran untuk memberikan dampak positif dalam pembelajaran sejarah seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 245
memudahkan penguasaan dan pemahaman terhadap materi sejarah yang disampaikan serta memecahkan kebosanan peserta didik terhadap pembelajaran sejarah, sebagaimana yang telah dikemukakan lembaga riset dan penerbitan komputer CTR (Computer Technology Research), menyatakan bahwa orang hanya mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus, maka dengan adaya media pembelajaran yang dilihat, didengar kemudian diamati sikalugus akan memberikan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, sehingga menjadikan pembelajaran yang menyenangkan; (2) Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi terutama yang relevan dengan sejarah lokal karena pembelajaran sejarah yang diajarakan bukan hanya mengkaji buku teks saja tetapi juga mengkaji sejarah lokal yang ada dilingkungan sekitar peserta didik dan untuk menunjang penyapaian pembelajaran sejarah lokal ini agar mudah dipahami oleh peserta didik maka perlu memanfaatkan media animasi yang berbasis sejarah lokal guna kelancaran pembelajaran sejarah di sekolah dan menjadikan pembelajaran sejarah yang bermakna. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sii Ching Hii dan Soon Fook Fong (2010) dalam jurnalnya mengatakan animasi sebagai media pembelajaran telah menciptakan dampak yang besar pada pengembangan konten pembelajaran dan metode dalam mentransfer pengetahuan yang tepat kepada peserta didik. Hal ini membawa tantangan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 246
menggunakan media animasi dalam pembelajaran sejarah, karena bisa menjadi sarana penting dalam menciptakan masa lalu dengan menyajikan informasi sejarah secara hidup, nyata, berwujud pada saat ini dan juga dapat mengungkapkan kepada siswa konsep-konsep abstrak dalam sejarah yang sulit untuk di pahami. Maka animasi ini dapat membantu guru
sejarah
dalam
memotivasi
siswa
untuk
mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam contoh yang lebih konkrit dalam rangka memperoleh pengetahuan lebih efektif dengan pendekatan mereka sendiri sesuai dengan gaya belajar yang disukai. Karena itu dibutuhkan pengetahuan, kemampuan dan penguasaan
guru
dalam
membuat
dan
mengkreasikan
serta
mengoperasikan media pembelajaran animasi dalam pembelajaran sejarah. Tapi pada realitanya, guru belum memahami arti penting media pembelajaran dalam kelancaran proses PBM dan sebagai penunjang pemahan siswa terhadap materi ajar sejarah, mereka hanya mengandalkan sumber dan media seperti buku teks dan slide power point karena sudah tersedia dan tidak perlu untuk membuatnya lagi. Hal ini sejalah dengan pemikiran dari Ba’in dan kawan-kawan (2003) tentang penggunaan berbagai sumber belajar dalam kegiatan belajar mengajar sejarah menghasilkan data-data yang hampir sama dalam penelitian itu menyatakan bahwa guru-guru sejarah enggan memanfaatkan berbagai sumber sejarah untuk menghidupkan pelajaran sejarah. Lebih dari itu pengetahuan guruguru sejarah tentang sumber-sumber sejarah dan cara-cara penggunaannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 247
juga menunjukkan nilai yag kurang memuaskan, dan mereka rata-rata tidak pernah memanfaatkan sumber-sumber sejarah, seperti arsip, dokumen, museum, bangunan peninggalan sejarah, pelaku sejarah, saksi sejarah dan sebagainya sebagai media belajar sejarah; (3) Kurikulum KTSP yang memberikan kebebasan untuk menyusun sendiri materi ajar sesuai, selaras dan relevan dengan perkembangan daerah masing-masing, bebas mengkreasikan media pembelajaran dan metode ajar yang akan di gunakan dalam pembelajaran sejarah di sekolah. Maka guru boleh mengembangkan materi ajar tentang sejarah lokal kemudia menuangkan ke dalam media pembelajaran yang akan dijadikan sebagai sumber belajar oleh siswa. Tatapi hal ini menjadi kendala bagi guru karena materi ajar yang banyak tidak sebanding dengan alokasi waktu yang ada disekolah, begitu juga dengan pengembangan yang akan dilakukan guru tidak mempunyai ide atau gagasan untuk memilih materi berbasis sejarah lokal kemudian menuangkannya ke dalam sebuah media pembelajaran. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman guru mengenai sejarah lokal dan kemampuan dalam mengemas ke dalam sebuah media pembelajaran baik yang bersifat konvesional maupun yang berbasis IT seperti animasi. Selain itu guru tidak memahami bahwa dengan memanfaatkan media pembelajaran yang bagus/unik akan menarik perhatian peserta didik dan menjadikan pembelajaran yang penuh semangat dan menyenangkan serta menjadi bermakna. maka guru lebih mengutamakan metode yang dikuasai seperti ceramah yang diselingi tanya jawab guna
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 248
menuntaskan materi pembelajaran sejarah tersebut sebelum di adakannya tes atau ujian. Kedua, Gagasan pengembangan model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk meningkatkan kesadaran budaya siswa SMP 1 N Surakarta di dukung oleh guru terhadap tujuan pembelajaran sejarah dan berperan dalam meningkatkan kesadaran budaya. Dari perspektif siswa mengungkapkan bahwa selama ini mereka hanya belajar berdasarkan buku teks kemudian dijelaskan oleh guru di depan kelas, siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru, hal ini menimbulkan kebosanan, mengantuk dan kurangnya ketertarikan peserta didik terhadap pembelajaran sejarah. begitu juga dengan media pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya mengandalkan powerpoint saja pada setiap kali pertemuan, hal ini membuat siswa jenuh dan tidak mempunyai ketertarikan terhadap materi yang diajarkan dan walaupun mengandalkan powerpoint siswa juga tidak paham terhadap materi yang diajarkan karena isi dari power poin tersebut juga sama dengan yang ada di buku pegangan siswa, tidak ada video/gambar/film/contoh yang ditampilkan pada power point tersebut, sehingga media tersebut menjadil tidak begitu berperan dalam proses pengembangan kognitif siswa. Beberapa temuan hasil pada penelitian pendahuluan maka akan memberikan gambaran kekuatan dan kelemahan pada pembelajaran sejarah, sekaligus menjadi dasar pemikiran untuk mengembangkan model pembelajaran yang menarik perhatian siswa, mampu mengembangkan kognitif siswa, memudahkan pemahaman siswa dalam pembelajaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 249
