BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Secretaria de Estado da Formação Pofissional e Emprego yang disingkat SEFOPE atau dalam Bahasa Indonesia artinya Sekretariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan ini terletak di Jalan Cai-coli – Nain Feto – Dili- Timor Leste.
Secretaria de Estado da Formação Pofissional e
Emprego atau SEFOPE yang merupakan salah satu lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai lembaga penyelenggara pelayanan publik khususnya di bidang ketenagakerjaan yang secara khusus diatur dengan Dekrit No. 3/2008 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7/2007 pada pasal 37 tanggal 5 September 2007, yaitu dimana setelah terbentuknya Pemerintahan Konstitusional IV Republik Demokrait Timor Leste. Secretaria de Estado da Formação Professional e Emprego (SEFOPE) ini terbentuk untuk menjamin semua pelaksanaan aktivitas yang berkaitan dengan kebijakan ketenagakerjaan yang berhubungan dengan pengembangan, pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan untuk menciptakan sumber daya manusia TimorLeste yang professional, menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara pekerja dan pengusaha, mencari dan memberikan informasi-informasi yang jelas kepada masyarakat tentang masalah ketenagakerjaan sesuai dengan decreto Lei No. 7 / 2007, pasal 1
50
51
(Como orgão central do governo, em apoio a todas as politicas desenvolvidas no âmbito de suas competências, deve desenvolver e implementar politicas e programas na area do trabalho, formação, profesonal e emprego, artinya sebagai pemerintah pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan sesuai dengan ruang lingkup kewenangannya, mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan dan program untuk bidang pekerjaan, pelatihan profesional dan ketenagakerjaan). 4.1.1. Visi dan Misi SEFOPE A. Visi SEFOPE Secretaria de Estado dan Formação Professional e Emprego (SEFOPE) atau Sekretariat Negera Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan merupakan salah satu lembaga pemerintah yang berfungsi untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat terutama pelayanan publik dibidang ketenagakerjaan. Sesuai dengan rencana strategis yang telah ditetapkan oleh Sekertariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan yaitu bahwa: Stabilitas Sosial untuk memerlukan tenaga kerja dan pelayanan sepenuhnya pada peningkatan pekerjaan dan kesempatan yang sama serta dialog sosial, hubungan industrial dan administrasi ketenagakerjaan berada pada asas fundamental kearah peningkatan produksi di tempat kerja.
B. Misi 1. Mengusulkan kebijakan dan menyiapkan rancangan peraturan untuk bidang perkembangan ketrampilan dan pelayanan ketenagakerjaan. 2. Menganjurkan pengiriman orang Timor-Leste ke luar negeri.
52
3. Mengatur dan memonitor pekerja asing di Timor-Leste. 4. Meningkatkan dan memonitor keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. 5. Menetapkan mekanisme kerja sama dan koordinasi dengan instansiinstansi terkait yang bertanggung jawab berhubungan yang dengan bidangnya. 6. Meningkatkan mutu akan hak dan kesempatan sebagai keikutsertaan penuh dan penggabungan dari orang-orang cacat. 7. Meningkatkan
hubungan
Tripartit
dalam
pencegahan
perselisihan
perburuhan 8. Mengembangkan dan meningkatkan monitorin sesuai dengan peraturan tenaga kerja dan ratifikasi perjanjian perburuhan internasional oleh TimorLeste. 9. Memberikan pertolongan pada pengusaha dan pekerja masalah hubungan perburuhan. 10. Menegaskan dan melaksanakan aksi untuk kemajuan pekerjaan dan mengatasi pengangguran. Agar supaya pelaksanaan visi dan misi Secretaria de Estado da Formação Pofissional e Emprego ini berjalan dengan baik maka Secretaria de Estado da Formação Pofissional e Emprego membentuk beberapa direktorat nasional guna menyelenggarakan visi dan misinya yang secara struktural berada dibawahnya. Direktorat-direktorat tersebut adalah sebagai berikut:
53
1. Direktorat Geral (DG) atau Direktorat Umum a. Mementingkan orientasi pekerjaan secara umum dan melakukan kesepakatan program pemerintah dan berorientasi dari Sekretaris Negara. b. Berpartisipasi dalam politik dibidang pembangunan
dan melakukan
peraturan sesuai dengan area Sekretariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan. c. Melakukan koordinasi dan menyiapkan proyek tentang undang-undang dan peraturan dari Sekretaris Negara d. Memperkuat administrasi umum secara intern dari Sekretariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan serta melakukan pekerjaan dan juga melakukan kesepakatan program kerja tiap tahun dari Sekretariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan e. Merencanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Investasi publik dan memperbaiki proyek serat menggunakan financial dengan baik f. Mengevaluasi serta membuat finansial tentang kinerja Sekretariat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan.
2. Direktorat Nasional Administrasi dan Keuangan a. Memastikan dukungan teknis administratif kepada Sekretaris Negara, dan direktorat lainnya b. Menjamin persediaan, pemeliharaan dan pelestarian dan pengelolaan barang milik negara, serta persediaan dan kontrak pemeliharaan
54
penyediaan barang dan jasa berkaitan dengan kebutuhan Sekretariat Negara c. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pemantauan alokasi segala material yang dibutuhkan Sekretariat Negara d. Memastikan sistem prosedur komunikasi umum organ internal dan pelayanan sekretariat negara e. Bekerja sama dengan semua direktorat sesuai dengan pedoman dan meyiapkan rencana kegiatan tahunan f. Siap bekerja sama dengan departemen yang berkompten dalam penyusunan anggaran tahunan untuk kepentingan secretariat negara g. Mematuhi dan menegakkan hukum, peraturan dan lainnya tentang administrasi keuangan h. Mengkoordinasikan dan menyelaraskan pelaksanaan anggaran tahunan sesuai kebutuhan yang telah diatur i. Menggalakkan perekrutan, pemantauan, evaluasi, promosi dan pensiun dari pegawai negeri sipil j. Proses daftar gaji pegawai k. Memastikan penyimpanan dan pengolahan arsip-arsip SEFOPE l. Mengembangkan kegiatan untuk mematuhi kondisi kenyamanan dan kebersihan lingkungan kerja m. Mengusulkan agar adanya tindakan administrative untuk perbaikan managemen sumber daya manusia
55
n. Mengembangkan
tindakan
yang
diperlukan
untuk
memastikan
pemeliharaan jaringan komunikasi dan eksternal serta bekerja dengan baik dan menggunakan sumber daya komputer; 2. Direktorat Nasional Hubungan Ketenagakerjaan a. Direktorat Nasional hubungan ketenagakerjaan, disingkat dengan DNRT memilki tugas mempromosikan dan merealisasi hubungan kerja yang baik dan harmonis bagi pengusaha dan pekerja di Timor-Leste b. Mengembangkan program-program internal tentang hubungan kerja sama secara teknis dengan perusahaan nasional dan Internasional c. Meningkatkan dan melaksanakan dialog sosial,koordinasi dan kerjasama dengan organisasi-organisasi yang mewakili pekerja dan pengusaha d. Menetapkan dan menyediakan pemeliharaan sistem arsip data tentang hubungan kerja e. Memfasilitasi Mediasi dan Konsiliasi untuk konflik di tempat kerja, termasuk yang berkaitan dengan hak untuk mogok f. Mendorong penyelesaian perselisihan yang berkaitan dengan perjanjian kolektif bersama g. Mempromosikan pendaftaran serikat pekerja dan pengusaha sesuai dengan kebijakan pemerintah dan menurut undang-undang perburuhan.
3. Direktorat Nasional Pengawasan Ketenagakerjaan a. Direktorat Nasional pengawasan ketenagakerjaan, disingkat disebut DNIT memiliki tugas untuk mempromosikan dan menegakkan undang-undang
56
ketenagakerjaan,
pengaturan
konvensi
internasional
tentang
ketenagakerjaan yang telah diratifikasi oleh Timor-Leste dan memastikan bahwa pekerja dan pengusaha dapat melaksanakan pencegahan resiko kerja ditempat kerja b. Mengembangkan program pengawasan atas pelaksanaan undang-undang perburuhan c. Meningkatkan kesadaran dan memberikan informasi untuk menjelaskan hubungan ketenagakerjaan dan perwakilan pekerja dan pengusaha sesuai dengan peraturan yang berlaku d. Dengan dukungan Masyarakat dan perusahaan dalam mengidentifikasi resiko kerja, melakukan tindakan pencegahan dini terutama yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja e. Mengembangkan dan memelihara program pengawasan kunjungan tahunan ditempat kerja, membuat laporan untuk ditaatinya undang-undang saat ini, termasuk pada keselamtan, Kesehatan dan Kebersihan di tempat kerja f. Memberitahukan kepada pihak yang berwewenang ketika terjadi kejahatan administrsai ditempat kerja yang bersifat pidana g. Memberikan rekomendasi izin visa kerja tenaga kerja asing h.
Memantau pelaksanaan aturan Keamanan Pekerja sosial
i.
Untuk mencegah dan melindungi pekerja anak
j. Memberitahukan identitas inspektur bahwa inspekturlah yang berwewenag untuk melakukan pemeriksaan ketenagakerjaan.
57
4. Direktorat Nasional Pelatihan Profesional ketenagakerjaan a. Direktorat Nasional pengembangan dan pelatihan professional disingkat DNFOP memiliki tugas untuk mempromosikan kebijakan pelatihan professional b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pelatihan diseluruh wilayah Timor-Leste c. Mempromosikan bahwa warga negara Timor Leste mempunyai akses yang sama untuk mendapatkan pelatihan profesional; d. Meningkatkan bantuan teknis secara nasional dalam mengadopsi normatif instrumen dalam pelatihan profesional; e. Bekerja sama dengan instansi pemerintah lainnya mengenai isu-isu yang terkait dengan pelatihan profesional; f. Merencanakan
dan
mengkoordinasikan
program
pelatihan
para
penganggur dan pekerja, monitoring dan mengevaluasi agar tujuan tercapai; g. Membangun kemitraan dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah (NGO), pengembangan dan pelaksanaan pelatihan profesional ditempat kerja; h. Membangun kemitraan untuk mengidentifikasi proyek-proyek dan konsisten dengan kebijakan dan program kesempatan kerja
58
5. Direktorat Nasional Ketenagakerjaan a. Direktorat Nasional Ketenagakerjaan, selanjutnya disebut oleh DNE memiliki tugas untuk mempromosikan tenaga kerja di Timor-Timur. b. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan kerja di seluruh wilayah Timor Leste c. Membangun kemitraan dengan masyarakat sipil dan (NGO) untuk pengembangan dan mempromosikan proyek pelaksanaan kerja dan kerja mandiri; d. Mempromosikan dan memelihara sistem informasi pasar tenaga kerja menyangkut jumlah penganggur, lowongan pekerjaan, program pelatihanpelatihan e. Membangun kemitraan untuk mengidentifikasi proyek-proyek dan konsisten dengan kebijakan program kesempatan kerja. Sesuai dengan tugas dan fungsinya dari tiap-tiap direktorat tersebut diatas, secara struktural semua Direktorat Nasional ini dalam melaksanakan tugas dan fungsinya semua direktorat ini bertanggungjawab langsung kepada Secretaria de Estado da Formação Pofissional e Emprego. Terbentuknya beberapa direktorat ini adalah sebagai unit pelaksana kegiatan operasional dari Sekeratriat Negara Urusan Pelatihan Profesional dan Ketenagakerjaan untuk melaksanakan visi dan misi terbentuknya Sekretariat Negara ini khususnya pelaksanaan pembangunnan atau pelayanan publik di bidang ketenagakerjaan guna memenuhi tuntutan atau kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan bidang ketenagakerjaan.
59
Pelayanan publik dibidang ketenagakerjaan meliputi pelatihan dan penempatan tenaga kerja secara profesional, mencari dan memberi informasi yang jelas tentang hubungan industrial, mencegah konflik hubungan industrial, memberi perlindungan terhadap pekerja anak, adanya tuntutan penggunaan tenaga kerja asing oleh perusahaan-perusahaan baik dalam negeri maupun luar negeri dalam pelaksanaan dan peningkatan produksi di tempat kerja secara khusus dan pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional secara umum.
4.1.2 Tujuan Didirikannya SEFOPE Adapun tujuan didirikannya SEFOPE ini adalah sebagai pemerintah pusat yang mempunyai misi untuk menyusun konsep sentral dan menjamin semua aktivitas tentang pelaksanaan, koordinasi dan evaluasi yang berkaitan dengan kebijakan ketenagakerjaan yang disahkan melalui Dewan Menteri untuk bidang ketenagakerjaan,
diantaranya
yang
berhubungan
dengan
pengembangan
pendidikan dan pelatihan profesional ketenagakerjaan dalam menciptakan sumber daya manusia Timor-Leste yang professional, menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara pekerja dan pengusaha, mencari dan memberikan informasiinformasi yang jelas kepada masyarakat tentang masalah ketenagakerjaan (Dekrit No. 3 / 2008 pasal 1). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana diuraikan diatas khususnya berkaitan dengan pengembangan keterampilan profesional dan penempatan tenaga kerja, hal ini merupakan salah satu tanggung jawab SEFOPE, maka untuk mewujudkan hal tersebut maka SEFOPE membentuk beberapa
60
Direktorat Nasional, diantaranya Direktorat Nasional Pelatihan Profesional dan Direktorat Nasional Ketenagakerjaan. Yang berfungsi sebagai unit pelaksana program
SEFOPE
yang
berkaitan
dengan
pengembangan
keterampilan
profesional dan penempatan tenaga kerja baik di dalam maupun ke luar negeri. Adapun tugas dan tanggung dari kedua direktorat nasional ini adalah sebagai berikut: Direktorat Nasional Pelatihan Profesional bertugas sebagai: mempromosikan kebijakan pelatihan professional, Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pelatihan diseluruh wilayah Timor-Leste, Mempromosikan bahwa warga negara Timor Leste mempunyai akses yang sama untuk mendapatkan pelatihan profesional; Meningkatkan bantuan teknis secara nasional dalam mengadopsi normatif instrumen dalam pelatihan profesional; Bekerja sama dengan instansi pemerintah lainnya mengenai isu-isu yang terkait dengan pelatihan profesional; Merencanakan dan mengkoordinasikan program pelatihan para penganggur dan pekerja, monitoring dan mengevaluasi agar tujuan tercapai; Membangun kemitraan dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan organisasi nonpemerintah (NGO), pengembangan dan pelaksanaan pelatihan profesional ditempat kerja; Membangun kemitraan untuk mengidentifikasi proyek-proyek dan konsisten dengan kebijakan dan program kesempatan kerja Sedangkan Direktorat Nasional Ketenagakerjaan memiliki tugas untuk; mempromosikan
tenaga
kerja
di
Timor-Timur,
Mengembangkan
dan
melaksanakan kebijakan untuk mempromosikan kerja di seluruh wilayah Timor Leste, Membangun kemitraan dengan masyarakat sipil dan (NGO) untuk
61
pengembangan dan mempromosikan proyek pelaksanaan kerja dan kerja mandiri; Mempromosikan dan memelihara sistem informasi pasar tenaga kerja menyangkut jumlah
penganggur,
lowongan
pekerjaan,
program
pelatihan-pelatihan,
Membangun kemitraan untuk mengidentifikasi proyek-proyek dan konsisten dengan kebijakan program kesempatan kerja.
