BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Latar Belakang dan Sejarah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu objek wisata yang memiliki misi dalam memperkenalkan Indonesia secara utuh, yaitu mencakup berbagai aspek baik seni, budaya, penduduk, sosial, ekonomi, maupun kekayaan sumber daya hayati khususnya flora dan fauna yang ragamnya sangat melimpah. Kehadiran Taman Burung TMII sebagai bagian intergral dari TMII yang menyajikan keanekaragaman sumber daya hayati, terutama satwa burung, sangat relevan dengan misi utama TMII untuk memperkenalkan Indonesia secara lebih utuh. Banyaknya orang Indonesia yang belum mengetahui secara jelas mengenai kekayaan jenis-jenis burung yang menghuni kawasan Nusantara menyebabkan populasi burung Indonesia kian hari kian mendapat tekanan yang semakin berat baik karena kegiatan perburuan maupun penyusutan habitat akibat kerusakan lingkungan alaminya. Hal tersebutlah yang mendasari pemikiran dalam penggagasan terciptanya taman satwa khusus burung ini. Pada awalnya Taman Burung TMII yang merupakan gagasan besar dari Almarhumah Ibu Siti Hartinah Soeharto hanya memiliki satu kubah yang diresmikan pada tanggal 19 Agustus 1976 oleh mantan Presiden Republik Indonesia, Almarhum Bapak Soeharto. Beberapa tahun kemudian dilakukan pengembangan area Taman Burung TMII baik perluasan lahan maupun konsepsinya. Hasil pengembangan yang telah meningkatkan luasan kawasannya dari sekitar 6.000 m2 menjadi 6 ha dan menambah jumlah kubah dari hanya satu menjadi sembilan kubah diresmikan pada tanggal 27 April 1987. Selanjutnya, lokasi Taman Burung TMII lama diresmikan sebagai Taman Konservasi Nusantara pada tahun 2010 sebagai bagian dari Taman Burung TMII yang juga menampilkan koleksi berbagai jenis burung dari Indonesia. Selama beberapa puluh tahun berdiri, Taman Burung TMII yang telah banyak melalui masa-masa kejayaan juga tidak lepas dari masa-masa sulit yang dampaknya masih dapat dirasakan hingga saat ini. Isu merebaknya flu burung pada tahun 2008 telah menjadi perjalanan paling berat bagi Taman Burung TMII.
21 Hal ini telah menyebabkan terjadinya penurunan pengunjung yang sangat drastis
walaupun burung-burung yang dipelihara di taman satwa burung ini terbukti tidak terinfeksi virus tersebut. Akibatnya, Taman Burung TMII mengalami kesulitan dana sehingga kondisinya sempat jatuh dengan berkurangnya tenaga kerja, tidak terawatnya beberapa fasilitas, kondisi taman yang menurun, dan juga berkurangnya jumlah koleksi burung yang ada. Atas dasar berbagai pertimbangan serta kondisi yang dialaminya tersebut, Taman Burung TMII yang tadinya berdiri sendiri kemudian memutuskan untuk ikut bergabung dan berada di bawah pengelolaan TMII, yaitu Yayasan Harapan Kita. Setelah penggabungan, TMII menugaskan Taman Burung TMII untuk ikut mengelola Taman Ayam Hias Nusantara TMII yang memiliki sejarah hampir sama dengan Taman Burung TMII, yaitu dalam membantu kegiatan administrasi seperti penyusunan anggaran biaya dan pengajuan kebutuhan pemeliharaan. Kini Taman Burung TMII sedang membangun kembali untuk menjadi wahana wisata dan rekreasi yang menarik bagi pengunjung serta tetap hadir sebagai wahana pelestarian berbagai jenis burung di Indonesia sebagaimana Keputusan Menteri No. 172/Kpts-II/2001 jo. Sk.229/Menhut-II/2010 mengenai pemberian izin Lembaga Konservasi untuk Taman Satwa Khusus kepada TMII. Taman Burung TMII sebagai wahana konservasi ex-situ dan wahana rekreasi memiliki tugas serta fungsi pokok yang cukup kompleks untuk mewujudkan konsep taman satwa khusus modern, yaitu sebagai berikut:
a. sebagai sarana wisata, dengan misi khusus mengenalkan keanekaragaman burung kepada masyarakat Indonesia dan wisatawan mancanegara; b. sebagai wahana pelestarian, khususnya pelestarian ex-situ berbagai jenis burung, terutama jenis-jenis asli Indonesia melalui program pengelolaan koleksi dan penangkaran serta pengembangan koleksi tumbuhan; c. sebagai sarana penelitian, baik yang menyangkut kegiatan penelitian di laboratorium maupun kegiatan pengamatan di lapangan (kubah-kubah) yang dilakukan oleh staf Taman Burung atau oleh peneliti dari luar; d. sebagai sarana pendidikan, baik yang menyangkut pendidikan biologi dasar mengenai satwa burung atau tumbuhannya maupun pemahaman mengenai lingkungan dan ekosistemnya (Prana et al., 1997).
22
4.1.2 Lokasi dan Aksesibilitas Taman Burung TMII berlokasi di dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang berada di bawah daerah administrasi 4 kelurahan dan 3 kecamatan, yaitu Kelurahan Bambu Apus dan Ceger di Kecamatan Cipayung, Kelurahan Kampung Dukuh di Kecamatan Kramat Jati, dan Kelurahan Pinang Ranti di Kecamatan Kampung Makasar, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Secara geografis, Taman Burung TMII terletak di antara 6° - 7° LS dan 10° - 108° BT. Letak Taman Burung TMII berada di area paling timur TMII, yaitu berbatasan dengan Pintu 4 TMII (kompleks padepokan TMII), sebelah utara berbatasan dengan pemukiman penduduk kelurahan Lubang Buaya, sebelah barat berbatasan dengan rumah anjungan Sulawesi Tengah, dan sebelah selatan berbatasan dengan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Lokasi TMII berada kurang lebih 25 km dari Tugu Monas atau pusat Kota Jakarta, 5 km dari Lapangan Terbang Halim Perdana Kusuma, dan 200 meter dari Tol Jagorawi. Bagi pengunjung dari arah Jakarta ataupun daerah lainnya yang menggunakan kendaraan umum, cukup banyak angkutan umum yang dapat digunakan untuk sampai ke kawasan TMII dari beberapa terminal di Jakarta. Terminal terdekat dari TMII adalah Kampung Rambutan dengan waktu tempuh sekitar 15 menit. Akses terdekat ke Taman Burung TMII adalah melalui Pintu 4 TMII, sedangkan akses dari Pintu 1, 2 dan 3 TMII cukup jauh, yaitu sekitar 2 km (Gambar 6). Walaupun jaraknya cukup jauh dari pintu utama, aksesnya cukup mudah karena hanya dengan mengikuti jalur utama TMII yang memiliki sistem satu arah akan ditemui lokasi Taman Burung TMII.
Gambar 6. Akses Menuju Taman Burung TMII
23
Untuk menunjukkan keberadaan Taman Burung TMII, pengelola membuat
berbagai ornamen di luar areanya. Ornamen-ornamen tersebut berupa patung (Gambar 7a), ukiran burung, papan-papan berbentuk dan bergambar burung (Gambar 7b), serta signage untuk Taman Konservasi Nusantara (TKN) (Gambar 7c) dan Taman Burung (TB) TMII (Gambar 7d) untuk menunjukkan kepada pengunjung bahwa mereka berada di kawasan Taman Burung TMII.
(a) Patung
(b) Ornamen papan
(c) Signage TKN (d) Signage TB
Gambar 7. Ornamen Taman Burung TMII
4.1.3 Topografi dan Jenis Tanah Topografi TMII secara keseluruhan adalah berombak dari barat ke timur. Bagian yang tinggi merupakan tanah darat bekas area perkebunan karet dan permukiman, sedangkan daerah yang rendah merupakan tanah persawahan tadah hujan. Taman Burung TMII berada pada bagian daerah tinggi yang merupakan tanah darat bekas pemukiman dengan ketinggian sekitar 40-50 mdpl. Kondisi topografi Taman Burung TMII pada awalnya adalah datar, tetapi dalam pembangunannya dilakukan rekayasa kontur dengan melakukan cut dan fill pada beberapa bagian (Lampiran 4). Secara keseluruhan kawasan TMII memiliki jenis tanah latosol coklat hingga kemerahan dengan bahan induk tufa vulkan intermediet. Tanah ini memiliki struktur remah dan drainase yang bagus 4.1.4 Iklim Menurut Yayasan Harapan Kita (1975), kawasan TMII digolongkan ke dalam kawasan yang beriklim tropis lembab. Kondisi iklim daerah TMII berdasarkan data yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, tahun 2011 ditunjukkan pada grafik yang dapat dilihat pada Gambar 8.
24
Desember
Oktober
8
4 4.4
3.9
2.7 3.3 3.7
Desember
Kecepatan Angin (knot)
November
Oktober
Agustus
September
Juli
0.4 Juni
4.3
Mei
10 8 6 4.7 4.2 4 2 0
November
September
Agustus
Juni
Juli
Mei
April
Maret
Januari
257.7 110 73
Curah Hujan (mm)
5.8
April
Agustus September Oktober November Desember
Juni Juli
April Mei
Januari Febuari Maret
Maret
85 80 82 81 77 78 77 76 79 77 78 80 75 70 71 70 65 60 Kelembaban (%)
Febuari
Desember
November
Oktober
September
Agustus
Juni
Juli
Mei
April
Suhu Udara (°C)
27.9 28
Maret
Januari
Januari
28
27.5 27.7 27.5 27.6 27.3 27.5 26.8 26.7
700 614 600 500 400 227 300 200 130 97.372.6 48 12.3 0 9.7 100 0
Febuari
30.7
Febuari
31 30 29 28 27 26 25 24
Gambar 8. Grafik Data Iklim Rata-Rata Kawasan TMII Tahun 2011
4.1.5 Vegetasi dan Satwa Vegetasi yang berada di Taman Burung TMII merupakan tanaman koleksi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data dalam daftar koleksi tanaman Taman Burung TMII Desember 2011 (Lampiran 3), Taman Burung TMII memiliki sekitar 243 jenis tanaman yang terdiri dari rumput, tanaman penutup tanah (ground cover), semak, perdu, tanaman merambat, dan pohon. Satwa yang berada di Taman Burung TMII terdiri dari satwa yang dipelihara dan satwa yang hidup bebas atau liar. Selain burung yang dipelihara sebagai satwa koleksi, terdapat pula satwa yang dipelihara untuk kebutuhan pakan burung, yaitu ikan, tikus putih, dan ulat. Taman Burung TMII juga menjadi tempat bermain dan tinggalnya burung-burung liar dan satwa-satwa liar lainnya seperti musang, tikus, ular, kucing, lebah, dan serangga. 4.1.6 Aspek Sosial 4.1.6.1 Pengunjung Pengunjung Taman Burung TMII berasal dari berbagai daerah baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain untuk berekreasi, banyak pula pengunjung yang memanfaatkan Taman Burung TMII untuk pendidikan dan
25
penelitian yang biasanya dilakukan oleh para pelajar dan wisatawan asing.
Rentang usia pengunjung yang datang mulai dari anak-anak hingga lansia baik perorangan maupun berkelompok atau rombongan. Pengunjung yang datang sebagai rombongan biasanya merupakan rombongan anak-anak sekolah mulai dari tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD/playgroup, taman kanak- kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan kunjungan dari mahasiswa dari berbagai universitas. Selain rombongan dari pelajar, rombongan pengunjung juga berasal dari berbagai perusahaan maupun rombongan dari kelompok masyarakat tertentu. Waktu kunjungan pada kawasan Taman Burung TMII ini adalah Senin sampai Jumat pada pukul 08.00 WIB sampai 17.00 WIB, sedangkan Sabtu dan Minggu mulai pukul 08.00 WIB sampai 17.30 WIB. Berdasarkan data yang tercatat dalam Prana et al. (1997), pada tahun-tahun pertama Taman Burung TMII baru diresmikan (1987-1992) jumlah pengunjungnya sekitar 300.000-400.000 orang per tahun. Pada tahun 2008 saat merebaknya isu flu burung, pengunjung yang datang menurun drastis hingga per tahun hanya sekitar 30.000-50.000 orang. Kini Taman Burung kembali berkembang dengan meningkatnya kembali jumlah pengunjung, yaitu mencapai 151.295 orang pada tahun 2011 (Tabel 7) dan target pengelola untuk kunjungan tahun 2012 ini adalah 161.615 orang. Setiap tahunnya, jumlah kunjungan paling banyak terjadi sekitar bulan Juni, Juli, September dan Desember, yaitu pada saat liburan sekolah, libur Hari Raya Idul Fitri, dan liburan akhir tahun.
Tabel 7. Data Jumlah Pengunjung Taman Burung TMII Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Total
Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Jumlah 13,083 9,333 9,696 10,456 10,470 16,656 17,222 7,308 19,163 10,905 9,634 17,369 151,295
Persentase (%) 8,65 6,17 6,41 6,91 6,92 11,00 11,38 4,83 12,66 7,21 6,37 11,48 100
Sumber: Komunikasi Pribadi dengan Pengelola Taman Burung TMII (2012)
26
4.1.6.2 Tenaga Kerja Sebagian besar tenaga kerja TMII termasuk Taman Burung TMII merupakan penduduk yang tinggal di kelurahan sekitar TMII. Latar belakang pendidikan tenaga kerja Taman Burung TMII terdiri atas 3 orang lulusan S1 termasuk 1 orang dokter hewan, 2 orang lulusan D3, 22 orang lulusan SMA/SMK, 4 orang lulusan SMP, dan 11 orang lulusan SD. Manajer, pegawai bagian kantor, dan pegawai yang berurusan dengan kesehatan burung adalah tenaga kerja yang minimal memiliki latar belakang lulusan SMA/SMK dan pegawai yang bekerja di lapang umumnya masih lulusan SD dan SMP. Semua pegawai yang ada di Taman Burung TMII merupakan pegawai tetap yang berstatus karyawan TMII dengan jumlah 42 orang. 4.2 Konsep Pengembangan Lanskap Taman Burung TMII 4.2.1 Konsep Desain Pengembangan lanskap Taman Burung TMII menggunakan konsep yang berlandaskan pada konsep garis Wallace, yaitu suatu garis khayal yang membagi kawasan Indonesia menjadi dua paparan zoogeografi, yaitu paparan Indonesia sebelah Timur (Sulawesi, Maluku, Irian, NTB, dan NTT) dan paparan Indonesia sebelah Barat (Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan pulau-pulau lain di sekitarnya). Penggunaan konsep garis Wallace ini digunakan untuk menunjukkan perbedaan pola penyebaran binatang khususnya burung. Konsep tersebut kemudian digunakan pula dalam rencana desain pengembangan Taman Burung TMII. Secara keseluruhan rencana desain lanskap Taman Burung TMII dibuat oleh pihak konsultan building and landsacpe PT. EXOTICA. Pada Site plan Taman Burung TMII (Lampiran 6) tampak terbaginya kawasan menjadi dua zona utama, yaitu zona bagian barat dan zona bagian timur yang menjadi area dibangunnya dua kelompok kubah sebagai sarana peragaan burung. Dua kelompok kubah tersebut dipisahkan oleh suatu celah yang menggambarkan adanya selat bayangan (garis Wallace) yang ditunjukkan dengan dibuatnya kolam sempit memanjang dari sisi utara ke selatan. Untuk mendukung konsep filosofi dari perancangan Taman Burung TMII, dibangun Monumen Wallace dan Gua Bantimurung Mini yang menjadi bangunan khas Taman Burung TMII selain kubahnya. Penampilan koleksi burungnya yang beragam, kicauannya yang memikat, serta didukung oleh
27 tatanan kawasan yang bernuansa alami dapat memberikan kesan khusus dan
mendalam bagi pengunjungnya. Kondisi saat ini kawasan Taman Burung TMII dapat dilihat pada Lampiran 7. 4.2.2 Konsep Tata Ruang Pada penataan ruangnya (Gambar 9), Taman Burung TMII terbagi atas empat area, yaitu area penerimaan, area informasi, area peragaan satwa, dan area pelayanan. Pembagian dan penempatan areanya sangat mempertimbangkan kebutuhannya, baik kebutuhan pengunjung ataupun pengelola.
Gambar 9. Zona Tata Ruang Taman Burung TMII
Berikut ini dijelaskan penggunaan ruang di area Taman Burung TMII. a. Area Penerimaan Pada area ini disediakan loket beserta pintu gerbang sebagai akses pengunjung untuk masuk ke area Taman Burung TMII. Tersedia pula area parkir yang terbagi atas area pelataran parkir selasar, parkir kecil, dan taman parkir besar. Area taman parkir besar dibangun untuk menampung kurang lebih 250 kendaraan dan di dalamnya terdapat area lawn yang dapat digunakan untuk kegiatan lomba burung atau kegiatan lomba lainnya. b. Area Informasi Pada area ini terdapat kantor, toko souvenir, restoran, toilet, dan fasilitas- fasilitas yang dapat memberikan berbagai informasi
untuk pengunjung, yaitu
selasar galeri, museum, perpustakaan, dan auditorium. Fasilitas pengunjung tersebut dibangun untuk menunjang misi Taman Burung TMII di bidang pendidikan dalam menambah pengetahuan para pengunjung tentang berbagai
28
macam hal yang berkaitan dengan burung. Selasar merupakan area tempat
terdapat sederetan informasi mengenai burung yang dipaparkan dalam bentuk gambar atau lukisan dengan keterangan singkat. Museum Taman Burung TMII dibuat berupa pameran kegiatan mengenai berbagai hal tentang burung yang ditampilkan dalam suatu diorama dan letaknya berada di dalam satu ruang yang sama dengan perpustakaan. Auditorium Taman Burung TMII yang dapat memuat kurang lebih 100 orang digunakan untuk pertunjukkan film yang berhubungan dengan burung dan berbagai kegiatan presentasi atau pertemuan. Fasilitas-fasilitas tersebut saat ini belum dapat digunakan lagi sesuai fungsinya semula karena beberapa barang dan alat yang ada di dalamnya mengalami keausan dan belum sempat dilakukan perbaikan. Keterbatasan dana menyebabkan kegiatan perbaikan pada fasilitas atau sarana di Taman Burung TMII dilakukan dengan sangat selektif dan melihat urgensi-nya. Fasilitas-fasilitas ini sebaiknya menjadi salah satu yang diprioritaskan dalam kegiatan perbaikan karena fungsinya sangat berarti untuk mendukung misi Taman Burung TMII di bidang pendidikan. c. Area Peragaan Koleksi Area peragaan koleksi adalah area yang digunakan untuk menampilkan berbagai koleksi yang dimiliki Taman Burung TMII. Pada area ini juga dilengkapi dengan toilet, wastafel yang dapat digunakan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum keluar dari area Taman Burung TMII, dan kantin untuk memenuhi kebutuhan pengunjung saat berekreasi di dalamnya. Taman Burung TMII memiliki koleksi burung sebagai objek utama dan koleksi tanaman untuk mendukung kelangsungan hidup burungnya. 1. Koleksi Burung Konsep peragaan atau penataan koleksi burung menggunakan tema peragaan menurut daerah asal/zoobiography. Contohnya, burung enggang musim (Rhyticeros undulates), jalak bali (Leucopsar rothschildi), dan merak hijau (Pavo muticus) dari paparan Indonesia Barat ditempatkan pada kelompok kubah barat, sedangkan burung nuri ternate (Lorius garrulous), kakatua raja (Prosbosciger aterrimus), dan cendrawasih kuning kecil (Paradisaea minor) dari paparan Indonesia Timur ditempatkan pada kelompok kubah timur. Daftar koleksi satwa Taman Burung TMII hingga bulan Maret 2012 dapat dilihat pada Lampiran 4.
29
Pemeliharaan koleksi burung dalam Taman Burung TMII ditempatkan dalam tiga bagian: a) burung dalam kandang, yaitu burung yang bersifat agresif/ predator serta burung langka yang memerlukan perawatan khusus seperti cendrawasih kuning kecil (Paradisaea minor) dan elang jawa (Spizaetus bartelsii); b) burung dalam kubah, yaitu burung yang cukup jinak dan menarik seperti yang memiliki warna serta bulu yang indah, senang berkicau, dan atraktif seperti kutilang sutera (Phynonotus atriceps) dan cucak biru (Irena puella); c) burung di luar kubah/bebas, yaitu jenis burung air seperti pelikan (Pelecanus conspicilatus), angsa hitam (Cygnus atratus), dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) yang memanfaatkan kolam Wallace sebagai habitatnya. Dalam hal konservasi, Taman Burung TMII telah berhasil menangkarkan berbagai jenis burung langka dan meningkatkan jumlah koleksi burung. Selain kegiatan penangkaran, dilakukan juga upaya memicu/merangsang burung untuk berkembangbiak secara wajar atau alami. Oleh karena itu, pada area taman dibuat tempat bersarang untuk burung berupa rumah-rumah burung (Gambar 10a) atau pun kotak-kotak sarang yang digantung pada dahan-dahan pohon (Gambar 10b).
