perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Magelang. Sacara geografis, SMA Negeri 4 Magelang terletak pada 07º 29’ 25” LS dan 110º 12’ 29” BT. Secara administratif SMA Negeri 4 Magelang terletak di Jalan Panembahan Senopati No. 42/47 Jurangombo Utara, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang dengan luas tanah 20.006 m² dengan keliling 737 m. Beberapa ruangan yang dimiliki SMA Negeri 4 Magelang pada Tabel 4.1. Sejarah SMA Negeri 4 Magelang bermula dari didirikannya Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Negeri Magelang yang tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nomor 0426/O/1991 dan mulai beroperasi dan meluluskan pada tahun ajaran 1992-1993. Pada tahun 1994, SPG Negeri Magelang dijadikan SMA Negeri 4 Magelang hingga saat ini. SMA Negeri 4 Magelang dikelilingi permukiman penduduk dan merupakan lingkungan yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Lokasi SMA Negeri 4 Magelang yang berada di perkotaan dengan fasilitas sekolah yang mendukung membuat suasana kegiatan belajar lebih efektif dan inovatif. Lokasi SMA Negeri 4 Magelang cukup strategis dan memiliki aksesibilitas yang mudah karena letaknya yang berada di pinggir jalan raya. Selain itu banyak kendaraan umum yang melewati sekolah memudahkan peserta didk atau guru untuk mencapai sekolah. Meskipun letaknya berada di perkotaan dan mudah dijangkau, lokasi SMA Negeri 4 Magelang tetap kondusif karena bangunan ruang kelas yang agak masuk dan tertutup menjadikan kegiatan belajar mengajar cukup nyaman dan tidak terganggu oleh kebisingan aktivitas jalan raya. Lingkungan SMA Negeri 4 Magelang sangat bersih dan asri didukung dengan fasilitas kebersihan yang lengkap. Banyak ditanami pohon-pohon disekitar sekolah. Hal ini karena SMA Negeri 4 Magelang sabagai sekolah commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
adiwiyata atau sekolah hijau di Kota Magelang. Selain fasilitas kebersihan, fasilitas pembelajaran juga sangat mendukung. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan fasilitas seperti LCD, speaker, white board yang dapat meminimalisir gangguan pada saat kegiatan belajar berlangsung. Dengan fasilitas yang baik guru dapat berinovasi dalam menyampaikan materi agar mudah dipahami peserta didik. Penerapan model Problem Based Instruction
dan Guided
Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah ini. Dengan fasilitas yang ada guru dapat me hhmpertajam kemampuan analisis suatu permasalahan lingkungan sekitar peserta didik untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Tabel 4.1 Jumlah Ruangan di SMA Negeri 4 Magelang No. 1
Jenis Ruang Ruang Kelas
Jumlah 25
Luas (m²) 1538
2
Lab. IPA
1
210
3
Lab. Biologi
1
210
4
Lab. Kimia
1
210
5
Lab. Fisika
1
210
6
Lab. Bahasa
1
100
7
Ruang Perpuastakaan
1
350
8
Ruang Keterampilan
2
253
9
Ruang Serbaguna
1
456
10
Ruang UKS
1
24
11
Ruang Pameran
1
250
12
Ruang BP/BK
1
113
13
Lab. Komputer
1
100
14
Ruang Kepala Sekolah
1
45
15
Ruang Guru
1
230
16
Ruang TU
1
150
17
Ruang OSIS
1
96
18
WC Guru
4
25
19
WC Murid
30
254
20
Gudang
2
88
21
Ruang Ibadah
1
400
22
Rumah Dinas Kepala Sekolah
1
90
23
Ruang Dinas Guru
2
114
24
Ruang Penjaga Sekolah
1
44
25
Ruang Multimedia
1
210
26
Ruang PSB
1
85
27
Lapangan
2
14151
Sumber : Data SMA Negeri 4 Magelang 2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
commit to user Gambar 4.1 Peta Citra Lokasi Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian a. Pelaksanaan Kelas Model Ekspositori Kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Mei 2015 di kelas X-4 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pada jam pelajaran ke 2-3 (pukul 07.35-08.10 WIB dan 08.10-08.45 WIB). Biasanya pembelajaran berlangsung 2 x 45 menit. Tetapi pada hari itu bersamaan dengan acara Wasanawarsa kelas XII, sehingga pembelajaran dipercepat menjadi 2 x 35 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran peserta didik. Jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran pada hari itu 28 peserta didik dan 2 peserta didik tidak dapat mengikuti pembelajaran karena mengikuti latihan paduan suara. Guru menyampaikan kompetensi dasar yang akan dipelajari dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada hari itu. Guru mengkondisikan peserta didik, kemudian menyampaikan materi sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Guru menampilkan jenis-jenis aliran sungai dan meminta peserta didik menjelaskan jenis aliran sungai. Guru mengaitkan jenis aliran sungai materi tentang Daerah Aliran Sungai. Guru menampilkan gambar lingkungan DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. Guru menginstruksikan peserta didik membentuk 5 kelompok diskusi. Setelah mengkondisikan suasana kelas guru memberikan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar lingkungan DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan menjelaskan kepada setiap kelompok tugas yang diberikan. Untuk menjawab pertanyaan, peseta didik dipersilakan berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti internet, buku diperpustakaan, koran, dan sumber informasi lain yang sesuai. Beberapa kelompok mengalami kesulitan karena kurang memahami tugas yang diberikan. Guru juga mengawasi jalannya diskusi ditiap-tiap kelompok. Setelah 20 menit berdiskusi, peserta didik diberi waktu untuk mempresentasikan commit tohasil user diskusi dan melakukan diskusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
tanya jawab dengan kelompok lain. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan melakukan tanya jawab, guru dan peserta didik bersama-sama mengampil kesimpulan diskusi pada hari itu. Pada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik di kelas X-4 terbilang pasif. Pada saat guru menjelaskan materi dan menanyakan kejelasan peserta didik hanya diam dan tidak menjawab. Beberapa peserta didik juga tidak mengikuti jalannya diskusi dan mengganggu peserta didik lain. Guru mengkondisikan peserta didik tersebut, tetapai tidak lama kemudian peserta diidk tersebut mengganggu peserta didik lain. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang sudah dipelajari pada hari itu untuk persiapan posttest pada pertemuan
selanjutnya.
Guru
mengakhiri
pertemuan
dengan
mengucapkan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2015 di kelas X-4 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan alokasi waktu 1 x 45 menit pada jam pelajaran ke-2 (pukul 07.45-08.00). Guru membuka pembelajaran dengan salam dan mengecek absensi kehadiran peserta didik. Jumlah peserta didik yang hadir 27 peserta didik. Pertemuan pada hari itu merupakan pelaksanaan post-test. Sebelum melakukan post-tes, guru memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya terkait materi sungai dan Daerah Aliran Sungai. Pada saat itu
tidak
terdapat
pertanyaan.
