perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data rekam medik yang sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan penelusuran data, diperoleh 24 pasien. Namun karena terdapat 2 pasien yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena memiliki penyakit penyerta DM dan pulang dengan kehendak sendiri maka, hanya 22 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. A. Gambaran Subjek Penelitian 1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin Tujuan pendistribusian pasien berdasarkan jenis kelamin adalah untuk mengetahui pasien anak yang berjenis kelamin pria atau wanita yang paling rentan terhadap penyakit diare akut. Menurut Anonim (2011), penyakit diare akut adalah penyakit yang tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4. Jenis kelamin
Pria
46% 54%
Wanita
Gambar 4. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan Gambar 4 di atas maka dapat dilihat bahwa persentase pasien diare anak yang menderita diare lebih banyak dialami oleh anak berjenis kelamin pria daripada wanita. Namun, hal ini sebenarnya tidak membuktikan bahwa
commit to user 211
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2 22
penderita diare lebih banyak berjenis kelamin pria daripada wanita karena baik pria maupun wanita memiliki faktor resiko yang sama terhadap penyakit diare akut (Suraatmaja, 2007). Selain itu pengaruh makanan yang kotor dan tercemar juga dapat menjadi penyebab diare yang sering dialami oleh anak, bakteri juga menjadi salah satu penyebab diare, bakteri yang paling sering menyebabkan diare yaitu E. coli dan Sallmonela (Anonim, 2011). Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2011) yang menggambarkan penderita diare lebih banyak dialami oleh pria, karena dimasa kanak-kanak anak laki-laki lebih aktif dalam mengenali dunia sekitar sehingga mudah terkena bakteri ataupun kontaminan yang ada di sekitar. 2. Distribusi pasien berdasarkan usia Tujuan distribusi pasien berdasarkan usia ini untuk mengetahui rentang usia pasien anak yang paling rentan terkena diare. Menurut Anonim (2006), anak dibagi menjadi 4 yaitu anak yang baru lahir hingga usia 28 hari disebut neonate, berusia 28 hari hingga 1 tahun disebut infant, anak berusia 1 hingga 4 tahun disebut young child, anak yang berusia 5 sampai 12 tahun disebut older child. Sehingga pembagian usia disesuaikan standar tersebut. Distribusi pasien anak berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 5.
36.3 36.3
40
Usia
30
Pria
20 10 0
14.3 0
0
< 28 hari
13
3.6
Wanita
5.5
28 hari 1 5 1 Rentang Usia (Tahun)
commit to user Gambar 5. Distribusi pasien berdasarkan usia
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2 23
Berdasarkan hasil dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa penyakit diare dapat menyerang anak-anak di segala usia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) yang menyatakan anak-anak lebih rentan terhadap penyakit diare akut dibandingkan dengan orang dewasa (Anonim, 2011). Sementara itu, penyakit diare akut sendiri lebih banyak diderita oleh anak yang berusia 28 hari sampai 1 tahun karena anakanak pada usia itu mulai aktif untuk mencoba berbagai hal, sehingga dapat memicu terjadinya infeksi yang disebabkan karena sistem kekebalan dan daya tahan tubuh yang dimiliki belum baik (Anonim, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan Pratiwi (2011) anak yang lebih rentan terhadap penyakit diare akut adalah anak yang berusia kurang dari 1 tahun, karena anak-anak pada usia kurang dari 1 tahun memiliki sistem daya tahan tubuh yang masih lemah. 3. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan Lama perawatan pasien ditentukan atas kesepakatan bersama antara petugas medis dengan pasien yang dilihat dari hasil atau keadaan akhir pasien selama perawatan inap. Distribusi pasien berdasarkan lama perawatan dapat dilihat pada Gambar 6: Lama Perawatan 22.7
25 20 15
18.2 13.6
13.6 9.1
10
4.5 4.5 4.5 4.5
5
Jumlah Pasien (%)
0 1
2
3
4 5 6 7 Jumlah Hari
8
9
commit to user Gambar 6: Distribusi Pasien Berdasarkan Lama Perawatan
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 242