(a) Rumah burung
(b) Kotak sarang burung
Gambar 10. Rumah Burung untuk Bersarang
2. Koleksi Tanaman Hampir semua tumbuhan yang ditanam sebagai koleksi di Taman Burung TMII dipilih yang asli Indonesia, mulai langka seperti buni (Antidesma bunius), kepel (Stelechocarpus burahol), dan rukem (Flacourtia rukam), dan disenangi burung, yaitu jenis-jenis pohon dengan tajuk besar yang memiliki percabangan banyak untuk tempat burung berteduh dan bersarang, serta yang memiliki buah atau biji yang banyak disukai oleh burung seperti salam (Syzigium polyanthum),
30
podokarpus (Podocarpus neriifolius) (Gambar 11a), lobi-lobi (Flacoutia enermis) (Gambar 11b), sawo kecik (Manilkara kauki), gondang (Ficus variegata) (Gambar 11c), palem seledri (Caryota mitis) (Gambar 11d), dan jeruk kingkit (Triphasia trifolia) (Gambar 11e).
(a) Podokarpus (b) Lobi-lobi
(c) Gondang (d) Palem seledri (e) Jeruk kingkit
Gambar 11. Koleksi Tanaman di Area Taman Burung TMII
Penanaman jenis-jenis tanaman disesuaikan dengan penyebarannya, sebagai contoh buni (Antidesma bunius), bisbul (Diospyros philippensis), dan salam (Syzigium polyanthum) berasal dari Indonesia Barat, sedangkan matoa (Pometia pinnata), gandaria (Bouea macrophylla), dan palakium (Palaqium sp.) dari Indonesia Timur. Untuk menciptakan suasana indah dan meriah, tanaman hias dari berbagai asal ditata pula di taman ini seperti bunga kincir merah (Congea velutina), alamanda (Allamanda cathortica), dan kembang kertas (Bougenvillea sp.). Pada area sangkar jenis burung pemakan daging atau ikan yang menimbulkan bau amis ditanami tanaman aromatik seperti kemuning (Murraya paniculata), kacapiring (Gardenia jasminoides), dan melati (Jasminum sambac) sebagai upaya untuk mengurangi bau tersebut. Kini terdapat beberapa tanaman yang ditanam tidak sesuai dengan konsep karena ketidaktahuan pegawai yang menanamnya. Walaupun tanaman yang ada di Taman Burung TMII tidak semuanya ditanam sesuai dengan konsep (penanaman tanaman untuk keperluan taman dalam sangkar), khusus untuk pohon koleksi sebaiknya konsep penanamannya tetap
dipertahankan. Selain dengan
mengeluarkan aturan tentang penanaman vegetasi yang sesuai konsep, ada baiknya melakukan pembinaan kepada para pegawai mengenai konsep serta pentingnya penataan tanaman di kawasan Taman Burung TMII agar mereka dapat
31 menjaga serta memelihara seluruh koleksi tanaman yang dimiliki Taman Burung
TMII dengan lebih baik. d. Area Pelayanan Area ini ditempatkan di bagian belakang agar tidak mengganggu atau terganggu oleh aktivitas pengunjung. Pada area pelayanan terdapat berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan pengelolaan. Terdapat fasilitas kesehatan satwa, yaitu laboratorium mini, penangkaran, karantina, dan gudang pakan serta fasilitas untuk kebutuhan karyawan, yaitu bengkel, gudang alat, asrama, serta musala untuk karyawan dan pengunjung. Selain itu, terdapat kebun salak sebagai salah satu tanaman koleksi dan pohon pepaya untuk membantu ketersediaan pakan burung serta terdapat kebun pembibitan tanaman untuk kebutuhan penyulaman tanaman dan dekorasi dalam kegiatan-kegiatan Taman Burung TMII baik di outdoor (Gambar 12a) maupun di indoor (Gambar 12b).
(a) Dekorasi outdoor
(b) Dekorasi indoor
Gambar 12. Dekorasi Taman pada Kegiatan Taman Burung TMII
4.2.3 Konsep Bangunan Kubah Bangunan utama Taman Burung TMII adalah sangkar-sangkar yang berbentuk kubah raksasa yang di dalamnya terdapat berbagai koleksi burung dan tumbuhan. Kubah raksasa pada area Taman Konservasi Nusantara memiliki tinggi 17 m dan diameter 54 m. Area Taman Burung TMII terbagi dua kawasan, yaitu kawasan barat dengan rangkaian 4 buah kubah raksasa dan kawasan timur dengan 5 rangkaian kubah raksasa. Kubah terbesar berukuran garis tengah 68 m dan tingginya 30 m, sedangkan yang terkecil bergaris tengah 20 m dan tingginya 9 m (Prana et al.,1997). Bentuk kubah dipilih untuk sangkar berukuran raksasa agar memudahkan gerak terbang burung yang berpola lengkung linear (Gambar 13a). Selain itu,
32 sangkar yang besar ini memberikan rasa nyaman bagi pengunjung dan rasa aman
bagi satwa. Dari segi konstruksi, struktur kubah adalah paling kaku dan dapat menahan beban maksimum jika dibandingkan dengan bentuk segi empat, segi panjang, dan lain-lain yang umum digunakan untuk bentuk sangkar. Dengan menggabungkan beberapa kubah menjadi satu, ruang gerak burung menjadi leluasa. Sangkar-sangkar kecil juga dibuat di luar kubah untuk menampung burung koleksi yang dimiliki Taman Burung TMII dengan bentuk sangkar yang umumnya juga menyerupai kubah (Gambar 13b).
(a) Sangkar besar
(b) Sangkar kecil
Gambar 13. Sangkar-Sangkar di Taman Burung TMII
Konstruksi kubah berupa konstruksi kulit yang bentuk dasarnya segitiga. Segi-segi tiga tersebut dirangkaikan dalam suatu komposisi dengan rumusan yang tepat sehingga menghasilkan kehalusan bentuk bola yang dikehendaki. Konstruksi rangka kulit bola kubah di TMII ini dibangun dengan sistem konstruksi polyhedral icosahedron, yang mudah digabungkan menjadi kubah berkelompok dengan bahan dasar kerangka kubahnya berupa pipa dan baja yang diawetkan dengan cara galvanisasi (Taman Burung TMII, 1987). 4.2.4 Konsep Tata Hijau Konsep tata hijau Taman Burung TMI adalah taman yang memberikan kenyamanan untuk pengunjung dan satwa burung yang ada di dalamnya. Tata hijau yang direfleksikan dengan keberadaan taman dalam kawasan Taman Burung TMII ini merupakan hal penting yang dapat menunjang keberhasilan sebuah taman satwa dalam meningkatkan apresiasi dan antusias para pengunjung. Taman
33 yang ada di Taman Burung TMII terbagi atas taman di dalam kubah dan taman di
luar kubah. a. Taman di Dalam Kubah Taman di dalam kubah dirancang sealami mungkin dengan ditanami berbagai jenis tumbuhan baik pohon maupun semak (Gambar 14a) yang dilengkapi kolam serta air terjun untuk memperkuat kesan suasana alami (Gambar 14b). Di dalam kubah ini pengunjung dapat melihat tingkah laku burung (Gambar 14c) dan mendengarkan kicauannya yang bersautan. Tegakan pepohonan dan kanopinya akan menimbulkan kesan hutan yag teduh dan nyaman serta menjadi tempat burung-burung beraktivitas baik membuat sarang, berteduh, maupun mencari makan. Taman yang dibuat dalam kubah ini juga digunakan untuk memberikan jarak yang cukup untuk membatasi pengunjung agar burung tidak mudah diganggu. Taman yang dibuat di dalam sangkar juga dibuat sealami mungkin dengan menggunakan unsur bebatuan atau unsur tumbuhan (pepohonan rendah, semak, perdu, ataupun penggunaan pohon mati dan batang pohon) yang jenisnya sama atau mirip dengan di habitat aslinya.
(a) Vegetasi dalam kubah
(b) Kolam dalam kubah
(c) Burung dalam taman kubah
Gambar 14. Taman di Dalam Kubah
34
b. Taman di Luar Kubah
Taman di luar kubah adalah taman yang berada di area sekitar kolam Wallace. Berbeda dengan taman di dalam kubah. Taman di area ini dibuat lebih semarak dengan ditanaminya berbagai tanaman hias yang dibentuk dengan pola- pola organik (Gambar 15a) dan biasanya ditanam berkelompok-kelompok di tepi jalur sirkulasi pengunjung dan di tepi luar kubah (Gambar 15b).
(a) Taman dengan pola organik
(b) Pola semak yang berkelompok
Gambar 15. Taman di Luar Kubah
4.2.5 Konsep Sirkulasi Taman Burung TMII memiliki satu pintu gerbang utama untuk masuk, satu pintu gerbang untuk keluar para tamu, dan satu pintu gerbang khusus untuk kendaraan yang memiliki kepentingan untuk masuk ke Taman Burung TMII. Sirkulasi di dalam Taman Burung TMII memiliki sistem kurva linear yang merupakan gabungan dari pola garis lurus dan garis lengkung yang memanfaatkan topografi sehingga pemandangan jalan menjadi lebih menarik karena bervariasi. Konsep pola sirkulasinya adalah loop. Walaupun akses pintu keluar dan masuknya berbeda, arah sirkulasinya tetap kembali ke jalan kolektornya. Sirkulasi bagi pengunjung yang berbentuk jalan setapak dibuat aman dan nyaman dengan menghindari banyak tangga dan dirancang untuk memberikan layanan bagi orang cacat. Sirkulasi yang terdapat di kawasan Taman Burung TMII terdiri atas sirkulasi primer (jalan utama di dalam taman), sirkulasi sekunder (jalan di area pelayanan yang dapat dilalui oleh mobil dan sepeda motor), dan sirkulasi tersier (jalan setapak di dalam taman yang digunakan oleh pekerja di lapang ketika bertugas) (Gambar 16). Sirkulasi utama di dalam taman hanya untuk pejalan kaki,
35
sedangkan kendaraan seperti sepeda motor tidak boleh masuk ke dalam area taman karena bunyi dari kendaraan dapat mengganggu kenyamanan burung dan para pengunjung.
Gambar 16. Jalur Sirkulasi Taman Burung TMII
4.2.6 Konsep Hidrologi Taman Burung TMII termasuk Taman Konservasi Nusantara menggunakan sumur sebagai sumber air untuk kebutuhan pemeliharaan dan kebutuhan fasilitas seperti kamar mandi dan wastafel. Terdapat tiga sumur di area Taman Burung TMII dan dua sumur di area Taman Konservasi Nusantara. Pada setiap area, sumur penampung digunakan untuk keperluan kegiatan pemeliharaan. Penggunaan air di Taman Burung TMII tidak hanya menggunakan air bersih, tetapi menggunakan pula air kotor (bukan dari sumur), yaitu berasal dari air yang diputar (dipompa) dari kolam. Untuk memaksimalkan penggunaan air, Taman Burung TMII memiliki konsep dalam aliran pendistribusian airnya (Gambar 17). Seluruh air dari area kubah (barat dan timur) akan terbuang ke kolam Wallace dan digunakan kembali untuk kebutuhan kegiatan pemeliharaan taman. Di dalam Monumen Wallace, terdapat pompa yang digunakan untuk air mancur dan memompa air di kolam Wallace ke seluruh kran di area taman untuk kegiatan pemeliharaan seperti penyiraman tanaman dan pembersihan perkerasan taman.
36
Gambar 17. Konsep Utama Aliran Air di Taman Burung TMII
4.2.7 Konsep Utilitas Penyediaan utilitas yang berkaitan dengan jaringan listrik dan drainase merupakan prasarana yang tidak dapat dipisahkan dari suatu taman satwa seperti Taman Burung TMII. Jaringan listrik di
area Taman Burung TMII adalah
tertutup, yaitu diletakkan di bawah tanah (under ground power supply) dengan tujuan memberikan rasa aman dan dijauhkan dari jangkauan manusia dan burung. Selain itu, dengan sistem jaringan listrik tertutup kualitas visual lanskap Taman Burung TMII juga tidak akan terganggu. Selain terdapat satu ruang pusat instalasi listrik, disediakan pula satu ruang untuk Jetset yang digunakan jika aliran listrik dari PLN mati karena listrik di Taman Burung TMII tidak hanya untuk penerangan ruangan saja, tetapi sangat penting untuk kebutuhan pemanasan dan penerangan pada alat penetas telur untuk penangkaran burung, penghangat burung yang sakit, dan pendingin untuk menjaga keawetan makanan di gudang pakan. Jaringan drainase di Taman Burung TMII menggunakan jaringan terbuka dan tertutup. Jaringan drainase terbuka berupa selokan terbuka yang menuju ke saluran pembuangan akhir ke sungai. Jaringan drainase tertutup digunakan di dalam area taman. Pada beberapa titik area yang memiliki kemiringan cukup dibuat bak penampung air hujan agar seluruh area Taman Burung TMII bebas dari becek karena genangan air yang berlebih. Untuk air kotor yang berasal dari air limbah toilet disalurkan ke septic tank.
37
4.3 Pengelolaan Lanskap Taman Burung TMII 4.3.1 Struktur dan Organisasi Taman Burung TMII merupakan salah satu unit rekreasi yang berada di bawah pengelolaan TMII. TMII yang diprakarsai oleh Ibu Siti Hartinah Soeharto ini dikelola oleh Yayasan Harapan Kita sebagai Badan Pelaksana, Pengelolaan, dan Pengembangan (BP3) TMII. Taman Burung TMII dikelola oleh BP3 TMII baik secara administratif maupun teknis. Dalam struktur organisasinya di TMII, Taman Burung TMII berada di bawah pengawasan manajer unit Fauna TMII dan dalam pelaksanaan pengelolaannya dipimpin oleh seorang asisten manajer. Struktur organisasi Taman Burung TMII (Gambar 18) terdiri dari beberapa bagian dan subbagian yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan sehingga diharapkan mampu mengemban tugas dan fungsi organisasi. Dalam melaksanakan pengelolaan sehari-hari, asisten manajer Taman Burung TMII dibantu oleh empat supervisor atau kepala bagian dan beberapa subbagian di bawahnya. Secara rinci, lingkup tanggung jawab bagian-bagian atau divisi dalam struktur organisasi Taman Burung TMII adalah sebagai berikut. a. Asisten manajer bertanggung jawab penuh terhadap pegelolaan Taman Burung TMII secara keseluruhan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. b. Supervisor Umum bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan membawahi beberapa subbagian, yaitu Bagian Logistik, Administrasi, Marketing, dan Keamanan. c. Bagian Logistik bertanggung jawab atas pengelolaan administrasi perkantoran (kepegawaian, keuangan, rumah tangga, arsip). d. Bagian Administrasi meliputi bagian kasir, tiket kontrol, kebersihan kantor, dan pelayanan bagi pengunjung. e. Bagian Marketing bertanggung jawab dalam pelayanan jasa dan informasi kepada masyarakat umum, melakukan upaya pemasaran dan promosi untuk meningkatkan jumlah pengunjung, dan upaya lainnya untuk meningkatkan penghasilan Taman Burung TMII. f. Bagian Keamanan bertugas dan bertanggung jawab terhadap keamanan di kawasan Taman Burung TMII, terutama keamanan satwa.
38 Direksi TMII Dewan Pembina Flora dan Fauna
Koordinator Unit Kerja
Koordinator Unit Usaha
Koordinator Museum
Koordinator Anjungan Daerah
Manajer Unit Fauna Asisten Manajer Taman Burung
Asisten Manajer Taman Ayam Hias Nusantara
Asisten Manajer Museum Komodo & Taman Reptil
Supervisor Umum
Supervisor Koleksi dan Penangkaran
Supervisor Teknik dan Taman
Supervisor Kesehatan dan Pakan
Logistik
Kubah Barat
Teknik
Karantina
Kubah Timur
Taman
Administrasi (kasir, tiket kontrol, kebersihan kantor)
Taman Konservasi Nusantara
Klinik Pakan
Keamanan
Unit Penangkaran
Marketing
Keterangan:
unit tempat magang
Gambar 18. Struktur organisasi Taman Burung tahun 2012
g. Supervisor Koleksi dan Penangkaran bertanggung jawab atas pengelolaan semua koleksi mencakup koleksi burung dan tumbuhan yang dalam teknis pelaksanaannya dibantu oleh beberapa subbagian, yaitu subbagian yang bertanggung jawab di unit kubah barat, kubah timur, Taman Konservasi Nusantara, dan penangkaran. h. Unit Kubah (barat dan timur) bertugas dan bertanggung jawab atas pemeliharaan burung, sangkar dan lingkungan kubah, dan pemberian pelayanan kepada pengunjung yang meliputi panduan dan keterangan yang dibutuhkan pengunjung seperti nama burung, arah lokasi tempat tertentu, dan jasa berfoto dengan burung-burung jinak.
39
i. Unit Taman Konservasi Nusantara bertugas dan bertanggung jawab atas
seluruh kegiatan pemeliharaan burung, sangkar, dan lingkungan di area Taman Konservasi Nusantara. j. Unit Penangkaran bertugas dan bertanggung jawab atas kegiatan penangkaran burung yang meliputi perkawinan atau penjodohan burung, penetasan telur, dan perawatan anakan. k. Supervisor Teknik dan Taman bertanggung jawab atas penanganan pekerjaan teknis, yang mencakup bangunan fisik dan lingkungan atau taman. l. Bagian Teknik bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola, mengoprasikan, merawat, dan memperbaiki bangunan fisik, sistem pengairan, mesin dan perbengkelan, sistem instalasi listrik, dan pekerjaan di bidang desain grafis yang bersifat informatif dan dekoratif. m. Bagian Taman bertugas dan bertanggung jawab dalam menata dan mengelola tumbuhan koleksi dan tumbuhan estetik sebagai kelengkapan dekorasi. n. Supervisor Kesehatan dan Pakan dipimpin oleh seorang dokter hewan yang bertanggung jawab atas penanganan kesehatan burung yang didukung oleh unit karantina, klinik, dan pakan. o. Unit Karantina bertugas mengelola karantina burung, baik yang masuk maupun akan keluar (mutasi) sebagai penambahan atau pengurangan jumlah koleksi. p. Unit Klinik bertugas dan bertanggung jawab mengelola sarana perawatan burung dan burung koleksi yang memerlukan penanganan kesehatan atau sedang menderita sakit; q. Bagian Pakan bertanggung jawab
atas pengadaan,
penyimpanan,
penyediaan, dan pendistribusian pakan burung. Saat ini struktur organisasi Taman Burung TMII belum berfungsi secara ideal karena belum didukung dengan jumlah serta kelengkapan personal yang memadai. Hal ini disebabkan oleh belum adanya regenerasi tenaga kerja untuk pengganti pegawai yang pindah ataupun telah pensiun. Oleh karena itu, untuk
40 mengembangkan kondisi Taman Burung TMII, diperlukan usaha sangat keras
serta pengelolaan yang baik dan tepat agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. 4.3.2 Pengelolaan Tenaga Kerja 4.3.2.1 Pembagian Tenaga Kerja dan Sistem Kerja Taman Burung TMII memiliki 42 orang tenaga kerja yang terbagi di dalam beberapa divisi dalam struktur organisasinya (Tabel 8). Beberapa tenaga kerja bertugas di kantor dan sebagian besar bertugas di lapang. Tenaga kerja yang bertugas di kantor bertanggung jawab untuk menangani kegiatan administrasi mulai dari surat-menyurat dan arsip hingga menyusun rencana dan program pengelolaan, anggaran biaya, dan tenaga kerjanya. Tugas manajemen ini merupakan tanggung jawab Asisten Manajer dan para Supervisor serta didukung oleh Subdivisi Logistik dan Marketing. Tenaga kerja lapang merupakan tenaga kerja yang melakukan kegiatan pemeliharaan di lapang.