Kemudian
dilanjutkan
post-test
mengerjakan soal kemampuan berpikir kreatif dengan alokasi waktu 1 x 35 menit sebanyak 4 butir soal. Untuk menutup kegiatan, guru mengucapkan salam kepada peserta didik. b. Pelaksanaan Kelas Problem Based Instruction Kelas Eksperimen 1 menggunakan model
Problem Based
Instruction. Pembelajaran dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Mei 2015 di kelas X-2 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit pada jam pelajaran ke 4-5 (pukul 09.00-10.10 WIB). Biasanya pembelajaran berlangsung 2 x 45 menit. Tetapi pada hari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
itu bersamaan dengan acara Wasanawarsa kelas XII, sehingga pembelajaran dipercepat menjadi 2 x 35 menit. Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan mengecek kehadiran peserta didik dengan absensi kelas. Pada hari itu peserta didik yang yang hadir sejumlah 28 peserta didik. Kemudian guru menyampaikan Kompetensi Dasar dan tujuan pembelajaran pada hari itu. Guru menyampaikan jenis kegiatan yang akan dilakukan pada pembelajaran hari itu. Guru menjelaskan secara garis besar materi tentang sungai dan Daerah Aliran Sungai (DAS). Guru menjelaskan ciriciri DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. Kemudian guru menampilkan gambar-gambar permasalahan DAS. Guru menginstruksikan peserta didik untuk memberi penafsiran terkait gambar-gambar tesebut. Kemudian dengan mengaitkan ciri-ciri bagian hulu, tengah, dan hilir DAS dengan gambar peserta didik menganalisis penyebab permasalahan tersebut dapat terjadi. Guru menginstruksikan peserta didik untuk membentuk 5 kelompok. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) sembari penjelaskan tugas kepada setiap kelompok. Setelah semua peserta didik memahami tugas,
peserta didik
dipersilakan untuk
berdiskusi dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar seperti internet, majalah, koran, buku cetak yang terkait dengan materi diskusi. Guru memantau masing-masing kelompok. Beberapa kelompok mengalami kesulitan dalam penafsiran gambar dan analisis penyebab terjadinya permasalahan. Guru tidak hanya membimbing kelompok yang belum paham tetapi juga memantau diskusi kelompok lain yang sudah paham agar bahan diskusi tidak keluar dari haris besar materi. Setelah semua
kelompok
selesai
berdiskusi,
2
kelompok
maju
untuk
mempresentasikan hasil diskusi dan dilanjutkan tanya jawab dari kelompok lain. Selama diskusi berlangsung beberapa peserta didik tidak memperhatikan
jalannya
presentasi
meskipun
sudah
berkali-kali
dikondisikan. Setelah peserta didik presentasi, guru memberikan konfirmasi terhadap hasil diskusi peserta didik dan memberikan umpan balik berupa pembenarancommit atas hasil diskusi yang benar dan penambahan to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
atas hal yang kurang serta menjelaskan tentang pemecahan masalah yang baik dan benar. Guru mempersilakan peserta didik bertanya kepada guru jika ada yang kurang jelas kemudian menyimpulkan materi bersamasama. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang sudah dipelajari pada hari itu untuk persiapan posttest pada pertemuan selanjutnya. Guru mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2015 di kelas X-2 SMA Negeri 4 Magelang Tahun Ajaran 2015/2014 dengan alokasi waktu 1 x 45 menit pada jam belajaran ke-1 (pukul 07.00-07.45 WIB). Sebelum memulai kegiatan post-test pada hari itu guru dan peserta didik berdoa, dilanjutkan mengucapkan salam dan melakukan absensi. Peserta didik yang hadir pada hari itu 28 peserta didik. Sebelum memulai post-test guru memberi kesempatan kepada peserta didik terkait yang materi dipelajari dipertemuan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan posttest mengerjakan soal kemampuan berpikir kreatif dengan alokasi waktu 1 x 35 menit sebanyak 4 (empat) butir soal uraian. Untuk menutup kegiatan belajar mengajar, guru mengucapkan salam kepada peserta didik. c. Pelaksanaan Kelas Guided Discovery Learning Kelas eksperimen 2 menggunakan model Guided Discovery Learning. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Mei 2015 di kelas X-7 SMA Negeri 4 Magelang dengan alokasi waktu 2 x 45 menit pada jam pelajaran ke 5-6 (10.40-11.45 WIB). Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada peserta didik dan mengecek kehadiran peserta didik dengan menanyakan absensi kelas. Jumlah peserta didik yang hadir pada hari itu 26 peserta didik tetapi 24 peserta didik yang dapat mengikuti pembelajaran karena 2 peserta didik mengikuti pelatihan paduan suara. Guru menyampaikan kompetensi dasar, tujuan, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada hari itu. Guru menyampaikan garis besar materi Sungai dan Daerah Aliran Sungai. Kemudian commit to user guru mendorong peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
dengan menanyakan beberapa hal terkait Daerah Aliran Sungai di Magelang.
Kemudian
guru
mengarahkan
peserta
didik
untuk
mendiskripsikan beberapa daerah di Magelang yang masuk dalan DAS bagian hulu, hilir, dan tengah. Guru mendorong peserta didik mendiskripsikan tempat yang disebutkan kemudian menjelaskan ciri-ciri bagian hulu, hilir, dan tengah DAS. Kemudian guru menampilkan beberapa gambar keadaan lingkungan perbandingan antara ekspektasi dan kenyataan di masing-masing DAS bagian hulu, hilir, dan tengah. Guru membei umpan agar peserta didik menangkap permasalahan apa yang sering terjadi pada Daerah Aliran Sungai. Guru menginstruksikan membentuk 5 kelompok diskusi. Setelah mengkondisikan kelas, guru memberikan pertanyaan kepada semua kelompok berkaitan dengan permasalahn yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai. Guru membagikan Lembar Kerja Siswa. Peserta didik diperbolehkan mencari dari berbagai sumber sesuai dengan tugas yang diberikan. Beberapa kelompok sedikit kesulitan dalam membandingkan gambar sehingga guru membimbing agar peserta didik dapat menemukan permasalahan yang terjadi pada materi yang sedang didiskusikan. Tidak hanya membimbing, kelompok yang belom paham, guru juga tetap memantau kelompok lain agar tetap sesuai dengan materi yang didiskusikan.
Setelah
diskusi
selesai,
masing-masing
kelompok
mempresentasikan dan melakukan tanya jawab atau memberikan sanggahan. Kemudian guru mengkonfirmasi jawaban diskusi dan bersama-sama peserta didik menemukan konsep baru terkait
materi
sungai dan Daerah Aliran Sungai. Guru mempersilakan peserta didik apabila belum jelas dengan pembelajaran pada hari itu. Untuk mengakhiri pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi yang sudah dipelajari pada hari itu untuk persiapan posttest pada pertemuan
selanjutnya.