Berdasarkan Gambar 6 di atas maka dapat diketahui bahwa pasien anak yang menderita diare yang paling banyak dirawat selama 2 hari, pasien yang dirawat kurang dari 4 hari memiliki data lab yang menunjukkan pasien tersebut hanya mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan, dan tidak terdapat parasit jamur patogen pada kultur tinjanya. Ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nurwidati (2010) yang menyebutkan bahwa lamanya perawatan pasien diare tergantung dari tingkat keparahan diare yang diderita pasien. Hal ini sesuai dengan definisi diare akut yang biasanya berakhir < 14 hari (Spruill and Wade, 2008). B. Evaluasi Penggunaan Obat untuk Terapi Diare 1. Tepat Obat Berdasarkan penelusuran data rekam medis penggunaan obat ditemukan terdapat 6 golongan obat yang diberikan pada 22 pasien subjek penelitian. Golongan obat yang diberikan antara lain, antibiotik, antiemetik, vitamin dan mineral, analgetik antipiretik serta prebiotik. Distribusi golongan obat yang diberikan pada terapi diare dapat dilihat pada Tabel III: Tabel III: Terapi pengobatan yang digunakan pada terapi diare
Standar No.
Golongan Obat
a. Obat Vitamin dan Mineral 1 Zink Vitamin a. Vitamin A 2 b. Vitamin D c. Vitamin E d. Vitamin K
Kesesuaian Standar
Frekuensi Penggunaan per lama pewawatan
Persenta se (%)*
Tepat
WHO
63
25,1
Tepat Kurang Tepat Kurang Tepat Tepat
Anonim, 2011 Anonim, 2011 Anonim, 2011 Anonim, 2011
2 2 2 2
0,80 0,80 0,80 0,80
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2 25
Tabel III. Lanjutan .....
Obat lain Antibiotik a. Ampisilin 3 b. Metronidazol c. Clindamisin Antiemetik 4 a. Domperidon 5 Prebiotik Analgetik dan 6 Antipiretik b. Terapi Cairan 1 Oralit 2 Asering 3 D¼S Total penggunaan
Tepat Tepat Kurang Tepat
WHO WHO WHO
4 3 4
1,59 1,19 1,59
Tepat Tepat
Anonim, 2011 Anonim, 2011
12 73
4,78 29,1
Tepat
Anonim, 2011
7
2,79
Tepat Tepat Tepat
WHO WHO WHO
60 1 16 251
23,9 0,40 6,37 100
Ket = * Persentase dihitung dari frekuensi penggunaan tiap golongan dibagi total penggunaan dikalikan 100%.
Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak digunakan untuk mengobati diare pada anak adalah zink (25,1%). Zink yang merupakan mikronutrien yang penting bagi tubuh, menurut hasil studi yang pernah dilakukan zink mempunyai tingkat guna sebesar 67% (Aminah, 2012). Zink saat ini sangat direkomendasikan untuk mengobati diare akut maupun kronis pada anak-anak (Anonim, 2005). Zink diberikan pada diare akut untuk memperpendek masa diare dan mencegah keparahan juga untuk mencegah berulangnya diare pada 2-3 bulan ke depan (Aminah, 2012). Konsumsi zink pada pasien diare anak dapat menurunkan jumlah ekskresi feses sampai 31%. Tidak hanya itu frekuensi buang air besar (BAB) juga berkurang sampai 40% dengan pemberian suplemen zink (Waspada, 2012). Berdasarkan studi WHO selama lebih dari 18 tahun, manfaat zink sebagai pengobatan diare adalah mengurangi prevalensi diare sebesar 34%, durasi diare akut sebesar 20%, durasi diare persisten sebesar 24%, hingga, kegagalan terapi atau kematian akibat diare
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2 26
persisten sebesar 42% (Anonim, 2005). Data lab pasien yang menerima zink, menunjukkan bahwa zink diberikan pada hampir semua pasien (21 pasien) yang menderita diare akut dehidrasi ringan sampai sedang baik yang pada kultur tinjanya ditemukan bakteri ataupun tidak. Pada kasus diare yang disebabkan oleh bakteri, penggunaan antibiotik adalah suatu hal yang penting, tetapi tidak semua antibiotik dapat mengobati diare, ada beberapa antibiotik yang memiliki efek samping diare seperti clindamisin dan sulfonilamid (Spruill and Wade, 2008). Ampisilin memiliki spektrum kerja yang luas, yang meliputi banyak gram negatif, ampisilin banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas, saluran cerna dan saluran kemih (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada data lab terdapat 2 pasien yang dinyatakan 98% positif ditemukan bakteri Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa. Klebsiella pneumonia adalah bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan yaitu penyakit pneumonia selain itu bekteri ini juga dapat menyebabkan meningitis, sedangkan Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang menyebabkan berbagai penyakit pada manusia, termasuk penyakit endokarditis, pneumonia dan meningitis, infeksi saluran kemih dapat juga disebabkan oleh bakteri ini (Jawetz dkk., 1996). Kedua bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif yang dapat dibunuh oleh antibiotik ampisilin, hal ini sesuai dengan standar WHO yang menyatakan bahwa ampisilin merupakan antibiotik yang dianjurkan untuk diberikan pada pasien diare anak yang terdapat bakteri pada kultur tinjanya. Metronidazole adalah antibiotik yang sangat efektif melawan bakteri anaerob dan bakteri gram negatif seperti Klebsiella (Tjay dan Rahardja,
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 272
2007) maka metronidazole dapat digunakan untuk membunuh bakteri Klebsiella pneumoniae yang terdapat pada tubuh pasien. Clindamisin memiliki khasiat bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit daripada makrolida, terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob. Bakteri aerob dan gram negatif seperti Pseudomonas, Legionella dan Klebsiella resisten terhadap clidamicin (Tjay dan Rahardja, 2007). Maka clindamicin kurang tepat jika diberikan pada pasien diare dengan bakteri Klebsiella pneumoniae dan Pseudomonas aeruginosa, karena clindamisin tidak efektif membunuh bakteri tersebut. Antiemetik yang digunakan pada terapi diare adalah domperidon. Domperidon adalah obat yang digunakan untuk mengobati mual dan muntah karena berbagai penyebab (Tjay dan Rahardja, 2007). Dalam hal ini domperidon digunakan untuk mengobati mual dan muntah yang terjadi karena efek dari diare, muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut (Nurwidati, 2010). Penggunaan antiemetik sebenarnya tidak untuk mengobati diare yang dialami pasien tetapi untuk menekan efek samping yang mungkin muncul dari penggunaan zink, dan antibiotik (Nurwidati, 2010). Selain itu domperidon juga memiliki efek samping yang kecil jika dibandingkan dengan antiemetik lainnya, sehingga domperidon dipilih sebagai terapi pengobatan mual dan muntah karena diare (Tjay dan Rahardja, 2007). Prebiotik adalah terapi pendukung yang sangat cocok untuk mengobati diare akut anak karena prebiotik sangat berguna untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh gangguan flora normal tubuh (McFarland dkk., 2006).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28 2
Prebiotik seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium dengan komponen bioaktif telah terbukti mampu mengontrol pertumbuhan bakteri yang ada di usus (Spruill and Wade, 2008). Prebiotik yang digunakan untuk terapi diare anak adalah Lacto-B yang mengandung Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus salivarius, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium lactis, Bifidobacterium longum, dan Lactococcus lactis. Prebiotik yang digunakan di RS Dr. Moewardi memiliki persentase yang cukup besar yaitu 29,1%, hal ini membuktikan bahwa penggunaan prebiotik merupakan pilihan utama untuk membantu pasien memulihkan flora normal tubuhnya (McFarland dkk., 2006). Vitamin yang mampu mengobati diare adalah Vitamin A dan Vitamin K (Ferdriyansyah dkk., 2010). Menurut penelitian defisiensi vitamin K terjadi karena berkurangnya flora normal tubuh dalam usus yang disebabkan oleh diare (Ferdiyansyah dkk., 2010). Vitamin K memiliki peran penting dalam tubuh yaitu dalam proses pembekuan darah, pada proses pembekuan darah terdapat serangkaian protein yang harus di aktifkan, beberapa protein tersebut hanya dapat di aktifkan oleh vitamin K (Melvira, 2008). Jika terjadi defisiensi seng maka akan menimbulkan gangguan dalam proses sintesis retinol binding protein (RBP), sehingga vitamin A akan banyak dalam hati dan rendah dalam sirkulasi darah, berakibat vitamin A tidak dapat berfungsi secara optimal. Hal ini akan berpengaruh pada sistem imun yang menyebabkan anak mudah terserang diare (Ferdiyansyah dkk., 2010).
