54
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Umum Kecamatan Bojonggede Kecamatan Bojonggede definitif sejak tanggal 17 Juli 1982, secara geografis terletak pada bagian selatan garis khatulistiwa dengan kondisi morfologi lahan mayoritas dataran sampai berombak 90 persen, dan berombak sampai berbukit 5 persen, bentangan lahan lereng di sepanjang aliran sungai Ciliwung, ketinggian 107 sampai 146 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 19 hari hujan dan suhu antara 27 sampai 32 derajat Selsius, ratarata tekanan udara 984 mb, rata-rata kelembaban udara 80 persen dan rata-rata kecepatan angin 3,1 knot. Luas wilayah kecamatan Bojonggede 2.724,991 ha terdiri dari sembilan desa yaitu : Tabel 3 Luas desa – desa di Kecamatan Bojonggede tahun 2010 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
NAMA DESA LUAS GEOGRAFIS (ha) Bojonggede 433,328 Bojongbaru 248,480 Kedungwaringin 520,488 Waringinjaya 181,256 Cimanggis 275,449 Susukan 340,000 Ragajaya 237,900 Pabuaran 315,000 Rawapanjang 173,000 2.724,991 Jumlah Sumber : Monografi Kecamatan Bojonggede Semester II Tahun 2010 Kecamatan Bojonggede berbatasan langsung dengan ibukota Kabupaten Bogor dan Kota Bogor atau Kota Depok. Kecamatan ini termasuk dalam wilayah dengan struktur tata ruang Wilayah Pengembangan Tengah Hierarki I, dengan pola
ruang
berpotensi sebagai kawasan
pemukiman
administrasi pemerintahan adalah: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Depok,
perkotaan. Batas
55
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kota Bogor, c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tajurhalang, dan d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cibinong. Sebaran pemanfaatan lahan secara garis besar terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Luas lahan menurut pemanfaatannya di Kecamatan Bojonggede tahun 2010 NO.
PEMANFAATAN LAHAN LUAS (dalam ha) Persen Tanah Sawah 1. Irigasi Teknis 707,8 25,97 Irigasi ½ teknis 80,79 2,96 Irigasi sederhana 25 0,92 Tadah Hujan 13,5 0,50 Lahan Kering 2. Permukiman 1.143,86 41,98 Pekarangan 100,1 3,67 Tegalan 317,7 11,66 Ladang 257,06 9,43 Lahan Basah 3. Rawa/Setu 18,2 0,67 Kolam/Empang 28,4 1,04 Fasilitas Umum 4. Lapangan OR 6,13 0,22 Pemakaman 5. Wakaf 9,22 0,34 Makam Keluarga 4,7 0,17 Makam Umum 12,53 0,46 Jumlah 2724,99 100 Sumber : Monografi Kecamatan Bojonggede Semester II Tahun 2010 Apabila menganalisa perbandingan pemanfaatan lahan tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa potensi wilayah Kecamatan Bojonggede adalah sebagai daerah perkotaan. Kondisi saat ini sekitar 45,43 persen dari luas wilayah merupakan lingkungan pemukiman. Oleh karena itu, wilayah Bojong Gede akan mengalami perubahan dan pertumbuhan seiring dengan perkembangan kewilayahan, karena orbitrase
wilayah Kecamatan
dengan pusat-pusat
56
pertumbuhan wilayah mudah dijangkau, dengan kondisi jalan yang cukup baik dengan waktu tempuh yang tidak terlalu lama. Jarak Kecamatan dengan pusat pertumbuhan wilayah, yaitu : a. Desa terjauh
: 12 km
b. Dengan ibukota Kabupaten
:
c. Dengan ibukota Propinsi
: 145 km
d. Dengan ibukota Negara
: 49 km
2 km
Dengan kondisi tersebut, di masa mendatang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor maka sistem pusat permukiman perdesaan wilayah Kecamatan Bojonggede akan diarahkan di desa Susukan sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), yang merupakan pusat pelayanan lingkungan permukiman pedesaan dengan jangkauan layanan lokal. Jenis kegiatan yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan seperti fasilitas perdagangan, pendidikan, kesehatan, peribadatan, rekreasi dan olahraga untuk pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dengan titik berat pengembangan adalah pembangunan pertanian. Kecamatan Bojonggede menjadi bagian dari pengembangan kawasan Cibinong Raya, yaitu diarahkan pengembangannya pada Desa Bojonggede, Bojongbaru, Kedungwaringin, Waringinjaya, Pabuaran dan Rawapanjang, sedangkan desa lainnya sebagai pendukung pertumbuhan wilayah. Jumlah penduduk Kecamatan Bojonggede setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi karena pesatnya pertumbuhan wilayah sebagai daerah permukiman dan jasa sehingga banyak penduduk pendatang yang tinggal menetap di Kecamatan Bojonggede, khususnya pada kompleks-kompleks perumahan yang banyak didirikan oleh pengembang. Kompleks perumahan mencapai 33 buah, yang mayoritas didiami oleh penduduk pendatang yang bekerja di Jakarta, Depok, Bogor dan di luar wilayah Kecamatan. Jumlah penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 sejumlah 237.376 jiwa. Berikut tanel yang memuat ata tentang jumlah penduduk
57
Tabel 5 Jumlah penduduk menurut desa di Kecamatan Bojonggede tahun 2010 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
NAMA DESA Bojonggede Bojongbaru Kedungwaringin Waringinjaya Cimanggis Susukan Ragajaya Pabuaran Rawapanjang Jumlah Sumber : Sensus Penduduk 2010
JUMLAH (orang) 43.461 19.785 25.515 12.760 16.515 17.745 24.746 39.367 37.502 237.376
Penduduk yang begitu besar ini bila diberdayakan secara maksimal sangat memungkinkan untuk pengembangan wilayah. Bila dianalisa dari klasifikasi penduduk menurut usia (usia 15-54 tahun), jumlah angkatan kerja sebanyak 158.378 jiwa memiliki peran sangat penting bagi upaya-upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan mata pencaharian yang dijalaninya. Tabel 6 Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Bojonggede tahun 2010 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
KELOMPOK UMUR 0-4 5-9 10 - 14 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 ke atas
JUMLAH (orang) 13.073 26.627 26.925 22.213 21.440 23.926 22.937 23.726 19.733 14.663 9.740 6.185 9.688 237.376
Sumber : Sensus Penduduk 2010 (diolah) Dengan angkatan kerja tersebut di atas, klasifikasi penduduk yang bermata pencaharian tetap, yaitu petani sejumlah 1.359 jiwa, pengrajin sejumlah 197 jiwa, industri kecil sejumlah 21.764 jiwa, jasa lainnya sejumlah 11.863 jiwa, PNS sejumlah 2.386 jiwa, TNI sejumlah 598, pensiunan sejumlah 546 jiwa, dan
58
lain-lain mata pencaharian sejumlah 9.673 jiwa, mewarnai perekonomian masyarakat Bojonggede. Kondisi matapencaharian penduduk tersebut sejalan dengan pola ruang Kecamatan sebagai daerah permukiman dan jasa. Sektor lapangan usaha/mata pencaharian penduduk dikelompokkan ke dalam kategori sektor primer (meliputi lapangan usaha pertanian, peternakan dan perkebunan), sektor sekunder (meliputi lapangan usaha industri pengolahan dan pengrajin) dan sektor tertier (meliputi lapangan usaha pekerjaan bangunan, perdagangan, hotel/restoran, jasa perusahaan dan jasa lainnya), maka struktur ekonomi masyarakat Kecamatan Bojonggede menunjukkan dominasi kelompok sektor tertier. Struktur ekonomi tersebut serta kualitas penduduk berdasarkan tingkat pendidikan sangat berpengaruh untuk pengembangan wilayah dan sumber daya manusia
itu
sendiri.
Berikut
penduduk
berdasarkan
kualitas
penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, yaitu : belum sekolah sejumlah 24.319 jiwa, tidak tamat sekolah sejumlah 12.548 jiwa, tamat SD/sederajat sejumlah 56.534 jiwa, tamat SLTP/sederajat sejumlah 53.248 jiwa, tamat perguruan tinggi sejumlah 14.457 jiwa dan masih ada masyarakat yang buta huruf sejumlah sekitar 4.889 jiwa. Budaya politik masyarakat Kecamatan Bojonggede termasuk dalam budaya politik, dimana masyarakat sudah memiliki peran secara aktif melaksanakan fungsi sosial kontrol terhadap berbagai macam kebijakan dan kondisi kewilayahan yang dianggap tidak sesuai dengan aspirasi masyarakat. Mekanisme masyarakat “bottom up dan top down” telah terjalin dengan baik, dengan sosial kontrol yang selaras. Peranan tokoh masyarakat ke-kharismatik-an sudah mulai bercampur dengan unsur ketokohan lainnya, karena pengaruh migrasi penduduk dan perkembangan pemikiran politik lainnya. Namun secara umum peranan tokoh masyarakat, tokoh ulama, tokoh wanita dan tokoh lainnya dengan dukungan kelembagaan pemerintahan yang ada sangat mempengaruhi perkembangan pemikiran ideologi dan politik ke arah pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Upaya pengembangan perekonomian ditandai dengan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, jaringan air bersih, jaringan listrik, dan pengembangan jasa perdagangan.
