BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian ini mengambil data dari perusahaan-perusahaan yang ada di Bursa Efek Indonesia dengan subsektor indusri manufaktur dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Data yang diambil untuk penelitian ini berdasarkan annual report yang telah diaudit dan diterbikan kemuka umum. Kriteria khusus yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan, kebijakan dividen dan kebijakan utang. Dibawah ini adalah summary data perusahaan dengan subsektor industri manufaktur sesuai dengan klasifikasi bidang usahanya: Tabel 4.1 DAFTAR DATA PERUSAHAAN SUBSEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR TAHUN 2008 - 2011
No
Bidang Usaha
Jumlah Perusahaan
1
Alas Kaki
2
2
Alat Rumah Tangga
3
3
Elektronik
1
4
Farmasi
9
5
Kabel
6
6
Kaca
6
7
Kayu
2
8
Kemasan
11
9
Kimia
10
44
45
10
Kosmetik
4
11
Logam
15
12
Makanan
15
13
Otomotif
12
14
Pakan Ternak
4
15
Pulp Kertas
7
16
Rokok
3
17
Semen
3
18
Tekstil
16 Grand Total Sumber: Data diolah sendiri
129
Dari data diatas menunjukkan ada 18 bidang usaha yang dimiliki oleh perusahaan dengan subsektor industri manufaktur dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Dari tabel 4.1 diatas juga menunjukkan bahwa paling banyak bidang usaha yang dilakukan adalah perusahaan dibidang Logam dan Makanan yaitu sebanyak 15 perusahaan, dan paling kecil bidang usaha yang dilakukan adalah elektronik yang sebanyak 1 perusahaan. B. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dalam penelitian ini akan menunjukkan variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini, seperti halnya free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan, kebijakan dividend dan kebijakan utang. Secara statistik data mengenai variabel tersebut akan diungkapkan dalam tabel dibawah ini:
46
Tabel 4.2 DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
DER
1.0799
1.97020
108
ROA
-5.4073
1.66637
108
FCF
.7981
2.03972
108
PBV
-1.2558
2.15499
108
DPR
2.0168
1.60998
108
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014. Data pada tabel 4.2 diatas menggambarkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang menunjukkan Mean (rata-rata), Standar Deviasi dan N. Mean (rata-rata) ini merupakan hasil penjumlahan dari seluruh data yang dibagi dengan banyaknya data yang digunakan. Kemudian deviasi standar merupakan akar atas kuadrat dari selisih nilai data yang dibagi dengan banyaknya data yang digunakan. Adapun deskriptif dari tabel 4.1 diatas adalah sebagai berikut: 1.
DER yang merupakan rasio dari kebijakan utang menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean 1.0799 dan Standar Deviasi sebesar 1.97020
2. ROA yang merupakan rasio dari Profitabilitas menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean -5.4073 dan standar deviasi sebesar 1.66637 3. FCF yang merupakan rasio dari Free Cash Flow menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean 0.7981 dan Standar Devias sebesar 2.03972
47
4. PBV yang merupakan rasio dari nilai perusahaan menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean -1.25588 dan standar deviasi sebesar 2.15499 5. DPR yang merupakan rasio dari kebijakan dividen menggunakan jumlah data sebanyak 108 dengan Mean 2.0168 dan standar deviasi sebesar 1.60998 C. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik merupakan persyaratan untuk bisa melakukan analisa regresi berganda. Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik yang akan dilakukan yaitu dengan melakukan uji Normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedatisitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi yang baik atau tidak. Untuk mengetahuinya dalam uji normalitas ini telah digunakan metode grafik dengan melihat normal probability plot atas proses yang dilakukan dalam program IBM SPSS 21 for Windows.
48
Gambar 4.1 GRAFIK HISTOGRAM
Gambar 4.2 GRAFIK NORMAL P-P PLOT
49
Dari uji normalitas pada gambar 4.1 telah menunjukkan bahwa data terdistribusi mendekati normal. Dalam gambar 4.2 juga menunjukkan distribusi data yang mendekati normal, karena titik-titik menyebar disekitaran garis diagonal. Dalam uji normlitas ini dapat juga ditunjukkan dengan tabel statistik Kolmogrov-Smirnov (KS) seperti tabel dibawah ini: Tabel 4.3 HASIL UJI STATISTIK KOLMOGROV-SMIRNOV (KS) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ROA N
Normal Parametersa,b
FCF
PBV
DPR
DER
108
108
108
108
108
Mean
-5.4073
.7981
-1.2558
2.0168
1.0799
Std.