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 229
Menurut Anonim (2011) vitamin D dan juga E bukan merupakan vitamin yang dapat digunakan untuk terapi diare karena kedua vitamin tersebut samasama memiliki efek samping diare, hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan tidak diberikannya vitamin D dan vitamin E pada terapi diare. Menurut Ferdiyansyah dkk (2010) pada prakteknya penggunaan vitamin D dan E pada pasien diare mungkin disebabkan karena pasien mengalami defisiensi vitamin tersebut. Analgetik dan antipiretik yang digunakan bersama dengan obat lainnya untuk mengobati diare adalah parasetamol. Parasetamol digunakan untuk mengatasi demam yang biasa terjadi pada diare akut (Pratiwi, 2010). Demam merupakan salah satu gejala diare yang timbul karena pada saat diare, metabolisme tubuh cenderung terganggu sehingga mengakibatkan suhu tubuh naik (Suraatmaja, 2007). Demam yang terjadi ada pula yang disebabkan oleh bakteri, meskipun hanya 5-10 persen disebabkan oleh bakteri (Eswati, 2010). Pada penelitian ini terdapat 5 pasien yang mengalami demam 1 diantaranya disebabkan oleh bakteri dan 4 diantaranya tidak disebabkan oleh bakteri. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, (2010) yang menyatakan bahwa parasetamol menjadi pilihan utama untuk mengobati demam yang menyertai diare akut. Tatalaksana terapi cairan bagi pasien diare anak di rumah sakit Dr. Moewardi salah satunya dengan menggunakan oralit. Pemberian oralit dilakukan pada pasien diare dengan dehidrasi sedang sampai berat. Oralit diberikan dengan frekuensi penggunan sebanyak 60 dengan dosis yang bervariasi disesuaikan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30 2
dengan keparahan diare mulai dari 70 ml sampai 100 ml per serangan diare. Oralit merupakan larutan dari campuran NaCl 3,5 gram, KCl 1,5, gram, natrium Sitrat 2,5 gram dan glukosa 20 gram dalam 1 liter air matang (Anonim, 2005). Penggunaan oralit untuk mengatasi dehidrasi yang dialami pasien. Cairan rehidrasi harus segera diberikan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang karena diare dan muntah-muntah. Cairan rehidrasi yang diberikan pada pasien diare anak adalah larutan karbohidrat dan elektrolit yang berupa D ¼ S serta resusitasi elektrolit yang berupa asering (Nurwidati, 2010). D ¼ S adalah larutan yang terdiri dari glukosa anhidrat 25 mg, dan Na klorida 1,125 mg dalam tiap 5 ml infus sedangkan asering adalah infus yang terdiri dari Na-klorida 3 gram, kalium klorida 0,15 gram, Na-asetat 2H2O 1,9 gram, Ca klorida 2H2O 0,1 gram tiap 500 ml infus (Nurwidati, 2010). Pada penelitian kali ini ditemukan terdapat 1 pasien yang diberikan asering dan 4 pasien yang diberikan D ¼ S. Asering merupakan larutan resusitasi elektrolit yang diberikan pada pasien diare yang menderita dehidrasi, sedangkan pemberian D ¼ S dilakukan untuk mengganti asupan karbohidrat dan elektrolit yang hilang pada penderita diare akut (Nurwidati, 2010). Larutan rehidrasi oral tidak menghentikan diare, tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama feses. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, dehidrasi dapat dihindarkan (Anonim, 2008). Cairan rehidrasi oral merupakan cara terbaik untuk mencegah maupun mengobati dehidrasi yang diderita karena kehilangan cairan saat diare Menurut WHO dan UNICEF, pemberian larutan rehidrasi oral harus dikombinasi dengan pemberian nutrisi yang tepat dan