Guru
mengakhiri
pertemuan
dengan
mengucapkan salam. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Mei 2015 di kelas X-2 SMA Negeri commit 4 Magelang to userTahun Ajaran 2015/2014 dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
alokasi waktu 1 x 45 menit pada jam belajaran ke-3 (pukul 08.00-08.45 WIB). Guru membuka pertemuan pada hari itu dengan mengucapkan salam. Peserta didik yang hadir pada hari itu 26 peserta didik. Sebelum memulai post-test guru memberi kesempatan kepada peserta didik terkait yang materi dipelajari dipertemuan sebelumnya. Kemudian dilanjutkan post-test mengerjakan soal kemampuan berpikir kreatif dengan alokasi waktu 1 x 35 menit sebanyak 4 (empat) butir soal uraian. Untuk menutup kegiatan belajar mengajar, guru mengucapkan salam kepada peserta didik. 3. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir kreatif merupakan kemampuan peserta didik dalam memberikan ide atau gagasan yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik melihat dari berbagai sisi permasalahan yang akan dipecahkan. Terdapat 4 sspek kemamapuan berpikir kreatif peserta didik yaitu : berpikir lancar (fluent thinking), berpikir luwes (flexible thinking), berpikir orisinil (original thinking), dan berpikir rinci (elaboration thinking). Dalam peneletian ini, data kemampuan berpikir kreatif diambil dengan tiga teknik pengambilan data (triangulasi teknik) yaitu observasi, test, dan angket (quesioner). Berikut deskripsi data kemampuan peserta didik : a. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori Kelas
Ekspositori
terdiri
dari
27
peserta
didik.
Selama
pembelajaran berlangsung, kemampuan berpikir kreatif peserta didik ditinjau dengan tiga teknik pengambilan data, yaitu angket, lembar observasi, dan tes. Nilai akhir masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif
peserta didik diperoleh dari rata-rata total skor dari angket,
observasi, dan tes. Pengambilan data dengan angket dilakukan dengan mengisi 12 butir indikator dimana 3 butir pernyataan mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan angket di Kelas Ekspositori. Untuk lebih lengkapnya tabel dapat dilihat pada lampiran 19. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Tabel 4.2 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori dengan Angket Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
No Butir Angket
Kelas Ekspositori
Berpikir Lancar
1,3,4
7,63
Berpikir Luwes
2,5,9
7,44
Berpikir Orisinil
6,7,10
7,15
Berpikir Elaborasi
8,11,12
7,44
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan data dalam Tabel 4.2 dapat dinyatakan aspek kemampuan berpikir kreatif pada Kelas Ekspositori yang memiliki skor tertinggi adalah aspek Berpikir Lancar dengan skor 7,63 sedangkan aspek berpikir luwes dan berpikir elaborasi memiliki skor sama yaitu 7,44 dan nilai terendah yaitu aspek orisinil yaitu 7,15. Pengambilan
data
kemampuan
menggunakan observasi dilakukan dengan
berpikir
kreatif
dengan
mengisi lembar observasi
yang berjumlah 12 butir indikator dimana 3 indikator mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik di Kelas Ekspositori dengan observasi. Untuk lebih lengkapnya, tabel dapat dilihat pada lampiran 22. Tabel 4.3 Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori dengan Observasi Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Ekspositori
Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi
6,63 5,85 6,30 6,26
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dinyatakan aspek kemampuan berpikir kreatif pada Kelas Ekspositori dengan observasi yang memiliki skor tertinggi adalah berpikir lancar dengan skor
6,63 sedangkan aspek
kemampuan berpikir kreatif di Kelas Ekspositori dengan observasi yang memiliki skor terendah adalah berpikir luwes dengan skor 5,85. commitaspek to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan tes dilakukan dengan pemberian soal tes uraian setelah dilakukan pembelajaran. Soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4 butir soal dimana masing-masing soal mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut rata-rata untuuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas Ekspositori. Untuk lebih lengkapnya, tabel dapat dilihat pada lampiran 25. Tabel 4.4 Rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori dengan tes uraian Aspek Kemampuan Berpikir No. Butir Soal Kelas Kontrol Kreatif Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi
4,26 3,48 3,70 3,74
1 2a 2c 2b
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa aspek kemampuan berpikir kreatif dengan tes di kelas Ekspositori yang memiliki skor tertinggi adalah berpikir lancar dengan skor 4,26 sedangkan aspek kemampuan berpikir kreatif dengan test uraian di kelas Ekspositori dengan skor terendah yaitu berpikir luwes sebsesar 3,48. Hasil perhitungan skor angket, lembar observasi, dan tes uraian digabungkan dan diambil rata-rata menghasilkan skor akhir tiap aspek kemampuan
berpikir kratif. Berikut merupakan skor kemampuan
berpikir kreatif Kelas Ekspositori. Tabel 4.5 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Angket
Lembar Observasi
Test Uraian
Nilai Akhir
Berpikir Lancar
7,63
6,63
4,26
6,17
Berpikir Luwes
7,44
5,85
3,48
5,59
Berpikir Orisinil
7,15
6,30
3,70
5,72
Berpikir Elaborasi
7,44
6,26
3,74
5,81
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 28)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dapat disajikan dalam bentuk diagram histogram rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas
Rata-rata
Ekspositori sebagai berikut : 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
6,17
Berpikir Lancar
5,59
5,72
5,81
Berpikir Luwes
Berpikir Orisinil
Berpikir Elaborasi
Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori
Gambar 4.2 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori Gambar 4.2 menunjukan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori. Rata-rata tertinggi pada Kelas Ekspositori terdapat pada aspek berpikir lancar dengan rata-rata 6,17 dan rata-rata terendah pada Kelas Ekspositori terdapat pada aspek berpikir luwes dengan nilai rata-rata sebesar 5,59. Distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori disajikan dalam Tabel berikut : Tabel 4.6 Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas Ekspositori Interval
Nilai Tengah
Frekuensi
21,67 - 22,67 22,17 11 22,68 - 23,68 23,18 8 23,69 - 24,69 24,19 3 24,70 - 25,70 25,20 3 25,71 - 26,71 26,21 2 26,72 - 27,72 27,22 0 Jumlah Peserta Didik 27 Mean 23,33 Median 23,33 Standar Deviasi 1,47 Minimum 21,67 Maximum 26,67 Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer 2015 (Lampiran 32) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 dapat disajikan diagram histogram yang menunjukan distribusi frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori pada gambar 4.3 berikut : 12
11
Frekuensi
10
8
8 6 3
4
3
2
2
0
0 21,67 22,67
22,68 23,68
23,69 24,70 24,69 25,70 Interval
25,71 26,71
26,72 27,72
Kelas Ekspositori
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.3 menunjukan distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori. Pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori yaitu 23,33 (dalam skala 100 sebesar 76,09), nilai tertinggi 26,67 (dalam skala 100 sebesar 86,96), nilai terendah 21,67 (dalam skala 100 sebesar 70,65) median (nilai tengah) 23,33, modus 21,67, dan standar deviasi (σ) 1,467. Sedangkan pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik pada Kelas Ekspositori sebanyak 27 peserta didik. Frekuensi data terbesar pada Kelas Ekspositori yaitu pada interval 21,67 -22,67 yaitu sebanyak 11 peserta didik dan frekuensi data terkecil yaitu pada interval 26,72 – 27,72 karena tidak terdapat peserta didik yang mencapai interval tersebut. b. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction Kelas Problem Based Instruction terdiri dari 28 peserta didik. Selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran, kemampuan berpikir kreatif peserta didik ditinjau dengan tiga teknik pengambilan commit to user data, yaitu angket, lembar observasi, dan tes. Nilai akhir masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik diperoleh dari rata-rata total skor dari angket, observasi, dan tes. Pengambilan data dengan angket dilakukan dengan mengisi 12 butir indikator dimana 3 butir pernyataan mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan angket di Kelas Problem Based Instruction. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 20. Tabel 4.7 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan Angket Aspek Kemampuan Kelas Problem No Butir Angket Berpikir Kreatif Based Instruction Berpikir Lancar 1,3,4 7,79 Berpikir Luwes 2,5,9 7,50 Berpikir Orisinil 6,7,10 7,32 Berpikir Elaborasi 8,11,12 7,54 Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan data dalam Tabel 4.7 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan angket, aspek yang memiliki rata-rata tertinggi yaitu aspek berpikir lancar dengan ratarata skor sebesar 7,79. Sedangkan aspek kemampuan berpikir kreatif dengan rata-rata skor terendah adalah aspek berpikir orisinil dengan ratarata skor sebesar 7,32. Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif selanjutnya dengan menggunakan observasi. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang berjumlah 12 butir indikator dimana 3 indikator mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik di Kelas Problem Based Instruction dengan observasi. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 23.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68 Tabel 4.8 Rata-rata Aspek Kemampuan Bepikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan Observasi Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Problem Based Instruction
Berpikir Lancar
6,96
Berpikir Luwes
6,75
Berpikir Orisinil
6,21
Berpikir Elaborasi
6,57
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 4.8 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan observasi, yang memiliki ratarata skor tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 6,96 sedangkan aspek yang memiliki skor terendah adalah aspek berpikir orisinil sebesar 6,21. Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan tes dilakukan dengan pemberian soal tes uraian setelah dilakukan pembelajaran. Soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4 butir soal dimana masing-masing soal mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut rata-rata untuuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based Instruction dengan tes. untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 26. Tabel 4.9 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction dengan Tes Aspek Kemampuan Kelas Problem No. Butir Soal Berpikir Kreatif Based Instruction Berpikir Lancar Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi
1 2a 2c 2b
4,50 4,39 3,50 4,00
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 4.9 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif dengan tes di Kelas Problem Based Instruction yang memiliki rata-rata skor tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 4,50 dan aspek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
kemampuan berpikir kreatif yang memiliki rata-rata skor terendah adalah aspek berpikir orisinil sebesar 3,50. Hasil perhitungan skor angket, lembar observasi, dan tes uraian digabungkan dan diambil rata-rata menghasilkan skor akhir tiap aspek kemampuan berpikir kratif. Berikut merupakan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction. Tabel 4.10 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction Aspek Kemampuan Nilai Angket Observasi Tes Berpikir Kreatif Akhir Berpikir Lancar
7,79
6,96
4,50
6,42
Berpikir Luwes
7,50
6,75
4,39
6,21
Berpikir Orisinil
7,32
6,21
3,50
5,68
Berpikir Elaborasi
7,54
6,57
4,00
6,04
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer,2015 (Lampiran 28)
Berdasarkan data pada Tabel 4.10 dapat disajikan dalam bentuk diagram histogram rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas
Rata-rata
Problem Based Instruction sebagai berikut : 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00
6,24
6,10
Berpikir Lancar
5,56
5,85
Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction
Gambar 4.4 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction Gambar 4.4 menunjukan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based Instruction. Rata-rata tertinggi pada Kelas Problem Based Instruction terdapat pada aspek berpikir lancar dengan rata-rata 6,24 dan rata-rata terendah pada Kelas Problem Based Instruction terdapat pada aspek berpikir orisinil dengan nilai ratarata sebesar 5,56. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
Distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based Instruction disajikan dalam Tabel 4.11 berikut : Tabel 4.11 Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction Interval Nilai Tengah Frekuensi 21,67 - 22,67 22,17 3 22,68 - 23,68 23,18 6 23,69 - 24,69 24,19 9 24,70 - 25,70 25,20 5 25,71 - 26,71 26,21 3 26,72 - 27,72 27,22 2 Jumlah Peserta Didik 28 24,42 Mean 24,33 Median Standar Deviasi 1,400 22 Minimum Maximum 27,33 Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 32)
Berdasarkan data pada Tabel 4.11 dapat disajikan diagram histogram yang menunjukan distribusi frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based Instruction pada gambar 4.5 berikut : 10
9
Frekuensi
8 6 6 4
5 3
3 2
2 0 21,67 - 22,67 22,68 - 23,68 23,69 - 24,69 24,70 - 25,70 25,71 - 26,71 26,72 - 27,72 Interval Kelas Problem Based Instruction
Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Problem Based Instruction Berdasarkan Tabel 4.11 dan Gambar 4.5 menunjukan distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Problem Based commit to diketahui user Instruction. Pada Tabel 4.11 dapat bahwa rata-rata kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
berpikir kreatif Kelas Problem Based Instruction yaitu 24,42 (dalam skala 100 sebesar 79,89), nilai tertinggi 27,33 (dalam skala 100 sebesar 89,13), nilai terendah 22,00 (dalam skala 100 sebesar 71,74) median (nilai tengah) 24,33, modus 24,00 dan standar deviasi (σ) 1,401. Sedangkan pada Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik pada Kelas Problem Based Instruction sebanyak 28 peserta didik. Frekuensi data terbesar pada Kelas Problem Based Instruction yaitu pada interval 23,69 – 24,69 yaitu sebanyak 9 peserta didik dan frekuensi data terkecil yaitu pada interval 26,72 – 27,72 yaitu sebanyak 2 peserta didik. c. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning Kelas Guided Discovery Learning terdiri dari 26 peserta didik. Selama pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran kemampuan berpikir kreatif peserta didik ditinjau dengan tiga teknik pengambilan data, yaitu angket, observasi, dan tes. Nilai akhir masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik diperoleh dari rata-rata total skor dari angket, observasi, dan tes. Pengambilan data dengan angket dilakukan dengan mengisi 12 butir indikator dimana 3 butir pernyataan mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik dengan angket di Kelas Guided Discovery Learning. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 21. Tabel 4.12 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning dengan Angket Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
No Butir Angket
Kelas Guided Discovery Learning
Berpikir Lancar
1,3,4
8,15
Berpikir Luwes
2,5,9
7,69
Berpikir Orisinil
6,7,10
7,38
Berpikir Elaborasi
8,11,12
7,85
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Berdasarkan Tabel 4.12 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif dengan angket di Kelas Guided Discovery Learning yang memiliki ratarata tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 8,15. Sedangkan ratarata terendah adalah aspke berpikir orisinil sebesar 7,38. Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif selanjutnya dengan menggunakan observasi. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang berjumlah 12 butir indikator dimana 3 indikator mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut ini rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning dengan observasi. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 24. Tabel 4.13 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning dengan Observasi Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Guided Discovery Learning
