29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Home Industry Shasa 1. Sejarah Home Industry Produk Egg Roll Ubi Ungu saat ini telah dikenal sebagai salah satu ikon produk oleh-oleh khas Yogyakarta. Yogyakarta terkenal dengan sebutan sebagai kota pelajar dan kota gudeg. Disamping itu selaras dengan perkembangan kuliner di Yogyakarta dapat dimanfaatkan sebagai pendukung pariwisata yang ada di Yogyakarta. Produk kuliner egg roll sudah banyak beredar, tetapi sepengetahuan pemilik home industry Shasa saat itu egg roll dengan bahan baku ubi ungu belum pernah ada. Sehingga pemilik home industry Shasa berinovasi menciptakan produk egg roll dari bahan baku ubi ungu yang kemudian diberi nama Egg Roll Ubi Ungu Shasa. Egg Roll Ubi Ungu Shasa adalah industri rumah tangga yang berdiri sejak bulan Desember tahun 2010, di Dusun Bedukan, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupten Bantul Yogyakarta. Home industry ini dikelola oleh sepasang suami istri yang bernama Muhammad Luthfi Yuniarto dan Almunafasah. Keduanya merupakan tamatan Sarjana (S1). Pada awal pendirian industri ini, hanya memiliki 4 tenaga kerja yang berasal dari luar home industry dan merupakan warga sekitar home industry Shasa tersebut. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya usaha, maka pada saat ini Home Industry Shasa sudah memiliki 23 tenaga kerja yang terdiri dari 21 tenaga kerja luar dan 2 tenaga kerja dalam. 2. Kondisi Home Industry Home industry ini didirikan oleh pasangan suami istri Bapak M. Luthfi Yuniarto dan Ibu Almunafasah. Egg Roll Ubi Ungu Shasa, dirintis sebagai usaha keluarga yang dikelola dengan semangat dan manajemen kekeluargaan. Awal mulanya produk ini diperkenalkan kepada masyarakat dari mulut ke mulut melalui acaratopengajian, arisan, rapat, dll. Sejak awal commit user
29
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdiri hingga saat ini home industry ini sudah mampu memiliki 23 karyawan tetap yang bekerja dibagian produksi dan pengemasan dan puluhan marketing lepas/freelance. Karyawan Egg Roll Ubi Ungu Shasa pada umumnya adalah ibu rumah tangga yang berasal dari keluarga kurang mampu serta rata-rata berpendidikan lulusan Sekolah Dasar. Tenaga kerja ini bekerja dari pukul 8 pagi hingga 16 sore dengan rata-rata upah tenaga kerja sebesar Rp 24.000,00 per harinya. 3. Produksi dan Keunikan Produk Egg Roll Ubi Ungu Shasa diproses secara kombinasi manual dan mesin. Proses mesin meliputi pengolahan bahan baku dan pengepresan kemasan plastik. Pembuatan adonan dengan mencampur bahan baku dengan bahan tambahan dilakukan dengan bantuan mixer. Mixer yang digunakan mempunyai kapasitas 20 kg adonan. Sedangkan pengepresan kemasan plastik menggunakan alat yang disebut sealer. Sedangkan untuk proses
manual
meliputi
proses
pematangan,
pembentukan
serta
pengemasan produk yang memanfaatkan tenaga manusia. Masing-masing proses dijaga kualitas serta dijamin kebersihannya agar hasil sesuai dengan yang diharapkan. Kapasitas Produksi Egg Roll Ubi Ungu Shasa adalah sebesar 700 kemasan per hari dengan memperkerjakan 23 tenaga kerja. Kapasitas produksi ini selalu stabil setiap bulannya. Permintaan produk akan meningkat apabila mendekati Bulan Ramadhan, Hari Raya Natal serta liburan sekolah. Apabila permintaan bertambah, maka pemilik perusahaan menambah tenaga kerja lagi demi mencukupi permintaan konsumen. Perbedaan produk egg roll yang ada dan beredar di masyarakat dengan Egg Roll Ubi Ungu Shasa adalah pada bahan baku. Untuk egg roll yang sering muncul di pasaran hanya berbahan baku telur dan tepung terigu, sedangkan untuk Egg Roll Ubi Ungu Shasa selain terdiri dari telur dan tepung terigu juga terdapat bahan baku utama yaitu ubi ungu. Keunggulan ubi ungu dibandingkan bahan baku lainnya adalah hasil commit to user produk lebih awet, padat dan renyah (tidak mudah hancur). Egg Roll ubi
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ungu ini juga mempunyai kandungan gizi yang lebih tinggi dibanding egg roll biasa, antara lain mengandung lebih banyak protein, vitamin A dan antioksidan yang terkandung dalam bahan bakunya yaitu ubi ungu. Rasa yang ditawarkan lebih enak dibandingkan dengan egg roll yang berada di pasaran, karena egg roll ini tidak begitu amis dibandingkan dengan egg roll yang biasa. Selain itu bahan baku ubi harganya relatif murah dan mudah didapat. Dari segi penampilan kemasan egg roll ubi ungu ini memiliki daya tarik tersendiri. Tampilan kemasan yang cerah dengan memanfaatkan warna ungu dari bahan bakunya, dapat menarik minat konsumen untuk membelinya. Kualitas dari kemasan yang bagus dapat menjaga kualitas dari isinya. Harga yang ditawarkan egg roll ubi ungu ini sangat murah diabndingkan dengan harga egg roll yang ada di pasaran. Proses produksi home industry sudah melalui proses standar baku dan telah mendapatkan sertifikasi Produksi Industri Rumah Tangga (PIRT) dengan No. 8063402011113 oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Khususnya bagi produsen, untuk mendapatkan Sertifikat Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP – IRT) beserta persyaratannya dapat dilihat sebagai berikut : a. Pengajuan Permohonan : Kepada Pemerintah Daerah Cq. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. b. Persyaratan : Pemilik / Penanggung Jawab Memiliki SIUP / TDI dari Diperindag Memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dari Dinkes & Kabupaten / Kota atau Minimal 1(satu) orang memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP). Bila tidak memiliki Sertifikat PKP, perusahaan menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya mengikuti Pelatihan Penyuluhan Keamanan Pangan. Syarat permohonan izin : a) Mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan b) Mengisi formulir permohonan izin PIRT commit to user c) Foto copy KTP, 1 lembar
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
d) Pas foto 3 x 4, 3 lembar e) Menyertakan rancangan label Makanan / Minuman Sarana Produksi yang sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan kabupaten / kota, maka laporan hasil pemeriksaan sarana PP IRT dengan hasil minimal Cukup. Pangan yang diproduksi tidak boleh berupa : Susu dan hasil olahannya; daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku; pangan kaleng berasam rendah (PH>4,5); pangan bayi; minuman beralkohol; Air Minum Dalam Kemasan (AMDK); pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI Pangan lain yang ditetapkan oleh Badan POM. c. Prosedur perizinan : a) Mengajukan permohonan untuk mendapatkan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga kepada Kepala Dinas Kesehatan. Akan dilakukan Pemeriksaan berkas (1 hari) b) Persetujuan Kadinkes (1 hari) c) Menunggu waktu pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan yang dilaksanakan setiap 3 bulan sekali (1 hari s/d 3 bulan) d) Pemohon diwajibkan mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan diperiksa sarana produksinya e) Mengikuti Acara Penyuluhan Keamanan Pangan (1 hari) f) Pemeriksaan sarana (1 hari s/d 14 hari) g) Pemohon membayar retribusi. Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga diserahkan (1 hari) h) Total waktu 6 hari s/d 3 bulan (Ulfah, 2011). 4. Kemasan dan Pemasaran Egg Roll Ubi Ungu Shasa adalah produk yang diharapkan dapat bersaing dengan produk kuliner lain dan dapat diterima oleh masyarakat. Pemilik home industry berupaya untuk membuat desain dan kemasan yang commit to user khas dengan harapan dapat menjadi ikon kemasan produk Egg Roll Ubi
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ungu Shasa. Inti utama pembuatan kemasan tersebut adalah agar produk tersebut tetap dapat terjaga kualitas dan kebersihannya. Home Industry Shasa menerapkan sistem marketing lepas, sehingga Home Industry Shasa hanya bersifat memproduksi saja. Selebihnya dilakukan oleh distributor yang ingin berbisnis dengan Home Industry Shasa. Pemilik Home Industry Shasa tidak membatasi jumlah distributor, artinya siapapun dapat bergabung untuk menjadi distributor Egg Roll Ubi Ungu Shasa. Dengan sistem pemasaran seperti ini, produk Egg Roll Ubi Ungu dapat lebih mudah tersebar keseluruh wilayah Yogyakarta hingga ke luar propinsi, seperti Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Barat, dll. B. Karakteristik Home Industry Shasa 1. Identitas Home Industry Shasa Responden pada penelitian ini adalah Home Industry Shasa yang masih aktif melakukan kegiatan produksi, yaitu memproduksi Egg Roll Ubi Ungu. Home industry Shasa ini terletak di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Home industry ini didirikan oleh sepasang suami istri yang bernama Muhammad Luthfi Yuniarto dan Almunafasah Alfarifah. Identitas keluarga dari pemilik home industry Shasa akan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Identitas Keluarga Pemilik Home Industry Shasa No.
Nama
Jenis kelamin
Umur (th)
Pendidikan
1
M. Luthfi Yuniarto Almunafasah Alfarifah Sahira Sajadiya Afrah Syakira Aga Farser
L
40
P P P L
2 3 4 5
S1
Status dalam Keluarga KK
Keaktifan dalam Usaha Aktif
39
S1
Istri
Aktif
14 9 8
SMP SD SD
Anak Anak Anak
Tidak aktif Tidak aktif Tidak aktif
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa usaha yang dijalankan oleh Home Industry Shasa merupakan usaha keluarga. Home Industry Shasa dikepalai oleh M. Luthfi Yuniarto dan dibantu oleh istri yang commit to user bernama Almunafasah. Keduanya masih tergolong dalam umur produktif,