59
Akseptabilitas jaringan transportasi masyarakat Kecamatan Bojonggede dengan transportasi jalan darat, yang dapat dilalui kendaraan roda dua dan empat melalui jalur jalan Kabupaten sepanjang 13,7 km dengan kondisi baik dan beraspal, jalan desa yang relative baik sepanjang 93,7 km sudah beraspal, diperkeras dan sebagian mash jalan tanah, dengan jembatan beton sejumlah 22 buah sepanjang 88 meter dengan kondisi baik dan jembatan kayu sebanyak 6 buah sepanjang 12 meter dengan kondisi sedang. Jaringan air bersih bagi masyarakat, memanfaatkan air tanah dengan membuat sumur gali dan jet pump.Demikian pula halnya dengan keperluan untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Pelayanan listrik untuk mendukung pergerakan perekonomian dan permukiman, sebagian besar dilayani oleh PT. PLN. Semua wilayah sudah dijangkau oleh layanan listrik ini, termasuk dengan Penerangan Jalan Umum (PJU) di jalur jalan Kabupaten. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung kepada upya peningkatan pendidikan masyarakat, peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pengetahuan pengetahuan kesehatan dan kehidupan sosial budaya. Pada bidang pendidikan dapat ditempuh melalui lembaga pendidikan formal yang ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan. Pada bidang kesehatan, diketahui bahwa
di beberapa wilayah masih
memerlukan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang berpengaruh terhadap
wabah DBD, Diare dan Balita Gizi Buruk serta
dimungkinkan timbulnya jenis penyakit yang baru berjangkit di walayah Kecamatan Bojonggede. Peningkatan pengetahuan, pembentukan sikap dan pengarahan perilaku individual, keluarga dan masyarakat sangat diperlukan bagi tercapainya kesehatan lingkungan dan pembangunan kesehatan. Hal tersebut dapat dicapai jika ditunjang pula dengan sarana pendukungnya seperti sarana pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan. Di Kecamatan Bojonggede, saat ini sarana layanan kesehatan yang ada diantaranya :
60
Tabel 7 Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenis pelayanan kesehatan di Kecamatan Bojonggede tahun 2009 NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
JENIS
JUMLAH Rumah Sakit 3 Balai Pengobatan 30 Poliklinik 15 Rumah Bersalin 15 Puskesmas 4 Posyandu 141 Apotik 3 Pos KB 9 Jumlah 330 Sumber: Kecamatan Bojonggede Dalam Angka 2009
KETERANGAN
1 PUSTU
Pada bidang sosial budaya, pembinaan terhadap peningkatan kualitas kependudukan
sangat
menentukan
tingkat
kesejahteraan
masyarakat,
sedangkan peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung keadaan perekonomian masyarakat. Di Kecamatan Bojonggede masih terdapat penyandang masalah kesejahteraan sosial, yang telah ditangani dan ditanggulangi dengan programprogram dari pemerintah, misalnya bantuan beras (Raskin), program keluarga harapan, asuransi kesehatan masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) termasuk penanganan rumah tidak layak huni yang minim pemahaman tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dll. Dalam komunikasi pembangunan, sumber informasi sebagai agen perubahan berperan penting dalam menentukan keberhasilan dari program pembangunan (KB). Sumber informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petugas lapangan yang ditunjuk oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana yang bertugas untuk memberikan sosialisasi KB. Dalam penelitian ini, responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap sumber informasi. Komponen penilaian terhadap sumber informasi meliputi : keahlian, daya tarik, tingkat kepercayaan responden terhadap sumber, serta kemampuan sumber dalam berempati terhadap masyarakat. Penilaian masyarakat terhadap sumber informasi KB selanjutnya diharapkan dapat mempengaruhi pembentukan sikap dan keputusan masyarakat untuk mengadopsi isu utama yang disampaikan dalam kampanye KB.
61
4.1.2. Program KB di Kecamatan Bojonggede Petugas lapangan KB di Kecamatan Bojonggede terdiri dari lima orang, dua laki-laki dan tiga perempuan dengan tingkat pendidikan sarjana empat orang dan satu orang diploma. Petugas memiliki keahlian dalam bidang KB karena sering mengikuti pelatihan dalam bidangnya, selain masa kerja PLKB rata-rata lebih dari 15 tahun. Daya tarik petugas PLKB memiliki kemampuan komunikasi yang efektif, memiliki pergaulan yang luas dan didukung dengan alat peraga yang membantu menjelaskan kepada peserta sosialisasi tentang KB, kemampuan berempati kepada masyarakat sumber informasi KB.
dan dapat dipercaya sebagai
Kegiatan operasional masing-masing PLKB diberikan
kendaraan sepeda motor yang bertuliskan “ayo ikut KB” dan “dua anak lebih baik” sebagai kendaraan operasional sehari-hari. Hari kerja dimulai Senin sampai Jum’at mulai pukul 08.00-14.00. Sebelum sosialisasi dimulai, petugas KB melakukan pertemuan selama kurang lebih satu jam di kantor Kecamatan Bojonggede untuk mendiskusikan agenda sosialisasi, inventaris peralatan yang harus disiapkan dan materi yang akan diberikan. Setelah selesai melaksanakan kegiatan ke desa-desa yang menjadi tanggungjawabnya, petugas KB
kembali ke Kecamatan Bojonggede untuk
melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Setiap petugas KB bertanggung jawab terhadap dua desa dengan frekwensi kegiatan yang terjadwal dan berkoordinasi dengan pengurus RT dan RW setempat melalui pos-pos KB di
setiap desa, dibantu
oleh satu orang
PPKBD (Petugas pos KB desa). Tanggung jawab PLKB dan PPKBD meliputi : 1. Mengembangkan kebijakan tentang pelayanan KB, KIE, peran serta masyarakat; 2. Menyeimbangkan
penggunaan
kontrasepsi hormonal dengan
non
hormonal; 3. Menyediakan alat/obat dengan memprioritaskan keluarga miskin serta kelompok rentan lainnya; 4. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi; serta
62
5. Menyelenggarakan promosi dan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi termasuk advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, dan konseling. Untuk menunjang keberhasilan tugas PLKB, mereka
diberikan
pelatihan pengembangkan sistem pengelolaan dan informasi termasuk personil, sarana dan prasarana dalam era-desentralisasi untuk mendukung keterpaduan program;
peningkatan
kemampuan
tenaga
lapangan
dan
kemandirian
kelembagaan KB yang berbasis masyarakat, termasuk promosi kemandirian dalam ber KB; melakukan pengelolaan data dan informasi keluarga berbasis data mikro; serta meningkatkan pengkajian dan pengembangan serta pembinaan dan supervisi pelaksanaan program. Sesuai dengan tuntutan perkembangan program, maka program KB telah berkembang menjadi gerakan Keluarga Berencana Nasional yang mencakup gerakan masyarakat. Gerakan Keluarga Berencana Nasional disiapkan untuk membangun keluarga sejahtera dalam rangka membangun sumber daya manusia yang optimal, dengan ciri semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan KB. Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB seperti tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine Device), implant (susuk) dan sterilisasi. IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi non hormonal dan termasuk alat kontrasepsi jangka panjang yang ideal dalam upaya menjarangkan kehamilan. Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan satu kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman karena tidak mempunyai
pengaruh
sistemik
yang
beredar
ke
seluruh
tubuh,
tidak
mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat kembali setelah IUD. Dalam rangka pembinaan peserta KB lama, untuk menurunkan drop out peserta KB kegiatan/usaha yang dilakukan : 1. Menyediakan alat kontrasepsi yang terbaik dan sesuai untuk peserta baru. 2. Memberikan pelayanan kontrasepsi ulang yang sebaik-baiknya dan dapat memuaskan peserta
63
3. Memberikan pelayanan KIE (Komunikasi,Informasi, edukasi) pada peserta pada setiap kunjungan ulang 4. Menyakinkan peserta supaya mau dan mampu melaksanakan kunjungan ulang secara teratur dan berkala. 5. Melaporkan setiap kunjungan peserta baru dan lama secara teratur setiap bulan ke puskesmas terdekat. Tabel 8 Jumlah peserta KB baru tiap desa menurut alat kontrasepsi KB di Kecamatan Bojonggede 2011 NO
Desa
Peserta KB Baru IUD
MOW
MOP
JLH
KON IMPL
STK
PIL
1.
Bojonggede
2
-
-
-
-
64
59
125
2.
Pabuaran
-
-
-
1
1
62
58
122
3.