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2 31
mengurangi konsumsi kalori dan protein sehingga memberikan efek yang sangat besar dalam mengurangi diare dan malnutrisi pada anak (Anonim, 2008). Selain itu menu makan sehat untuk anak perlu ditambahkan untuk membantu proses penyembuhan dan membantu mengembalikan kekebalan tubuh. Makanan yang diberikan pada anak dalam masa penyembuhan diare adalah makanan yang mudah ditelan, dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan seperti bubur dan tim, makanan yang mengandung pektin seperti pisang dan apel, wortel, apricot, kacang polong, dan kentang, dalam hal ini pektin membantu dalam proses penyerapan air. Untuk menggantikan cairan yang hilang dapat juga diberikan jus dari buah seperti melon. Sedangkan makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang berserat tinggi seperti mangga, makanan yang merangsang produksi gas seperti kubis, dan makanan pedas (Ngastiyah, 2005). Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan oralit memiliki persentase yang cukup besar yaitu sebanyak 23,9% yakni hampir semua pasien diberikan oralit. Dari data lab yang diperoleh maka dapat diketahui bahwa semua pasien yang mengalami diare akut dehidrasi ringan hingga berat kesemuanya mendapatkan terapi oralit, hal ini karena ketika dehidrasi terjadi maka pengeluaran air dan garam dari dalam tubuh lebih banyak daripada pemasukan air dan garam (Anonim, 2005), maka penderita diare harus segera ditolong dengan cairan agar dehidrasi yang dialami tidak semakin parah. Hal ini sesuai dengan standar WHO yang menyatakan bahwa oralit merupakan cairan yang baik untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang besama feses (Anonim, 2005). Begitu pula dengan asering dan D ¼ S yang mempunyai fungsi yang sama seperti oralit
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2 32
yaitu menggantikan cairan tubuh yang hilang (Nurwidati, 2010). Oralit diberikan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi yang dialami anak karena diare (Anonim, 2005). Asering diberikan pada pasien diare yang menderita dehidrasi mengganti elektrolit yang hilang, sedangkan Dextrose ¼ S digunakan untuk pengganti elektrolit Na+ dan Cl- serta membantu memenuhi kebutuhan kalori pada pasien dengan keadaan lemas (Nugroho, 2012). Dari hasil penelitian maka sudah sesuai bahwa seorang pasien yang tidak mendapatkan oralit diberikan asering untuk mengobati ataupun mengatasi dehidrasi yang dialami pasien, karena baik oralit maupun asering sama-sama memiliki fungsi untuk menggantikan cairan tubuh. 2. Tepat Dosis Penelitian ini melibatkan evaluasi dosis obat yang diberikan kepada subyek penelitian,
sebab
ketepatan
dosis
obat
sangat
berpengaruh
terhadap
keberlangsungan terapi dan kesembuhan subyek penelitian. Parameter ketepatan dosis lebih ditekankan pada ketepatan dosis berdasarkan takaran dan frekuensi kemudian dibandingkan dengan standar pengobatan yang ada. Ketepatan dosis pada pasien diare anak dapat dilihat dalam tabel IV.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33 2
Tabel IV. Ketepatan dosis Terapi Diare
Dosis