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu berumur 40 tahun dan 39 tahun. Selain itu keduanya mempunyai riwayat pendidikan formal, yaitu tamatan S1. Latar belakang pemilik Home Industry Shasa dengan tingkat pendidikan yang tergolong tinggi tersebut pemilik mampu menciptakan sebuah inovasi yaitu dengan menciptakan hasil olahan dari ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu. Dengan pola pikir yang kreatif dan inovatif ini pemilik dapat terus mengembangkan usaha ini dan mampu bersaing di pasaran. Jumlah anggota keluarga ini adalah 5 orang yang terdiri dari kepala keluarga, istri dan 3 orang anak. Anggota keluarga yang aktif ikut menjalankan usaha ini adalah 2 orang yaitu kepala keluarga dan istri saja. Anggota keluarga yang lain yaitu ketiga anaknya tidak aktif dalam mengembangkan usaha ini, karena masih harus menempuh pendidikan formal. Usaha ini tidak mungkin dapat berjalan hanya dengan menggunakan tenaga kepala keluarga dan istri saja. Oleh karena itu pemilik home industry ini mengambil tenaga kerja dari luar. Usaha ini tergolong dalam usaha yang baru. Pemilik home industry ini baru sekitar 2 tahun menjalankan usaha Egg Roll Ubi Ungu Shasa ini. Namun hanya dengan kurun waktu 2 tahun usaha ini bisa disebut usaha yang sangat menguntungkan karena omset yang diperoleh sangat tinggi. Hal ini terjadi karena belum banyak pesaing yang mengusahakan usaha sejenis. 2. Karakteristik Usaha Home Idustry Shasa a. Alasan Mengusahakan Egg Roll ubi ungu Alasan pemilik mengusahakan usaha ini yaitu adanya tuntutan ekonomi karena tidak ada pekerjaan lain. Sebelum mendirikan usaha ini pemilik mempunyai usaha kerajinan kayu yaitu mebel, namun karena banyaknya persaingan usaha yang sama kemudian beralih mengusahakan egg roll ubi ungu. Sehingga hal ini mendorong pemilik home industry memutar otak untuk menghidupi keluarganya dengan menciptakan sebuah inovasi baru. Inovasi baru tersebut adalah user berbahan baku ubi ungu, karena dengan menciptakan commit egg rolltoyang
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menurut pemilik home industry masih belum ada egg roll yang berbahan baku dari ubi ungu. Keuntungan yang diperoleh dari usaha ini saat ini sangat mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. b. Status Usaha Home Industry Shasa Pemilik Home Industry ini menjadikan usaha ini sebagai pekerjaan utama. Hal ini dikarenakan tidak ada pekerjaan lainnya. Selain itu usaha ini tetap dijalankan karena dirasa sangat menguntungkan bagi pemiliki dan keluarga. Sehingga seluruh waktu yang dimiliki dicurahkan terhadap usaha yang sedang dijalankan hingga saat ini. Kegiatan produksi dalam usaha ini dilakukan setiap hari, karena berdasarkan permintaan pasar melalui distributor. Permintaan pasar akan meningkat pada waktu liburan sekolah dan perayaan hari raya keagaamaan. Peningkatan permintaan ini bisa mencapai hingga 1.000 kemasan perharinya. Namun apabila bukan pada waktu liburan, produksi akan stabil setiap harinya yaitu sebanyak 700 kemasan perharinya. c. Modal Usaha Home Industry Shasa Modal merupakan investasi awal untuk menjalankan sebuah usaha. Tanpa adanya modal sebuah usaha tidak akan bisa berjalan. Modal usaha di Home Industry Shasa ini berasal dari modal sendiri yaitu sebesar Rp 1.500.000,00. Modal ini dimanfaatkan untuk membeli perlengkapan utama seperti kompor gas, mixer, cetakan serta untuk membeli bahan baku dan bahan tambahan. d. Bahan Baku Home Industry Shasa Bahan baku utama di Home Industry Shasa ini adalah ubi ungu. Bahan baku ini diperoleh dengan cara membeli sendiri secara langsung di Pasar Telo di daerah Karangkajen, Propinsi Yogyakarta. Artinya pemilik home industry ini datang sendiri ke pasar dan melakukan kegiatan pembelian secara langsung dengan pembayaran secara kontan. Hal ini dilakukan langsung oleh pemilik bertujuan agar commit to user dapat memperoleh bahan baku dengan kondisi yang baik dan untuk
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjaga hubungan baik dengan penjual. Pembayaran secara kontan bertujuan agar dapat memperoleh bahan baku secara berkelanjutan, artinya dengan pembayaran secara kontan maka tidak akan terjadi penundaan ketersediaan bahan baku. e. Peralatan Pembuatan Egg Roll Ubi Ungu Pembuatan egg roll ubi ungu selain menggunakan bahan baku utama juga dibutuhkan beberapa peralatan penunjang. Peralatan penunjang ini berfungsi untuk mengolah bahan baku dan bahan tambahan lainnya. Peralatan penunjang yang digunakan terdiri dari berbagai jenis peralatan yang mempunyai fungsi berbeda-beda. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi Egg Roll ubi ungu pada Home Industry Shasa yaitu : i. Mixer, yaitu alat yang digunakan untuk mencampur bahan baku dengan semua bahan tambahan. Mixer pada home industry ini mempunyai kapasitas yang besar yaitu 20 kg dalam sekali proses. ii. Kompor gas, yaitu alat yang digunakan untuk mematangkan adonan menjadi egg roll. iii. Tabung gas, yaitu alat pendukung bagi kompor gas. iv. Pengukus, yaitu alat yang digunakan untuk mengukus ubi ungu, dengan cara memberikan uap panas dari air yang dididihkan. v. Cetakan, yaitu alat yang digunakan untuk mencetak adonan menjadi egg roll. vi. Timbangan digital, yaitu alat yang digunakan untuk menimbang bahan baku dan bahan tambahan. vii. Sealer, yaitu alat yang digunakan untuk menutup kemasan plastik. viii. Baskom, yaitu alat yang digunakan untuk menampung adonan yang siap untuk dicetak. ix. Loyang, yaitu alat yang digunakan untuk menampung egg roll yang selesai dicetak. x. Pisau, yaitu alat yang digunakan untuk mengupas bahan baku dan to user membuka kemasan commit bahan tambahan.