Susukan
-
-
-
1
-
21
31
53
4.
Bojongbaru
-
-
-
1
-
27
45
73
5.
Rawa Panjang
-
-
-
-
-
61
56
117
6.
Kedung Waringin
2
-
-
3
-
14
27
46
7.
Waringin Jaya
-
-
-
2
-
20
21
43
8.
Cimanggis
1
1
-
2
-
12
23
39
9.
Raga Jaya
-
1
-
1
-
21
29
52
Jumlah
5
2
-
11
1
302
349
670
Sumber : Badan pemberdayaan perempuan & keluarga berencana Kacamatan Bojonggede, 2011
Sukses Gerakan KB sebagai primadona pembangunan dalam tiga dasawarsa tidak terlepas dari peran dan kerja keras PLKB/PKB. Mereka merupakan ujung tombak yang handal di lini lapangan baik dalam merangkul atau mengajak akseptor baru maupun dalam membina kelestarian ber-KB. Seorang
PLKB
tak
bedanya
dengan
pekerja
sosial
yang
mengedepankan pengabdian murni. Ini hanya bisa dilakoni oleh pemilik mental baja, jiwa pejuang tinggi, dan siap untuk tidak kaya secara materi. Keberhasilan program KB nasional selama ini antara lain karena peran dan kerja keras para PLKB/PKB. PLKB/PKB merupakan Petugas KB di barisan terdepan dan sangat dekat dengan keluarga sebagai sasaran program KB.
64
Tabel 9 Jumlah peserta KB aktif tiap desa menurut alat di Kecamatan Bojonggede 2011 NO
kontrasepsi
KB
Peserta`KB Aktif
Desa
JLH IUD
MOW
MOP
KON IMPL
STK
PIL
1.
Bojong gede
539
92
5
96
38
3799
1895
6464
2.
Pabuaran
521
80
9
11
5
3356
1464
5446
3.
Susukan
127
66
20
18
22
1553
619
2425
4.
Bojong baru
184
67
2
85
48
1984
911
3281
5.
Rawa Panjang
306
81
7
146
86
2809
1863
5298
6.
Kedung Waringin
346
62
5
92
81
1701
1350
3637
7.
Waringin Jaya
51
12
2
35
11
1098
567
1776
8.
Cimang gis
119
57
3
15
44
1277
771
2286
9.
Raga Jaya
208
53
6
37
27
2309
743
3383
Jumlah
2401
570
59
535
362
19886
10183
33997
Sumber : Badan pemberdayaan perempuan & keluarga berencana Kacamatan Bojonggede, 2011
Berikut hasil penelitian dari variabel-variabel penelitian penulis meliputi : karakteristik responden,
penilaian responden terhadap kredibilitas sumber
informasi KB sebagai agen perubahan, sikap dan keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB.
65
4.2.
Karakteristik Responden Responden berjumlah 100 orang, penelitian dilakukan di desa Bojong
Baru (22 orang), Bojonggede (21 orang), Rawa Panjang (17 orang), Susukan (19 orang) dan Pabuaran (21 orang) dengan gambaran sebagai berikut : Tabel 10 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik responden terhadap jenis kelamin di Kecamatan Bojonggede tahun 2011
Karakteristik Responden
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Jumlah Anak
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Keterangan
Jumlah Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
<20
0
0
6
6,98
6
6
20-25
1
7,14
4
4,65
5
5
26-31
3
21,43
25
29,07
28
28
>31
10
71,43
51
59,30
61
61
Jumlah
14
100
86
100
100
100
SD
4
28,57
26
30,23
30
30
SMP
1
7,14
24
27,91
25
25
SMA/SMK
8
57,14
30
34,88
38
38
Diploma
0
0
3
3,49
3
3
S1
1
7,14
3
3,49
4
4
Jumlah
14
100
86
100
100
100
Bekerja Tidak Bekerja Wiraswata
12
85,71
3
3,49
15
15
0
0
76
88,37
76
76
2
14,29
7
8,14
9
9
Jumlah
14
100
86
100
100
100
0
0
0
2
2,33
2
2
1
3
21,43
19
22,09
22
22
2
5
35,71
27
31,40
32
32
3
1
7,14
24
27,91
25
25
>3
5
35,71
14
16,28
19
19
Jumlah
14
100
86
100
100
100
Responden penelitian terdiri atas Perempuan 86 persen dan laki-laki 14 persen, sebagian besar berusia lebih dari 31 tahun, 61 persen, berusia 26-31 tahun, 28 persen, hanya sedikit responden berusia 20 – 25 tahun yaitu lima persen, dan kurang dari
20 tahun sebanyak enam
persen. Data usia
menunjukkan bahwa responden terpilih dapat dikategorikan usia subur (produktif)
66
untuk melahirkan. Data pendidikan responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak berpendidikan tinggi
dengan rincian: SD 30 persen, SMP 25 persen,
SMA/SMK 38 persen, dan hanya sedikit responden berpendidikan tinggi yaitu tiga persen Diploma dan empat persen Sarjana. Bila dikaitkan dengan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak yang berpendidikan tinggi dibanding perempuan. Data pekerjaan menunjukkan
sebagian besar
responden, 76 persen tidak
bekerja, 15 persen bekerja, dan 9 persen berwiraswasta. Dikaitkan dengan jenis kelamin, sebagian besar responden yang bekerja adalah laki-laki. Data berdasarkan jumlah anak menunjukkan, responden yang belum memiliki anak atau memiliki satu sampai dua anak lebih banyak dibanding responden yang memiliki tiga anak atau lebih dari tiga anak yaitu; 25 persen responden memiliki tiga anak, lebih dari tiga anak 19 persen, dua anak 32 persen, satu anak 22 persen, dan belum memiliki anak dua persen. Data tentang usia dan jumlah anak yang dimiliki menunjukkan bahwa subyek
penelitian,
potensial
menjadi sasaran sosialisasi KB
mengingat
responden termasuk berusia produktif. Setelah sosialisasi, mereka diharapkan memiliki sikap yang positif terhadap KB dan bersedia untuk menjadi akseptor KB. Tabel 11 Jumlah dan persentase responden menurut akses terhadap layanan KB terhadap jenis kelamin di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Jenis Kelamin Akses Terha dap Layan an KB
Ketera ngan
Mudah Sangat Mudah Jumlah
Persen Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah 8
Persen 57,14
Jumlah 41
Persen 47,67
49
49
6
42,86
45
52,33
51
51
14
100
86
100
100
100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengatakan layanan KB mudah
didapat dengan sangat mudah didapat hampir sama
banyaknya. Namun apabila dikaitkan dengan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak menyatakan bahwa akses layanan KB mudah didapat 57,14 persen, sementara
67
perempuan lebih banyak menyatakan bahwa akses layanan KB sangat mudah didapat 52,23 persen. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penilaian antara laki-laki dan perempuan dalam hal akses layanan KB. dimungkinkan mengingat sosialisasi KB, selama ini
Kondisi ini
lebih banyak ditujukan
kepada perempuan dibanding laki-laki. Selain menerima informasi KB dari petugas lapangan KB, responden juga menerima informasi KB dari dokter 11 persen, bidan 63 persen, dan kader posyandu 23 persen. Selain itu responden juga mendapatkan informasi KB dari media massa yaitu televisi 91 persen, radio dua persen, suratkabar satu persen, billboard lima persen dan poster satu persen. Kehadiran responden dalam sosialisasi KB satu kali dalam sebulan 86 persen, 2 kali sebulan 11 persen, 1 minggu sekali 3 persen. Mayoritas responden selalu mengikuti kegiatan sosialisasi KB sampai selesai 70 persen, sisanya 30 persen tidak mengikuti kegiatan sampai selesai. McLeod dan O’Keefe (1972) menyatakan bahwa peubah demografi seperti jenis kelamin, umur dan status sosial merupakan indikator yang digunakan
untuk menerangkan perilaku seseorang. Menurut Kotler (1980) dan
Anwar (1982) karakteristik personal meliputi juga pendidikan formal, sikap terhadap inovasi, agama, ras, status sosial dan kebangsaan. Susanto (1982) menegaskan bahwa perilaku komunikasi seseorang sangat dipengaruhi oleh karakteristik yang dimilikinya. Lerner (1978) mengungkapkan bahwa kedudukan seseorang dalam lapisan atau struktur sosial juga mempengaruhi perilaku komunikasinya.
4.3. Penilaian Responden Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi
Data Kredibilitas sumber informasi KB meliputi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati tersaji dalam Tabel 12.