Berpikir Lancar
7,81
Berpikir Luwes
7,00
Berpikir Orisinil
6,62
Berpikir Elaborasi
6,92
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan Table 4.13 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif di Kelas Guided Discovery Learning dengan observasi yang memiliki rata-rata tertinggi adalah aspek berpikir lancar sebesar 7,81. Sedangkan aspek dengan rata-rata terendah adalah aspek berpikir orisinil sebesar 6,62. Pengambilan data kemampuan berpikir kreatif dengan tes dilakukan dengan pemberian soal tes uraian setelah dilakukan pembelajaran. Soal kemampuan berpikir kreatif dalam bentuk uraian sebanyak 4 butir soal dimana masing-masing soal mewakili satu aspek kemampuan berpikir kreatif. Berikut rata-rata untuuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning dengan tes. untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada commit to user lampiran 27.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Tabel 4.14 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning dengan Tes Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
No. Butir Soal
Kelas Guided Discovery Learning
Berpikir Lancar
1
4,58
Berpikir Luwes
2a
4,46
Berpikir Orisinil
2c
3,62
Berpikir Elaborasi
2b
4,08
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan Tabel 4.14 rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif kelas Guided Discovery Learning dengan tes yang memiliki rata-rata terbesar adalah aspek berpikir lancar sebesar 4,58. Sedangkan aspek yang memiliki rata-rata terendah adalah berpikir orisinil sebesar 3,62. Hasil perhitungan skor rata-rata angket, lembar observasi, dan tes uraian digabungkan dan diambil rata-rata menghasilkan skor akhir tiap aspek kemampuan berpikir kratif. Berikut merupakan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning. Tabel 4.15 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Angket
Lembar Observasi
Test Uraian
Nilai Akhir
Berpikir Lancar
8,15
7,81
4,58
6,85
Berpikir Luwes
7,69
7,00
4,46
6,38
Berpikir Orisinil
7,38
6,62
3,62
5,87
Berpikir Elaborasi
7,85
6,92
4,08
6,28
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 28)
Berdasarkan data pada Tabel 4.15 dapat dihasilakn diagram histogram rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Rata-rata
8,00
6,85
6,38
5,87
6,00
6,28
4,00 2,00 0,00 Berpikir Lancar
Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Berpikir Elaborasi Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning
Gambar 4.6 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning Gambar 4.6 menunjukan rata-rata aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning. Rata-rata tertinggi pada Kelas Guided Discovery Learning terdapat pada aspek berpikir lancar dengan rata-rata 6,85 dan rata-rata terendah pada Kelas Guided Discovery Learning terdapat pada aspek berpikir orisinil dengan nilai rata-rata sebesar 5,87. Distribusi data kemampuan berpikir kreatif kelas Guided Discovery Learning disajikan pada tabel 4.16 berikut : Tabel 4.16 Distrubusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning Interval Nilai Tengah Frekuensi 21,67 - 22,67 22,17 1 22,68 - 23,68 23,18 3 23,69 - 24,69 24,19 6 24,70 - 25,70 25,20 5 25,71 - 26,71 26,21 5 26,72 - 27,72 27,22 6 Jumlah Peserta Didik 26 25,42 Mean 25,17 Median Standar Deviasi 1,416246659 22,67 Minimum Maximum 27,67 Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 32)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Berdasarkan data pada Tabel 4.16 dapat disajikan diagram histogram yang menunjukan distribusi frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning pada gambar 4.7 berikut :
Frekuensi
8
6
6
5
6
3
4 2
5
1
0 21,67 - 22,67 22,68 - 23,68 23,69 - 24,69 24,70 - 25,70 25,71 - 26,71 26,72 - 27,72 Interval Kelas Guided Discovery Learning
Gambar 4.7 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Guided Discovery Learning Berdasarkan Tabel 4.16 dan Gambar 4.7 menunjukan distribusi data kemampuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Guided Discovery Learning. Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning yaitu 25,42 (dalam skala 100 sebesar 83,15), nilai tertinggi 27,67 (dalam skala 100 sebesar 90,22), nilai terendah 22,67 (dalam skala 100 sebesar 75,56) median (nilai tengah) 25,17 modus 25,00 dan standar deviasi (σ) 1,416. Sedangkan pada Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah peserta didik pada Kelas Guided Discovery Learning sebanyak 26 peserta didik. Frekuensi data terbesar pada Kelas Guided Discovery Learning yaitu pada interval 23,69 – 24,69 dan 26,72 – 27,72 yaitu masing-masing 6 peserta didik dan frekuensi data terkecil yaitu pada interval 21,67 – 22,67 yaitu sebanyak 1 peserta didik. d. Perbandingan Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning Penelitian ini melibatkan 81 peserta didik yang terdiri dari 27 peserta didik kelas X-4, 28 peserta didik kelas X-2, dan 26 peserta didik kelas X-7. Kelas X-4 sebagai kelas kontrol dengan diberi commit user pembelajaran Ekspositori, kelas to X-2 sebagai kelas Eksperimen 1 diberi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
pembelajaran Model Problem Based Instruction, dan kelas X-7 sebagai kelas Eksperimen 2 diberi pembelajaran Model Guided Discovery Learning.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kemampuan berpikir
kreatif peserta didik menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu angket,
observasi,
dan
tes
kognitif.
Angket
diberikan
setelah
pembelajaran selesai sebanyak 12 indikator kemampuan berpikir kreatif. Observasi
dilakukan
selama
proses
pembelajaran
berlangsung.
Sedangkan tes kognitif dalam bentuk uraian sebanyak 4 soal dari materi sungai dan Daerah Aliran Sungai. Kemampuan
berpikir
kreatif
yang
dikembangkan
dalam
pembelajaran ini adalah berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinil, dan
berpikir
elaborasi.
Rangkuman
skor
masing-masing
aspek
kemampuan berpikir kreatif pada Kelas Ekspositrori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut. Tabel 4.17 Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Kontrol
Kelas Problem Based Instruction
Kelas Guided Discovery Learning
Berpikir Lancar
6,17
6,24
6,81
Berpikir Luwes
5,59
6,10
6,35
Berpikir Orisinil
5,72
5,56
5,86
Berpikir Elaborasi
5,81
5,85
6,08
Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015 (Lampiran 28)
Data skor rata-rata setiap aspek kemampuan berpikir kreatif pesera didik Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery Learning pada Tabel 4.17 dapat disajkan dalam bentuk diagram histogram yang dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
8,00 6,81 6,10 6,35
6,17 6,24 5,59
6,00
5,72 5,56 5,86
5,81 5,85
6,08
4,00
2,00
0,00 Berpikir Lancar
Berpikir Luwes Berpikir Orisinil Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Ekspositori
Berpikir Elaborasi
Kelas Problem Based Instruction
Kelas Guided Discovery Learning
Gambar 4.8 Histogram Rata-rata Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery Learning Tabel 4.17 dan Gambar 4.9 menunjukan perbandingan rata-rata aspek kemmapuan berpikir kreatif peserta didik Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning. Aspek kemampuan berpikir kreatif yang memiliki skor rata-rata tertinggi pada kelas Ekpositori adalah aspek berpikir lancar dengan skor sebesar 6,17. Pada saat pembelajaran berpikir lancar biasanya tercermin pada kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Begitu juga pada kelas Problem Based Instruction dan Guided Discovery Learning aspek kemampuan berpikir kreatif yang memiliki skor tertinggi adalah aspek berpikir lancar dengan skor sebesar 6,24 pada Kelas Problem Based Instruction dan 6,81 pada kelas Guided Discovery Learning. Aspek berpikir lancar juga berpengaruh pada kecepatan peserta didik dalam menjawab pertanyaan baik secara lisan selama pembelajaran berlangsung maupun saat menjawab pertanyaan secara tertulis. Aspek kemampuan berpikir kreatif dengan skor terendah pada Kelas Ekspositori adalah aspek berpikir luwes. Kemampuan berpikir luwes muncul pada saat peserta didik memecahkan masalah dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