sejarah, menghilangkan kebosanan, melatih guru untuk mengambangkan ide pemikirannya dalam membuat model pembelajaran dan melatih guru untuk bisa membuat model pembelajaran yang menarik. Maka dikembangkanlah model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi untuk meningkatkan sedaran budaya siswa SMP N 1 Surakarta. b. Dasar Pemikiran Pengembangan Model PSLBMA Kerangka teoritis yang digunakan sebagai dasar pengembangan model PSLBMA adalah pembelajaran sejarah yang mengacu pada filosofi kontruktivisme, di mana siswa akan membangun pengetahuan atau memahami sejarah melalui pengalaman sendiri dalam mempelajari sejarah dengan berbagai cara seperti membaca, mendengar, bertanya, menelusuri dan melakukan eksperimen serta mengamati proses pembelajaran, media pembelajaran atau sumber pembelajaran sejarah, maka dalam pandangan konstruktivisme ini peserta didik di harapkan memiliki kemampuan berfikir untuk mengembangakan pengetahuan mereka lalu menyelesaikan setiap persoalan yang mereka hadapi dengan menghubungkan pada pengetahuan yang telah mereka pahami. Pertama, Dalam kaitannya dengan sejarah, sejarah lokal merupakan salah satu materi yang menarik untuk disajikan kepada peserta didik, karena sejarah lokal merupakan peristiwa yang dekat dengan peserta didik dan merupakan warisan budaya bagi mereka yang patut untuk dilestarikan dan dihormati, maka dengan materi yang berbasis sejarah lokal yang dituangkan ke dalam sebuah media animasi sangat menarik sekali jika diajarkan kepada peserta didik dan materi yang dekat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 250
mereka akan memudahkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran sejarah maka akan memudahkan siswa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapai dan dapat membantu siswa dalam mengungkapkan solusisolusi yang memungkinkan dalam upaya pemecahan masalah tersebut. Maka dengan demikian perlu dikembangkan model pembelajaran yang akan membantu siswa dalam mempelajari materi sejarah, mengembangkan pengetahuan mereka dengan sikap kritis dan mambantu mengembangkan karakter sikap siswa sehingga membantu siswa menjadi siswa yang paham akan multikulturalisme, mampu memecahkan berbagai persoalan dan sadar akan budaya yang ada dilingkungan mereka. Salah satu yang dapat dilakukan yakni dengan membuat model pembelajaran yang berbasis media pembelajaran berupa animasi mengenai sejarah lokal yang berada dalam lingkungan peserta didik (Kebudayaan Indis) dalam pembelajaran sejarah. Melalui peristiwa lokal yang ada di sekitarnya, siswa dapat memahami lebih dalam dan jelas peristiwa-peristiwa penting yang ada di lingkungan sekitarnya dan dari pemahaman mereka tersebut mereka akan bisa untuk memahami peristiwa sejarah dari pola yang luas atau nasional, dengan demikian diharapkan siswa mampu memahami setiap perubahan yang terjadi, siapa dalam menghadapinya dan mengungapkan solusi-solusi untuk memecahkannya dalam kehidupan mereka. Kedua, Media pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang digunakan oleh peserta didik untuk melatih siswa mengkontruksi atau mengembangkan pemikirannya dari materi yang ditangkap pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 251
media pembelajaran tersebut kemudian mengimplementasikan atau menghubungkan ke dalam kehidupan mereka. Seperti media animasi, media ini merupakan salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan untuk membangun pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan sebagaimana yang dikatakan oleh Wender and Muehlboeck (2003) bahwa animasi dapat membantu menarik dan mempertahankan perhatian orang yang melihatnya, membantu dalam pemahaman yang dari bahan yang disajikan dan animasi ini sangat menguntungkan dimanfaatkan jika materi ajarnya berupa konsep-konsep yang sulit untuk dipahami, mengandung temporal atau perkembangan, pergerakan, atau hubungan spasial dan berlaku juga untuk konsep yang dinamika sulit untuk dibayangkan. Animasi ini juga berguna ketika materi pembelajaran memerlukan gerak, lintasan, atau perubahan dari waktu ke waktu, sehingga animasi membantu untuk membangun model dari dinamika tersebut, dalam pembelajaran sejarah mengandung berbagai unsur dinamika tersebut sehingga animasi ini merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam pembelajaran sejarah. Begitu juga dengan pendapat Brown, Lewis dan Harcleroad (1977:224)
mangungkapkan
bahwa
penggunaan
animasi
dalam
pembelajaran akan memberikan dampak positif diantaranya: (1) memotong beberapa hambatan intelektual untuk belajar; (2) membantu mengatasi hambatan fisik tertentu pada sisiwa; (3) menghadirkan berbagai peristiwa dalam kontinuitas untuk memberikan pengalaman visual khusus dalam rangka pemahaman yang lebih mendalam; (4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 252
Memungkinkan siswa menciptakan tindakan nyata atau membayangkan suatu kejadian proses; (5) mengimbangi perbedaan latar belakang antara siswa di kelas; (6) berguna untuk mengevaluasi pengetahuan siswa atau kemampuan analisis mereka dalam kegiatan pembelajaran pada materi tersebut. Model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi mampu untuk memberikan informasi kepada anak tentang peristiwa-peristiwa sejarah dan budaya-budaya lokal yang berkembang di lingkungan mereka sehingga akan memberikan informasi dan pemahaman yang selama ini mungkin belum pernah mereka ketahui dan belum pernah mereka pelajari, sehingga akan berdampak terhadap prilaku dan karakteristik mereka sehari-hari terutama dalam hal menyangkut peningkatan kesadaran budaya, hal ini selaras dengan pendapat Nor Azan Mat Zin et al (2010) yang mengungkapkan bahwa anime (sebutan kartun jepang) adalah seni yang dapat membantu remaja membentuk dan membangun identitas mereka berdasarkan anime favorit mereka. Anime juga dapat membantu mengembangkan berbagai keterampilan dan kemampuan di antara anak. Oleh karena itu kita dapat menggunakan software animasi berbasis edutainment untuk mendidik anak-anak tentang nilai-nilai sosial budaya mereka sambil menghibur mereka dengan cerita rakyat yang menarik pada waktu yang sama. Ketiga, Model PSLBMA yang dikembangkan dengan gabungan media animasi dan model pembelajaran cooperative learning akan mengembangkan dan merangsang kepekaan otak dan panca indra dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 253