68
4.3.1. Penilaian Responden Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi Penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB meliputi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati. Hasilnya tersaji dalam Tabel 12
Tabel 12
Jumlah dan persentase responden menurut penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011
Kredibilitas Sumber Informasi KB Tinggi Sedang Keahlian Rendah Menarik Cukup Menarik Daya Tarik Tidak Menarik Dapat Dipercaya Cukup Dapat Dipercaya Dapat Dipercaya Tidak Dapat Dipercaya Empati Cukup Empati Empati Tidak Empati
Jumlah 96 3 1 84 16 0 100 0 0 95 5 0
Persen 96 3 1 84 16 0 100 0 0 95 5 0
Data tentang kredibilias responden menunjukkan bahwa sebagian besar 96 persen responden menilai bahwa sumber informasi KB memiliki keahlian yang tinggi, sebagian besar 84 persen menilai menarik, 100 persen responden menilai sumber informasi dapat dipercaya, dan sebagaian besar 95 persen menilai, sumber informasi memiliki kemampuan berempati. Data tentang nilai rata-rata dari tiap-tiap komponen kredibilitas sumber informasi KB menunjukkan hasil sebagai berikut: 4.3.1.1.
Keahlian sumber informasi
Nilai rata-rata keahlian
sumber informasi menunjukkan: pengetahuan
sumber informasi (4,17), sumber informasi memberikan informasi penting tentang KB (4,17) kepercayaan diri sumber informasi (4,09). Total Nilai rata-rata keahlian adalah 4,14. Dapat disimpulkan bahwa sumber informasi dinilai memiliki keahlian dari seluruh komponen yang dibutuhkan sebagai seorang sumber informasi. Hasil ini sejalan dengan kondisi di lapangan bahwa sumber informasi sebagai
69
petugas KB telah bertugas lebih dari sepuluh tahun. Empat dari lima petugas lapangan KB berpendidikan S1, dan satu petugas berpendidikan Diploma. 4.3.1.2. Daya Tarik sumber informasi Nilai rata-rata penilaian responden tentang daya tarik sumber informasi adalah:
sumber informasi dinilai
memiliki kesamaan lokasi tempat tinggal
dengan responden (3,84), kesamaan bahasa (3,98), kesamaan agama (3,6), kesamaan suku (3,51), dikenal oleh masyarakat (3,87), disukai oleh masyarakat (4,03), sumber informasi menarik (3,97), sumber informasi
komunikatif dalam
menyampaikan informasi (4,1). Dari seluruh komponen daya tarik, dapat disimpulkan bahwa sumber informasi belum sepenuhnya memenuhi syarat sebagai sumber informasi yang menarik
terutama dari komponen kesamaan
lokasi tempat tinggal, kesamaan bahasa, kesamaan agama, kesamaan suku, antara sumber informasi dengan responden. Namun kemampuan
sumber
informasi dalam berkomunikasi secara komunikatif dianggap sudah tinggi. Rogers (2003) menekankan pentingnya pelibatan pelaku atau aktor kampanye yang memiliki banyak persamaan dengan khalayak sasaran. Rogers menggunakan istilah homophily yakni, kemiripan antara komunikator dengan penerima pesan. Simons (2001) menerangkan pembicara yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan khalayaknya cenderung mampu berkomunikasi lebih efektif. Menurut Rakhmat (1998), kesamaan mempermudah proses penyandibalikan (decoding) yaitu proses menerjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan Kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Ini berarti bila ada kesamaan relevan dengan topik persuasi, orang akan terpengaruh oleh komunikator. Kesamaan menyebabkan khalayak tertarik pada komunikator karena kita cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Menurut Stone etal (1999), daya tarik fisik sebenarnya bersifat perseptual dalam arti ia bergantung pada persepsi orang yang melihatnya. Karena itu daya tarik fisik dapat berbeda antara satu orang dengan orang lainnya atau antara satu budaya dengan budaya lainnya.
70
4.3.1.3.
Dapat Dipercaya
Nilai rata-rata yang diberikan responden terhadap sumber informasi dari unsur dapat dipercaya, menunjukkan: sumber informasi memberikan penjelasan dengan benar (4,18), sumber informasi memiliki perilaku baik (4,2), sumber informasi dinilai konsisten (4,18), konsekwen (3,98). Total nilai rata-rata sumber informasi dari dimensi dapat dipercaya (4,14). Nilai ini menunjukkan bahwa petugas lapangan KB dapat dipercaya sebagai sumber informasi. Unsur dapat dipercaya yang memiliki nilai kurang konsekwen, hal ini berhubungan dengan permasalahan yang disampaikan responden kepada petugas PLKB berkaittan dengan alat KB yang dipilih disesuaikan berdasarkan kondisi responden.
4.3.1.4.
Empati
Nilai rata-rata yang diberikan responden terhadap kemampuan sumber informasi dalam berempati menunjukkan bahwa sumber informasi dinilai memahami keinginan masyarakat tentang program KB yang akan diikuti (4,03), mampu menenangkan kecemasan tentang efek samping KB (4,08), memahami kecemasan tentang penggunaan alat KB yang
diikuti (3,95) dan sumber
informasi dapat merasakan kecemasan tentang alat KB yang akan dipilih (3,84). Data empati menujukkan bahwa masih ada responden yang memberikan penilaian bahwa
sebagai penyuluh KB, sumber informasi
masih belum
memahami kecemasan responden terhadap alat KB yang akan digunakan atau dipilih. Penilaian yang diberikan, sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pertanyaan yang paling sering diajukan oleh respnden
pada saat sosialisasi adalah efek samping yang ditimbulkan dari alat KB dan bagaimana cara menanggulanginya. Empati merupakan hasil interaksi antara masyarakat
dan petugas KB
yang dinilai dari kecakapan petugas untuk menciptakan suasana serta komunikasi dua arah untuk membantu memahami kebutuhan dan memberi perhatian pada responden. Hasil penelitian menunjukkan, sumber informasi KB sebagai agen perubahan belum mampu membantu responden dalam mengatasi perasaan cemas responden terhadap alat KB yang dipilih. Oleh karena itu, sumber informasi harus lebih banyak memberikan motivasi tentang keamanan pemakaian alat.
71
Hasil penelitian tentang penilaian responden terhadap sumber informasi KB sebagai agen perubahan dapat disimpulkan bahwa petugas lapangan dinilai baik atau kredibel dalam melakukan sosialisasi KB. Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang dikatakan, tetapi juga keadaan sendiri. He doesn't communicate what he says, he communicates what he is. la tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang-kadang siapa lebih penting dari apa. Fatwa keagamaan dari seorang Kiai, petunjuk kesehatan dari seorang dokter, penjelasan perkembangan mode dari seorang perancang, atau uraian teknik belajar dari seorang psikolog akan lebih didengar Secara umum dapat disimpulkan bahwa sumber informasi KB dinilai kredibel. Dalam melakukan Sosialisasi KB di Bojonggede, petugas KB terdiri dari lima orang petugas lapangan KB
yang sudah diberi pelatihan, masa kerja
petugas lebih dari sepuluh tahun, mayoritas berpendidikan S1 (empat orang), diploma satu orang. Dalam sosialisasi, petugas KB juga menggunakan alat peraga sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami dan
diharapkan
mampu menarik perhatian masyarakat terhadap informasi KB. Berdasarkan
komponen daya tarik, secara umum sumber informasi
dinilai menarik karena hasil wawancara penulis terhadap masyarakat, petugas lapangan KB dinilai mampu menempatkan diri, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, komunikatif dan mampu berempati, dikenal oleh masyarakat, dan memiliki pergaulan yang luas Hasil perhitungan menggunakan matriks korelasi, diketahui bahwa antara jenis kelamin dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (0,008), usia dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (0,061), pendidikan dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (-0.054),
pekerjaan dengan
kredibilitas sumber informasi memiliki nilai 0,092), jumlah anak dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (0,114), dan kemudahan akses layanan KB dengan kredibilitas sumber informasi memiliki nilai (-0.007). Pendidikan dengan kredibilitas sumber informasi KB memiliki hubungan yang tidak nyata dan memiliki arah yang negatif, hal ini dapat diartikan pendidikan tidak menjadikan program KB sulit diterima karena program KB bukan hal yang baru dan telah lama disosialisasikan melalui Pos KB maupun Posyandu.