4.1.3 Struktur SEFOPE Untuk menyelenggarakan visi dan misi SEFOPE maka dikembangkan sebuah struktur organisasi berdasarkan Decreto Lei No. 3 /2008 pasal 10 untuk memberikan kompetensi terhadap sebagian staf SEFOPE untuk mengisi jabatanjabatan pada Direktorat Nasional Pelatihan Profissional baik jabatan struktural maupun fungsional. Adapaun Struktur Organisasi SEFOPE sebagai berikut:
62
4.1 Struktur Organisasi SEFOPE ORGANIGRAMA DA SECRETARIA DE ESTADO DA FORMAÇÃO PROFESIONAL E EMPREGO di Timor-Leste
Instituto Nacional Desenv. Mão de Obra
Secretário de Estado
Gab. do Secretaria de Estado
Secretaria de Apoio CNT
Gabinete de Ass. Juridico Departamento do Género Direc. Nac. Adm. e Financas Director Geral
Direccão Nac. De Inspeccão do Trabalho
D. de Fiscalizão Trabalho
D. Relecao Intern. Trab.
Direccão Nac. De Relaccão do Trabalho
Direccão Nac. De Emprego
D. Seguransa Saude e Trabalho
D. Relecao Intern. Trab.
Direccão Nac. Da Formacão Professional
D. Formacão Trabalho
D. Relecao Intern. Trab.
D. Relecao Intern. Trab.
D. Informac. Merc. Trab.
Direcções / Distritais Sumber data: SEFOPE 2013
D. Emprego Orient Profs.
D. Fornecemento
D. Auto Emprego
D. Auto Emprego
63
4.1.4 Daftar Pimpinan Unit Pelatihan Profesional Sesuai dengan struktur diatas, maka daftar pimpinan-pimpinan
yang
mengisi jabatan-jabatan struktur dan fungsional yang berkaitan langsung dengan Bidang Pelatihan Profesional pada Struktur SEFOPE diatas adalah sebagai berikut: a. Direcção Nacional da Formação Profissional, yang dikepalai oleh seorang Direktur Nasional b. Departamento de Formação do Trabalho yang dikepalai oleh seorang Kepala Bagian, yang membawahi dua KepalaSeksi, yaitu: a) Secção de Trabalho Institucional para Formação no Trabalho b) Secção de Apoio orçamento e Levantamento de Dados c. Departamento dos Forncedores de Formação Profissional, yang dikepalai oleh seorang Kepala Bagian, yang membawahi dua Kepala Seksi, yaitu a) Secção de Aconselhamento e Registo de clientes b) Secção de Apoio Orçamento e Levantamento de Dados
4.1.5 Sumber Daya Manusia Yang Dimiliki Dalam mendukung pelaksanaan diklat kepada tenaga kerja maka SEFOPE menetapkan beberapa staf dari sumber daya manusia internal yang dimiliki untuk ditempat pada unit pelatihan profesional sebagai tenaga pelaksana maupun sebagai staf dalam mendukung proses administrasi terhadap penyelenggaraan
64
diklat. Jumlah sumber daya manusia yang ditempatkan pada unit pelatihan profesional sampai tahun 2013 berjumlah 39 orang, seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Yang Dimiliki No
Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
SD
1
2
3
2.
SMP
-
5
5
2.
SMA
11
7
18
3.
Diploma (DII)
-
4
4
4.
Universitas (S1)
3
6
9
Jumlah
39
Sumber : SEFOPE 2013 Berdasarkan tabel diatas menjelaskan tentang sumber daya manusia yang dimiliki oleh unit pelatihan profesional dalam mendukung SEFOPE untuk melaksanakan program-program yang berkaitan diklat diantaranya tentang pendidkan dan pelatihan terhadap tenaga kerja dalam mendukung kebijakan pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan.
4.1.5 Program Pendidikan 1) Program pengembangan kebijakan dan prosedur untuk bidnag pelatihan profissional 2) Program penyelenggaraan pendaftaran, menfasilitasi, dan pengembangan kualitas pusat pelatihan
65
3) Program pelatihan untuk penyedia layanan diklat 4) Program mengembangakan informasi dan kerjasama untuk bidang pelatihan profissional
4.2. Pembahasan Berdasarkan kajian pustaka pada bab terdahulu yang mana telah dijelaskan, sejalan dengan itu pula didalam kerangka pemikiran diuraikan langkah-langkah penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat)
yang
terpenting yang dapat mempengaruhi terhadap keberhasilan program pemerintah dalam pengembangan pendidikan dan pelatihan
profesional ketenagakerjaan
demi menciptakan sumber daya manusia Timor-Leste yang professional terutama dalam mendukung kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea sesuai dengan Memorandum of Understanding antara Pemerintah Timor Leste dengan Pemerintah Korea Selatan. Pelaksanaan diklat yang baik perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: Melakukan Analisis Stratejik, Menetapkan Kompetensi yang dibutuhkan, Mengukur Kompetensi Saat ini, Melakukan Analisis Kebutuhan Diklat, Menyususn Rancangan Teknis Diklat, Menyelenggarakan Diklat dan Mengevaluasi Penyelenggaraan dan Hasil Diklat. Karena Langkah-langkah ini masing-masing
saling
mempengaruhi
satu
sama
lain
dalam
proses
penyelenggaraan diklat mulai dari langkah pertama sampai tahap terakhir. Untuk merealisasi penyelenggarakan diklat yang bermutu tentunya ada aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek quality standard, quality assurence dan
66
quality control. Standar kualitas diklat dibuktikan dengan diciptakannya pedoman-pedoman diklat dan panduan teknis/Standart Operation Procedure (SOP) yang dijadikan tolak ukur bagi lembaga penyelenggara diklat untuk menyelenggarakan diklat. Penetapan standar kualitas melalui pedoman-pedoman terus ditingkatkan kualitasnya sehingga tetap sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis tempat penyelenggaraan diklat. SOP hendaknya dibuat dan disepakati bersama semua unsur-unsur yang terkait dalam lembaga. Jaminan kualitas diperlukan sebagai sutau upaya untuk menjamin kualitas penyelenggaraan dan hasil diklat. lembaga penyelenggara diklat bertanggung jawab memotret kapasitas semua lembaga penyelenggara diklat melalui kegiatan akreditasi dan sertfifikasi, dengan menekankan beberapa hal sebagai indikator yang perlu diperhatikan, yaitu kelembagaan, design program dan kurikulum (sasaran, tujuan, metode pembelajaran), sumber daya mansuia penyelenggara (peserta dan tenaga pendidik dan pelatih) serta sarana prasarana diklat. Pengendalian/pengawasan diwujudkan dalam bentuk pelaporan penyelenggaraan diklat sebelum dan sesudah diklat diselenggarakan melalui sutau evaluasi terhadap proses diklat. Sehubungan dengan kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan, maka terlebih dahalu para tenaga kerja harus memenuhi salah satu kriteria yang ditawarkan oleh Pemerintah Korea yaitu harus bisa berbahasa korea. Maka untuk mendukung tenaga kerja supaya bisa memenuhi salah satu kriterian tersebut maka diselenggarakan pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kerja dengan materi tentang “Korea Linguage Training “KLT”. Untuk mewujudkan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja ini berjalan
67
lancar dan dapat mencapai tujuan maka perlunya memperhatikan langkah-langkah penyelenggaraan diklat yang baik sehingga dapat mendukung kebijakan pengiriman tenaga kerja dapat terlaksana secara efektif. Untuk mencapai sebuah pelaksanaan diklat yang berhasil dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan maka harus diawali dengan sebuah persiapan yang matang, mulai dari melakukan analisis stratejik sampai kepada evaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat . Dengan demikian uraian permbahasan atau analisis yang meliputi Melakukan Analisis Stratejik,
Menetapkan Kompetensi yang dibutuhkan,
Mengukur Kompetensi Saat ini, Melakukan Analisis Kebutuhan Diklat, Menyususn
Rancangan
Teknis
Diklat,
Menyelenggarakan
Diklat
dan
Mengevaluasi Penyelenggaraan dan Hasil Diklat akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya dibawah ini.
4.5.1 Melakukan Analisis Stratejik Pelaksanaan diklat ditujukan untuk menciptakan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pencari kerja sehingga dapat memenuhi permintaan kerja yang ditawarkan oleh Korea kepada Tenaga Kerja Timor Leste melalui Secretaria de Estado da Formação Professional e Emprego (SEFOPE). Tentunya kesempatan ini memberikan suatu harapan yang besar bagi pencari kerja Timor Leste untuk memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendapatkan lapangan pekerjaan ke Korea dengan menjadi tenaga kerja pada perusahaanperusahaan yang ada di Korea. Sehingga dengan adanya permintaan atau kesempatan ini diharapkan Pemerimtah Timor Leste melalui SEFOPE untuk lebih
68
efektif melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sehingga program pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea lebih banyak lagi sehingga mengurangi jumlah angka pencari kerja yang ada. Karena keberhasilan program pengiriman tenaga kerja dapat
ditentukan oleh
pelaksanaan
diklat
diselenggarakan
untuk
meningkatkan pengetahuan dan keahlian para pencari kerja sebagai langkah awal dalam menyiapkan tenaga kerja sehingga dapat merespon permintaan korea. Oleh karena itu sebelum diklat dilaksanakan terlebih dahulu lembaga harus melakukan analisis stratejik untuk mengidentifikasi faktor-faktor stratejik yang dapat mendukung maupun menghambat pelaksanaan diklat. Faktor-faktor tersebut teridiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu meliputi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam lembaga. Sedangkan faktor eksternal yaitu berupa kesempatan dan tantangan yang dihadapi dari luar lembaga seperti kebijakan
atau
dasar
hukum
yang
ditetapkan
oleh
lembaga
tentang
penyelenggaraan diklat. Pentingnya melakukan analisis stratejik karena langkah ini sebagai sutau proses untuk menghimpun berbagai informasi untuk mengetahui kebutuhankebutuhan yang diperlukan lembaga yang dalam pelaksanaan diklat. Karena walaupun lembaga sudah melakukan persiapan dengan matang dan didukung dengan sumber daya manusia cukup dan berkualitas, sarana dan prasarana yang komplit, serta fasilitas-fasilitas pendukung pelaksanaan diklat lainnya tetapi untuk mencapai hasil penyelenggaraan diklat yang diharapkan tentu harus didukung dengan analisis stratejik yang baik terhadap faktor internal dan eksternal. Dengan
69
hal ini dapat membantu lembaga untuk mencapai tujuan penyelenggaraan diklat karena semua kebutuhan diklat sudah terpenuhi sebelum diklat diselenggarakan. Karena dengan analisis stratejik ini dapat membantu lembaga untuk menetapkan kebutuhan-kebutuhan yang tepat dalam mendukung lembaga untuk melaksanakan diklat dengan baik. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan melalui; pertama; melakukan analisis stratejik terhadap faktor internal yang meliputi; penyediaan SDM termasuk tenaga pengajar, sarana dan prasarana, serta fasilitas pendukung lainnya, dukungan anggaran, dan lain sebagainya dalam lembaga, yang kedua melakukan analisis stratejik terhadap faktor eksternal, meliputi kebijakan pemerintah tentang diklat, dukungan anggaran pemerintah, kebutuhan pasar, dan faktor lainnya yang berada di luar organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan diklat terhadap peserta diklat tentunya tergantung kepada sejauhmana lembaga melakukan analisis stratejik dalam mengidentifikasi faktor internal dan eksternal sehingga
lembaga
dapat
menyiapkan
berbagai
kebutuhan-kebutuhan
penyelenggaraan diklat dengan baik sehingga dapat mendukung lembaga dalam menyelenggarakan diklat yang berhasil. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan, menurut Direktur Nasional Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: Sesuai dengan Decreto Lei No.3/2008 tentang SEFOPE, yang mana bertanggung jawab terhadap permasalahan ketenagakerjaan yaitu masalah pengangguran atau pencari kerja. Dan Nota kesepahaman antara SEFOPE dengan Korea tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea, Penyelenggaraan diklat terhadap tenaga kerja dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam mendukung kebijakan pengiriman tenaga kerja ke Korea berdasarkan
70
kesempatan yang ditawarkan oleh Korea. Hal ini dapat membantu mengatasi masalah pencari kerja yang terus bertambah. Sesuai dengan data yang ada bahwa mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 jumlah pencari kerja yang yang mendaftar ke SEFOPE sebanyak 6.028 orang. Tentu hal ini menunjukkan begitu banyaknya pencari kerja yang ingin bekerja ke Korea. Sesuai dengan data yang ada diatas, menunjukkan bahwa partisipasi dari pencari kerja terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah melalui SEFOPE ini diperlukan oleh mereka karena dengan adanya kebijakan ini dapat memberikan harapan dan manfaat terutama dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi yaitu lapangan pekerjaan akibat dari minimnya penciptakaan dan penyediaan lapangan pekerjaan dalam negeri. Sehingga dengan adanya kebijakan ini dapat membantu mereka untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan menjadi tenaga kerja ke luar negeri khususnya ke Korea Selatan melalui program pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan. Maka hasil wawancara diatas menurut Direktur Nasional Pelatihan Profesional ini dapat dianalisis bahwa dalam mendukung tugas dan tanggung SEFOPE tentang penyelenggaraan diklat, hal ini sudah ada aturan, ada tujuan yang jelas dan tersedia lapangan pekerjaan oleh SEFOPE bersama Korea Selatan melalui Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh Timor Leste dengan Korea Selatan tentang pengriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan, tentunya hal ini dapat
mengurangi atau mengatasi permasalahan pengangguran atau
pencari kerja yang ada atas lapangan pekerjaan. Namun kenyataan yang ada bahwa kebijakan pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan ini belum berjalan sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat khsusunya pencari kerja karena penyelenggaraan diklat yang
71
diselenggarakan oleh SEFOPE belum memberikan masukan yang baik terhadap kebijakan tersebut karena minimnya penyediakan tenaga-tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan lowongan kerja yang ditawarkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dilapangan menurut seorang staf Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: proses penyelenggaraan diklat terhadap pencari kerja tidak diawali oleh suatu persiapan awal yang matang oleh SEFOPE terutama dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang dimiliki oleh SEFOPE sehingga dapat mendukung kami untuk melakukan kerjasama yang baik dengan pihak korea dalam melaksanakan diklat terutama faktor bahasa. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat dianalisis bahwa rendahnya analisis stratejik yang dilakukan oleh SEFOPE bersama unsurunsurnya sebagai penyelenggara diklat terutama dalam mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan yang melekat pada sumber daya manusia yang dimiliki baik itu internal maupun eksternal sehingga menyebabkan SDM yang disediakan kurang tepat dengan kondisi ril dilapangan atau peserta diklat. Sehingga menyebabkan angka pengirimanpun menurun. Sehingga untuk menciptakan dan menyiapkan tamatan-tamatan diklat yang dapat merespon kebutuhan Korea Selatan dengan baik maka SEFOPE mengambil sebuah keputusan untuk melakukan kerjasama dengan Korea dalam mendukung penyelenggaraan diklat terhadap pencari kerja. Namun hal ini belum membawa hasil yang baik terhadap program pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja ke Korea Selatan. Dikarenakan keputusan yang diambil terutama dalam mengontrak tenaga pengajar dari Korea sebagai instruktur diklat kurang melibatkan seluruh unsur penyelenggaraa diklat yang ada untuk melakukan diskusi bersama supaya