pengamatan pada objek di dalam media animasi, serta menumbuhkan keterampilan sosial siswa melalui interaksi di dalam kelompok dan menumbuhkan daya fikir kritis siswa dalam memahami isi dari media tersebut. Implementasi model akan berpengaruh terhadap kesadaran akan multikulturalisme, mengahargai satu sama lain dan menghormati perbedaan. Tujuan pembelajaran ini berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah yang mengacu pada filosifis kontruktivisme yakni “ siswa membangun sendiri pengetahuannya, di mana belajar membentuk pengetahuan, membuat makna, mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan justifikasi, serta menghubungkan pengetahuan tersebut dengan permasalahan kehidupan dan upaya-upaya yang direkomendasikan untuk memecahkan masalah tersebut, di mana pembelajaran sejarah memiliki esensi dan substansi yang mendasar, berkaitan dengan memperibadikan nilai-nilai kesejarahan kepada siswa, menjadi siswa yang lebih memiliki kepekaan sosial dan keterampilan sosial yang dapat digunakan dalam partisipasi untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi sehari-hari serta tantangan-tantangan masa kini dan masa depan di era global. Dengan demikian model PSLBMA yang dikembangkan dan digabungkan dengan media animasi dan model pembelajaran kooperatif selain memberi hiburan kepada peserta didik juga akan membantu remaja membentuk dan membangun identitas diri, mengembangkan berbagai keterampilan dan kemampuan di antara anak, mendidik anak-anak tentang
nilai-nilai
sosial
budaya,
commit to user
sehingga
akan
mendorong
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 254
meningkatnya kesadaran budaya siswa terhadap budaya-budaya yang ada dan budaya-budaya yang dtinggalkan baik berupa fisik maupun non-fisik, di mana budaya tersebut haruslah kita jaga, lestarikan dan dirawat karena budaya tersebut menujukkan jati diri setiap masyarakat pendukungnya. Selain itu membangun sikap untuk menyaring, mengolah dan menilai baik-buruknya terlebih dahulu budaya yang datang dari luar yang akan diimplementasikan ke dalam kehidupan. c. Pengujian Kelayakan Model Pembelajaran Model pembelajaran yang telah dibuat kemudian dilakukan validasi untuk mengetahui kelayakan model tersebut. Setelah model di validasi kemudian model diujicobakan kepada siswa dalam bentuk uji coba terbatas dan uji coba luas. Untuk mengetahui keefektifitasan model maka dilakukan uji coba penerapan model pembelajaran. Berikut ini pembahasan dari masing-masing pengujian kelayakan model: 1) Ahli Strategi Pembelajaran dan Materi Hasil penilaian oleh dosen pembimbing ditinjau dari aspekaspek dari sintak & RPP, materi yang terdiri dari: Tabel 10: Penilaian Oleh Dosen No
1
Aspek Penilaian
Indikator
Strategi Pembelajaran
Kesesuaian metode dengan SKKD Kesesuaian indikator dengan metode Kesesuaian metode dengan materi Sistematikan langkah-langkah Pembelajaran Kejelasan petunjuk mengajar-belajar Keseuaian metode dengan media pembelajaran Kejelasan sasaran program Pemilihan strategi belajar Pemberian contoh-contoh
commit to user
1
2
Skor 3 4 √ √ √ √ √ √
5
√ √ √
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 255
2
Materi
Kegiatan belajar dalam memotivasi siswa Pemberian umpan-balik Kegiatan evaluasi Kesesuaian materi dengan SKKD Kesesuaian materi dengan indikator PBM Sistematika penyajian materi Penggunaan bahasa Kebenaran isi materi yang disajikan Kejelasan uraian materi Kesesuaian materi dengan media Kemudahan memahami materi Kesesuaian materi dengan siswa Kesesuaian contoh dengan materi Kesesuaian latihan dengan materi Jumlah Skor Jumlah Skor x Skala Penilaian
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0
0
2
√ 14
0
0
6
56
Jumlah Total
92
Rata-Rata
4,18
Keterangan
Baik
Hasil analisis dari validitas ahli desain pembelajaran dan materi berdasarkan skala 5 dalam distribusi frekuensi penilaian dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 11: Distribusi Frekuensi Penilaian Strategi dan Materi Pembelajaran No
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
0 0 2 14 6
0% 0% 8.69 % 60.87 % 26.09 %
Dari persentase penilaian dari ahli desain pembelajaran dan materi di atas dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:
commit to user
6 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 256
Persentase Sangat Kurang
Cukup Sangat Baik 8.69% 26.09%
Kurang Cukup
Baik 60.87%
Baik Sangat Baik
Diagram 1: Distribusi Frekuensi Penilaian Strategi dan Materi Pembelajaran Berdasarkan validasi oleh ahli pembelajaran dan materi, model pembelajaran yang dikembangkan untuk pembelajaran sejarah dinyatakan baik dan layak untuk digunakan sesuai dengan saran perbaikan
yakni
sebagai
berikut:
(1)
Tujuan
pembelajaran,
disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan dan dirinci agar memudahkan guru dalam PBM; (2) Karakter, perlu dihapus beberapa dan diperbaiki yang no 1 menjadi “cinta kepada tuhan YME”; (3) Metode dan pendekatan, lebih dirinci lagi agar jelas dan mudah dipahami guru; (4) Media, diperbaiki sesuai dengan cacatan sebelumnya; (5) Evaluasi, Bentuk instrumennya dihapus saja dan hanya menggunakan teknik penilaian tes dan non-tes; (6) Penggunaan bahasa disederhanakan agar mudah dipahami guru dan siswa. 2) Ahli media Pembelajaran Hasil penilaian oleh ahli multimedia dapat digambarkan sebagai berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 257
Tabel 12: Penilaian dari ahli media No
1
2
3
Aspek Penilaian
Skor
Indikator
1
Kemudahan Penayangan Media Logika Berfikir Komunikasi Interaksi dengan pengguna Kejelasan animasi Penggunaan Bahasa Format Teks Penggunaan warna Kualitas gambar Desain Teknis Kualitas animasi dan ilustrasi Kualitas suara Penggunaan tombol interaktif Urutan penyajian Format Tampilan Transisi antar gambar/animasi Tampilan animasi Jumla Skor
2
3
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 0
0
4
√ 10
0
0
12
40
Jumlah Total
52
Rata-Rata
3.71
Keterangan
Baik
Hasil analisis dari validitas ahli media berdasarkan skala 5 dalam distribusi frekuensi penilaian dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 13: Distribusi Frekuensi Penilaian Media Pembelajaran No
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
0 0 4 10 0
0% 0% 30.77 % 76.92 % 0%
Dari persentase penilaian dari ahli media di atas dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:
commit to user
4 √ √
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 258
Persentase Sangat Kurang Cukup 30.77%
Kurang Cukup
Baik 76.92%
Baik Sangat Baik
Diagram 2: Distribusi Frekuensi Penilaian Media Pembelajaran Berdasarkan validasi oleh ahli media, media yang digunakan untuk
dikombinasikan
dengan
model
pembelajaran
yang
dikembangkan dan diimplementasikan pada pembelajaran sejarah dinyatakan baik dan layak digunakan dengan beberapa revisi berikut ini: (1) Interaksi siswa dengan media perlu diperjelas lagi; (2) Teksnya perlu diperbaiki yakni teks tulisan yang berukuran kecil diperbesar lagi agar lebih terlihat jelas; (3) Frame antar animasi digabungkan saja membentuk sebuah video agar tidak terpecahpecah, sehingga tampilannya menjadi video animasi; (4) Materi sudah pas dan mungkin perlu penambahan-penambahan lain seperti contohcontoh kebudayaannya; (5) Untuk media kelompok ditambahkan petunjuk penggunaan. 3) Guru kolaborasi Hasil penilaian oleh guru mata diklat ditinjau dari beberapa aspek yakni sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 259
Tabel 14: Penilaian dari Guru No
1
2
3
Aspek Penilaian
Strategi Pembelajaran
Materi