72
Akses masyarakat terhadap layanan KB memiliki hubungan tidak nyata dan memiliki arah yang negatif dengan kredibilitas sumber informasi. Kondisi ini dimungkinkan mengingat bahwa akses terhadap layanan KB tidak menjadi masalah karena di setiap kecamatan terdapat Puskesmas, Pos KB yang dapat memberikan informasi jika diperlukan. Jenis kelamin, usia, pekerjaan, jumlah anak memiliki hubungan yang tidak nyata terhadap kredibilitas sumber informasi program KB. Pendapat McLeod dan O’Keefe (1972) menyatakan bahwa peubah demografi seperti jenis kelamin,
umur
dan
status
sosial
merupakan
indikator yang digunakan untuk menerangkan perilaku seseorang dalam hasil penelitian ini bahwa karakteristik yang dimiliki responden tidak memiliki pengaruh terhadap kredibilitas sumber informasi KB demikian juga dengan pendapat Kotler (1980) pendidikan
dan Anwar (1982) karakteristik formal,
personal
meliputi
juga
sikap terhadap inovasi, agama, ras, status sosial dan
kebangsaan. Menurut Rogers ada tujuh tugas utama yang harus ditempuh oleh seorang agen pembaharu (Sumber Informasi KB) dalam menyebarkan inovasi kepada masyarakat yaitu: 1. menumbuhkan
keinginan
masyarakat
untuk
melakukan
perubahan 2. membina suatu hubungan dalam rangka perubahan. 3. mendiagnosa permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat 4. menciptakan keinginan perubahan di kalangan klien. 5. menerjemahkan keinginan perubahan tersebut menjadi tindakan yang nyata 6. menjaga kestabilan perubahan dan mencegah terjadinya drop out 7. mencapai suatu terminal hubungan. Pendapat
Rogers
di atas
telah
dilakukan
petugas
KB
dalam
melaksanakan tugasnya di Kecamatan Bojonggede dengan melakukan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi atas program yang dilakukan dan hal ini selalu dikoordinasikan dengan koordinator lapangan KB. Tahap
awal yang
harus
dilakukan
untuk
mendorong
khalayak
mengadopsi program KB adalah petugas KB harus berusaha membangkitkan
73
keinginan
masyarakat
untuk
melakukan
perubahan
dalam
kehidupan
mereka. Perubahan yang dimaksud terutama berkaitan dengan sikap dan keputusan target khalayak untuk mengadopsi program KB. Selain itu, petugas KB perlu membina hubungan baik, melakukan kontak, menumbuhkan sikap saling percaya dan mampu berempati. Empati adalah kemampuan petugas KB untuk menempatkan diri pada memahami
dan
situasi
kliennya,
kemampuan
untuk
menghayati sikap, kepercayaan, perasaan dan tindakan
kliennya (Soekidjo 1992). Langkah melakukan
selanjutnya
diagnosa
yang harus dilakukan
petugas KB
adalah
atas permasalahan yang dihadapi dan mampu
menterjemahkan keinginan atau kepentingan target sasaran. Petugas kesehatan harus selalu berupaya membentuk pendapat yang positif pada diri sasarannya (masyarakat usia subur, ibu-ibu balita mapun lakilaki), yaitu dengan memberikan
rangsangan
atau
stimulus.
Mendorong
masyarakat usia subur, ibu-ibu pemilik balita bahkan bapak-bapak untuk ikut serta dalam program KB. Keikutsertaan ini
akan merangsang terjadinya
perubahan sikap. Bila perubahan sikap telah terjadi, maka pembinaan perlu dilakukan agar masyarakat terus memutuskan untuk mengadopsi program KB. Kebanyakan agen perubahan berkonsentrasi pada penciptaan kesadaran akan pengetahuan. Tugas membangun kesadaran terhadap inovasi sebenarnya lebih efisien jika
dilakukan oleh media massa. Peran agen perubahan lebih
dituntut untuk menjelaskan how-to knowledge sedangkan principles-knowledge diserahkan pada pendidikan formal. Jika hal terakhir itu diserahkan pada agen perubahan, maka tugasnya makin sulit. Karena itu, dibutuhkan agen perubahan yang dipandang ahli dan dapat dipercaya oleh khalayaknya. Agen perubahan sebagai sumber informasi berperan penting dalam proses pembentukan sikap dan keputusan target sasaran untuk mengadopsi inovasi (ide, gagasan) .
74
4.3.2.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penilaian Terhadap Kredibilitas Sumber Informasi
4.3.2.1. Pengaruh Faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Jenis Kelamin Hasil penelitian dari responden
laki-laki dan perempuan terhadap
penilaian kredibilitas sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Jenis Kelamin Kredibilitas Sumber Informasi KB Tinggi Sedang Keahlian Rendah Jumlah Menarik Daya Cukup Menarik Tarik Tidak Menarik Jumlah Dapat Dipercaya Cukup Dapat Dapat Dipercaya Dipercaya Tidak Dapat Dipercaya Jumlah Empati Empati Cukup Empati Tidak Empati Jumlah
Laki-Laki Jumlah Persen 13 92,86 1 7,14 0 0 14 100 12 85,71 2 14,29 0 0 14 100 14 100
Perempuan Jumlah Persen 83 96,51 2 2,33 1 1,16 86 100 72 83,72 14 16,28 0 0 86 100 86 100
0
0
0
0
0
0
0
0
14 14 0 0 14
100 100 0 0 100
86 81 5 0 86
100 94,19 5,81 0 100
Hasil tabulasi tabel silang di atas menunjukkan bahwa responden laki-laki dan perempuan memberikan penilaian yang sama bahwa sumber informasi memiliki keahlian yang tinggi, dinilai menarik dan dapat dipercaya. Namun penilaian berbeda diberikan terhadap kemampuan sumber informasi dalam berempati. Seluruh responden laki-laki menilai bahwa sumber informasi mampu berempati, sementara
5,81 persen responden perempuan menilai bahwa
75
sumber informasi memiliki kemampuan empati yang cukup. Kondisi ini dimungkinkan karena saat ini KB lebih banyak ditujukan dan digunakan oleh perempuan dibanding laki-laki, selain itu
perempuan juga lebih banyak
melakukan kontak dengan sumber informasi sebagai petugas KB dibanding lakilaki.
4.3.2.2. Pengaruh Faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Usia Kategori usia responden terbagi menjadi empat yaitu <20 tahun, 20-25 tahun, 26-31 tahun, dan >31 tahun. Hasil penelitian usia dan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB dapat diihat pada tabel 14. Tabel 14 Jumlah dan persentase menurut usia dan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Kredibilitas Sumber Informasi KB
Keah lian
Daya Tarik
Empa ti
<20
20-25
26-31
>31
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Jumlah
Persen
Tinggi
6
100
5
100
27
96,43
58
95,08
Sedang
0
0
0
0
1
3,57
2
3,28
Rendah
0
0
0
0
0
0,00
1
1,64
Jumlah
6
100
5
100
28
100
61
100
Menarik
6
100
5
100
23
82,14
50
81,97
0
0
0
0
5
17,86
11
18,03
0
0
0
0
0
0,00
0
0
6
100
5
100
28
100
61
100
6
100
5
100
28
100
61
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
6
100
5
100
28
100
61
100
Empati
6
100
5
100
26
92,86
58
95,08
0
0
0
0
2
7,14
3
4,92
0
0
0
0
0
0
0
0
6
100
5
100
28
100
61
100
Cukup Menarik Tidak Menarik Jumlah
Dapat Diper caya
Usia
Dapat Diperca ya Cukup Dapat Diperca ya Tidak Dapat Diperca ya
Cukup Empati Tidak Empati Jumlah
76
Data tentang usia menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada seluruh kategori usia menilai bahwa sumber informasi memiliki keahlian yang tinggi. Sementara data tentang daya tarik sumber informasi dan usia responden menunjukkan perbedaan penilaian. Responden yang berusia kurang dari 20 dan 20-25 tahun, 100 persen menilai bahwa sumber informasi menarik. Penilaian berbeda diberikan terhadap responden yang berusia 26-31 tahun dan responden yang berusia lebih dari 31 tahun. Responden dalam kategori usia tersebut, sebagian besar menilai bahwa sumber informasi menarik namun
sebagian
responden juga memberikan penilaian cukup terhadap daya tarik sumber. Dapat disimpulkan bawa semakin matang usia responden maka semakin tinggi kriteria yang ditetapkan untuk
menilai dayatarik sumber informasi.
Kondisi ini
dimungkinkan mengingat semakin matang usia semakin banyak pengalaman yang didapat oleh individu. Data tentang tingkat kepercayaan responden terhadap sumber informasi dengan usia, menunjukkan sumber informasi dinilai dapat dipercaya pada seluruh kategori usia. Artinya tidak ada hubungan antara penilaian responden terhadap tingkat kepercayaan dengan usia. Data
tentang
kemampuan
sumber
menunjukkan responden yang berusia
informasi
dalam
berempati
kurang dari 20 dan 20-25 tahun
seluruhnya 100 persen menilai bahwa sumber informasi mampu berempati. Penilaian berbeda diberikan terhadap responden yang berusia 26-31 tahun dan responden yang berusia lebih dari 31 tahun. Responden dalam kategori usia tersebut, namun
sebagian besar menilai bahwa sumber informasi mampu berempati sebagian responden juga memberikan penilaian cukup terhadap
kemampuan sumber informasi dalam berempati. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia dengan penilaian responden terhadap kemampuan sumber informasi dalam berempati. Data tentang empati menunjukkan bahwa semakin matang usia responden, semakin banyak tuntutan dari responden terhadap kemampuan sumber informasi untuk berempati. Bila dikaitkan dengan pendapat Kotler dan Nancy (2008) maka responden pada kelompok usia 26-31 tahun dan lebih dari 31 tahun
termasuk pada kelompok sasaran yang siap untuk berubah
(preparation change) atau siap untuk mengadopsi gagasan bahwa dua anak lebih baik. Oleh karena itu, pada tahap ini, sasaran perlu terus dipersuasi agar
77
mereka memutuskan untuk mengadopsi gagasan bahwa dua anak lebih baik. Pada tahap persuasi, sumber informasi harus memiliki kemampuan untuk berempati yaitu memahami kecemasan yang dirasakan masyarakat untuk memilih dan menggunakan KB. Hubungan antara pendidikan responden dengan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB yang meliputi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati dapat dilihat dalam Tabel 15.