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
xi. Sendok, yaitu alat yang digunakan untuk mengambil adonan saat akan dicetak, bahkan menjadi takaran untuk pencetakan. Keseluruhan alat ini dibeli sendiri oleh pemilik home industry. Pembelian alat di awal usaha jumlahnya tidak sebanyak saat ini. Pemilik home industry menambah jumlah peralatan seiring dengan berkembangnya usaha yang dijalankannya. f. Proses Produksi Egg Roll Ubi Ungu Proses produksi egg roll ubi ungu ada 2 jenis proses, yaitu menggunakan mesin dan tenaga manusia. Proses yang mengggunakan mesin adalah pada saat pembuatan adonan dan pengepresan kemasan. Sedangkan secara manual pada saat proses pembentukan serta pengemasan. Proses produksi egg roll ubi ungu di Home Industry Shasa ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut : i. Pencucian ubi ungu, dilakukan dengan cara mencuci ubi ungu yang dalam kondisi belum dikupas. Dilakukan dengan menggunakan air mengalir, agar kotoran yang berada dikulit ubi ungu dapat ikut hanyut bersama air. ii. Pengukusan ubi ungu, dilakukan dengan tujuan mematangkan ubi ungu. Hal ini dilakukan dengan cara dikukus di dalam alat pengukus dengan memberikan uap panas yang berasal dari air yang mendidih. iii. Pengupasan ubi ungu, dilakukan dengan cara membuang bagian kulit luar dari ubi ungu yang telah dikukus. iv. Pencampuran adonan, dilakukan dengan cara mencampur ubi ungu yang telah dikupas bersih dengan bahan tambahan lainnya dengan menggunakan bantuan mixer. Mixer yang digunakan mempunyai kapasitas mesin untuk menampung adonan sebanyak 20 kg. Bertujuan agar semua bahan dapat tercampur dengan rata. Bahan tambahan lainnya meliputi telur, tepung terigu, gula, santan, commit to user mentega, susu bubuk, pewarna makanan, sagu dan ovalet.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
v. Pencetakan egg roll, dilakukan dengan cara mencetak adonan ke dalam alat cetakan sampai adonan menjadi pipih dengan ukuran satu sendok makan untuk satu cetakan. Proses pencetakan selanjutnya yaitu menggulung adonan pipih tersebut menjadi egg roll yang dilakukan secara manual menggunakan tangan. vi. Pendinginan egg roll, dilakukan dengan cara mendiamkan hasil cetakan selama kurang lebih 2 jam. Bertujuan agar egg roll menjadi lebih renyah sebelum dilakukan proses pengemasan. Karena apabila egg roll ubi ungu yang selesai dicetak dan masih dalam kondisi panas kemudian langsung dimasukkan ke dalam kemasan
plastik,
maka
akan
mengurangi
bahkan
dapat
menghilangkan kerenyahan dari egg roll ubi ungu. vii. Pengemasan, dilakukan dengan memasukkan egg roll ubi ungu ke dalam kemasan plastik dengan isi setiap kemasan plastik sebanyak 20 batang egg roll ubi ungu, kemudian baru dimasukkan ke dalam kemasan kardus. Proses produksi di Home Industry Shasa ini tergolong semi modern, karena tidak semua proses dikerjakan dengan menggunakan tenaga mesin. Tetapi juga menggunakan tenaga manusia. Beberapa proses yang menggunakan mesin adalah saat proses pencampuran adonan menggunakan mixer dan pengepakan ke dalam kemasan plastik
menggunakan
sealer.
Selain
dari
proses
tersebut
memanfaatkan tenaga kerja manusia. Pemanfaatan tenaga kerja manusia terjadi pada proses pencetakan, memasukkan egg roll ke dalam plastik maupun kardus. Proses produksi egg roll ubi ungu ini dilakukan setiap hari kecuali pada hari minggu. Pembuatan adonan tidak dilakukan sekali saja, tetapi dilakukan dalam beberapa kali pembuatan adonan. Home industry ini dalam satu hari dapat membuat adonan sebanyak 25 adonan. Pembuatan adonan ini dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja userpemilihan bahan yang digunakan yang sama, sehinggacommit takarantodan
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
akan mempunyai kualitas yang sama. Masing-masing proses produksi dikerjakan oleh tenaga kerja yang sama, diilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas dari Egg Roll ubi ungu. g. Pemasaran Egg Roll Ubi Ungu Pemilik Home Industry Shasa ini mempunyai sistem pemasaran marketing lepas. Sehingga pihak home industry hanya bersifat memproduksi Egg Roll ubi ungu saja. Selebihnya dilakukan oleh penjual (distributor) yang membutuhkan atau yang menginginkan untuk berbisnis menjual Egg Roll Ubi Ungu Shasa. Kebanyakan penjual adalah teman sendiri dari pemilik home industry. Hal ini dilakukan pemilik karena pemilik home industry selain tidak ingin terlalu pusing juga ingin memberi kesempatan kepada masyarakat luar untuk bergabung dalam memasarkan hasil produksi dari Home Industry Shasa. Manfaat dari sistem pemasaran yang bersifat marketing lepas ini adalah produk-produk dari Home Industry Shasa ini dapat tersebar ke seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta bahkan dapat tersebar hingga ke Propinsi Jawa Tengah. Di wilayah Yogyakarta produk ini sudah tersedia di seluruh toko pusat oleh-oleh khas Yogyakarta. Berdasarkan pengalaman yang ada produk Home Industry Shasa ini belum ada saingan dari produk sejenis. C. Analisis Nilai Tambah Home Industry Shasa Dalam penelitian ini dilakukan analisis nilai tambah di Home Industry Shasa. Analisis nilai tambah ini dapat dilihat melalui analisis biaya, penerimaan, keuntungan, dan analisis usaha. 1. Analisis Biaya Perhitungan biaya dalam usaha di Home Industry Shasa ini menggunakan dua macam biaya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap ini terdiri dari biaya penyusutan alat, biaya bunga modal sendiri. Sedangkan biaya variabel ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahan tambahan, biaya pengemasan, gas elpigi, biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan biaya listrik. a. Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang tetap selama proses produksi Egg Roll ubi ungu tanpa dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan oleh Home Industry Shasa. Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh Home Industry Shasa dalam satu bulan dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 3. Rata-rata Biaya Tetap per Bulan Home Industry Shasa No. 1. 2. 3.