Media
1 Kesesuaian materi dengan SKKD Kemudahan memahami materi Pemberian latihan untuk memahami materi Keseimbangan materi dengan contoh Pemilihan strategi mengajar Kemudahan penerapan metode Keseimbangan materi dengan soal Kelayakan materi Kesesuaian materi dengan siswa Kejelasan materi Ketetapan contoh-contoh Kejelasan petunjuk mengerjakan tes Pemberian evaluasi akhir Desain media Pemilihan media Pemilihan gambar, warna dan tulisan Kejelasan gambar Keterbacaan materi Kecepatan animasi Ukuran huruf Kualitas suara Kemudahan penggunaan media Jumlah Skor
Jumlah Skor x skala penilaian
2
Skor 3
4 √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
0
0
0
√ √ √ √ √ 14
0
0
0
56
Jumlah Total
96
Rata-Rata
4,36
Keterangan
Sangat baik
Hasil analisis dari penilaian oleh guru berdasarkan skala 5 dalam distribusi frekuensi penilaian dapat digambarkan sebagai berikut:
commit to user
5
8 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 260
Tabel 15: Distribusi Frekuensi Penilaian Oleh Guru No
Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3 4 5
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
0 0 0 14 8
0% 0% 0% 63.63 % 36.36 %
Dari persentase penilaian dari guru di atas dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:
Persentase Sangat Kurang Sangat Baik 36.36%
Kurang Baik 63.63%
Cukup Baik Sangat Baik
Diagram 3: Distribusi Frekuensi Penilaian Oleh Guru Secara keseluruhan, penilaian dari guru kolaboratif terhadap Model PSLBMA menujukkan tingkat validasi tampilan pada model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi diinterpretasikan layak digunakan. 4) Peserta Didik Hasil penilaian oleh siswa dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 16: Penilaian dari Siswa No 1
Aspek Penilaian Strategi Pembelajaran
Ketertarikan terhadap uraian materi yang disajikan Ketertarikan terhadap Metode pembelajaran yang
commit to user
1 0 0
2 0 0
Skor 3 4 2 15 5 14
5 9 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 261
2
Materi
3
Media
diterapkan Ketertarikan terhadap media animasi yang digunakan Ketertarikan terhadap media untuk kegiatan kelompok Ketertarikan terhadap evaluasi yang dilaksanakan Ketertarikan terhadap uraian materi yang disampaikan Kemudahan memahami materi Keruntutan penyajian materi Kejelasan materi Materi mampu menambah pengetahuan
Kesesuaian animasi untuk menjelaskan materi Kejelasan animasi yang disajikan Kejelasan terhadap media untuk kegiatan kelompok Kemudahan dalam mengoperasikannya Kualitas warna, gambar, tampilan dan suara Jumlah Skor Jumlah Skor x Skala Penilaian
0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 2
1 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 0 0 4
8 5 2 0 2 3 6 0 5 7 2 1 3 51
16 6 18 17 14 11 12 11 8 7 10 15 11 185
1 15 6 9 10 9 6 15 13 12 14 10 12 148
2
8
153
740
740
Jumlah Total
164
Rata-Rata
4.21
Keterangan
Sangat baik
Hasil analisis dari penilaian oleh peserta didik berdasarkan skala 5 dalam distribusi frekuensi penilaian dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 17: Distribusi Frekuensi Penilaian dari Peserta Didik
No 1 2 3 4 5
Kriteria Sangat kurang Kurang Cukup Baik Sangat baik
Model Frekuensi 0 1 22 69 38
% 0 0.8 16.9 53.1 29.2
Aspek Penilaian Media Frekuensi % 0 0 0 0 18 13.9 51 39.2 61 46.9
Materi Frekuensi 2 3 11 65 49
Dari persentase penilaian dari peserta didik mengenai model pembelajaran di atas dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:
commit to user
% 1.5 2.3 8.5 50 37.7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 262
Persentase Model Pembelajaran Kurang 0.8 % Cukup Sangat Baik 16.4% 29.2% Baik 53.1%
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Diagram 4: Distribusi Frekuensi Penilaian Model Oleh Peserta Didik Dari persentase penilaian dari peserta didik mengenai media pembelajaran di atas dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:
Persentase Media Pembelajaran
Sangat Baik 46.9%
Sangat Kurang
Cukup 13.9%
Kurang Cukup
Baik 39.2%
Baik Sangat Baik
Diagram 5: Distribusi Frekuensi Penilaian Media Oleh Peserta Didik Dari persentase penilaian dari peserta didik mengenai media pembelajaran di atas dapat digambarkan dengan diagram berikut ini: Sangat Persentase Materi Pembelajaran Kurang 0.8%
Kurang 2.8% Cukup 8.5%
Sangat Baik 37.7% Baik, 50%
Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Sangat Baik
Diagram 6: Distribusi Frekuensi Penilaian Materi Oleh Peserta Didik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 263
Dari data di atas secara keseluruhan penilaian dari peserta didik terhadap Model PSLBMA menujukkan tingkat validasi tampilan pada model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi diinterpretasikan layak digunakan dengan kategori baik menurut siswa. 2. Pengembangan Model Pembelajaran PSLBMA Melalui pendahuluan
analisis maka
kebutuhan
desain
model
yang
ditemuka
pembelajaran
dari
penelitian
PSLBMA
yang
dikembangkan dikemas dalam model pembelajaran kooperatif adapun langkah-langkah pembelajarannya yakni terdiri dari 6 tahap yaitu sebagai berikut: (1) Menyampaikan tujuan dan menampilkan media animasi di depan siswa; (2) Menyampaikan informasi berkenaan dengan media animasi yang telah disajikan; (3) Mengorganisir siswa dalam sebuah kelompok; (4) Membimbing kelompok untuk diskusi dan belajar serta memafasilitasi siswa dengan media pembelajaran flashmo di setiap kelompok untuk melibatkan siswa dalam kerja kelompok; (5) Evaluasi; (6) Penghargaan dan penguatan. Adapun kegiatan siswa dalam 6 tahap di atas yakni: (1) Mengamati penayangan video animasi tentang sejarah lokal; (2) Mengidentifikasi ciriciri dari kebudayaan indis melalui gambar yang terdapat di dalam media animasi flashmo; (3) Mengidentifikasi dan Mengemukakan fungsi, manfaat dan makna setiap ciri tersebut kemudian mempersentasikan di depan; (4) Siswa menunjukkan contoh-contoh sikap terhadap peninggalannya (berupa bukti
fisik-non
fisik). Adapun
pelaksaanya
commit to user
mengacu
pada
model
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 264
pembelajaran yang terdiri dari apersepsi, ekplorasi, elaborasi, konfirmasi dan penutup. Media pembelajaran animasi merupakan salah satu media yang bersifat audio-visual. Melalui media ini seseorang tidak hanya dapat melihat atau mendengar saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengan sesuatu yang divisualisasikan dan bahkan bisa berinteraksi dengaan media tersebut. penggunaan media animasi dapat melibatkan peserta didik ke dalam pengalaman belajar multi sensoriknya untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran. media ini juga dapat menjadi mekanisme yang ideal untuk memberikan stimulus kerja kelompok, selain itu media ini juga mempunyai peranan lain yakni menjadi pembelajaran yang mengasyikkan dan sifatnya yang multisensorik yang menggabungkan anatar suara dan gambar serta teks dapat direkan oleh otak dengan lancar (Sri Anitah, 2008:63), sehingga dengan media ini siswa dapat memilih gaya berfikir mereka sendiri dalam belajar dan memproses informasi yang diterimanya yang sesuai dengan teori kontruktivisme