melihat dari berbagai sisi sehingga dapat menghasilkan banyak alternatif cara penyelesaian masalah. Aspek berpikir luwes pada kelas ekspositori memiliki nilai terendah dikarenakan peserta didik yang menjawab pertanyaan dan menyampaikan pendapat hanya 11,11% dari jumlah peserta didik di kelas Ekspositori. Pada Kelas Problem Based Instruction dan Kelas Guided Discovery Learning, aspek berpikir kreatif dengan nilai rata-rata terendah adalah berpikir orisinil. Persentase peserta didik dengan kemampuan berpikir orisinil hanya sebesar 3,57% di kelas Problem Based Instruction dan 7,69% di kelas Guided Discovery Learning. Kurangnya aspek orisnil disebabkan karena peserta didik terlalu berpegang pada buku pegangan atau buku paket sehingga peserta didik kurang bisa mengembangkan gagasan peserta didik itu sendiri. Selain perbandingan masing-masing aspek kemampuan berpikir kreatif, terdapat juga perbandingan distribusi
kemampuan berpikir
kreatif dari masing-masing kelas berikut ini. Tabel 4.18 Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery Learning Frekuensi Kelas Nilai Kelas Problem Interval Guided Tengah Ekspositori Based Disovery Instruction Learning 21,67 - 22,67 22,17 11 3 1 22,68 - 23,68 23,18 8 6 3 23,69 - 24,69 24,19 3 9 6 24,70 - 25,70 25,20 3 5 5 25,71 - 26,71 26,21 2 3 5 26,72 - 27,72 27,22 0 2 6 Jumlah 27 28 26 Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer, 2015
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 4.18 dapat dijadikan diagram histrogram perbandingan distribusi kemampuan berpikir kreatif pad Gambar 4.9 berikut ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
12
11
10
9
Frekuensi
8 8 6
6
6
6 4
5 5 3
3
3
5
3
3 2
2
2
1 0
0 21,67 - 22,67 22,68 - 23,68 23,69 - 24,69 24,70 - 25,70 25,71 - 26,71 26,72 - 27,72 Interval Kelas Ekspositori
Kelas Problem Based Instruction
Kelas Guided Discovery
Gambar 4.9 Perbandingan Distribusi Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning Pada Tabel 4.18 dan Gambar 4.10 menunjukan bahwa frekuensi Kelas Ekspositori terbesar pada interval 21,67 – 22,67 sebanyak 11 peserta didik, frekuensi pada Kelas Problem Based Instruction terbesar pada terletak pada interval 23,69 – 24,69 sebanyak 9 peserta didik, dan pada Kelas Guided Discovery Learning frekuensi terbesar pada interval 23,69 – 24,69 dan 26,72 – 27,71 dengan frekuensi masing-masing 6 peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa tingkatan skor kemampuan berpikir kreatif Kelas Guided Discovery Learning dan Kelas Problem Based Instruction lebih tinggi daripada Kelas Ekspositori. Hasil statistik kemampuan berpikir kreatif peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut. Untuk lebih lengkap tabel dapat dilihat pada lampiran 32.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Tabel 4.19 Data Statistik Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning Frekuensi Kelas Kelas Hasil Statistik Problem Guided Ekspositori Based Discovery Instruction Learning Jumlah 27 28 26 Mean 23,33 24,42 25,42 Median 23,33 24,33 25,17 Standar Deviasi 1,4672 1,4008 1,4162 Minimum 21,67 22 22,67 Maximum 26,67 27,33 27,67 Sumber : Hasil Perhitungan Data Primer 2015
Berdasarkan
Tabel 4.19 dapat disajikan diagram histogram
perbedaan rata-rata, median, standar deviasi (simpangan baku), nilai maksimum, dan nilai minimum dari Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning seperti pada gambar di bawah ini. 30
Rata-rata
25
24,42
25,42
23,33
Kelas Ekspositori
Kelas Problem Based Instruction
Kelas Guided Discovery Learning
20 15 10 5 0
Gambar 4.10 Histogram Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning Tabel 4.19 menunjukan bahwa Kelas Ekspositori memiliki ratarata sebesar 23,33 dengan nilai tengah 21,67, standar deviasi (σ) 1,4672, nilai terendah sebesar 21,67, dan nilai tertinggi 26,67. Pada Kelas Problem Based Instruction memiliki rata-rata 24,42, standar deviasi (σ) commit22,00, to userdan nilai tertinggi sebesar 27,33. 1,4008, nilai terendah sebesar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Sedangkan pada Kelas Guided Discovery Learning memiliki rata-rata 22,67 dengan nilai tengah 25,17, standar deviasi (σ) 1,4162, nilai terendah sebesar 22,67, dan nilai tertinggi sebesar 27,67. Berdasarkan Gambar 4.11 menunjukan bahwa rata-rata skor kemampuan berpikir kreatif peserta didik tertinggi pada Kelas Guided Discovery Learning dibandingkan dengan Kelas Ekspositori dan Kelas Problem Based Instruction sebesar 25,42.
B. Pengujian Prasyarat Analisis Uji normalitas dan uji homogenitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi sebelum melakukan uji analisis varians (anava). Data yang diperlukan dalam uji prasyarat analisis adalah data nilai ulangan harian dan data nilai kemampuan berpikir kreatif Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning. 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel tersebut berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 5%. Dalam menentukan normalitas data dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai α. Jika Sig > α maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data berasal dari data berdistribusi normal. Sebaliknya apabila Sig. < α maka dapat ditarik kesimpulan data berasal dari data berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas data nilai ulangan harian dan data kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat dalam tabel 4.20 berikut. Untuk lebih lengkap, hasil perhitungan uji normalitas dengan software SPSS 19 for Windows dapat dilihat pada lampiran 33, lampiran 34, lampiran 35, dan lampiran 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Tabel 4.20 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Harian dan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Persentase Data Kelas Kesimpula Sig. α n Ekspositori 0,139 0,05 Normal Problem Based Ulangan 0,177 0,05 Normal Instruction Harian Guided Discovery 0,159 0,05 Normal Learning Ekspositori 0,112 0,05 Normal Kemampua Problem Based 0,200 0,05 Normal n Berpikir Instruction Kreatif Guided Discovery 0,200 0,05 Normal Learning Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 Pada Tabel 4.20 menunjukan bahwa Sig. > α sehingga H0 diterima dan dapat disimpulakan bahwa sampel dan data dalam penelitian di Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Data Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah varian data berasal dari data yang sama (homogen) atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan terhadap data nilai ulangan harian dan data kemampuan berpikir kreatif pada setiap kelas. Uji homogenitas yang digunakan dengan metode Levene dengan taraf signifikan 5%. Untuk menentukan homogen atau tidaknya suatu data dengan membandingkan nilai signifikansi dengan nilai α yaitu 0,05. Jika Sig. > α maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data bersifat homogen. Sebaliknya apabila Sig. < α maka dapat ditarik kesimpulan bahwa data bersifat tidak homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk lebih lengkap, hasil perhitungan uji homogenitas dengan software SPSS 19 for Windows dapat dilihat pada lampiran 36 dan lampiran 38.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Tabel 4.21 Uji Homogentitas Data Nilai Ulangan Harian dan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Persentase Jumlah Data Kelas Sampel Sig. α Kesimpulan Ekspositori 27 Problem Based 28 Ulangan Instruction 0,071 0,05 Homogen Harian Guided Discovery 26 Learning Ekspositori 27 Problem Based Kemampuan 28 Instruction Berpikir 0,861 0,05 Homogen Guided Kreatif Discovery 26 Learning Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 Berdasarkan pada tabel 4.21 diperoleh hasil Sig. > α pada masingmasing kelas. Hal ini menunjukan bahwa Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa sampel dalam penelitian yang terdiri dari Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction dan Kelas Guided Discovery Learning bersifat homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama Setelah pengujian prasyarat analisis, uji normalitas dan uji homogenitas terpenuhi, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis pertama dengan analisis varians (anava) satu jalan. Anava satu jalan merupakan akhir dari perhitungan yang akan digunakan sebagai penentuan analisis terhadap hipotesis yang akan diterima atau ditolak. Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut : H0 = μ1 = μ2 = μ3 tidak terdapat perbedaan rataan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang signifikan diantara penggunaan model ekspositori, model Problem Based Instruction, dan model Guided Discovery Learning. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
