BAB IV ANALISIS TERHADAP MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAK DI MADRASAH DI DESA KARANGREJO PUCAKWANGI PATI
Dalam bab IV ini penulis akan menganalisis hasil penelitian, sehingga dapat kita peroleh pemahaman tentang realita di lapangan. Hal ini sangat penting bahwa penelitian harus dapat menguraikan apa adanya dari apa yang telah diteliti, meskipun kadang-kadang hasil yang diperoleh di lapangan tidak sesuai dengan apa yang ada dalam kajian teoritik. Tujuan yang ingin dicapai adalah agar para pembaca setelah membaca dan memahami dapat menyimpulkan bahwa di era yang serba maju ini masih banyak orang tua yang berminat menyekolahkan anaknya di madrasah. A. Analisis terhadap Struktur Sosial Masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Sebagaimana dijelaskan pada bab III, bahwa penduduk Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati mayoritas beragama Islam. Religiusitas masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati sangat kental. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan keagamaan yang dilakukan, baik pada siang maupun malam di hari tertentu. Misalnya saja Yasinan setiap malam Jum’at setelah Magrib, setelah Isya’ Dziba’an, hal ini dilakukan oleh bapak-bapak maupun ibu-ibu. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara rutin, karena sebagian besar masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati bekerja sebagai petani. Jadi, tidak menutup kemungkinan waktunya lebih banyak yang luang. Selain
kegiatan-kegiatan
di
atas,
tradisi-tradisi
lain
yang
berkembang di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati juga banyak sekali macamnya. Antara lain, seperti ketika ada hajatan sunatan (khitanan), perkawinan, puputan, maka kebanyakan mendatangkan hiburan yang dikenal dengan rebana yang khas dengan lagu-lagu islami. Sebab di desa ini juga sudah ada grup rebana yang laki di pasaran, sehingga sering 39
40
melakukannya di luar daerah. Dengan adanya tontonan atau hiburan semacam ini, maka kemungkinan-kemungkinan untuk terjadi hal-hal yang berbau kemaksiatan dapat ditolirer (dapat diminimalisir). Hal ini juga karena masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati ratarata sudah memiliki pengetahuan agama yang cukup baik, karena mereka banyak yang berasal dari lulusan madrasah maupun pesantren. Di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati, masyarakatnya sebagian besar bekerja sebagai petani di sawah. Untuk petani petani sawah hasil yang didapatkan tak seberapa dibandingkan dengan biaya usahanya. Namun hal ini tidak menjadi masalah dan tidak menjadi beban yang berarti, mereka dengan antusias dan dengan disertai tawakal kepada Allah mereka bekerja terus demi masa depan anak-anaknya. Pendidikan
bagi
masyarakat
Desa
Karangrejo
Kecamatan
Pucakwangi Kabupaten Pati merupakan model untuk pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari antusiasnya mereka menyekolahkan anaknya di madrasah. Desa Karangrejo merupakan salah satu desa di Kabupaten Pati yang memiliki beberapa lembaga pendidikan, di antaranya SD / MI, SMP / MTs, SMU / MA. Di samping ada lembaga formal semacam itu, ada juga lembaga non formal seperti misalnya TPQ. Pada akhirnya lembaga-lembaga tersebut bisa membawa perubahan yang positif di tengah-tengah masyarakat, sehingga masyarakat merasa aman dan nyaman dengan keberadaan lembagalembaga tersebut.
B. Deskripsi Data Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya di Madrasah di Desa Karangrejo Pucakwangi Pati Untuk memperoleh nilai dari data tentang minat orang tua yang menyekolahkan anaknya di madrasah dengan menjumlah skor jawaban angket dari responden, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
41
TABEL HASIL ANGKET MINAT ORANG TUA YANG MENYEKOLAHKAN ANAKNYA DI MADRASAH NO
A
JAWABAN B C
A=3
NILAI B=2
C=1
JML
1
11
3
2
33
6
2
41
2
15
-
1
45
0
1
46
3
15
-
1
45
0
1
46
4
7
6
3
21
12
3
36
5
8
2
6
24
4
6
34
6
9
2
5
27
4
5
36
7
10
3
3
30
6
3
39
8
9
7
0
27
14
0
41
9
8
6
2
24
12
2
38
10
10
3
3
30
6
3
39
11
12
3
1
36
6
1
43
12
11
4
2
33
8
2
43
13
9
6
1
27
12
1
40
14
11
3
1
33
6
1
40
15
7
5
4
21
10
4
35
16
12
3
1
36
6
1
43