72
dapat memberikan memberikan ide-ide atau masukan-masukan yang perlu diperhatikan oleh SEFOPE sebagai langkah awal dalam mendukung kualitas pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki terutama kemampuan pengusaaan bahasa korea sehingga dapat menfasilitasi mereka untuk membangun komunikasi yang baik dalam proses penyelenggaraan diklat. Namun hal ini tidak dilakukan dan SEFOPE karena lebih mengandalkan anggaran pemerintah untuk mengontrak tenaga pengajar dari luar tanpa memperdulikan kualitas SDM internal, namun hal ini tetap mempengaruhi kualitas penyelenggaraan diklat karena penyelenggaraan diklat dilaksanakan secara tim. Sehingga hasil penelitian yang diperoleh dilapangan menurut Kepala Bagian Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: Dengan adanya pihak korea dalam mendukung proses penyelenggaraan diklat terhadap tenaga kerja ini kurang memberikan manfaat bagi kami karena semua diambil alih oleh pihak korea sehingga tugas kami yang sebagai pelaksana program pelatihan tidak dimanfaat sehingga keputusan yang diambil hanya untuk memberikan kesempatan kepada pihak korea karena mereka lebih mengerti bahasa korea pada hal itu bukan kesalahan kami hal ini dikarenakan kurang perhatian dan analisis yang dilakukan oleh SEFOPE untuk melakukan antisipasi terhadap hal-hal tersebut. Hasil informasi diatas ini menjelaskan bahwa SEFOPE sendiri mempunyai sebuah komitmen yang tinggi untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yang ada khususnya masalah pengangguran atau pencari yang kerja terus bertambah. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya Nota Kesepahaman antara Timor Leste dengan Korea Selatan dengan memanfaatkan hubungan bilateral yang dibangun oleh kedua negara. Yang mana Korea bersedia untuk menerima tenaga kerja Timor Leste untuk bekerja ke Korea Selatan melalui beberapa kesempatan kerja yang ditawarkan. Namun hal ini masih tetap mengalami
73
beberapa kendala dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya tersebut karena kurangnya adanya kerjasama yang baik antar internal sendiri terutama dalam mengantisipasi hal-hal yang menjadi prioritas penentu kualitas tenaga kerja dalam memenuhi kesempatan kerja yang ditawarkan. Akibat dari kurang melakukan persiapan yang baik terhadap kualitas tenaga-tenaga penyelenggara yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dengan instruktur Korea untuk menyelenggarakan diklat yang berkualitas sehingga dapat memberikan peluang kepada peserta diklat untuk terkirim lebih banyak melalui program pemerintah yang telah ditetapkan sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh pencari kerja. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti dilapangan menunjukkkan bahwa proses persiapan yang dilakukan oleh SEFOPE sebagai langkah awal melakukan analisis stratejik dalam penyelenggaraan diklat terhadap tenaga kerja belum dilakukan dengan baik sehingga menyebabkan masih adanya beberapa kebutuhan yang belum dipenuhi dengan baik oleh SEFOPE terhadap sumber daya manusia internal sehingga memberikan dukungan yang baik terhadap pihak korea sebagai mitra kerja. Disamping itu kurangnya melakukan analisis stratejik dengan baik dalam menganalisa faktor internal terutama dalam mengidentifikasi hal-hal yang menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan diklat seperti keputusan untuk kerjasama dengan korea terutama dalam menetapkan instruktur korea sebagai instruktur diklat menyebabkan tenaga-tenaga internal sendiri kurang diperhatikan dan dimanfaatkan sehingga mereka kurang memberikan dukungan yang baik dalam
74
pelaksanaan diklat akibatnya diklat yang dilaksanakan belum memberikan masukan yang baik terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja sehingga kurang mendukung kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea. Keputusan untuk melakukan kerjasama dengan korea ini pada dasarnya baik, apalagi hal ini didukung atau diawali dengan suatu analisis stratejik yang baik terutama dalam melakukan proses persiapan dalam mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan yang ada dalam SEFOPE dan adanya adanya koordinasi yang baik antara internal dalam melakukan analisis startejik untuk menentukan unsur-unsur diklat sebagai prioritas utama dalam mempengaruhi proses pelaksanaan diklat. Seperti keputusan untuk mengontrak instrktur dari korea, tentu hal ini merupakan sutau hasil analisis yang kurang mendalam sehingga kurang melakukan antisipasi terhadap hal-hal internal yang mempengaruhi keberhasilan diklat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja akibatnya jumlah angka pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea belum optimal. Oleh Karena itu perlunya memperhatikan kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki sehingga dapat memberikan dukungan yang baik kepada lembaga maupun pihak lain. Untuk mewujudkan hal ini sangat diharapkan untuk melakukan persiapan-persiapan yang matang sebelum diklat dilaksanakan terutama dalam melakukan analisis stratejik terhadap faktor internal dan eksternal sehingga dalam penetapan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan lembaga sebelum diklat dilaksanakan dapat terpenuhi dengan baik, seperti menyediakan sumber daya manusia yang tepat dapat menghasilkan diklat berkualitas.
75
4.5.2 Menetapkan Kompetensi yang dibutuhkan Guna menunjang penyelenggaraan diklat dalam mencapai tujuan diklat, tentu dibutuhkan kompetensi-kompetensi tertentu yang dapat mendukung lembaga penyelenggara diklat sehingga dapat memberikan dukungan dalam menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan kemampuan yang telah dimiliki. Setiap pimpinan dan unsur-unsurnya yang ada dalam lembaga penyelenggara diklat membutuhkan kompetensi-kompetensi yang dapat mendukung apa yang menjadi kewenangannya terutama dalam penyelenggaraan diklat. Karena kompetensi merupakan aspek yang menjadi fokus utama dalam mendukung pelaksanaan diklat. Oleh karena itu untuk melaksanakan diklat yang berkualitas, hal ini perlu didukung oleh kompetensi–kompetensi yang dapat mendukung pelaksanaan diklat sehingga dapat mencapai tujuan akhir yang diinginkan oleh semua pihak termasuk lembaga penyelenggara diklat. Sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea sebagai salah satu langkah positif yang diambil oleh pemerintah melalui SEFOPE untuk merespon permasalahan ketenagakerjaan yang ada yaitu jumlah angka pencari kerja yang terus bertambah akibat kurangnya penyediaan lapangan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas oleh pemerintah maupun non pemerintah (pihak swasta) sehingga menyebabkan rendahnya jumlah angka penyerapan tenaga kerja untuk lapangan pekerjaan. Maka untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah melalui SEFOPE membangun hubungan bilateral dengan Korea. Manfaat dari hubungan bilateral yang dibangun tersebut
76
menghasilkan sebuah Nota Kesepahaman yang ditandatangani oleh kedua negara yaitu Timor Leste dengan Korea pada tanggal 10 Mei 2008. Tentu hal ini memberikan suatu tanggung jawab kepada SEFOPE untuk mendukung
tugas
dan
tanggung
jawabnya
tersebut
khususnya
dalam
mewujudkan suatu penyelenggaraan diklat yang baik dan bermutu tentu dibutuhkan kompetensi-kompetensi yang memberikan ruang kepada SEFOPE untuk mendukung tugas dan tanggung jawabnya terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan diklat. Maka berdasarkan Decreto Lei No.3/2008, pasal 2 ini memberikan
beberapa
kompetensi
kepada
SEFOPE
guna
mendukung
kewajibannya dalam melaksanakan diklat terhadap pencari pekerja sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka supaya dapat merespon permintaan Korea. Kompetensi-kompetensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Mengusulkan kebijakan dan menyiapkan rancangan peraturan untuk bidang perkembangan ketrampilan dan pelayanan ketenagakerjaan. b. Menganjurkan pengiriman orang Timor-Leste ke luar negeri. c. Mengatur dan memonitor pekerja asing di Timor-Leste. d. Meningkatkan dan memonitor keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja. e. Menetapkan mekanisme kerja sama dan koordinasi dengan instansiinstansi terkait yang bertanggung jawab berhubungan yang dengan bidangnya. f. Meningkatkan mutu akan hak dan kesempatan sebagai keikutsertaan penuh dan penggabungan dari orang-orang cacat. g. Meningkatkan hubungan Tripartit dalam pencegahan perselisihan perburuhan h. Mengembangkan dan meningkatkan monitorin sesuai dengan peraturan tenaga kerja dan ratifikasi perjanjian perburuhan internasional oleh TimorLeste. i. Memberikan pertolongan pada pengusaha dan pekerja masalah hubungan perburuhan. j. Menegaskan dan melaksanakan aksi untuk kemajuan pekerjaan dan mengatasi pengangguran.
77
Dengan adanya kompetensi-kompetensi tersebut diatas, tentu SEFOPE harus merealisasikannya kedalam tiap-taip unit yang telah dibentuk. Agar unitunit tersebut memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas pokoknya sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawabnya berdasarkan struktur yang ada. Supaya tiap unit yang ada dalam lembaga dapat menjalankan kompetensikompetensi yang telah diberikan tersebut tentunya membutuhkan adanya pembagian kerja yang jelas dan terinci sehingga mempermudah tiap unit dalam menjalankan tugasnya dengan baik dan berdasarkan uraian tugas yang jelas. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menurut Kepala Bagian Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: Sumber daya manusia yang dimiliki pada unit kami dalam mendukung pelaksanaan diklat terhadap tenaga kerja cukup. Karena hal ini berkaitan dengan keputusan yang telah ditetapkan bahwa materi diklat tentang “Korea Langauge Training”KLT”maka kami tetap membutuhkan dukungan dari Korea untuk melaksanakan diklat dalam mengembangkan kualitas SDM yang lebih baik, terutama berkaitan dengan diklat terhadap tenaga kerja.Namun apabila hal ini didukung dengan kerjasama yang baik antara tenaga-tenaga penyelenggara SEFOPE dengan instruktur korea tentu akan menghasilkan kualitas diklat yang lebih baik. Dari hasil wawancara ini dapat analisis bahwa SEFOPE merupakan salah satu lembaga pemerintah yang bertugas untuk menyediakan tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan kompetensi diberikan sehingga dapat memenuhi tuntutan yang diminta oleh Korea Seletan. Sebagai lembaga penyelenggara diklat pentingnya memperhatikan kondisi ril SEFOPE dengan memikirkan bagaimana caranya meningkatkan SDM-SDM yang sudah dimiliki sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik oleh SEFOPE dalam menunjang kompetensi yang diberikan tanpa harus tergantung kepada orang lain. Sehingga untuk mendukung
78
kompetensi yang sudah diberikan perlu adanya pengembangan terhadap sumber daya manusia yang ada terutama dalam penguasaan bahasa khsususnya Bahasa Korea sehingga dapat mendukung tenaga penyelenggara internal untuk lebih mengembangan mutu penyelenggaraan diklat tersebut. Terkait dengan kompetensi-kompetensi yang telah diberikan kepada SEFOPE dalam mendukung diklat terhadap pencari kerja yang mendaftar tentunya dibutuhkan komitman SEFOPE untuk bisa mengambil keputusankeputusan yang dapat memberikan peluang atau kesempatan terhadap unsur-unsur internal dalam mempersiapkan diri sesuai kondisi aktual sehingga memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dilapangan, menurut seorang staf pelaksana pelatihan profesional menjelaskan bahwa: Perlunya SEFOPE melakukan alternatif-alternatif yang dapat menjaga kualitas diklat yang dilaksanakan oleh SEFOPE kedepannya, sehingga tidak lagi tergantung kepada orang lain tetapi bisa berdiri sendiri dengan melaksanakan diklat yang lebih berkualitas. Karena tuntutan perubahan selalu ada setiap saat sehingga perlu melakukan pelatihan-pelatihan secara kontinua sehingga mengurangi SEFOPE untuk mengontrak pihak lain untuk menyelenggarakan diklat. Namun tetap membangun kerjasama dengan pihak lain jika ada-ada yang perlu diselesaikan dengan bantuan pihak lain. Sesuai dengan hasil wawancara dan hasil observasi peneliti dilapangan bahwa SDM-SDM yang dimiliki membutuhkan adanya perhatian dari pimpinan SEFOPE untuk mengambil kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka sehingga dapat menunjang tugas dan tanggung jawabnya dengan baik terutama
79
dalam membangun komunikasi yang baik dengan mitra kerja terhadap proses penyelenggaraan diklat. Pada prinsipnya keputusan untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti Korea Selatan merupakan sebuah keputusan yang positif karena akan dapat menghasilkan diklat yang lebih baik, namun hal ini dapat berjalan lancar jika SEFOPE memberikan perhatikan kepada SDM yang sudah dimiliki karena mereka merupakan salah satu aset lembaga. Sehingga perlunya SEFOPE secara terus menerus membekali mereka. Oleh karena itu perlu adanya komitmen dari lembaga sendiri untuk bagaimana mengambil keputusan untuk melakukan hal-hal yang dapat lebih mengembangkan kemampuan mereka sehingga apabila adanya perubahan atau tuntutan mendadak terhadap kompetensi lembaga khsususnya yang berkaitan langsung dengan tugas dan tanggung jawab unit-unit penyelenggaraan diklat. Sehingga kedepannya SEFOPE bisa menyelenggarakan diklat sendiri tanpa harus mendatangkan SDM dari luar selain itu adanya penghematan
dalam
penggunaan
anggaran
karena
lembaga
tidak
lagi
mengeluarkan dana yang banyak untuk membayar instruktur dari luar, dan biaya tersebut bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti yang mendukung lembaga untuk mengembangkan pelaksanaan diklat yang lebih berkualitas.