1.66637
2.03972
2.15499
1.60998
1.97020
Absolute
.155
.152
.077
.107
.089
Positive
.155
.131
.041
.107
.037
Negative
-.069
-.152
-.077
-.046
-.089
1.614
1.575
.804
1.112
.925
.011
.014
.538
.169
.359
Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014. Dari tabel 4.3 diatas dapat menujukkan distribusi data secara normal sebagai berikut:
50
a. ROA yang merupakan rasio dari Profitabilitas menunjukkan nilai sig 0.11 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal. b. FCF yang merupakan rasio dari free cash flow menunjukkan nilai sig 0.14 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal. c. PBV yang merupakan rasio dari nilai perusahaan menunjukkan nilai sig 0.538 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal. d. DPR yang merupakan rasio dari kebijakan dividen menunjukkan nilai sig 0.169 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal. e. DER yang merupakan rasio dari kebijakan utang menunjukkan nilai sig 0.359 yang lebih besar dari 0.05 yang artinya data terdistribusi secara normal. 2. Uji Multikolinieritas Dalam penelitian ini, uji multikolinieritas akan menunjukkan ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas. Pengujian multikolinieritas dapa dilihat dari tabel dibawah ini:
51
Tabel 4.4 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS Coefficientsa Model
Correlations Zero-order
Partial
Collinearity Statistics Part
Tolerance
VIF
(Constant)
1
ROA
-.218
-.549
-.514
.576
1.736
FCF
.012
-.100
-.079
.977
1.024
PBV
.241
.588
.569
.528
1.894
DPR
-.164
-.360
-.302
.879
1.137
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014 Tabel 4.4 diatas menunjukkan informasi sebagai berikut: a. ROA sebagai rasio dari profitabilitas dengan nilai tolerance 0.576 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.736 dibawah nilai 10 maka ROA dikatakan bebas multikolinieritas. b. FCF sebagai rasio dari free cash flow dengan nilai tolerance 0.977 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.024 dibawah nilai 10 maka FCF dikatakan bebas multikolinieritas. c. PBV sebagai rasio dari nilai perusahaan dengan nilai tolerance 0.528 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.893 dibawah nilai 10 maka PBV dikatakan bebas multikolinieritas.
52
d. DPR sebagai rasio dari kebijakan dividen dengan nilai tolerance 0.879 diatas 0.10 dan nilai VIF 1.137 dibawah nilai 10 maka DPR dikatakan bebas multikolinieritas. Kesimpulan dari keterangan diatas bahwa antar variabel tidak terjadi multikolinieritas. 3. Uji Autokorelasi Sebagaimana ketentuan dalam analisis regresi berganda, maka disyaratkan untuk melakukan uji Autokorelasi dimana penelitian ini harus terbebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini terlebih dahulu uji autokorelasi akan ditunjukkan statistik dari Durbin Watson sebagaimana dalam tabel dibawah ini: Tabel 4.5 MODEL STATISTIK DURBIN-WATSON Model Summaryb Model
Change Statistics df2
1
Durbin-Watson
Sig. F Change 103a
.000
1.997
Sumber: data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2014. Dari tabel 4.5 diatas maka dapat dilihat nilai Durbin Watson sebesar 1.997. Kemudian untuk uji autokorelasi dilakukan cek dengan tabel Durbin Watson dimana dapat diperoleh data sebagai berikut:
53
Tabel 4.6 HASIL UJI DURBIN WATSON dU
DW
1.75274 <
4-dU
Keterangan
1.997 < 2.24726 = Tidak ada Autokorelasi Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014
Dari tabel 4.6 diatas dapat diambil informasi bahwa nilai dU sebesar 1.75274 lebih kecil dan nilai DW 1.997, dan nilai DW tersebut juga lebih kecil dari 4-dU 2.24726. sehingga sebagaimana dalam Ghozali,(2006) nilai tersebut diatas dinyatakan tidak ada autokorelasi. 4. Uji Heteroskedatisitas Untuk melakukan uji heteroskedatisitas, maka dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot antara DEPENDEN dan ZPRED yang menunjukkan pola gambar sebagai berikut:
Gambar 4.3 HASIL UJI HETEROSKEDATISITAS
54
Dari gambar 4.3 diatas dapat diperoleh informasi bahwa titik-titik menyebar diatas maupun dibawah 0 pada sumbu Y dan tidak mengelompok disatu tempat saja (menyebar keseluruh area), yang artinya bahwa tidak ada heteroskedatisitas pada data yang digunakan dalam penelitian ini. D. Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji F) Salah satu pengujian hipotesis adalah dengan melakukan uji simultan (uji F), untuk mengetahui pengaruh secara simultan terhadap variabel terkait. Uji sumultan ini dapat dilihat dengan tabel dibawah ini: Tabel 4.7 HASIL UJI SIMULTAN (UJI F) ANOVAa Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
161.280
4
40.320
Residual
254.161
103
2.468
Total
415.441
107
F 16.340
Sig. .000b
Sumber: data sekunder yang diolah sendiri, 2014. Uji ANNOVA pada tabel 4.7 diatas menunjukkan bawha nilai F hitung sebesara 16.340 dengan nilai probabitlitas signifikan 0.000 lebih kecil dari a = 0.05 yang artinya bahwa secara simultan variabel free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan, kebijakan dividen mempengaruhi kebijakan dividen.