Tabel 8. Pembagian Jumlah Tenaga Kerja Taman Burung TMII Tahun 2012
Divisi dan sub divisi Asisten Manajer Supervisor umum Logistik Administrasi (kasir+tiket kontrol+kebersihan kantor) Marketing Keamanan Supervisor koleksi dan penangkaran Kubah Barat Kubah Timur Taman Konservasi Nusantara Unit penangkaran Supervisor teknik dan taman Teknik Taman Supervisor kesehatan dan pakan Karantina Klinik Pakan Jumlah
Jumlah Tenaga Kerja (orang) 1 1 1 6 1 5 1 3 3 1 2 0 4 7 1 1 1 3 42
Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa terdapat satu jabatan kosong dan jumlah tenaga kerja yang terbilang minim di tiap divisinya. Kekosongan pada posisi Supervisor Teknik dan Taman disebabkan oleh belum adanya pengangkatan atau
41
perekrutan oleh pihak TMII untuk posisi tersebut setelah yang menjabat sebelumnya pensiun. Selain itu, tenaga kerja lapang yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan juga terbatas. Minimnya jumlah tenaga kerja tersebut menyebabkan beberapa tenaga kerja harus merangkap pekerjaannya dengan pekerjaan lainnya untuk sementara ini. Contohnya, tenaga kerja bagian teknik, sementara ini mereka harus bertanggung jawab atau merangkap untuk ikut mengelola seluruh kegiatan pemeliharaan baik burung maupun taman di area Taman Konsevasi Nusantara. Keputusan tersebut merupakan kebijakan manajemen Taman Burung TMII untuk mengatasi minimnya jumlah tenaga kerja di unit Taman Konservasi Nusantara. Namun, sebagai dampaknya, para tenaga kerja teknik menjadi kesulitan untuk fokus pada tugas-tugas pekerjaan tekniknya. Selain itu, unit kubah yang hanya ditangani oleh tiga orang tenaga kerja untuk semua kegiatan pekerjaan unit kubah juga harus ikut turun tangan dalam membantu penanganan pemeliharaan tamannya. Hanya saja pekerjaan pemeliharaan yang memerlukan keahlian khusus, yaitu pemangkasan rumput menggunakan mesin tetap menjadi tanggung jawab pekerja Bagian Taman. Begitu pula dengan rendahnya jumlah tenaga kerja taman untuk menangani kegiatan pemeliharaan lingkungan di seluruh kawasan Taman Burung TMII ini. Hal tersebut menjadi salah satu hambatan dalam mengembangkan kembali kondisi tamannya seperti pada masa kejayaan sebelumnya. Banyaknya jumlah pekerjaan dengan minimnya jumlah tenaga kerja menuntut Taman Burung TMII untuk bekerja lebih keras dan saling bekerja sama antarbagian agar kegiatan pemeliharaannya dapat terus berjalan. Pada prinsipnya pembagian tenaga kerja di Taman Burung TMII dibagi berdasarkan area atau unit pekerjaan. Tenaga kerja Bagian Taman terbagi di beberapa area dan bertanggung jawab atas semua kegiatan pemeliharaan taman di areanya masing-masing. Jumlah tenaga kerjanya dibagi berdasarkan luasan dan kepentingan area. Terdapat 1 orang yang bertanggungjawab pada area pelayanan (pintu masuk, selasar, dan pelataran parkir), 2 orang di zona bagian barat (termasuk karantina dan penangkaran), 2 orang di zona bagian timur (termasuk area kantor), 1 orang di area taman parkir besar, dan 1 orang di area pembibitan.
42 Taman Burung TMII memiliki SOP pemeliharaan taman (Lampiran 8) yang
dibuat oleh Supervisor Teknik dan Taman sebagai dasar kegiatan pemeliharaan taman yang harus dilakukan para pekerja. SOP yang berisi butiran-butiran kegiatan pemeliharaan secara garis besar tersebut sebaiknya dapat dilengkapi dengan dibuatnya jadwal pemeliharaan atau rencana program pemeliharaan secara lebih jelas dan rinci. Selama ini, semua kegiatan pemeliharaan taman di Taman Burung TMII dilakukan berdasarkan skala prioritas dan atas inisiatif para tenaga kerja taman. Menurut Arifin dan Arifin (2005), setiap pengelola yang mengurusi pekerjaan pemeliharaan harus mempunyai rencana pemeliharaan yang terperinci dan tersusun secara komprehensif serta saling terkait satu sama lainnya. Dalam pelaksanaan pemeliharaan, pihak manajemen juga seringkali menerapkan sistem kerja bakti untuk membantu kegiatan pemeliharaan pada area tertentu, yaitu area yang secepatnya membutuhkan penanganan pemeliharaan agar masalahnya dapat segera terselesaikan. Kerja bakti ini dilakukan oleh seluruh karyawan Taman Burung TMII dan Taman Ayam Hias Nusantara baik tenaga manajamen maupun tenaga kerja lapang. 4.3.2.2 Teknik Absensi dan Sistem Penjadwalan Kerja Seluruh tenaga kerja Taman Burung TMII merupakan tenaga kerja tetap yang statusnya adalah karyawan TMII. Absensi dilakukan di kantor pengelolaan TMII dan di kantor Taman Burung TMII saat sebelum memulai pekerjaan dan setelah menyelesaikan pekerjaannya untuk mengetahui lama jam kerja karyawan. Teknik absensi di TMII dilakukan dengan sistem check clock menggunakan kartu absensi, sedangkan absensi di Taman Burung TMII dilakukan secara manual dengan pengisian buku absen. Absen dilakukan dengan mengisi nama, jam kedatangan, dan kepulangan serta membubuhkan tandatangan. Berdasarkan peraturan pengelola TMII, tenaga kerja bekerja selama 7-8 jam per/hari dengan jadwal kerja mulai dari pukul 08.00 - 16.00 WIB. Waktu istirahat yang diberikan adalah satu jam pada pukul 12.00 - 13.00 WIB. Jadwal waktu kerja para pegawai di Taman Burung TMII disesuaikan dengan tugas dan kepentingannya. Jika banyak pekerjaan yang harus diselesaikan pada hari tersebut, biasanya pegawai akan datang lebih pagi sebelum jam 08.00 WIB. Waktu kerja pegawai yang masuk lebih pagi akan disesuaikan dengan jadwal istirahatnya yang
43
lebih cepat, tetapi harus tetap sesuai dengan lamanya jam kerja yang telah
ditentukan. Tenaga kerja masuk selama 6 hari selama satu minggu. Mereka dapat mengambil hari libur pada hari biasa selain hari Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Pengambilan hari libur dilakukan secara bergantian dan dikoordinasikan secara mandiri dengan tenaga kerja lainnya yang berada dalam satu unit. Hal ini harus diperhatikan kembali oleh pihak manajemen sehingga sebaiknya dilakukan penjadwalan atau pengawasan khusus dalam pengambilan hari libur untuk menghindari terjadinya kekosongan tenaga kerja pada suatu unit. Sistemnya dapat dilakukan dengan menentukan penjadwalan hari libur untuk tiap tenaga kerja. Namun, jika ada tenaga kerja yang berhalangan hadir pada hari kerja tertentu, tenaga kerja tersebut dapat mengajukan pertukaran jadwal libur dengan tenaga kerja lainnya. Agar sistem ini dapat lebih terorganisir dengan baik, pertukaran jadwal libur dapat dilakukan dengan membuat suatu formulir penggantian jadwal. Formulir tersebut harus diajukan beberapa hari sebelumnya dari hari yang ditentukan agar Supervisor bagiannya atau Bagian Logistik Perkantoran dapat mengatur pertukaran jadwal libur dengan tenaga kerja yang lain sehingga pekerjaan pemeliharaan tetap berjalan dengan baik dan waktu kerjanya pun dapat lebih terpantau. 4.3.3 Administrasi Pengajuan Kebutuhan dan Anggaran Biaya Proses pengajuan dana, barang, dan tenaga kerja untuk seluruh keperluan Taman Burung TMII dilakukan dengan mengajukan permohonan ke pihak pengelola TMII. Taman Burung TMII yang berada di bawah pengelolaan TMII wajib untuk menyetorkan semua pemasukan kepada pihak pengelola TMII mulai dari tiket, kegiatan show dan foto bersama burung, penyewaan tempat untuk kantin, souvenir, dan penyewaan tempat untuk kegiatan lainnya. Pengajuan pengadaan kebutuhan dilakukan dengan mengeluarkan surat permohonan ke pengelola TMII (Lampiran 9). Pada permohonan kebutuhan unit taman, hasil dari pengajuannya dapat berupa dana untuk membeli kebutuhan alat dan bahan ataupun langsung berupa barang yang diajukan bergantung pada keputusan pihak pengelola TMII. Keperluan penambahan tenaga kerja juga diajukan kepada pihak TMII dan selanjutnya pihak pengelola TMII sendiri yang akan melakukan
44
perekrutan tenaga kerja untuk Taman Burung TMII. Pengajuan untuk kebutuhan
unit taman dilakukan oleh Supervisor Teknik dan Taman dengan menyusun barang-barang yang akan dibutuhkan baik penaksiran jenis dan jumlah barang yang diperlukan sesuai kebutuhan maupun laporan dari petugas lapang. Surat pengajuan tersebut dibuat oleh Bagian Logistik Taman Burung TMII dan disetujui oleh pimpinan Taman Burung TMII. Setelah dilakukan pengajuan ke TMII, Direktur TMII akan mengeluarkan surat disposisi yang menyatakan apakah pengajuan disetujui atau ada biaya yang harus ditekan dan sebagainya. Proses pengadaan alat dan bahan pemeliharaan lanskap dan pengajuan tenaga kerja ke pihak TMII tidak selalu dapat langsung dipenuhi. Oleh karena itu, sebaiknya permohonan pengadaan dilakukan sebelum alat atau bahan tersebut benar-benar rusak atau habis agar alat dan bahan yang dibutuhkan tenaga kerja selalu tersedia. Tenaga kerja yang ada harus bekerja seefektif mungkin dan jika melakukan pengajuan tenaga kerja, jumlahnya harus tepat, tidak berlebihan dan tidak kurang. Pengelolaan taman satwa seperti Taman Burung TMII ini memerlukan biaya yang besar, terutama untuk kegiatan pemeliharaan burung, sehingga terkadang dilakukan penekanan biaya untuk kebutuhan lainnya agar dapat memaksimalkan kebutuhan pemeliharaan burung seperti pengadaan pakan burung atau perlengkapan keperluan burung. Kondisi keuangan yang masih terbatas menyebabkan perbaikan atau pengembangan sarana dilakukan dengan sangat selektif dan melihat kepentingannya. Rancangan anggaran biaya (RAB) keseluruhan Taman Burung TMII dibuat pada akhir tahun oleh Bagian Keuangan Taman Burung TMII (Lampiran 10) termasuk anggaran biaya unit teknik dan taman, yaitu biaya pemeliharaan dan perlengkapan taman seperti kebutuhan peralatan dan perawatan bengkel, peralatan dan bahan taman, dan perawatan instalasi air. 4.3.4 Pemeliharaan Ideal Taman Burung TMII merupakan suatu area rekreasi dan pendidikan berupa taman satwa khusus yang menjadi tempat peragaan satwa liar burung yang dipelihara dalam keadaan hidup. Kegiatan pemeliharaan burung serta lingkungannya merupakan hal yang sangat penting. Kedua hal tersebut harus
45
saling mendukung dalam pengelolaan yang baik agar tercipta taman satwa burung yang lestari dan berkelanjutan. Pemeliharaan ideal Taman Burung TMII mengacu pada pemeliharaan lanskap dengan segala fasilitasnya agar tetap sesuai dengan tujuan, desain, dan fungsi semula sehingga tercapai kepuasan, kesehatan, keamanan, dan kenyamanan baik burung yang hidup di dalamnya maupun pengunjungnya. Agar kondisi lingkungan senantiasa terjaga dengan baik maka pemeliharaan ideal harus didukung dengan pemeliharaan fisik taman beserta fasilitasnya yang dilakukan secara rutin. Selain itu, diperlukan pula evaluasi terhadap kegiatan pemeliharaan lanskap Taman Burung TMII. Evaluasi ini menentukan apakah kegiatan pemeliharaannya sudah sesuai dengan tujuan dan desain semulanya atau belum. 4.3.5 Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan fisik bertujuan mempertahankan kondisi elemen tersebut agar penampilan fisiknya tetap baik sehingga aspek estetik dan fungsinya juga tetap terjaga dengan baik. Kondisi taman yang terpelihara dengan baik dapat meningkatkan kepuasan dan minat pengunjung untuk datang kembali ke Taman Burung TMII karena lingkungannya yang nyaman dan menyenangkan. Pemeliharaan fisik dilakukan di seluruh area Taman Burung TMII, yaitu meliputi kegiatan pembersihan area, pemeliharaan elemen lunak (tanaman), dan pemeliharaan elemen keras. 4.3.5.1 Pembersihan area Kegiatan pembersihan area dilakukan untuk menjaga kebersihan di lingkungan Taman Burung TMII. Pembersihan area sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan asri sehingga akan meningkatkan kenyamanan para pengunjung dengan penampilan taman yang terlihat lebih indah. Kegiatan pembersihan area meliputi kegiatan penyapuan dan pengangkutan sampah. a. Penyapuan Penyapuan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari oleh seluruh petugas di lapang pada area unitnya masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kebersihan kawasan Taman Burung TMII dari kotoran
46 yang berasal dari rontokan daun, sampah dari pengunjung, ataupun kotoran
burung dan bulu-bulunya yang rontok. Para pekerja taman mengawali pekerjaannya dengan melakukan kegiatan penyapuan setiap pagi menggunakan sapu lidi bergagang panjang yang dikumpulkan dan diangkut menggunakan gerobak sampah ataupun karung plastik untuk dibawa pada satu unit kendaraan pengangkut sampah (mobil pick up). Pada area Taman Konservasi Nusantara dan area parkir besar seringkali sampah hasil penyapuan dibakar pada satu titik tertentu. Seharusnya, hal ini sebisa mungkin dihindari karena asapnya akan mengganggu kenyamanan burung dan pengunjung. Pada area gua Bantimurung, volume sampah inorganiknya cukup banyak, yaitu sampah yang berasal dari bekas makanan atau minuman yang dibeli pengunjung di kantin dalam gua tersebut. Kebersihan di area dalam gua ini menjadi tanggung jawab pengelola kantin, tetapi, pekerja taman tetap ikut memperhatikan kebersihan pada area tersebut. Jika volume sampah dalam tempat sampah sudah penuh, petugas harus segera mengosongkannya kembali karena tempat sampah yang terlalu penuh akan menimbulkan kesan kurang indah. Selain itu, hal tersebut perlu diperhatikan untuk menghindari tingkah bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) yang seringkali mengacak-acak tempat sampah hingga berantakan (Gambar 19).
Gambar 19. Tingkah Bangau Tong-Tong di Area Taman
b. Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah merupakan salah satu penanganan terhadap sampah padat dari hasil penyapuan baik sampah inorganik maupun organik serta kegiatan pemeliharaan lanskap seperti kegiatan pemangkasan. Jadwal pengangkutan sampah biasanya dilakukan pada pagi hari setelah semua petugas lapang selesai
47
melakukan kegiatan penyapuan di unitnya masing-masing dan membawanya ke
mobil pick up yang disediakan sebagai kendaraan pengangkut sampah. Frekuensi pengangkutan sampah yang dilakukan bergantung pada volume sampah yang dihasilkan. Kendaraan pengangkut sampah yang berukuran sedang ini biasanya mampu mengangkut sampah dalam sekali pengangkutan, kecuali jika ada sampah hasil pemangkasan pohon atau sampah hasil kegiatan kerja bakti. Sampah diangkut oleh satu unit kendaraan pengangkut sampah yang dioperasikan oleh satu orang tenaga kerja yang diberi tanggung jawab untuk melakukan kegiatan pengangkutan sampah ke TPS. Selanjutnya, sampah dibuang ke TPS yang berada di kompleks padepokan karyawan TMII (Gambar 20).
Gambar 20. Pembuangan Sampah di TPS
Sebagian sampah organik (dedaunan) di Taman Burung TMII tidak dibuang ke TPS, tetapi ditumpuk dan dibiarkan pada suatu area tertentu yang lama kelamaan melapuk dan dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Akan tetapi, jika hanya dibiarkan, proses pelapukan akan berjalan cukup lama. Sebagai alternatif pembuatan kompos, sanitary landfill (Gambar 21) dapat menjadi salah metodenya, yaitu membuat lubang pada satu area tertentu di dalam kawasan Taman Burung TMII yang kiranya tidak mengganggu pandangan pengunjung untuk menumpuk sampah organik (Arifin dan Arifin, 2005). Setelah dibiarkan beberapa waktu antara 3-4 bulan, timbunan sampah dapat digali kembali dan digunakan sebagai pupuk.
Gambar 21. Sanitary Landfill
48
4.3.5.2 Pemeliharaan Elemen Lunak (Tanaman) Kegiatan
pemeliharaan
tanaman
meliputi
kegiatan
penyiraman,
pemangkasan, pendangiran dan penyiangan gulma, pengendalian hama dan penyakit, penyulaman tanaman, pemupukan, dan pembibitan. Berdasarkan pengamatan lapang, pemeliharaan tanaman yang dilakukan di Taman Burung TMII belum seluruhnya dilakukan secara rutin. Pada pemeliharaan yang dilakukan secara rutin, waktu pengerjaanya tetap berdasarkan prioritas menurut masing-masing tenaga kerja taman. a. Penyiraman Kegiatan penyiraman di Taman Burung TMII biasanya dilakukan di pagi hari setelah pekerjaan penyapuan selesai. Menurut Arifin dan Arifin (2005), di kawasan atau daerah yang memiliki kelembaban udara relatif tinggi, penyiraman pada pagi hari lebih baik daripada penyiraman sore hari dengan tujuan menghindari berkembangnya penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Jadwal penyiramannya dilakukan bergantung pada kondisi cuaca. Ketika musim kemarau kegiatan penyiraman dilakukan dengan intensitas yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan ketika musim hujan. Penyiraman saat musim kemarau dilakukan baik secara manual (Gambar 22a) menggunakan selang maupun menggunakan springkler (Gambar 22b). Jenis sprinkler yang digunakan adalah jenis knock down yang dapat ditanam dan dicabut pada permukaan tanah di area yang ingin disiram. Hal jelek dari penggunaan sprinkler ini adalah selang yang digunakan untuk mengalirkan air ke sprinkler seringkali melintang-lintang di area taman melintasi jalur sirkulasi pengunjung sehingga cukup mengganggu kenyamanan dan menurunkan kualitas visual.
(a) Penyiraman dengan selang
(b) Penyiraman dengan sprinkler
Gambar 22. Kegiatan Penyiraman Tanaman
Penyiraman tanaman yang dilakukan di Taman Burung TMII juga bertujuan membersihkan daun-daun pada semak dan perdu dari kotoran burung yang
49
menempel. Tanaman yang daunnya dipenuhi kotoran burung biasanya tanaman
yang berada di bawah area tenggeran burung dan pohon besar tempat burung- burung bertengger. Hal ini dapat menjadi perhatian serta pertimbangan pihak pengelola dalam melakukan penataan material peragaan dan tanamannya. Material peraga seperti tempat bertengger sebaiknya jangan ditempatkan di atas tanaman karena kotoran akan jatuh bertebaran di seluruh tubuh tanaman (Gambar 23a). Selain tidak indah dipandang, kotoran tersebut dapat menyebabkan kerusakan tanaman ataupun mati (Gambar 23b). Oleh karena itu, penyiraman untuk pembersihan kotoran burung ini harus rutin dilakukan atau jika perlu lakukan redesain penataan tanaman atau pemindahan tempat tenggeran agar dapat menghemat tenaga.
(a) Kotoran burung pada semak
(b) Semak yang rusak
Gambar 23. Tanaman yang Kotor Oleh Kotoran Burung
b. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan pada tanaman pohon, semak, perdu, dan rumput. 1. Pemangkasan Pohon Pemangkasan pohon dilakukan secara insidental terhadap pohon yang sudah sangat tinggi (Gambar 24a) sehingga dapat mengancam keamanan pengguna taman karena dikhawatirkan akan ada dahan yang tumbang. Selain itu, pohon- pohon tinggi di area yang berbatasan dengan rumah penduduk juga harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya pohon tumbang yang mungkin dapat menimpa rumah penduduk. Alat yang digunakan adalah gergaji, golok, dan chainsaw untuk memotong dahan yang cukup besar. Pemangkasan juga dilakukan menggunakan pemangkas galah (Gambar 24b) untuk memangkas ranting-ranting pohon yang mengganggu dan menjaga kerapian bentuk tajuk pohon.
