perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam a. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut. 1) Tema Tema yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam adalah perselingkuhan. Selain tema lain yang juga terdapat dalam teks drama ini, perselingkuhan merupakan tema yang paling pokok. Paijah yang telah bersuami Mat Kontan justru berselingkuh dengan tetangga sekaligus sahabat suaminya sendiri, yaitu Soleman. Cerita ini diawali dengan rasa sepi yang dialami oleh Paijah. Sebagai seorang wanita dan seorang istri, Paijah senantiasa mengharapkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya. Dalam kehidupannya yang sepi karena Mat Kontan, suaminya, hanya sibuk dengan dunianya sendiri, hadirlah Soleman. Soleman merupakan tentangga sekaligus sahabat suami Paijah. Soleman tinggal tepat berada di depan rumah Mat Kontan dan Paijah. Soleman yang tidak beristri senantiasa menemani kesendirian Paijah, ia sering melihat Paijah duduk seorang diri menunggu Mat Kontan pulang. Paijah yang kian hari kian bertambah kesepian, tidak mendapat perhatian dari suaminya, dan tidak kunjung pula
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
dikarunia keturunan, kemudian meminta Soleman untuk memberikannya seorang anak. Berikut adalah kutipan yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam. Paijah
Soleman
Soleman
: Menyesal karena begini jadinya. Nanti akan terbuka juga rahasia kita. Tapi tak apa! Saya kepingin punya anak, dan anak itu telah saya dapatkan. : Kenapa kau menyesal? (Paijah cuma menghapus air matanya). Jah! Anak itu takkan saya ambil Jah..... Soleman mendekati perempuan itu. Tapi tangis perempuan itu makin menjadi. Ia pun pergi menjauh ke tempat kelam. : Saya ingat, Jah. Macam begitulah tangisanmu dulu mengisak meminta kepada saya. Sekarang kausesali pula. Buat apa kita menyesal. Saya juga tak pernah menyesal harus jadi jahanam kapiran begini… (MJ: 45)
Selain perselingkuhan, juga terdapat tema lain yang masih berkaitan dengan tema di atas, yaitu kesombongan. Tema kesombongan dalam teks drama ini tergambar pada bagian pemaparan tokoh utama, Mat Kontan yang angkuh. Mat Kontan digambarkan sebagai tokoh yang angkuh/sombong karena merasa memiliki istri, anak, dan burung-burung peliharaan kesayangannya yang tidak dimiliki oleh orang lain. Mat Kontan selalu menyombongkan semua itu kepada semua orang termasuk kepada Soleman, tetangga sekaligus sahabatnya sendiri. Bahkan karena kesombongannya inilah akhirnya ia kehilangan semua yang dimilikinya, istri, anak, dan burung kesayangannya. Mat Kontan yang sombong akhirnya menyadari bahwa anak yang selama ini ia bangga-banggakan kepada semua orang bukanlah darah dagingnya sendiri. Beo kesayangannya pun mati dibunuh oleh Soleman yang tidak ingin rahasia perselingkuhannya dengan Paijah terbongkar. Pada akhirnya sebuah kebohongan suatu saat pastilah akan terbongkar. Seperti halnya perselingkuhan yang dilakukan oleh Soleman dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Paijah, serapat apapun sebuah kebohongan disembunyikan tentu akan terkuak juga. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan berikut. Soleman Mat Kontan Soleman Mat Kontan Soleman
: Sayalah yang melakukannya! : (berputar mengambil tempat ke dekat rumahnya) Jadi kenapa kaubunuh dia? Kau iri pada saya, ya? : Ya, saya iri! : Memang benar tebakan saya tadi-tadi. : Ya! Saya iri pada semua yang kaupunya. Pada uangmu, pada binimu, pada anakmu, pada burungmu. Dan pada kesombongan kamu!
… Lalu Soleman duduk di ambin Mat Kontan. Ia menepuk-tepuk ambin itu. Ambin ini juga jahanam! Karena Paijah sering duduk di sini terkadang sampai malam! Dan saya duduk di sana (menunjuk ambin kepunyaannya). Kami saling memandang. (Kepada Mat Kontan), Kenapa kau sering tak di rumah, Tan? Itu juga perbuatan yang jahanam. Mat Kontan : Sekarang jawab saja dengan pendek. Jangan bikin saya botak. Anak itu anak siapa? Soleman berdiri Paijah : (setengah menangis) Jangan kaubilang Man! Soleman : (Berjalan mendekati Kontan dengan pandangan yang mencekam pada Paijah) Akan saya jawab, kau rela? (Pendek, lambat), Anak itu anak saya, darah-daging saya! (MJ: 64-67) Berdasarkan analisis di atas, tema pokok yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam adalah perselingkuhan. Selain itu juga terdapat tema lain yaitu kesombongan. 2) Alur/ plot Alur yang digunakan dalam teks drama Malam Jahanam adalah alur maju, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya secara berurutan. Alur ini berlangsung secara kontinyu dan memuncak. Adapun tahapan-tahapan plot yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
a) Tahap situation (eksposisi), yaitu tahap pengenalan cerita yang berisi paparan awal cerita. Kisah ini diawali dengan seorang bernama Mat Kontan yang hidup di lingkungan perkampungan nelayan miskin. Mat Kontan yang terkenal angkuh di kampung itu memiliki seorang istri bernama Paijah dan seorang anak bernama Mat Kontan Kecil. Mat Kontan memiliki sahabat bernama Soleman dan juga seorang tetangga setengah pandir bernama Utai. Hal tersebut terlihat pada bukti kutipan prolog dalam teks drama Malam Jahanam berikut. Di pinggir laut kota kami, para nelayan tampaknya selalu gembira, biarpun betapa miskinnya. … Malam ini, perkampungan nelayan itu, di bagian rumah Mat Kontan dan Soleman tampak sepi. Barangkali hampir seisi kampung pergi melihat ubruk, sebab bunyi ubruk di sebelah timur begitu sayu menikamtikam. (MJ: 7-9) b) Tahap generating circumstate, yaitu tahap mulai munculnya masalah-masalah. Masalah yang mulai muncul dalam teks drama Malam Jahanam terlihat pada saat Paijah yang sedang dengan cemas menunggu kedatangan Mat Kontan karena anaknya, Mat Kontan Kecil, sakit panas dan tidak kunjung sembuh. Hal tersebut terlihat pada bukti kutipan percakapan dalam teks drama Malam Jahanam berikut. Paijah Soleman Paijah
: Si Kecil sakit. Kontan belum pulang. Panas saja badannya seharian ini! : Enggak dibawa ke dukun? : Dukun? Dan punya laki yang asyik dengan perkutut, kepala haji, beo dan kutilang? Mana bisa jadi! (MJ: 18)
Kesombongan Mat Kontan yang senantiasa membanggakan istrinya, Paijah, anaknya, dan juga burung-burungnya membuat Soleman muak dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
kembali mengungkit tragedi pasir boblos yang membuat Mat Kontan ketakutan. Hal tersebut terlihat pada bukti kutipan percakapan dalam teks drama Malam Jahanam berikut. Mat Kontan
: Ha? Saya tak pernah mengerti? Saya pikir, sayalah orang yang paling mengerti tentang sesuatunya di dunia ini! (Mat Kontan lalu pergi ke tengah halaman, lalu melihat ke laut dan berkata sambil menunjuk-nunjuk), Saya mengerti angin, ikan, burung, wayang dan agama. Soleman : Kau juga mengerti tentang pasir? Pasir boblos? Mat Kontan seolah-olah merasakan sesuatu, sehingga ia tersentak. Dengan cepat ia melompat mendekati Soleman, ketika mukanya tiba-tiba bagaikan disentuh tragedi sehingga ia berkeringat. Didekapnya kawannya. Mat Kontan : (takut) Jangan bilang tentang itu, Man. Saya paling takut kalau kaubilang perkataan itu (melepaskan). O, aku takut kalau kauulangi cerita lama itu. Saya adalah orang yang kepingin panjang umur, Man. He, kau masih ingat peristiwa itu, Man? (MJ: 24-25) c) Tahap rising action, yaitu tahap penanjakan konflik yang terdapat dalam cerita. Konflik atau masalah dalam teks drama Malam Jahanam semakin mengalami peruncingan ketika Mat Kontan mendapati burung beo kesayangannya mati dibunuh dan ketakutan Paijah akan kemarahan Mat Kontan karena burung kesayangannya mati dibunuh. Hal tersebut terlihat pada bukti kutipan percakapan dalam teks drama Malam Jahanam berikut. Mat Kontan … Utai Mat Kontan Utai Mat Kontan
: Man, Man! (Biarpun tak berjawab dan matanya tertuju ke rumah Soleman). Man! Beo saya hilang, Man! : Sudah mati dia, Mang. : Mati? Ayo kita cari bangkainya! Biar saya ambil lampu senter (beranjak hendak pergi, tetapi kemudian terhenti) : (tertawa) Tulang bakainya pun tak bakal ketemu. Mubazir payah-payah mencari. : Apa? Apa kaubilang? Mubazir? Akan saya kubur dia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Utai
… Paijah
: Ya, mubazir. Ia sudah dibawa oleh anjingnya Pak Rusli kemarin. (MJ: 31-33) : Saya takut tadi, Man. Saya dengar ia mau bunuh orang. Dan kau dicarinya, Man. (MJ: 38)
d) Tahap climax, yaitu titik puncak dari keseluruhan cerita. Puncak konflik dalam teks drama Malam Jahanam terjadi ketika Paijah mengakui bahwa dirinya yang membunuh burung beo milik Mat Kontan, setelah merasa muak akan sikap Soleman yang hanya diam tanpa mau melindungi Paijah seperti yang sudah ia janjikan. Setelah pengakuan Paijah tersebut, barulah Soleman mengakui bahwa dirinyalah yang sebenarnya telah membunuh burung beo kesayangan Mat Kontan. Kepada Mat Kontan, Soleman juga mengungkapkan bahwa Mat Kontan Kecil adalah darah dagingnya. Hal tersebut terlihat pada bukti kutipan percakapan dalam teks drama Malam Jahanam berikut. Paijah
: (bergayut pada sandaran ambin) Leman pengecut! Jawablah si Kontan itu, Man! Soleman tetap bungkam, Mat Kontan mendekatinya biarpun hatinya takut sekali. Mat Kontan : Jadi kau tahu ya siapa yang membunuh beo saya, ha? Soleman membalik pandang ke wajah Paijah. … Soleman : Sayalah yang membunuh burung beo itu! (berjalan lambat mendekati Mat Kontan. Mat Kontan memandangi agak takut) Sayalah yang melakukannya! Mat Kontan : (berputar mengambil tempat dekat rumahnya) Kenapa kau membunuhnya man? Kau iri pada saya ya? Soleman : Ya, saya iri! (MJ: 61-64) … Mat Kontan : Sekarang jawab saja dengan pendek, jangan bikin saya botak. Anak itu anak siapa? Soleman : (berjalan mendekati Kontan dengan pandangan yang mencekam pada Paijah) Baiklah, akan saya jawab. (pendek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
lambat) Anak itu adalah anak saya dari darah daging saya! (MJ: 66-67) e) Tahap denoument, yaitu tahap penyelesaian konflik yang timbul. Denoument dalam teks drama Malam Jahanam dimulai dengan ancaman Soleman terhadap Mat Kontan mengenai tragedi pasir boblos yang menyebabkan kepergian Mat Kontan. Mat Kontan yang merasa kalah kemudian menyerahkan istrinya, Paijah, kepada Soleman, juga anaknya yang ternyata bukan merupakan darah dagingnya. Soleman yang mengira Mat Kontan pergi hendak bunuh diri kemudian berniat menyusulnya. Ternyata Mat Kontan kembali dengan membawa sebuah golok yang sudah ia persiapkan untuk membunuh Soleman. Terjadi peristiwa saling serang antara Mat Kontan dengan Soleman yang juga melibatkan Utai. Soleman yang berhasil melarikan diri akhirnya juga mati karena luka bacok yang dilakukan oleh Mat Kontan. Utai mati dalam peristiwa naas itu. Mat Kontan kembali ke rumah hendak berbaikan dengan Paijah dan mulai memperhatikan anaknya, namun apa daya nyawa anaknya pun tidak dapat terselamatkan. Hal tersebut terlihat pada kutipan percakapan dalam teks drama Malam Jahanam berikut. Mat Kontan
: Ada di sana. (Kepada Soleman), Saya ke pantai khusus mengasah golok Cibatu ini, buat dibenamkan di kepalamu yang penuh najis itu! Dan ajudan saya melaporkan bahwa kau berpelukan dengan Paijah, huh! Soleman melihat Utai mengambil golok yang di tanah. Paijah yang muncul di pintu masuk lagi. Dan semuanya sama-sama mendengar sesuatu sekarang. Suara kereta api menderu makin dekat. Soleman mencari jalan keluar. Dan tiba-tiba ia sudah melompat saja ke samping Utai, dan menghilang. Utai memburu disusul oleh Mat Kontan. Ketiganya telah tertelan oleh kelam. … Paijah : Tan! Jangan bunuh kami, Tan!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Mat Kontan
: (menggeleng) Bodoh saya kalau membunuh kau dan anak ini (didekap bininya). Jah! (Ia menangis), Kau tahu, Jah? Kau tahu si Utai patah batang lehernya! (MJ: 72-74)
… Isak tangis paijah terdekam dalam dadanya. Berhenti ia menangis dari tempat kelam itu. Lambat ia berjalan menuju Tukang Pijat, setengah berteriak, “Pak Anakku mati, Pak!” (MJ: 77) 3) Tokoh dan penokohan Tokoh merupakan orang atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan tokoh. Dalam teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye ini terdapat beberapa tokoh. Adapun tokoh utama dalam teks drama ini yakni Mat Kontan, Paijah, dan Soleman. Tokoh tambahan dalam teks drama ini yakni Utai dan Tukang Pijat. Berdasarkan keutamaan tokoh dan peranannya dalam cerita, tokoh utamalah yang selanjutnya memerlukan penjelasan lebih lanjut. a) Mat Kontan Mat Kontan merupakan tokoh sentral dalam teks drama Malam Jahanam. Keberadaanya menjadi pusat penceritaan, selain tokoh Paijah dan Soleman. Karakter Mat Kontan dalam teks drama Malam Jahanam digambarkan sebagai seorang laki-laki yang usianya kira-kira sepandan dengan laki-laki paruh baya yang sudah beristri dan memiliki seorang anak laki-laki. Mat Kontan seperti kebanyakan masyarakat di perkampungan nelayan, digambarkan memiliki ciri fisik yakni khas wajah yang keras dan gurau kasar yang mengesankan kurang berpendidikan. Lebih lanjut, Mat Kontan memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok angkuh di kampungnya. Ia memiliki kebiasaan senang memelihara
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
burung. Hampir setiap hari pekerjaannya hanya berjudi dan membeli burung tanpa mempedulikan istrinya dan anaknya yang sedang sakit. Hal tersebut terdapat dalam kutipan drama berikut. Paijah : Mestinya beli burung ke Kalianda! (melengos ke gantungan sangkar di samping). Enggak cukup satu-dua ekor (diam sebentar). Kalau tidak, mestinya pergi taruhan. Kalau tidak….. (MJ: 13) b) Paijah Karakter Paijah dalam teks drama Malam Jahanam digambarkan sebagai istri Mat Kontan yang usianya kira-kira tidak berbeda jauh dengan Mat Kontan dan seorang ibu yang menyayangi anak semata wayangnya, Mat Kontan Kecil. Secara psikis, Paijah digambarkan sebagai sosok ibu penyayang pada anak semata wayangnya. Selain itu, Paijah juga digambarkan sebagai sosok istri yang tidak setia kepada suaminya, Mat Kontan. Hal ini terbukti dengan perselingkuhan yang dilakukannya dengan sahabat suaminya sendiri yaitu Soleman. Paijah
Soleman Paijah Soleman Paijah
Selain
: (setelah mengeluh dan memandangi soleman yang terpekur ia bersuara lembut ) Man… (Soleman muak). Man, kaudengar suara saya? (Soleman tetap memandangi bumi). Saya menyesal sekarang, Man! : (kaget mengangkat kepalanya) Menyesal? : Ya, menyesal. : Ulangi! : Menyesal karena begini jadinya. Nanti akan terbuka juga rahasia kita. Tapi tak apa! Saya kepingin punya anak, dan anak itu telah saya dapatkan. (MJ: 44-45) melalukan
pengkhianatan
kepada
suaminya,
Paijah
juga
digambarkan sebagai sosok pencemas. Kecemasan yang dialami oleh Paijah tidak terlepas dari
perselingkuhannya dengan
Soleman. Paijah
commit to user
khawatir jika
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
perselingkuhannya dengan Soleman terbongkar, maka orang-orang akan mengusir mereka dari kampung. c) Soleman Soleman digambarkan sebagai sosok laki-laki paruh baya seusia Mat Kontan. Soleman merupakan sahabat Mat Kontan. Soleman belum pernah menikah dan memang tidak memiliki keinginan untuk menikah karena menurutnya menikah hanya akan membuat susah dirinya sendiri. Soleman juga digambarkan sebagai seorang pengkhianat karena berselingkuh dengan istri sahabatnya sendiri. Hal tersebut terdapat dalam kutipan drama berikut. Paijah Soleman
: Kenapa kau tak kawin saja, Man? : Kawin juga suatu tanggungan, menyebabkan kita berotak dua. Yang saya tahu kemudian, ibu saya juga sejahanam ayah saya karena ia rela dijahanami lelaki lain. Saya takut kawin, karena saya khawatir jika istri saya dijahanami lelaki lain. (MJ: 44)
Lebih lanjut, Soleman digambarkan sebagai tokoh yang memiliki sifat pengecut. Soleman memiliki sifat pengecut karena ia pun sebenarnya takut terhadap kemarahan Mat Kontan. Padahal sebelumnya, kepada Paijah, Soleman telah berjanji bahwa dirinya akan melindungi Paijah dari kemarahan Mat Kontan. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut. Paijah
: (memandang Soleman) Hai lelaki pengecut! Bukankah kaubilang, berjanji akan melindungi saya, ha? Kau diam saja sekarang persis tunggul! Mat Kontan heran memandang Soleman. Soleman : (baru kemudian berjalan selangkah) Saya hanya kepingin melihat kau takut. Juga kepingin melihat Mat Kontan takut. Dan juga kepingin merasakan kalau saya takut, seperti yang bapak saya alami! (MJ: 63)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
d) Utai Utai digambarkan sebagai sosok setengah pandir. Dalam teks drama Malam Jahanam, Utai merupakan tipikal orang yang setia. Utai selalu menuruti perintah Mat Kontan, bahkan dapat dikatakan bahwa Utai adalah tangan kanan Mat Kontan. Utailah yang memberitahu bahwa boe Mat Kontan mati dibunuh, kemudian menemani Mat Kontan ketika akan menemui tukang nujum, dan Utai juga yang kemudian membantu Mat Kontan melawan Soleman. e) Tukang Pijat Watak Tukang Pijat dalam teks drama Malam Jahanam tidak begitu terlihat karena kemunculannya cukup singkat. Ia hanya digambarkan sebagai tukang pijat buta yang sering melintas melewati rumah Mat Kontan dan Soleman dengan membawa kaleng susu berisi batu-batuan yang diguncang-guncangkan. 4) Setting/latar Setting atau latar merupakan landas tumpu cerita, yang meliputi tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat peristiwa terjadi. Latar tempat menyarankan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah teks drama. Secara umum, latar tempat dalam teks drama Malam Jahanam hanya terjadi di sebuah sebuah perkampungan nelayan di pesisir pantai yang dekat dengan dua kecamatan, yakni Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Kota Agung di Lampung, tepatnya di sekitar rumah Mat Kontan dan Soleman. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut. Utai