4.5.3 Mengukur Kompetensi Saat ini Keberhasilan proses penyelenggaraan diklat sangat tergantung kepada kompetensi-kompetensi yang dimiliki dalam mendukung kompetensi-kompetensi
80
yang diberikan kepada lembaga. Untuk mewujudkan hal ini lembaga harus melakukan pengukuran kompetensi yang dimiliki sehingga dapat mengetahui dengan baik tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki sehingga dapat mendukung kompetensi-kompetensi yang diberikan kepada lembaga ini berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan diklat dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja melalui diklat yang diselenggarakan sebagai salah satu kompetensinya. Pengukuran terhadap kompetensi yang dimiliki ini berkaitan dengan melakukan pengukuran terhadap kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh lembaga yang berkaitan dengan kualitas kemampuan, kualitas keahlian dan kualitas sikap dalam mendukung proses pelaksanaan diklat dalam menghasilkan
tamatan-tamatan
diklat
yang
berkualitas
sehingga
dapat
mengurangi jumlah angka pencari kerja melalui kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea yang sebanyak-banyaknya. Kompetensi atau kemampuan yang dimaksud disini adalah kemampuan yang dimiliki yang melekat kepada unsur-unsur pokok sebagai penentu kesuksesan pelaksanaan diklat diantaranya adalah kualitas pengetahuan, keahlian dan sikap yang dimiliki oleh tenaga pengajar atau tenaga penyelenggara diklat. Oleh karena itu pentingnya lembaga memperhatikan langkah pengukuran kompetensi yang dimiliki ini, karena dapat mempermudah lembaga untuk menjalankan kompetensi yang diberikan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan diklat yang telah ditetapkan karena didukung oleh tenaga penyelenggara yang berkualitas.
81
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, menurut Direktur Pelatihan Profesional bahwa: Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab SEFOPE sesuai dengan kompetensi yang dipercayakan kepada sefope terutama dalam menciptakan tenaga-tenaga kerja yang berkualitas dalam memenuhi permintaan korea melalui pelaksanaan diklat, hal ini sudah didukung oleh sumber daya manusia atau tenaga-tenaga pelaksana yang cukup. Walaupun demikian apa beberapa kendala yang masih dihadapi seperti masalah kemampuan penguasaan bahasa korea, sehingga menyebabkan para tenaga pelaksana belum bisa menjalankan tugas dan tanggung yang diberikan khusus dalam meningkatkan jumlah angka pengiriman tenaga kerja sesuai dengan permintaan yang diminta. Oleh sebab perlu adanya perlu adanya pelatihan bahasa korea kepada para tenaga pelaksana sehingga kedepannya dapat dimanfaat oleh lembaga untuk diklat selanjutnya dan pihak korea hanya sebagai pendamping atau penasehat. Hal
ini
dapat
dianalisis
bahwa
penyelenggaraan
diklat
yang
diselenggarakan itu apabila didukung dengan manajemen yang baik dalam memanfaatkan sumber daya manusia yang ada sesuai dengan kompetensi yang yang dilimpahkan kepada unit-unit pelaksana yang ada tentu dapat menghasilkan kualitas diklat yang bermanfaat karena mereka merasa bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi yang diberikan kepada mereka karena didukung dengan manajemen yang baik sehingga memberikan semangat kerja yang baik dalam menjalankan tupoksisnya yang diberikan. Keberhasilan SEFOPE dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terutama dalam menyediakan dan menciptakan tenaga-tenaga kerja yang berkualitas melalui penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan salah satu ditentukan oleh tenaga penyelenggara yang dimiliki. Sehingga kedepan bisa menciptakan dan menyediakan tenaga-tenaga kerja yang berkualitas, tentu hal ini tidak terlepas dari kualitas kompetensi-kompetensi
yang dimiliki oleh
82
penyelenggara diklat sebagai wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan oleh para pencari kerja. Dengan demikian perlu adanya pengembangan secara kontinua terhadap SDM-SDM tersebut. Supaya hal ini dapat direalisasikan dengan baik tentu harus didukung oleh proses pengukuran yang baik atau mendalam terhadap kompetensi-kompetensi yang telah dimiliki sehingga dapat menghasilkan informasi yang tepat tentang kualitas kemampuan yang dimiliki oleh tenaga penyelenggara internal sehingga dapat menentukan training-training yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh SEFOPE dalam mendukung penyelenggaraan diklat yang bermutu sehingga dapat membawa perubahan atau manfaat terhadap kebutuhan pencari kerja akan lapangan pekerjaan. Sesuai dengan hasil penelitian dilapangan menurut Kepala Bagian Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: masalah sumber daya manusia bagi kita tidak ada masalah namun saja karena ini berkaitan dengan bahasa korea maka yang perlu diperhatikan yaitu masalah penggunaan bahasa.Sehingga kedepannya bisa membangun koordinasi dan kerjasama yang lebih baik lagi antar internal maupun dengan pihak korea dalam menjalankan kompetensi yang diberikan, sehingga dapat menghasilkan tamatan-tamatan diklat yang dapat memenuhi permintaaan yang ditawarkan oleh Korea sehingga pengangguran dapat dikurangi atau diatasi. Hal ini dapat dianalisis bahwa apabila adanya komitman yang baik dari SEFOPE dalam memperhatikan sumber daya manusia yang dimiliki dan ditambah dengan sumber daya manusia dari luar sehingga dapat
membentuk tim
penyelenggaraan diklat yang baik tentu akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap kebutuhan peserta diklat. Terutama komitmen dalam memperhatikan atau menfasilitasi sumber daya manusia yang sudah dimiliki sehingga dapat
83
menjalankan tugas dan tanggungnya lebih baik sesuai dengan kompetensi yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menurut seorang staf menyatakan bahwa: perlu adanya manajemen yang baik dalam pemanfaatan terhadap sumber daya manusia yang sudah dimiliki sehingga dapat mendukung lembaga dalam melaksanakan diklat yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja sehingga dapat memenuhi permintaan korea. Oleh sebab itu kompetensi-kompetensi yang sudah dimiliki belum dapat membantu SEFOPE untuk menyediakan tenaga-tenaga penyelenggara diklat yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan diklat. Karena kurang adanya manajemen yang baik dalam internal sehingga menyebabkan SEFOPE harus tergantung kepada pihak lain alias Korea dan yang harus menyediakan anggaran yang besar untuk mengontrak tenaga-tenaga pengajar dari luar yang hasil belum optimal juga karena penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan belum memberikan manfaat terhadap kualitas pengetahuan dan keahlian tenaga kerja. Karena faktor kualitas tenaga pengajar dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar yaitu faktor bahasa. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil observasi dilapangan bahwa SEFOPE memiliki beberapa kompetensi sebagai penyelenggaraan diklat terhadap tenaga kerja seperti sudah memiliki SDM cukup dalam mendukung pelaksanaan diklat terhadap tenaga kerja apalagi ditambah dengan adanya dukungan dari Korea
tentu
hal
ini
memberikan
peluang
untuk
menghasilkan
suatu
penyelenggaraan diklat yang lebih baik terhadap tenaga kerja. Namun hal ini belum direalisasikan dengan baik yaitu kurang adanya kerjasama dan koordinasi
84
yang
dilakukan
oleh
internal
SEFOPE
terutama
dalam
meningkatkan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki internal sehingga dapat memberikan dukungan yang baik dalam penyelenggaraan diklat kepada tenaga kerja dikarenakan kurang adanya komunikasi yang baik dalam tim sebagai penyelenggara diklat. Oleh karena itu sangat diharapkan peranan seorang pimpinan untuk bisa mengambil keputusan-keputusan yang dapat dimanfaatkan oleh sumber daya manusia internal yang telah dimiliki dalam mendukung kompetensi mereka sehingga dapat menunjang tugas dan tanggung jawabnya khususnya membangun hubungan kerjasama dan koordinasi yang baik dengan pihak korea sehingga dapat mencapai tujuan diklat.
4.5.4 Melakukan Analisis Kebutuhan Diklat Analisis kebutuhan diklat merupakan langkah berikutnya yang dilakukan oleh lembaga setelah penetapan kompetensi yang dibutuhkan dan pengukuran kompetensi yang dimiliki. Karena langkah ini dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi atau bahan-bahan yang berkaitan dengan penetapan kebutuhan diklat yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan diklat yaitu dengan membandingkan kompetensi yang dibutuhkan dengan kompetensi yang dimiliki. Oleh karena itu perlunya melakukan analisis yang mendalam oleh lembaga dalam menetapkan kebutuhan diklat karena hal ini sangat membantu lembaga dalam penyusunan rancangan diklat. Karena tujuan dilakukannya analisis kebutuhan diklat adalah untuk menghimpun berbagai informasi-informasi atau
85
hal-hal yang dibutuhkan oleh lembaga dalam menyusun rancangan diklat. Informasi-informasi yang dibutuhkan tersebut adalah yang berhubungan dengan kebutuhan peserta diklat dan kebutuhan lembaga. Kebutuhan-kebutuhan diklat tersebut meliputi: tenaga pengajar, sarana dan prasarana dan fasilitas pendukung lainnya, jumlah ruangan dalam mendukung kegiatan diklat, tenaga administrasi yang dapat membantu dan mengelola kegiatan-kegiatan diklat, penyediaan anggaran dalam mendukung kegiatan diklat serta hal-hal lainnya yang diperlukan dalam mengantisipasi jika kegiatan diklat tidak berjalan sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian analisis kebutuhan diklat merupakan salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan dengan baik oleh lembaga dalam melaksanakan diklat. Karena langkah ini harus terlebih dahulu dilakukan untuk menetapkan kebutuhan diklat sebelum diklat dilaksanakan. Selain menetapkan kebutuhan diklat yang tepat dapat juga membantu lembaga dalam menentukan solusi-solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi hal-hal yang muncul selama penyelenggaraan diklat, seperti materi kurang sesuai dengan kondisi ril dilapangan, kualitas tenaga pengajar, sarana dan prasarana, alokasi waktu yang kurang baik, anggaran yang disediakan kurang mencukupi serta hal-hal lainnya yang dapat mempengaruhi kualitas penyelenggaraan diklat. Oleh sebab itu penting sekali bagi lembaga maupun pihak-pihak yang terlibat dalam proses diklat untuk lebih serius melakukan analisis kebutuhan diklat untuk menetapkan kebutuhan diklat yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan sehingga dapat menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan diklat.
86
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, menurut Direktur Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: masih membutuhkan tenaga staf maupun tenaga pelaksana diklat yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan diklat, sarana dan prasarana, serta dukungan anggaran pemerintah karena berdasarkan kondisi dilapangan bahwa jumlah angka pencari kerja selalu bertambah. Hasil informasi dari hasil wawancara diatas dapat dianalisis bahwa SEFOPE perlunya memperhatikan langkah analisis kebutuhan diklat ini dengan baik sehingga dapat menghasilkan informasi-informasi yang akurat dan tepat terutama dalam memutuskan atau menetapkan kebutuhan-kebutuhan diklat yang sesuai dengan topik penyelenggaraan diklat sehingga proses penyelenggaraan diklat itu benar-benar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh peserta diklat sehingga dapat merespon dengan baik terhadap lapangan pekerjaan yang disediakan dan adanya penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak. Namun kenyataan yang ada tidak demikian dikarenakan rendahnya melakukan analisis kebutuhan diklat yang dilakukan menyebabkan poses penyelenggaraan diklat masih tergantung kepada pihak lain selain itu masih minimny penyediaan kebutuhan-kebutuhan diklat yang tepat. Sedangkan menurut Kepala Bagian Pelatihan Profesional
menyatakan
bahwa: Perlunya pengembangan pengetahuan bagi tenaga-tenaga pelaksana internal melalui pelatihan-pelatihan terhadap mereka terutama berkaitan bahasa korea sehingga mereka bisa membangun komunikasi dan kerjasama yang baik dengan pihak lain (korea) sehingga pelaksaaan diklat itu bisa menghasilkan tenaga kerja-tenaga kerja yang lebih berkualitas. Hal ini dapat dianalisis bahwa SEFOPE perlu adanya analisis kebutuhan diklat secara periodik sehingga dapat menghasilkan informasi-informasi aktual
87
terhadap kebutuhan-kebutuhan yang perlu dipenuhi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan diklat. Karena dengan adanya analisis kebutuhan diklat secara terus menerus maka dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat terhadap SEFOPE dalam menyiapkan tenaga-tenaga penyelenggara yang ada setiap waktu terhadap pengembangan keahlian mereka sehingga apabila ada tuntutan terhadap kualitas pengetahuan dan keahlian mereka bisa dipenuhi dengan baik terutama dalam membangun komunikasi dengan mitra kerja dalam mendukung proses penyelenggaraan diklat. Jika hal ini tidak analisis dengan baik maka dapat berpengaruh negatif terhadap kualitas penyelenggaraan diklat. Berdasarkan hasil penelitan dilapangan, menurut seorang staf pada unit pelaksana pelatihan profesiona menyatakan bahwa: Perlunya penambahan staf maupun fasilitas pendukung lainnya pada sekretariat sehingga menfasilitasi tugas dan tanggung jawab dalam mendukung penyelanggaraan diklat kedepannya lebih baik lagi. Hal ini dapat dianalisis bahwa keberhasilan penyelenggaraan diklat salah satu ditentukan oleh kualitas pelayanan administrasi sebagai unit yang bertanggung jawab dalam mengelola seluruh proses penyelenggaraan diklat apalagi jumlah pencari kerja terus bertambah setiap tahunnya tentunya hal ini dapat mempengaruhi tugas dan tanggung jawab unit pengelola kegiatan administrasi. Sehingga untuk mendukung pelayanan administrasi terhadap proses penyelenggaraan diklat itu berjalan lancar tentunya harus didukung dengan penyediaan SDM yang cukup pula. Oleh karena itu pentingnya menyediakan SDM yang memadai sehingga dapat mendukung proses penyelenggaraan diklat kedepannya.