yakni
tentang
bagaimana
seseorang
menstruktur
pengetahuannya dengan caranya sendiri. Media animasi mampu menyajikan hal-hal yang sulit untuk dijelaskan kepda anak seperti: (1) konsep-konsep abstrak yang kompleks yang sulit untuk dipahami oleh siswa mampu ditampilkan dengan media animasi; (2) mengilustrasikan materi yang tidak familiar yang sulit untuk dijelaskan, maka animasi memberikan peluang yang besar kepada siswa untuk menyajikan materi yang sulit menjadi mudah dan memberikan pemahaman terhadap siswa tentang apa yang mereka pelajari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 265
Rencana pembelajaran pembelajaran yang dihasilkan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber atau alat pembelajaran dan evaluasi. Secara umum tujuan pengembangan model PSLBMA yakni memberikan peluang yang luas bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuannya berdasarkan gaya belajar dan cara berfikir mereka sendiri, memudahkan siswa dalam memahami materi sejarah yang disampaikan, sehingga akan meningkatnya prestasi belajar sejarah siswa dan meningkatnya sikap kesadaran budaya siswa. Model PSLBMA dikembangkan menggunakan pendekatan proses belajar siswa yakni mengamati media yang disajikan baik berupa video animasi dan media animasi flahmo diskusi kelompok dengan cara mengintegrasikan sejarah lokal kebudayaan indis ke dalam SKKD yang akan diajarkan. Materinya merupakan pengambangan dari SKKD yang mengacu pada sejarah lokal dengan menyajikan kebudayaan indis ang pernah berkembang pada masa kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia. Ciri-cri kebudaannya yang dipelajari dihubungkan dengan kehidupan sekarang dan mengamati
peninggalan-peninggalannya
yang masih
tetap
ada dan
berkembang di Solo. Pelaksanaan model PSLBMA sejalan dengan pembelajaran IPS di kelas dengan alokasi waktu 2 x 40 meniat dalam setiap kali pertemuan. Media dan sumber belajar di dasarkan pada SKKD, materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi. Pada model ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 266
media yang digunakan adalah video animasi dan media animasi flasmo yang didukung oleh kondisi sarana di sekolah yang sangat komplit dan mampu untuk disajikan di dalam kelas. Sumber dan alat yang digunakan berupa buku paket, buku lain yang relevan, laptop, LCD dan internet yang disediakan sekolah dan bisa diakses kapan saja oleh peserta didik. Prosedur penilaian disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai yang mengacu kepada standar penilaian. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian dari pembelajaran dilaksanakan telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapakan. Penilaian yang dilakukan pada model PSLBMA meliputi: (1) Proses pembelajaran, yakni dengan mengamati yang berupa kegiatan dan perilakuan peserta didik selama PBM berlangsung; (2) Penilaian hasil berupa hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dengan menggunakan teknik tes (untuk mengukur penguasan siswa terhadap pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran) dan non-tes (berupa skala sikap untuk mengukur sikap siswa terhadap kesadaran budaya yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap kebudayaan indis yang ditinggalkan, sikap siswa terhadap peninggalan-peninggalan bukti sejarah lainnya dan sikap siswa terhadap budaya yang ada dan budaya yang berkembang). Tes yang dikembangkan sebagai alat evaluasi yakni soal pilihan ganda untuk kompetensis siswa terhadap materi sejarah dan tes skala sikap untuk mengukur sikap dan karakter siswa terhadap kesadaran budaya. Secara umum tujuan model PSLBMA yakni agar siswa paham dengan materi yang dipelajari, kritis dalam mengidetifikasi dan memahami sebuah kebudayaan dari materi pembelajaran, selain itu model diharapkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 267
memberikan efek yang berarti terhadap penguatan karakter dan sikap siswa terdahap peningkatan kesadaran budaya siswa. Dalam rangka menumbuhkan kesadaran budaya dan mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami materi ajar maka digunakan media animasi sejarah lokal yang digabungkan dengan model pembelajaran cooperative leraning. Penggabungan ini didasari oleh tingkat kognitif siswa dan hasil interaksi mereka. Melalui model PSLBMA akan memberi pengalaman belajar langsung bagi siswa berdasarkan gaya belajar mereka, sehingga dapat memudahkan mereka memahami materi, memberi proses pembelajaran yang menyenangkan dan menjadi pembelajaran yang bermakna. Langkah-langkah pembelajarannya mengacu pada model kooperatif learning seperti yang telah diungkapkan di atasyang terdiri dari: (1) Tahap pendahuluan (apersepsi); (2) Tahap inti (eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi); (3) Tahap penutup. Tahap
pendahuluan,
merupakan
tahap
di
mana
guru
mengkondisikan peserta didik untuk belajar dengan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran, topik materi yang akan dibahas, mengukur pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan nanti. Pada tahap aperespi
guru
akan
menampilkan
cuplikan
video
animasi
yang
dikembangkan. Tahap Eksplorasi, merupakan tahap dimana guru mengkonfirmasi kembali informasi yang diperoleh peserta didik tentang isi video animasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 268
yang telah ditampilkan dan guru juga menyampaikan informasi yang berhubungan dengan materi yang terdapat di dalam media animasi tersebut. Selanjutnya guru mengorganisis peserta didik ke dalam kelompok dan guru membagikan media animasi flashmo yang berbeda kepada setiap kelompok, setelah itu secara berkelompok siswa mulai mengamati media pembelajaran didapat, lalu mendeskripsikan dan mengidentifikasi ciri-ciri dari kebudayaan indis. Tahap Elaborasi, Peserta didik menelusuri berbagai sumber dan buku teks secara kooperatif dan kolabotarif mendeskripsikan dan mengidentifikasi fungsi, manfaat dan makna dari tiap-tiap ciri-ciri kebudayaan indis yang diperolah dari hasil pengamatan kelompok, kemudian mempresetasikan. Guru memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan ide dan gagasan mereka tanpa rasa takut. Memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar. Tahap
Konfirmasi,
guru
dan
peserta
didik
meluruskan
kesalahpahaman, memberi penguatan dan menyimpulkan dari hasil diskusi. Peserta didik dengan bantuan guru malakukan refleksi dan merangkum asil diskusi
kelas.