: He-eh! Sejak pagi saya belum merokok sebab dia enggak ada. Ke mana sih dia?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Paijah : Mestinya beli burung ke Kalianda! (melengos ke gantungan sangkar di samping). Enggak cukup satu-dua ekor (diam sebentar). Kalau tidak, mestinya pergi taruhan. Kalau tidak.…. (MJ: 13) … Paijah : Ada apa? Mat Kontan : Saya akan mengatakan bahwa saya tadi ke Kota Agung. Dan bertemu dengan kawan-kawan lama. Lalu saya ceritakan bahwa kau sudah punya anak sekarang. (MJ: 22) Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa dalam sebuah teks drama. Latar waktu cukup jelas karena tersurat dalam teks drama Malam Jahanam itu sendiri. Latar waktu yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam adalah malam hari. Artinya, tidak ditemukan latar waktu lain selain malam hari. Berikut beberapa kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (1) Malam ini, perkampungan nelayan itu, di bagian rumah Mat Kontan dan Soleman tampak sepi. (MJ: 9) (2) Mat Kontan : …, Saya kira malam ini malam paling jahanam dalam hidup saya! (MJ: 52) Berikutnya, latar sosial yang menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah teks drama. Latar sosial dalam teks drama Malam Jahanam yaitu lingkungan masyarakat nelayan yang hidup dalam kemiskinan, bahasa yang mereka gunakan cenderung kasar dan kurang sopan. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut. Di pinggir laut kota kami, para nelayan tampaknya selalu gembira, biarpun betapa miskinnya. Rumah mereka terdiri dari geribik, tonggak bambu dan beratap daun kelapa. Suara mereka yang keras dan gurau kasar mereka, seolah-olah mengesankan bahwa mereka kurang berpendidikan. (MJ: 7)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
b. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Bila Malam Bertambah Malam Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut. 1) Tema Tema yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah hukum karma. Hukum karma dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam jelas terlihat ketika Ngurah yang merupakan anak Gusti Biang menjalin kasih dengan Nyoman yang tidak lain adalah pembantu di rumahnya. Hal yang dilakukan oleh Ngurah inilah yang juga dahulu pernah dilakukan oleh Gusti Biang yang juga menjalin kasih dengan Wayan, pembantunya sendiri. Walaupun pada akhirnya Gusti Biang menikah dengan orang lain karena perbedaan kasta antara dirinya dengan Wayan. Selain itu, ditemukan tema lain dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam, yaitu penselingkuhan. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama ini dilakukan oleh Gusti Biang terhadap almarhum suaminya dan juga anaknya, Ngurah. Gusti Biang yang sombong karena status sosial yang dimilikinya selama bertahun-tahun telah menyembunyikan kebenaran bahwa Ngurah bukanlah anaknya dengan almarhum suaminya, melainkan anaknya dengan Wayan, pembantunya sendiri. Wayan sendiri merupakan pembantu sekaligus sahabat almarhum suami Gusti Biang. Wayan sebenarnya mencintai Gusti Biang semenjak kecil, tetapi status sosial yang dimiliki Gusti Biang membuat dirinya sombong dan selalu bersikap semena-mena terhadap Wayan. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Gusti Biang : Wayan bongollllll! Wayan : Titiyang Gusti Biang. Wayan langsung duduk dan memijit kaki Gusti Biang : Kedengarannya seperti ada yang berteriak-teriak, Gusti Wayan Biang. Gusti Biang : Tentu saja! Leherku sampai putus memanggilmu. Sejak kapan telingamu tidak bisa dipakai lagi? (BMBM: 2) Kutipan di atas merupakan bukti bahwa Gusti Biang adalah orang yang sombong karena menganggap status sosialnya lebih tinggi daripada Wayan sehingga dapat berbuat semena-mena bahkan menggunakan kata-kata yang kasar. Pada akhirnya, perselingkuhan yang ditutup-tutupi dengan kesombongan atas status sosial yang disandang oleh Gusti Biang pun terbongkar. Perselingkuhan yang dilakukan oleh Gusti Biang bukan hanya merupakan pengkhianatan kepada almarhum suaminya dan Ngurah, tetapi juga kepada Wayan karena sebenarnya Gusti Biang juga masih menyimpan cinta untuk Wayan sejak dahulu hingga kini. Hanya karena kasta Wayan lebih rendah dari kasta yang dimilikinya, Gusti Biang kemudian menolak Wayan. Selain tema di atas, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam juga terdapat tema yang masih berkaitan dengan tema di atas, yakni kesombongan yang disebabkan oleh status sosial. Gusti Biang merupakan sosok yang mengagungkan kasta. Ia menilai seseorang berdasarkan kasta yang dimilikinya. Gusti Biang menganggap bahwa orang dari kasta yang lebih rendah tidaklah sederajat dengan dirinya. Ia bahkan cenderung berbuat semena-mena terhadap pembantunya, yaitu Wayan dan Nyoman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
2) Alur/ plot Alur yang digunakan dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah alur maju, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya secara berurutan. Alur ini berlangsung secara kontinyu dan memuncak. Adapun tahapan-tahapan plot utama dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam sebagai berikut. a) Tahap situation (eksposisi), yaitu tahap pengenalan cerita yang berisi paparan awal cerita. Kisah ini diawali dengan pemaparan seorang janda sombong yang tinggal di sebuah puri tua bernama Gusti Biang. Ia memiliki dua orang pelayan bernama Wayan dan Nyoman. Gusti Biang memiliki seorang anak laki-laki bernama Ngurah yang sedang pergi belajar di Pulau Jawa. Hal tersebut terlihat pada kutipan berikut. Gusti Biang, janda bangsawan yang sudah puluhan tahun ditinggalkan suaminya yang tertembak mati di jaman revolusi, sedang duduk di atas kursi putar menyulam sebuah sarung bantal. Di sampingnya tongkat bergagang kepala naga. Dan sebuah surat dari anaknya yang sedang belajar di salah satu kota di Pulau Jawa. (BMBM: 1) b) Tahap generating circumstate, yaitu tahap mulai munculnya masalah-masalah. Permasalahan yang mulai muncul pada teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah ketika Nyoman meminta agar Gusti Biang mau meminum obat. Nyoman dengan penuh kesabaran membujuk Gusti Biang agar berkenan meminum obatnya. Usia Gusti Biang yang semakin tua membuat dirinya menjadi banyak terkena penyakit, sehingga banyak obat yang harus diminumnya. Hal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
tersebut terdapat dalam kutipan teks drama Bila Malam Bertambah Malam berikut. Gusti Biang
Nyoman Gusti Biang
: Busuk! Busuk! Semua yang kamu sentuh jadi bau! Pergi! Jangan pameran di sini. Ini bukan arja-roras. Kau pikir aku tak sanggup melakukan itu sendiri? : Tangan Gusti Biang gemetar karena belum minum obat. : Apa? Siapa bilang. Kamu dukun sihir. Suasana kotor sekarang! Mulut kamu beracun! (BMBM: 8)
c) Tahap rising action, yaitu tahap penanjakan konflik yang terdapat dalam cerita. Konflik makin menanjak ketika Nyoman yang tidak lagi dapat menahan diri karena merasa harga dirinya sudah terlampau diinjak-injak oleh Gusti Biang. Nyoman yang sudah lama mengabdi pada Gusti Biang merasa sudah banyak bersabar dengan perlakuan semena-mena yang dilakukan oleh Gusti Biang. Nyoman tidak sanggup lagi menerima penghinaan dan perlakuan tidak manusiawi yang dilakukan Gusti Biang. Hal tersebut terdapat dalam kutipan teks drama berikut. Gusti Biang kembali ke obat-obatan. Ia melemparkan semua sisa obat-obatan yang masih ada. Ia menginjak-injak dan memukul-mukul dengan tongkatnya. Ketika nyoman hendak mendekat, ia langsung memukulnya lagi. Sekarang ke arah muka. Nyoman berhasil melindungi mukanya dengan tangan. Nyoman terkejut dan takut, akhirnya putus asa dan terduduk. Ia membiarkan dirinya dipukul. Ia menangis di undakan. Gusti Biang mendorong-dorongnya dengan tongkat supaya pergi. Lalu ia menyepakknya dengan kaki. Tapi Nyoman diam saja. Gusti Biang : Pergi! Pergi! Nyoman diam saja. Ia hanya menangis. Gusti Biang lalu mencoba mengangkat gentong air. Ternyata ia masih kuat. Ia membawa ke dekat Nyoman dan mengguyurnya. Nyoman diam saja. Gusti Biang : Pergi sundal!!! (BMBM: 13)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Nyoman yang sudah diusir oleh Gusti Biang kemudian bersiap pergi meninggalkan puri. Akan tetapi, belum lagi niatnya untuk segera angkat kaki terlaksana,
Nyoman
harus
kembali
menghadapi
perlakuan
yang
tidak
menyenangkan dari Gusti Biang. Gusti Biang meminta Nyoman untuk membayar semua biaya hidup yang telah ia keluarkan untuk Nyoman selama tinggal di puri. Wayan yang juga tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantu Nyoman mulai khawatir ketika menyadari kepergian Nyoman. Wayan kemudian mengatakan kepada Gusti Biang bahwa Nyoman adalah kekasih Ngurah, anak Gusti Biang. d) Tahap climax, yaitu puncak dari keseluruhan cerita. Klimaks atau puncak dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah ketika Ngurah, anak semata wayang Gusti Biang, pulang. Gusti Biang yang sudah mengetahui perihal hubungan Ngurah dengan Nyoman kemudian meminta penjelasan langsung dari anaknya, Ngurah. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut. Gusti Biang Ngurah Gusti Biang Ngurah Gusti Biang
: (tetap berbalik punggung) Kalau kamu kawin dengan sudra itu jangan menyebut ibu kepadaku. : Itu kita bicarakan nanti saja ibu. : Sudah jelas, aku terlalu lelah. Sebelum ini berakar dalam hati, selesaikan sekarang saja. : Masuklah dulu ibu. Ibu sakit harus berbaring. Nanti saja jelaskan. : Sekarang. Aku tidak akan berbaring sebelum selesai dengan baik. Bertahun tahun kutunggu kamu di sini dengan setia. Apa saja yang telah mengisi otakmu di Jawa? (BMBM: 37-38)
Masalah kembali meruncing ketika Wayan yang juga hendak angkat kaki dari rumah Gusti Biang bertemu dengan Ngurah dan mengatakan bahwa Nyoman telah pergi. Gusti Biang mempermasalahkan bedil yang hendak dibawa oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Wayan. Gusti Biang merasa bedil tersebut adalah miliknya sehingga melarang Wayan membawanya pergi. Wayan kemudian mengatakan semua rahasia yang telah ia simpan selama bertahun-tahun. Mulai dari kenyataan bahwa almarhum suami Gusti Biang bukanlah seorang pahlawan, melainkan seorang pengkhianat bangsa. Hingga kenyataan bahwa Ngurah adalah anaknya, darah dagingnya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut. Wayan
: Tu Ngurah mungkin menyangka almarhum itu ayah yang sejati karena beliau memang suami sah dari Gusti Biang. Beliau juga memiliki 13 orang istri tapi itu semua hanya sandiwara untuk menutupi ketidakmampuannya sebagai lelaki. Mana mungkin orang yang mati kejatannan bisa menggauli istri? Kalau beliau harus melaksanakan tugasnya sebagai suami, bapalah yang mengerjakan semua itu. Itu rahasia kami berdua yang dipegang teguh oleh semua orang sampai sekarang. Boleh tanyakan kepada Gusti Biang siapa sebenarnya ayah Tu Ngurah... (BMBM: 45)
e) Tahap denouement, yaitu tahap penyelesaian konflik yang timbul. Tahap penyelesaian dari semua konflik yang terjadi pada teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah ketika Wayan mengatakan rahasia yang selama ini ia simpan rapat-rapat dan menyuruh Ngurah untuk mengejar cintanya, Nyoman. Gusti Biang yang sudah terlanjur malu akhirnya juga merestui hubungan Ngurah dengan Nyoman. Hal tersebut terdapat dalam kutipan teks drama Bila Malam Bertambah Malam berikut. Wayan
: Bapa menghamba di sini karena cinta bapa kepadanya seperti cinta Tu Ngurah kepada Nyoman. Bapa tak pernah kawin seumur hidup dan orang-orang selalu menyangka bapa orang gila orang pikun. Biar sajalah. Sebenarnya Bapa lakukan semua itu untuk melupakan kesedihan, kehilangan yang tak bisa ditukar dengan harapan. Tu Ngurah tidak boleh seperti Bapa. Kejarlah Nyoman. Gadis itu belum sampai jauh. Ia baru saja berangkat pulang ke desanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Nyoman seorang yang keras kemauan. Ia akan menjadi istri yang baik, Ngurah. ... Gusti Biang Wayan
: Aku tak akan mencegahnya lagi. Tapi jangan ceritakan yang dulu-dulu lagi aku malu. : Kalau begitu Wayan tetap di sini. Wayan ingin mati di dekatmu, Sagung Ratih. (BMBM: 45-46)
3) Tokoh dan Penokohan Tokoh merupakan orang atau pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah cara atau teknik yang digunakan pengarang untuk menggambarkan tokoh. Tokoh dan penokohan yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam lebih lanjut akan dibahas sebagai berikut. a) Gusti Biang Karakter Gusti Biang adalah sosok janda bangsawan yang sudah puluhan tahun ditinggal mati oleh suaminya. Gusti Biang digambarkan memiliki ciri fisik, antara lain usia yang kurang lebih hampir delapan puluh tahun, usia tua membuatnya banyak terkena penyakit, dan terkadang menjadi pelupa. Lebih lanjut, Gusti Biang memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok sombong yang menilai orang berdasarkan kasta. Ia selalu memandang rendah orang yang kastanya lebih rendah dari dirinya, termasuk kedua pembantu yang tinggal dengannya, yaitu Wayan dan Nyoman. Kepada Wayan dan Nyoman sikap Gusti Biang sangatlah kasar dan berbuat semena-mena. Hal tersebut terdapat dalam kutipan drama berikut. Gusti Biang Wayan Gusti Biang Wayan Gusti Biang
: Tua bangka! Ke mana saja kamu! : Titiang ketiduran di dalam gudang Gusti Biang. : Kejar leak itu, puter lehernya! : Leak yang mana Gusti Biang? : Kejar dia dungu!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Wayan Gusti Biang Wayan Gusti Biang
: Mana ada leak sore-sore begini Gusti Biang. : Kejar perempuan itu, leak! : Perempuan yang mana Gusti Biang? : Anak sudra itu. Masukkan dia ke dalam gudang sampai mati. (BMBM: 14-15)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat kita lihat watak Gusti Biang yang cenderung sombong dan kasar. Gusti Biang memperlakukan Nyoman dan Wayan semena-mena dengan menggunakan kata-kata kasar dan menyakitkan. Gusti Biang senantiasa memandang orang lain berdasarkan kasta. Gusti Biang bahkan meminta anaknya, Ngurah, untuk meninggalkan Nyoman karena menganggap status sosial mereka yang tidak sederajat. Gusti Biang beranggapan bahwa Nyoman yang berkasta sudra tidaklah pantas bersanding dengan Ngurah yang memiliki kasta yang lebih tinggi. Gusti Biang juga merupakan pribadi kikir yang senantiasa mengungkit-ungkit pemberiannya kepada orang lain. Hal tersebut tampak pada saat Gusti Biang meminta Nyoman untuk mengembalikan semua uang yang telah ia keluarkan untuk membiayai Nyoman selam tinggal di Puri. b) Wayan Tokoh Wayan digambarkan sebagai seorang lelaki tua yang tinggal sebagai pembantu di rumah Gusti Biang. Wayan merupakan teman semasa suami Gusti Biang masih hidup. Wayan digambarkan memiliki ciri fisik, antara lain usia yang kurang lebih sama dengan Gusti Biang, bijaksana, penyabar, dan baik hati. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut. Wayan
Gusti Biang
: Benar Gusti Biang. Maafkan setan tua ini. Kasihan anjing tua ini Gusti Biang. Siapa lagi kalau bukan Gusti Biang sekarang ini yang memelihara titiyang. : Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan aku. Aku selalu memaafkan, menyayangi, mengampuni seberapa besar pun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
dosa dan hutang-hutangmu. Sebab kamu satu-satunya sahabat suamiku almarhum yang bisa dipercaya... (BMBM: 3) Wayan digambarkan sebagai sosok penyabar, bijaksana, dan senantiasa mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Gusti Biang kepada dirinya. Wayan merupakan pribadi yang penyabar. Sekasar apa pun perkataan Gusti Biang kepada dirinya tidak pernah membuatnya sakit hati dan membantah. c) Nyoman Tokoh Nyoman dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam digambarkan sebagai seorang gadis muda, cantik jelita yang juga tinggal sebagai pembantu di rumah Gusti Biang. Nyoman merupakan kekasih dari Ngurah, putra Gusti Biang. Nyoman digambarkan memiliki ciri fisik berupa wajah yang cantik. Lebih lanjut, Nyoman memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok penyabar dan baik hati. Kesabaran dan pengabdiannya jelas terlihat ketika melayani Gusti Biang yang cenderung berkata dan berlaku kasar terhadap dirinya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan teks drama berikut. Gusti Biang
Nyoman
: (mengambil tongkatnya) Biar! Kalau aku sampai mati karena racunmu awas-awaslah! Rohku akan membalas. Aku akan diam di batang batang pisang, di sungai dan di batu-batu besar. Aku akan mengganggu kamu dan dan mengisapmu sampai mati. Tiap malam keliwon bila malam bertambah malam aku akan menjadi api dan bergantungan di pohon jeruk di muka rumahmu. Pergi, sebelum aku pukul kepala kamu! : Baiklah Gusti biang. Kalau tidak suka yang merah yang hitam ini saja. Lalu yang kuning. Kemarin Gusti Biang sudah berjanji, bukan? (BMBM: 10)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
d) Ngurah Tokoh Ngurah dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam digambarkan sebagai anak laki-laki Gusti Biang yang sedang menuntut ilmu di Pulau Jawa. Ngurah adalah kekasih Nyoman dan digambarkan memiliki ciri fisik, antara lain seusia dengan Nyoman, kurang lebih duapuluh tahun, wajah hitam dan cekung. Lebih lanjut, Ngurah memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok pandai, berbakti kepada orang tua, penyabar, dan bijaksana. Wujud baktinya terhadap orang tua tercermin dalam kutipan drama berikut. Ngurah
: Tidak, kenapa tidak ? (Gusti Biang tak menjawab tetapi menatap) Siapa yang menjadikan kita lebih terhormat dari Nyoman. Saya tak pernah merasa diri saya menjadi orang yang lebih tinggi. Kalau toh saya dilahirkan dengan martabat, kedudukan yang lain, itu cuma menyebabkan saya harus berkelakuan yang lain, itu cuma menyebabkan saya harus berkelakuan baik dan pintar. Tidak ada lain-lain. Saya merasa berkewajiban untuk meminta restu ibu, tapi kalau ibu menolak dengan alasan yang tak bisa diterima akal, apa boleh buat saya akan menerima akibatnya. Saya bertanggung jawab atas hidup saya. Saya akan mempunyai kesempatan untuk menang. Ibu harus mengerti. (BMBM: 39)
Ngurah yang memang berpendidikan tidak mempermasalahkan kasta seperti ibunya. Ngurah tidak memandang orang berdasarkan kasta yang dimilikinya, bagi Ngurah semua orang sama kedudukannya. Ngurah merasa perlu untuk meminta restu kepada ibunya untuk dapat menikahi Nyoman, tetapi jika ibunya menolak memberikan restu karena permasalahan kasta, maka Ngurah tidak dapat menerimanya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