Macam Biaya Penyusutan Peralatan Bunga Modal Sendiri Sewa Bangunan Jumlah
Rata-rata (Rp) 282.269,84 336.207,60 500.000,00 1.118.477,44
Persentase(%) 25,24 30,06 44,70 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh Home Industry Shasa setiap bulan adalah sebesar Rp 1.118.477,44. Biaya tetap merupakan penjumlahan dari penyusutan peralatan, bunga modal sendiri dan sewa bangunan. Dari ketiga biaya yang dikeluarkan ini, sewa bangunan merupakan biaya tetap yang tertinggi yang dikeluarkan setiap bulannya, yaitu sebesar Rp 500.00,00 (44,70%). Sewa bangunan di daerah ini tergolong tinggi karena daerah ini tergolong daerah perkotaan yang jaraknya sangat dekat dengan kantor-kantor pemerintahan, seperti Kantor Kecamatan, Kantor Badan Penyuluhan Pertanian dan beberapa Rumah Sakit Swasta. Besar biaya modal sendiri yang dikeluarkan setiap bulan adalah Rp 336.207,60 (30,06%). Biaya modal sendiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Bunga modal sendiri = Nilai aset x suku bunga commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai suku bunga yang digunakan adalah menurut data suku bunga Bank Rakyat Indonesia pada bulan April tahun 2013 yaitu sebesar 22% pertahun. Biaya tetap yang paling kecil dikeluarkan setiap bulannya adalah biaya penyusutan alat yaitu sebesar Rp 282.269,84 (25,24%). Biaya
penyusutan
peralatan
diperoleh
dengan
menggunakan
perhitungan depresiasi metode garis lurus, yaitu: Penyusutan per Bulan =
Nilai Awal - Nilai Akhir Umur Teknis
Peralatan yang digunakan selama proses produksi didominasi oleh peralatan yang mempunyai umur teknis rendah. Penjabaran penyusutan peralatan terdapat pada tabel berikut: Tabel 4. Penjabaran Biaya Penyusutan Peralatan per Bulan Home Industry Shasa
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Alat Mixer Kompor Gas Tabung Gas Pengukus Cetakan Timbangan Digital Sealer Baskom Loyang Pisau Sendok Jumlah
Jumlah 2 16 8 1 32 2 2 32 48 3 18
Nilai Awal Nilai (Rp) Akhir 10.000.000 0 3.600.000 0 1.200.000 0 100.000 0 1.280.000 0 700.000 0 500.000 0 224.000 0 720000 0 12.000 0 36.000 0 18.372.000
Umur Teknis (Bulan) 84 60 60 36 36 84 60 36 36 12 36
Penyusutan (Rp) 119.047,62 60.000,00 20.000,00 2777,78 35.555,56 8.333,33 8.333,33 6.222,22 20.000,00 1.000,00 1.000,00 282.269,84
Sumber : Analisis Data Primer 2013 Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa biaya penyusutan dari masing-masing peralatan yang digunakan berbeda-beda. Alat yang mempunyai nilai awal yang tinggi cenderung mempunyai umur ekonomis yang lama yaitu lebih dari 3 tahun. Hal ini terjadi pada beberapa alat yaitu mixer, kompor gas, tabung gas, timbangan digital, sealer. Sebaliknya apabila nilai awal suatu alat rendah maka umur commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teknnis alat tersebut juga lebih cepat yaitu kurang dari 3 tahun. Hal ini terjadi pada cetakan, baskom, loyang, pisau dan sendok. b. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses pengolahan yang besarnya sesuai dengan produk yang dihasilakan. Biaya variabel di Home Industry Shasa terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan tambahan, biaya pengemasan, gas elpigi, biaya tenaga kerja, biaya transportasi dan biaya listrik. Semakin besar jumlah produk yang dihasilkan, maka biaya variabel yang harus dikeluarkan juga akan semakin besar. Rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan oleh Home Industry Shasa dalam satu bulan dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 5. Rata-rata Biaya Variabel per Bulan Home Industry Shasa No.
Macam Biaya
1. 2.
Bahan Baku (Kg) Bahan Tambahan (Kg) - Telur - Tepung Terigu - Gula Pasir - Margarin - Susu Bubuk - Santan - Sagu - Pewarna Makanan - Ovalet Gas Elpigi (3Kg) Tenaga Kerja (JKO) Transportasi (Lt) Listrik (kWh) Pengemasan (Biji) - Plastik - Kardus Jumlah
3. 4. 5. 6. 7.