50
(a) Pemangkasan pohon tinggi
(b) Pemangkasan dengan galah
Gambar 24. Kegiatan Pemangkasan Pohon
Pemangkasan pohon di area kubah dilakukan pada pohon yang sudah menyentuh kawat kubah untuk menghindari terjadinya kerusakan kawat. Selain itu, pemangkasan juga bertujuan agar area kubah mendapatkan cahaya matahari yang cukup sehingga suhu di dalam kubah tidak terlalu lembab. Suhu yang terlalu lembab dapat menyebabkan pertumbuhan cendawan atau bakteri yang dapat membahayakan kesehatan burung. Selain itu, pemangkasan pohon juga tidak boleh berlebihan karena dapat mempengaruhi peningkatan suhu lingkungan di dalam lingkungan Taman Burung TMII. Pemangkasan pohon sebaiknya diawasi atau dilakukan oleh petugas taman yang benar-benar mengerti teknik pemangkasan agar pemangkasannya dilakukan dengan benar dan tidak berlebihan karena, menurut Arifin dan Arifin (2005), pemangkasan daun yang drastis dapat mengakibatkan pengaruh serius terhadap suplai makanan dan kesehatan pohon. Keterbatasan tenaga serta jumlah pohon yang banyak terkadang membuat tenaga kerja merasa kewalahan untuk melakukan kegiatan penyapuan rontokan daun dari pohon-pohon tersebut sehingga terkadang tujuan kegiatan pemangkasan yang dilakukan bukan lagi karena pertimbangan pemeliharaan tanaman, tetapi untuk mengurangi pekerjaan penyapuan dengan mengurangi volume sampah daun. Padahal, pohon-pohon tinggi dengan tajuk yang besar dan percabangan yang banyak dapat memberikan perlindungan dan tempat beraktivitas lainnya bagi burung. Hal tersebut menunjukkan bahwa kehadiran vegetasi pohon sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup burung. Selain dengan pemeliharaan tanamannya, sebaiknya pengawasan terhadap kegiatan pemangkasan atau penanaman pohon dilakukan atas izin atau laporan kepada Supervisor Koleksi dan
51
Supervisor Teknik dan Taman sebelumnya. Hal ini juga dapat membantu dalam penginventarisasian bertambah atau berkurangnya jumlah koleksi tanaman. 2. Pemangkasan Semak dan Perdu Pemangkasan secara teratur terhadap semak dan perdu akan memberikan penampilan yang baik dan indah dipandang. Alat yang digunakan adalah golok, gunting pangkas, dan gunting stek. Alat ini berfungsi memotong daun, ranting, ataupun dahan yang sudah tua dan mati. Penggunaan semak di area Taman Burung TMII berfungsi sebagai pemberi estetika (Gambar 25a) dan pembatas atau pagar (Gambar 25b). Pemangkasan pada semak yang berfungsi sebagai pemberi estetika seperti soka (Ixora sp.), lollipop (Pachystachys lutea) dan daun dolar (Ficus repens) dilakukan untuk menjaga pola desain aslinya sehingga terlihat rapi dan indah. Pada semak yang berfungsi sebagai pagar dan pembatas jalur sirkulasi pengunjung dengan taman, yaitu teh-tehan (Acalypa macrophylla) dilakukan untuk mempertahankan keseragaman dan ketinggian komposisi kelompok semak. Oleh
karena
itu,
pemangkasan
semak
yang
difungsikan
untuk
border/pagar/topiary (pemangkasan bentuk) ini dilakukan secara rutin setiap bulannya.
(a) Pemangkasan topiary
(b) Pemangkasan semak pembatas
Gambar 25. Kegiatan Pemangkasan Semak
3. Pemangkasan Rumput Kegiatan pemangkasan rumput dilakukan untuk menjaga keseragaman tinggi rumput agar dapat menampilkan kesan taman yang rapih dan indah. Pemangkasan dilakukan jika rumput sudah meninggi dan dilakukan rutin setiap bulannya. Pemangkasan dilakukan menggunakan alat pangkas gendong dan alat pangkas dorong (Gambar 26). Alat pangkas gendong digunakan untuk area yang
52
miring dan sempit, sedangkan alat pangkas dorong digunakan untuk area yang
relatif datar dan luas. Kegiatan ini sebaiknya tidak dilakukan pada hari libur ketika intensitas pengunjung tinggi karena suara bising serta kondisi taman yang terlihat kurang rapih dapat mengganggu kenyamanan pengunjung.
Gambar 27. Pemangkasan Rumput dengan Mesin Dorong
Taman Burung TMII memiliki desain taman dengan jumlah hamparan rumput yang cukup banyak. Area lereng kolam Wallace merupakan area yang memiliki daya tarik tinggi yang kombinasi antara hamparan rumput dengan elemen air serta kehidupan dan tingkah laku burung di area tersebut menjadikannya point of interest. Oleh karena itu, kegiatan pemangkasan di area ini harus lebih sering dilakukan atau diprioritaskan lebih dahulu jika dibandingkan dengan area rumput di area lain yang penggunaannya kurang intensif (intensitas pengunjung rendah). Pada awalnya jenis rumput di kawasan ini adalah rumput Steno (Stenotaphrum sp.) yang merupakan jenis rumput dengan tekstur sangat halus dan tahan naungan serta penggembalaan. Namun, kurangnya pemeliharaan pada rumput tersebut menjadikan semua rumput yang ada sekarang digantikan dengan jenis rumput gajah (Axonopus compresus). Bahkan pada lerengan berumput di area kolam Wallace bagian timur, jumlah gulma lebih banyak daripada jumlah rumputnya sehingga kerapian rumput di area ini sulit sekali bertahan lama. Oleh karena itu, pekerja harus tanggap dalam melakukan kegiatan pemangkasan rumput untuk mengendalikan gulma yang mengganggu keindahan taman. c. Pendangiran dan Penyiangan Gulma Pendangiran dilakukan pada lahan area yang ditanami tanaman penutup tanah, perdu, semak, dan pohon yang kondisi permukaan tanahnya sudah memadat. Kegiatan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan gulma. Penyiangan gulma bertujuan menghilangkan tanaman-tanaman
53 yang tidak diinginkan yang tumbuh di sekitar tanaman utama agar tanaman dapat
tumbuh optimal serta terlihat lebih rapi dan bersih. Kegiatan pendangiran dilakukan secara manual dengan menggunakan arit, kored, dan cangkul, sedangkan penyiangan gulma dengan menggunakan tangan. Pengendalian gulma hanya dilakukan secara manual karena penggunaan zat kimia seperti herbisida dapat membahayakan kesehatan burung. Penggunaan herbisida biasanya dilakukan hanya untuk memusnahkan gulma yang tumbuh di area paving. Penyiangan gulma pada tanaman dilakukan dengan cara mengangkat gulma sampai ke akar sehingga gulma tersebut diharapkan tidak dapat tumbuh kembali. Kegiatan pendangiran dan penyiangan gulma sebaiknya lebih intensif dan rutin dilakukan karena pertumbuhan gulma yang sangat cepat di area taman ini. Hasil kegiatan penyiangan dan pendangiran tanaman sangat berpengaruh terhadap kerapian serta keindahan taman. d. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan pengendalian hama dan penyakit sangat jarang sekali dilakukan di Taman Burung TMII. Area taman yang dihuni oleh banyak burung menyebabkan hama seperti ulat, serangga, dan kutu menjadi makanan burung-burung yang hidup di taman tersebut. Akan tetapi, bukan berarti tanaman yang ada di Taman Burung TMII selalu bebas dari kerusakan. Beberapa burung yang hidup di Taman Burung TMII terkadang dapat dikatakan juga sebagai hama karena seringkali melakukan pengrusakan terhadap bentuk fisik tanaman terutama pada tanaman semak. Burung jenis air seperti angsa hitam (Cygnus atratus) (Gambar 27a) dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) (Gambar 27b) seringkali bertengger di atas semak dan mematuki daun-daunnya.
(a) Angsa hitam mematuki daun (b) Bangau tong-tong bertengger di semak Gambar 27. Jenis Burung Air yang Merusak Tanaman
54 Pada dasarnya pengelola senang jika burung-burung tersebut merasa
nyaman di lingkungan Taman Burung TMII dengan membuat sarang dan bertelur secara mandiri. Angsa hitam (Cygnus atratus) (Gambar 28a), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), pelikan (Pelecanus conspicilatus) (Gambar 28b), dan angsa (Anser domesticus) (Gambar 28c) seringkali mencabuti ranting-ranting semak untuk dibuat sarang. Walaupun terkadang menyebabkan kerusakan tanaman di area taman, sarang-sarang tersebut lebih diutamakan karena bersangkutan dengan kelestarian dan kebutuhan hidup burung-burung tersebut. Kegiatan pemeliharaan pada area yang menjadi tempat bersarang burung pun dibatasi agar tidak mengganggu kenyamanan burung tersebut. Selain itu, burung- burung paruh bengkok yang hidup di kubah timur juga sangat senang mencari air dengan mematuki kulit pohon yang masih muda dan mengandung air terutama yang memiliki rasa manis.
(a) Angsa hitam bersarang di area taman
(b) Pelikan bersarang di area taman
(c) Angsa bersarang di semak
Gambar 28. Burung yang Membuat Sarang di Area Taman
Pada pemberantasan penyakit tanaman, pemelihara taman tidak diijinkan menggunakan obat atau pestisida. Hal ini dikarenakan pestisida atau obat-obatan yang digunakan ke tanaman dapat meracuni atau membahayakan burung-burung yang hidup di Taman Burung TMII mengingat tingkah laku burung yang senang mematuki tanaman. Menurut pengelola, dahulu, ketika kegiatan penyemprotan pestisida pada penyakit tanaman diperlukan, waktu aman untuk melakukannya adalah sore hari sekitar pukul lima sore, yang menurut pengelola Taman Burung TMII penglihatan dan aktivitas burung sudah menurun. Namun, jumlah burung liar di luar kubah yang semakin banyak menjadi alasan kegiatan pengendalian ini tidak pernah dan tidak diijinkan lagi untuk dilakukan. Kegiatan pengendalian
55
hama penyakit yang saat ini dilakukan pekerja taman di Taman Burung TMII
adalah secara mekanik, yaitu dengan cara membuang atau mematahkan bagian tanaman yang terserang, dengan tujuan menghindari penyebaran lebih luas ke bagian tanaman lainnya. Jika suatu saat sangat dibutuhkan pengendalian penyakit tanaman secara kimiawi hendaknya pegawai taman menanyakan terlebih dahulu kepada dokter hewan atau kurator untuk dosis penggunaan pestisida ataupun obat- obatan lainnya yang aman digunakan agar tidak sampai meracuni burung. e. Penyulaman Tanaman Penyulaman tanaman yang dilakukan di Taman Burung TMII dilakukan secara insidental. Penyulaman ini bertujuan menggantikan tanaman yang rusak atau sudah tua dengan tanaman baru agar taman terlihat indah dan memberikan kesan taman yang selalu terpelihara dengan baik. Penyulaman dilakukan atas inisiatif dari tenaga kerja taman ataupun atas perintah pimpinan Taman Burung TMII. Penyulaman paling sering dilakukan pada tanaman semak yang berfungsi sebagai pemberi estetik (Gambar 29). Tanaman yang digunakan untuk melakukan penyulaman berasal dari pembibitan Taman Burung TMII atau penjarangan tanaman pada area tanaman lain yang sudah cukup rimbun untuk digunakan sebagai bahan penyulaman di area yang akan disulam.
Gambar 29. Kegiatan Penyulaman Semak
Kendala yang dihadapi dalam melakukan kegiatan penyulaman di Taman Burung TMII adalah kerusakan tanaman yang baru disulam karena dipatuki oleh burung terutama jenis burung air, yaitu angsa (Anser domesticus) dan bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus). Akibatnya, tanaman yang baru saja disulam sudah berantakan sebelum tanamannya tumbuh dengan kuat. Hal ini yang menjadi pertimbangan para pemelihara taman dalam merencanakan kegiatan penyulaman
56
tanaman. Pemilihan jenis tanaman untuk kegiatan penyulaman di area taman satwa burung ini juga harus diperhatikan dengan baik karena sebatang tanaman yang menarik mungkin mengandung daun atau buah yang beracun. Hal ini sangat berbahaya bagi burung-burung yang senang mematuki daun atau memakan buah- buahan. Jadi, identitas tanaman harus diketahui sebelum ditanam pada area taman ataupun yang akan ditempatkan di dalam sangkar peraga. Penanaman juga dilakukan terhadap tanaman produksi, yakni pepaya (Carica papaya) yang awalnya tanaman produksi ini diharapkan dapat membantu pengadaan pakan untuk burung. Namun, kurangnya pemeliharaan serta masa panen yang tidak serempak menyebabkan pepaya yang dihasilkan tidak cukup berarti untuk membantu penyediaan pakan burung. Jika dilakukan penanaman ulang dengan penataan penanaman serta pemeliharaan yang lebih baik, hasil dari pemanfaatan lahan tersebut pun dapat lebih maksimal. Kini Taman Burung TMII juga sedang berupaya dalam penanaman bunga matahari yang diharapkan selain dapat membantu kebutuhan pakan untuk burung, juga dapat berfungsi sebagai tanaman estetik yang menarik. f. Pemupukan Pemupukan pada dasarnya adalah pemberian makanan tambahan pada tanaman karena tanaman membutuhkan berbagai unsur nutrisi (hara) agar dapat tumbuh dan berbunga indah atau berbuah lebat. Fungsi penting vegetasi yang ada di Taman Burung TMII ini adalah koleksi tanaman yang dapat menghasilkan buah atau biji yang dapat menjadi pakan burung serta dapat menjadi tempat berteduh, bermain, dan bersarang burung. Oleh karena itu, kesuburan tanaman yang ada di Taman Burung TMII ini merupakan hal yang sangat penting karena keberadaan tanaman-tanaman tersebutlah yang menciptakan lingkungan hidup burung di kawasan Taman Burung TMII ini dapat menyerupai habitat aslinya. Kegiatan pemupukan tanaman di Taman Burung TMII rutin dilakukan setiap tiga bulan sekali. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kompos serta pemberian pupuk urea dan pupuk NPK (pupuk inorganik) baik untuk pohon maupun semak. Selain itu, petugas taman juga melakukan pemberian pupuk kandang pada tanah yang diolah sebelum melakukan penanaman tanaman. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara disebar (broadcast).
57
g. Pembibitan Pembibitan di Taman Burung TMII dipelihara oleh satu orang tenaga kerja yang bertanggung jawab untuk merawat seluruh tanaman pembibitan, melakukan perbanyakan tanaman untuk bahan penyulaman dan koleksi, menjaga kebersihan area pembibitan, dan merawat tanaman produksi (buah) pada area tersebut. Tanaman yang ada di pembibitan ini terdiri dari tanaman hias untuk kebutuhan dekorasi serta tanaman koleksi. Berdasarkan pengamatan di lapang, pemeliharaan pada area pembibitan ini masih belum maksimal. Masih banyak tanaman di pembibitan yang seharusnya sudah dipisahkan dari induknya untuk diperbanyak, tetapi kurang diperhatikan sehingga tanaman yang ada di pembibitan tampak sedikit. Perbanyakan tanaman harus dilakukan secara intensif agar dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk kegiatan penyulaman tanaman dan dekorasi. Agar dapat memaksimalkan fungsi pembibitan, sebaiknya pertimbangan penempatan seorang yang kompeten dalam bidangnya perlu dilakukan. 4.3.5.3 Pemeliharaan Elemen Keras Pemeliharaan elemen keras mencakup kegiatan perbaikan dan pemeliharaan kebersihan. Perbaikan terhadap terjadinya kerusakan dilakukan oleh tenaga kerja bagian teknik, sedangkan pemeliharaan kebersihan dilakukan oleh tenaga kerja bagian taman dan unit kubah. Pemeliharaan elemen keras yang dilakukan di Taman Burung TMII meliputi pemeliharaan sangkar, pemeliharaan perkerasan, pemeliharaan rambu taman, pemeliharaan gazebo dan pergola, dan pemeliharaan kolam. a. Pemeliharaan Sangkar dan Kelengkapannya Pemeliharaan sangkar meliputi pemeliharaan kubah, yakni sangkar besar yang menjadi sangkar utama di Taman Burung TMII, dan sangkar-sangkar pendukung yang berada di dalam kubah dan di luar kubah. Pemeliharaan yang dilakukan dalam sangkar kubah dilakukan oleh petugas unit kubah yang meliputi kegiatan pembersihan kawat dan besi dari kotoran dan bulu-bulu burung yang menempel, pemantauan terhadap kerusakan kawat kubah serta pelaporannya kepada petugas teknik, dan pemeliharaan pada ornamen peraga burung di dalam kubah berupa dahan kayu dan sculpture untuk tempat bertengger dan bermain
58
burung. Kegiatan pembersihan kawat dilakukan secara insidental bergantung pada tingkat kekotorannya. Untuk bangunan kubah, kegiatan perawatan dilakukan dengan pengecatan terhadap besi kubah dan perbaikan kawat kubah. Kawat yang rusak atau bolong diperbaiki dengan melakukan penambalan dengan kawat yang baru. Pemeliharaan material peraga burung dilakukan dengan melakukan penyemprotan dengan air menggunakan selang untuk membersihkan kotoran burung dan sisa-sisa makanan burung yang menempel (Gambar 30a). Selain itu, pemeliharaan juga dilakukan pada bak desinfektan yang berada di tiap area pintu kubah, yaitu setelah masuk pintu masuk dan sebelum pintu keluar . Pada bak ini terdapat keset berbahan plastik yang direndam oleh cairan desinfektan untuk diinjak oleh pengunjung atau petugas setelah masuk pintu dan sebelum keluar pintu kubah. Hal ini dilakukan untuk mengontrol penyebaran bakteri atau penyakit yang mungkin terbawa oleh alas kaki pengunjung atau petugas. Cairan desinfektan pada bak setiap hari dibersihkan dan diganti dengan cairan desinfektan yang baru. Pemeliharaan juga dilakukan jika terjadi kerusakan pada bak misalnya melakukan penyemenan ulang pada bak yang rusak (Gambar 30b).
(a) Pembersihan material peraga burung
(b) Perbaikan bak desinfektan
Gambar 30. Kegiatan Pemeliharaan Elemen Keras Dalam Kubah
Pemeliharaan sangkar pendukung yang ada di dalam dan di luar kubah dilakukan untuk menjaga kebersihan dari kotoran burung, sisa-sisa makanan burung serta seluruh kelengkapan dalam sangkar seperti kolam, wadah pakan burung, dan ornamen peraga burung. Kegiatan ini harus rutin setiap hari dilakukan agar kotoran burung dan kotoran dari sisa-sisa makanannya tidak terlalu menumpuk hingga dapat menyebabkan bau yang menggangu, terutama pada sangkar-sangkar burung pemakan daging atau ikan seperti burung jenis elang dan burung hantu. Pada kandang kasuari (Casuarius sp.), kotoran bekas sisa
59
pakannya, yaitu pepaya yang menempel di alas kandang, juga menyebabkan bau
yang cukup mengganggu. Sebaiknya dilakukan penanaman tanaman aromatik di sekitar kandang kasuari untuk menetralisir bau yang kurang sedap tersebut. Pemeliharaan kandang kasuari harus dilakukan dengan hati-hati karena tubuh kasuari yang cukup besar dan kuat serta sifatnya yang tiba-tiba dapat menyerang manusia dapat berakibat fatal sehingga kegiatan pemeliharaan kandangnya harus dilakukan oleh keeper burung yang kompeten dan memiliki pendekatan yang baik dengan burung tersebut. Poin penting yang dilakukan dalam kegiatan pembersihan sangkar adalah 1) pembersihan alas sangkar (Gambar 31a), 2) penyemprotan tanaman dan ornamen peraga dari kotoran burung, 3) penyikatan dan penggantian air kolam sangkar (Gambar 31b), dan 4) pembersihan tempat/wadah pakan burung (Gambar 31c).