88
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, menurut seorang calon dan yang lainnya menyatakan bahwa: Perlunya diperhatikan penggunaan bahasa pengantar dalam proses belajar bukan berarti kami tidak senang dengan bahasa korea namun harus ada bahasa pengantar yang baik sehingga membantu kami untuk lebih memahami materi diklat maupun dalam mengikuti proses belajar berlansung. Disamping waktu yang disediakan terlalu singkat kalau bisa waktunya ditambah, karena waktu 6 bulan tidak cukup untuk mempelejari materi diklat karena semuanya dengan bahasa korea sulit sekali. Peserta diklat merupakan salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan diklat karena mereka sebagai sasaran utama diadakan sebuah diklat sehingga penyelenggaraan diklat ini dikatakan berhasil jika diklat yang diselenggarakan dapat memberikan kemudahan-kemudahan yang dapat membantu mereka dalam mengiktui proser belajar mengajar diantaranya seperti adanya proses komunikasi yang baik sehingga dapat menfasilitasi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses penyelenggaraan teori atau materi diklat dikelas. Kualitas seorang instruktur mempunyai peranan penting terhadap penyelenggaraan diklat karena hal ini sebagai salah satu indikator untuk mengukur kualitas peserta diklat melalui penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan. Terutama bagaimana seorang instruktur membangun komunikasi yang baik dengan peserta diklat dalam menyelenggarakan proses belajar, seorang instruktur yang profesional perlunya menyesuaikan diri dengan kondisi ril peserta diklat yaitudalam menyelenggarakan proses belajar mengajar terlebih dahulu harus mengetahui penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta diklat sehingga dapat membangun komunikasi yang baik karena keberhasilan penyelenggaraan diklat itu salah satu sangat ditentukan oleh kualitas seorang
89
instruktur terutama dalam menyelenggarakan proses belajar dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kondisi peserta diklat terutama dalam penggunaan bahasa pengantar dalam menyampaikan materi diklat. Karena hal ini akan mempengaruhi kualitas pengetahuan dan keahlian peserta diklat terhadap proses belajar yang diselenggarakan terutama dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh peserta diklat terhadap materi diklat yang telah ditetapkan. Begitupun halnya dengan penyediaan waktu perlu disesuaikan dengan kemampuan peserta diklat karena tidak semua peserta itu memiliki kemampuan yang sama dalam meresapkan apa yang diberikan dalam waktu yang telah ditentukan, untuk itu perlunya melakukan analisis yang baik sebelum menetapkan waktu penyelenggaraan diklat sehingga waktu yang disediakan cukup bagi peserta diklat untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian mereka sehingga dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat terhadap kebijakan yang diambil sehingga mengurangi angka pencari kerja yang ada. Mencermati pada hasil
informasi-informasi yang didapat dilapangan
bahwa SEFOPE perlu adannya penambahn sumber daya yang cukup sehingga dapat mendukung pelaksanaan diklat terhadap tenaga kerja yaitu seperti tenagatenaga pelaksana diklat yang sesuai dengan kebutuhan diklat tentang korea linguage training. Dengan demikian perlunya adanya manajemen yang baik dan secara terus menerus terhadap sumber daya yang dimiliki sehingga dapat mendukung SEFOPE dalam melaksanakan tugas dan tanggungnya sebagai lembaga penyelenggara diklat terhadap tenaga kerja sehingga bisa menciptakan
90
dan menyediakan tamatan-tamatan diklat yang berkualitas sehingga penyerapan ke Korea akan lebih banyak lagi. Berkaitan dengan itu menurut salah satu mantan tenaga kerja dan yang lainnya menyatakan bahwa: Pelatihan yang dilakukan oleh SEFOPE dengan korea seyogyanya disesuaikan dengan kemampuan calon tenaga kerja yaitu dengan melakukan evaluasi pradiklat sehingga bisa mengerti kemampuan calon tenaga kerja dan mengkategorikan mereka dalan tingkatan-tingkatan tertentu sesuai dengan kemampuan mereka tentu saja hal ini akan berakibat pada rancangan-rancangan diklat sehingga pelaksanaanpun kedalam kategori-kategori yang telah ditetapkan. Kami yakin bahwa dengan cara seperti itu SEFOPE akan memperoleh calon-calon tenaga kerja yang siap dikirim berdasarkan permintaan dari perusahaanperusahaan yang ada di Korea. Perlunya melakukan evaluasi pradiklat oleh SEFOPE dalam mengukur kualitas kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta diklat sehingga mereka ditempatkan sesuai dengan kualitas kemampuan mereka dalam tingkatantingkatan tertentu sehingga rancangan diklatpun disesuai dengan tingkatantingkatan yang ada bukan disama ratakan karena tidak semua peserta diklat memiliki kapasitas kemampuan yang sama ada yang cepat mencerna materi diklat namun ada yang lambat. Oleh karena itu pentingnya evaluasi pradiklat terhadap penempatan peserta diklat berdasarkan tingkatan-tingkatan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dan hasil observasi bahwa SEFOPE sendiri belum menyediakan sumber daya yang cukup dalam mendukung program pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kerja sehingga hal yang mempengaruhi kualitas pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, seperti penyediaan tenaga-tenaga pengajar yang berkualitas serta sarana dan prasarana
91
dan fasilitas pendukung lainnya seperti penyediaan ruangan-ruangan, transportasi dan internet yang dapat membantu peserta diklat untuk mengakses informasi tambahan tentang materi diklat sehingga bisa menunjang mereka untuk lebih menambah pengetahuan dan keterampilan mereka. Karena hal ini sangat berpengaruh terhadap kualitas lembaga dalam menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya sehingga pelaksanaan diklat itu lebih berjalan optimal. Karena penyediaan fasilitas yang lengkap atau mencukupi kebutuhan peserta diklat menjadi salah satu alasan bagi peserta diklat untuk lebih menumbuhkan semangat dan kemauan dalam berpartisipasi dalam pelaksanaan diklat yang berhasil salah satu ditentukan oleh bagaimana lembaga menyediakan fasilitas yang lebih memadai sehingga membuat peserta diklat lebih semangat untuk mengikuti proses belajar. Disamping itu perlunya penambahan sarana dan prasarana seperti penyediaan ruangan-ruangan sebagai fasilitas penyelenggaraan proses belajar mengajar walaupun sudah disediakan namun masih membutuhkan beberapa kebutuhan-kebutuhan pendukung lainnya penyediaan ruangan-ruangan untuk membantu proses belajar dalam penyelenggaraan diklat terhadap peserta diklat seperti perlu adany penambahan ruangan untuk ruangan belajar teori yang masih terbatas jika dibandingkan dengan jumlah angka pencari kerja yang semakin meningkatkan dari tahun ke tahun. Tentu berpengaruh terhadap kualitas lembaga terutama dalam menyediakan fasilitas-fasilitas untuk mendukung proses penyelenggaraan diklat.
92
Berdasarkan hasil penelitian diatas dan juga hasil observasi peneliti dilapangan dapat di simpulkan SEFOPE sendiri masih membutuhkan penambahan staff untuk Sekretariat dalam menyiapkan keperluan-keperluan diklat. Begitupun dengan transportasi sebenarnya sudah ada namun perlu ada penambahan untuk lebih menfasilitasi peserta diklat untuk menjangkau tempat penyelenggaraan diklat. Sehingga perlunya bagi SEFOPE untuk melakukan analisis kebutuhan diklat ini, karena ini merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan secara mendalam karena pada langkah ini akan dapat memberikan informasi yang menjadi bahan pertimbangan bagi lembaga untuk menetapkan bagaimana sebuah program diklat itu diselenggarakan dan kebutuhan-kebuthan apa saja yang dibutuhkan termasuk juga kebutuhan untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat menghambat proses penyelenggaraan diklat.
4.5.5 Menyususn Rancangan Diklat Langkah menyusun rancangan diklat ini erat kaitannya dengan melakukan analisis kebutuhan diklat, karena sebelum penyusunan rancangan diklat terlebih dahulu didahului dengan analisis kebutuhan diklat. Setelah itu lembaga mengambil keputusan untuk menetapkan kebutuhan diklat yang dibutuhkan. Setelah kebutuhan diklat ditetapkan barulah penyusunan rancangan diklat yang memuat tentang kebutuhan-kebutuhan yang telah ditetapkan dan melalui analisis kebutuhan diklat yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta diklat. Oleh karena itu rancangan diklat
yang dirancang harus berdasarkan kepada kebutuhan-
93
kebutuhan diklat yang telah ditetapkan sehingga dapat merespon kebutuhan peserta diklat dengan tepat. Adapaun hal-hal yang yang termuat dalam sebuah rancangan diklat adalah sebagai berikut; tujuan diklat, manfaat diklat, program-program diklat, syarat dan kriteria peserta, pengajar, rangkaian kegiatan dan jadwal, serta teknik evaluasi yang digunakan. Dengan adanya rancangan diklat ini tentu dapat mempermudah pelaksanaan diklat terhadap tenaga kerja karena rancangan diklat tersebut tersusun secara jelas dan terarah. Tentu hal ini dapat mewujudkan keberhasilan diklat terhadap tenaga kerja tercapai dengan baik. Karena rancangan tersebut telah memuat poin-poin penting yang dapat menuntun penyelenggara diklat beserta unsur-unsurnya dengan baik. Sebab masing-masing pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan diklat itu sudah mengetahui dengan jelas arah penyelenggaran diklat itu sehingga mempermudah mereka untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk menghasilkan rancangan diklat yang bermutu tentunya sangat tergantung kepada langkah analisis kebutuhan diklat yang dilakukan karena hasil analisis kebutuhan ini
mempunyai dampak atau pengaruh kepada rancangan
diklat. Sebab langkah melakukan analisis kebutuhan diklat akan menghasilkan informasi-informasi yang dimanfaatkan oleh lembaga sehingga dapat menyusun rancangan diklat yang tepat. Sehingga hasil rancangan diklat tersebut dapat mewujudkan pelaksanaan diklat yang baik terutama dalam mencapai harapan peserta diklat.