Harga Fisik Satuan (Rp) 1.560 3.000 1.560 780 1.300 390 100 10,4 100 10,4 26 136 4784 6 444,4
13.400 5.560 10.250 11.933 22.000 24.000 8.000 7.000 15.000 15.000 3.000 5.000 900
18.200 18.200
150 1000
Biaya (Rp)
Persentase (%)
4.680.000 47.587.270 20.904.000 4.336.800 13.325.000 4.653.870 2.200.000 249.600 800.000 728.000 390.000 2.040.000 14.352.000 30.000 400.000 20.930.000 2.730.000 18.200.000 90.019.270
5,20 52,86
2,27 15,94 0,03 0,44 23,25
100
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa rata-rata biaya variabel commit yang dikeluarkan oleh Hometo user Industry Shasa setiap bulan adalah
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar Rp 90.019.270,00. Dengan biaya bahan baku yang dikeluarkan tiap bulannya sebesar Rp 4.680.000,00 (5,20%). Harga satu kilogram bahan baku relatif stabil yaitu Rp 3.000 kg. Biaya bahan tambahan yang dibutuhkan adalah sebesar Rp 47.587.270,00 (52,86%). Bahan tambahan yang digunakan sangat beragam dan jumlah yang digunakanpun tidak sedikit. Bahan tambahan tersebut antara lain telur, gula pasir, tepung terigu, margarin, susu bubuk, sagu, ovalet, santan dan pewarna makanan. Sehingga biaya yang dikeluarkan sangat besar. a) Telur, merupakan bahan tambahan utama yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Telur berfungsi untuk menciptakan kerenyahan pada hasil olahan. b) Gula pasir, berfungsi memberikan rasa manis pada egg roll. c) Tepung terigu, berfungsi untuk membuat adonan mejadi berisi. d) Margarin, berfungsi memberikan rasa gurih pada egg roll dan membuat adonan agar tidak lengket pada cetakan. e) Susu bubuk, berfungsi memberikan tambahan gizi pada egg roll. f) Ovalet, berfungsi sebagai pengembang volume adonan. g) Santan, berfungsi memberikan rasa gurih pada egg roll. h) Sagu, berfungsi sebagai pengental adonan. i) Pewarna makanan, berfungsi menciptakan warna pada makanan. Warna makanan ini tetap digunakan karena apabila tidak menambahkan
pewarna
makanan,
maka
akan
mengurangi
kecantikan dari penampilan Egg Roll Ubi Ungu. Karena warna alami dari ubi ungu akan tertutup dengan campuran bahan tambahan lainnya. Warna dari pewarna makanan yang digunakan adalah ungu. Dalam melakukan proses produksi dibutuhkan media bahan bakar yaitu gas elpigi. Dengan biaya perbulan sebesar Rp 2.040.000,00 (2,27%) untuk 8 tabung gas elpigi 3Kg. Tenaga kerja yang digunakan sebanyak 23 tenaga kerja, dengan total biaya upah tenaga kerja per bulan sebesar Rp 14.352.000,00 (15,94%) dengan rincian masingcommit to user masing tenaga kerja memperoleh upah sebesar Rp 624.000,00 setiap
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bulannya atau Rp 24.000,00 per harinya. Tenaga kerja dalam selain bertugas, membeli bahan baku mengamati dan memberikan perintah kepada pekerja luar, tenaga kerja dalam mempunyai tugas utama yaitu mengembangkan Home Industry Shasa dengan cara mempromosikan produk Egg Roll Ubi Ungu. Distrubutor yang ingin membeli produk Egg Roll Ubi Ungu Shasa ini akan dilayani langsung oleh pemilik Home Industry Shasa. Sistem pekerjaan bagi tenaga kerja luar khususnya dibidang produksi adalah bersistem tetap, yang artinya bahwa tidak ada perputaran kegiatan pekerjaan antara tenaga kerja satu dengan tenaga kerja yang lain. Ada 3 jenis pekerjaan yaitu pembuatan adonan, pematangan adonan menjadi Egg Roll dan pengemasan Egg Roll. Ketiga kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja yang sama. Untuk membeli bahan baku digunakan alat transportasi yang mengeluarkan biaya Rp 30.000,00 (0,03%) setiap bulan. Bahan baku dibeli 3 kali dalam satu bulan produksi. Listrik sangat berpengaruh selama proses produksi. Karena sebagian alat membutuhkan listrik untuk beroperasi. Peralatan tersebut antara lain mixer dan sealer. Biaya untuk listrik selama perbulan adalah sebesar Rp 400.000,00 (0,44%). Demi menunjang kecantikan tampilan produk, maka dibutuhkan pengemasan yang menarik dan harus kedap udara demi ketahanan Egg Roll ubi ungu. Biaya kemasan yang dikeluarkan sebesar Rp 20.930.000,00 (23,25%). Biaya ini terdiri dari dua jenis kemasan yaitu kemasan plastik untuk bagian dalam dan kemasan kardus untuk bagian luar. c. Biaya Total Biaya total merupakan jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya total yang dikeluarkan oleh Home Industry Shasa setiap bulan dapat dilihat dalam tabel berikut :
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Rata-rata Biaya Total per Bulan Home Industry Shasa No. 1. 2.
Macam Biaya Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah
Rata-rata (Rp) 1.118.477,44 90.019.270,00 91.137.747,44
Persentase(%) 1,23 98,77 100,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Tabel 6 menunjukkan bahwa besar rata-rata biaya total yang dikeluarkan adalah Rp 91.137.747,44. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Dari kedua biaya tersebut yang paling tinggi pengeluarannya adalah pada biaya variabel yaitu sebesar Rp 90.019.270,00 (98,77%). Hal ini terjadi karena biaya variabel merupakan biaya dari keseluruhan bahan produksi yang digunakan selama proses produksi yang jumlahnya sangat besar dan tergantung oleh produksi yang akan dilakukan. Sedangkan untuk biaya tetap membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengalami perubahan, bahkan besar biaya tetap cenderung tetap setiap bulannya. 2. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil perkalian dari jumlah produk yang dihasilkan dengan harga satuan produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Pemilik Home Industry Shasa menjual seluruh hasil produksi setiap harinya kepada pembeli, sehingga tidak ada sistem pengembalian. Besar Rata-rata penerimaan tiap bulan di Home Industry Shasa dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Rata-rata Penerimaan per Bulan Home Industry Shasa No. 1. 2.