4) Setting/latar Latar atau setting dalam teks drama meliputi tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat peristiwa terjadi. Secara umum, latar tempat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam hanya terjadi di sebuah puri milik seorang janda tua yang sombong bernama Gusti Biang di Tabanan, Bali. Puri/rumah Gusti Biang merupakan rumah peninggalan almarhum suaminya. Berikut kutipan yang menunjukkan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Di beranda itu ada sebuah kursi putar yang tua. Meja marmar tua, diapit seperangkat kursi tua. Di atas meja ada peralatan untuk makan sirih. Di samping kaki kursi ada tempolong bergambar bunga-bunga. Dinding dihiasi potret-potret tua, di antaranya potret almarhum suami Gusti Biang dalam pakaian kebesaran. Di sudut rumah ada gentong air dan gayung dari batok kelapa, serta lain-lain barang khas Bali yang semuanya sudah tua. (BMBM: 1) Latar waktu dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam cukup jelas karena tersurat dalam teks drama itu sendiri. Latar waktu yang terjadi pada teks drama Bila Malam Bertambah Malam hanya terjadi pada malam hari. Artinya, tidak ditemukan latar waktu lain selain malam hari. Berikut beberapa kutipan yang menunjukkan hal tersebut. (1) Langit kemerah-merahan ketika senja turun. Sunyi meruap dari tembok puri yang sudah hampir roboh. (BMBM: 1) (2) Petang pun turun perlahan-lahan membungkus halaman puri. Pintu gerbang telah tertelan oleh senja. Tak lama kemudian kembali terdengar suara Wayan menembang. (BMBM: 6) Selanjutnya, latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
yang tergolong latar spiritual. Keadaan sosial yang tergambar dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat di Tabanan, Bali, tepatnya di sebuah puri seorang janda bangsawan yang begitu menjunjung tinggi tingkatan kasta. Tampak jika masyarakat sekitar masih sangat kental dalam menjunjung tinggi hukum adat dan tingkatan kasta. Hal tersebut dibuktikan dengan pada kutipan teks drama berikut. Gusti Biang
: (tertawa) Fitnah apa itu! Darah kami keturunan Satria kenceng, raja-raja Majapahit yang tak pernah cemar oleh darah sudra! (BMBM: 31)
2. Persamaan Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam Berikut akan diuraikan persamaan yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. a. Tema Tema utama yang terdapat dalam kedua teks drama tersebut (Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam) adalah perselingkuhan. Dalam teks drama Malam Jahanam diceritakan perselingkuhan dilakukan oleh Paijah dan Soleman terhadap Mat Kontan. Paijah adalah istri Mat Kontan, sedangkan Soleman adalah sahabat Mat Kontan. Paijah dan Soleman mengkhianati Mat Kontan karena mereka berselingkuh. Perselingkuhan yang mereka lakukan akibat sikap tak acuh dan sombong yang senantiasa dilakukan Mat Kontan. Mat Kontan selalu sibuk berjudi dan memperhatikan burung-burung kesayangannya, ia lupa pada istrinya yang kesepian dan kurang perhatian karena selalu ditinggalkannya. Mat Kontan selalu membanggakan apa yang dimilikinya. Istri, anak, bahkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
burung-burung kesayangannya kepada orang lain termasuk pada Soleman, sahabatnya. Akan tetapi, pada Paijah dan anaknya, Mat Kontan bersikap tak acuh, tidak mempedulikannya, bahkan ketika anaknya sakit. Tema perselingkuhan dalam teks drama Malam Jahanam tampak pada kutipan berikut. Soleman Paijah Soleman Paijah
Soleman
: (kaget mengangkat kepalanya) Menyesal? : Ya, menyesal. : Ulangi! : Menyesal karena begini jadinya. Nanti akan terbuka juga rahasia kita. Tapi tak apa! Saya kepingin punya anak, dan anak itu telah saya dapatkan. : (berdiri) Kenapa kau menyesal? (Paijah menghapus air matanya). Jah! Anak itu takkan saya ambil, Jah….. (Soleman mendekati perempuan itu. Tapi tangis perempuan itu makin menjadi. Ia pun pergilah menjauh ke tempat kelam). (perlahan) Saya ingat, Jah. Macam begitulah tangismu dulu mengisak meminta kepada saya. Sekarang kausesali pula. Buat apa kita menyesal. Saya juga tak pernah menyesal harus jadi jahanam kapiran begini.Ya, tidak menyesal. Karena dalam diri manusia, betapapun kecilnya, ada unsur jahanamnya. Cuma saja ada yang tak sempat dan tak sanggup menjalankan. Dan kita adalah orangorang yang kebetulan sanggup. Mengapa kita harus menyesal, Jah? (MJ: 45)
Teks drama Bila Malam Bertambah Malam pun memiliki gambaran yang hampir serupa dengan teks drama Malam Jahanam. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama ini dilakukan oleh Gusti Biang terhadap almarhum suaminya. Gusti Biang yang sombong karena status sosial yang dimilikinya selama bertahuntahun telah menyembunyikan kebenaran bahwa Ngurah bukanlah anaknya dengan almarhum suaminya, melainkan anaknya dengan Wayan, pembantunya sendiri. Untuk menutupi hal tersebut, Gusti Biang bersikap sombong dan semena-mana
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
karena merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Gusti Biang selalu bersikap semena-mana terhadap pembantu di rumahnya, Wayan dan Nyoman. Wayan sendiri merupakan pembantu sekaligus sahabat almarhum suami Gusti Biang. Wayan dan Gusti Biang sebenarnya saling mencintai semenjak kecil, tetapi status sosial yang dimiliki Gusti Biang membuat dirinya sombong dan selalu bersikap semena-mena terhadap Wayan. Hal tersebut sesuai dengan kutipan berikut. Wayan
: Tu Ngurah mungkin menyangka almarhum itu ayah yang sejati karena beliau memang suami sah dari Gusti Biang. Beliau juga memiliki 13 orang istri tapi itu semua hanya sandiwara untuk menutupi ketidakmampuannya sebagai lelaki. Mana mungkin orang yang mati kejatannan bisa menggauli istri? Kalau beliau harus melaksanakan tugasnya sebagai suami, bapalah yang mengerjakan semua itu. Itu rahasia kami berdua yang dipegang teguh oleh semua orang sampai sekarang. Boleh tanyakan kepada Gusti Biang siapa sebenarnya ayah Tu Ngurah. Dia berpura-pura saja tidak tahu siapa lelaki yang selalu berbaring di sampingnya. Sebab sesungguhnya kami saling mencintai sejak kecil sampai sekarang. Hanya karena kesombongan martabat kebangsawanannya dia menolakku, lalu kawin dengan seorang yang dipilih oleh keluarganya... (BMBM: 45)
Sementara itu, mengenai tema-tema yang lain tidaklah jauh berbeda dari tema utama. Dalam kedua teks drama tersebut, tema yang lain juga masih memiliki keterkaitan dengan tema utama. Dalam teks drama Malam Jahanam terdapat tema lain yakni kesombongan. Mat Kontan yang sombong hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Berjudi, membeli burung, sibuk membanggakan istri dan anaknya, tetapi tidak pernah sekalipun ia memperhatikan anak dan istrinya tersebut. Paijah yang seringkali ditinggal oleh Mat Kontan menjadi kesepian. Soleman yang juga tidak tahan dengan kesombongan Mat Kontan, akhirnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
berselingkuh dengan Paijah, istri Mat Kontan. Hampir serupa dengan Mat Kontan, Gusti Biang pun berlaku sombong untuk menjaga martabat kebangsawanannya dan untuk menutupi perselingkuhannya dengan Wayan. Hubungan Gusti Biang dengan Wayan disebut perselingkuhan karena Ngurah sebelumnya tidak mengetahui bahwa ayah kandungnya sebenarnya adalah Wayan. Dengan demikian, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan tema yang sama antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam yaitu perselingkuhan. Selain itu juga ditemukan tema lain seperti kesombongan. b. Alur/plot Alur yang digunakan dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam adalah sama-sama menggunakan alur maju, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya secara berurutan. Alur ini berlangsung secara kontinyu dan memuncak. Sebelum melakukan perbandingan alur/plot antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam perlu dijabarkan terlebih dahulu peristiwa-peristiwa yang menyusun plot dalam kedua teks drama tersebut. Pemaparan peristiwaperistiwa ini didasarkan pada alur utama cerita, yaitu alur yang menceritakan mengenai kehidupan tokoh utama. 1) Malam Jahanam Peristiwa-peristiwa dalam teks drama Malam Jahanam sebagai berikut. a) Mat Kontan seorang angkuh yang tidak memperhatikan istri dan anaknya, tetapi ia jauh lebih sibuk dengan burung-burung peliharaannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
b) Paijah, istri Mat Kontan yang sedang gelisah menanti kepulangan suaminya karena anaknya sedang sakit. c) Soleman, tetangga sekaligus sahabat Mat Kontan juga muak dengan semua kesombongan Mat Kontan. d) Mendengar cerita kesombongan Mat Kontan membuat Soleman kembali mengingatkan peristiwa pasir boblos yang hampir membuat Mat Kontan mati. e) Mat Kontan yang mendapati burung beo kesayangannya mati, akhirnya mengajak Utai menemui tukang nujum untuk mengetahui siapa yang telah membunuh burung beonya. f) Paijah yang sedari tadi ketakutan kemudian menemui Soleman. g) Soleman membesarkan hati Paijah agar tidak perlu memikirkan kata-kata Mat Kontan. h) Paijah menyatakan penyesalannya telah berselingkuh dengan Soleman. i) Soleman mengaku pada Paijah jika dirinyalah yang telah membunuh boe kesayangan Mat Kontan karena beo tersebut senantiasa menirukan kata-kata Soleman pada saat mengganggu Paijah. j) Paijah semakin bertambah panik mengetahui kenyataan bahwa Solemanlah yang telah membunuh beo Mat Kontan. k) Soleman berjanji akan melindungi Paijah jika Mat Kontan melakukan hal buruk pada dirinya, walaupun sebenarnya Soleman sendiri juga memendam ketakutan. l) Mat Kontan yang ditemani Utai pulang dengan kekecewaan karena tukang nujum yang mereka datangi telah meninggal dunia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
m) Mat Kontan kembali mendesak Paijah untuk mengatakan siapa sebenarnya yang telah membunuh beo kesayangannya. n) Paijah yang kembali terdesak kemudian meminta pertolongan Soleman yang tadi telah ia janjikan. o) Soleman yang hanya diam dan bersikap pengecut membuat Paijah muak dan mengaku jika dirinyalah yang telah membunuh beo Mat Kontan. p) Soleman akhirnya mengakui bahwa dirinyalah yang membunuh beo Mat Kontan dengan alasan tidak ingin perselingkuhannya dengan Paijah terbongkar. q) Mat Kontan yang menjadi murka kemudian diingatkan oleh Soleman tentang peristiwa pasir boblos. r) Mat Kontan yang merasa kalah kemudian pergi menyerahkan Paijah dan anaknya kepada Soleman s) Soleman mengira Mat Kontan akan bunuh diri t) Mat Kontan kembali dengan membawa golok yang telah selesai ia asah. u) Mat Kontan kemudian bertarung dengan Soleman dan Utai menjadi korbannya. v) Mat Kontan kembali ke rumah dan ingin memperbaiki rumah tangganya dengan Paijah. w) Belum sempat di bawa ke dukun, Mat Kontan Kecil meninggal dunia pada malam itu juga. 2) Bila Malam Bertambah Malam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Peristiwa-peristiwa dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam sebagai berikut. a) Di sebuah puri tua tinggalah seorang janda sombong bernama Gusti Biang yang memiliki dua orang pelayan bernama Wayan dan Nyoman, serta seorang anak laki-laki bernama Ngurah yang sedang pergi belajar di Pulau Jawa. b) Di suatu senja, Nyoman hendak memberikan obat yang harus diminum oleh Gusti Biang. c) Melihat Gusti Biang yang kesulitan memasukkan benang ke dalam jarum, Nyoman yang baik hati membantu Gusti Biang, walaupun sebenarnya Gusti Biang tidak berkenan dibantu oleh Nyoman. d) Gusti Biang membenci Nyoman karena merasa derajatnya lebih tinggi kemudian menolak meminum obat-obatan tersebut. e) Dengan berbagai macam usaha dan penuh dengan kesabaran Nyoman terus berusaha membujuk Gusti Biang. f) Gusti Biang yang enggan meminum obat pemberian Nyoman menolak dengan sikap dan kata-kata yang kasar. g) Nyoman yang tidak lagi dapat menahan penghinaan yang dilakukan oleh Gusti Biang selama hampir dua belas tahun, kemudian bergegas pergi berkemas hendak meninggalkan puri. h) Gusti Biang yang masih marah kemudian menyuruh Wayan untuk mengusir Nyoman. i) Wayan kemudian mencegah keinginan Nyoman yang hendak pergi dari puri dengan mengatakan bahwa Ngurah akan segera pulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
j) Gusti Biang yang mengetahui Nyoman akan akan pergi kemudian menyuruh Wayan agar menahannya untuk memastikan tidak ada satu barang pun yang di bawa oleh Nyoman. k) Gusti Biang juga menyuruh Wayan untuk mengambil buku besar yang berisi pengeluaran hidup Nyoman selama tinggal di puri. l) Nyoman tidak menyangka jika Gusti Biang sampai hati menulis semua biaya yang dikeluarkannya untuk kebutuhan hidupnya selama tinggal di puri. m) Nyoman merasa bahwa Gusti Bianglah yang seharusnya membayar semua sakit hati karena selama dua belas tahun tinggal di puri dirinya tidak pernah dibayar tetapi selalu dihina, direndahkan, dan dicaci seperti binatang. n) Sambil berurai air mata, Nyoman pergi meninggalkan puri malam itu juga. o) Wayan yang tidak mengetahui kepergian Nyoman kemudian mencoba mencarinya. p) Wayan kemudian memberitahukan kepada Gusti Biang bahwa Nyoman adalah kekasih Ngurah. q) Mengetahui bahwa Ngurah, anak semata wayangnya, mencintai Nyoman yang seorang dari golongan sudra membuat Gusti Biang naik pitam dan juga mengusir Wayan. r) Ngurah pulang dari perantauannya di Pulau Jawa. s) Gusti Biang langsung bertanya pada Ngurah apakah benar bahwa Ngurah mencintai Nyoman dan hendak menikahinya. t) Gusti Biang melarang Wayan yang akan pergi membawa serta bedil yang dianggap Gusti Biang adalah miliknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
u) Wayan kemudian menjelaskan kepada Gusti Biang dan Wayan bahwa bedil tersebut adalah miliknya dan juga membuka rahasia bahwa almarhum suami Gusti Biang bukanlah pahlwan seperti yang selama ini mereka disangka dan bahwa Ngurah adalah anak kandungnya. v) Wayan
kemudian
menyuruh
Ngurah
untuk
mengejar
Nyoman
dan
mempertahankan cinta mereka tanpa memandang status sosial. w) Gusti Biang kemudian juga sadar akan kesalahan yang telah dilakukannya selama ini dengan memandang orang lain berdasarkan status sosial dan memberikan restu kepada Ngurah dan Nyoman. x) Wayan urung pergi dan berjanji akan selamanya mendampingi Gusti Biang. Berdasarkan jenis alurnya, kedua teks drama tersebut memiliki alur yang sama, yakni alur maju/ progresif. Berdasarkan tahapan plot, secara umum juga memiliki kesamaan. Persamaan tersebut terletak pada tahap situation, generating circumstate, rising action, dan climax. c. Tokoh dan Penokohan Tokoh utama dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam masing-masing adalah Mat Kontan dan Gusti Biang. Kedua tokoh tersebut memiliki persamaan dalam hal watak, yakni sama-sama bersifat sombong. Sosok Mat Kontan dan Gusti Biang digambarkan memiliki sifat sombong. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut. Soleman Mat Kontan Soleman Mat Kontan
: Sayalah yang melakukannya! : (berputar mengambil tempat ke dekat rumahnya) Jadi, kenapa kaubunuh dia? Kau iri pada saya, ya? : Ya, saya iri! : Memang benar tebakan saya tadi-tadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Soleman
: Ya! Saya iri pada semua yang kaupunya. Pada uangmu. Pada binimu, pada anakmu, pada burungmu. Dan pada kesombongan kamu! (MJ: 64-65)
Gusti Biang
: Mentang-mentang masih muda, kamu kira kamu ini cantik? (mengeruk dahak dan meludah) Jari kelingking kakiku, lebih cantik dari kamu! Si Belang yang sudah kudisan itu masih lebih cantik dari kamu! Mulut besar! Kamu tidak ada seiris pantatku waktu aku masih muda. Jangan besar kepala kamu. Jangan sombong kamu mentang-mentang aku sudah tua. Tetek ini layu begini karena aku sudah tua. Kamu juga kalau sudah tua tetek kamu begini. Tetekku lebih besar dari tetek siapa saja di Tabanan ini, apalagi dari tetek kamu. Pantat dan bokongku lebih besar dari bokong kamu yang tepos itu. Gigiku lebih bagus dari gigi kamu. Laknat sudra! Begini jadinya kalau kasih hati sama sudra! (BMBM: 19)
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui baik Mat Kontan maupun Gusti Biang, sama-sama memiliki watak sombong. Kesombongan Mat Kontan membuat
istrinya
kesombongan
Gusti
berselingkuh Biang
dengan
merupakan
sahabatnya caranya
sendiri,
untuk
sedangkan
menjaga
derajat
kebangsawanannya agar tidak cemar. d. Latar/setting Latar atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, meliputi latar tempat, waktu, dan sosial. Adapun persamaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain, meliputi. 1) Latar tempat Terdapat persamaan antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni sama-sama menggunakan satu latar tempat. Dalam teks
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
drama Malam Jahanam ditunjukkan jika latar tempat yang digunakan hanya berkutat di sekitar perkampungan nelayan di pesisir pantai di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung, yakni di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Berikut kutipan yang menunjukkan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam. Malam ini, perkampungan nelayan itu, di bagian rumah Mat Kontan dan Soleman tampak sepi. Barangkali hampir seisi kampung pergi melihat ubruk, sebab bunyi ubruk di sebelah timur begitu sayu menikamnikam. (MJ: 9) Selanjutnya, latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam juga hanya berkutat di sebuah puri/rumah, di Tabanan, Bali, yakni rumah Gusti Biang, seorang janda yang sombong karena status sosial yang dimilikinya. Puri/rumah Gusti Biang merupakan rumah peninggalan almarhum suaminya. Berikut kutipan yang menunjukkan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Di beranda itu ada sebuah kursi putar yang tua. Meja marmar tua, diapit seperangkat kursi tua. Di atas meja ada peralatan untuk makan sirih. Di samping kaki kursi ada tempolong bergambar bunga-bunga. Dinding dihiasi potret-potret tua, di antaranya potret almarhum suami gusti biang dalam pakaian kebesaran. Di sudut rumah ada gentong air dan gayung dari batok kelapa, serta lain-lain barang khas Bali yang semuanya sudah tua. (BMBM: 1) Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam dalam hal penggunaan latar tempat. Artinya, dalam kedua teks drama tersebut masing-masing hanya menggunakan satu latar tempat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
2) Latar waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa dalam sebuah teks drama. Terdapat persamaan latar waktu dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Latar waktu yang digunakan kedua teks drama tersebut cukup jelas karena tersurat dalam kedua teks drama itu sendiri, yakni pada malam hari. Hal tersebut ditunjukkan dengan beberapa kutipan berikut. Mat Kontan: …, Saya kira malam ini malam paling jahanam dalam hidup saya! (MJ: 52) Kutipan
di
atas
merupakan
contoh
kutipan
yang
menunjukkan
penggambaran latar waktu dalam teks drama Malam Jahanam. Kutipan tersebut merupakan gambaran waktu saat tukang nujum yang akan Mat Kontan mintai bantuan untuk mengetahui pembunuh beo kesayangannya ternyata telah meninggal dunia. Wayan Nyoman Wayan Nyoman Wayan
Kutipan
di