(a) Pembersihan alas (b) Pembersihan kolam (c) Pembersihan sangkar dalam sangkar tempat pakan Gambar 31. Kegiatan Pembersihan Sangkar
Alas atau lantai sangkar sengaja didesain dengan menggunakan susunan bebatuan agar mudah dibersihkan dan dapat kering dengan cepat sehingga tidak menyebabkan tumbuhnya bakteri dan penyakit. Penyikatan dan pengurasan air kolam dalam sangkar seharusnya dilakukan setiap hari, tetapi kenyataannya di lapang tidak berjalan rutin setiap hari karena air yang terkadang tidak tersedia akibat kerusakan pompa ataupun air sumur yang kering. Pembersihan kolam dilakukan menggunakan sikat, selang, sapu lidi, dan pengki untuk menguras air dalam kolam. Kolam yang dibuat di dalam sangkar berfungsi untuk tempat minum dan mandi burung yang ada di dalam sangkarnya sehingga kebersihan kolam harus selalu dijaga. Wadah atau tempat pakan atau minum diganti dan dibersihkan setiap hari setiap memberikan pakan untuk burung. Kegiatan ini harus dilakukan
60
setiap hari dan setiap pagi karena, menurut Soeratmo (1979), waktu aktif burung
tinggi di pagi hari seperti aktivitas makan, minum, dan mandi lalu menurun di siang hari dan sore hari. Selain itu, hal tersebut juga bertujuan agar ketika pengunjung datang kondisi sangkar sudah dalam keadaan bersih dan pengunjung dapat dengan nyaman melihat tingkah laku burung yang ada di dalam sangkar. b. Pemeliharaan Perkerasan Perkerasan (paving) yang digunakan pada taman dalam kawasan Taman Burung TMII adalah conblock dan susunan batu-batu koral. Perkerasan conblock digunakan untuk sirkulasi pengunjung di dalam area Taman Burung TMII sebagai jalur pedestrian dan perkerasan dari susunan batu-batu koral digunakan sebagai alas sangkar atau area tempat meletakkan tenggeran burung di dalam taman. Pemeliharaan perkerasan di Taman Burung TMII berfokus pada kegiatan pembersihan kotoran burung. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan agar pengunjung nyaman berjalan-jalan di kawasan Taman Burung TMII. Kotoran burung terbagi atas kotoran burung berbentuk cair dan berbentuk padat. Kotoran burung yang berbentuk cair umumnya berwarna putih yang kemudian mengering dan menimbulkan bercak putih pada perkerasan (Gambar 32). Kotoran ini memang tidak menimbulkan bau yang mengganggu, namun dapat menurunkan kualitas visual taman. Sedangkan keberadaan kotoran burung yang berbentuk padat tentunya akan sangat mengganggu kualitas visual jika dibiarkan terlalu menumpuk sehingga dapat mengurangi kenyamanan pengunjung dan menimbulkan rasa jijik. Oleh karena itu, kegiatan pembersihan kotoran burung yang menempel pada perkerasan jalan ataupun alas sangkar dan tenggeran sebaiknya rutin dilakukan setiap hari agar tidak menumpuk dan menurunkan kualitas visual lanskap.
Gambar 32. Kotoran Burung pada Perkerasan
61
Kegiatan pembersihan ini dilakukan dengan menyemprotkan air menggunakan selang ke bagian yang terkena kotoran sambil menyikatnya menggunakan sikat bergagang panjang (Gambar 33a). Pembersihan perkerasan biasanya dilakukan dipagi hari sebelum banyak pengunjung yang datang. Kotoran burung paling banyak dijumpai di area perkerasan yang berada di bawah pohon yang banyak ditenggeri oleh burung. Bekas kotoran burung yang berbecak putih pada perkerasan memang tidak terlalu menggangu kenyamanan sehingga tidak harus selalu langsung dibersihkan. Kotoran yang mengganggu dan harus segera dibersihkan adalah kotoran burung yang berada di atas kursi-kursi yang berada di kupel (gazebo) (Gambar 33b).
(a) Penyikatan perkerasan
(b) Pembersihan kupel (gazebo)
Gambar 33. Kegiatan Pembersihan Perkerasan
c. Pemeliharaan Rambu Taman Rambu taman merupakan sarana taman yang berperan penting pada suatu taman terutama yang berbasiskan pengenalan jenis satwa. Pembuatan rambu taman ini juga merupakan bagian dari upaya pemeliharaan ideal taman untuk menghindari kerusakan yang terjadi akibat pengunjung. Menurut PKBSI (2000), pengunjung taman satwa sangat beragam kebangsaan, pendidikan, pengetahuan, maupun status sosialnya. Kondisi ini berpengaruh terhadap prilakunya pada saat berkunjung di taman satwa dan berbeda pula kebutuhannya terhadap media informasi. Oleh sebab itu, rambu taman diperlukan untuk memberikan informasi kepada pengunjung taman berupa tanda-tanda peringatan, larangan, petunjuk yang mudah dibaca dan dimengerti baik dalam bentuk simbol, gambar, dan kalimat pada tempat tertentu.
62
Rambu taman yang terdapat di Taman Burung TMII terdiri dari rambu yang
berfungsi untuk keamanan burung serta pengunjung (Gambar 34a) dan rambu yang berfungsi untuk keamanan taman (Gambar 34b). Tanda peringatan serta petunjuk yang ada di Taman Burung TMII diharapkan dapat memberikan pengertian kepada pengunjung untuk mengurangi bahaya, mengamankan pengunjung sekaligus mengamankan satwa burungnya. Pada rambu untuk keamanan taman terbagi atas tiga jenis rambu larangan, yaitu rambu larangan menginjak rumput, rambu larangan memetik bunga, dan rambu larangan membuang sampah sembarangan. Rambu ini berfungsi untuk mencegah terjadinya kerusakan taman yang disebabkan oleh ketidaktahuan pengunjung taman. Selain rambu yang berisikan peringatan dan larangan, terdapat juga papan informasi yang dibuat untuk menyajikan informasi nama-nama koleksi burung (Gambar 35a) dan koleksi tumbuhan secara ilmiah (Gambar 35b). Terdapat pula peta interpretasi yang memberikan informasi mengenai letak-letak burung dan nama- nama tempat dalam peta Taman Burung TMII untuk memudahkan pengunjung mengetahui lokasi yang akan dituju (Gambar 35c).
(a) Rambu keamanan burung dan pengunjung
(b) Rambu keamanan taman
Gambar 34. Rambu Taman
(a) Papan informasi burung
(b) Papan informasi tanaman
(c) Peta interpretasi
Gambar 35. Papan Informasi
63 Rambu taman di Taman Burung TMII sudah cukup informatif dan menarik.
Kerusakan yang terjadi biasanya disebabkan oleh faktor iklim, seperti timbulnya karat ataupun pudarnya warna gambar. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan perbaikan dan pengecatan setiap tahunnya agar rambu taman selalu dalam kondisi baik, menarik, dan pesan yang ingin disampaikan dapat terinformasikan dengan baik. d. Pemeliharaan Gazebo dan Pergola Gazebo dan pergola merupakan bangunan taman yang dapat memberikan perlindungan untuk pengunjung baik dari teriknya sinar matahari ataupun hujan. Gazebo atau yang sering disebut kupel oleh petugas Taman Burung TMII ini memiliki atap yang terbuat dari bahan beton dengan bentuk setengah bola atau kubah (kupel). Kupel ini berfungsi sebagai tempat istirahat di area taman yang disediakan untuk pengunjung, yang berupa bangku-bangku taman untuk duduk di dalamnya. Kondisi kupel yang ada di Taman Burung TMII dapat dikatakan cukup baik, tetapi perlu dilakukan pengecatan ulang agar penampilan kupel lebih menarik dan tidak terlihat kusam. Pemeliharaan yang dilakukan selama ini adalah pemeliharaan kebersihan kupel dari kotoran burung dengan air menggunakan sikat dan selang sebagai alatnya. Pergola di Taman Burung TMII dirambati oleh tanaman hias berbunga, yaitu bunga kicir merah (Congea velutina), alamanda (Alamanda sp.) dan juga tanaman buah markisa (Passiflora sp.). Beberapa elemen keras ini terbuat dari konstruksi kayu dan sebagian lainnya terbuat dari kerangka besi. Beberapa pergola di Taman Burung TMII yang terbuat dari kayu memiliki kondisi yang tidak baik. Pengaruh suhu udara dan kelembaban yang relatif tinggi menyebabkan terjadinya pelapukan kayu hingga keropos dan hancur. Sementara ini, beberapa pergola yang kondisi kayunya keropos tidak lagi ditanamai tanaman sebelum dilakukan perbaikan pada konstruksinya. Tindakan secara preventif dapat dilakukan dengan penyemprotan anti rayap dan pengecatan pada kayu sebagai upaya untuk menghindari pelapukan kayu yang terlalu cepat (Arifin dan Arifin, 2005). Pada pergola yang terbuat dari kerangka besi memiliki kondisi yang lebih baik dan kuat untuk menyangga tanaman merambat terutama tanaman buah markisa (Passiflora sp.). Selain pemeliharaan terhadap bahan konstruksi, tanaman
64
yang merambatinya juga menjadi faktor dari pemeliharaan pergola. Oleh karena
itu, perlu dilakukan perawatan terhadap tanaman pergola, terutama dalam hal pemangkasan tanaman agar beban yang dimilikinya tidak terlalu berat. e. Pemeliharaan Kolam Taman Burung TMII memiliki kolam yang terdapat di luar dan dalam kubah. Kolam-kolam ini berfungsi untuk tempat burung jenis air berenang, mandi, ataupun mencari makan. Di dalam kolam, umumnya diisi ikan mas dan ikan mujair untuk membantu kebutuhan pakan burung. Oleh karena itu, sirkulasi air pada kolam harus berjalan baik untuk memasok oksigen yang cukup bagi ikan- ikan dalam kolam. Pengoperasian air mancur dan air terjun secara berkala merupakan cara yang digunakan untuk memperlancar sirkulasi air dalam kolam. Kolam-kolam ini berbahan dasar semen dengan sumber air berasal dari air sumur. Pengangkutan pasokan air dari sumur ke kolam menggunakan pompa. Jika pompa sedang rusak atau air sumur sedang kering, sirkulasi air pada kolam tidak berjalan baik sehingga kondisi airnya menjadi kotor dan berwarna kehijauan. Hal ini tidak hanya menyebabkan turunnya kualitas visual, tetapi juga membuat lingkungan menjadi kurang sehat karena dapat menimbulkan banyaknya nyamuk yang dapat mengganggu kenyamanan serta keamanan pengunjung. Sebaiknya pengelola selalu tanggap untuk melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan pompa karena ketersediaan air merupakan hal yang sangat penting bagi kawasan Taman Burung TMII, terutama untuk kegiatan kebersihan. Agar pompa tidak cepat rusak dan bekerja terlalu berat, perlu dilakukan perawatan terhadap sistem filtrasi yang berfungsi untuk menyaring air kolam sehingga air yang diisap pompa tidak terlalu banyak membawa kotoran. Jam kerja pompa juga harus dijadwalkan dengan baik. Perawatan dan perbaikan pompa dan pengaturan jam kerjanya merupakan tanggung jawab Bagian Teknik. Pengurasan kolam dilakukan secara insidental bergantung pada tingkat kekeruhannya, kecuali kolam di dalam sangkar. Kegiatan pemeliharaan sehari-hari yang dilakukan pada kolam adalah penjaringan daun- daun dan bulu-bulu burung yang berjatuhan di kolam (Gambar 36). Kegiatan ini dilakukan setiap pagi menggunakan tanggok (leaf rade). Namun, ketika intensitas perontokan bulu burung atau daun sedang meningkat, ada baiknya penjaringan tersebut dilakukan dua kali dalam sehari pada pagi dan siang hari.
65
Gambar 36. Penjaringan Sampah Pada Kolam 4.3.6 Pemeliharaan Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan lanskap kawasan Taman Burung TMII dikelola oleh petugas bagian taman. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan lanskap bagian taman tergolong sederhana. Walaupun jumlahnya tidak banyak, hampir semua kondisi alat-alatnya dalam keadaan baik. Peralatan taman, jumlah, dan kondisinya yang dimiliki Taman Burung TMII dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis, Jumlah, dan Kondisi Peralatan Taman di Taman Burung TMII No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Jenis Alat Garpu tanah Garpu sampah Cangkul Sekop Kored Selang plastik Sprinkler Parang /Arit Pangkas Rumput Gendong Grass mower Gunting dahan Gunting stek Mesin pangkas semak (steamer) Gergaji tangan Gunting galah Chainsaw Pengki Tong sampah Gerobak sampah Lori Golok Knapsack sprayer
Jumlah 5 3 3 1 2 5 6 4 3 1 5 2 1 3 2 1 5 35 2 4 3 2
Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup baik Baik Baik Baik Baik
Jumlah peralatan taman pada Tabel 9 belum termasuk alat yang di pegang atau disimpan sendiri oleh masing-masing pekerja seperti sapu lidi, sikat, ember,
66
gunting stek, dan pengki. Setiap alat memiliki masa efektif yang berbeda-beda.
Peralatan yang sudah melewati masa efektifnya tidak dapat bekerja secara maksimal sehingga perlu diganti dengan alat baru. Jenis peralatan dan masa efektifnya dapat dilihat pada Tabel 10. Masa efektif peralatan tergantung dari aspek perawatan dan penyimpanannya sesudah digunakan. Peralatan dapat tahan lama apabila dirawat dan disimpan secara benar (Arifin dan Arifin, 2005). Masa efektif peralatan memang tidak selalu sesuai dengan standar karena terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi dari peralatan. Masa efektif penggunaan peralatan dan bahan juga dapat dipengaruhi oleh kualitas dan merk alat, cara penggunaan alat di lapang, dan intensitas perawatan dari peralatan tersebut.
Tabel 10. Jenis Peralatan dan Masa Efektifnya No. 1 2 2 3 4 5 6 7
Jenis Peralatan Mesin pemotong rumput gendong Mesin pemotong rumput dorong Gunting pangkas dan gunting stek Kored, golok, arit, dan parang Sekop, cangkul dan garpu tanah Sapu lidi Pengki bambu Gerobak sampah Sumber: Arifin dan Arifin (2005)
Masa Efektif 3 tahun 3 tahun 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 1 bulan
Taman Burung TMII memiliki suatu gudang khusus untuk menyimpan alat dan bahan taman serta bengkel untuk tempat kegiatan perbaikan alat-alat yang rusak. Namun, tidak semua peralatan disimpan pada ruangan tersebut karena terdapat beberapa peralatan yang dibagikan pada setiap tenaga kerja sesuai dengan kebutuhannya. Alat tersebut disimpan pada lokasi tertentu di dekat area yang menjadi tanggung jawabnya agar mudah dijangkau. Akan tetapi, peralatan taman yang tergolong berat dan mahal seperti alat pangkas rumput, chainsaw, dan steamer harus disimpan dengan baik di dalam gudang. Peralatan dan bahan yang memadai serta penguasaan teknik pemeliharaan akan mempengaruhi efisiensi dan efektivitas pemeliharaan taman. Peralatan dan bahan juga sebaiknya selalu tersedia dalam kondisi yang baik sesuai dengan masa efektif penggunaannya. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap alat dan bahan harus dilakukan secara berkala agar biaya kebutuhan dan pemeliharaan alat dan bahan dapat dianggarkan dengan tepat.
67
4.3.7 Kapasitas dan Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan Kapasitas kerja dapat diketahui dengan menghitung waktu yang dibutuhkan seorang tenaga kerja dalam menyelesaikan suatu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara efektif. Penghitungan tersebut diperoleh berdasarkan pengamatan secara langsung dengan melakukan pendataan terhadap seberapa luas area yang dapat diselesaikan tenaga kerja dalam satuan waktu tertentu (jam) yang kemudian dikonversi dalam kapasitas kerja/jam/orang. Nilai kapasitas kerja operator pemelihara taman di Taman Burung TMII kemudian dibandingkan dengan kapasitas kerja pada Arifin dan Arifin (2005) dan kapasitas kerja operator pemelihara di Taman Bunga Nusantara (TBN) dalam Nurtati (2009) untuk mengetahui seberapa besar efektivitas kerjanya (Tabel 11). Secara umum, efektivitas tenaga kerja taman di Taman Burung TMII dapat dikategorikan baik. Hal ini terlihat dari beberapa nilai kapasitas kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kapasitas kerja dalam pustaka maupun TBN.
Tabel 11. Kapasitas dan Efektivitas Kerja Kegiatan Pemeliharaan Taman di Taman Burung TMII
Kapasitas Kerja/Jam/Orang Efektivitas Kerja (%) Pengamatan Pustaka TBN3 2 Lapang1 Pustaka2 TBN3 2 2 2 443,780 m 400 m 482 m 110,95 92,07 928,154 m2 800 m2 -* 116,02 - 283,619 m2 250 m2 223,3 m2 113,44 127,0 16,867 m2 10 m2 15 m2 168,68 112,4 4
Jenis Pekerjaan Di Lapang Penyapuan rumput Penyapuan perkerasan Pemotongan rumput Pemangkasan semak Penyiangan dan penggemburan semak Pembersihan perkerasan Pemangkasan pohon Pembersihan sangkar kecil Pembersihan sangkar besar
37,694 m2 565,848 m2 4 pohon 12 unit 4 unit
40 m2 800 m2 5 pohon -* -*
50 m2 -* -* -* -*
94,23 75,35 70.73 80 - -
- - - -
Keterangan : *) tidak disebutkan Sumber : 1) Pengamatan di lapang (2012) 2) Arifin dan Arifin (2005) 3) Taman Bunga Nusantara (TBN) dalam Nurtati (2009)
4) Efektivitas Kerja =
Efektivitas tenaga kerja yang tinggi dipengaruhi oleh kompetensi tenaga kerja yang memiliki pengalaman dan keterampilan yang baik serta menguasai teknik pemeliharaan. Faktor lain yang dapat mempengaruhi besar atau kecilnya
68
kapasitas kerja adalah faktor alam, kondisi tapak, dan kondisi elemen tamannya.
Contohnya, pengamatan kegiatan penyapuan yang dilakukan saat pohon sedang tidak musim merontokan daun menyebabkan jumlah volume penyapuannya tidak banyak
dan
tidak
perlu
membutuhkan
waktu
terlalu
lama
untuk
menyelesaikannya. Secara otomatis, hal tersebut akan meningkatkan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan tersebut. Pada kegiatan pemangkasan semak, besarnya kapasitas kerja dipengaruhi oleh faktor kondisi elemen taman. Pemangkasan dilakukan pada semak dengan bentuk yang sederhana yang berfungsi sebagai pagar dan memiliki ukuran yang tidak besar. Hal ini sangat mempengaruhi nilai efektivitas pemangkasan semak menjadi sangat tinggi. Selanjutnya, kondisi elemen taman juga mempengaruhi rendahnya kapasitas kerja pemangkasan pohon dan pembersihan perkerasan. Pohon yang terdapat di Taman Burung TMII umumnya sudah sangat tinggi sehingga menambah tingkat kesulitan dalam pemangkasannya. Pembersihan perkerasan biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembersihan kupel dan pembersihan kotoran-kotoran burung yang menempel sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama. Oleh karena itu, nilai kapasitasnya cukup jauh berada di bawah kapasitas kerja pembersihan perkerasan pada Arifin dan Arifin (2005). Pada hasil pengamatan di lapang, walaupun hasil efektivitas kerja menunjukkan nilai yang baik, hasil pemeliharaannya di lapang belum optimal dalam arti masih terdapat beberapa area taman yang belum tertangani sehingga tampak tidak terpelihara. Terbatasnya jumlah pekerja menjadi kendala bagi kegiatan pemeliharaan lanskap di Taman Burung TMII yang memiliki area relatif luas ini. Jumlah pekerja yang terbatas serta banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan menyebabkan hasil pemeliharaan menjadi kurang optimal. Menurut Hasibuan (2007), produktivitas dari tenaga kerja akan meningkat jika terdapat peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi, dan keterampilan dari tenaga kerjanya. 4.3.8 Pengawasan dan Evaluasi Kegiatan Pemeliharaan Taman Burung TMII merupakan salah satu unit kerja yang berada di bawah TMII sehingga evaluasi terhadap hasil kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh pihak pengelola TMII dengan melakukan pemantauan ke lapang pada periode
69
waktu tertentu secara mendadak (sistem operasi mendadak). Pengawasan dan pemantauan dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya kepada pihak Taman Burung TMII. Hal ini bertujuan agar seluruh pegawai selalu berjaga dan berusaha memelihara kondisi Taman Burung TMII serta melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Salah satu hasil dari evaluasi oleh pihak TMII ini akan menentukan unit TMII yang mendapat penghargaan dalam predikat terbaik bidang lingkungan dan pertamanan TMII. Kegiatan evaluasi juga dilakukan dengan membuat laporan pengelolaan tahunan Taman Burung TMII. Laporan ini berisi mengenai seluruh kegiatan pengelolaan Taman Burung TMII baik koleksi burung dan tanaman maupun pengunjung. Selain itu, evaluasi Taman Burung TMII sebagai taman satwa juga dilakukan oleh tim akreditasi Departemen Kehutanan. Evaluasi ini dilakukan untuk menilai kelayakan dan pengakuan (akrediatasi) terhadap kualitas Taman Burung TMII. Menurut PKBSI (2000), salah satu butir pertimbangan yang menjadi pedoman evaluasi adalah penilaian terhadap keindahan taman satwa secara menyeluruh dengan mengutamakan sistem penataan sealami mungkin serta kualitas peragaan yang memberikan kenyamanan dan keamanan bagi kehidupan satwanya. Untuk mendapat hasil penilaian yang baik terhadap hal tersebut, pengelolaan lingkungan taman menjadi faktor yang penting. Pengelolaan taman yang baik memerlukan evaluasi terhadap tenaga kerja dan hasil kegiatan pemeliharaannya. Kegiatan pengelolaan akan berjalan baik dengan adanya hubungan komunikasi yang juga baik antara atasan dan bawahan. Dalam membangun komunikasi serta koordinasi kepada para pegawai, dilakukan kegiatan pertemuan dengan seluruh tenaga kerja dan pimpinan Taman Burung TMII (Gambar 38). Kegiatan tersebut merupakan kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk membicarakan hasil kegiatan pemeliharaan, kendala, dan keluhan yang dialami pekerja, serta mencari solusi terbaiknya. Namun, jika evaluasi pemeliharaan taman hanya dilakukan dalam kegiatan pertemuan saja, tidak cukup efektif untuk dapat mengontrol serta mengevaluasi tenaga kerja dan hasil pekerjaan pemeliharaan taman. Diperlukan adanya sistem evaluasi khusus untuk kegiatan pemeliharaan taman.