H1 ≠ μ1 ≠ μ2 ≠ μ3 paling sedikit terdapat dua rataan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang berbeda secara signifikan diantara penggunaan model ekspositori, model Problem Based Instruction, dan model Guided Discovery Learning. Untuk menentukan H0 atau H1 yang diterima maka ketentuan yang harus diikuti adalah sebagai berikut : a) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak b) Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterim c) Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka H0 diterima d) Jika probabilitas atau signifikan < 0,05 maka H0 ditolak Adapun hasil perhitungan analisis varian satu jalan data kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada lampiran 37 dan ringkasan hasil anailisis varian satu jalan data kemampuan berpikir kreatif peserta didik disajikan pada tabel 4.22 berikut ini. Tabel 4.22 Ringkasan Hasil Anava Satu Jalan Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kemampuan Sum of Mean Berpikir df F Sig Square Square Kreatif Between Group 57,881 2 28,941 14,352 .000 Within Groups
157,284
78
Total
215,166
80
2,016
Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 39)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.22 dapat dinyatakan bahwa Fhitung sebesar 14,352 dan Ftabel sebesar 3,11. Hal ini menunjukan Fhitung > Ftabel yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk nilai probabilitas atau signifikan dapat dinyatakan bahwa nilai Sig. Sebesar 0,000. Hal ini menunjukan Sig. < 0,05 sehingga
hipotesis nol (H0)
ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang signifikan diantara model Problem Based Instruction, model Guided Discovery Learning, dan model ekspositori. Hal ini membuktikan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa to usermodel Problem Based Instruction, terdapat perbedaan antaracommit penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
model Guided Discovery Learning, dan model ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. 2. Pengujian Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan perhitungan analisis varian (anava) satu jalan. Untuk mengetahui perbedaan perlakuan secara signifikan perlu dilakukan uji pasca anava, yaitu dengan menggunakan metode Scheffe’. Anava dilakukan dengan menggunakan SPSS 19 for Windows. Berikut merupakan rangkuman hasil uji pasca anava dengan menggunakan metode Scheffe’ pada kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang disajikan dalam Tabel 4.23 berikut ini. Tabel. 4.23 Ringkasan Uji Pasca Anava dengan Metode Scheffe’ Xi Ekspositori PBI GDL
Xj
Sig.
PBI
0,024
GDL
0.000
Ekspositori
0,024
GDL
0,036
Ekspositori
0.000
PBI
0,036
Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 39)
Untuk menentukan H0 atau H1 yang diterima maka ketentuan yang harus diikuti adalah sebagai berikut : a) Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak b) Jika Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima c) Jika probabilitas atau signifikansi > 0,05 maka H0 diterima d) Jika probabilitas atau signifikan < 0,05 maka H0 ditolak Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut : H0
=
μ1
=
μ2, (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir
kreatif peserta didik), model Problem Based Instruction tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran Ekspositori terhadap kemampuan commit to user berpikir kreatif peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
H1 = μ1 > μ3 (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik), model Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kratif peserta didik. Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukan hasil uji pasca anava dapat dinyatakan bahwa nilai probalititas atau signifikan sebesar 0,024 dan nilai α adalah
0,05. Hal ini menunjukan Sig. < 0,05 yang berarti
hipotesis (H0) ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hal ini membuktikan sesuai dengan hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa Model Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. 3. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut : H0
=
μ2
=
μ3, (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir
kreatif peserta didik), model Guided Discovery Learning tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. H1 = μ2 > μ3 (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik), model Guided Discovery Learning
lebih baik
dibandingkan model pembelajaran ekspositori terhadap kemampuan berpikir kratif peserta didik. Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukan hasil uji pasca anava. Dapat dinyatakan bahwa nilai probabilitas atai signifikan sebesar 0,000 dan nilai α adalah 0,05. Sehingga Sig. < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Hal ini membuktikan sesuai dengan hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa Model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. 4. Pengujian Hipotesis Keempat Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu jalan adalah sebagai berikut : H0
=
μ1
=
μ2, (tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir
kreatif peserta didik), model Guided Discovery Learning tidak lebih baik dibandingkan model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik. H1 = μ1 < μ2 (terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik), model Guided Discovery Learning
lebih baik
dibandingkan model pembelajaran Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kratif peserta didik. Berdasarkan Tabel 4.23 menunjukan hasil uji pasca anava. Dapat dinyatakan bahwa nilai probabilitas atai signifikan sebesar 0,036 dan nilai α adalah 0,05. Sehingga Sig. < 0,05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hal ini membuktikan sesuai dengan hipotesis keempat yang menyebutkan bahwa Model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan dengan model Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. D. Pembahasan Hasil Penelitian Data kemampuan berpikir kreatif peserta didik dianalisis dengan menggunakan
statistik deskriptif dan statistik parametris. Statistik commit to user diskriptif digunakan untuk mempermudah dalam penyajian hasil analisis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
data sehingga informasi mudah dipahami. Sedangkan statistik parametris digunakan dalam pengujian hipotesis dengan analisis varian satu jalan (one way anova). Berdasarkan pada deskripsi data penelitian diperoleh skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang diperoleh dengan menggabungkan nilai tiga teknik pengambilan data (triangulasi teknik), yaitu angket, lembar observasi, dan tes kognitif. Sebagai bahan perbandingan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik di Kelas Problem Based Instruction, Kelas Guided Discovery Learning, dan Kelas Ekspositori disajikan pada Tabel 4.24 berikut ini. Tabel 4.24 Nilai rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik Kelas Ekspositori, Kelas Problem Based Instruction, dan Kelas Guided Discovery Learning Kelas
Mean
Kelas Ekspositori
23,33
Kelas Problem Based Instruction
24,42
Kelas Guided Discovery Learning
25,42
Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015 (Lampiran 32) Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan uji analisis varian (anava) satu arah. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui Fobs > Ftabel (14,352 > 3,11). Keputusan uji anava satu arah adalah H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang dignifikan antara Model Problem Based instruction, Model Guided Discovery Learning, dan Model Ekspositori. Pernyataan tersebut sejalan dengan hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran model Problem Based Instruction, model Guided Discovery Learning, dan Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