: Mau ke mana Nyoman? Eeeee mau ke mana itu? : Pulang! : Malam begini? : Ya! : Kamu akan kemalaman di jalan. (BMBM: 16) atas
merupakan
contoh
kutipan
yang
menunjukkan
penggambaran latar waktu dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Kutipan tersebut merupakan gambaran waktu ketika Nyoman hendak pergi dari puri karena tidak tahan lagi dengan perlakuan Gusti Biang kepada dirinya, tetapi dilarang oleh Wayan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang terjalin dalam kedua teks drama tersebut hanya terjadi pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
malam hari. Artinya, tidak ditemukan latar waktu yang lain selain malam hari dalam kedua teks drama tersebut. 3) Latar sosial Latar sosial merupakan latar yang berhubungan dengan suasana dan perilaku kehidupan sosial masyarakat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal lain yang tergolong latar spiritual. Dalam hal latar sosial ini tidak ditemukan adanya persamaan dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni meliputi latar tempat dan waktu. Persamaan latar tempat yaitu terletak pada penggunaan satu latar tempat. Persamaan berikutnya terletak pada latar waktu yang sama-sama menggunakan latar waktu malam hari. Tidak di temukan latar waktu yang lain dari kedua teks drama tersebut. Selanjutnya, tidak terdapat persamaan dalam hal latar sosial karena kedua teks drama tersebut jelas memiliki latar sosial yang jauh berbeda. 3. Perbedaan Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam Berikut akan diuraikan perbedaan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
a. Tema Tema yang terdapat dalam kedua teks drama tersebut (Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam) adalah perselingkuhan. Lebih lanjut, ditemukan juga adanya perbedaan tema yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Perbedaan lainnya adalah apabila dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam terdapat tema lain yang juga merupakan tema utama, yaitu hukum karma. Selain itu, perbedaan lain yang juga terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam yakni terletak pada subtema. Pada dasarnya, subtema yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam sama, yakni kesombongan. Akan tetapi, yang melatarbelakangi kesombongan masing-masing tokoh dalam teks drama tersebut yang berbeda. Dalam teks drama Malam Jahanam kesombongan Mat Kontan dilatarbelakangi oleh segala sesuatu yang dimilikinya, istri, anak, dan juga burung-burung kesayangannya. Berbeda dengan kesombongan Gusti Biang yang disebabkan oleh status sosial. Gusti Biang digambarkan sebagai sosok yang selalu menilai orang lain berdasarkan kasta. Gusti Biang bersikap sombong guna menjaga martabat kebangsawanannya agar tidak cemar. Gusti Biang yang sebenarnya juga mencintai Wayan, rela meninggalkan Wayan dan menikah dengan orang yang sederajat secara kasta yang dijodohkan oleh orang tuanya. Dalam teks drama Malam Jahanam diceritakan perselingkuhan dilakukan oleh Paijah dan Soleman terhadap Mat Kontan. Paijah adalah istri Mat Kontan, sedangkan dan Soleman adalah sahabat Mat Kontan. Paijah dan Soleman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
mengkhianati Mat Kontan karena mereka berselingkuh. Perselingkuhan yang mereka lakukan akibat sikap tak acuh dan sombong yang senantiasa dilakukan Mat Kontan. Mat Kontan selalu sibuk berjudi dan memperhatikan burung-burung kesayangannya, ia lupa pada istrinya yang kesepian dan kurang perhatian karena selalu ditinggalkannya. Mat Kontan selalu membanggakan apa yang dimilikinya. Istri, anak, bahkan burung-burung kesayangannya kepada orang lain termasuk pada Soleman, sahabatnya. Akan tetapi, pada Paijah dan anaknya, Mat Kontan bersikap tak acuh, tidak mempedulikannya, bahkan ketika anaknya sakit. Berbeda dengan latar belakang kesombongan Gusti Biang dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ini dilakukan oleh Gusti Biang terhadap almarhum suaminya. Gusti Biang bersikap sombong guna menjaga martabat kebangsawanannya agar tidak cemar. Gusti Biang bersikap sombong karena status sosial yang dimilikinya. Sehingga dapat dikatakan jika Gusti Biang telah mengkhianati dirinya sendiri, Ngurah, dan juga almarhum suaminya selama bertahun-tahun dengan cara menyembunyikan kebenaran bahwa Ngurah bukanlah anaknya dengan almarhum suaminya, melainkan anaknya dengan Wayan, pembantunya sendiri. Untuk menutupi hal tersebut, Gusti Biang bersikap sombong dan semena-mana karena merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Gusti Biang selalu bersikap semena-mana terhadap pembantu di rumahnya, Wayan dan Nyoman. Wayan sendiri merupakan pembantu sekaligus sahabat almarhum suami Gusti Biang. Wayan dan Gusti Biang sebenarnya saling mencintai semenjak mereka masih kecil, tetapi status
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
sosial yang dimiliki Gusti Biang membuat dirinya sombong dan selalu bersikap semena-mena terhadap Wayan. Dengan demikian, berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan adanya perbedaan tema dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Perbedaan tersebut tampak pada latar belakang kesombongan masing-masing tokoh dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni Mat Kontan dan Gusti Biang. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama Malam Jahanam disebabkan oleh kesombongan Mat Kontan. Dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam kesombongan adalah cara yang digunakan oleh Gusti Biang untuk menutupi perselingkuhan yang telah ia dilakukan. Selain itu, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam terdapat tema lain yakni hukum karma, yang tidak ditemukan dalam teks drama Malam Jahanam. b. Alur/plot Alur yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam adalah alur maju. Dalam hal ini, baik Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam sama-sama menggunakan alur penceritaan maju atau progresif. Akan tetapi, terdapat perbedaan yang terdapat pada tahap denouement. Tahap denouement adalah tahap penyelesaian konflik yang timbul dalam teks drama. Tahap denouement yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dimulai dengan ancaman Soleman terhadap Mat Kontan mengenai tragedi pasir boblos yang menyebabkan kepergian Mat Kontan. Mat Kontan yang merasa kalah kemudian menyerahkan istrinya, Paijah, kepada Soleman, juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
anaknya yang ternyata bukan merupakan darah dagingnya. Soleman mengira Mat Kontan pergi hendak bunuh diri kemudian berniat menyusulnya. Ternyata Mat Kontan kembali dengan membawa sebuah golok yang sudah ia persiapkan untuk membunuh Soleman. Terjadi peristiwa saling serang antara Mat Kontan dengan Soleman yang juga melibatkan Utai. Soleman yang berhasil melarikan diri akhirnya juga mati karena terkena luka bacok yang dilakukan oleh Mat Kontan. Utai mati dalam peristiwa naas itu. Mat Kontan kembali ke rumah hendak memperbaiki hubungannya dengan Paijah dan mulai memperhatikan anaknya, namun apa daya nyawa anaknya pun tidak dapat terselamatkan. Berikut kutipan tahap penyelesaian dalam teks drama Malam Jahanam. Tangis bayi yang makin meninggi menyebabkan Tukang Pijat itu mendekat. Tapi kemudian tangis itu berhenti di dalam puncaknya. Terdengar raung perempuan dari dalam, kemudian pintu terempas, keluarlah Paijah dengan rambut kusut masai, hampir menabrak Tukang Pijat itu. Isak tangis paijah terdekam dalam dadanya. Berhenti ia menangis dari tempat kelam itu. Lambat ia berjalan menuju Tukang Pijat, setengah berteriak, “Pak Anakku mati, Pak!” Tukang Pijat itu gugup dan hendak bertanya, tetapi perempuan itu terlanjur melarikan diri ke arah tadi Mat Kontan menghilang. (MJ: 77) Berbeda dengan tahap denouement/ penyelesaian dari semua konflik yang terjadi pada teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam tahap penyelesaian terjadi ketika Wayan mengatakan rahasia yang selama ini ia simpan, yakni kenyataan bahwa alamrahum suami Gusti Biang bukanlah seorang pahlawan dan juga bukan ayah kandung Ngurah, serta menyuruh Ngurah untuk mengejar cintanya, Nyoman. Gusti Biang yang sudah terlanjur malu akhirnya juga merestui hubungan Ngurah dengan Nyoman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Berikut kutipan tahap penyelesaian dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Wayan
... Gusti Biang Wayan
: Bapa menghamba di sini karena cinta bapa kepadanya seperti cinta Tu Ngurah kepada Nyoman. Bapa tak pernah kawin seumur hidup dan orang-orang selalu menyangka bapa orang gila orang pikun. Biar sajalah. Sebenarnya Bapa lakukan semua itu untuk melupakan kesedihan, kehilangan yang tak bisa ditukar dengan harapan. Tu Ngurah tidak boleh seperti Bapa. Kejarlah Nyoman. Gadis itu belum sampai jauh. Ia baru saja berangkat pulang ke desanya. Nyoman seorang yang keras kemauan. Ia akan menjadi istri yang baik, Ngurah. : Aku tak akan mencegahnya lagi. Tapi jangan ceritakan yang dulu-dulu lagi aku malu. : Kalau begitu Wayan tetap di sini. Wayan ingin mati di dekatmu, Sagung Ratih. (BMBM: 45-46)
Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan penyelesaian konflik antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Penyelesaian konflik dalam teks drama Malam Jahanam dapat dikatakan berakhir tragis karena Mat Kontan Kecil pada akhirnya meninggal dunia. Berbeda dengan penyelesaian konflik dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam yang berakhir bahagia karena Gusti Biang kemudian memberikan restu atas hubungan Ngurah dengan Nyoman. c. Tokoh dan Penokohan Tokoh utama dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam masing-masing adalah Mat Kontan dan Gusti Biang. Selain memiliki persamaan, kedua tokoh tersebut juga memiliki perbedaan dalam hal watak, yakni alasan yang melatarbelakangi watak sombong mereka. Sosok Mat Kontan diceritakan sebagai seorang suami dan ayah yang sombong karena merasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
memiliki segala hal yang tidak dimiliki oleh orang lain. Mat Kontan selalu menyombongkan istri, anak, dan burung-burung peliharaannya kepada semua orang termasuk kepada Soleman, sahabatnya. Berbeda dengan Gusti Biang yang merupakan seorang janda bangsawan yang bersikap sombong karena merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi. Gusti Biang selalu menilai orang lain berdasarkan kasta, sehingga selalu berkata dan berbuat semena-mena terhadap dua pembantunya, Wayan dan Nyoman. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut. 1) Soleman
Mat Kontan
2) Gusti Biang
: Buat apa saya iri terhadapmu? Kau juga sering membohongi diri sendiri. Ya, kau juga sering melagak! : Pasti! Pasti kau iri terhadap saya. Kau iri karena saya punya bini yang cantik. Seorang anak lagi yang bakal cinta pada perkutut bapaknya. Kau juga iri barangkali, sebab kalau kita main taruhan empatsatu kau selalu saja kalah. (MJ: 26-27) : (berbalik marah) Dengar. Kamu boleh cari perempuan siapa saja, berapa saja, asal kamu kuat, tapi kamu tidak boleh kawin dengan perempuan sudra itu! (BMBM: 38-39)
Kutipan (1) dan kutipan (2) merupakan bukti bahwa kesombongan Mat Kontan dan Gusti Biang memiliki alasan atau latar belakang yang berbeda. Jika kesombongan Mat Kontan disebabkan oleh istri, anak, dan burung-burung kesayangan yang ia miliki, maka berbeda dengan Gusti Biang yang bersikap sombong karena permasalahan status sosial/ kasta yang ia miliki. Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui, baik Mat Kontan maupun Gusti Biang, kedua tokoh tersebut memiliki watak sombong dengan latar belakang yang berbeda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
d. Latar/setting Latar atau landas tumpu cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi, meliputi latar tempat, waktu dan sosial. Ada pun perbedaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain, meliputi. 1) Latar tempat Perbedaan latar tempat yang paling signifikan tampak pada nama tempat yang berbeda. Dalam teks drama Malam Jahanam ditunjukkan jika latar tempat yang digunakan adalah suatu tempat di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung, tepatnya di sebuah perkampungan nelayan di pesisir pantai, yakni di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Berikut kutipan yang menunjukkan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam. Malam ini, perkampungan nelayan itu, di bagian rumah Mat Kontan dan Soleman tampak sepi. Barangkali hampir seisi kampung pergi melihat ubruk, sebab bunyi ubruk di sebelah timur begitu sayu menikamnikam. (MJ: 9) Selanjutnya, latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah di daerah Tabanan, Bali. Lebih tepatnya di sebuah puri/rumah Gusti Biang, seorang janda bangsawan yang sombong karena status sosial yang dimilikinya. Puri/rumah Gusti Biang merupakan rumah peninggalan almarhum suaminya. Berikut kutipan yang menunjukkan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Di beranda itu ada sebuah kursi putar yang tua. Meja marmar tua, diapit seperangkat kursi tua. Di atas meja ada peralatan untuk makan sirih. Di samping kaki kursi ada tempolong bergambar bunga-bunga. Dinding dihiasi potret-potret tua, di antaranya potret almarhum suami Gusti Biang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
dalam pakaian kebesaran. Di sudut rumah ada gentong air dan gayung dari batok kelapa, serta lain-lain barang khas Bali yang semuanya sudah tua. (BMBM: 1) Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan latar tempat antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Artinya, dalam kedua teks drama tersebut masing-masing menggunakan latar tempat yang berbeda, baik dari segi tempat maupun dari segi kebudayaan masyarakatnya. 2) Latar waktu Terdapat persamaan latar waktu dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Latar waktu yang digunakan kedua teks drama tersebut cukup jelas karena tersurat dalam teks drama itu sendiri, yakni pada malam hari. Peristiwa yang terjalin dalam kedua teks drama tersebut hanya terjadi pada malam hari. Artinya, tidak ditemukan latar waktu yang lain selain malam hari dalam kedua teks drama tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan perbedaan latar waktu dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. 3) Latar sosial Dalam hal latar sosial ini ditemukan adanya perbedaan dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Dalam teks drama Malam Jahanam latar sosial berupa peristiwa yang terjadi di sekitar perkampungan nelayan yang miskin di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung. Lebih tepatnya di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Berbeda dengan latar sosial dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
peristiwa terjadi di sebuah puri/ rumah Gusti Biang di daerah Tabanan, Bali. Secara tidak langsung dapat digambarkan jika pola pikir dan keadaan masyarakat setempat masih sangat kental dalam menjunjung tinggi susunan kasta dalam masyarakat. Berikut kutipan yang menunjukkan perbedaan latar sosial dalam kedua teks drama tersebut. a) Di pinggir laut kota kami, para nelayan tanpaknya selalu gembira, biarpun betapa miskinnya. Rumah mereka terdiri dari geribik, tonggak bambu dan beratap daun kelapa. Suara mereka yang keras dan gurau kasar mereka, seolah-olah mengesankan bahwa mereka kurang berpendidikan… (MJ: 7) b) Di beranda itu ada sebuah kursi putar yang tua. Meja marmar tua, diapit seperangkat kursi tua. Di atas meja ada peralatan untuk makan sirih. Di samping kaki kursi ada tempolong bergambar bunga-bunga. Dinding dihiasi potret-potret tua, di antaranya potret almarhum suami Gusti Biang dalam pakaian kebesaran. Di sudut rumah ada gentong air dan gayung dari batok kelapa, serta lain-lain barang khas Bali yang semuanya sudah tua. (BMBM: 1) Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni meliputi latar tempat dan sosial. Perbedaan latar tempat pada teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam jelas tampak pada penggunaan latar tempat yang berbeda, baik dari segi tempat maupun dari segi kebudayaan masyarakatnya. Dalam teks drama Malam Jahanam latar tempat terjadi di sekitar perkampungan nelayan yang miskin di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung. Lebih tepatnya di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Berbeda dengan latar tempat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam yang terjadi sebuah puri/ rumah janda bangsawan sombong bernama Gusti Biang di daerah Tabanan, Bali. Perbedaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
berikutnya terdapat dalam hal latar sosial. Dalam teks drama Malam Jahanam latar sosial berupa peristiwa yang terjadi di sekitar perkampungan nelayan yang miskin di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung. Lebih tepatnya di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Berbeda dengan latar sosial dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam, peristiwa terjadi di sebuah puri/ rumah Gusti Biang di daerah Tabanan, Bali. Secara tidak langsung dapat digambarkan jika pola pikir dan keadaan masyarakat setempat masih sangat kental dalam menjunjung tinggi susunan kasta. Selanjutnya, tidak ditemukan perbedaan latar waktu karena kedua teks drama tersebut sama-sama menggunakan latar waktu malam hari. Tidak di temukan latar waktu yang lain dari kedua teks drama tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni meliputi latar tempat dan sosial. 4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam Dalam rangka membentuk karakter, sastra diperlukan sebagai salah satu media atau sarana penanaman nilai-nilai pendidikan karakter. Hal tersebut sesuai karena di dalam sastra terdapat nilai etika dan moral yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Sastra tidak hanya berkaitan dengan diri sendiri, tetapi juga berkelindan dengan dengan ketuhanan/ religius, alam semesta, dan juga masyarakat. Selain memberikan hiburan, teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam juga mengandung berbagai nilai pendidikan karakter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain, religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, cinta damai, peduli sosial, tanggung jawab, suka membantu, sabar, bijaksana, dan ulet. Nilai-nilai tersebut dapat disimak melalui karakter tokoh yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Berikut uraian temuan data yang mempresentasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. a. Malam Jahanam 1) Religius Religius adalah salah satu nilai karakter berupa ketaatan dalam memahami dan menjalankan ajaran agama yang dianut. Religius pada hakikatnya berkaitan erat dengan ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan. Karakter religius merupakan bagian dari nilai pendidikan karakter. Karakter religius secara tersirat terdapat dalam teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye. Hal ini tercermin dari sikap para tokoh utama dalam teks drama tersebut, yakni Mat Kontan, Soleman, dan Paijah. Motinggo