4.3.2.3. Pengaruh Faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Pendidikan Kategori pendidikan responden dalam penelitian ini dibedakan menjadi lima yaitu SD, SMP, SMA/SMK, Diploma, dan S1. Pengaruh tingkat pendidikan responden terhadap penilaian kredibiltas sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 15. Data tentang pendidikan dan penilaian responden terhadap kredibiltas sumber informasi menunjukkan,
sebagian besar responden pada semua
kategori pendidikan menilai sumber informasi memiliki kredibilitas yang tinggi serta seluruh responden 100 persen menilai sumber informasi dapat dipercaya. Data tentang penilaian responden terhadap daya tarik sumber informasi menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penilaian. Semakin tinggi pendidikan semakin
sedikit responden yang memberikan
penilaian bahwa sumber informasi menarik sebagai penyuluh KB. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan responden, semakin tinggi tuntutan responden terhadap kriteria yang harus dipenuhi oleh sumber informasi KB. Data tentang penilaian responden terhadap kemampuan sumber informasi dalam berempati menunjukkan bahwa seluruh responden yang bependidikan SD, SMP, Diploma, dan S1, seluruhnya 100 persen menilai bahwa sumber informasi mampu berempati, sementara 13,6 persen responden yang berpendidikan SMA/SMK menilai sumber informasi memiliki kemampuan berempati yang cukup.
78
Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut pendidikan responden dan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Pendidikan SD Kredibilitas Sumber Informasi KB Tinggi Keah Sedang lian Rendah Jumlah Menarik Cukup Daya Menarik Tarik Tidak Menarik Jumlah Dapat Dipercaya Cukup Da Dapat pat Dipercaya Diper Tidak caya Dapat Dipercaya Jumlah Empati Cukup Empati Em pati Tidak Empati Jumlah
Jum lah
Per sen
SMP Ju Per m sen lah 24 96 0 0 1 4 25 100 22 88
SMA/SMK Ju Per m sen lah 35 92,11 3 7,89 0 0 38 100 29 76,32
Diploma Ju Per m sen lah 3 100 0 0 0 0 3 100 3 100
S1 Ju m lah 4 0 0 4 2
Per sen
30 0 0 30 28
100 0 0 100 93,33
100 0 0 100 50
2
6,67
3
12
9
23,68
0
0
2
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30
100
25
100
38
100
3
100
4
100
30
100
25
100
38
100
3
100
4
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
30 30
100 100
25 25
100 100
38 33
100 86,84
3 3
100 100
4 4
100 100
0
0
0
0
5
13,16
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,00
0
0
0
0
30
100
25
100
38
100
3
100
4
100
Hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaian terhadap sumber informasi KB yang meliputi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati dapat dilihat dalam Tabel 16. 4.3.2.4. Pengaruh Faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Pekerjaan Pekerjaan responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu bekerja, tidak bekerja, dan wiraswasta. Hasil penelitian mengenai pekerjaan
79
dan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut pekerjaan responden dan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Pekerjaan Kredibilitas Sumber Informasi KB
Daya Tarik
Dapat Diper caya
Empati
Tidak Bekerja
Wiraswata
Jumlah 13
Persen 86,67
Jumlah 74
Persen 97,37
Jumlah 9
Persen 100
Sedang
2
13,33
1
1,59
0
0
Rendah
0
0
1
7,69
0
0
Jumlah
15
100
76
100
9
100
Menarik Cukup Menarik Tidak Menarik
13
86,67
63
82,89
8
88,89
2
13,33
13
17,11
1
11,11
0
0
0
0
0
0
Jumlah Dapat Dipercaya Cukup Dapat Dipercaya Tidak Dapat Dipercaya
15
100
76
100
9
100
15
100
76
100
9
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
15
100
76
100
9
100
Empati Cukup Empati Tidak Empati
15
100
71
93,42
9
100
0
0
5
6,58
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
15
100
76
100
9
100
Tinggi Keahli an
Bekerja
Data tentang pekerjaan dan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB menunjukkan bahwa sebagian besar 97,37 persen responden yang tidak bekerja menilai bahwa sumber informasi KB memiliki keahlian tinggi, 100 persen responden yang berwiraswasta menilai sumber informasi memilki keahlian yang tinggi, namun
hanya 86,67 persen responden yang bekerja
memberikan penilaian bahwa sumber informasi memiliki kredibilitas yang tinggi.
80
Dengan demikian, ada hubungan antara pekerjaan dengan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi. Data tentang pekerjaan dan daya tarik menunjukkan bahwa terdapat kesamaan penilaian yang diberikan oleh responden terhadap daya tarik sumber informasi. Sebagian responden baik yang bekerja atau tidak bekerja memberikan penilaian bahwa sumber informasi memiliki daya tarik yang cukup. Data tentang pekerjaan dan tingkat kepercayaan menunjukkan bahwa 100 persen responden pada semua kategori pekerjaan menunjukkan
bahwa
sumber informasi dapat dipercaya. Data tentang pekerjaan dan kemampuan sumber informasi dalam berempati menunjukkan bahwa responden yang bekerja dan berwiraswasta seluruhnya menilai bahwa sumber informasi mampu berempati sementara responden yang tidak bekerja sebagian 6,58 persen menilai sumber informasi kurang mampu untuk berempati. Hubungan antara jumlah anak yang dimiliki responden dengan penilaian terhadap kredibilitas sumber informasi KB yang meliputi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati dapat dilihat dalam Tabel 17.
4.3.2.5. Pengaruh Faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Jumlah Anak Dilihat dari pemilikan jumlah anak, responden penelitian ini terdiri dari responden yang belum memiliki anak, memiliki satu anak, dua anak, dan memiliki lebih dari tiga anak. Berikut data tentang pengaruh jumlah anak yang dimiliki responden dengan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi. Data tentang jumlah anak yang dimiliki responden dengan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi menunjukkan, responden yang memiliki satu anak, dua anak, dan tiga anak, sebagian besar menilai bahwa sumber informasi memiliki kredibilitas tinggi.
Persentase kelompok responden yang
belum memiliki anak, menyatakan sumber informasi memiliki kredibilitas tinggi dan sedang sama banyaknya. Sementara ada 5,26 persen responden yang menilai bahwa sumber informasi memiliki kredibiltas yang rendah pada kelompok responden yang memilki anak lebih dari tiga. Dengan demikian dapat disimpulkan ada hubungan antara jumlah anak dengan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 17.
81
Tabel 17 Jumlah dan persentase responden menurut jumlah anak dan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Jumlah Anak Kredibilitas Sumber Informasi KB
Keah lian
Daya Tarik
Da pat Diper caya
Em pati
0
1
2
3
>3
Jum lah
Per sen
Jum lah
Per sen
Jum lah
Per sen
Jum lah
Per sen
Jum lah
Per sen
Tinggi
1
50
22
100
30
93,75
25
100
18
94,74
Sedang
1
50
0
0
2
6,25
0
0
0
0
Rendah
0
0
0
0
0
0
0
0
1
5,26
Jumlah
2
100
22
100
32
100
25
100
19
100
Menarik Cukup Menarik Tidak Menarik
2
100
19
86,36
25
78,13
20
80
18
94,74
0
0
3
13,64
7
21,88
5
20
1
5,26
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah Dapat Diperca ya Cukup Dapat Diperca ya Tidak Dapat Diperca ya
2
100
22
100
32
100
25
100
19
100
2
100
22
100
32
100
25
100
19
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
2
100
22
100
32
100
25
100
19
100
Empati Cukup Empati Tidak Empati
2
100
21
95,45
29
90,63
24
96
19
100
0
0
1
4,55
3
9,38
1
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Jumlah
2
100
22
100
32
100
25
100
19
100
Data tentang penilaian responden terhadap daya tarik sumber informasi KB menunjukkan, penilaian yang cukup terhadap daya tarik sumber informasi lebih banyak diberikan oleh kelompok responden yang memiliki satu anak 13,64 persen, responden memiliki dua anak memberi penilaian 21,88 persen, dan responden memiliki tiga anak memberi penilaian sebanyak 20 persen. Seluruh responden yang belum memiliki anak, menilai sumber informasi KB menarik. Sementara hanya 5,26 responden yang memiliki anak lebih dari tiga memberi penilaian cukup terhadap daya tarik sumber informasi KB. Dengan demikian ada hubungan antara jumlah anak yang dimiliki oleh responden dengan penilaiannya terhadap dayatarik
sumber informasi. Dikaitkan dengan sosialisasi KB maka
82
sumber informasi KB dituntut untuk berpenampilan lebih menarik pada kelompok responden yang memiliki satu, dua dan tiga anak, sebab kelompok ini merupakan kelompok yang akan mengambil keputusan untuk mengadopsi KB. Hubungan antara akses layanan KB dengan penilaian terhadap sumber informasi KB yang meliputi keahlian, daya tarik, dapat dipercaya dan empati dapat dilihat dalam Tabel 18.