94
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dilapangan menurut Direktur Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: Yang mempersiapkan rancangan diklat korea kemudian dibahas bersama direktur pelatihan profesional, kepala bagian pelatihan serta staf sekretariat dan juga instruktur dari korea. materi untuk semua level baik itu level dasar, sampai kelas percakapan semuanya disusun oleh korea. sebab merekalah yang menjadi struktur dalam penyelenggaraan proses belajar dan didampingin oleh tenaga-tenaga pelaksana diklat dari SEFOPE sambil untuk membekali diri tentang bahasa korea. Hal ini dapat dianalisis bahwa SEFOPE sendiri sudah membentuk unitunit khusus yang berfungsi untuk menyiapkan seluruh kebutuhan dalam mendukung proses penyelenggaran diklat termasuk penyusun rancangan diklat sebagai salah satu langkah yang harus dilakukan oleh unit pelatihan profesional dalam mendukung proses penyelenggaraan diklat terhadap tenaga kerja namun berkaitan dengan materi tentang korea linguage training tentu masih tetap diambil alih oleh pihak korea karena mereka sebagai instruktur penyelenggara diklat. Dan hal ini akan lebih baik dan akan menghasilkan rancangan diklat yang berkualitas lagi. Untuk itu sebaiknya SEFOPE sebagai lembaga penyelenggara diklat yang sepantasnya menyiapkan rancangam diklat dan setelah itu melakukan konsultasi atau pembahasan bersama dengan pihak-pihak yang relevan termasuk dari pihak korea untuk melakukan penyempurnaan atau melengkapi hal-hal yang jika dianggap belum dimasukkan dalam rancangan diklat tersebut. Sehingga akan lebih mempermudah kedua tim untuk saling melengkapi dan mengisi kelemahankelamahan di antara mereka sehingga dapat menghasilkan diklat yang benar-benar membahwa perubahan bagi peserta diklat khususnya memenuhi kebutuhan yang
95
dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Korea. Karena rancangan diklat tersebut merupakan hasil bersama sehingga masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab untuk mempertanggung jawabkan rancangan diklat tersebut dalam meningkatkan keahlian pencari kerja tentang bahasa korea. Bukan merupakan hasil sepihak yang akibatnya memberikan kendala bagi pihak lain untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya karena adanya kendala-kendala yang mempengaruhi mereka dalam menjalankan peranannya terutama dalam bahasa. Oleh karena itu pentingnya SEFOPE untuk mengambil peranan secara langsung dalam proses penyusunan rancangan diklat SEFOPE sebagai lembaga penyelenggara diklat dan pihak korea hanya sebagai pendukung dalam proses penyelenggaraan diklat. Namun perlu adanya peningkatkan kualitas tenaga penyelenggara yang sudah dimiliki sehinggga memberikan peluang kepada mereka untuk mengambil peranan yang aktif dalan proses penyelenggaraan diklat seperti dalam mempersiapkan rancangan diklat karena hal ini dapat membantu SEFOPE untuk penyelenggaraan diklat karena SEFOPE lebih mengetahui dan mengerti kondisi ril peserta diklat sehingga rancangan diklat disusun perlu disesuaikan dengan peserta diklat bukan berdasarkan kehendak dari luar organisasi terutama penggunaan bahasa yang digunakan dalam penyusuan diklat. Karena hal ini dapat mempengaruhi semangat dan motivasi belajar peserta diklat akan materi karena bahasa korea merupakan hal yang awam sekali bagi mereka karena belum ada satupun tempat-tempat khusus yang membuka pelatihan tentang bahasa korea sehingga harus membutuhkan ekstra konsentrasi untuk mempelajari
96
bahasa korea akibatnya rancangan diklat yang disusun kurang mendukung peserta diklat dalam menggapai harapan mereka karena faktor bahasa. Walaupun demikian apabila didukung dengan kerjasama tim yang baik tentu hal ini dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap peserta diklat seperti adanya pergantian antara instruktur internal dan esktenal dalam proses belajar atau penyelenggaraan teori di kelas sehingga apabila ada peserta diklat yang mengalami kendala untuk melakukan komunikasi dengan instruktur korea tentu bisa dibantu dengan instruktur atau tenaga-tenaga penyelenggara diklat internal bisa membantu menjelaskan bahasa pengantar yang mudah dimengerti sehingga membantu mereka untuk lebih cepat mencerna apa yang diberikan. Namun hal ini tidak pernah terjadi karena instruktur SEFOPE kurang dilibatkan karena pihak korea yang lebih dipercaya oleh SEFOPE. Akibtanya rancangan diklat yang disusun kurang dan bahkan tidak adanya kerjasama yang baik antara SDM internal dan eksternal terutama dalam menyatukan ide-ide terhadap penyusuan rancangan diklat sehingga rancangan diklat tersebut
dapat memberikan arah
tujuan dan manfaat yang jelas terhadap semua pihak yang terlibat dalam proses penyelenggaraan diklat. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menurut, Kepala Bagian Pelatihan Profesional, menyatakan bahwa; Semua proses penyusunan rancangan diklat persiapkan oleh korea termasuk juga materi diklat sehingga kami kurang mendukung karena kurang melibatkan kami dalam proses penyusunan sampai membuat materi diklat. Sehingga kami tidak mengerti materi diklat itu apa dan semua disusun dengan bahasa korea tentu hal ini menjadi kendala bagi kami karena kami juga tidak mengerti bahasa korea dan lembaga juga kurang memperhatikan kami terutama dalam melakukan antisipasi melalui
97
training-training tentang bahasa korea sehingga bisa mendukung kami untuk terlibat lebih aktif bersama instruktur korea. Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa unit-unit penyelenggara yang sudah ada tidak
dimanfaatkan secara maksimal oleh
SEFOPE dalam proses penyelenggaraan diklat sesuai tugas pokok dan fungsinya berdasarkan
kompetensinya
sebagai
penyelenggara
diklat
dan
lebih
mengutamakan pihak luar untuk mengambil alih dalam penyelenggaraan diklat. Namun tetap saja tidak membawa suatu perubahan yang berarti bagi peserta diklat dalam mensukseskan kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja ke luar negeri khususnya ke Korea Selatan karena masih adanya beberapa hal yang belum dianalisis atau diperhatikan dengan baik oleh SEFOPE sendiri sebagai lembaga penyelenggaraan diklat seperti peningkatkan kualitas SDM internal yang merupakan aset SEFOPE dalam mendukung tujuan SEFOPE dalam mewujudkan penyelenggaraan diklat yang berkualitas dalam meningkatkan pengetahuan dan keahlian peserta diklat tentang bahasa korea baik yang sedang diselenggarakan maupun untuk selanjutnya. Bukan berarti tidak membutuhkan pihak luar namun pihak luar dapat dimanfaatkan sebagai konsultan atau pendamping bagi tenaga penyelenggara SEFOPE sambil membekali mereka sehingga mereka bisa menjadi instruktur yang berkualitas yang mampu mandiri dalam penyelenggaraan diklat selanjutnya kepada pencari kerja karena pihak luar hanya bersifat sementara berdasarkan kontrak kerja yang ada jika masa kontraknya habis mereka akan kembali ke Korea dan SEFOPE sudah memiliki instruktur-instruktur yang siap pakai sesuai dengan kebutuhan aktual yang dibutuhkan tanpa harus tergantung kepada pihak luar.
98
Oleh karena itu dalam menyusun rancangan diklat boleh saja dilakukan oleh siapa saja, baik itu oleh SEFOPE maupun Korea, yang penting rancangan diklat yang dihasilkan itu merupakan hasil diskusi dan keputusan bersama sehingga dapat menciptakan hubungan kerjasama dan koordinasi yang baik antar internal SEFOPE maupun dengan Korea sehingga bisa memiliki gagasan yang sama terhadap rancangan diklat yang disusun sehingga dapat menghasilkan rancangan diklat yang tepat dan benar-benar sesuai denga kebutuhan peserta diklat sehingga dapat memberikan manfaatkan yang berguna untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi yaitu untuk dapat bekerja ke Korea. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa, menurut Kepala Bagian Pelatihan dan Profesional bahwa: Rancangan diklat disusun oleh Korea karena mereka lebih mengerti bahasa korea disamping itu karena kurangnya peranan SEFOPE dalam mempersiapkan tenaga-tenaga penyelenggara yang ada tetapi lebih mengandalkan mengontrak instruktur dari luar. Rancangan diklat yang baik dan bermutu adalah rancangan diklat yang disusun sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan oleh peserta diklat sehingga dapat dimanfaat oleh mereka guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka . Dan dalam proses penyusunan diklat sebaliknya melibatkan seluruh unsur-unsur yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan diklat sehingga dapat memberikan ide-ide yang dapat mendukung kualitas penyusunan diklat. Terutama berkaitan dengan faktor bahasa karena faktor ini akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Sedangkan kualitas peserta diklat itu sangat ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh instruktur diklat dalam menyelanggarakan proses bekajar. Terutama dalam menggunakan bahasa
99
pengantar yang baik dan mudah dimengerti oleh peserta diklat sehingga dapat menghasilkan hubungan timbal balik yang baik antara instruktur diklat dengan peserta diklat. Sesuai dengan kondisi riil peserta diklat maupun tenaga-tenaga penyelenggara internal bahwa rata-rata tidak mengerti bahasa korea sedangkan rancangan diklat maupun instruktur diklat semuannya menggunakan bahasa korea, tentu hal ini menjadi hambatan yang besar bagi tenaga-tenaga internal untuk memberikan dukungan terhadap instruktur diklat dari Korea. Begitupun halnya dengan peserta diklat tentu akan menjadi kendala bagi mereka dalam mengikuti proses belajar maupun dalam memahami materi diklat. Dengan demikian rancangan diklat yang dihasilkan bukannya dapat membantu peserta diklat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki namun malah menambah masalah baru bagi mereka karena kendala dalam menciptakan komunikasi yang baik dengan instruktur diklat terutama dalam proses belajar dimana hanya terjadi satu arah yaitu hanya dari insturktur diklat ke peserta diklat
sebaliknya kurang dan bahkan tidak aktif sehingga
menyebabkan peserta diklat hanya sebagai pendengar setia. Tentu hal ini sangat mempengaruhi kualitas peserta dalam mengikuti penyelenggraan diklat. Disamping itu, untuk menghasilkan rancangan diklat yang baik dan bermutu sangat dibutuhkan kerjasama tim yang baik antara internal dengan eksternal karena hal ini sangat mendukung untuk mencetak rancangan diklat dapat memberikan manfaat sesuai dengan yang diharapkan oleh peserta diklat maupun lembaga. Karena manajemen penyelenggaraan diklat yang baik dan bermutu
100
mensyaratkan supaya adanya hubungan komunikasi yang baik dengan semua pihak yang memainkan peran serta sekaligus menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan diklat. Karena proses pelaksanaan diklat itu bukan hanya satu atau dua hari namun berjalan dalam waktu yang cukup lama sehingga perlunya membina hubungan baik yang saling menguntungkan itu yang sangat diharapkan dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Sebab dengan membangun hubungan komunikasi yang baik antara semua unit yang ada dalam lembaga maka akan menjamin saling adanya kesepahaman dan kesepakatan untuk menghasilkan rancangan diklat yang baik dan dapat memberikan kepuasan bagi semua pihk yang berkepentingan. Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa SEFOPE sendiri kurang memainkan peranan dalam penyusuan rancangan diklat terutama dalam pemanfaatan tenaga-tenaga penyelenggara yang dimiliki dalam mendukung dan melakukan kerjasama yang baik dengan instruktur yang dikontrak dari Korea karena faktor bahasa yang dialami oleh kedua belah pihak. Untuk menghindari hal-hal tersebut perlu adanya manajemen sumber daya manusia yang baik dalam internal SEFOPE dalam mengantisipasi
tuntutan-
tuntutan kebutuhan lembaga, seperti kebutuhan akan bahasa korea yang merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi SEFOPE terhadap SDM yang dimiliki karena hal ini berkaitan dengan hubungan bilateral yang dibangun oleh kedua negara yaitu Timor Leste dan Korea Selatan. Terutama dalam mendukung pendidikan dan pelatihan terhadap tenaga kerja Timor Leste sehingga dapat bekerja ke Korea Selatan.
101
4.5.6 Menyelenggarakan Diklat Untuk menyediakan dan menciptakan kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga kerja-tenaga kerja yang profesional sehingga dapat memenuhi permintaan dari negara-negara pengguna jasa tenaga kerja atau korea. Maka pelaksanaan diklat merupakan salah satu langkah positif yang bisa ditempuh oleh lembaga dalam memberikan bekal
atau
peningkatan pengetahuan dan
keterampilan terhadap tenaga kerja tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan mereka untuk
memenuhi permintaan yang
ditawarkan oleh Korea. Dalam mewujudkan penyelenggaraan diklat yang berkualitas sehingga dapat dimanfaatkan oleh tenaga kerja untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi terutama terhadap kualitas pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, tentunya harus didukung dengan pelaksanaan diklat yang berkualitas, tentu harus melibatkan semua unsur yang ada dalam lembaga. Supaya adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar unit-unit yang ada sehingga dapat mempermudah kegiatan diklat yang bermuara pada kepuasan bagi semua pihak yang terlibat. Demi meningkatkan pelaksanaan diklat sehingga dapat memberikan manfaat terhadap peningkatakan pengetahuan dan keterampilan peserta diklat sangat diperlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, seperti penyediaan ruangan-ruangan untuk penyelenggaraan proses belajar mengajar, serta ruangan pendukung lainnya sehingga mendukung kegiatan pelaksanaaan diklat dengan baik, penyediaan transportasi seperti untuk menfasilitasi tenaga
102
pengajar maupun sumber daya manusia yang ada pada sekretariat maupun untuk menfasilitasi peserta diklat, serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. tentunya harus didukung dengan dukungan anggaran pemerintah yang memadai sehingga dapat
mendukung
penyelenggaraan
diklat
untuk
mencapai
tujuan
diselenggarakanya diklat. Dengan demikian pelaksanaan diklat sebaiknya dilakukan berdasarkan kegiatan analisis stratejik diklat serta analisis kebutuhan diklat yang telah dilakukan yaitu dengan
membandingkan kompetensi yang dibutuhkan dan
dengan yang dimiliki. Selain itu pelaksanaan diklat harus didukung dengan adanya kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab antar setiap unsur yang ada dalam unit-unit penyelenggaraan diklat sehingga mempermudah unsur-unsur tersebut mengetahui apa yang menjadi kompetensinya agar dapat memberikan dukungan yang baik terhadap penyelenggaraan diklat. sebelum kegiatan diklat dimulai dengan proses perekrutan calon peserta diklat, seleksi calon peserta, penetapan calon peserta diklat, pemanggilan peserta diklat dan pelaksanaan diklat dan terakhir selesai diklat. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan menurut Direktur Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: Penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan kepada tenaga kerja ini merupakan salah satu kesepakatan antara SEFOPE dengan Korea, tenaga kerja yang ingin bekerja ke Korea terlebih dahulu harus memenuhi salah satu kriteria yaitu harus lulus pelatihan kursus bahasa korea. Maka untuk mendukung tenaga kerja supaya bisa memenuhi kriteria tersebut maka SEFOPE dan Korea melaksanakan diklat tentang Korea Lingauge Training supaya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam bahasa korea sehingga dapat mempermudah mereka untuk membangun komunikasi yang baik kelak nanti mereka dikirim ke Korea melalui kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke
103