melalui teks drama Malam Jahanam mencoba
menyampaikan pesan berupa nilai-nilai karakter religius melalui watak-watak tokoh yang seolah jauh dari Tuhan, padahal mereka mengenal adanya Tuhan dalam hidup mereka. Mat Kontan yang sombong, Paijah dan Soleman yang mengkhianati Mat Kontan dengan melakukan perselingkuhan. Gambaran tersebut merupakan suatu sikap yang tidak menunjukkan karakter religius. Mereka yang tidak lagi menaati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
ajaran agama yang mereka yakini merupakan tindakan yang tidak mencerminkan karakter religius. Penggambaran tersebut terdapat dalam kutipan teks drama Malam Jahanam yang menunjukkan nilai pendidikan karakter religius yang muncul karena adanya perkataan yang diucapkan oleh tokoh Mat Kontan. Mat Kontan
: … O, Tuhan! Bilanglah oleh-Mu. Ya Nabi Adam, siapa yang sebiadab ini membunuh burung beo saya. O, Nabi Yakub… (MJ: 54)
Kutipan di atas sebenarnya mempresentasikan karakter religius yang ditunjukkan oleh Mat Kontan ketika hampir naik pitam karena Paijah tidak mau memberitahu siapa yang telah membunuh beo kesayangannya. Secara tidak langsung, Mat Kontan meyakini adanya Tuhan dan nabi. Akan tetapi, ucapan atau keyakinan Mat Kontan terhadap Tuhan berbanding terbalik dengan perilakunya yang cenderung sombong dan senang berjudi. Berikut kutipan yang menunjukkan perilaku sombong dan senang berjudi Mat Kontan. Soleman Mat Kontan
: Buat apa saya iri terhadapmu? Kau juga sering membohongi diri sendiri. Ya, kau juga sering melagak! : Pasti! Pasti kau iri terhadap saya. Kau iri karena saya punya bini cantik. Seorang anak yang bakal cinta pada perkutut bapaknya. Kau juga iri barangkali, sebab kalau kita main empat satu kau selalu saja kalah. (MJ: 26-27)
Berdasarkan kutipan di atas, kita dapat mengetahui watak sombong Mat Kontan. Ia menyombongkan istri, anak, dan burung-burung peliharaannya pada Soleman. Kesombongan Mat Kontan berbanding terbalik dengan ucapan yang menunjukkan bahwa dirinya meyakini adanya Tuhan pada kutipan pertama. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya kesejalanan antara ucapan dengan perbuatan dalam berkeyakinan/beragama, sehingga dapat tercipta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
pribadi yang memiliki karakter religius secara menyeluruh. Alangkah lebih baik jika karakter religius ditunjukkan, baik melalui sikap, perbuatan, dan tindakan berupa ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan YME. 2) Jujur Kejujuran merupakan karakter positif yang ditunjukkan dengan perkataan dan perilaku yang menyebabkan seseorang untuk mendapat kepercayaan dari orang lain. Karakter jujur dalam teks drama Malam Jahanam ditunjukkan oleh tokoh Soleman yang dengan jujur mengakui jika dirinyalah yang telah membunuh beo Mat Kontan dan dialah ayah kandung dari anak yang selalu dibanggakan oleh Mat Kontan. Mat Kontan Paijah Soleman
: Sekarang jawab saya dengan pendek. Jangan bikin saya botak. Anak itu anak siapa? (Soleman berdiri) : (setengah menangis) Jangan kaubilang, Man! : (Berjalan mendekati Kontan dengan pandangan yang mencekam pada Paijah) Akan saya jawab, kau rela? (Pendek, lambat), Anak itu anak saya, darah-daging saya! (MJ: 66-67)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak karakter kejujuran yang ditunjukkan oleh Soleman. Walaupun dengan kejujurannya tersebut, Soleman harus rela kehilangan persahabatannya dengan Mat Kontan. Dengan demikian, yang terpenting dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran adalah dengan berani berlaku jujur mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang kita lakukan, betapapun pahit akibatnya bagi diri kita. Berani berbuat sesuatu, berarti juga berani untuk mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
3) Toleransi Toleransi adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya. Nilai pendidikan karakter berupa sikap toleransi sangat diperlukan baik dalam lingkup masyarakat yang kecil maupun luas. Karakter bertoleransi inilah yang ingin disampaikan oleh Motinggo melalui teks drama Malam Jahanam. Dalam teks drama Malam Jahanam kita dapat mengetahui jika sikap bertoleransi sangat diperlukan baik dalam hidup berumah tangga dan juga bertetangga. Paijah Mat Kontan Paijah
: (setelah memandangi Soleman) Kau juga laki saya, tetapi sayangmu cuma di mulut. Jadi kau bukan laki saya. : Bilang sekali lagi bahwa saya ini bukan lakimu! : (membelai kepala anaknya yang menangis). Kau tidak pernah memikirkan anak saya ini. Tetapi di mana saja kaubanggakan dia! (MJ: 57)
Berdasarkan kutipan di atas, kita dapat melihat contoh karakter yang tidak mencerminkan sikap toleransi dalam berumah tangga. Mat Kontan yang tidak memperhatikan dan menghargai Paijah sebagai istrinya merupakan tindakan yang tidak mencerminkan toleransi. Mat Kontan sibuk membanggakan istri dan anaknya di luar rumah kepada orang-orang, tetapi ia sendiri tidak pernah mau peduli dengan Paijah dan anak mereka yang sedang sakit dan tidak kunjung sembuh. Bukan hanya kepada istri dan anaknya, kepada Soleman pun, Mat Kontan berlaku demikian. Kepada Soleman, sahabat sekaligus tetangganya, Mat Kontan senantiasa membanggakan istri dan anaknya. Mat Kontan bahkan menuduh jika Soleman takut terhadap wanita karena tidak kunjung menikah dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
memiliki anak. Sikap Mat Kontan tersebut tentu saja menunjukkan sikap yang kurang bertoleransi karena selalu menyombongkan diri dan tidak bersikap menghargai apa yang menjadi pilihan Soleman dengan tidak menikah. Dengan demikian, perlu adanya penanaman nilai karakter berupa sikap toleransi, sehingga tercipta masyarakat yang saling menghargai berbagai perbedaan serta kekurangan orang lain. Bertoleransi dengan menghargai orang lain tentu akan dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, aman, dan tentram. 4) Kerja keras Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguhsungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Karakter kerja keras inilah yang tidak dimiliki oleh tokoh Mat Kontan dalam kutipan teks drama berikut. Paijah Soleman Paijah
: Si Kecil sakit. Kontan belum pulang. Panas saja badannya seharian ini! : Enggak dibawa ke dukun? : Dukun? Dan punya laki yang asyik dengan perkutut, kepala haji, beo dan kutilang? Mana bisa jadi! (MJ: 18)
Dalam kutipan teks drama Malam Jahanam di atas melalui tokoh Mat Kontan yang tidak bekerja keras padahal ia merupakan kepala keluarga, kita dapat mengetahui hal penting yang ingin disampaikan Motinggo melalui teks drama tersebut. Sebagai kepala keluarga, yang dilakukan Mat Kontan hanyalah berjudi dan memberi perhatian kepada burung-burung kesayangannya. Mat Kontan tidak pernah berusaha untuk bekerja keras dan memperhatikan istri dan anaknya yang sedang sakit. Untuk mencapai suatu cita-cita kita harus bekerja keras. Kiranya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
itulah yang menjadi salah satu hal yang ingin disampaikan oleh Motinggo melalui teks drama Malam Jahanam. Melalui kerja keras, maka seseorang akan dapat meraih cita-citanya. 5) Mandiri Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun, bukan berarti tidak bekerja sama dengan orang lain, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Paijah
Mat Kontan
Paijah
: (melihat Soleman diam begitu saja menjadi geram) Man! Kau diam saja! Soleman hanya memandangi mata Mat Kontan dengan dada sesak. : Kau juga harus melepaskan dia! He, Soleman! (Jadi geram melihat Soleman yang hanya memandanginya saja dengan mata jantan) Lepaskan dia! Dia bukan binimu! : (amat kesal pada Soleman yang bungkam begitu saja lalu mengguncang tubuh lelaki itu. Mengguncang, kemudian bergayut). Jawab! Jawab, Man! (MJ: 60-61)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat kita lihat karakter mandiri yang tidak tercermin dalam tokoh Paijah. Paijah yang memiliki permasalahan dengan Mat Kontan lebih memilih bergantung dan berlindung pada Soleman. Sikap Paijah tersebut seharusnya tidak ia lakukan karena bagaimanapun permasalahan yang sedang ia hadapi, alangkah lebih baik jika diselesaikan dengan cara berbicara baik-baik pada Mat Kontan, bukan dengan cara lari kepada laki-laki lain yang bukan suaminya dan meminta perlindungannya. Mandiri bukan berarti tidak kooperatif dengan orang lain. Sebaliknya, bersikap mandiri berarti berusaha melakukan tugasnya dengan tidak bergantung pada orang lain, tetapi tetap dapat bekerja sama dengan orang lain. Karakter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
mandiri inilah yang secara tidak langsung tercermin melalui penokohan seorang Paijah. Paijah yang lemah lebih memilih bergantung pada Soleman. Padahal belum tentu Soleman dapat membantu Paijah karena Soleman sendiri adalah seorang pengecut. 6) Cinta damai Cinta damai merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas masyarakat tertentu. Karakter cinta damai juga terdapat dalam teks drama Malam Jahanam. Seseorang yang cinta damai pasti akan berusaha untuk dapat menciptakan dan menjaga suasana agar damai dan tenang dalam lingkungan tempat tinggalnya. Cinta damai dalam teks drama Malam Jahanam ditunjukkan oleh tokoh Soleman, Paijah, dan Mat Kontan dalam kutipan berikut. (a) Soleman
: Kalau kau disentuhnya saja, akan saya sentuh pula dia. Kalau kau dilukainya, akan saya lukai dia! Dan kalau kau dibunuhnya, akan saya bunuh dia (berjalan pelan mendekati paijah). Paijah : Jangan, Man. Kita akan buyar, malu dan diusir dari sini. (MJ: 41) (b) Soleman : (seperti menyesal, tetapi tiba-tiba tersentak mengagetkan Paijah). Barangkali ia bunuh diri, Jah! Saya akan susul..... Paijah : Jangan tinggalkan saya! (Ketika melihat Soleman akan berlari, lalu mengejarnya dan mendekap lelaki itu. Soleman lepas dari rangkulan tangannya). Jangan tinggalkan saya, Man! (MJ: 70-71) (c) Paijah : Si Utai, Tan. Mat Kontan : Apa boleh buat dia mati. Kalau hidup tentu ia akan menyebarkan berita kerusuhan kita ini. Kita mesti rahasiakan ini, Jah! (MJ: 75) Kutipan-kutipan di atas merepresentasikan sikap atau karakter cinta damai. Pada kutipan (a) karakter cinta damai ditunjukkan oleh Paijah yang khawatir jika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
perselingkuhannya dengan Soleman terbongkar karena sesungguhnya pun Paijah tidak menginginkan adanya situasi yang tidak damai, yang dapat menjadi aib dan bahan perbincangan banyak orang, dan tentu saja dapat membuat dirinya diusir dari kampung. Selain itu, pada kutipan (b) kita dapat melihat sikap cinta damai yang ditunjukkan oleh Soleman dengan mengkhawatirkan kepergian Mat Kontan yang ia duga akan bunuh diri. Sebagai manusia, Soleman pun sesungguhnya memiliki jiwa kemanusiaan yang cinta damai dengan niatnya mengejar Mat Kontan yang ia kira akan bunuh diri. Selanjutnya, pada kutipan (c) kita dapat melihat karakter cinta damai yang juga ditunjukkan oleh Mat Kontan dengan cara meminta kepada Paijah agar merahasiakan perihal perkelahiannya dengan Soleman yang juga melibatkan Utai. Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya tokoh-tokoh yang bertikai dalam teks drama Malam Jahanam pun memiliki sikap cinta damai dan menginginkan suatu keadaan yang damai serta kondusif di lingkungan mereka. 7) Peduli sosial Peduli sosial adalah suatu sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya. Karakter peduli sosial inilah yang ingin disampaikan oleh Motinggo melalui penokohan Soleman yang dapat dikatakan tidak memiliki sikap peduli sosial. Hal ini terlihat pada kutipan berikut. Mat Kontan Paijah Soleman
: Sekarang jawab saya dengan pendek. Jangan bikin saya botak. Anak itu anak siapa? (Soleman berdiri) : (setengah menangis) Jangan kaubilang, Man! : (Berjalan mendekati Kontan dengan pandangan yang mencekam pada Paijah) Akan saya jawab, kau rela? (Pendek, lambat), Anak itu anak saya, darah-daging saya!
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
(MJ: 65-67) Sebagai seorang sahabat sekaligus tetangga, Soleman seharusnya bersikap lebih peka dengan lingkungan sosialnya tersebut. Sebagai sahabat Mat Kontan sekaligus tetangga, tidak seharusnya Soleman berselingkuh dengan istri sahabatnya sendiri. Jika Soleman bisa lebih peka, seharusnya ia lebih peduli pada lingkungan sosial tempat ia tinggal. Perbuatan Soleman yang berselingkuh dengan sahabat sekaligus tetangganya sendiri, selain dapat menghancurkan rumah tangga Mat Kontan dan Paijah juga dapat merusak hubungan persahabatannya dengan Mat Kontan. 8) Tanggung jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama. Nilai pendidikan karakter berupa rasa tanggung jawab dalam teks drama Malam Jahanam inilah yang ingin disampaikan oleh Motinggo melalui tokoh Soleman yang terdapat dalam kutipan berikut. Soleman Mat Kontan Soleman … Mat Kontan Paijah Soleman
: Sayalah yang melakukannya! : (berputar mengambil tempat ke depan rumahnya) Jadi kenapa kaubunuh dia? Kau iri pada saya, ya? : Ya, saya iri! : Sekarang jawab saya dengan pendek. Jangan bikin saya botak. Anak itu anak siapa? (Soleman berdiri) : (setengah menangis) Jangan kaubilang, Man! : (Berjalan mendekati Kontan dengan pandangan yang mencekam pada Paijah) Akan saya jawab, kau rela? (Pendek, lambat), Anak itu anak saya, darah-daging saya! (MJ: 64-67)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Berdasarkan kutipan di atas, sikap tanggung jawab belum sepenuhnya dilakukan oleh Soleman. Rasa tanggung jawab Soleman baru ditunjukkan melalui pengakuannya kepada Mat Kontan perihal burung yang ia bunuh dan Mat Kontan Kecil adalah darah-dagingnya. Artinya, tanggung jawab yang dilakukan oleh Soleman hanya berkaitan dengan pertanggungjawaban secara pribadi, dan belum menunjukkan tanggung jawab yang berkaitan dengan kehidupan sosial. b. Bila Malam Bertambah Malam 1) Jujur Kejujuran merupakan karakter positif yang ditunjukkan dengan perkataan dan perilaku yang menyebabkan seseorang untuk mendapat kepercayaan dari orang lain. Karakter jujur dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang mengungkapkan rahasia yang selama bertahun-tahun telah ia pendam. Wayan
: Tu Ngurah mungkin menyangka almarhum itu ayah yang sejati karena beliau memang suami sah dari Gusti Biang. Beliau juga memiliki 13 orang istri tapi itu semua hanya sandiwara untuk menutupi ketidakmampuannya sebagai lelaki. Mana mungkin orang yang mati kejatannan bisa menggauli istri? Kalau beliau harus melaksanakan tugasnya sebagai suami, bapalah yang mengerjakan semua itu. Itu rahasia kami berdua yang dipegang teguh oleh semua orang sampai sekarang. Boleh tanyakan kepada Gusti Biang siapa sebenarnya ayah Tu Ngurah. Dia berpura-pura saja tidak tahu siapa lelaki yang selalu berbaring di sampingnya... (BMBM: 45)
Wayan yang tidak dapat lagi menyembunyikan kebenaran bahwa sebenarnya Ngurah adalah darah dagingnya kemudian memilih berkata jujur kepada Ngurah di hadapan Gusti Biang. Wayan juga mengungkapkan sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
kebenaran bahwa almarhum suami Gusti Biang adalah pengkhianat bangsa dan bukan seorang pahlawan seperti yang selama ini disangkakan. 2) Toleransi Toleransi adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya. Karakter toleransi dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman dalam kutipan berikut. Nyoman
: Direndahkan, dihina, dicaci. Saya sudah besar, saya malu, saya punya perasaan. Saya tak tahan lagi menahan sekarang. (BMBM: 17)
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diketahui jika Nyoman sudah cukup bertoleransi dengan status dan perannya sebagai pembantu di rumah Gusti Biang. Nyoman merasa sudah cukup memberikan toleransi kepada Gusti Biang yang sudah ia hormati dengan segala bentuk pengabdiannya selama bertahun-tahun. Nyoman menganggap jika toleransinya kepada Gusti Biang selama ini sudah cukup. Karakter toleransi ditunjukkan Nyoman sebagai salah satu bentuk penghargaan dan pengabdiannya kepada Gusti Biang. Akan tetapi, Nyoman terusmenerus dihina, dicaci, dan diperlakukan tidak manusiawi. Karakter toleransi juga ditunjukkan oleh tokoh Ngurah yang dengan tegas menentang sikap ibunya yang senantiasa menilai seseorang berdasarkan kasta. Ngurah yang tidak habis pikir dengan pemikiran ibunya yang picik. Ngurah menganggap bahwa kasta bukanlah penghalang manusia untuk saling mencintai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
3) Tanggung jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Nilai pendidikan karakter berupa rasa tanggung jawab dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang terdapat dalam kutipan berikut. Wayan
... Wayan
: Tiyang mendengar Gusti Biang. Itu sebabnya tiyang datang. (BMBM: 1) : Aduh, apa yang bisa titiyang sumbangkan untuk membalas jasa almarhum, Gusti Biang? Bukannya titiyang sudah memelihara putra tunggal beliau dengan sebaik mungkin? Titiyang ajarkan segala kepandaian titiyang yang diwariskan nenek moyang di desa Meliling. (BMBM: 5)
Kutipan di atas merupakan contoh sikap tanggung jawab yang dilakukan oleh Wayan sebagai pembantu. Wayan dengan penuh tanggung jawab berusaha memenuhi kewajibannya sebagai pembantu dengan cara memenuhi panggilan Gusti Biang. Selain itu, sikap tanggung jawab juga ditunjukkan oleh Nyoman. Nyoman yang juga
merupakan seorang pembantu di rumah Gusti Biang
menunjukkan hal yang serupa dengan Wayan. Berikut kutipan yang menunjukkan karakter tanggung jawab yang dilakukan oleh Nyoman. Nyoman ... Nyoman
: Gusti Biang! (lembut sekali, memperlakukan Gusti Biang seperti anak kecil bandel yang perlu kasih sayang) : Sudah waktunya minum obat Gusti Biang. Lalu tidur dan beristirahat. Masih banyak banten galungan yang belum selesai. Nanti malam akan tiyang teruskan (memperhatikan). (BMBM: 6-7)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