Selain
itu
juga
siswa
menunjukkan
contoh-contoh
sikap/perbuatan terhadap sosial-budaya dan nilai-budaya (fisik maupun nonfisik). Tahap Penutup, peserta didik bersama dengan guru menyimpulkan keseluruhan kegiatan pembelajaran dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mengidentifikasi perasaan-perasaan positif dan negatif yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 269
muncul, menentukan rekomendasi akhir dalam mengaktualisasikan sikap masing-masing siswa terhadap nilai-budaya yang ada untuk diekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pemberian tugas terstruktur sebagai tindak lanjut dari pengembangan model pembelajaran agar siswa memiliki sikap kesadaran budaya yang perlu diimplementasikan ke dalam kehidupan yang multikultural. Dari hasil pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajarn bukan hanya melihat hasil akhir tapi juga proses dalam mencapai hasil akhir tersebut. Pada tahap implementasinya di sekolah model pembelajaran yang dikembangkan gabungkan dengan model pembelajaran kooperatif. Melalui tahapan-tahapan model PSLBMA yang dikembangkan diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan kesadaran budaya siswa. Proses pembelajaran ini menekankan pada bagaimana peserta didik melalui rekonstruksi dan pengamatan memperoleh pengatahuan, menemukan dan mengembangkan pemahaman yang dapat implementasikan ke dalam ke hidupan sehari-hari. 3. Pengujian Model PSLBMA a. Peningkatan Pengetahuan dan Pengingkatan kesadaran Budaya Siswa Penguasaaan siswa terhadap meteri sejarah pada uji coba terbatas dan
uji
coba
luas menggunakan
model
PSLBMA
mengalami
peningkatan, hal ini ditinjau dari peningkatan skor pengetahuan peserta didik terhadap materi sejarah sebelum dan seduah pembelajaran. Ratarata skor siswa pada pra-test uji coba terbatas (58.27) dan uji coba luas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 270
(53.80) cenderung sangat rendah hal ini disebabkan karena belum dilakukannya perlakuan (treatment). Implementasi model PSLBMA pada setiap siklus memperlihatkan dampak yang berbeda. Pada siklus pertama telah memperlihatkan peningkatan skor tapi penerapan model PSLBMA belum tuntas, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus kedua berdasarkan refleksi dari siklus pertama. Pada siklus kedua skor semakin meningkat sesuai dengan indikator kerja dan implementasi model PSLBMA juga sudah dituntaskan dan berhasil dilaksanakan, tetapi perlu dilakukan siklus ketiga untuk pemantapan model PSLBMA. Pada siklus ke-3 persentase ketuntasan telah tercapai 100% pada kompponen pengetahuan dan 100% pada komponen skala sikap peserta didik terhadap kesadaran budaya. Dari hasil ini menujukkan bahwa implementasi model PSLBMA mampu meningkatkan pengetahuan dan kesadaran budaya siswa di SMP N 1 Surakarta. Penilaian keberhasilan tingkat ketuntasan dan standar nilai yakni berada pada batas sebesar 80. Implikasi dari temuan pelaksanaan uji coba model PSLBMA bahwa:
(1)
pemanfaatan
media
pembelajaran
animasi
dalam
pembelajaran sejarah menjadi salah satu sarana penunjang dalam kelancaran
proses
pembelajaran,
sehingga
akan
meningkatkan
pengetahuan, penguasaan dan pemahaman materi dari peserta didik; (2) keberhasilan pembelajaran PSLBMA dalam peningkatan skala sikap kesadaran budaya perlu dibarengi dengan pemahaman terhadap budaya dan pengembangan budaya sekolah yang menanamkan pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 271
multikulturalisme kepada peserta didik; (3) Sekolah sebagai tempat berkumpulnya masyarakat beragam dan dari gender yang berbeda diharapkan mampu menjadi sebuah ruang sosialisasi antar budaya unutuk menyiapkan mental seseorang dalam menyikapi perbedaan yang ada. Dampak dari implikasi tersebut akan menumbuhkembangkan kesadaran budaya yakni memahami perbedaan, toleran terhadap keberagaman, tidak menganggap remeh budaya orang lain, menghargai sebuah budaya, menghormati kebudayaan yang dimiliki oleh orang lain, melindungi, menjaga dan melestarikan sebuha kebudayaan karena kebudayaan merupakan aset dari kekayaan dari sebuah bangsa. b. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas siswa dalam PBM menujukkan hasil yang positif, sejak awal tahapan model PSLBMA siswa sudah memberikan sikap yang positif dalam mengikuti pembelajaran sejarah, suasana iklim belajar menjadi menyenangkan dan dengan menggunakan media animasi berbasis sejarah lokal dan diskusi kelompok dengan menggunakan media flashmo memperlihatkan bahwa siswa terlihat tertarik dan termotivasi mengikuti kegiatan belajar. Model PSLBMA menggunakan pendekatan berpusan pada peserta didik, sehingga pada saat uji coba aktivitas siswa menjadi meningkat dengan adanya keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas, sehingga suasana kelas menjadi hidup. Pada uji coba terbatas menggambarkan adanya peningkatan dalam belajar baik individual maupun kelompok yang meliputi prinsip reaksi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 272
aktivitas
belajar
individu,
aktivitas
belajar
kelompok,
dampak
intraksional dan dampak pengiring menujukkan hasil yang memuaskan yakni sebesar 4.6 (sangat baik), dengan persetase keterlaksanaan sebanyak 76.67%, hasil belajar dan skala sikap juga meningkat yang terlihat hasil tes pengetahuan 85.81 (sangat baik) dan skala sikap 86.88 (sangat baik) sesudah penerapan model pembelajaran PSLBMA Pada uji coba luas menggambarkan adanya peningkatan dalam hasil belajar dan skala sikap juga meningkat yang terlihat hasil tes pengetahuan 82.83 (sangat baik) dan skala sikap 84.67 (sangat baik) sesudah penerapan model pembelajaran PSLBMA c. Aktivitas Kinerja Guru Kemajuan guru selama dilakukannya uji coba model terlihat dari perkembangan kemampuan guru yakni: (1) Penyususnan RPP; (2) Mengoperasikan berbagai macam media pembelajaran; (3) Menggunakan berbagai keterampulan mengajar; (4) Menyusun alat evaluasi; (5) Membimbing dan mengarahkan siswa; (6) Mengelola kelas; (7) Membuat contoh kontekstual; (8) Mengembangkan materi sejarah lokal. Dalam pembelajaran guru terlihat mengalami kemajuan baik dalam menggunakan media pembelajaran, metode mengajar dan berbagai keterampilan lainnya, hal ini terlihat dari kemampuan guru dalam melakukan tahapan-tahapan pada model PSLBMA dan guru tidak lagi terlihat dominan dalam proses PBM serta terjadinya pertukaran ide dan gagasan berupa dialog kritis untuk menyamakan persepsi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 273
Kemajuan guru dalam merencanakan pembelajaran dan evaluasi juga meningkat. Alat evaluasi yang telah disusun guru disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Guru juga melakukan evaluasi pada saat terjadinya PBM melalui pengamatan sikap siswa dan evaluasi akhir pembelajaran, maka terlihat bahwa adanya kesadaran dari guru dan siswa bahwa tidak hanya hasil atau pengembangan pengetahuan yang menjadi tujuan belajar tetapi proses juga yang dari proses tersebut akan menujukkan karakter dan sikap dari peserta didik. Selain itu sistem penujang lainnya seperti melakukan inprivisasi, menanggapi dan memberi contoh semakin berkembang dan semakin baik. Kemampuan guru dalam memahami materi juga semakin membaik, guru mampu menyajikan, memberi informasi dan memberi penjelasan yang baik jika peserta didik bertanya dan jika peserta didik tidak memahami memahai materi tersebut, guru mampu memberi penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik. Dari hasil penilaian aktivitas guru pada uji coba terbatas meliputi: penerapan media, penerapan sintak, prinsip reaksi, sistem sosial, sistem penunjang sangat baik yakni sebesar 4.5 (sangat baik), dengan persentase peningkatan sebanyak 75 % dan pada uji coba luas menujukkan 82.14 (sangat baik). d. Kevalidan, Kepraktisan dan Keefktifan Model PSLBMA Model PSLBMA yang dikembangkan mulai dari draf awal model, uji coba terbatas, uji coba luas hingga validasi telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya yakni validasi, praktikabilitas dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 274