Variabel Volume Nilai/unit (Rp) Penerimaan (Rp)
Nilai 18.200 9.000,00 163.800.000,00
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahuibahwa besar penerimaan yang diperoleh tiap bulan di Home Industry Shasa adalah Rp 163.800.000,00. Jumlah tersebut diperoleh dari jumlah produksi tiap bulan Egg Roll ubi commitdengan to userharga per kemasan Rp 9.000,00. ungu sebesar 18.200 kemasan
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jumlah ini cenderung tetap tiap bulannya, kecuali dalam bulan-bulan yang terdapat liburan sekolah atau hari raya keagamaan. Besar penerimaan akan meningkat apabila terdapat pesanan untuk kegiatan liburan sekolah, hari raya keagamaan, dan event-event besar lainnya. 3. Keuntungan Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang telah dikeluarkan. Keuntungan tiap bulan di Home Industry Shasa dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 8. Rata-rata Keuntungan per Bulan Home Industry Shasa No. 1. 2.
Macam Biaya Penerimaan Total Biaya Total Keuntungan
Rata-rata (Rp) 163.800.000,00 91.137.747,44 72.662.252,56
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Tabel 8 menunujukkan bahwa rata-rata keuntungan yang diperoleh tiap bulan oleh Home Industry Shasa adalah sebesar Rp 72.662.252,56. Hasil tersebut merupakan hasil pengurangan dari penerimaan total sebesar Rp 163.800.000,00 dengan biaya total sebesar Rp 91.137.747,44. Semakin tinggi penerimaan total yang didapat dengan biaya total yang dikeluarkan rendah maka keuntungan yang diperoleh Home Industry Shasa akan semakin tinggi. 4. Profitabilitas Profitabilitas merupakan hasil perbandingan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan kemudian dikalikan 100%. Profitabilitas bertujuan untuk mengetahui apakah Home Industry Shasa sudah mengalami keuntungan. Besar profitabilitas tiap bulan di Home Industry Shasa dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Profitabilitas per Bulan Home Industry Shasa No. 1. 2.
Uraian Keuntungan Biaya Total Profitabilitas
commit to user Sumber : Analisis Data Primer (2013)
Jumlah Rp 72.662.252,56 Rp 91.137.747,44 79,73%
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
Tabel 9 menunjukkan bahwa profitabilitas yang diperoleh tiap bulan di Home Industry Shasa sebesar 79,73%. Berarti bahwa usaha yang dijalankan Home Industry Shasa selama ini sudah menguntungkan. Hal ini menunjukkan bahwa Home Industry Shasa sudah mengalami keuntungan yang cukup tinggi. Home Industry ini tergolong dalam home industry yang masih baru, umur usaha ini baru sekitar 3 tahun, namun mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi. Hal ini terjadi karena home industry ini memproduksi egg roll ubi ungu setiap hari dengan kapasitas produksi per harinya sebanyak 700 kemasan dan tidak ada sistem pengembalian produk. 5. Efisiensi Efisiensi merupakan hasil perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan. Besar efisiensi dari Home Industry Shasa ditunjukkan pada tabel berikut : Tabel 10. Efisiensi Usaha per Bulan Home Industry Shasa No. 1. 2.
Macam Biaya Penerimaan Total Biaya Total Efisiensi
Rata-rata (Rp) 163.800.000,00 91.137.747,44 1,80
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa besar efisiensi usaha di Home Industry Shasa dalam satu bulan adalah 1,80. Berarti bahwa Home Industry Shasa yang dijalankan dalam kurun waktu 2 tahun ini tergolong dalam kategori efisien, dimana nilai R/C rasionya lebih besar dari 1. Nilai 1,80 berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan memberikan penerimaan sebesar 1,80 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Dengan nilai profitabilitas sebesar 1,80 ini berarti home industry sudah efisien, hal ini terjadi dikarenakan pembelian input yang dilakukan dalam jumlah banyak setiap kali pembelian akan menekan biaya input yang dikeluarkan. Biaya input yang dikeluarkan minimal dapat menghasilkan output yang maksimal, sehingga akan mendapatkan commit to user keuntungan yang besar dan profitabilitasnya pun juga tinggi yaitu 79,73%.