70
Gambar 38. Kegiatan Pertemuan Pegawai dengan Pimpinan
Tenaga kerja pemelihara taman di Taman Burung TMII tidak diawasi secara khusus karena terbatasnya SDM untuk itu. Oleh karena itu, setiap pekerja diberi kepercayaan penuh dan tanggung jawab untuk mengerjakan pekerjaannya masing- masing dengan baik. Namun, tidak setiap pekerja selalu memiliki kesadaran dan kedisiplinan kerja yang tinggi sehingga perhatian pengelola terhadap taman serta pengawasan tetap perlu dilakukan agar tenaga kerja dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Kurangnya pengawasan dapat menyebabkan ketidakefektifan pemanfaatan waktu kerja. Contohnya, berdasarkan pengamatan di lapang, beberapa pekerja akan dengan segera menyelesaikan pekerjaannya dan dengan segera pula pergi beristirahat walaupun waktu istirahat belum tiba dan sebenarnya masih ada pekerjaan lain yang seharusnya dapat dikerjakan. Akan tetapi, terdapat pula pekerja yang dengan tekun mengerjakan pekerjaannya secara cermat dan teliti. Menurut Mondy (2008), para karyawan harus dievaluasi berdasarkan seberapa baik mereka menyelesaikan tugas yang ditetapkan dalam deskripsi pekerjaan mereka dan tujuan-tujuan spesifik lain yang telah ditentukan. Oleh karena itu, walaupun pengawasan terhadap tenaga kerja tidak dilakukan secara intensif, setidaknya Taman Burung TMII memiliki jadwal atau target pemeliharaan taman. Minimal setiap bulannya pengelola merencanakan target pemeliharaan taman dengan membuat daftar pekerjaan di luar pekerjaan pemeliharaan sehari-hari. Dengan begitu, pekerja dapat memanfaatkan waktu kerjanya dengan baik agar dapat mencapai target-targetnya. Rencana kerja tersebut kemudian menjadi bahan evaluasi oleh supervisor dan manajer. Evaluasi hasil kerja individu berdasarkan prestasi kerja merupakan sistem yang sangat baik dan mendorong setiap pekerja untuk berprestasi lebih baik.
71
Manajer sebagai pimpinan harus dapat memotivasi karyawan dengan mengenal
kebutuhan sosial dan membuat mereka merasa berguna (Stoner dan Freeman, 1994). Pemberian motivasi sangat penting untuk menciptakan semangat kerja sehingga produktivitas kerjanya menjadi lebih tinggi. Motivasi dapat ditingkatkan dengan pemberian penghargaan, bonus, dan pujian atau dengan menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik. 4.4 Pengelolaan Pengunjung 4.4.1 Pengelolaan Ticketing dan Aktivitas Wisata Akses masuk pengunjung Taman Burung TMII dapat melalui pembelian tiket masuk baik perorangan maupun rombongan. Tiket masuk perorangan dilakukan secara langsung di loket Taman Burung TMII dengan harga Rp 13.000,00 per orang. Bagi pengunjung yang datang secara rombongan biasanya mendapat potongan harga tiket untuk jumlah rombongan yang sudah ditentukan. Pemesanan tiket untuk pengunjung rombongan biasanya dilakukan sebelum hari kunjungan. Pengelola Taman Burung TMII juga menyediakan jasa pemandu wisata bagi pengunjung, tetapi di luar biaya pembelian tiket masuk. Biaya untuk satu pemandu dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 40.000,00. Setiap pembelian tiket Taman Burung TMII berlaku untuk Taman Burung TMII, Taman Konservasi Nusantara, dan Taman Ayam Hias Nusantara. Aktivitas wisata dilakukan dengan berkeliling ke seluruh area kubah (Gambar 39a) untuk melihat, mengenal, dan mempelajari berbagai koleksi burung sambil menikmati suasana taman. Selain itu, terdapat pula pelayanan jasa foto burung (Gambar 39b). Pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur (hari libur nasional atau libur sekolah) diadakan show burung, yaitu kegitan pameran berbagai burung yang memiliki keunikan atau keindahan tertentu yang menarik serta jinak dan dapat dijadikan model untuk kegiatan foto bersama burung. Pengunjung yang ingin berfoto bersama burung dikenakan biaya Rp 5.000,00 per orang per satu jenis burung. Di area gua Bantimurung mini, pengunjung dapat beristirahat sejenak untuk membeli kebutuhan makanan kecil atau minuman. Sambil beristirahat, pengunjung dapat bermain dan memberi makan ikan-ikan yang berada di kolam Wallace (Gambar 39c) dan melihat tingkah laku lucu dari burung-burung jenis air di sekitar kolam tersebut.
72 Aktivitas wisata lainnya adalah kegiatan feeding show (Gambar 39d), yaitu
kegiatan atraksi pertunjukan pemberian makan burung pelikan (Pelecanus conspicilatus) atau bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus). Pengelola juga memiliki program “s y
k ”, yaitu penjualan makanan burung untuk para
pengunjung yang ingin memberikan makanan secara langsung pada burung pelikan dan bangau tong-tong. Pengunjung hanya perlu memasukkan uang sebesar Rp 2000,00 ke dalam kotak “sayangi aku” dan mengambil satu bungkus makanan burung yang tersedia di atas kotak tersebut untuk diberikan ke pelikan atau bangau tong-tong. Para pengunjung yang datang secara rombongan biasanya tidak hanya sekedar berkeliling melihat-lihat burung saja, mereka juga biasanya melakukan kegiatan piknik di sekitar area luar kubah seperi kegiatan perpisahan sekolah, arisan, atau acara gathering lainnya.
(a) Kegiatan berkeliling kubah
(b) Kegiatan foto bersama burung
(c) Kegiatan memberi makan ikan
(d) Kegiatan feeding show
Gambar 39. Aktivitas Wisata
4.4.2 Program Promosi dan Penggalian Dana Kegiatan promosi dilakukan untuk menarik pengunjung agar target jumlah pengunjung yang telah ditetapkan dapat tercapai. Kegiatan promosi yang dilakukan berupa pemberian diskon untuk pengunjung rombongan, penyebaran
73
leaflet, dan pemasangan spanduk. Pihak marketing TMII juga menugaskan tiap bagian marketing unit-unit di bawahnya untuk melakukan promosi keluar TMII, yaitu dengan metode canvassing. Metode ini adalah kegiatan presentasi mengenai program-progam serta fasilitas wisata ke sekolah-sekolah di beberapa daerah dalam waktu tertentu. Selain itu, agar dapat meningkatkan rasa percaya dan rasa aman pengunjung untuk berwisata ke Taman Burung TMII, pengelola telah menempelkan surat resmi dari lembaga terkait pada papan informasi yang memperlihatkan hasil pemerikasaan bahwa burung-burung yang ada di dalam Taman Burung TMII tidak terinfeksi virus flu burung. Untuk membiayai kebutuhan pengelolaan Taman Burung TMII agar dapat lebih mandiri dan tidak terlalu bergantung dengan TMII, pengelola Taman Burung TMII melakukan penggalian dana selain dari penjualan tiket, kegiatan foto bersama burung atau show burung. Pengelola membuka pelayanan jasa perawatan atau pemeliharaan satwa burung dan penjualan burung tertentu hasil penangkaran (sesuai dengan izin). Selain itu, pihak pengelola Taman Burung TMII juga sedang berencana untuk mengadakan program orang tua asuh atau adopsi untuk burung- burung yang dirawat di Taman Burung TMII. Program ini menawarkan kepada masyarakat ataupun perusahaan yang mau menjadi orang tua asuh burung (sponsor) dengan memberikan biaya perawatan burung setiap bulannya dalam jumlah tertentu. 4.4.3 Analisis Daya Dukung Analisis daya dukung bertujuan mengetahui kemampuan kawasan/tapak (site capability) Taman Burung TMII sebagai area rekreasi dengan menentukan kapasitas atau jumlah pengunjung yang dapat ditampung. Menurut Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2004), daya dukung rekreasi berkaitan dengan pemeliharaan integritas sumber daya (alam dan lingkungan) dan memberikan peluang yang tinggi terhadap pengalaman berekreasi yang berkualitas tinggi bagi para penggunanya. Untuk menghitung daya dukung kawasan, data yang dibutuhkan adalah luas area kawasan yang digunakan untuk aktivitas rekreasi dan standar kebutuhan ruang aktivitas rekreasinya. Standar kebutuhan ruang dari aktivitas rekreasi yang dilakukan diasumsikan berdasarkan kemiripan aktivitas
74
yang dilakukan dengan strandar aktivitas rekreasi menurut Chiara dan Kopellman (1994). Aktivitas rekreasi utama di Taman Burung TMII berupa kegiatan berjalan- jalan mengelilingi kubah-kubah sambil melihat dan mengamati tingkah laku burung. Penghitungan kapasitas daya dukung dilakukan pada dua area, yaitu area Taman Burung TMII dan Taman Konservasi Nusantara. Luas area yang digunakan untuk aktivitas ini merupakan jumlah dari luas jalur sirkulasi yang dilalui oleh pengunjung untuk kegiatan mengamati burung. Pada area Taman Burung TMII luasnya sekitar 4469,41 m2 dan area Taman Konservasi Nusantara sekitar 1983,57 m2. Berdasarkan hasil kuesioner, mayoritas pengunjung melakukan aktivitas ini selama 2 sampai 4 jam atau rata-rata 3 jam. Waktu kunjungan per hari yang diizinkan adalah 9 jam sehingga diketahui faktor rotasinya sebesar 3 kali. Standar kebutuhan ruang dari aktivitas rekreasi di Taman Burung TMII ini diasumsikan sama dengan standar kebutuhan ruang dari kegiatan berjalan-jalan, fotografi, duduk, mengamati dan melihat pemandangan yaitu seluas 8 m2/orang. Penghitungan menggunakan rumus daya dukung fisik menghasilkan bahwa kapasitas daya dukung terhadap jumlah pengunjung kawasan Taman Burung TMII adalah sebanyak 1.676 orang per hari dan Taman Konservasi Nusantara sebanyak 743 orang per hari. Berdasarkan data jumlah pengunjung Taman Burung TMII tahun 2011 (Tabel 7), jumlah kunjungannya masih sekitar 414 orang per hari (jumlah per tahun/365 hari). Jumlah ini masih jauh berada di bawah kapasitas daya dukung kawasan tersebut. Namun, pada saat belum merebaknya isu flu burung (sekitar tahun 1993-1997), jumlah kunjungan Taman Burung TMII pernah mencapai 500.000 orang per tahun atau sekitar 1.369 orang per hari (Prana et al.,1997). Hal ini menunjukkan bahwa Taman Burung TMII pernah mengalami masa kejayaan dengan jumlah pengunjungnya yang mendekati jumlah kapasitas daya dukungnya. Saat ini Taman Burung TMII masih dapat meningkatkan lagi jumlah pengunjungnya hingga mencapai jumlah yang sesuai dengan kapasitas daya dukungnya. Menurut Clawson, Held, dan Stoddard dalam PKBSI (2000), area taman satwa yang memiliki daya tampung besar adalah area yang dapat menampung 2.500 pengunjung dalam satu hektar atau lebih setiap tahun. Oleh
75 karena itu, Taman Burung TMII yang memiliki kapasitas jumlah kunjungan
sebesar 611.740 orang per tahun (jumlah kunjungan per hari x 365 hari) termasuk taman satwa yang memiliki daya tampung besar. 4.4.4 Karakteristik Pengunjung Responden yang mengisi kuesioner berjumlah 30 orang yang terdiri dari 13 laki-laki dan 17 perempuan. Taman Burung TMII didominasi oleh pengunjung atau responden dengan tingkat usia 25-55 tahun (50%) dan selanjutnya diikuti oleh responden dengan tingkat usia 15-24 tahun (43%). Sisanya sebesar 7% adalah responden dengan usia lebih dari 55 tahun. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden adalah orang tua yang datang bersama anak-anaknya. Taman Burung TMII yang memiliki konsep rekreasi dan edukasi ini menjadi alasan banyak orang tua mengajak anak-anak atau keluarganya datang berkunjung ke tempat ini. Mereka dapat bersenang-senang melihat keindahan dan kelucuan tingkah laku burung, juga dapat mengenal dan menambah pengetahuan tentang burung. Berdasarkan pengamatan di lapang, pengunjung dengan usia kurang dari 14 tahun juga cukup sering terlihat di area Taman Burung TMII. Pengunjung usia ini biasanya merupakan rombongan pelajar seperti rombongan murid playgroup, TK, ataupun SD. Data hasil perhitungan kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengunjung Taman Burung TMII rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Sebanyak 37% merupakan responden lulusan SMA, 30% merupakan lulusan S1, dan 23% merupakan lulusan D3. Sisanya sebanyak 10% merupakan responden lulusan SMP. Para responden tersebut ada yang bekerja sebagai pegawai swasta (30%), ibu rumah tangga (20%), pelajar (20%), dan mahasiswa (13%). Masing-masing sebanyak 3,3% responden bekerja sebagai PNS dan wirausaha sedangkan 10% lainnya mengaku sudah pensiun. Persentase tersebut menunjukkan bahwa peminat Taman Burung TMII hampir merata di setiap latar belakang pekerjaan termasuk para pensiunan. Mereka yang telah pensiun ini biasanya seringkali mengunjungi Taman Burung TMII karena memiliki hobi atau ketertarikan terhadap satwa burung. Taman Burung TMII memiliki pengunjung yang sebagian besar berasal dari Jabodetabek. Sebanyak 77% responden merupakan masyarakat jabodetabek, 17% masyarakat luar jabodetabek, dan 6% masyarakat sekitar TMII. Selain itu, turis
76 atau pengunjung dari mancanegara juga seringkali terlihat di area Taman Burung
TMII ini. Mereka umumnya menggemari keanekaragaman jenis dan keindahan burung-burung Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa burung merupakan satwa yang cukup populer di kalangan masyarat baik lokal ataupun mancanegara. Para pengunjung yang menyenangi satwa burung umumnya tidak hanya sekali saja datang ke Taman Burung TMII, tetapi mereka menyatakan bahwa seringkali kembali ke tempat ini walaupun hanya sekedar untuk mendengarkan suara kicauan burung. Sebanyak 3% responden mengaku berkunjung ke taman satwa burung ini satu minggu sekali, 10% responden berkunjung satu bulan sekali, dan 23% responden berkunjung enam bulan sekali. Sebanyak 37% responden menyatakan frekuensinya berkunjung ke Taman Burung TMII sekitar satu tahun sekali dan sebanyak 27% responden mengaku baru pertama kali berkunjung ke taman satwa burung ini. Sebagian responden menyatakan tujuannya berkunjung ke Taman Burung TMII adalah untuk belajar mengenai satwa burung sambil bermain (28%), menyegarkan pikiran (26%), dan untuk mengisi waktu luang (23%). Sebagian responden lainnya bertujuan menyalurkan hobi (6%) dan mencari inspirasi (3%). Kebanyakan para responden melakukan kunjungan di Taman Burung TMII ini selama 2-4 jam (43%). Beberapa responden yang melakukan kunjungan selama 1- 2 jam dan 4-8 jam masing-masing sebanyak 27%, sedangkan yang melakukan kunjungan kurang dari satu jam hanya sebanyak 3%. Kegiatan wisata berjalan- jalan mengelilingi kubah-kubah memang tidak menghabiskan waktu yang terlalu lama. Responden yang berkunjung selama 4-8 jam biasanya memiliki kegiatan lainnya, yaitu seperti melakukan kegiatan belajar fotografi, acara perpisahan sekolah, dan kegiatan gathering lainnya. Sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka mengunjungi Taman Burung TMII bersama keluarga (63%). Sebagian responden lainnya datang bersama teman dan keluarga, yaitu sebesar 17%, hanya bersama teman sebesar 10%, bersama rekan kerja sebesar 3%. dan responden yang datang bersama-sama secara rombongan sebesar 7%. Satwa burung merupakan objek yang menarik karena keindahan dan kelucuannya sehingga banyak pengunjung yang ingin mengabadikan dirinya bersama burung-burung tersebut dalam foto. Selain itu, kicauan burung dan
77
atraksi pemberian makan burung (feeding show) juga menjadi hal yang menarik
bagi para pengunjung. Sebanyak 35% responden menyukai kegiatan foto bersama burung, 29% responden senang mendengarkan kicauan burung, dan 14% responden menyukai atraksi dari kegiatan feeding show. Tidak hanya burung saja yang menjadi objek yang menarik bagi pengunjung, sebanyak 22% responden juga menyatakan bahwa mereka menyukai kegiatan memberi makan ikan. Berdasarkan aktivitas yang dilakukan selama di Taman Burung TMII, sebanyak 30% responden melakukan aktivitas sosial seperti piknik dan kegiatan gathering lainnya. Aktivitas edukatif dan aktivitas kreatif juga dilakukan para responden, yaitu masing-masing sebanyak 20%. Aktivitas edukatif adalah kegiatan belajar mengenal satwa burung serta tumbuhan dan aktivitas kreatif adalah kegiatan seperti photo hunting. Sebanyak 17% respoden melakukan aktivitas alam, yaitu kegiatan berinteraksi dengan satwa seperti kegiatan memberi makan pelikan atau ikan. Tiket masuk Taman Burung TMII berlaku untuk tiga lokasi, yakni Taman Burung TMII, Taman Konservasi Nusantara, dan Taman Ayam Hias Nusantara. Hal ini belum banyak diketahui oleh pengunjung. Responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui hal tersebut sebanyak 73%, sedangkan yang mengetahui hal tersebut sebanyak 27%. Bagi sebagian responden yang telah mengetahui hal tersebut, mereka menyatakan akan memanfaatkan tiket masuknya untuk mengunjungi ketiga lokasi tersebut. Sebagian responden lainnya memilih tidak akan mengunjungi lokasi lainnya karena tujuan utamanya adalah Taman Burung TMII. Responden yang menyatakan tertarik dan akan mengunjungi ketiga lokasi tersebut sebanyak 53% dan responden yang menyatakan hanya akan mengunjungi area Taman Burung TMII saja dan tidak tertarik mengunjungi area lainnya sebanyak 47%. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi pihak pengelola untuk lebih informatif dalam memberitahukan hal mengenai pemberlakuan tiket masuk untuk tiga lokasi tersebut. Informasi mengenai hal ini mungkin saja dapat lebih menarik perhatian pengunjung TMII untuk membeli tiket Taman Burung TMII. Hasil kuesioner juga menunjukkan beberapa harapan pengunjung terhadap pengelola Taman Burung TMII. Sebanyak 30% responden mengharapkan
78 perbaikan dan peningkatan kualitas fasilitas rekreasi dan sebanyak 26% responden
mengharapkan adanya peningkatan keindahan taman. Hal ini menunjukkan bahwa pemeliharaan taman di Taman Burung TMII beserta segala fasilitas di dalamnya belum optimal. Cukup banyak responden yang menginginkan adanya penambahan program atau atraksi wisata di area Taman Burung TMII, yaitu sebanyak 25%. Terdapat pula beberapa responden yang mengharapkan agar harga tiket masuk dapat lebih terjangkau (10%) dan mengharapkan agar pelayanan serta kenyamanan di area wisata ini dapat lebih ditingkatkan (9%). 4.4.5 Persepsi Pengunjung Selain untuk mengetahui karakteristik pengunjung, pembagian kuesioner juga bertujuan mengetahui persepsi pengunjung terhadap kualitas visual lanskap dan hasil kegiatan pengelolaan Taman Burung TMII. Pendapat pengunjung mengenai kepuasan dan kepentingan dari objek atau atraksi wisata yang dapat dinikmatinya di Taman Burung TMII juga merupakan hal yang perlu diketahui oleh pengelola. Penilaian terhadap kualitas visual lanskap keseluruhan Taman Burung TMII dilakukan dengan menentukan tingkat keindahannya dengan membaginya ke dalam beberapa area (Gambar 40). 80 60
60 40 20
23 4
10
3
50 20 27 0
3
47 7
6 0
3 0
0 Pintu Masuk
Selasar dan Parkir
Taman Dalam Kubah
Taman Luar Kubah
Gambar 40. Grafik Tingkat Keindahan Area Taman Burung TMII
Tingginya persentase kategori cukup indah hampir di tiap area menunjukkan bahwa secara keseluruhan area Taman Burung TMII sudah memiliki desain yang cukup indah. Namun, pada area pintu masuk dan selasar parkir yang masih mendapatkan penilaian rendah (3%) menunjukkan bahwa perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan kualitas visualnya. Area taman di luar kubah, lanskapnya dinilai lebih indah diantara area lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya responden yang menilai area ini sangat indah (14%) dan indah (43%). Hal ini
79
dikarenakan taman yang ada di luar kubah memiliki penampilan yang lebih
semarak jika dibandingkan dengan taman di dalam area kubah yang bertemakan alami. Meskipun hasil kuesioner yang secara keseluruhan menunjukkan bahwa area lanskap Taman Burung TMII sudah cukup indah, pihak pengelola sebaiknya terus meningkatkan kualitas visual lanskapnya agar memiliki tingkat keindahan yang lebih baik lagi. Persepsi pengunjung mengenai hasil kegiatan pengelolaan Taman Burung TMII merupakan hal yang juga perlu diketahui sebagai bahan evaluasi bagi pihak pengelola. Para responden diminta untuk menilai hasil pengelolaan Taman Burung TMII mengenai beberapa aspek, yaitu kebersihan, keamanan, fasilitas, pelayanan, dan kenyamanan (Gambar 41). Rata-rata persepsi terhadap aspek pengelolaan Taman Burung TMII juga mendapat penilaian cukup baik dari para responden. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya persentase penilaian cukup baik di tiap aspek pengelolaan.