efektivitas (Nieveen: 1999 (dalam sariyatun; 2011)). Melalui proses uji implementasi terbatas dan uji coba luas, berdasarkan keberterimaan guru dan siswa dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran, hasil tes dan skala sikap mengalami peningkatan maka validasi, praktikabilitas dan efektivitas dapat dipenuhi. Dengan demikian disimpulkan bahwa model PSLBMA telah memenuhi syarat-syarat keefektifan sebagai sebuah model pembelajar. 4. Validasi Model PSLBMA a. Meningkatkan Pengetahuan Siswa Hasil uji validasi memperlihatkan perbedaan kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang dilihat dari: (1) Rata-rata skor post-test pengetahuan siswa terhadap materi sejarah pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor pra-test; (2) Rata-rata skor post-test pengetahuan siswa terhadap materi sejarah pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor pra-test; (3) Rata-rata skor post-test pengetahuan siswa terhadap materi sejarah pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor post-test pengetahuan siswa terhadap materi sejarah pada kelas kontrol; (4) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor post-test pengetahuan siswa terhadap materi sejarah pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol; (5) Rata-rata skor pra-test pengetahuan siswa terhadap materi sejarah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang siginifikan. Hal ini menujukkan bahwa kemampuan awal sebelum melakukan uji coba antar kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak jauh berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 275
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi memiliki efektifitas yang tinggi untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi sejarah. Implementasi model PSLBMA pada kelas eksperimen memberi pengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan siswa terhadap materi sejarah, hal ini dilihat dari skor pra-test dan post-test siswa yang jauh berbeda. Efektifitas dari model PSLBMA juga melihat dari adanya perbedaan yang signifikan (0.026 < 0.05) rata-rata post-test antara keles eksperimen dengan kelas kontrol, hal ini menujukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan
menggunakan
model
PSLBMA
mampu
meningkatkan
pengetahuan siswa terhadap materi sejarah. b. Peningakat Kesadaran Budaya Hasil uji validasi memperlihatkan perbedaan kelas eksperimen dengan kelas kontrol yang dilihat dari: (1) Rata-rata skor post-test skala sikap siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor pra-test; (2) Rata-rata skor post-test skala sikap siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor pra-test; (3) Rata-rata skor post-test skala sikap pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor post-test skala sikap siswa pada kelas kontrol; (4) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor post-test skala sikap siswa pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol; (5) Rata-rata skor pra-test skala sikap siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang siginifikan. Hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 276
menujukkan bahwa kemampuan awal sebelum melakukan uji coba antar kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak jauh berbeda. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi memiliki efektifitas yang tinggi untuk meningkatkan
skala
sikap
terhadap
kesadaran
budaya
siswa.
Implementasi model PSLBMA pada kelas eksperimen memberi pengaruh positif terhadap peningkatan kesadaran budaya siswa, hal ini dilihat dari skor pra-test dan post-test siswa yang jauh berbeda. Efektifitas dari model PSLBMA juga melihat dari adanya perbedaan yang signifikan (0.045 < 0.05) rata-rata post-test antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol, hal ini menujukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan menggunakan model PSLBMA mampu meningkatkan kesadaran budaya siswa. 5. Keunggulan dan Kelemahan Model PSLBMA Berdasarkan hasil analisis data dan observasi yang dilakukan selama proses pengembangan model mulai dari uji coba hingga validasi model pembelajaran
PSLBMA
ditemukan
prinsip-prinsip
pegembangan,
keunggulan dan beberapa alternatif antisipasi munculna kelemahan. a. Prinsip-Prinsip Pembelajaran PSLBMA Prinsip-prinsip
yang
harus
dijalankan
dalam
mengimplementasikan model pembelajaran PSLBMA adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 277
1) Guru perlu memahami tentang model dan media pembelajaran. Model Pembelajaran merupakan salah satu strategi yang disusun guna meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pendekatan atau metode yang digunakan guru dalam PBM akan menentukan kualitas dari pembelajaran tersebut. Sedangkan media pembelajaran merupakan bagian integral dari seluruh kegiatan pembelajaran. Pada tahap pembelajaran sejarah yang menggunakan media pembelajaran, terdapat pembagian tanggung jawab antara media pembelajaran yang digunakan dengan guru yang mengajar. Guru hanya diperlukan sewaktu memberikan penjelasan tentang materi yang tidak dimengerti oleh peserta didik dan menjaga kestabilan suasana kelas, sedangkan media pembelajaran bertanggung jawab pada sebagian besar proses kegiatan pembelajaran seperti menyampaikan informasi, memberi contoh, memberikan evaluasi dan lain-lain. Media pembelajaran dalam pembelajaran sejarah merupakan penghubung antara materi sejarah yang dipelajari dengan peserta didik. Dengan penggunaan media pembelajaran akan memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan, dalam mengembangkan pengatahuan mereka, menjadikan pembelajaran yang menyenangkan, perhatian anak menjadi terpusat pada proses PBM, hasil pembelajaran yang akan meningkat serta skala sikap dari peseta didik akan berkembang. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis sejarah lokal sangat berguna sekali dalam memberi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 278
pemahaman tentang sejarah yang terjadi dilingkungan mereka dan memberikan informasi tentang bukti-bukti peninggalannya serta bagaimana menjaga, melestarikan dan membudidayakan peninggalan tersebut. Selain itu juga memberikan pemahaman tentang perubahan yang terus terjadi dilingkungan mereka dan bagaimana upaya dalam menghadapinya. Dalam model ini guru berfungsi sebagai pemandu dan fasilitator. Karena itu guru harus memahami posisinya, kapan guru tersebut terlibat dalam PBM dan kapan media menjadi pihak yang berwenang dalam PBM, selain itu guru harus memiliki pengetahuan yang dalam pemahamannya terhadap materi sejarah lokal yang disampaikan dan bagaimana materi tersebut bisa bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. 2) Guru perlu memahami tentang model pembelajaran sejarah lokal berbasis media animasi dan fungsinya dalam kehidupan. Integrasi sejarah lokal berbasis media animasi dalam pembelajaran sejarah bertujuan menjadikan pembelajaran sejarah yang menyenangkan, menarik perhatian siswa dan menggambarkan peristiwa sejarah lokal yang pernah terjadi di lingkungan peserta didik, sehingga pembelajaran tidak hanya beriorentasi terhadap materi dan hasil tetapi juga mengembangkan pemahaman peserta didik terhadap sejarah lokal yang lebih berpengaruh bagi kehidupan peserta didik karena sejarah lokal lebih dekat dengan kehidupan mereka, selain itu juga akan memberi nilai lebih bagi kehidupan peserta didik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 279