Golongan, Jenis dan Nama Obat
Standar Dosis No. yang Dosis sesuai pemberian digunakan standar Obat Vitamin dan Mineral 1 x 20 mg (usia 6 1 x 20 Anonim 1 Zink bulan mg tahun 2005 keatas) 1 x 20 mg (usia 6 ½ tablet Anonim bulan x 20 mg tahun 2005 kebawah) Obat Antibiotik 200 mg/6 jam 100 mg/ Anonim 1 Ampisilin (usia 9,5 6 jam tahun 2008 bulan) 100 mg/ 8 100-200 jam Anonim 2 Metronidazol mg/8 (usia 3 tahun 2008 jam tahun) Obat Antiemetik 0,20,4/kg 3 x 1,5 mg Anonim 1 Domperidon BB (BB 7,4) tahun 2010 sehari
Keterangan
Untuk anak usia 6 bulan keatas
Kesesuaian Standar
Tepat
Untuk anak berusia 6 bulan kebawah
Kurang Tepat
Untuk anak berusia 3 bulan - 12 tahun
Kurang Tepat
Untuk anak berusia 1-3 tahun
Tepat
Kurang Tepat
Obat Analgetik Antipiretik 1 parParasetamol
1 x 250 mg
1 x 250 mg
Anonim tahun 2010
Tepat
50.000 IU 1x2 mg
Anonim tahun 2008
Kurang Tepat Kurang Tepat
Vitamin 1
Vitamin A
2
Vitamin K
1 x 10.000 IU 1 x 2,5 mg (usia 5 bulan)
Anonim tahun 2008
usia 1 tahun kebawah
Terapi Cairan
1
Oralit
70 ml 120 ml tiap kali BAB (usia 2 tahun kebawah) 100 ml tiap kali BAB (usia 2 tahun ke
50 ml 100 ml tiap kali BAB 100 ml 200 ml tiap kali
Tepat Anonim tahun 2005
usia 2 tahun kebawah
Anonim tahun 2005
usia 2 tahun ke atas
commit to user 1
Tepat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 234
Tabel IV. Lanjutan .....
2
3
Asering
D¼S
atas) 300 ml (usia 1 tahun ke bawah) 300 ml (usia 1 tahun ke bawah)
BAB 300 ml
Anonim tahun 2008
300 ml
Anonim tahun 2008
2x1 sachet
Anonim tahun 2010
2x1 sachet
Anonim tahun 2010
3x1 sachet
Anonim tahun 2010
Tepat
Tepat
Obat Lain
1
Prebiotik
2x1 sachet (usia 1 tahun kurang) 1x1 sachet (usia 1 tahun kurang) 2x1 sachet (usia 1 tahun ke atas)
Tepat
Kurang Tepat
Kurang Tepat
Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa pengobatan diare anak sebagian besar sudah tepat dosis. Namun, masih ada beberapa obat yang tidak sesuai dengan dosis standar separti pemberian zink untuk anak di bawah 6 bulan yang melebihi dari dosis standar yang ditetapkan oleh WHO. Ampisilin yang diberikan untuk anak yang berusia 9,5 bulan melewati batas dosis yang ditentukan oleh IONI, begitu pula dengan domperidon dan vitamin K yang melebihi dosis yang telah ditetapkan. Dari data yang diperoleh di atas maka perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap ampisilin, domperidon, vitamin K, dan pemberian zink untuk anak yang berusia kurang dari 1 tahun. Sedangkan dosis zink untuk anak berusia 1 tahun ke atas, metronidazol, oralit, asering dan D ¼ S sudah sesuai dengan dosis yang ditetapkan standar.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35 2
Namun, terjadi subdosis pada pemberian prebiotik untuk anak berusia kurang dari 1 tahun yang hanya diberikan 1 x 1 sachet saja, yang seharusnya diberikan 2 x 1 sachet. Hal ini perlu pengkajian ulang juga agar pasien mendapatkan terapi yang optimal, sehingga dapat segera sembuh.
C. Keterbatasan penelitian Hasil penelitian dibatasi dengan rekam medik yang kurang lengkap kultur feses dan tingkat dehidrasi masih kurang spesifik. Penelitian ini walaupun mengambil data dari catatan kartu rekam medis secara prospektif, tetapi peneliti tidak mengetahui kondisi pasien yang sebenarnya, karena tidak diperbolehkan mengunjungi pasien.
commit to user 1