80
67
53 53 53 40 40
57
60
43
40
23
20 3
7
0
0
0 0
0
0 Kebersihan
Keamanan
7 7 0 0 0
Fasilitas
Pelayanan
Sangat baik Baik
33
14
Cukup baik
0 0
Kurang baik Tidak baik
Kenyamanan
Gambar 41. Grafik Penilaian Aspek Pengelolaan di Taman Burung TMII
Penilaian paling baik terlihat pada aspek kenyamanan. Rasa nyaman berada pada suatu area yang memiliki kesan suasana alami adalah salah satu aspek yang ditawarkan oleh pengelola kepada pengunjung di Taman Burung TMII. Aspek tersebut pun mendapat tanggapan sangat baik (14%) dan baik (33%) dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan aspek lainnya. Pada aspek kebersihan, fasilitas, dan pelayanan masih mendapat penilaian kurang baik dari beberapa responden (7%). Sebaiknya dilakukan evaluasi terhadap aspek-aspek pengelolaan tersebut agar dapat mengetahui kekurangannya dan berupaya sebaik mungkin untuk terus meningkatkan kualitasnya.
80 Taman Burung TMII sebagai suatu area wisata yang bermisikan rekreasi dan
edukasi perlu mengatahui bagaimana persepsi pengunjung mengenai kepuasan serta kepentingan dari objek serta atraksi wisata yang berada di area wisata ini (Gambar 42 dan Gambar 43). Hal ini penting sebagai bahan evaluasi agar Taman Burung TMII dapat memperbaiki dan mengembangkan objek serta atraksi wisatanya untuk disuguhkan kepada pengunjungnya. 50
43
40 43 33
40 30 20 10
27 10
17 17 10 3
37 47
10 7 0 3 0 7
0 Interpretasi koleksi satwa dan tumbuhan
40
Melihat atraksi satwa burung
6
Sangat puas Puas Cukup puas Kurang puas Tidak puas
Mendengar Berinteraksi kicauan burung langsung dengan burung
Gambar 42. Grafik Tingkat Kepuasan Aktivitas Wisata di Taman Burung TMII
60 50 40 30 20 10 0
48 41
52
48 44 52 30 33
11 0 0 Interpretasi koleksi satwa dan tumbuhan
8
11
0 0
4 3
Melihat atraksi satwa burung
Mendengar kicauan burung
15 0 0
Sangat penting Penting Cukup penting Kurang penting Tidak penting
Berinteraksi langsung dengan burung
Gambar 43. Grafik Tingkat Kepentingan Aktivitas Wisata di Taman Burung TMII
Berdasarkan hasil kuesioner, mayoritas responden merasa cukup puas dengan aktivitas wisata yang dilakukannya di Taman Burung TMII dan menyatakan seluruh aktivitas tersebut penting. Pada aktivitas interpretasi koleksi satwa dan tumbuhan, mayoritas responden merasa cukup puas (43%) dengan nilai pendidikan yang mereka peroleh. Namun, masih ada beberapa responden yang merasa kurang puas (17%) dan bahkan merasa tidak puas (3%) dengan nilai pendidikan yang didapatkannya dari aktivitas interpretasi terebut. Padahal, mayoritas responden menyatakan bahwa aktivitas tersebut penting. Pengelola sebaiknya meningkatkan pelayanan dan memperbaiki perlengkapan yang
81 dibutuhkan untuk menunjang aktivitas ini agar nilai pendidikan atau pengetahuan
yang disampaikan dapat diinformasikan dengan baik dan kepuasan pengunjung pun meningkat. Bagi para responden, aktivitas yang dirasa sangat penting adalah aktivitas yang dapat memberikan kesempatan kepada responden untuk melihat atraksi dari berbagai jenis burung. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya persentase jumlah responden yang menyatakan aktivitas ini sangat penting, yaitu sebanyak 48% dan yang menyatakan penting sebanyak 44%. Meskipun demikian, masih ada responden yang merasa kurang puas (17%) terhadap aktivitas ini. Hal ini sebaiknya menjadi pertimbangan pengelola untuk meningkatkan kualitas atraksi atau pun menambah atraksi yang lebih menarik lagi. Pada aktivitas lainnya, yaitu mendengarkan kicauan burung dan berinteraksi langsung dengan burung, mayoritas responden sudah merasa puas dengan aktivitas tersebut. Namun, masih terdapat beberapa responden yang merasa kurang puas. Walaupun jumlahnya tidak banyak, sebaiknya hal tersebut tetap menjadi perhatian pihak pengelola sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas rekreatif di Taman Burung TMII. Pihak pengelola sebaiknya lebih informatif dalam menginformasikan kepada pengunjung waktu-waktu yang tepat untuk dapat melihat atraksi-atraksi burung. Misalnya, pengelola membuat informasi bahwa pada bulan tertentu burung merak sedang melebarkan sayapnya yang indah di musim kawinnya atau menginformasikan koleksi tumbuhannya seperti terdapat pisang seribu yang khas dan unik tumbuh dan sedang berbuah di Taman Burung TMII, dan informasi lainnya mengenai objek atau atraksi yang dapat menarik minat pengunjung. 4.5 Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dalam pengelolaan dengan mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal Taman Burung TMII. Perumusan strategi dilakukan dengan menetapkan kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) internal dan mengenali peluang (opportunity) dan ancaman (threat) eksternal. Alternatif strategi yang dihasilkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak pengelola dalam melaksanakan strategi pengelolaan.
82
4.5.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Berikut ini disajikan hasil identifikasi dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki Taman Burung TMII. a. Kekuatan (strength) 1. Desain lanskap yang menarik dan suasana yang nyaman Desain lanskap Taman Burung TMII memiliki konsep yang kuat dan didesain sealami mungkin dengan berbagai koleksi tumbuhannya yang khas untuk menciptakan lingkungan yang dapat menyerupai habitat asli satwa burung di dalamnya sehingga menghasilkan lanskap dengan suasana yang alami dan nyaman. Selain itu, suara kicauan burung yang dapat didengarkan di area taman dapat memberikan suasana yang menyenangkan dan menenangkan. 2. Jenis burung yang beragam dan unik Burung merupakan salah satu satwa yang cukup populer di kalangan masyarakat. Keberagaman jenis dan keunikan burung-burung yang ada di Taman Burung TMII dapat menjadi potensi wisata yang menarik bagi pengunjung baik lokal maupun mancanegara. 3. Konsep peragaan koleksi burung yang menarik Burung-burung yang dipelihara di Taman Burung TMII hidup seperti di habitat aslinya dalam rangkaian kubah-kubah raksasa sebagai sangkar yang memiliki bentuk bangunan yang unik. Koleksi burungnya yang dilepas bebas dalam area Taman Burung TMII memberikan kesenangan bagi pengunjung karena mereka dapat merasa lebih dekat dengan burung-burung tersebut. 4. Kapasitas daya dukung yang besar Berdasarkan hasil analisis daya dukung, Taman Burung TMII memiliki kapasitas jumlah pengunjung yang besar. Namun, saat ini jumlah pengunjung yang dimiliki Taman Burung TMII masih berada di bawah jumlah kapasitas daya dukungnya sehingga pengelola dapat terus meningkatkan jumlah pengunjungnya. b. Kelemahan (weakness) 1. Jumlah SDM yang terbatas
83
Kurangnya staf ahli dan tenaga kerja lapang menjadi salah satu hambatan
bagi
Taman
Burung
TMII
dalam
melaksanakan
pengelolaannya secara optimal. 2. Pemeliharaan lanskap dan sarana prasarana yang belum optimal Kegiatan pemeliharaan lanskap belum terkoordinasi dengan baik dalam penjadwalan dan sistem evaluasinya secara khusus. Terdapat beberapa sarana dan prasarana yang memiliki peran cukup penting, tetapi dalam kondisi tidak baik sehingga untuk sementara ini tidak dapat difungsikan. Taman Burung TMII juga kerap kesulitan dalam ketersediaan prasarana air. 3. Kurangnya atraksi wisata Menurut para pengunjung, diperlukan penambahan atraksi wisata di Taman Burung TMII agar pengalaman wisata yang diperolehnya dapat lebih beragam dan berkesan. 4. Lokasi yang berbatasan dengan pemukiman penduduk Lokasinya kurang mendukung karena berbatasan langsung dengan penduduk sehingga sangat beresiko terhadap kemungkinan pencurian burung ataupun kemungkinan lain yang berasal dari dalam Taman Burung TMII yang dapat menimbulkan kekhawatiran para penduduk. 5. Pengelolaan taman satwa memerlukan biaya cukup besar Kebutuhan suatu taman satwa seperti Taman Burung TMII cukup banyak sehingga memerlukan anggaran biaya yang cukup besar dalam pemberian pakan, pemeliharaan burung, dan pemeliharaan sangkar dan lingkungannya. c. Peluang (opportunity) 1. Pengoptimalan peluang bisnis Taman Burung TMII dapat melayani minat masyarakat terhadap burung sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penjualan burung hasil penangkaran dan penyediaan jasa pelayanan kesehatan dan perawatan serta kegiatan pertunjukan (show burung) di luar TMII dapat menjadi tambahan bagi pemasukan Taman Burung TMII. Selain itu, lanskapnya yang menarik juga diminati oleh berbagai pihak yang ingin
84 menggunakan atau menyewa area Taman Burung TMII untuk kegiatan
shooting atau pemotretan. 2. Kerja sama dengan berbagai pihak Kerja sama dengan berbagai lembaga atau instansi untuk mengembangkan misi pendidikan, penelitian, dan pelestarian serta dengan
berbagai
perusahaan
untuk
mengembangkan
misi
kepariwisataan. Kerja sama dilakukan dengan pertukaran informasi mengenai hasil-hasil penelitian teknik ilmiah, sosial, ekonomi, dan lain- lain atau pun mengadakan events tertentu untuk melakukan pembinaan serta promosi. 3. Peminat yang beragam dari berbagai latar belakang Berdasarkan hasil kuesioner, peminat Taman Burung TMII beragam dari berbagai usia, pendidikan, dan pekerjaan. d. Ancaman (threat) 1. Persaingan dengan taman satwa lainnya dan arena hiburan baru Terdapat arena rekreasi lain mengenai satwa di TMII dan di daerah Jakarta seperti Taman Akuarium Air Tawar, Museum Reptil dan Komodo, kebun binatang Ragunan serta tidak menutup kemungkinan akan muncul area taman satwa atau arena hiburan baru yang dapat menyuguhkan objek rekreasi yang lebih inovatif. 2. Pengunjung yang rentan terhadap isu penyakit burung Isu flu burung yang pernah marak di Indonesia menyebabkan berkurangnya jumlah pengunjung Taman Burung TMII secara dratis. 4.5.2 Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Pada tahap ini dilakukan penilaian bobot kepentingan pada faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi. Penilaian dilakukan dengan menentukan tingkat kepentingan dari faktor-faktor tersebut (Tabel 12 dan 13). Setelah menentukan tingkat kepentingan, selanjutnya dilakukan pembobotan pada setiap faktor (Tabel 14 dan 15).
85
Tabel 12. Tingkat Kepentingan Faktor Interal Taman Burung TMII Simbol Faktor Internal Faktor Kekuatan (Strenghts) S1 Desain lanskap yang menarik dan suasana yang nyaman S2 Jenis burung yang beragam dan unik S3 Konsep peragaan koleksi burung yang menarik S4 Kapasitas daya dukung yang besar
Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Penting Penting
Faktor Kelemahan (Weaknesses) W1 Jumlah SDM yang terbatas W2 Pemeliharaan lanskap dan sarana prasarana yang belum optimal W3 Kurangnya atraksi wisata W4 Lokasi yang berbatasan dengan pemukiman penduduk W5 Pengelolaan taman satwa memerlukan biaya cukup besar
Sangat penting Sangat penting Sangat penting Penting Cukup penting
Tabel 13. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Taman Burung TMII Simbol Faktor Eksternal Faktor Peluang (Opportunities) O1 Mengoptimalkan peluang bisnis O2 Kerjasama dengan berbagai pihak O3 Peminat beragam dari berbagai latar belakang Faktor Ancaman (Threats) T1 Persaingan dengan taman satwa lainnya dan arena hiburan baru T2 Pengunjung rentan terhadap isu penyakit burung
Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Cukup penting Sangat penting Sangat penting
Tabel 14. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Taman Burung TMII Simbol
S1
S1
S2
S3
S4
W1
W2
W3
W4
W5
3
3
3
2
2
2
3
4
22
0,15
2
2 2
1 1 1
1 1 1
2 1 1
2 2 2
3 3 3
14 13 13
0,09 0,09 0,09
2
2
3
4
22
0,15
2
3
4
22
0,15
3
4
21
0,14
3
13 8 148
0,09 0,05 1,00
S2 S3 S4
1 1 1
2 2
3
W1
2
3
3
3
W2
2
3
3
3
2
W3
2
2
3
3
2
2
W4 W5 Total
1 1
2 1
2 1
2 1
1 1
1 1
1 1
1
Total
Bobot
Tabel 15. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Taman Burung TMII Simbol O1 O2 O3 T1 T2 Total
O1 1 1 2 1
O2 3 1 3 2
O3 4 3 3 3
T1 2 1 1 1
T2 3 2 1 3
Total 12 7 4 11 7 41
Bobot 0,29 0,17 0,10 0,27 0,17 1,00
86
4.5.3 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Setiap faktor strategis internal dan eksternal yang telah dibobot kemudian ditentukan peringkatnya (rating) dengan skala 1-4. Peringkat (rating) setiap faktor strategis tersebut ditentukan berdasarkan seberapa efektif strategi Taman Burung TMII saat ini dalam merespons faktor tersebut. Selanjutnya, bobot dari setiap faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 16 dan 17).
Tabel 16. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Taman Burung TMII Simbol
Faktor Internal
Kekuatan (Strenghts) S1 Desain lanskap yang menarik dan suasana yang nyaman S2 Keberagaman jenis dan keunikan burung S3 Konsep peragaan koleksi burung yang menarik S4 Kapasitas daya dukung yang besar Kelemahan (Weaknesses) W1 Jumlah SDM yang terbatas W2 Pemeliharaan lanskap dan sarana prasarana belum optimal W3 Kurangnya atraksi wisata W4 Lokasi berbatasan dengan pemukiman penduduk W5 Pengelolaan taman satwa memerlukan biaya cukup besar Total
Bobot
Rating
Skor
0,15 0,09 0,09 0,09
4 3 3 4
0,60 0,27 0,27 0,36
0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,14 0,09 0,05 1,00
1 3 2
0,14 0,27 0,10 2,22
Tabel 17. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Taman Burung TMII Simbol Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) O1 Pengoptimalan peluang bisnis O2 Kerja sama dengan berbagai pihak O3 Peminat yang beragam dari berbagai latar belakang Ancaman (Threats) T1 Persaingan dengan taman satwa lainnya dan arena hiburan baru T2 Pengunjung yang rentan terhadap isu penyakit burung Total
Bobot
Rating
Skor
0,29 0,17 0,10
4 3 3
1,16 0,51 0,30
0,27 1 0,27 0,17 1,00
2
0,34 2,58
Berdasarkan hasil perhitungan pada matriks IFE dan EFE diperoleh hasil bahwa kondisi internal Taman Burung TMII memiliki total skor sebesar 2,22 dan kondisi eksternalnya memiliki total skor sebesar 2,58. Menurut David (2008), rata-rata skor bobot total adalah 2,5. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa jika nilai total skor IFE dan EFE berada di bawah 2,5, nilai tersebut mengindikasikan kondisi internal dan eksternal yang lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5, mengindikasikan kondisi internal dan eksternal yang kuat. Dari pernyataan
87
tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi Taman Burung TMII masih lemah
secara internal, tetapi sudah cukup berhasil dalam merespons faktor eksternal. Hasil total skor IFE dan EFE kemudian diposisikan dalam matriks internal- eksternal (matriks IE), yaitu matriks yang memiliki tampilan sembilan sel yang menempatkan bobot IFE total pada sumbu X dan skor bobot EFE total pada sumbu Y. Posisi tersebut menunjukkan apakah kondisi Taman Burung TMII berada dalam kondisi kuat, sedang, atau lemah serta menentukan strategi yang sebaiknya dilakukan. Hasil pemetaan antara matriks IFE dan EFE dapat dilihat pada matriks IE (Gambar 44).
Total Skor IFE 4.0 Kuat
Total Skor EFE
3.0 Sedang 2.0 Lemah 1.0
Kuat
3.0 Sedang 2.0
Lemah
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
1.0
Gambar 44. Matriks Internal-Eksternal Taman Burung TMII
Berdasarkan matriks IE, posisi Taman Burung TMII berada pada Sel V yang menunjukkan strategi yang tepat adalah dengan menjaga dan mempertahankan (hold and maintain), dengan strategi yang paling banyak digunakan pada posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk (David, 2008). Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan upaya pemasaran secara lebih besar baik dalam memperkuat diri di pasar yang telah dikuasai maupun memperluas pasar dengan meningkatkan penawaran atau promosi serta memperbaiki dan memodifikasi objek dan atraksi wisata yang telah dimiliki atau mengembangkan atraksi wisata baru yang lebih menarik dan inovatif untuk ditawarkan. 4.5.4 Pembuatan Matriks SWOT Pada tahap ini dilakukan pencocokan faktor-faktor internal dan eksternal yang dimiliki Taman Burung TMII, yaitu dengan menyesuaikan peluang dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Dalam
88 matriks SWOT ini dapat ditunjukkan beberapa alternatif strategi pengelolaan yang
dapat digunakan oleh Taman Burung TMII (Tabel 18).