yakni memudahkan mereka dalam memahami sebab-akibat dari suatu peristiwa sejarah yang pernah terjadi dan bagaimana mereka mensiasati jika peristiwa tesebut terjadi pada kehidupan mereka. Karena
dalam
pelaksanaannya
penggunaan
media
pembelajaran digabung dengan model pembelajaran kooperatif, maka guru harus bisa mengoperasikan media pembelajaran yang digunakan, karena melalui media animasi berbasis sejarah lokal ini akan mengenalkan kepada peserta didik tentang sejarah lokal yang ada di lingkungan peserta didik dan membimbing peserta didik dalam menemukan atau mengamati peristiwa yang terjadi di lingkungan mereka sehingga akan sangat bermakna bagi kehidupan peserta didik. 3) Guru perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan sikap kesadaran budaya siswa Dalam model ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengarahkan siswa untuk mengembangkan skala sikap kesadaran terhadap budaya, memberikan pemahaman tentang sejarah lokal yang beriorentasi terhadap peningkatan kesadaran budaya, karena dengan adanya kesadaran budaya siswa mampu untuk hidup sejahtera berdampingan
dengan
masyarakat
yang
multikulturan,
bisa
menghargai, melestarikan dan menjaga suatu budaya serta mampu menilai sebuah budaya yang akan diadopsi dalam kehidupan peserta didik. Sehingga guru harus mengarahkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh peserta didik dalam konteks materi yang dipelajari da relevansinya dalam realita kehidupan siswa. Selain itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 280
juga guru perlu memberi penguatan melalui dialog kritis dan suasana yang kondusif, nyaman dan menyenangkan. b. Keunggulan Model PSLBMA Beberapa keunggulan Model PSLBMA dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Model pembelajaran sejarah loka berbasis media animasi dalam pembelajaran sejarah bersifat fleksibel tergantung materi yang akan disampaikan dan jenis media yang digunakan. Semua materi yang ada di SK KD sejarah dapat didesain ke dalam sebuah materi sejarah lokal dan dituangkan ke dalam sebuah media
pembelajaran.
permasalahannya
guru
perlu
memiliki
kreaktifitas dalam memilih materi dan media yang akan digunakan serta memiliki kemampuan dalam membuat media yang menarik dan menyenangkan. Transpormasi materi ke dalam sebuah media harus diperhatikan dan harus berintegrasi terhadap kesadaran budaya sehingga model pembelajaran yang dikembangkan dapat memberikan pemahaman yang jelas terhadap peserta didik dan relevansinya terhadap
kehdupan
mereka
dan
tidak
lupa
juga
dalam
menghubungakan dengan SK dan KD. Setiap media yang ditampilkan akan berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik, sehingga peserta didik dapat mekonstruk pengetahuan dan pemahaman mereka dari media yang meraka amati dan
menjadikan
pembelajaran
yang
bermakna;
Pembelajaran mengembangkan kesadaran budaya siswa.
commit to user
(2)
Kedua,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 281
Model PSLBMA dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatifaan
dan
media
animasi,
sehingga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengamati bersamasama
informasi
yang terdapat
di
dalam
media
dan
akan
menumbuhkan sikap kesadaran terhadap budaya yang mereka amati, selain itu menjadikan dapat membentuk wakatk demokratis, toleran terhadap keberagaman dan jiwa sosial yang tinggi. Implementasi Model PSLBMA akan memfasilitasi siswa dalam belajar mengamati sebuah ciri-ciri dari sebuah budaya, memahami budaya tersebut, menumbuhkan penghargaan terhadap budaya tersebut dan bukan untuk saling mambedakan atau merendahakan setiap budaya. Dalam hal ini siswa diarahkan dalam mengamati kebudayaan indis sebagai salah satu contoh budaya yang berkembang sehingga dapat menumbuhkan sikap kesadaran budaya siswa yang mecakup: memahami budaya yang multikultural, toleransi terhadap setiap budaya, menghargai sebuah budaya, melestarikan budaya, menjaga dan merawat peninggalannya sehingga akan membentuk warganegara yang baik yang memiliki identitas diri. 2) Mengembangkan pribadi peserta didik yang utuh. Model PSLBMA ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh yang mecakup kognitif, afektif, hubungan sosial dan pedidikan karakter. Model yang dikembangkan akan menumbuhkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam memahami sebuah materi yang disajikan dalam media tersebut atau dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 282
berinteraksi
dengan
media
tersebut
dengan
pendekatan
kontruktivisme yang akan memberikan pengetahuan yang bermakna dan menghubungkannya dalam persoalan kehidupan sosial siswa. Dengan demikian model PSLBMA sejalan dengan tujuan pendidikan sejarah yakni berpikir kritis dan mampu mengkaji setiap perubahan di lingkungannya, serta memiliki kesadaran akan perubahan dan nilainilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah menyadarkan siswa akan adanya perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu, untuk membangun perspektif, kesadaran sejarah dalam menentukan, memahami dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa di tengah-tengah perubahan dunia, menjadi siswa yang lebih memiliki kepekaan sosial dan keterampilan sosial yang dapat digunakan dalam partisipasi untuk memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi sehari-hari serta tantangantantangan masa kini dan masa depan di era global. c. Kelemahan Model PSLBMA Kelemahan model PSLBMA akan muncul dan menjadi tujuan yang diharapkan tidak tercapai jika terjadi hal-hal sebagai berikut: Pertama, Guru memiliki kemampuan yang kurang dalam menggunakan atau mengoperasikan media pembelajaran yang berbasis IT. Kondisi seperti dimungkinkan karena selama ini guru tidak menggunakan media pembelajaran secara maksimal. Karena itu guru tidak berusaha untuk mencari ide kreatif dalam memanfaatkan berbagai macam media yang bisa digunakan dalam proses PBM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 283
Kedua, Guru mendominasi kelas dengan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Kondisi ini dimungkinkan karena selama ini pendidikan dipahami sebagai ajang dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa, sehingga tugas guru adalah menyampaikan materi pembelajaran. Guru menempatkan diri sebagai pemberi materi dalam pembelajaran dan anak sebagai penerima materi tersebut. Sehingga pendidikan menjadi tempat mentrasnfer materi sebanyak-banyaknya. Ketiga, Guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang mereka miliki dan tidak terbukan dalam menilai pendapat peserta didik. Model PSLBMA dapat disebut sebagai media belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa dalam membangun pengetahuan mereka. Karena itu apabila guru mendominasi kelas dan tidak memberikan ruang bagi siswa untuk mengambangkan pengetahuan, ide dan gagasan mereka, maka akan menghambat tujuan yang diharapkan dari pengembangan model.
commit to user