Kutipan di atas merupakan bukti jika Nyoman memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya sebagai pembantu. Rasa tanggung jawab yang besar inilah yang menyebabkan Nyoman dengan penuh kesabaran membujuk Gusti Biang agar mau meminum obat demi kesehatan dan kesembuhannya, walaupun maksud baik Nyoman tidak bersambut. Rasa tanggung jawab inilah yang tetap ditunjukkan Nyoman, walaupun Gusti Biang berlaku kasar kepadanya. Nyoman dengan telaten dan sabar tetap berusaha bertanggung jawab atas pekerjaannya, bahkan ketika Gusti Biang enggan meminum obat yang ia bawakan. Perlakuan kasar Gusti Biang kepada dirinya tidak dihiraukan karena rasa tanggung jawab yang dimilikinya. 4) Suka membantu Suka membantu adalah suatu sikap senang memberikan pertolongan kepada orang lain yang membutuhkan. Nilai pendidikan karakter suka membantu dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang terdapat dalam kutipan teks drama berikut. Wayan
Gusti Biang
: Aduh, apa yang bisa titiyang sumbangkan untuk membalas jasa almarhum, Gusti Biang ? Bukannya titiyang sudah memelihara putra tunggal beliau dengan sebaik mungkin? Titiyang ajarkan segala kepandaian titiyang yang diwariskan nenek moyang di desa Meliling. : Benar juga, semuanya sudah kau ajarkan untuknya. (BMBM: 5)
Kutipan di atas merupakan bukti jika Wayan memiliki sikap suka membantu. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, Wayan berusaha untuk dapat membantu Gusti Biang. Sikap suka membantu juga ditunjukkan oleh Nyoman. Dengan tulus, Nyoman berusaha membantu Gusti Biang yang kesulitan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
memasukkan benang ke dalam jarum. Walaupun bantuan yang diberikan oleh Nyoman seringkali disalahartikan oleh Gusti Biang, Nyoman tetap berusaha membantu Gusti Biang dengan ikhlas. Hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut. Nyoman Gusti Biang Nyoman Gusti Biang
: Tapi sekarang sudah saatnya Gusti Biang minum obat. : Aku tidak mau. Tidak mau! : Mari tiyang tolong memasukkan benang ke jarumnya. : Kau tidak diperlukan di sini! (BMBM: 7)
5) Peduli Peduli adalah suatu sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkan. Nilai pendidikan karakter peduli, dalam hal ini peduli sosial yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang terdapat dalam kutipan berikut. Wayan Gusti Biang Wayan
: (mengalihkan) Tapi apa benar semua yang dicatat itu hutang-hutang Nyoman, Gusti Biang? : Kalau sudah dicatat di sini artinya benar! : Tapi rasanya tidak adil kalau semua pengeluaran Gusti Biang dianggap hutang Nyoman! Daripada Nyoman lebih baik titiyang sendiri yang menanggung. (BMBM: 24)
Berdasarkan kutipan teks drama di atas, dapat diketahui jika Wayan menunjukkan rasa kepeduliannya kepada Nyoman ketika diminta membayar semua biaya hidupnya oleh Gusti Biang selama tinggal di puri. Selain itu, sikap peduli juga ditunjukkan oleh Nyoman. Nyoman yang juga merupakan pembantu di rumah Gusti Biang menunjukkan hal yang serupa dengan Wayan. Berikut kutipan yang menunjukkan karakter peduli yang dilakukan oleh Nyoman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
Nyoman Gusti Biang Nyoman
: Tangan Gusti Biang gemetar karena belum minum obat. : Apa? Siapa bilang. Kamu dukun sihir. Suasana kotor sekarang! Mulut kamu beracun! : Tiyang ikatkan dulu ujungnya di kain, nanti Gusti Biang boleh melanjutkan. (BMBM: 8)
Kutipan di atas menunjukkan sikap peduli Nyoman akan kesehatan Gusti Biang. Nyoman dengan penuh kepedulian meminta Gusti Biang untuk mau meminum obat demi kesehatan Gusti Biang sendiri. Selain itu, sikap peduli juga ditunjukkan oleh Ngurah. Berikut kutipan yang menunjukkan kepedulian Ngurah terhadap ibunya, Gusti Biang. Ngurah Gusti Biang Ngurah Gusti Biang Ngurah Gusti Biang Ngurah Gusti Biang
: Ibu sakit? : Bukan sakit lagi. : Sakit apa ibu? : Di sini ada perang. : Perang? : (mencoba bangun) Aduh. : Apanya yang sakit? : Semua. (BMBM: 36)
Kutipan di atas merupakan sikap peduli yang ditunjukkan oleh Ngurah terhadap ibunya, Gusti Biang. Ngurah yang baru saja sampai di rumah mendapati ibunya yang sedang tertidur, kemudian menunjukkan kepeduliannya sebagai anak dengan bertanya mengapa ibunya bisa sampai tertidur di kursi dan apakah ibunya sedang sakit. 6) Sabar Sabar adalah suatu sikap tahan dalam menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati. Nilai pendidikan karakter sabar, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang terdapat dalam kutipan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
Gusti Biang
Wayan
... Nyoman
: Nah, begitu caranya ngomong. Jangan belum apa-apa terus membantah, membuat aku selalu malu di depan umum. Sudah lama kamu dipelihara di sini... : Benar Gusti Biang. Maafkan setan tua ini. Kasihan anjing tua ini Gusti Biang. Siapa lagi kalau bukan Gusti Biang sekarang ini yang memelihara titiyang. (BMBM: 2) : Duabelas tahun dihina, dua belas tahun ditekan, duabelas tahun dicaci, dimaki, direndahkan, dianggap binatang, diperintah, dikambing hitamkan, difitnah. Duabelas tahun aku menimba air, menyapu, mencuci, membersihkan tai-tainya, dua belas tahun tak pernah pergi keluar, dua belas tahun aku bersabar, menangis, duabelas tahun aku menyia-nyiakan hidupku di sini! Semuanya sepuluh kali seratus juta. Ambillah semua itu!!! (cepat pergi). (BMBM: 25-26)
Kutipan di atas merupakan contoh karakter sabar yang ditunjukkan oleh Wayan dan Nyoman. Wayan dengan penuh kesabaran menghadapi tingkah laku dan perkataan Gusti Biang yang cenderung kasar dan semena-mena. Kesabaran serupa juga ditunjukkan oleh Nyoman selama hampir duabelas tahun mengabdi kepada Gusti Biang. Nyoman dengan sekuat tenaga mencoba bersabar atas semua perlakuan yang cenderung kasar dan semena-mena Gusti Biang kepada dirinya. 7) Bijaksana Bijaksana adalah suatu sikap selalu menggunakan akal budi yang dimiliki dalam menghadapi berbagai kesulitan. Nilai pendidikan karakter bijaksana, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh Wayan dan Ngurah yang terdapat dalam kutipan berikut. Wayan
Gusti Biang Wayan
: Tapi Nyoman, perawan yang begitu cantik dan mahal serta sukar didapat dan titiyang harus memutar lehernya? Lebih baik titiyang memutar leher titiyang sendiri daripada merusak yang begitu indah! : Dia hendak membunuhku! : Membunuh? Itu pikiran sesat saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
Gusti Biang Wayan
: Ah! Kamu juga bangsat! : Jangan gampang marah Gusti Biang. Itu kan cuma angan-angan, sabarlah Gusti Biang sudah lanjut usia, hampir delapan puluh tahun, tambah lagi sedang penyakitan. (BMBM: 15)
Berdasarkan kutipan di atas dapat kita lihat sikap atau karakter yang mencerminkan kebijaksaan yang ditunjukkan oleh Wayan kepada Gusti Biang dengan menolak berbuat sesuatu yang jahat kepada Nyoman karena diusianya saat ini alangkah lebih baik jika ia gunakan untuk bertapa dan bertaubat, bukan lagi berbuat sesutau yang menyakiti orang lain seperti perintah Gusti Biang. Gusti Biang
Ngurah
: (berbalik marah) Dengar. Kamu boleh cari perempuan siapa saja, berapa saja, asal kamu kuat, tapi kamu tidak boleh kawin dengan perempuan sudra itu! : Tidak, kenapa tidak ? (Gusti Biang tak menjawab tetapi menatap) siapa yang menjadikan kita lebih terhormat dari nyoman. Saya tak pernah merasa diri saya menjadi orang yang lebih tinggi. Kalau toh saya dilahirkan dengan martabat, kedudukan yang lain, itu cuma menyebabkan saya harus berkelakuan yang lain, itu cuma menyebabkan saya harus berkelakuan baik dan pintar. Tidak ada lain-lain. Saya merasa berkewajiban untuk meminta restu ibu, tapi kalau ibu menolak dengan alasan yang tak bisa diterima akal, apa boleh buat... (BMBM: 38-39)
Kutipan di atas, menunjukkan sikap bijaksana Ngurah yang meminta ibunya untuk berbicara masalah hubungannya dengan Nyoman menggunakan pikiran jernih dan dingin. Ngurah juga menentang pendapat ibunya yang selalu menilai orang berdasarkan kasta. Kepada Gusti Biang, Ngurah menyampaikan pemikirannya agar ibunya tidak lagi berpikiran sempit dengan membeda-bedakan orang berdasarkan kasta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
8) Kerja keras Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguhsungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Nilai pendidikan karakter kerja keras, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman yang terdapat dalam kutipan berikut. Nyoman
Gusti Biang
Nyoman
: Nah, setelah semuanya diminum, baru nanti tiyang akan menggosok punggung tangan dan betis Gusti Biang dengan minyak cengkeh, supaya rematik itu tidak kumat lagi. : Tidak satu pun! Membiarkan punggungku ditelanjangi dan dibelai padahal aku bukan istrimu, nenekmu atau pacarmu ! Hah! Tak usah ya! : Baiklah sekarang dimulai dengan tablet merah itu saja. Menurut resep boleh ditelan dengan pisang, boleh pula dihancurkan. (BMBM: 9-10)
Berdasarkan kutipan teks drama di atas, terdapat karakter kerja keras yang dilakukan oleh Nyoman. Nyoman dengan penuh kesungguhan bekerja keras membujuk Gusti Biang agar mau meminum obat. Walaupun mandapat penolakan keras dari Gusti Biang, Nyoman berusaha dengan kesabaran dan berbagai cara membujuk Gusti Biang agar berkenan meminum obatnya. 9) Kreatif Kreatif, yakni sikap perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. Nilai pendidikan karakter kreatif, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman yang terdapat dalam kutipan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
Nyoman
Gusti Biang Nyoman
: (mencoba mengalihkan percakapan) Aduh alangkah cantiknya Gusti Biang sore ini. Lihat pakai kain songket Karangasem. Kebaya kain perlak dari Singapur. Gusti Biang bertambah muda sepuluh tahun. Seperti semasa Gusti Biang muda dan tiyang masih kecil. : Jangan merayu! Aku tidak mau lagi berbicara dengan kamu! : Lihat, lihat bayangan Gusti Biang di atas gelas itu. Seperti baru tiga puluh tahun saja. Cantik, agung penuh dengan cahaya keningratan tapi berbudi. Maukah Gusti Biang minum obat sekarang? (BMBM: 9)
Kutipan di atas merupakan contoh karakter kreatif yang dilakukan oleh Nyoman. Inovasi yang dilakukan oleh Nyoman dalam membujuk Gusti Biang agar mau meminum obat adalah dengan cara memuji penampilan Gusti Biang yang masih terlihat cantik dan agung penuh dengan cahaya keningratan. 10) Demokratis Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dan orang lain. Nilai pendidikan karakter demokratis, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Ngurah yang terdapat dalam kutipan berikut. Ngurah: Tidak, kenapa tidak ? (Gusti Biang tak menjawab tetapi menatap) Siapa yang menjadikan kita lebih terhormat dari Nyoman. Saya tak pernah merasa diri saya menjadi orang yang lebih tinggi. Kalau toh saya dilahirkan dengan martabat, kedudukan yang lain, itu cuma menyebabkan saya harus berkelakuan yang lain, itu cuma menyebabkan saya harus berkelakuan baik dan pintar. Tidak ada lain-lain. Saya merasa berkewajiban untuk meminta restu ibu, tapi kalau ibu menolak dengan alasan yang tak bisa diterima akal, apa boleh buat saya akan menerima akibatnya. Saya bertanggung jawab atas hidup saya. Saya akan mempunyai kesempatan untuk menang. Ibu harus mengerti. (BMBM: 39)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Berdasarkan kutipan di atas dapat kita lihat sikap demokratis Ngurah dengan tidak membeda-bedakan orang lain berdasarkan kasta. Ngurah dengan bijak mencoba menunjukkan karakter demokratis kepada ibunya agar tidak menilai atau merendahkan orang lain hanya karena permasalahan kasta. Ngurah tidak merasa jika dirinya menjadi tinggi karena kastanya. Martabat dan kedudukan yang tinggi itulah yang justru mengharuskan dirinya berkelakuan baik dan pintar. 11) Ulet Ulet adalah suatu sikap tidak mudah mudah putus asa yang kemudian disertai dengan kemauan keras dalam berusaha mencapai suatu tujuan atau citacita. Nilai pendidikan karakter ulet, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman yang terdapat dalam kutipan berikut. Nyoman Gusti Biang Nyoman Gusti Biang Nyoman
: Obat batuk ini manis dan gurih. Yang kemarin memang terlalu pahit dan agak basi. : Tidak! : Lihat tiyang cicip. (pura-pura menuangkan ke tangan kirinya sedikit lalu mencicip) Aduh manis sekali. : Sepatah pun aku tak mau bicara! : Ini aturannya tiga kali satu hari, satu sendok makan. Tablet yang merah itu tiga kali satu hari juga. Ini yang kuning empat kali satu hari. (Gusti Biang mendengarkan dengan takut) yang putih enam kali satu hari. Yang hitam sembilan kali satu hari. Semuanya tidak ada yang pahit. Gusti Biang akan kembali muda lagi kalau rajin meminumnya. Sakit tulang hilang, pusing-pusing hilang, batuk hilang, pendeknya menjamin kesehatan dan umur panjang. Mana yang Gusti Biang pilih lebih dahulu? Yang hitam ini? (BMBM: 9-10)
Dengan keuletannya, Nyoman membujuk Gusti Biang agar berkenan meminum obatnya. Gusti Biang yang enggan meminum obat berusaha mengusir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Nyoman pergi dari hadapannya. Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan niat baik Nyoman untuk membantu Gusti Biang meminum obat. B. Pembahasan 1. Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam a. Malam Jahanam Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam antara lain meliputi tema, alur, tokoh/ penokohan, dan latar/setting. Tema adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Tema merupakan gagasan pokok yang terdapat di dalam drama. Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik dalam plot melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog (Waluyo, 2006: 8). Tema besar dalam teks drama Malam Jahanam adalah perselingkuhan. Selain tema lain yang juga terdapat dalam teks drama ini, perselingkuhan merupakan tema yang paling pokok. Perselingkuhan terjadi antara tokoh Paijah dan Soleman. Paijah yang telah bersuami Mat Kontan justru berselingkuh dengan tetangga sekaligus sahabat suaminya sendiri. Selain perselingkuhan, juga terdapat tema lain yang masih berkaitan dengan tema di atas, yaitu kesombongan. Tema kesombongan dalam teks drama ini tergambar pada bagian pemaparan tokoh utama, Mat Kontan yang angkuh. Mat Kontan digambarkan sebagai tokoh yang angkuh/sombong karena merasa memiliki istri, anak, dan burung-burung peliharaan kesayangannya yang tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
dimiliki oleh orang lain. Mat Kontan selalu menyombongkan semua itu kepada semua orang termasuk kepada Soleman, tetangga sekaligus sahabatnya sendiri. Alur/plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat dua tokoh utama itu bertentangan. Konflik itu semakin lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks lakon akan menuju penyelesaian (Waluyo, 2006: 8). Adapun alur yang digunakan dalam teks drama Malam Jahanam adalah alur maju. Tahapan-tahapan plot yang terdapat dalam teks drama (Nurgiyantoro, 2009: 149-150) antara lain meliputi (1) tahap situation, (2) tahap generating circumstances, (3) tahap rising action, (4) tahap climax, dan (5) tahap denouement. Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh (drama personae) adalah daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama itu. dalam susunan tokoh itu, yang terlebih dahulu dijelaskan adalah nama, umur, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaannya (Waluyo, 2006: 8). Penokohan dalam teks drama Malam Jahanam terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam teks drama ini, yakni Mat Kontan, Paijah, dan Soleman, sedangkan yang menjadi tokoh tambahan, yakni Utai dan Tukang Pijat. Tokoh sentral dalam teks drama Malam Jahanam adalah Mat Kontan. Mat Kontan dikenal sebagai pribadi sombong dan tak acuh kepada anak dan istrinya. Mat Kontan memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok angkuh di kampungnya. Ia memiliki kebiasaan senang memelihara burung. Hampir setiap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
hari pekerjaannya hanya berjudi dan membeli burung tanpa mempedulikan istrinya dan anaknya yang sedang sakit. Selanjutnya, terdapat tokoh Paijah yang digambarkan sebagai istri Mat Kontan. Paijah merupakan sosok ibu penyayang, tetapi juga sebagai sosok istri yang tidak setia kepada suaminya, Mat Kontan. Hal ini terbukti dengan perselingkuhan yang dilakukannya dengan sahabat suaminya sendiri yaitu Soleman. Paijah juga digambarkan sebagai sosok pencemas. Kecemasan yang dialami oleh Paijah tidak terlepas dari perselingkuhannya dengan Soleman. Paijah khawatir jika perselingkuhannya dengan Soleman terbongkar, maka orang-orang akan mengusir mereka dari kampung. Soleman merupakan sahabat Mat Kontan. Soleman belum pernah menikah, dan memang tidak memiliki keinginan untuk menikah karena menurutnya menikah hanya akan membuat susah dirinya sendiri. Soleman juga digambarkan sebagai seorang pengkhianat karena berselingkuh dengan istri sahabatnya sendiri. Selain itu, Soleman juga memiliki sifat pengecut karena ia pun sebenarnya takut terhadap kemarahan Mat Kontan. Padahal kepada Paijah, Soleman telah berjanji bahwa dirinya akan melindungi Paijah dari kemarahan Mat Kontan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut latar cerita. Nurgiyantoro (2009: 216) mengemukakan latar yang juga sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat peristiwa terjadi. Latar/ setting tempat yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam, antara lain adalah rumah Mat Kontan (bagian depan rumah) dan juga rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
Soleman (bagian depan rumah) pada waktu malam hari. Latar sosial yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam yaitu lingkungan/perkampungan nelayan yang hidup dalam kemiskinan dan kurang berpendidikan, serta bahasa yang cenderung kasar dan kurang sopan. b. Bila Malam Bertambah Malam Dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam terdapat tema yakni hukum karma dan perselingkuhan. Tema hukum karma terlihat jelas dari peristiwa percintaan beda kasta antara Nyoman dengan Ngurah. Ngurah yang sejatinya seorang dari kasta tinggi pada kenyataannya mencintai Nyoman yang berkasta sudra. Peristiwa itulah yang juga dialami oleh Gusti Biang yang dahulu menjalin cinta dengan Wayan, pembantunya sendiri. Gusti Biang yang menentang hubungan Ngurah dengan Nyoman mendapat balasan hukum karma atas apa yang dilakukannya pada masa lalu. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama ini juga dilakukan oleh Gusti Biang terhadap almarhum suami. Gusti Biang yang sombong karena sastus sosial yang dimilikinya selama bertahun-tahun telah menyembunyikan kebenaran bahwa Ngurah bukanlah anaknya dengan almarhum suaminya, melainkan anaknya dengan Wayan, pembantunya sendiri. Selain itu, terdapat tema lain yang masih berkaitan dengan tema di atas, yakni kesombongan yang disebabkan oleh status sosial. Gusti Biang merupakan sosok yang mengagungkan kasta, sehingga menilai seseorang berdasarkan kasta yang dimilikinya. Alur yang digunakan dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah alur maju, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita tersusun menurut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