55
2. Uji Statistik (Ujit t) Untuk melakukan uji statistik (uji t) dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.8 HASIL UJI STATISTIK (UJI T) Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error -1.497
.623
ROA
-.801
.120
FCF
-.077
PBV DPR
Beta -2.401
.018
-.678
-6.674
.000
.075
-.080
-1.021
.310
.715
.097
.782
7.380
.000
-.394
.101
-.322
-3.921
.000
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2014. Dari tabel 4.8 daitas dapat memberikan informasi sebagai berikut: a. Rasio Profitabilitas dengan nilai t hitung sebesar -6.674 dan nilai probabilitas signifikan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, artinya H1 (Hipotesis 1) diterima. b. Rasio free cash flow dengan nilai t hitung sebesar -1.021 dan nilai probabilitas signifikan 0.310 jauh diatas 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel, artinya H2 (Hipotesis 2) ditolak.
56
c. Nilai perusahaan dengan nilai t hitung sebesar 7.380 dan nilai probabilitas signifikan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, artinya H3 (Hipotesis 3) diterima. d. Rasio kebiajakan dividen dengan nilai t hitung sebesar -3.921 dan nilai probabilitas signifikan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih besar dari t tabel, artinya H4 (Hipotesis 4) diterima. 3. Uji Koefisien Determinasi Dalam penelitian ini uji koefisien determinasi (R2) diigunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan variabel Independen dalam menerangkan variabel dependen. Uji koefisien ini ditunjukkan dalam bentuk tabel dibawah ini: Tabel 4.9 HASIL KOEFISIEN DETERMINASI Model Summaryb
Model
1
R
.623a
R
Adjusted
Square
R Square
.388
.364
Std. Error of the Estimate
1.57085
Change Statistics R Square
F
Change
Change
.388
16.340
DW df1
4
1.997
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014 Tabel 4.9 diatas memberikan gambaran bahwa nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0.364 sama halnya dengan 36,4% kebijakan utang yang kategorinya sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh free cash flow, profitabilitas, nilai perusahaan dan kebijakan dividen yang kategorinya sebagai variabel independen. Kemudian nilai sebesar 63,6% (100%-36,4%)
57
dari kebijakan utang dipengaruhi oleh faktor luar selain dari pada variabel independen. E. Pembahasan Pembahasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini telah dibuktikan pada
tabel 4.8 dan dapat ditunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang dengan koefisien sebesar -0.801. Dengan adanya hasil ini maka dapat juga ditunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka hal ini akan menurunkan minat perusahaan dalam melakukan kebijakan utang. Akan tetapi nilai probabilitas yang ditunjukkan dalam tabel 4.8 adalah 0.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas perusahaan mempengaruhi kebijakan utang. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relatif kecil, karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal, Christin (2012). Dalam hal ini profitabilitas dengan menggunakan statistik t hitung telah dinyatakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan dan kemudian hal ini diartikan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi pertimbangan khusus dalam setiap kebijakan perusahaan. Karena pada dasarnya laba yang dihasilkan perusahaan akan masuk kedalam retained earning. Sedangkan dengan retained
58
earning yang tinggi, maka perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang (Christin 2012). Temuan ini mendukung penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Yeniati dan Nicken (2010), Andhika (2012) dan Rona (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan utang. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Faisal (2000), Hanjanti dan Tendalilin(2007) dan Christian (2012). 2.
Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Utang Kemudian intepretasi dari hipotesis kedua menyebutkan bahwa uji free
cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang. Setelah dilakukan pengujian, bahwa telah diungkapkan hasil uji hipotesis dengan nilai t hitung sebesar -1.023 dan nilai probabilitas signifikan 0.309 jauh diatas α = 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung lebih kecil dari t tabel. Kesimpulannya adalah free cash flow perusahaan tidak mempengaruhi kebijakan utang perusahaan. Menurut uji statistik free cash flow memberikan gambaran pengaruh negatif terhadap kebijakan utang, yaitu sebesar -0.77. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi free cash flow yang dimiliki perusahaan, maka suatu perusahaan akan lebih sedikit memberikan kesempatan pada perusahaan dalam mengambil kebijakan utang. Akan tetapi nilai signifikan yang dimiliki free cash flow perusahaan terhadap kebijakan utang perusahaan adalah sebesar 0.309, maka hal ini menunjukkan bahwa free cash flow perusahaan tidak dapat memberikan pengaruh positif terhadap kebijakan utang.
59
Hipotesis yang kedua memiliki nilai mean (rata-rata) untuk free cash flow sebesar 0.7981 dan menunjukkan bahwa dalam struktur perusahaan free cash flow memiliki nilai yang cukup besar. Seperti yang telah diungkap oleh Jensen (1986) dengan adanya free cash flow ini maka akan dapat terjadi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa free cash flow akan dapat mempengaruhi kebijakan utang perusahaan. Temuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rona (2012) yang menunjukkan bahwa free cash flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang, akan tetapi hal ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Essa dan Reffina (2013) yang menunjukkan bahwa free cash flow mempengaruhi dalam kebijakan utang. 3.
Pengaruh Nilai Perusahaan Terhadap Kebijakan Utang Kemudian dalam hipotesis yang ke tiga untuk menguji apakah nilai
perusahaan dapat mempengaruhi kebijkan utang. Dalam tabel 4.8 dapat ditunjukkan bahwa nilai koefisien menunjukkan angka 0.715. Artinya semakin tinggi nilai perusahaan maka akan menjadikan nilai dari kebijakan utang perusahaan juga semakin tinggi. Dengan probabilitas signifikan sebesar 0.000 maka hal ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan utang. Marantika (2012) mengungkapkan bahwa penggunaan utang yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan karena penggunaan utang dapat menghemat pajak dan ini artinya terjadi korelasi antara kebijakan utang dengan
60
nilai perusahaan tersebut. Dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa nilai perusahaan
berpengaruh
terhadap
kebijakan
utang,
sehingga
dapat
dimaksudkan bahwa nilai perusahaan juga mempunyai korelasi yang baik terhadap kebijakan utang. 4.
Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Utang Dalam hipotesis untuk menguji apakah kebijakan dividen berpengaruh
terhadap kebijakan utang. Pada tabel 4.8 telah didapat informasi bahwa nitai koefisien sebesar -0.394 dan hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan maka akan menjadikan kebijakan utang perusahaan semkain rendah, akan tetapi nilai probabilitas yang ditunjukkan pada tabel 4.8 dalah 0.000. Nilai probabilitas yang ditunjukkan lebih rendah dari 0.05 yang artinya bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap kebijakan utang. Penelitian ini mendukung peelitian yang dilakukan oleh Murni dan Andriaa (2007), Larasati (2011), Susanto (2011), Dennyes dan Deasy (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan diividen berpengaruh terhadap kebijakan utang. Akan teapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Yeniati dan Destriana (2011), Indah dan Handayani (2009), Djabid (2007), Soestio (2008) menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaru terhadap kebijakan utang. Houston (2013) mengungkapkan bahwa kebijakan dividen yang optimal harus menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa depan yang memaksimalkan harga saham. Hal ini
61
menunjukkan bahwa untuk menciptakan pertumbuhan dimasa depan diperlukan dana yang baik bagi perusahaan. Jika dana internal perusahaan digunakan untuk membagikan dividen perusahaan, maka dana yang yang digunakan untuk pertumbuhan akan berkurang dan ini akan menyebabkan terjadinya kebijakan utang perusahaan. Dari semua hipotesis yang diajukan terdapat satu variabel ditotak dan tiga variabel diterima. Satu hipotesis yang ditolak adalah adanya pengaruh free cash flow terhadap kebijakan utang. Sedangkan tiga hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah pengaruh profitabilitas, nilai perusahaan dan kebijakan dividen yang dapat mempengaruhi kebijkan utang perusahaan.