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
6. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah merupakan selisih rupiah yang dihasilkan oleh produk pertanian sebelum terjadi pengolahan hingga menjadi sebuah produk baru. Pada tabel berikut akan disajikan nilai tambah dari proses pengolahan ubi ungu menjadi Egg Roll Ubi Ungu di Home Industry Shasa. Tabel 11. Nilai Tambah Bruto, Nilai Tambah Netto, Nilai Tambah per Bahan Baku dan Nilai Tambah per Tenaga Kerja per Bulan Home Industry Shasa No. Variabel Perhitungan 1. Nilai Produk Akhir (Rp/bln) 1 2. Bahan Baku (Rp/bln) 2 3. Sumbangan Input Lain (Rp/bln) 3 -Bahan Tambahan (Rp/bln) -Gas Elpigi (Rp/bln) -Tenaga Kerja (Rp/bln) -Transportasi (Rp/bln) -Listrik (Rp/bln) -Pengemasan (Rp/bln) 4. Nilai Tambah Bruto (Rp/bln) (1) – (2+3) 5. Penyusutan Peralatan (Rp/bln) 5 6. Bunga Modal Sendiri (Rp/bln) 6 7. Sewa Bangunan (Rp/bln) 7 8. Nilai Tambah Netto (Rp/bln) (4) – (5+6+7) 9. Jumlah Bahan Baku (Kg/bln) 9 10. Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) (4)/(9) 11. Jumlah Jam Kerja (JKO/bln) 11 12. Nilai Tambah per Tenaga Kerja (Rp/JKO) (4)/(11)
Nilai 163.800.000,00 4.680.000,00 85.339.270,00 47.587.270,00 2.040.000,00 14.352.000,00 30.000,00 400.000,00 20.930.000,00 73.780.730,00 282.269,84 336.207,60 500.000,00 72.662.252,56 1.560 47.295,34 4.784 15.422,39
Sumber : Analisis Data Primer (2013) Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan
nilai tambah bruto yang
dihasilkan dari pengolahan ubi ungu menjadi Egg Roll ubi ungu sebesar Rp 111.532.730,00. Hal ini menunjukkan bahwa usaha dari Home Industry Shasa mampu memberikan nilai tambah sebesar Rp 73.780.730,00. Nilai tambah bruto ini diperoleh dari hasil pengurangan antara nilai akhir dengan jumlah biaya bahan baku ditambah dengan sumbangan input lain yang berhubungan dengan proses produksi. Besar kecilnya nilai tambah bruto tergantung oleh besar kecilnya biaya antara yang diperoleh. Apabila biaya antara yang diperoleh besar, maka nilai tambah bruto yang diperoleh commit to user semakin kecil, begitu pula keuntungan yang didapat juga kecil.
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
Nilai tambah netto yang diperoleh dari Home Industry Shasa ini adalah sebesar Rp 72.662.252,56. Nilai tambah netto diperoleh dari hasil pengurangan antara nilai tambah bruto dengan nilai penyusutan peralatan ditambah dengan bunga modal sendiri dan sewa bangunan. Nilai tambah per bahan baku yang diperoleh adalah sebesar Rp 47.295,34. Artinya setiap satu kilogram ubi ungu mempunyai nilai tambah sebesar Rp 47.295,34. Besar nilai tambah per bahan baku diperoleh dari pembagian nilai tambah bruto dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Nilai tambah per tenaga kerja yang diperoleh adalah sebesar Rp 15.422,39/JKO. Artinya selama proses pengolahan ubi ungu menjadi Egg Roll ubi ungu menghasilkan nilai tambah Rp 15.422,39 tiap jumlah jam kerja. Nilai tambah per tenaga kerja merupakan hasil pembagian antara nilai tambah bruto dengan jumlah jam kerja. Lama jam kerja bagi tenaga kerja di Home Industry Shasa ini adalah 8 jam kerja tiap harinya. Dalam satu minggu tenaga kerja diberi kesempatan libur pada hari minggu. D. Ekonomi Kreatif Home Industry Egg Roll Ubi Ungu Shasa ini tergolong industri yang kreatif. Industri ini mampu menciptakan sebuah inovasi dan kreasi baru dalam mengolah ubi ungu, sehingga terjadi diversifikasi produk olahan dari ubi ungu. Kreatifitas ini timbul karena dipengaruhi oleh pemikiran pemilik yang pada dasarnya mempunyai ilmu pengetahuan tinggi karena merupakan lulusan S1. Inovasi dan kreatifitas yang dihasilkan adalah berupa pengolahan ubi ungu menjadi Egg Roll ubi ungu. Dengan adanya pengolahan ini popularitas komoditas lokal khususnya ubi ungu ini dimata masyarakat akan meningkat. Dengan adanya adanya produk baru hasil olahan ubi ungu ini pemikiran masyarakat mengenai ubi ungu yang merupakan makanan masyarakat kalangan bawah ternyata sekarang dapat dinikmati oleh masyarakat semua kalangan terutama menengah ke atas. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain meningkatkan harga ubi ungu, dengan adanya usaha ini dapat memberikan pekerjaan kepada masyarakat sekitar. Sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu juga dapat meningkatkan perekonomian bagi wilayah Kabupaten Bantul dan wilayah lain yang menjual produk tersebut. E. Kendala yang Dihadapi Selama menjalankan usaha pengolahan ubi ungu menjadi egg roll ubi ungu ini kendala yang dihadapi adalah pada masalah ketersediaan bahan baku. Hal ini terjadi karena bahan baku ubi ungu ini lebih banyak terserap pada usaha pengolahan bakpia ubi ungu. Usaha bakpia ubi ungu relatif banyak membutuhkan ubi ungu tersebut. Kendala yang lain adalah tempat produksi yang terlalu sempit. Karena seiring bertambahnya permintaan, maka pemilik berencana untuk menyewa bangunan yang kapasitasnya lebih besar yang nantinya akan digunakan untuk tempat produksi saja. Kemudian tempat produksi yang lama akan digunakan sebagai outlet hasil produksi Home Industry Shasa. Selain kendala-kendala tersebut terdapat satu kendala lagi yaitu belum adanya pembukuan mengenai usaha ini. Sehingga pemilik perusahaan belum dapat mengetahui dengan pasti biaya apa saja yang dikeluarkan selama proses produksi berjalan setiap bulannya. Karena pemilik beranggapan bahwa usaha ini sudah menguntungkan dan sudah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga tidak perlu membuat pembukuan. Permasalahan persaingan usaha saat ini belum menjadi persoalan. Karena belum ada pesaing yang mengusahakan usaha sejenis di daerah Pleret ini. Karena home industry ini merupakan usaha pertama dan satu-satunya di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.
commit to user