urutan waktu terjadinya secara berurutan, berlangsung secara kontinyu dan memuncak.Tokoh-tokoh yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ini, yakni Gusti Biang, Wayan, Nyoman, dan Ngurah. Tokoh sentral dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam adalah Gusti Biang. Gusti Biang digambarkan sebagai seorang janda bangsawan yang sudah puluhan tahun ditinggal mati oleh suaminya. Gusti Biang memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok congkak yang menilai orang berdasarkan kasta. Ia selalu memandang rendah orang yang kastanya lebih rendah dari dirinya, termasuk kedua pembantu yang tinggal dengannya, yaitu Wayan dan Nyoman. Wayan adalah sosok lelaki tua yang tinggal sebagai pembantu di rumah Gusti Biang. Wayan merupakan teman semasa suami Gusti Biang masih hidup. Wayan digambarkan sebagai sosok penyabar, bijaksana, dan senantiasa mendengarkan apa yang diperintahkan oleh Gusti Biang kepada dirinya. Selanjutnya, Nyoman digambarkan sebagai seorang gadis muda, cantik jelita yang juga tinggal sebagai pembantu di rumah Gusti Biang. Nyoman merupakan kekasih Ngurah. Nyoman memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok penyabar dan baik hati. Ngurah adalah anak laki-laki Gusti Biang yang sedang menuntut ilmu di Pulau Jawa. Ngurah memiliki ciri psikis yang digambarkan sebagai sosok pandai, berbakti kepada orang tua, penyabar, dan bijaksana. Ngurah yang memang berpendidikan tidak mempermasalahkan kasta seperti ibunya. Ngurah tidak memandang orang berdasarkan kasta yang dimilikinya, bagi Ngurah semua orang sama kedudukannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam hanya berkutat di sebuah puri/rumah, yakni rumah Gusti Biang, seorang janda yang sombong karena status sosial yang dimilikinya. Puri/rumah Gusti Biang merupakan rumah peninggalan almarhum suaminya, sedangkan latar waktu hanya terjadi pada malam hari. Keadaan sosial yang tergambar adalah cermin dari kehidupan masyarakat di Tabanan, Bali, yang masih begitu kental dalam menjunjung tinggi tingkatan kasta. Berdasarkan pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, maka dapat diketahui jika teks drama Malam Jahanam merupakan hipogram dan Bila Malam Bertambah Malam merupakan transformasinya. Selanjutnya dapat diketahui jika penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian Shakib (2013: 4) yang membuktikan bahwa sebuah karya sastra tanpa nama (anonim) berinterteks dengan karya sastra masa kini melalui sebuah proses evolusi. Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian yang dilakukan oleh Shakib tersebut karya sastra tanpa nama merupakan hipogram, dan karya sastra masa kini merupakan transformasinya. Persamaan penelitian Shakib dengan penelitian ini adalah samasama berfokus pada adanya hubungan intertekstual pada sebuah karya sastra. Adapun perbedaannya terletak pada objek kajian, jika Shakib mengulas tentang adanya hubungan intertekstual secara lebih luas, yakni antara teks sastra lama dengan teks sastra baru, maka penelitian ini mengulas hubungan intertekstual dan nilai pendidikan karakter secara lebih khusus, yakni teks drama sebagai objek kajiannya. Selain itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Shakib terletak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
pada analisis unsur-unsur intrinsik. Dalam penelitian ini pembahasan unsur-unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh/ penokohan, dan latar/ setting. Pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsik inilah yang merupakan salah satu kelebihan penelitian ini. 2. Persamaan Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam Kajian intertekstualitas merupakan sebuah kajian yang bertujuan untuk mencari persamaan dan perbedaan terhadap dua karya sastra, dalam hal ini khususnya teks drama. Prinsip ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca dan harus dibaca dengan latar belakang teks-teks lainnya; tidak ada sebuah teks pun yang sungguh-sungguh mandiri, dalam arti bahwa penciptaan dan pembacanya tidak dapat dilakukan tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh teladan, kerangka (Teeuw, 2003: 120). Kajian ini didahului dengan analisis struktural karya sastra yang bertujuan untuk memudahkan analisis dengan menggunakan kajian interteks. Setelah melakukan analisis struktural, maka hal selanjutnya adalah membandingkan kedua teks drama untuk menemukan persamaan dan perbedaan kedua teks drama tersebut. Perbandingan kedua teks drama tersebut dilakukan pada unsur-unsur intrinsik, khususnya pada tema, alur/plot, tokoh dan penokohan, serta latar/setting. a. Tema Persamaan yang berkaitan dengan tema dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam adalah perselingkuhan. Dalam teks drama Malam Jahanam diceritakan perselingkuhan dilakukan oleh Paijah dan Soleman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
terhadap Mat Kontan. Paijah adalah istri Mat Kontan, sedangkan dan Soleman adalah sahabat Mat Kontan. Perselingkuhan yang mereka lakukan akibat sikap tak acuh dan sombong yang senantiasa dilakukan Mat Kontan. Mat Kontan selalu sibuk berjudi dan memperhatikan burung-burung kesayangannya, ia lupa pada istrinya yang kesepian dan kurang perhatian karena selalu ditinggalkannya. Mat Kontan selalu membanggakan apa yang dimilikinya. Gambaran yang hampir serupa juga terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama ini dilakukan oleh Gusti Biang terhadap almarhum suami. Gusti Biang yang sombong karena sastus sosial yang dimilikinya selama bertahun-tahun telah menyembunyikan kebenaran bahwa Ngurah bukanlah anaknya dengan almarhum suaminya, melainkan anaknya dengan Wayan, pembantunya sendiri. Untuk menutupi hal tersebut, Gusti Biang bersikap sombong dan semena-mana karena merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi dibandingkan orang lain. Sementara itu, mengenai tema-tema yang lain tidaklah jauh berbeda dari tema utama. Dalam kedua teks drama tersebut, tema lain yang juga masih memiliki keterkaitan dengan tema utama. Dalam kedua teks drama tersebut terdapat tema lain yakni kesombongan. Kesombongan terlihat jelas melekat pada tokoh utama, yakni tokoh Mat Kontan dalam Malam Jahanam dan Gusti Biang dalam Bila Malam Bertambah Malam. b. Alur Persamaan alur dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni penggunaan alur maju. Alur penceritaan yang terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam adalah alur maju atau progresif, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya secara berurutan, berlangsung secara kontinyu dan memuncak. Selain itu, berdasarkan tahapan plot, secara umum juga memiliki kesamaan, yakni pada tahap situation, generating circumstate, rising action, dan climax. c. Tokoh dan penokohan Persamaan penokohan pada teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain berkaitan dengan tokoh utama, dalam hal ini berkaitan dengan sifat tokoh yang terdapat di dalam kedua teks drama. Dalam teks drama Malam Jahanam tokoh utama, Mat Kontan, memiliki watak dan kepribadian yang sombong. Dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam tokoh utama, yaitu Gusti Biang juga memiliki sifat dan kepribadian yang hampir serupa. Gusti Biang digambarkan sebagai sosok yang angkuh karena merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi sehingga dengan sekehendak hatinya berbuat semena-mena terhadap orang lain. Persamaan selanjutnya yakni pada perselingkuhan yang dilakukan oleh tokoh Paijah dan Soleman, dan juga Gusti Biang. Dalam teks drama Malam Jahanam diceritakan perselingkuhan dilakukan oleh Paijah dan Soleman terhadap Mat Kontan. Perselingkuhan juga terjadi dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Perselingkuhan tersebut dilakukan oleh Gusti Biang dan Wayan. Gusti Biang yang sombong karena status sosial yang dimilikinya selama bertahun-tahun telah menyembunyikan kebenaran bahwa Ngurah bukanlah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
anaknya dengan almarhum suaminya, melainkan anaknya dengan Wayan. Dalam teks drama Malam Jahanam terdapat tokoh lain yang juga berperan penting dalam cerita, antara lain yaitu Paijah dan Soleman, sedangkan tokoh lain yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam yaitu Nyoman, Wayan, dan Ngurah. d. Setting/latar Persamaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain meliputi, latar tempat dan waktu. Terdapat persamaan antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni sama-sama menggunakan satu latar tempat. Dalam teks drama Malam Jahanam ditunjukkan jika latar tempat yang digunakan hanya berkutat di sekitar perkampungan nelayan di pesisir pantai, yakni di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Begitu pula dengan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Latar tempat dalam teks drama ini juga hanya berkutat di sebuah puri/rumah, yakni rumah Gusti Biang, seorang janda yang sombong karena status sosial yang dimilikinya. Puri/rumah Gusti Biang merupakan rumah peninggalan almarhum suaminya. Berkaitan dengan latar waktu terdapat juga kesamaan, yakni sama-sama menggunakan latar waktu malam hari. Dalam kedua teks drama tersebut hanya terdapat satu latar waktu yakni malam hari. Peristiwa yang terjalin dalam kedua teks drama tersebut hanya terjadi pada malam hari. Artinya, tidak ditemukan latar waktu yang lain selain malam hari dalam kedua teks drama tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dalam jurnal yang ditulis oleh Shafique dan Yaqoob (2012: 481) menemukan adanya hubungan interteks antara novel yang ditulis oleh Forster berjudul A Passage to India dengan novel Burnt Shadows yang ditulis Kamila Shamsie. Persamaan penelitian Shafique dan Yaqoob dengan penelitian ini adalah bahwa sebuah karya sastra merupakan transformasi dari karya sastra sebelumnya. A Passage to India yang ditulis dengan menggunakan gaya kolonial karena ditulis pada masa kolonial Inggris di India, kemudian ditulis kembali oleh Kamila Shamsie dengan judul Burnt Shadows dengan menggunakan gaya penulisan post-kolonial. Hal tersebut membuktikan bahwa sebuah karya sastra yang lahir terlebih dahulu menginspirasi karya sastra setelahnya, dalam hal ini kaitannya dengan gaya penulisan yang berbeda. Adapun perbedaan penelitian Shafique dan Yaqoob dengan penelitian ini terletak pada objek kajiannya. Shafique dan Yaqoob mengulas tentang adanya hubungan intertekstual
pada novel,
sedangkan penelitian
ini
mengulas
hubungan
intertekstual dan nilai pendidikan karakter pada teks drama. 3. Perbedaan Unsur-unsur Intrinsik Teks Drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam a. Tema Perbedaan yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam yakni terletak pada tema lain. Pada dasarnya, tema lain yang terdapat dalam kedua teks drama sama, yakni kesombongan. Akan tetapi, yang melatarbelakangi kesombongan masing-masing tokoh dalam teks drama tersebut yang berbeda. Dalam teks drama Malam Jahanam kesombongan Mat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Kontan dilatarbelakangi oleh segala sesuatu yang dimilikinya, istri, anak, dan juga burung-burung kesayangannya. Berbeda dengan kesombongan Gusti Biang yang disebabkan oleh status sosial. Gusti Biang digambarkan sebagai sosok yang selalu menilai orang lain berdasarkan kasta. Gusti Biang bersikap sombong guna menjaga martabat kebangsawanannya agar tidak cemar. Gusti Biang yang sebenarnya juga mencintai Wayan, rela meninggalkan Wayan dan menikah dengan orang yang sederajat secara kasta yang dijodohkan oleh orang tuanya. Dengan demikian, ditemukan adanya perbedaan tema dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Perbedaan tersebut tampak pada latar belakang kesombongan masing-masing tokoh dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, yakni Mat Kontan dan Gusti Biang. Perselingkuhan yang terjadi dalam teks drama Malam Jahanam disebabkan oleh kesombongan Mat Kontan. Dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam kesombongan adalah cara yang digunakan oleh Gusti Biang untuk menutupi perselingkuhan yang telah ia dilakukan. b. Alur/plot Perbedaan alur yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam terletak pada tahap penyelesaian konflik atau akhir cerita. Jika dalam teks drama Malam Jahanam, akhir cerita tidak berakhir dengan bahagia karena anak Paijah akhirnya harus meninggal dunia. Sehingga penyelesaian konflik dalam teks drama Malam Jahanam dapat dikatakan belum tuntas karena tokoh Mat Kontan dan Soleman yang berseteru tidak berdamai. Berbeda dengan penyelesaian konflik yang terdapat dalam teks drama Bila Malam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
Bertambah Malam, konflik yang memuncak akhirnya dapat terselesaikan dengan bahagia karena Gusti Biang akhirnya merestui hubungan Ngurah dengan Nyoman. Pembahasan berkaitan dengan alur/plot di atas, lebih lanjut sejalan dengan jurnal yang ditulis Nwagbara (2011: 92) yang mengemukakan adanya hubungan intertekstual antara sejarah dengan karya sastra. Karya sastra fiksi berbentuk novel diduga kuat memiliki keterkaitan erat dengan sejarah pada saat terjadinya krisis kenegaraan Nigeria di zaman postkolonial. Artinya, terdapat keterikatan antara alur yang terdapat dalam sejarah dengan alur yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Hal inilah yang juga terdapat tahap pengaluran dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Adapun perbedaannya terletak pada objek kajian, jika Nwagbara mengulas tentang adanya hubungan intertekstual pada karya sastra dan sejarah, maka penelitian ini mengulas hubungan intertekstual dan nilai pendidikan karakter pada teks drama. c. Tokoh dan penokohan Tokoh utama dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam masing-masing adalah Mat Kontan dan Gusti Biang. Kedua tokoh tersebut memiliki perbedaan dalam hal watak, yakni alasan yang melatarbelakangi sifat sombong mereka. Sosok Mat Kontan diceritakan sebagai seorang suami yang sombong karena merasa memiliki segala hal yang tidak dimiliki oleh orang lain. Mat Kontan selalu menyombongkan istri, anak, dan burung-burung peliharaannya kepada semua orang termasuk kepada Soleman, sahabatnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Berbeda dengan Gusti Biang yang merupakan seorang janda bangsawan yang bersikap sombong karena merasa memiliki status sosial yang lebih tinggi. Gusti Biang selalu menilai orang lain berdasarkan kasta, sehingga selalu berkata dan berbuat semena-mena terhadap kedua pembantunya, Wayan dan Nyoman. Kesombongan Gusti Biang merupakan usahanya untuk menjaga martabat kebangsawanannya agar tidak cemar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Mat Kontan dan Gusti Biang memiliki watak sombong dengan latar belakang yang berbeda. d. Setting/latar Perbedaan latar yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain meliputi, latar tempat dan sosial. Perbedaan latar tempat yang paling signifikan tampak pada nama tempat yang berbeda. Dalam teks drama Malam Jahanam ditunjukkan jika latar tempat yang digunakan adalah di sekitar perkampungan nelayan yang miskin di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung. Lebih tepatnya di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Berbeda dengan latar tempat yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam, yakni di sebuah daerah di Tabanan, Bali. Tepatnya di sebuah puri/rumah Gusti Biang, seorang janda bangsawan yang sombong karena status sosial yang dimilikinya. Puri/rumah Gusti Biang merupakan rumah peninggalan almarhum suaminya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan latar tempat antara teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. Artinya, dalam kedua teks drama tersebut masing-masing menggunakan latar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
tempat yang berbeda, baik dari segi tempat maupun dari segi kebudayaan masyarakatnya. Dalam hal latar sosial ini ditemukan juga adanya perbedaan. Dalam teks drama Malam Jahanam latar sosial berupa peristiwa yang terjadi di sekitar perkampungan nelayan yang miskin di antara Kecamatan Kalianda dan Kota Agung, Lampung. Lebih tepatnya di rumah Mat Kontan dan Soleman yang saling berdekatan. Budaya masyarakat di perkampungan nelayan yang miskin tercermin dari rumah mereka yang terdiri dari geribik, tonggak bambu dan beratap daun kelapa. Suara yang keras dan gurau kasar yang mengesankan jika mereka kurang berpendidikan. Cara berpakaian mereka yang laki-laki hampir semua bercelana katok dan baju kaus hitam dengan golok di ikat pinggang, kain sarung terselempang, berkopiah, dan mata yang tajam berdarah panas. Hal tersebut kontras dengan latar sosial dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam, yakni peristiwa terjadi di sebuah puri/ rumah Gusti Biang di daerah Tabanan, Bali. Secara tidak langsung dapat digambarkan jika pola pikir dan keadaan masyarakat setempat masih sangat kental dalam menjunjung tinggi susunan kasta dalam masyarakat. 4. Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam Secara sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya (Samani, 2013: 43). Pendidikan karakter juga didefinisikan sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungan dengan Tuhannya. Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Dalam rangka membentuk karakter, sastra diperlukan sebagai salah satu media atau sarana penanaman nilai-nilai pendidikan karakter. Hal tersebut sesuai karena di dalam sastra terdapat nilai etika dan moral yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Sastra tidak hanya berkaitan dengan diri sendiri, tetapi juga berkelindan dengan dengan ketuhanan/ religius, alam semesta, dan juga masyarakat.