Tabel 18. Matriks SWOT untuk Membentuk Alternatif Strategi Pengelolaan Faktor Ekternal Faktor Internal Kekuatan (Strenghts) 1. Desain lanskap yang menarik dan suasana yang nyaman 2. Jenis burung yang beragam dan unik 3. Konsep peragaan koleksi burung yang menarik 4. Kapasitas daya dukung yang besar Kelemahan (Weaknesses) 1. Jumlah SDM terbatas 2. Pemeliharaan lanskap dan sarana prasarana yang belum optimal 3. Kurangnya atraksi wisata 4. Lokasi berbatasan dengan pemukiman penduduk 5. Pengelolaan taman satwa butuh biaya cukup besar
Peluang (Opportunities) 1. Pengoptimalan peluang bisnis 2. Kerjasama dengan berbagai pihak 3. Peminat yang beragam dari berbagai latar belakang Strategi SO 1. Memperluas jaringan pasar dengan mempromosikan kegiatan wisata berwawasan lingkungan dan satwa burung baik melalui berbagai media maupun penawaran serta kerja sama dengan berbagai pihak Strategi WO 4. Memperbaiki sistem pemeliharaan dalam pengelolaan tenaga kerja, jadwal, dan anggaran biaya pemeliharaan lanskapnya 5. Memperbaiki sarana prasarana agar fungsinya dapat dimanfaatkan secara lebih optimal 6. Meningkatkan keamanan area disertai pembinaan mengenai pelestarian lingkungan terutama pada masyarakat sekitar dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga/instansi lainnya
Ancaman (Threats) 1. Persaingan dengan taman satwa lainnya dan arena hiburan baru 2. Pengunjung yang rentan terhadap isu penyakit burung Strategi ST 2. Menarik minat pengunjung dengan meningkatkan keberagaman jenis koleksi dan atraksi burung beserta kualitas lanskapnya 3. Meningkatkan kebersihan untuk mencerminkan kondisi lingkungan yang sehat Strategi WT 7. Menambah staf yang ahli dan kreatif untuk menciptakan objek dan atraksi wisata yang lebih menarik, atraktif, dan variatif
4.5.5 Ranking Alternatif Strategi Pemeringkatan atau ranking terhadap alternatif strategi dilakukan untuk membantu mengetahui peringkat atau prioritas dari alternatif strategi yang sebaiknya dilakukan dalam pengelolaan Taman Burung TMII. Skor dengan nilai paling tinggi memiliki tingkat prioritas yang tinggi pula (Tabel 19).
89
Tabel 19. Ranking Alternatif Strategi
No. Alternatif Strategi SWOT Skor Ranking 1. Memperluas jaringan pasar dengan mempromosikan S1,S2,S3, 3,47 1 kegiatan wisata berwawasan lingkungan dan satwa burung S4,O1,O2, baik melalui berbagai media maupun penawaran serta kerja O3 sama dengan berbagai pihak 2. Menarik minat pengunjung dengan meningkatkan S1,S2,S3, 1,77 4 keberagaman jenis koleksi dan atraksi burung beserta S4,T1 kualitas lanskapnya 3. Meningkatkan kebersihan untuk mencerminkan kondisi S1,S2,T2 1,21 5 lingkungan yang sehat 4. Memperbaiki sistem pemeliharaan dalam pengelolaan W1,W2, 2,07 2 tenaga kerja, jadwal, dan anggaran biaya pemeliharaan W5,O1,O2 lanskapnya 5. Memperbaiki sarana prasarana agar fungsinya dapat W2,W3, 2,02 3 dimanfaatkan secara lebih optimal W4,O1,O3 6. Meningkatkan keamanan area disertai pembinaan mengenai W2,W4,O2 0,93 6 pelestarian lingkungan terutama pada masyarakat sekitar dengan bekerja sama dengan berbagai lembaga atau instansi lainnya 7. Menambah staf yang ahli dan kreatif untuk menciptakan W1,W2, 0,71 7 objek dan atraksi wisata yang lebih menarik, atraktif, dan W3,T1 variatif 4.5.6 Penjabaran Strategi Pengelolaan sebagai Rekomendasi
Berikut ini dilakukan penjabaran terhadap strategi pengelolaan sebagai rekomendasi bagi pengelola agar dapat dipahami secara lebih jelas. a. Strategi Memperluas Jaringan Pasar dengan Mempromosikan Kegiatan Wisata Berwawasan Lingkungan dan Satwa Burung Melalui Berbagai Media Maupun Penawaran serta Kerja Sama dengan Berbagai Pihak Dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung dan memperluas hubungan kerja sama, kegiatan promosi dan upaya membangun komunikasi dengan berbagai lembaga atau pun perusahaan harus lebih gencar dilakukan. Hal ini merupakan salah satu upaya dari strategi penetrasi pasar, yaitu meningkatkan upaya pemasaran atau iklan dan penawaran/promosi berbagai produk (David, 2008). Kegiatan
wisata
berwawasan
lingkungan
dan
satwa
burung
dapat
dipertimbangkan untuk dijadikan tema khusus dalam kegiatan promosi. Tema ini menawarkan pengalaman wisata kepada pengunjung dalam menjelajahi dunia burung beserta lingkungan hidupnya. Hal tersebut merupakan upaya pemanfaatan dari kekuatan Taman Burung TMII yang memiliki lanskap yang nyaman dengan konsep yang menarik serta keberagaman dan keunikan jenis burung. Untuk mendukung tema ini, penyediaan kegiatan wisata yang bersifat edukatif harus
90
lebih ditingkatkan lagi sehingga kegiatan wisata tidak hanya mengenai pengenalan jenis burung saja, tetapi juga menambah kegiatan yang dapat memberikan informasi mengenai kehidupan burung secara lebih mendetil. Peminat Taman Burung TMII yang beragam dari berbagai latar belakang, tetapi dengan asal daerahnya yang masih dominan dari Jabodetabek juga menjadi pertimbangan untuk memperluas lagi jaringan pasar dengan melakukan kegiatan promosi tidak hanya ke sekolah-sekolah, tetapi juga ke perusahaan-perusahaan baik di dalam maupun di luar jabodetabek. Jaringan kerja sama juga diperkuat dan diperluas untuk dapat mengikuti acara pameran atau event khusus seperti kegiatan pameran Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) atau kegiatan show burung di area-area hiburan lain yang dapat dimanfaatkan dengan sebaik- baiknya untuk ajang promosi. Kegiatan promosi selama ini dilakukan melalui berbagai cara seperti penawaran diskon tiket masuk atau pun melalui multimedia elektronik, yaitu melalui website Taman Mini Indonesia Indah. Selain itu, promosi juga dapat dilakukan melalui penyebaran brosur/leaflet dengan desain dan isi yang lebih lengkap dan menarik lagi. Selain menunjang fungsi kepariwisataan/rekreasi, hubungan kerja sama dengan berbagai pihak dan promosi juga dilakukan untuk menunjang fungsi pelestarian, pendidikan, dan penelitian. b. Strategi Memperbaiki Sistem Pemeliharaan dalam Pengelolaan Tenaga Kerja, Jadwal, dan Anggaran Biaya Pemeliharaan Lanskapnya Sistem pemeliharaan yang baik memiliki rencana program pemeliharaan yang baik. Hal tersebut sangat penting dan seharusnya dimiliki oleh para pihak pemelihara taman agar tamannya selalu berada dalam kondisi prima sesuai desain awalnya. Taman yang terkelola dengan baik dan selalu dalam kondisi prima akan meningkatkan kualitas lingkungannya sehinga dapat menciptakan suasana taman yang indah. Selain penangkaran khusus yang dilakukan oleh staf, keberhasilan pengembangan koleksi burung yang ada di Taman Burung TMII juga tidak lepas didukung oleh kondisi lingkungan yang baik dengan berbagai tanaman yang ada di dalamnya yang secara langsung atau tidak langsung mendukung kehidupan burung yang hidup di dalamnya. Jika sistem pemeliharaan tamannya dapat diperbaiki sehingga terkelola dengan baik maka hal ini secara tidak langsung juga menjadi upaya dalam meningkatkan kualitas atau memperbaiki taman sebagai
91
produk atau jasa Taman Burung TMII yang diharapkan dapat pula meningkatkan
minat pengunjung atau penjualan tiket. Untuk memperbaiki sistem pemeliharaan Taman Burung TMII, diperlukan pengelolaan kembali terhadap kebutuhan tenaga kerja, jadwal pemeliharaan, dan anggaran biaya. 1. Kebutuhan tenaga kerja Penentuan kebutuhan tenaga kerja pada tiap area pemeliharaan merupakan hal yang penting agar seluruh kegiatannya dapat terlaksana secara optimal. Berdasarkan analisis dari struktur organisasi, pengelolaan tenaga kerja, dan kegiatan pemeliharaan taman di Taman Burung TMII, salah satu kendala yang dialami oleh Taman Burung TMII adalah keterbatasan tenaga kerja. Menurut Arifin dan Arifin (2005), jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak berlebihan atau kekurangan. Besar atau kecilnya jumlah tersebut disesuaikan dengan besarnya luas taman dan kemampuan keterampilan pekerja. Oleh karena itu, penambahan jumlah tenaga kerja yang sesuai kebutuhan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeliharaan yang optimal dan efektivitas kerja yang semakin baik. Sternloff dan Warren (1984) menyatakan bahwa pada area pemeliharaan harus ditetapkan jumlah pekerja yang optimum. Untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja yang optimum, dilakukan perhitungan secara teoritis. Rencana jumlah kebutuhan tenaga kerja ditentukan dengan melakukan perhitungan terhadap hari orang kerja (HOK). Perhitungan ini membutuhkan data mengenai kapasitas kerja serta jumlah dan luasnya elemen taman yang akan dipelihara. Agar tenaga kerja yang dialokasikan efisien sesuai kapasitas kerjanya, digunakan kapasitas kerja efektif berdasarkan hasil pengamatan kegiatan pemeliharaan taman di Taman Burung TMII. Pembagian jumlah tenaga kerja dilakukan pada area pemeliharaan unit taman dan unit kubah (Tabel 20). Penghitungan kebutuhan tenaga kerja unit kubah sudah mencakup keseluruhan kegiatan pemeliharaan lingkungan dan sangkar, tetapi belum mencakup penghitungan untuk kegiatan pemeliharaan burung (pendistribusian pakan dan pengamatan kondisi burung). Perhitungannya secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 11. Selain dengan penentuan jumlah kebutuhan tenaga kerja, sebaiknya pengelolaan tenaga kerja juga dilakukan dengan melakukan pembinaan baik dalam meningkatkan keterampilan kerja
92
maupun dalam membangun loyalitas kerjanya seperti dengan mengikutsertakan
pegawai pada kegiatan pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak.
Tabel 20. Jumlah Kebutuhan Tenaga Kerja Unit Taman dan Unit Kubah Area Pemeliharaan Kubah barat Kubah timur Area barat Area timur Welcome area Taman parkir besar Taman Konservasi Nusantara Area pembibitan Jumlah
Jumlah Tenaga Kerja 5 4 5 4 1 2 4 2 27
2. Jadwal Pemeliharaan Untuk menciptakan program kerja yang lebih terstruktur dan terkoordinir dengan lebih baik, diperlukan jadwal pemeliharaan yang dibuat secara jelas dan terinci sebagai target dan acuan para pekerja dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaannya. Dalam pembuatan jadwal, penentuan standar, dan frekuensi kerja harus disesuaikan dengan kapasitas kerja pegawai untuk menghindari beban pekerjaan yang telalu berat. Selanjutnya, peran supervisor sangat dibutuhkan untuk menyusun dan menerapkan jadwal pemeliharaan pada pelaksanaan pekerjaan di lapang. Supervisor taman sebaiknya membuat rencana atau target- target pemeliharaan yang akan dicapai untuk jangka waktu satu bulan ke depan beserta laporan hasil kegiatan pemeliharaan sebelumnya sehingga seluruh kebutuhan pemeliharaan taman dapat selalu terpantau. Rencana pemeliharaan yang dilaporkan menjadi bentuk koordinasi pekerjaan yang akan membantu pihak administrasi dalam menganggarkan biaya dan keperluan alat dan bahan untuk periode satu bulan ke depan, kecuali kegiatan yang bersifat insidental. Pembuatan target pemeliharaan sebaiknya dibicarakan antara supervisor dan pekerja lapang agar tercipta target kerja pemeliharaan yang didasarkan pada kebijakan dan prioritas yang benar. Rekomendasi rencana program pemeliharaan yang meliputi standar, jenis kegiatan, prosedur, frekuensi, serta alat dan bahan pemeliharaan dapat dilihat pada Lampiran 12.
93
3. Anggaran Biaya Penyusunan anggaran biaya pemeliharaan lanskap di Taman Burung TMII sebaiknya dilakukan secara lebih terinci agar seluruh kebutuhannya dapat
teranggarkan dengan tepat. Kebutuhan taman satwa yang besar untuk kepentingan burung menyebabkan anggaran biaya untuk kebutuhan taman harus dapat direncanakan setepat mungkin agar tidak berlebihan sehingga dapat memperbesar lagi pengeluaran Taman Burung TMII. Menurut Arifin dan Arifin (2005), pembuatan anggaran biaya dapat dilakukan dengan mengelompokkan komponen yang memerlukan pembiayaan agar besarnya proporsi biaya pada masing-masing kelompok komponen dapat diketahui dan dievaluasi. Contoh perkiraan persentase komponen biaya pemeliharaan taman dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Persentase Komponen Biaya Pemeliharaan Taman Jenis Anggaran Biaya 1. Biaya (upah) tenaga kerja 2. Biaya bahan habis pakai (pupuk, pestisida, bahan bakar, cat, dan sebagainya) 3. Biaya overhead (biaya tetap) Gaji supervisor dan ahli Penyusutan alat Biaya accounting Lain-lain Jumlah
Persentase (%) 45 7 48 27 14 13 46 100
Sumber: Carpenter et al. dalam Arifin dan Arifin (2005)
c. Strategi
Memperbaiki
Sarana
Prasarana
Agar Fungsinya
Dapat
Dimanfaatkan Secara Lebih Optimal Sarana dan prasarana yang dimiliki Taman Burung TMII sangat penting dalam menunjang fungsinya. Saat ini beberapa sarana tidak digunakan lagi sesuai dengan fungsinya karena kerusakan akibat umur yang usang dan kurangnya pemeliharaan. Sarana seperti museum dan perpustakaan sangat berfungsi untuk menunjang misi pendidikan dan penelitian. Auditorium yang dapat digunakan sebagai tempat pemutaran film yang berisi informasi mengenai burung juga dapat menjadi atraksi wisata bagi pengunjung. Selain itu, fasilitas laboratorium juga dapat dimanfaatkan secara lebih optimal lagi untuk menunjang misi penelitian dan pelestarian. Jika seluruh sarana tersebut dapat digunakan kembali sesuai dengan fungsinya, akan menjadi nilai tambah bagi Taman Burung TMII dalam mempromosikan diri sebagai taman satwa khusus burung. Area pembibitan juga
94
sebaiknya dimanfaatkan dengan maksimal untuk memperbanyak koleksi tanaman yang dimiliki Taman Burung TMII. Koleksi tanaman yang dimiliki Taman Burung TMII dapat dijadikan sebagai peluang bisnis bagi pengelola. Koleksi tanaman yang berkaitan dengan burung atau dapat mengundang burung untuk datang ke area taman dapat diperbanyak kemudian dijual kepada pengunjung yang tertarik untuk mendatangkan atau mengundang burung di area taman miliknya. Kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai kesempatan dalam upaya kampanye konservasi burung kepada pengunjung dimana untuk menyalurkan ketertarikan atau kesenangan terhadap burung tidak hanya dengan mengurung burung dalam sangkar di rumah tetapi akan lebih baik dilakukan dengan mengundang burung- burung untuk datang dan bermain di area taman miliknya dengan melakukan penanaman pohon-pohon yang disenangi oleh burung. Perbaikan terhadap sarana sangkar dan pagar juga merupakan hal penting untuk meningkatkan keamanan di area Taman Burung TMII dari kemungkinan pencurian. Prasarana seperti ketersediaan air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan sebaiknya tidak kekurangan demi kelancaran kegiatan pemeliharaan di lapang. Penambahan lokasi sumur penampung air dapat menjadi alternatif untuk mengatasi ketidaktersediaan air di sumur ketika mengering. Selain itu, perbaikan ketika terjadi kerusakan pada pompa juga harus cepat dilakukan. Sarana dan prasarana yang diperbaiki tersebut akan memperlancar pengelolaan Taman Burung TMII untuk mencapai misi-misinya dalam menawarkan jasa wisata dan edukasi dengan kualitas yang lebih baik. d. Strategi Menarik Minat Pengunjung dengan Meningkatkan Keberagaman Jenis Koleksi dan Atraksi Burung Beserta Kualitas Lanskapnya Jenis koleksi burung yang lebih beragam dan tidak dimiliki oleh taman burung atau taman satwa lainnya dapat lebih menarik minat pengunjung untuk mengunjungi Taman Burung TMII. Selain itu, konsep peragaan satwanya yang menarik, yaitu pengunjung dapat berinteraksi dengan burung-burung tertentu secara langsung adalah salah satu kegiatan wisata yang diminati dan diinginkan oleh pengunjung. Upaya untuk meningkatkan keberagaman jenis dan atraksi burung dapat meningkatkan pula minat pengunjung untuk memilih Taman Burung TMII sebagai alternatif tempat rekreasi yang dipilihnya. Hal ini merupakan upaya
95 dari strategi pengembangan produk, yaitu dengan cara memodifikasi produk atau
jasa yang ada saat ini (David, 2008). Segala objek dan atraksi wisata yang dimiliki oleh Taman Burung TMII akan memberikan kesan lebih mendalam lagi kepada para pengunjung jika didukung dengan kondisi lanskap yang berkualitas. e. Strategi
Meningkatkan
Kebersihan
untuk Mencerminkan
Kondisi
Lingkungan yang Sehat Kebersihan area suatu taman satwa merupakan hal yang penting dan berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung serta kesehatan burung sehingga berpengaruh pula terhadap jumlah populasi serta keberagaman jenis burung yang ada di dalamnya. Sebaiknya, Taman Burung TMII terus meningkatkan kualitas kebersihan areanya agar dapat menciptakan lingkungan yang sehat, yaitu kebersihan area terutama sangkar, tidak ada air yang menggenang, dan bebas polusi udara. Lingkungan yang bersih akan meningkatkan rasa nyaman dan menambah rasa yakin pengunjung akan kesehatan burung-burung yang hidup di dalam Taman Burung TMII. Selain itu, lingkungan taman yang bersih akan memberikan kesan yang baik bagi para pengunjung sehingga pengunjung tidak kapok untuk datang kembali mengunjungi Taman Burung TMII. f. Strategi Meningkatkan Keamanan Area Disertai Pembinaan Mengenai Pelestarian Lingkungan Terutama pada Masyarakat Sekitar dengan Bekerja Sama dengan Berbagai Lembaga atau Instansi Lainnya Lokasi Taman Burung TMII yang berbatasan dengan pemukiman penduduk membutuhkan upaya pengamanan yang lebih ketat. Pemantauan oleh tim keamanan Taman Burung TMII sebaiknya dilakukan lebih intensif. Hal ini untuk mengantisipasi hal-hal buruk atau merugikan yang mungkin terjadi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam Taman Burung TMII sendiri. Kondisi sangkar yang selalu terkunci aman dan ketersediaan pagar yang dapat membatasi dan memberikan perlindungan area dengan baik merupakan sarana yang dapat membantu upaya peningkatan keamanan area Taman Burung TMII dari kemungkinan terjadinya pencurian burung. Agar dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat sekitar, Taman Burung TMII dapat melakukan kegiatan yang dapat melibatkan masyarakat sekitar seperti kegiatan perlombaan atau acara lainnya untuk tujuan pembinaan mengenai pelestarian. Upaya pembinaan kepada
96 masyarakat dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga yang
terlibat dalam pelestarian alam, khususnya burung. Pembinaan masyarakat tersebut dapat diprioritaskan kepada anak-anak dan generasi muda untuk menumbuhkan kesadarannya terhadap program pelestarian. g. Strategi Menambah Staf yang Ahli dan Kreatif untuk Menciptakan Objek dan Atraksi Wisata yang Lebih Menarik, Atraktif, dan Variatif Hal-hal baru yang lebih menarik dan inovatif dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke Taman Burung TMII. Menurut David (2008), salah satu upaya dalam melaksanakan strategi penetrasi pasar adalah dengan menambah jumlah tenaga penjual dan dalam strategi pengembangan produk diperlukan upaya untuk membuat atau memodifikasi produk baru yang lebih berkualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan penambahan SDM yang memiliki keahlian serta kreatif untuk menciptakan objek dan atraksi wisata yang lebih menarik. Penambahan staf ahli di bidang wisata dan perburungan dilakukan untuk menciptakan program rekreasi yang baik dan melatih burung agar kepintaran dan tingkah lakunya yang lucu dapat dijadikan atraksi wisata yang menarik. Selain itu, diperlukan pula staf ahli di bidang lanskap yang dapat mengelola tamannya agar selalu tampil menarik, indah, dan nyaman. Penambahan staf di bagian marketing juga dirasa perlu agar kegiatan promosi dapat lebih intensif dilakukan.