4.3.2.6. Pengaruh Faktor Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Akses Layanan KB Penilaian responden terhadap akses layanan KB dikelompokkan menjadi dua yaitu akses KB mudah didapat, dan
sangat mudah
didapat. Pengaruh
akses responden terhadap layanan KB dengan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18
Jumlah dan persentase responden menurut akses terhadap layanan KB dan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber informasi KB di Kecamatan Bojonggede tahun 2011
Kredibilitas Sumber Informasi KB Tinggi Sedang Keahlian Rendah Jumlah Menarik Cukup Daya Menarik Tarik Tidak Menarik Jumlah Dapat Dipercaya Cukup Dapat Dapat Dipercaya Dipercaya Tidak Dapat Dipercaya Jumlah Empati Cukup Empati Empati Tidak Empati Jumlah
Akses Terhadap Layanan KB Mudah Sangat Mudah Jumlah Persen Jumlah Persen 48 97,96 48 94,12 1 2,04 2 3,92 0 0 1 1,96 49 100 51 100 44 89,80 40 78,43 5
10,20
11
21,57
0 49
0 100
0 51
0 100
49
100
51
100
0
0
0
0
0
0
0
0
49 47 2 0 49
100 95,92 4,08 0 100
51 48 3 0 51
100 94,12 5,88 0 100
83
Data tentang akses responden terhadap layanan KB dengan penilaiannya terhadap kredibilitas sumber menunjukkan, responden yang menyatakan akses layanan KB mudah dan sangat mudah didapat, sebagian besar menilai bahwa sumber informasi memiliki kredibilitas tinggi. Hasil penelitian tentang penilaian responden terhadap daya tarik sumber informasi menunjukkan, responden yang menyatakan akses layanan KB sangat mudah didapat menilai bahwa sumber informasi cukup menarik 21,57 persen, responden yang menyatakan akses layanan KB mudah didapat menilai bahwa sumber informasi KB cukup menarik 10,21 persen. Data ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara akses layanan KB dengan penilaian responden terhadap daya tarik sumber informasi sebab jumlah responden yang menyatakan akses layanan KB sangat mudah didapat lebih banyak yang menyatakan bahwa sumber informasi cukup menarik dibanding responden yang menyatakan bahwa akses layanan KB mudah didapat.
Kondisi ini dimungkinkan mengingat
responden yang menyatakan akses layanan KB sangat mudah didapat, lebih sering melakukan kontak dengan sumber informasi KB sebagai penyuluh KB. Data tentang penilaian responden tentang tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi menunjukkan bahwa seluruh responden (100 persen) baik yang menyatakan akses layanan KB mudah didapat dan sangat mudah didapat menilai bahwa sumber informasi KB dapat dipercaya Data tentang penilaian responden
terhadap kemampuan sumber
informasi dalam berempati menunjukkan, sebagian besar responden menilai bahwa sumber informasi mampu berempati baik pada kelompok responden yang menyatakan bahwa akses layanan KB mudah dan sangat mudah didapat. Data yang sama juga ditunjukkan pada penilaian responden bahwa sumber informasi memiliki kemampuan yang cukup dalam berempati. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan anatara akses layanan KB dengan penilaian responden
terhadap
kemampuan
sumber
informasi
dalam
berempati.
84
4.4.
Sikap Responden Terhadap Program KB
4.4.1. Aspek Kognitif Sikap Responden dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi Dalam penelitian ini, sikap yang diteliti terdiri dari komponeni kognitif dan afektif. Komponen kognitif
meliputi;
responden
tahu KB, tahu
bahwa IUD
merupakan salah satu alat KB yang aman, pil KB harus diminum teratur, kenaikan berat badan merupakan salah satu efek samping pemakaian alat KB, program KB dapat menjadikan keluarga lebih sejahtera. 4.4.1.1. Aspek Kognitif Sikap Responden Terhadap Program KB Hasil penelitian tentang nilai rata-rata komponen kognitif sikap adalah responden tahu KB (4,23), mengetahui alat KB IUD (3,64), mengetahui cara menggunakan Pil KB (4,18), dan mengetahui efek samping KB (3,82), keyakinan terhadap bukti bahwa KB dapat menjadikan keluarga lebih sejahtera (4,21). Total nilai rata-rata sikap dari dimensi kognitif adalah 4,02..Aspek kognitif yang memiliki nilai rendah tentang pengetahuan responden terhadap IUD karena dari informasi yang didapat responden lebih banyak menggunakan alat KB dengan cara suntik sehingga
kelebihan yang dimiliki alat KB IUD belum dipahami.
Responden belum banyak mengetahui efek samping KB hal ini dapat diketahui pada saat dilaksanakan sosialisasi KB responden sebagian besar tidak mengikuti sampai selesai sehingga pada saat tanya jawab responden tidak mendengarkan penjelasan dari petugas PLKB. 4.4.1.2. Pengaruh Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Aspek Kognitif Sikap Responden Tentang Program KB Korelasi antara
kredibilitas sumber informasi KB sebagai agen
perubahan dengan sikap terhadap KB dapat di lihat pada Tabel 19. Hasil penelitian ada hubungan nyata pada α = 0,05 antara daya tarik dengan kognitif sikap dengan nilai 0,200 memiliki korelasi sangat lemah.Petugas PLKB dari faktor daya tarik memiliki pengaruh yang kurang terhadap kognitif sikap peserta sosialisasi dalam hal menyampaikan sosialisasi.
85
Tabel 19 Hubungan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB dengan aspek kognitif sikap di Kecamatan Bojonggede tahun 2011
Kredibilitas sumber informasi
Sikap Kognitif
Keahlian
0.136
Daya Tarik
0.200*
Dapat Dipercaya
0.632**
Empati
0.230* **. Berhubungan sangat nyata pada α = 0.01 *. Berhubungan nyata pada α = 0.05
Ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara dapat dipercaya dengan kognitif sikap dengan nilai 0,632 memiliki korelasi yang kuat. Petugas PLKB dapat dipercaya dalam menyampaikan informasi KB. Terlihat ada hubungan nyata pada α = 0,05 antara empati dengan kognitif sikap dengan nilai 0,230 memiliki korelasi sangat lemah. Petugas PLKB memiliki empati yang kurang dalam memberikan pengetahuan program KB.
4.4.2. Aspek Afektif Sikap Responden dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi Komponen afektif berkaitan dengan keyakinan responden mengikuti KB sejalan dengan pandangan hidup, prosedur KB mudah, yakin dapat menganti alat KB jika tidak cocok.
4.4.2.1. Aspek Afektif Sikap Responden Terhadap Program KB Hasil penelitian tentang nilai rata-rata komponen afektif menunjukkan; KB dinilai sejalan dengan pandangan Hidup (4,18), prosedur KB dinilai mudah (4,17), dapat mengganti alat KB jika tidak cocok (4,06). Total nilai rata-rata sikap dari dimensi afektif adalah 4,14. Berkaitan dengan data tentang komponen sikap dapat disimpulkan bahwa sikap responden terhadap program KB setuju.