Kemendiknas
menjelaskan
bahwa
nilai-nilai
karakter
yang
dikembangkan dalam dunia pendidikan didasarkan pada empat sumber, yaitu agama, pancasila, budaya bangsa, dan tujuan pendidikan nasional itu sendiri. Berdasarkan keempat sumber tersebut dirumusakan 18 nilai-nilai karakter yang meliputi, religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar, membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Selain memberikan hiburan, teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam juga mengandung berbagai nilai pendidikan karakter. Nilainilai pendidikan karakter yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam antara lain, religius, jujur, toleransi, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, cinta damai, peduli sosial, tanggung jawab, suka membantu, sabar, bijaksana, dan ulet. Nilai-nilai tersebut dapat disimak melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130
karakter tokoh yang terdapat dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam. a. Malam Jahanam 1) Religius Religius adalah salah satu nilai karakter berupa ketaatan dalam memahami dan menjalankan ajaran agama yang dianut. Religius pada hakikatnya berkaitan erat dengan ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan. Karakter religius merupakan bagian dari nilai pendidikan karakter. Karakter religius secara tersirat terdapat dalam teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye. Hal ini tercermin dari sikap para tokoh utama dalam teks drama tersebut, yakni Mat Kontan, Soleman, dan Paijah. Motinggo
melalui teks drama Malam Jahanam mencoba
menyampaikan pesan berupa nilai-nilai karakter religius melalui watak-watak tokoh yang seolah jauh dari Tuhan, padahal mereka mengenal adanya Tuhan dalam hidup mereka. Mat Kontan yang sombong, Paijah dan Soleman yang mengkhianati Mat Kontan dengan melakukan perselingkuhan. Gambaran tersebut merupakan suatu sikap yang tidak menunjukkan karakter religius. Mereka yang tidak lagi menaati ajaran agama yang mereka yakini merupakan tindakan yang tidak mencerminkan karakter religius. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya kesejalanan antara ucapan dengan perbuatan dalam berkeyakinan/beragama, sehingga dapat tercipta pribadi yang memiliki karakter religius secara menyeluruh. Alangkah lebih baik jika karakter religius ditunjukkan, baik melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
sikap, perbuatan, dan tindakan berupa ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan YME. 2) Jujur Kejujuran merupakan karakter positif yang ditunjukkan dengan perkataan dan perilaku yang menyebabkan seseorang untuk mendapat kepercayaan dari orang lain. Karakter jujur dalam teks drama Malam Jahanam ditunjukkan oleh tokoh Soleman yang dengan jujur mengakui jika dirinyalah yang telah membunuh beo Mat Kontan dan dialah ayah kandung dari anak yang selalu dibanggakan oleh Mat Kontan. Dengan demikian, yang terpenting dalam menanamkan nilai-nilai kejujuran adalah dengan berani berlaku jujur mempertanggungjawabakan segala sesuatu yang kita lakukan, betapapun pahit akibatnya bagi diri kita. Berani berbuat sesuatu, berarti juga berani untuk mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut. 3) Toleransi Toleransi adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya. Karakter bertoleransi inilah yang ingin disampaikan oleh Motinggo melalui teks drama Malam Jahanam. Dalam teks drama Malam Jahanam kita dapat mengetahui jika sikap bertoleransi sangat diperlukan baik dalam hidup berumah tangga dan juga bertetangga. Dengan demikian, perlu adanya penanaman nilai karakter berupa sikap toleransi, sehingga tercipta masyarakat yang saling menghargai berbagai perbedaan serta kekurangan orang lain. Bertoleransi dengan menghargai orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
lain tentu akan dapat menciptakan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, aman, dan tentram. 4) Kerja keras Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguhsungguh dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, dan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Karakter kerja keras inilah yang tidak dimiliki oleh tokoh Mat Kontan. Dalam teks drama Malam Jahanam melalui tokoh Mat Kontan yang tidak bekerja keras padahal ia merupakan kepala keluarga, kita dapat mengetahui hal penting yang ingin disampaikan Motinggo melalui teks drama tersebut. Sebagai kepala keluarga, yang dilakukan Mat Kontan hanyalah berjudi dan memberi perhatian kepada burung-burung kesayangannya. Mat Kontan tidak pernah berusaha untuk bekerja keras dan memperhatikan istri dan anaknya yang sedang sakit. Dengan demikian, untuk mencapai suatu cita-cita kita harus bekerja keras. Kiranya itulah yang menjadi salah satu hal yang ingin disampaikan oleh Motinggo, melalui kerja keras maka seseorang akan dapat meraih cita-citanya. 5) Mandiri Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun, bukan berarti tidak bekerja sama dengan orang lain, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. Melalui tokoh Paijah inilah tercermin karakter yang tidak menunjukkan kemandirian. Paijah yang memiliki permasalahan dengan Mat Kontan lebih memilih bergantung dan berlindung pada Soleman. Sikap Paijah tersebut seharusnya tidak ia lakukan karena bagaimanapun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
permasalahan yang sedang ia hadapi, alangkah lebih baik jika diselesaikan dengan cara berbicara baik-baik pada Mat Kontan, bukan dengan cara lari kepada lakilaki lain yang bukan suaminya dan meminta perlindungannya. Mandiri bukan berarti tidak kooperatif dengan orang lain. Sebaliknya, bersikap mandiri berarti berusaha melakukan tugasnya dengan tidak bergantung pada orang lain, tetapi tetap dapat bekerja sama dengan orang lain. Karakter mandiri inilah yang secara tidak langsung tercermin melalui penokohan seorang Paijah. Paijah yang lemah lebih memilih bergantung pada Soleman. Padahal belum tentu Soleman dapat membantu Paijah karena Soleman sendiri adalah seorang pengecut. 6) Cinta damai Cinta damai merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas masyarakat tertentu. Seseorang yang cinta damai pasti akan berusaha untuk dapat menciptakan dan menjaga suasana agar damai dan tenang dalam lingkungan tempat tinggalnya. Karakter cinta damai ditunjukkan oleh Paijah yang khawatir jika perselingkuhannya dengan Soleman terbongkar karena sesungguhnya pun Paijah tidak menginginkan adanya situasi yang tidak damai, yang dapat menjadi aib dan bahan perbincangan banyak orang, dan tentu saja dapat membuat dirinya diusir dari kampung. Selain itu, kita dapat melihat sikap cinta damai yang ditunjukkan oleh Soleman dengan mengkhawatirkan kepergian Mat Kontan yang ia duga akan bunuh diri. Sebagai manusia, Soleman pun sesungguhnya memiliki jiwa kemanusiaan yang cinta damai dengan niatnya mengejar Mat Kontan yang ia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
kira akan bunuh diri. Selanjutnya, kita juga dapat melihat karakter cinta damai yang juga ditunjukkan oleh Mat Kontan dengan cara meminta kepada Paijah agar merahasiakan perihal perkelahiannya dengan Soleman yang juga melibatkan Utai. 7) Peduli sosial Peduli sosial adalah suatu sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya. Karakter peduli sosial inilah yang ingin disampaikan oleh Motinggo melalui penokohan Soleman yang dapat dikatakan tidak memiliki sikap peduli sosial. Sebagai seorang sahabat sekaligus tetangga, Soleman seharusnya bersikap lebih peka dengan lingkungan sosialnya tersebut. Perbuatan Soleman yang berselingkuh dengan sahabat sekaligus tetangganya sendiri, selain dapat menghancurkan rumah tangga Mat Kontan dan Paijah juga dapat merusak hubungan persahabatannya dengan Mat Kontan. 8) Tanggung jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama. Sikap tanggung jawab belum sepenuhnya dilakukan oleh Soleman. Rasa tanggung jawab Soleman baru ditunjukkan melalui pengakuannya kepada Mat Kontan perihal burung yang ia bunuh dan kenyataan bahwa Mat Kontan Kecil adalah darah-dagingnya. Artinya, tanggung jawab yang dilakukan oleh Soleman hanya berkaitan dengan pertanggungjawaban secara pribadi, dan belum menunjukkan tanggung jawab yang berkaitan dengan kehidupan sosial.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
b. Bila Malam Bertambah Malam 1) Jujur Karakter jujur dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang mengungkapkan rahasia yang selama bertahun-tahun telah ia pendam. Wayan yang tidak dapat lagi menyembunyikan kebenaran bahwa sebenarnya Ngurah adalah darah dagingnya kemudian memilih berkata
jujur
kepada
Ngurah
di
hadapan
Gusti
Biang.
Wayan
juga
mengungkapkan sebuah kebenaran bahwa almarhum suami Gusti Biang adalah pengkhianat bangsa dan bukan seorang pahlawan seperti yang selama ini disangkakan. 2) Toleransi Karakter toleransi dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman. Nyoman sudah cukup bertoleransi dengan status dan perannya sebagai pembantu di rumah Gusti Biang. Nyoman merasa sudah cukup memberikan toleransi kepada Gusti Biang yang sudah ia hormati dengan segala bentuk pengabdiannya selama bertahun-tahun. Nyoman menganggap jika toleransinya kepada Gusti Biang selama ini sudah cukup. Bahwa toleransinya kepada Gusti Biang ada batasnya. Karakter toleransi ditunjukkan Nyoman sebagai salah satu bentuk penghargaan dan pengabdiannya kepada Gusti Biang. Akan tetapi, Nyoman terus-menerus dihina, dicaci, dan diperlakukan tidak manusiawi. 3) Tanggung jawab
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136
Nilai pendidikan karakter berupa rasa tanggung jawab dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan melalui sikap tanggung jawabnya sebagai pembantu. Wayan dengan penuh tanggung jawab berusaha memenuhi kewajibannya sebagai pembantu dengan cara memenuhi panggilan Gusti Biang. Selain itu, sikap tanggung jawab juga ditunjukkan oleh Nyoman. Nyoman yang juga merupakan seorang pembantu di rumah Gusti Biang menunjukkan hal yang serupa dengan Wayan. Nyoman memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya sebagai pembantu. Nyoman dengan penuh tanggung jawab berusaha membujuk Gusti Biang untuk berkenan meminum obat. Rasa tanggung jawab yang besar inilah yang menyebabkan Nyoman dengan penuh kesabaran meminta agar Gusti Biang meminum obat demi kesehatan dan kesembuhannya, walaupun maksud baik Nyoman tidak bersambut. Rasa tanggung jawab inilah yang tetap ditunjukkan Nyoman, walaupun Gusti Biang berlaku kasar kepadanya. Nyoman dengan telaten dan sabar tetap berusaha bertanggung jawab atas pekerjaannya, bahkan ketika Gusti Biang enggan meminum obat yang ia bawakan. Perlakuan kasar Gusti Biang kepada dirinya tidak dihiraukan karena rasa tanggung jawab yang dimilikinya. 4) Suka membantu Nilai pendidikan karakter suka membantu dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan yang dengan keterbatasan yang dimilikinya, Wayan tetap berusaha untuk membantu Gusti Biang. Sikap suka membantu juga ditunjukkan oleh Nyoman, yang dengan tulus berusaha membantu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 137
Gusti Biang yang kesulitan memasukkan benang ke dalam jarum. Walaupun bantuan yang diberikan oleh Nyoman seringkali disalahartikan oleh Gusti Biang. 5) Peduli Nilai pendidikan karakter peduli, dalam hal ini peduli sosial yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan. Sikap peduli terlihat ketika Wayan dengan segera mengindahkan panggilan dan langsung memijit kaki Gusti Biang tanpa ada yang menyuruhnya. Selain itu, sikap peduli juga ditunjukkan oleh Nyoman. Nyoman yang juga merupakan pembantu di rumah Gusti Biang menunjukkan hal yang serupa dengan Wayan. Sikap peduli Nyoman terlihat ketika ia mengkhawatirkan kesehatan Gusti Biang. Nyoman dengan penuh kepedulian meminta Gusti Biang untuk mau meminum obat demi kesehatan Gusti Biang sendiri. Walapun kepedulian Nyoman tidak pernah mendapat respons yang baik dari Gusti Biang sendiri. Selain itu, sikap peduli juga ditunjukkan oleh Ngurah. Sikap peduli Ngurah terhadap ibunya ditunjukkan ketika ia yang baru saja sampai di rumah dan mendapati ibunya yang sedang tertidur. Ngurah menunjukkan kepeduliannya sebagai anak dengan bertanya mengapa ibunya bisa sampai tertidur di kursi dan apakah ibunya sakit. 6) Sabar Nilai pendidikan karakter sabar, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Wayan dalam menghadapi Gusti Biang. Wayan dengan penuh kesabaran menghadapi tingkah laku dan perkataan Gusti Biang yang cenderung kasar dan semena-mena. Hal serupa juga dilakukan oleh Nyoman,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 138
yang selama hampir duabelas tahun bersabar. Nyoman dengan sekuat tenaga mencoba bersabar atas semua perlakuan Gusti Biang kepada dirinya. Sampai pada akhirnya Nyoman merasa kesabaran yang ia miliki ada batasnya karena Nyoman tidak mau lagi harga dirinya diinjak-injak oleh Gusti Biang. 7) Bijaksana Nilai pendidikan karakter bijaksana, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh Wayan dan Ngurah. Sikap atau karakter yang mencerminkan kebijaksaan ditunjukkan oleh Wayan kepada Gusti Biang dan Nyoman. Kepada Gusti Biang, Wayan menolak berbuat sesuatu yang jahat kepada Nyoman karena diusianya kini alangkah lebih baik jika ia gunakan untuk bertapa dan bertaubat, bukan lagi berbuat sesutau yang menyakiti orang lain seperti perintah Gusti Biang. Kepada Nyoman, Wayan memberikan nasihat agar jangan lekas pergi dan untuk tidak memikirkan perkataan Gusti Biang yang sedang sakit dan mulai pikun. Lebih lanjut, sikap atau karakter yang mencerminkan kebijaksaan ditunjukkan oleh Wayan dengan mengatakan alasan mengapa dirinya tidak kunjung menikah sampai tua dan menyuruh Ngurah untuk tidak seperti dirinya. Wayan menyuruh Ngurah untuk mengejar Nyoman dan tidak mempermasalahkan kasta di antara mereka. Selain itu, sikap bijaksana juga ditunjukkan oleh Ngurah yang meminta ibunya untuk berbicara masalah hubungannya dengan Nyoman menggunakan pikiran jernih dan dingin. Ngurah juga menentang pendapat ibunya yang selalu menilai orang berdasarkan kasta. Kepada Gusti Biang, Ngurah menyampaikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 139
pemikirannya agar ibunya tidak lagi berpikiran sempit dengan membeda-bedakan orang berdasarkan kasta. 8) Kerja keras Karakter kerja keras, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman. Nyoman dengan penuh kesungguhan bekerja keras membujuk Gusti Biang agar mau meminum obat. Walaupun mandapat penolakan keras dari Gusti Biang, Nyoman berusaha dengan kesabaran dan berbagai cara membujuk Gusti Biang supaya mau meminum obatnya. 9) Kreatif Karakter kreatif, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman yang membujuk Gusti Biang agar mau meminum obat, yakni dengan cara memuji penampilan Gusti Biang yang masih terlihat cantik dan agung penuh dengan cahaya keningratan. Nyoman juga menunjukkan sikap kreatifnya dengan mengatakan bahwa obat-obatan yang ia bawa lebih manis, berbeda dengan obat-obatan yang kemarin. Lebih lanjut, karakter kreatif juga ditunjukkan oleh Nyoman dengan berpura-pura tidak peduli jika Gusti Biang tidak mau meminum obatnya. Nyoman membujuk Gusti Biang agar mau meminum obat dengan menakut-nakuti Gusti Biang dengan cerita ular yang jatuh. 10) Demokratis Karakter demokratis, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Ngurah yang tidak membeda-bedakan orang lain berdasarkan kasta. Ngurah dengan bijak mencoba menunjukkan karakter demokratis kepada ibunya agar tidak menilai atau memandang rendah orang lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 140
hanya karena permasalahan kasta. Bagi Ngurah, Nyomanlah yang justru menjadikan Gusti Biang dan dirinya lebih terhormat. Ngurah tidak merasa jika dirinya menjadi tinggi karena kastanya. Martabat dan kedudukan yang tinggi itulah yang justru mengharuskan dirinya berkelakuan baik dan pintar. 11) Ulet Karakter ulet, dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam ditunjukkan oleh tokoh Nyoman dengan membujuk Gusti Biang agar berkenan meminum obatnya. Gusti Biang yang enggan meminum obat berusaha mengusir Nyoman agar pergi dari hadapannya. Akan tetapi, hal tersebut sama sekali tidak menyurutkan niat baik Nyoman untuk membantu Gusti Biang meminum obat. Beberapa temuan yang berkaitan dengan pendidikan karakter dalam teks drama Malam Jahanam dan Bila Malam Bertambah Malam, senada dengan jurnal penelitian yang ditulis oleh Gervais (2006: 6). Dalam jurnalnya tersebut, Gervais mengungkapkan bahwa drama dapat dijadikan sebagai alat pendidikan moral yang signifikan bagi siswa SMP. Gervais mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara drama dan pendidikan moral pada masa anak remaja, khususnya pada siswa SMP. Adapun persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Gervais dengan penelitian ini adalah bahwa drama memiliki dampak positif bagi pendidikan karakter pada siswa. Artinya, siswa dapat mengeksplorasi nilai-nilai yang terdapat di dalam sebuah drama. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Gervais dengan penelitian ini adalah pada objek penelitiannya. Jika yang menjadi objek penelitian Gervais adalah peserta didik, dalam hal ini siswa SMP terkait dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 141
pembelajaran drama. Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan naskah drama sebagai objek kajiannya. Sejalan dengan Gervais, Ozdemir (2008: 14) dalam jurnalnya juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh atau dampak dari pembelajaran drama bagi kemampuan kognitif dan afektif peserta didik. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pembelajaran drama di kelas memiliki dampak positif pada perkembangan siswa
kaitannya
dengan
keterampilan
komunikasi,
tingkat
sosialisasi,
pengembangan emosional kecerdasan, keterampilan sosial, empatik. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ozdemir dengan penelitian ini adalah bahwa drama memiliki dampak positif bagi perkembangan afektif siswa. Artinya, drama memberikan dampak pada pendidikan karakter peserta didik. Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ozdemir dengan penelitian ini terletak pada objek penelitiannya. Ozdemir menjadikan peserta didik sebagai objek penelitian kaitannya dengan pembelajaran drama, maka berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan teks drama sebagai objek kajiannya. Berdasarkan penelitian Gervais dan Ozdemir tersebut, maka dapat disimpulkan jika penelitian ini meneruskan dari penelitian terdahulu dalam hal peranan drama dalam rangka pendidikan moral dan karakter bagi peserta didik. Drama memiliki dampak yang positif bagi perkembangan afektif dan kognitif peserta didik. Akan tetapi, dalam penelitian ini penanaman nilai-nilai pendidikan karakter lebih mendalam melalui kegiatan pembelajaran apresiasi sastra, khususnya teks drama. Hal inilah yang juga menjadi kelebihan dari penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 142
Berkait dengan nilai pendidikan karakter, khususnya yang terdapat dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam, maka peneliti juga melakukan wawancara dengan Putu Wijaya selaku penulis teks drama tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Putu Wijaya, dapat disimpulkan bahwa sebuah karya sastra yang baik pastilah mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan karakter. Hal inilah yang juga hendak disampaikan oleh Putu Wijaya melalui teks drama Bila Malam Bertambah Malam. Melalui teks drama Bila Malam Bertambah Malam, Putu Wijaya ingin mengajak pembaca/penonton melihat sebuah pembelajaran, khususnya kepada generasi muda dewasa ini yang sudah diamuk ego dan sifat individualistik. Catatan Lapangan Hasil Wawancara (CLWH) terlampir (halaman 157 dan 159). Intertekstualitas karya sastra dapat dilihat melalui persamaan pada teks karya sastra yang satu dengan teks karya sastra lainnya. Kedua teks drama dalam penelitian ini memiliki persamaan antara lain pada unsur-unsur intrinsik antara lain meliputi alur, tema, tokoh dan penokohan, serta latar/setting. Teks drama Malam Jahanam karya Motinggo Busye yang ditulis pada tahun 1948 merupakan hipogram, dan teks drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya yang ditulis pada tahun 1970 merupakan transformasinya. Sebagai hipogram, teks drama Malam Jahanam dijadikan dasar atau latar penciptaan teks drama Bila Malam Bertambah Malam, meskipun hal tersebut tidak tampak secara eksplisit.
commit to user