muka bumi. Kemudian untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektiv dari maisng-masing model maka dilakukan uji pasca anava. Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan ratarata pada masing-masing perlakuan (model Problem Based Instruction dan model Ekspositori) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Schffe’ dan menggunakan SPSS 19 for Windows. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai probabilitas atau signifikansi 0,024 < nilai α adalah 0,05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak sehingga disimpulkan (menggunakan
bahwa
terdapat
model
perbedaan
Ekspositori)
dan
rata-rata kelas
kelas
kontrol
eksperimen
1
(menggunakan model Problem Based Instruction) secara signifikan. Hal tersebut sesuai dengan hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa Problem Based Instruction lebih baik dibandingkan dengan Model Pembelajaran Ekspositori terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Selain itu berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif, pada Kelas Problem Based Instruction memiliki rata-rata sebesar 24,42 sedangkan pada kelas Ekspositori nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif sebesar 23,33. Hal ini menunjukan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas Problem Based Instruction lebih tinggi dibanding rata-rata nilai kemampuan berpikir kreatif kelas Ekspositori. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas X-2 dengan menerapkan model Problem Based Instruction, guru membantu peserta didik untuk memecahkan masalah yang diberikan guru dengan membentuk kelompok dengan anggota 5 – 6 peserta didik. Bersama dengan anggota kelompok lain, peserta didik diarahkan untuk berdiskusi, bertukar pikiran untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Peserta didik diberi kesempatan untuk merumuskan dan menganalisis, menemukan penyebab, dan menemukan solusi untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh commit to guru. user Sehingga peserta didik ikut serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
berperan dalam pembelajaran dan guru hanya membantu dan mengarahkan
peserta
didik
agar
dapat
menemukan
cara-cara
memecahkan masalah yang diberikan guru. Diakhir pembelajaran, guru juga membantu peserta didik untuk membuat kesimpulan atas pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga peserta didik sudah dilatih untuk terbiasa berpikir divergent dengan menghasilkan ide yang bermacam-macam. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas X-4 dengan menerapkan model Ekspositori, guru hanya menjelaskan garis besar materi. Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk membentuk kelompok dengan anggora 5 – 6 peserta didik kemudian berdiskusi untuk membahas permasalahan Daerah Aliran Sungai. Dalam diskusi, guru hanya membantu apabila peserta didik menemukan kesulitan, guru tidak mengarahkan peserta didik untuk bisa memecahkan masalah. Diakhir pembelajaran guru hanya memberikan umpan balik dari hasil diskusi kelompok. Tidak semua peserta didik mengikuti keseluruhan pembelajaran dan mengikuti jalannya diskusi dengan baik. Peserta didik yang malas hanya mendengarkan dan tidak mencatat baik saat guru menyampaikan materi maupun saat diskusi. Hal ini menunjukan bahwa model Problem Based Instruction dapat membuat kemampuan berpikir kreatif peserta didik lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada masing-masing perlakuan (model Guided Discovery Learning dan Ekspositori) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Schffe’ dan menggunakan SPSS 19 for Windows. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai probabilitas atau signifikansi 0,000 < nilai α adalah 0,05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan ratarata kelas kontrol (model Ekspositori) dengan kelas Eksperimen 2 (model Guided Discovery Learning) secara signifikan. Hal ini sesuai dengan hipotesis ketiga yang menyebutkan commit to userbahwa Model Guided Discovery
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Learning
lebih
baik
dibandingkan
model
Ekspositori
terhadap
kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Selain itu berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Nilai rata-rata kelas Guided Discovery Learning sebesar 25,42 sedangkan nilai rata-rata kelas ekspositori sebesar 23,33. Hal ini menunjukan nilai rata-rata kelas Eksperimen 2 dengan model Guided Discovery Learning lebih baik dibanding dengan nilai rata-rata kelas kontrol dengan model Ekspositori. Dalam pembelajaran yang dilakukan di kelas X-7 dengan menerapkan model Guided Discovery Learning guru membentuk peserta didik kedalam kelompok-kelompok diskusi. Di dalam kelompok guru hanya memberi umpan peserta didik dengan gambar-gambar dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan permasalahan yang terjadi, faktor penyebab, dan pemecahan masalah. Guru benar-benar membimbing berjalannya diskusi dari awal hingga penarikan kesimpulan oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik terbiasa menuangkan idenya sejak awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa model Guided Discovery Learning dapat membuat kemampuan berpikir kreatif peserta didik lebih baik dibandingkan dengan model Ekspositori. Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada masingmasing perlakuan (model Guided Discovery Learning dan Problem Based Instruction) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Schffe’ dan menggunakan SPSS 19 for Windows. Hasil uji Scheffe’ menunjukan nilai probabilitas atau signifikansi 0,036 < nilai α adalah 0,05. Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kelas Eksperimen 2 (model Guided Discovery Learning) dengan kelas Eksperimen 1 ( model Problem Based Instruction) secara signifikan. Hal ini sesuai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
hipotesis keempat yang menyebutkan bahwa Model Guided Discovery Learning lebih baik dibandingkan model Problem Based Instruction terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Negeri 4 Magelang tahun ajaran 2014/2015 pada materi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Selain itu berdasarkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Nilai rata-rata kelas Guided Discovery Learning sebesar 25,42 sedangkan nilai rata-rata kelas Problem Based Instruction sebesar 24,42. Hal ini menunjukan nilai rata-rata kelas Eksperimen 2 dengan model Guided Discovery Learning lebih baik dibanding dengan nilai rata-rata kelas eksperimen 1 dengan model Problem Based Instruction. Pada dasarnya kedua model ini memiliki kesamaan dalam hal proses pembelajaran. Kedua model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menganalisis menemukan faktor penyebab dan menemukan cara pemecahan masalah. Perbedaan keduanya adalah pada Model Guided Discovery Learning kreativitas peserta didik sudah mulai diasah dan dipergunakan dari awal saat memulai pembelajaran. Sejak awal pembelajaran guru sudah mengarahkan dan membimbing peserta didik untuk membandingkan suatu gambar, mencari sendiri permasalahan, faktor penyebab, dan cara pemecahannya. Guru hanya memberi umpan dengan gambar kemudian peserta didik membandingkan gambar-gambar tersebut. Peserta didik yang kritis dalam menangkap permasalahan, akan menghasilkan
gagasan-gagasan
kreatif
sehingga
mereka
dapat
menemukan permasalahan apa yang terjadi, faktor penyebab, dan solusi mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini tidak sepenuhnya ditemui dalam model Problem Based Instruction. Pada model ini, peserta didik mendapatkan arahan dari guru agar dapat menemukan faktor penyebab dan solusi mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahan tidak dicari sendiri oleh peserta didik melainkan permasalahan diberi oleh guru. Meskipun kedua model tersebut merupakan cara belajar mandiri untuk peserta didik tetapi kreativitas peserta didik lebih banyak dibutuhkan dalam Model Guided Discovery Learning dibandingkan pada Model commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Problem Based Instruction. Hal ini menunjukan bahwa model Guided Discovery Learning dapat membuat kemampuan berpikir kreatif peserta didik lebih baik dibandingkan dengan model Problem Based Instruction.
commit to user