86
4.4.2.2. Pengaruh Penilaian Kredibilitas Sumber Informasi Terhadap Aspek Afektif Sikap Responden Tentang Program KB Korelasi antara
kredibilitas sumber informasi KB sebagai agen
perubahan dengan sikap terhadap KB dapat di lihat pada Tabel 20. Tabel 20 Hubungan penilaian responden terhadap kredibilitas sumber informasi KB dengan aspek afektif sikap di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Kredibilitas sumber informasi
Sikap Afektif
Keahlian
0.447**
Daya Tarik
0.386**
Dapat Dipercaya
0.612**
Empati
0.387**
**. Berhubungan sangat nyata pada α = 0.01 *. Berhubungan nyata pada α = 0.05
Dari Tabel 20 di atas terlihat ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara keahlian dengan afektif sikap memiliki korelasi cukup kuat dengan nilai 0,447. Dengan demikian, petugas PLKB yang memiliki keahlian, mampu memberikan keyakinan kepada peserta sosialisasi. Ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara daya tarik dengan afektif sikap memiliki korelasi yang cukup (0,386). Faktor daya tarik petugas PLKB memiliki pengaruh yang cukup kuat
terhadap keyakinan peserta
sosialisasi tentang pentingnya program KB. Ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara dapat dipercaya dengan afektif sikap memiliki korelasi yang kuat (0,612). Petugas PLKB dapat dipercaya
dalam
memberikan
Dengan demikian, keyakinan
tentang
pentingnya ikut KB. Ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara empati dengan afektif sikap memiliki korelasi yang cukup (0,387). Petugas PLKB memiliki empati yang cukup dalam memberikan keyakinan tentang program KB terutama tentang efek samping KB. Menurut Sumardjo (1999) karakteristik personal yang patut diperhatikan adalah umur, pendidikan, pengalaman,
kekosmopolitan,
keterampilan,
87
persepsi,
gender,
motivasi,
kesehatan
dan
fasilitas informasi. Banyak
penelitian lain membuktikan bahwa beberapa karakteristik personal (tingkat pendidikan) sangat mempengaruhi tingkat pemahaman, perubahan sikap dan perubahan perilaku sumber informasi terhadap informasi-informasi yang diperoleh, baik secara langsung maupun melalui media massa. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) kepemimpinan pendapat atau agen perubahan
merupakan kekuatan konsumen yang sangat dinamis dan
berpengaruh. Sebagai sumber informasi informal, para pemimpin pendapat dinilai sangat efektif mempengaruhi para konsumen dalam keputusan mereka yang berhubungan dengan produk. Para pemimpin pendapat merupakan sumber informasi yang sangat dipercaya karena biasanya dianggap obyektif memberikan informasi atau nasihat yang menyangkut produk atau jasa yang mereka berikan. 4.5.
Adopsi Program KB dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi yang dimaksud adalah penerimaan program KB oleh responden,
meliputi kesediaan responden mengikuti program KB, alat KB yang digunakan sesuai dengan keinginan, akan mengikuti petunjuk penggunaan alat KB dan akan mendatangi tempat layanan KB. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kesediaan responden mengikuti KB (4,23), alat KB sesuai dengan keinginan responden (4,16), bersedia mengikuti petunjuk menggunakan alat KB (4,13),
akan mendatangi
tempat layanan KB (4,18). Total nilai rata-rata keputusan responden untuk mengadopsi program KB adalah 4,18. Dengan demikian, keputusan masyarakat untuk mengadopsi layanan KB dan alat kontrasepsi KB dikatakan berhasil. Menurut Rogers (2003), gagasan dasar hirarki efek komunikasi adalah bahwa seorang individu biasanya harus melalui perubahan pengetahuan hingga perubahan perilaku yang terbuka dalam rangkaian tahapan kumulatif yang umumnya sejajar dengan tahapan dalam proses keputusan-inovasi. Gagasan dasar hirarki efek komunikasi adalah bahwa seorang individu biasanya harus melalui perubahan pengetahuan hingga perubahan perilaku yang terbuka dalam rangkaian tahapan kumulatif yang umumnya sejajar dengan tahapan dalam proses keputusan-inovasi.
88
4.5.1. Pengaruh Aspek Kognitif Sikap Terhadap Adopsi Program KB Sikap pasangan usia subur terhadap program KB dengan keputusan untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB ada dalam Tabel 21. Tabel 21 Jumlah dan persentase responden menurut aspek kognitif sikap terhadap adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011
Adopsi
Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Jumlah Persen 0 0 0 0 0 0 0 0
Sikap Kognitif Sedang Jumlah Persen 0 0 1 100 0 0 1 100
Tinggi Jumlah Persen 0 0 1 1,01 98 98,99 99 100
Data di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki komponen kognitif sikap sedang, 100 persen tingkat adopsinya juga sedang. Sementara responden yang memiliki sikap kognitif tinggi, tingkat adopsinya juga tinggi. Dengan demikian, ada hubungan antara komponen kognitif sikap
dengan
keputusan masyarakat untuk mengadopsi program KB
4.5.2. Pengaruh Aspek Afektif Sikap Terhadap Adopsi Program KB Aspek
afektif
sikap
terhadap
keputusan
responden
untuk
mengadopsi KB dapat dilihat pada table 22 Tabel 22 Jumlah dan persentase responden menurut aspek afektif sikap terhadap adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011
Adopsi Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Rendah Jumlah Persen 0 0 0 0 0 0 0 0
Sikap Afektif Sedang Jumlah Persen 0 0 0 0 1 100 1 100
Tinggi Jumlah Persen 0 0 1 1,01 98 98,99 99 100
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memiliki komponen sikap afektif sedang dan afektif tinggi sama-sama memiliki keputusan
89
yang tinggi untuk mengadopsi KB. Dengan demikian tidak ada hubungan antara komponen afektif sikap dengan keputusan responden untuk mengadopsi KB Tabel 23 Hubungan sikap responden dengan adopsi di Kecamatan Bojonggede tahun 2011 Sikap
Adopsi
Kognitif
0.469**
Afektif
0.706**
**. Berhubungan sangat nyata pada α = 0.01
Sikap pasangan usia subur terhadap program KB dengan keputusan untuk mengadopsi layanan dan alat kontrasepsi KB dari matriks korelasi dapat disimpulkan ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara kognitif sikap dengan adopsi memiliki korelasi yang cukup (0,469). Dengan demikian, kognitif sikap responden memiliki hubungan dengan keputuan untuk mengadopsi program KB. Ada hubungan sangat nyata pada α = 0,01 antara afektif sikap dengan adopsi memiliki korelasi yang kuat (0,706). Dapat disimpulkan bahwa afektif sikap responden memiliki hubungan yang kuat
dengan keputusannya untuk
mengadopsi program KB. Tingkat pertama yang terjadi dalam proses penyebarluasan gagasan adalah pengetahuan. Pada tingkatan ini, terjadi proses (1) mengingat informasi, (2) memahami pesan, dan (3) pengetahuan atau ketrampilan mengadopsi inovasi secara efektif. Setelah pengetahuan, tahapan dilanjutkan dengan tahap
persuasi.
Menurut Rogers (2003) persuasi terjadi ketika individu atau unit pengambil keputusan membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Pada tingkatan ini terjadi proses (1) menyukai inovasi, (2) membahas perilaku baru dengan orang lain, (3) menerima pesan mengenai inovasi, (4) membentuk citra positif mengenai pesan dan inovasi, dan (5) dukungan bagi perilaku inovatif dari sistem. Keputusan untuk mengadopsi inovasi merupakan tahap ketiga
yang
terjadi setelah melewati tahap persuasi. Keputusan terjadi ketika individu terlibat secara aktif untuk memilih mengadopsi atau menolak mengadopsi inovasi . Pada tingkatan ini muncul (1) niat mencari informasi tambahan tentang inovasi dan (2)
90
niat untuk mencoba inovasi. Proses keputusan untuk mengadopsi inovasi merupakan proses mental dimana individu melangkah dari pengetahuan awal mengenai inovasi menuju suatu keputusan untuk mengadopsi atau menolak dan untuk mengkonfirmasi atas keputusan yang diambilnya. Proses ini bersifat individual, sehingga berbeda
dengan
difusi.
Difusi
merupakan
proses dimana
inovasi
dikomunikasikan kepada para anggota sistem sosial (Rogers 1995). Pada tiap tahap atau
tingkatan perubahan terjadi interaksi dengan
saluran komunikasi, yang berarti juga interaksi dengan sumber-sumber (komunikator) yang beragam. Dalam penelitian ini, sumber difokuskan pada individu perorangan. Selain itu, penelitian ini juga membatasi interaksi
pada
tahap perubahan sikap dan keputusan. Model difusi inovasi dalam penelitian ini
menjadi rujukan dalam
membangun proposisi hirarki efek dari penyampaian pesan oleh tipe-tipe komunikator yang berbeda-beda. Jika dikembalikan pada model SMCRE, maka model difusi inovasi memberikan rincian tentang efek proses komunikasi. Keputusan adopsi dalam tahap persuasi menonjolkan kemampuan petugas KB dalam hal berkomunikasi. Petugas KB melakukan komunikasi dengan melakukan peranan sebagai orang yang tidak menggurui tetapi berusaha melakukan tukar pendapat, dalam sosialisasi dilakukan tanya jawab yang disampaikan peserta dengan bahasa yang mudah dipahami dan menganggap peserta sosialisasi setara. Komunikasi yang terjadi menjadi efektif karena petugas sudah dianggap sebagai keluarga sendiri yang berusaha menyampaikan hal-hal yang positif berkaitan dengan pelayanan KB dan alat kontrasepsi. Pembujukan tidak hanya sekali saja tetapi terus menerus karena petugas KB akan selalu mengunjungi desa
melalui posyandu
yang menjadi tanggungjawabnya
dan
memiliki
pencatatan kapan dilakukan konseling serta kendala yang dihadapi. Petugas KB secara intensif memberikan penjelasan bahwa pemasangan alat kontrasepsi KB tidak mahal dan dapat dibuatkan surat pengantar dengan prosedur yang mudah dan pemasangan alat di puskesmas gratis.