Korea Selatan. Maka untuk mewujudkan hal tersebut dilaksanakan training linguage korea yang diselenggarakan selama 6 bulan, dengan dibagi menjadi 3 tahap; 1. Level I yaitu kelas dasar selama satu bulan setengah yaitu memberikan pengetahuan-pengetahuan dasar kepada tenaga kerja terutama dalam mempelajari hal-hal dasar dalam bahasa korea, seperti membaca dan mengeja huruf-huruf alfabet dan angka dalam bahasa korea. 2. Level II vocabulary class selama dua bulan, memberikan pengetahuan kepada tenaga kerja tentang bagaimana mempelajari kosa kata-kosa kata dalam bahasa korea. 3. Level III yaitu Conversation Class selama dua setengah bulan, yaitu tenaga kerja mulai praktek melakukan percakapan kelas dengan menggunakan bahasa korea. hal dilakukan selama proses belajar berlangsung. Setelah para peserta diklat selesai mengikuti mengikuti tiga level penyelenggaraan diklat diatas maka terakhir peserta diklat akan mengikuti ujian tes akhir untuk dinyatakan lulus atau tidaknya untuk bekerja ke Korea Selatan. Dan yang dinyatakan lulus segera melengkapi proses administrasi dan dokumennya dan dikirim ke Korea. Hal ini dapat dijelaskan bahwa materi diklat yang disusun harus sesuai dengan kebutuhan peserta diklat sehingga memotivasi mereka untuk lebih aktif dan semangat untuk mempelajari materi diklat yang ditetapkan. Oleh sebab itu sebelum menyusun atau menetapkan materi diklat, terlebih dahulu SEFOPE harus melakukan praevaluasi sehingga dapat menentukan materi diklat yang tepat dan sesuai dengan bakat dan minat bukan lebih mengutamakan pendapat dari pihak luar yang mana bukannya dapat mengurangi atau mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peserta diklat terutama dalam merespon kesempatan kerja yang ditawarkan malah menambah masalah baru bagi mereka karena materi yang diberikan kurang sesuai dengan minat dan bakat mereka apalagi ditambah dengan instruktur diklat yang kurang berkualitas tentu akan lebih mempengaruhi mereka
104
dalam memahami materi diklat yang telah disediakan demi mengembangkan kualitas mereka. Apalagi ditambah dengan kurang adanya pemanfaatan yang baik terhadap SDM yang dimiliki terutama dalam melakukan persiapan yang baik oleh SEFOPE terhadap tenaga-tenaga pelaksana yang dimiliki melalui training-training tentang bahasa korea, karena jika hal ini diperhatikan dengan baik oleh SEFOPE tentu dapat menghasilkan penyelenggaraan diklat yang sukses dan mencetak tamatantamatan diklat yang lebih banyak dan dapat terserap semua melalui kesempatan kerja yang ditawarkan ke perusahaan-perusahaan yang ada di Korea. Begitupun hal dengan hasil penelitian dilapangan, menurut Direktur Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: penempatan tenaga pengajar dalam kegiatan proses pembelajaran dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja tentang korea linguage training adalah pihak korea selatan karena mereka yang menyusun materi diklat dan semuanya disusun dalam bahasa korea. Sehingga membuat tenaga pelaksana SEFOPE kurang melakukan kerjasama yang baik karena kendala bahasa. Berdasarkan informasi diatas ini menunjukkan bahwa proses perekrutan dan penempatan tenaga pengajar yang dilakukan oleh SEFOPE tidak melalui suatu proses penyaringan yang baik untuk dapat memilih instruktur yang benarbenar sesuai dengan materi diklat yang ditetapkan, namun semua lebih berdasarkan kepada hasil masukan dari mitra kerja dan kehendak lembaga. Akibatnya penyelenggaraan diklat yang diselenggarakanpun SEFOPE lebih mengandalkan mitra kerja. Pada hal SEFOPE sendiri sudah memiliki SDM yang cukup dan hanya perlu dibekali melalui training-training yang terencana secara kontinua untuk mengembangkan kompetensi-kompetensi yang sudah dimiliki
105
tentu akan lebih berkualitas dan terjadinya efisiensi dalam penggunaan anggaran pemerintah. Dan didukung dengan kerjasama tim yang saling mensuport dan saling mengisi karena adanya jaringan komunikasi yang baik dalam mendukung proses penyelenggaraan teori terhadap peserta diklat dimana mereka saling bahu membahu untuk menjelaskan materi diklat dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh tenaga pelaksana internal karena lebih mengerti kondisi ril peserta diklat. Oleh karena itu perlunya melakukan proses awal penyelenggaraan diklat yang baik sehingga dapat mendukung proses-proses penyelenggaraan diklat selanjutnya dengan baik. Terutama dalam mempersiapakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi prioritas penentuan kualitas penyelenggaraan diklat diantaranya adalah instruktur diklat yang sesuai dengan kebutuhan peserta diklat maupun dalam mendukung lembaga dalam penyelenggaraan diklat yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dilapangan menurut Kepala Bagian Pelatihan Profesional, menyatakan bahwa: Pelatihan kursus bahasa korea dari level 1 samapi dengan level 3 semuanya yang mengajar adalah korea karena materi-materi itu dengan bahasa korea tentu hal ini sulit bagi kami untuk melakukan kerjasama dan juga koordinasi yang baik sehingga dapat mendukung penyelenggaraan diklat sehingga kami hanya menyiapkan peserta diklat. Penyelenggaraan diklat merupakan salah satu langkah penting yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh
pencari kerja guna merespon atau memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh Korea atas lapangan pekerjaan yang ditawarkan. Untuk mencapai hal tersebut sangat tergantung kepada tenaga-tenaga pelaksana atau instruktur diklat yang
106
dipersiapkan baik internal maupun eksternal dalam menyelenggarakan proses pembelajaran terhadap peserta diklat sesuai dengan materi yang telah ditetapkan, selain itu harus didukung pula oleh tim kerja yang bagus. Sehingga perlunya menyediakan tenaga-tenaga pengajar yang sesuai dengan kebutuhan diklat dan dapat menyesuaikan diri dengan peserta diklat sehingga penyelenggaraan diklat itu benar-benar dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian peserta diklat. Begitupun hal hasil penelitian dilapangan menurut calon tenaga kerja dan yang lainnya menyatakan bahwa: Kami semua rata-rata belum mengerti bahasa korea sehingga kalau bisa materi diklatnya disusun dengan bahasa yang mudah dimengerti sehingga mempermudah kami dalam mencerna atau mempelejarai materi yang diberikan. Sebenarnya kami bisa mengerti dengan baik tentang materi yang diberikan namun karena semua dengan bahasa korea apalagi instrukturnyapun dari Korea tentu menambah beban buat kami untuk mengerti materi dengan baik, maka kedepannya harus diperhatikan oleh SEFOPE kalau bisa SEFOPE yang menjadi instruktur supaya bisa mengerti kondisi kami terutama dalam melakukan komunikasi yang lebih efektif. dan akan menghasilkan tamatan diklat lebih efektif lagi. Penyelenggaraan diklat itu dikatakan berhasil apabila dapat memberikan manfaat dan kepuasan terhadap peserta diklat. Karena kualitas keberhasilan penyelenggaraan diklat itu salah satu diukur melalui kepuasan atau manfaat yang dirasakan oleh peserta diklat. Sehingga faktor komunikasi menjadi salah satu alat penting yang perlu diperhatikan oleh instruktur diklat dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar, dimana harus adanya komunikasi dua arah yaitu dari instruktur diklat ke peserta diklat dan sebaliknya dari peserta diklat ke instruktur diklat. Namun kenyataan yang ada bahwa proses komunikasi yang terjadi hanya terjadi satu arah dan tidak adanya proses komunikasi timbal balik yaitu hanya dari
107
instruktur ke peserta diklat sedangnya sebaliknya tidak ada. Dengan adanya kondisi ini sangat mempengaruhi peserta diklat untuk meresapkan materi diklat dengan baik karena kendala dalam melakukan komunikasi yang baik. Selain itu menurut calon tenaga kerja dan mantan tenaga kerja menyatakan bahwa: Waktu pendidikan dan pelatihan tentang Korea linguage training ini terlalu singkat sehingga membuat kami belum cukup untuk mempelajari materi diklat dengan baik apalagi instrukturnya orang korea, kami kurang melakukan komunikasi dengan baik, perlunya melibatkan eks tenaga kerja yang sudah kembali dari korea untuk mendukung proses belajar sehingga bisa membantu peserta untuk lebih memahami materi diklat karena mereka lebih memahami kondisi para peserta diklat. Selain hal-hal diatas, aspek lain yang turut mempengaruhi kualitas peserta peserta diklat melalui penyelenggaraan diklat adalah faktor waktu yang disediakan. Karena tidak semua peserta diklat memiliki kualitas kemampuan yang sama dalam mempelajari materi diklat yang diberikan melalui penyelenggaraan diklat. Untuk itu diharapkan SEFOPE supaya melakukan analisis atau evaluasi pradiklat terhadap pengetahuan dimiliki oleh masing-masing peserta diklat sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membekali pengetahuan dan keahlian mereka dapat tersusun dengan tepat dan memberikan kesempatan yang cukup kepada mereka membenahi dirinya dengan baik sehingga dalam mengikuti ujian akhir itu mereka bisa menyelesaikan dengan baik karena didukung waktu proses belajar yang cukup. Disamping itu perlunya memanfaatkan mantan tenaga kerja yang masa kontrakannya sudah selesai dan kembali ke Timor Leste oleh SEFOPE dalam mendukung penyelenggaraan diklat karena mereka lebih mengerti kondisi peserta
108
diklat selain itu mereka bisa memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi peserta diklat dalam mempersiapkan diri melalui pengalaman-pengalaman yang mereka dapat selama bekerja di Korea sebagai materi tambahan terhadap peserta diklat. Tentu dapat menghasilkan tamatan-tamatan diklat yang lebih banyak karena terjalinya komunikasi yang baik antara dua arah dan juga bisa menjelasakan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta diklat. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil observasi yang dilakukan dilapangan bahwa pendidikan dan pelatihan tenaga kerja tentang korea linguage training ini belum berjalan dengan baik karena tenaga pengajar semua diambil alih oleh korea, tentu hal ini sangat berdampak pada proses belajar peserta diklat karena bahasa pengantar yang digunakan oleh instruktur dalam proses belajar semuanya menggunakan bahasa korea walaupun kadang-kadang menggunakan Bahasa Indonesia namun tidak lancar karena penguasaan bahasa indonesianyapun tidak begitu mahir sehingga lebih banyak menggunakan bahasa korea. Sedangkan peserta diklat rata-rata atau pada umumnya tidak mengerti bahasa korea, hal ini sangat mempengaruhi mereka untuk mencerna atau memahami materi diklat dengan baik. sehingga menyebabkan para peserta kurang memanfaatkan materi diklat dengan maksimal. Disamping faktor kualitas instruktur, dan juga kurangnya ada kerjasama dan koordinasi yang baik antar internal SEFOPE sehingga kurang adanya dukungan yang baik dari tenaga-tenaga penyelenggara diklat internal terhadap instruktur dari luar. Hal ini dikarenakan lembaga sendiri kurang memperhatikan
109
sumber daya yang dimiliki dimana SEFOPE sendiri sudah memiliki beberapa mantan tenaga kerja yang sudah kembali dari Korea karena batas waktunya sudah habis. Apabila hal ini dimanfaatkan oleh SEFOPE dengan melakukan antisipasi sebelumnya oleh SEFOPE tentu akan dapat memberikan dukungan yang maksimal terhadap instruktur korea sehingga bisa menghasilkan peserta diklat yang lebih banyak lagi karena akan terciptanya komunikasi yang lebih baik karena mantan tenaga kerja ini lebih mengerti kondisi para peserta dan bisa membantu para peserta diklat apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti oleh mereka teruatama karena faktor bahasa. Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan diklat sangat ditentukan oleh penyediaan kualitas
instruktur diklat, sarana dan prasarana maupun fasilitas
pendukung lainnya, karena untuk mengukur sejauhmana mana peserta diklat dapat terserap oleh lapangan pekerjaan atau permintaan yang ditawarkan Korea tentunya sangat ditentukan oleh kualitas pemahaman atau kemampuan menguasai materi peserta diklat sangat berkaitan dengan kualitas seoarang instruktur diklat. Penyediaan sarana dan prasaran yang cukup sangat mendukung proses pelaksanaan diklat yang efektif karena sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung terhadap produktifitas penyelenggaraan diklat karena hal ini dapat memberikan dukungan yang besar kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan diklat dalam melaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sehingga pelaksanaan diklat yang dilaksanakan dapat memberikan kepuasan terhadap semua pihak khsususnya dalam meningkatkan kemampuan dan skill peserta diklat karena dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang
110
cukup dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi semua pihak termasuk peserta diklat untuk lebih rajin untuk berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan diklat tersebut. Sesuai dengan observasi dilapangan bahwa sarana dan prasarana yang disediakan oleh SEFOPE sudah disediakan sesuai dengan kemampuan lembaga dalam mendukung kegiatan diklat terhadap peserta diklat. Namun hal ini belum sepenuhnya disediakan dalam arti belum sesuai dengan jumlah pencari kerja yang terdaftar yang mana setiap tahun jumlah pencari kerja selalu bertambah tentu hal ini berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas atau sarana dan prasarana penyelenggaraan diklat. Seperti ruang belajar masih minim sehingga perlu penambahan, dengan melihat kepada kondisi riil yang ada yaitu bahwa jumlah angka pencari kerja semakin bertambah tentu sangat dibutuhkan juga penyediaan sarana dan prasarana yang memadai sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas dalam meningkatkan kemampuan dan skill para peserta diklat tersebut. Berdasarkan hasil observasi dilapangan bahwa jumlah ruangan yang tersedia hanya 4 ruangan yaitu; dua (2) ruangan digunakan untuk proses belajar teori sekaligus sebagai ruangan diskusi, satu (1) ruangan untuk ruangan sekretariat sekaligus untuk ruang pertemuan, dan satu (1) untuk penyimpangan dokumendokumen (gudang). Tanpa ruangan lainnya yang sangat dibutuhkan demi kelancaran proses belajar seperti ruang baca atau perpustakaan, dll. seperti penyediaan transportasi yang mana merupakan salah satu fasilitas penting dalam mendukung kegiatan diklat, dimana transportasi yang ada satu unit digunakan
111
untuk multi fungsi, seperti untuk menfasilitasi tenaga pengajar sekaligus untuk kegiatan sekretariat dan peserta diklat dapat menjangkau transportasi sendiri. Halhal ini ikut dapat mempengaruhi semangat dan motivasi belajar untuk peserta diklat dan juga layanan internet hal ini dapat membantu para peserta diklat untuk mengakses informasi lebih apabila ada hal-hal yang mereka tidak mengerti dan bisa menggunakan layanan internet. Dengan kondisi seperti ini sangat mempengaruhi kualitas dan keberhasilan kegiatan penyelenggaraan diklat itu sendiri. Dengan adanya beberapa hal yang telah diuraikan diatas, pelaksanaan yang diselenggarakan oleh SEFOPE dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta diklat sehingga mendukung mereka dalam mendapatkan pekerjaan ke Korea melalui kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan berdasarkan kesempatan kerja yang ditawarkan ini Korea ini belum dilaksanakan secara efektif. Hal ini sesuai dengan data yang ada bab terdahulu bahwa jumah pencari kerja yang terdaftar pada SEFOPE mulai tahun 2009-2012 sebanyak 6.028 orang pencari kerja sedangkan yang dapat disalurkan atau dikirimkan oleh SEFOPE hanya 814 orang tenaga kerja. Dengan melihat kondisi ini,
tentu penyelenggaraan diklat yang dilaksanakan oleh
SEFOPE belum berjalan semestinya berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan. Rendahnya angka pengiriman ini dikarena kualitas penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan kurang dimanfaatkan oleh peserta diklat dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka karena
112
penetapan instrukur diklat yang kurang disesuaikan dengan kondisi riil para pencari kerja atau peserta diklat dimana faktor bahasa yang sebagai alat penghubung komunikasi antar peserta diklat dengan instruktur diklat kurang terjalin dengan baik karena peserta diklat rata-rata tidak mengerti Bahasa Korea begitupun sebaliknya instruktur diklat tidak mengerti bahasa lain hanya bahasa korea menyebabkan penyelenggaraan diklat kurang dimanfaatkan secara efektif oleh peserta diklat. Peserta diklat merupakan salah satu unsur penting dalam penyelengaraan diklat,
dimana
penyelenggaraan
diklat
itu
dikatakan
berhasil
apabila
menghasilkan peserta diklat yang berkualitas dapat menembus pasar dengan cepat begitupun halnya dengan penyelenggaraan diklat oleh SEFOPE terhadap pencari kerja dapat ini dapat diukur dengan pencari kerja yang disalurkan Korea Selatan. Sesuai dengan kenyataan bahwa peserta diklat banyak namun yang dapat tersalurkan sangat minim sekali. Ini berarti penyelenggaraan diklat itu belum memberikan hasil yang maksimal terhadap peserta diklat sehingga peserta diklat kurang efektif memanfaatkan penyelenggaraan diklat yang ada hal ini dikarena kualitas SDM belum memenuhi kebutuhan peserta diklat disamping rendahnya penyediaan sarana dan prasaran sebagai faktor pendukung penyelenggaraan diklat sehingga menyebabkan penyelenggaraan diklat terhadap peserta diklat belum efektif. Akibatnya kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea Selatan tidak berjalan efektif.
113
4.5.7 Mengevaluasi Penyelenggaraan dan Hasil Diklat Untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan diklat dari waktu ke waktu perlu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan dan hasil diklat. Dari evaluasi tersebut,
lembaga dapat mengetahui dengan baik hasil penyelenggaraan diklat
sehingga dapat melakukan perbaikan-perbaikan. Karena hasil evaluasi itu dapat digunakan sebagai umpan balik yang merupakan masukan bagi perbaikan diklat agar diklat mencapai tujuannya. Evaluasi itu sebaiknya dilakukan selama proses penyelenggaraan diklat yang berlangsung maupun pasca penyelenggaraan diklat. Hal ini untuk mengetahui apakah peserta diklat memperoleh manfaat dari diklat yang diselenggarakan atau tidak. Oleh sebab itu pentingnya melakukan kegiatan evaluasi supaya lembaga bisa menilai atau mengukur keberhasilan yang diberikan kepada sasaran penyelenggaraan diklat. Dalam kontek ini pranata manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan evaluasi diklat yang berkualitas. Dengan demikian berbagai pemangku kepentingan atau stake holder dapat memperoleh gambaran tentang kualitas penyelenggaraan dan hasil diklat yang selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam membuat justfifikasi dan penyusunan tindak lanjut termasuk penyempurnaan sistem diklat itu sendiri. Khususnya memperbaiki beberapa kelemahan-kelemahan yang masih dimiliki oleh lembaga diklat seperti kualitas dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana, dan dukungan anggaran yang cukup. Karena selain faktor SDM dan sarana dan prasarana, hal lain yang tidak kalah penting dan sangat mempengaruhi kualitas penyelenggaraan diklat adalah ketersediaan atau
114
dukungan dana yang cukup guna menunjang seluruh proses menyelenggarakan diklat yang kualitas supaya dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan penyelenggaraan diklat akan berjalan dengan baik dan dapat menciptakan tamatan-tamatan diklat yang berkualitas dan berkompetensi sangat tergantung kepada dukungan anggaran yang tersedia. Jika hal ini dipenuhi oleh pemerintah akan memberikan ruang yang besar kepada lembaga diklat untuk melaksanakan tugas dan fungsinya lebih efektif terutama dalam menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang dapat mendukung pencapaian tujuan diklat bermutu. Pada dasarnya manfaat dari melakukan evaluasi adalah untuk melakukan pengukuran terhadap kualitas pencapaian yang dicapai melalui seluruh proses kegiatan yang telah diselenggarakan mulai dari tahap awal sampai tahap terakhir sehingga dapat memberikan rekomendai-rekomendasi yang dapat dimanfaatkan untuk penyelenggaraan diklat kedepannya atau berikutnya. Evaluasi merupakan komponen penting dalam penyelenggaran diklat, tanpa evaluasi, lembaga tidak mengetahui apakah program diklat yang diselenggarakan oleh lembaga itu berhasil atau tidak. Dengan demikian sangat pentingnya bagi lembaga untuk melakukan evaluasi. Melalui evaluasi yang terstruktur dapat membantu lembaga menentukan letak permasalahan karena evaluasi dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengendalian diklat sekaligus bahan penyempurnaan diwaktu yang akan datang. Maka permasalahan umum yang menjadi kegiatan evaluasi adalah yang berkaitan
115
dengan instruktur, fasilitas pelatihan, jadwal pelatihan, media pelatihan materi pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan, menurut Direktur Pelatihan Profesional menyatakan bahwa: Kami selalu melakukan evaluasi, yang pertama kepada peserta diklat yaitu melalui ujian akhir untuk mengukur kemampuan pemahaman peserta diklat terhadap materi yang diberikan. Kedua dari peserta diklat terhadap instruktur diklat, kepada peserta diklat selesai penyelenggaraan diklat dibagi formulir, namun untuk evaluasi hasil diklat belum dilakukan namun kedepannya kami akan bekerja dengan pihak korea untuk mendiskusikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan dalam melakukan evaluasi hasil. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh SEFOPE karena kegiatan ini dapat memberikan informasi yang akurat tentang kualitas keberhasilan yang telah dicapai. Selain itu juga melalui evaluasi ini SEFOPE dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang belum dilakukan dengan baik sehingga mempengaruhi kualitas penyelenggaraan diklat dalam mendukung program pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja ke Korea dalam memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada di Korea melalui kesempatan kerja yang ditawarkan. Walaupun
evaluasi
dilakukan
namun
hanya
sebatas
melalui
penyelenggaraan ujian akhir untuk mengukur kualitas pemahaman peserta diklat tentang materi diklat yang telah diselenggarakan begitupun terhadap instruktur diklat yang dilakukan oleh peserta diklat. Namun untuk hasil diklat belum pernah dilakukan sehingga menyebabkan SEFOPE sendiri tidak mengetahui bagaimana keberhasilan penyelenggaraan diklat yang telah dicapai sehingga bisa menentukan kebutuhan-kebutuhan yang perlu dibenahi dan disempurnakan sehingga dapat
116
menghasilkan diklat yang berkualitas yang sehingga dapat meningkatkan jumlah angka pengiriman tenaga kerja Timor Leste ke Korea. Sedangkan menurut Kepala Bagian Pelatihan menyatakan bahwa: Selesai penyelenggaraan diklat selalu dilakukan evaluasi, baik itu kepada peserta diklat maupun kepada tenaga pengajar, kepada peserta diklat evaluasi dilakukan melalui tes akhir untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi diklat yang diajarkan dan untuk tenaga pengajar dinilai berdasarkan hasil akhir yang dicapai oleh peserta diklat rata-rata hasil akhir dari mereka memuaskan berarti kualitas instruktur atau tenaga pengajar itu bagus namun nilai hasil peserta diklat kurang dari rata-rata berarti kualitas instruktur itu kurang bagus berarti proses belajarnya kurang berjalan lancar. Untuk evaluasi hasil belum dilaksanakan karena belum ada formulirnya tetapi untuk kedepannya pasti disediakan. Rendahnya angka pengiriman tenaga kerja ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan diklat yang diselenggarakan belum dapat mendukung peserta diklat dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan yang ditawarkan kepada kualitas pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki. Hal ini disebabkan karena hasil evaluasi yang sudah dilakukan belum atau tidak dimanfaatkan sebagai bahan masukan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh SEFOPE dalam menyempurnakan unsur-unsur pendukung penyelenggaraan diklat. Tetapi lebih mengutamaka kepada penyelenggaraan diklat saja namun kegiatan evaluasi belum dijadikan sebagai salah satu kegiatan pokok yang harus dilakukan sehingga dapat memberikan informasi-informasi terutama mengenai pencapaian ahkir yang diperoleh dari peserta diklat dalam mendukung kebijakan pemerintah tentang pengiriman tenaga kerja ke Korea.
117
Begitupun halnya salah seorang staf di bagian sekretariat menyatakan bahwa: Evaluasi jarang dilakukan masih sebatas penyelenggaraan diklat saja walaupun dilakukan hanya pada peserta diklat yaitu tes akhir kepada peserta. sehingga banyak hal yang belum diperbaiki. Hal menunjukkan bahwa SEFOPE sendiri belum memberikan perhatian yang serius terhadap kegiatan evaluasi yang mana sebagai salah satu kegiatan penting yang harus dilakukan sehingga dapat memberikan rekomendasirekomendasi yang bermanfaat dalam penyelenggaraan diklat kedepannya. Sehingga hasil penelitian dilapangan menurut seorang mantan kepala bagian pelatihan profesional menyatakan bahwa: Evaluasi itu sangat penting dilakukan untuk mengukur pencapai yang telah dicapai sehingga bisa memberikan umpan balik yang dapat dimanfaat untuk melakukan penyempurnaan penyelenggaran diklat diwaktu-waktu yang akan datang. Pentingnya melakukan evaluasi baik itu pradiklat maupun pasca diklat terhadap semua proses penyelenggaraan diklat termasuk juga hasil diklat, karena kegiatan ini memainkan peranan penting dalam mendukung lembaga untuk mengukur kualitas keberhasilan yang telah dicapai apakah sudah sesuai dengan tujuan penyelenggaraan diklat atau belum, jika belum apa yang menyebabkan sehingga belum mencapai tujuan. Sehingga memberikan masukan-masukan baik sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga dalam melengkapi kebutuhankebutuhan atau faktor-faktor yang belum terpenuhi dengan baik sehingga dapat menyebabkan penyelenggaraan diklat itu berhasil atau belum mencapai tujuan yang diharapkan oleh semua pihak. Dengan demikian penting sekali untuk melakukan evaluasi tanpa kecuali.
118
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dapat disimpulkan bahwa SEFOPE sendiri belum melakukan langkah evaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat. namun evaluasi yang dilakukan baru sebatas mengukur keberhasilan dan kegagalan diklat melalui ujian akhir pada peserta diklat. Tentu hal ini belum memberikan suatu ukuran terhadap kualitas pencapaian penyelenggaraan diklat. Oleh karena itu pentingnya melakukan evaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat karena langkah ini merupakan komponen pokok yang harus dilakukan oleh SEFOPE setelah menyelenggarakan diklat. Karena melalui kegiatan atau langkah ini akan lebih banyak menghasilkan informasi-informasi baik itu informasi tentang keberhasilan maupun informasi-informasi tentang kegagalan atau permasalahan yang menjadi kendala dalam menyelenggarakan diklat. Jadi evaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat itu sebagai sebuah jawaban atas segala proses penyelengaraan diklat yang diselenggarakan apakah sudah berhasil mencapai tujuan atau belum, jika sudah berhasil mencapai tujuan berarti langkah penyelenggaraan diklat berikutnya adalah ditingkatkan namun jika jawabannya gagal berarti perlu adanya penyempurnaan terhadap unsur-unsur yang belum berfungsi dengan baik sehingga dapat mendukung penyelenggaraanpenyelenggaraan diklat berikutnya. Sehingga untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan diklat dari waktu ke waktu hanya dilakukan melalui evaluasi penyelengaraan dan hasil diklat karena hasil evaluasi ini dijadikan umpan balik yang merupakan masukan bagi perbaikan dan pasca diklat agar diklat berhasil mencapai tujuan.
119
Evaluasi adalah hal yang mutlak dilakukan karena begitu suatu hal begitu pentingnya evaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat untuk selalu dilakukan setiap
waktu
selesai
penyelenggaraan
diklat,
karena
banyak
lembaga
penyelenggara diklat yang gagal menyelenggaraan diklat karena kurang mementingkan kegiatan evaluasi diklat namun lebih kepada penyelenggaraan diklat.
Secara
umum
evaluasi
penyelenggaraan
dan
hasil
diklat
itu
diselenggarakan melalui pengisian formulir yang telah disediakan oleh lembaga penyelenggara diklat, formulir tersebut berisi tentang beberapa point penting yang digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur kualitas pencapaian tujuan diklat. Seperti tanggapan tentang instruktur, fasilitas diklat materi diklat, metode diklat, logistik dan lain sebagainya. Evaluasi penyelenggaraan dan hasil diklat itu dapat dilakukan dalam beberapa tahap satunya bisa melalui empat model level evaluasi yaitu:1) Reaction yaitu ditujukan untuk mengukur tingkat kepuasan peserta terhadap pelaksanaan diklat, caranya menggunakan ceck list (Isi, metode dan logistic), 2) Learning yaitu untuk mengukur tingkat pemahaman peserta atas materi diklat, caranya melalui tes tertulis atau studi kasus, 3) Behavior /application yaitu untuk mengukur implementasi peserta di pekerjaan sehari-hari, caranya melalui tugas yang dikerjakan, dan 4) Result yaitu untuk mengukur dampak diklat terhadap kelompok kerja atau organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian SEFOPE perlunya melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanan diklat seperti evaluasi terhadap faktor internal dan eksternal terutama berkaitan dengan penyediaan dan
120
penyiapan SDM baik kualitas maupun kuantitasnya, kompetensi yang dibutukan, pengukuran terhadap kompetensi yang dimiliki, penetapan kebutuhan diklat, dan penyelenggaraan diklat maupun yang lainnya perlu di lakukan evaluasi oleh SEFOPE bersama pihak-pihak yang terkait dalam penyelenggaraan diklat sehingga dapat memberikan gambaran atau informasi sebagai masukan kepada SEFOPE maupun kepada semua pihak yang berperan serta dalam penyelenggaran diklat untuk dapat menyelenggarakan diklat yang lebih baik dan berkualitas lagi ke depannya. Minimnya angka pengiriman ini menunjukkan bahwa lembaga belum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif hal ini disebabkan tidak adanya evaluasi terhadap hasil diklat. Sehingga pentingnya dilakukan evaluasi karena dari hasil hasil evaluasi tersebut bisa digunakan sebagai bahan perbaikan atau penyempurnaan terhadap unsur-unsur yang belum sukses ditetapkan dengan baik sehingga perlu diperhatikan demi penyelenggaran diklat baik lagi, terutama dalam mendukung program pengiriman tenaga kerja tenaga kerja timor leste ke Korea selatan ini lebih efektif.