17
15
1
-
45
2
0
47
18
8
6
2
24
12
2
38
19
10
4
2
30
8
2
40
20
12
3
1
36
6
1
43
21
9
6
1
27
12
1
40
22
7
8
1
21
16
1
38
23
11
5
2
33
10
2
45
24
12
3
1
36
6
1
43
25
8
6
2
24
12
2
38
42
26
10
4
2
30
8
2
40
27
14
2
-
42
4
0
44
28
8
6
2
24
12
2
38
29
9
6
1
27
12
1
40
30
11
4
2
33
8
2
43
31
12
3
1
36
6
1
43
32
7
6
3
21
12
3
36
33
10
3
3
30
6
3
39
34
15
1
-
45
2
0
47
35
13
2
1
39
4
1
44
36
8
6
2
24
12
2
38
37
12
3
1
36
6
1
43
38
10
3
3
30
6
3
39
39
9
6
1
27
12
1
40
40
7
6
3
21
12
3
36
41
11
4
2
33
8
2
43
42
14
2
-
42
4
0
46
43
13
2
1
39
4
1
44
44
8
6
2
24
12
2
38
45
7
7
2
21
14
2
37
46
15
1
-
45
2
0
47
47
12
3
1
36
6
1
43
48
10
4
3
30
8
3
41
49
8
7
1
24
14
1
39
50
13
2
1
39
4
1
44
51
9
6
1
27
12
1
40
52
7
6
3
21
12
3
36
53
14
1
1
42
2
1
45
54
8
7
1
24
14
1
39
55
10
4
2
30
8
2
40
43
56
13
2
1
39
4
1
44
57
11
4
2
33
8
2
43
58
9
6
1
27
12
1
40
59
7
6
3
21
12
3
36
60
12
3
1
36
6
1
43
61
8
6
2
24
12
2
38
62
14
1
1
42
2
1
45
63
15
1
-
45
2
0
47
64
12
3
1
36
6
1
43
65
9
8
2
27
16
2
45
66
10
5
1
30
10
1
41
67
7
6
3
21
12
3
36
68
13
2
1
39
4
1
44
69
15
1
-
45
2
1
48
70
14
2
-
42
4
0
46
71
10
4
3
30
8
3
41
72
13
2
1
39
4
1
44
73
8
7
1
24
14
1
39
74
15
1
-
45
2
0
47
75
12
3
1
36
6
1
43
76
14
1
1
42
2
1
45
77
9
6
1
27
12
1
40
78
7
6
3
21
12
3
36
79
10
3
3
30
6
2
38
80
15
1
-
45
2
1
48 8352
Setelah diadakan perskoran atau penilaian hasil angket, maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut: 1) Menentukan kualifikasi dan interval nilai.
44
R , di mana R = NT − NR dan k = 1+ (3,3) log N K
P=
Keterangan: P
= Panjang kelas interval
R
= Rentang
NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah N
= Jumlah responden
R = ( NT − Nr ) = (48-34) = 44 k = 1+ 3,3 log N = 1+3,3 log 80 = 7,280196957 Jadi, P=
44 7,280196957
= 6,043792532, dibulatkan menjadi 6. Karena P (besarnya interval) adalah 6, maka lebar intervalnya adalah 6. 2) Membuat Tabel Distribusi Frekuensi TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI MINAT ORANG TUA YANG MENYEKOLAHKAN ANAKNYA DI MADRASAH f
x
46 – 51
10
36,5
985,5
35.970,75
40 – 45
43
42,5
1.827,5
77.668,75
34 – 39
27
48,5
485
23.522,5
3298
137.162
80
fx
fx2
INTERVAL
Mean X =
=
∑ fx N
3,298 = 41,225 80
45
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI DALAM F % Interval
F
fr (%)
Kategori
46 – 51
10
12,5 %
Baik
40 – 45
43
53,75 %
Sedang
34 – 39
27
33,75 %
Cukup
80
100 %
Dengan demikian dapat diketahui bahwa diketahui bahwa “minat orang tua yang menyekolahkan anaknya di madrasah” dalam penelitian ini termasuk dalam kategori sedang, hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil nilai yaitu 41,225 masuk dalam interval antara 40-45.
C. Analisis Terhadap Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya di Madrasah di Desa Karangrejo Pucakwangi Pati
Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai orang dengan antusias dan ketekunan melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedang di pihak lain ada yang tidak tergairah dan bermalas-malasan. Kenyataan tersebut tentui mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentingan motivasi belajar. Dalam bersekolah setiap anak memiliki sejumlah motif atau dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan biologis dan psikologis. Di samping itu, anak memiliki pula sikap-sikap, minat penghargaan dan cita-cita tertentu. Motif, sikap, minat dan sebagaina seperti di atas akan mendorng seseorang untuk mencapai tujuan-tujuan belajar dalam situasi sekolah, oleh karena itu tugas guru adalah menimbulkan dan menumbuhkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan belajar. Begitu juga dengan orang tua dalam hal pendidikan mereka mempunyai harapan-harapan, cita-cita yang ingin dicapai dalam hidup ini. Seperti keinginan untuk melihat anak-anaknya sukses, berbakti kepada mereka dan dapat menjadi penerus dan sandaran hidup di kala usia lanjut. Dengan memberikan dorongan-dorongan (motivasi) kepada anak-anaknya
46
demi mencapai tujuan yang dikehendaki. Maka, mereka benar-benar memilih, menimbang dan akhirnya memutuskan memasukan anak-anaknya ke lembaga pendidikan yang dapat mewujudkan harapan mereka. Setiap institusi agama atau yang lain, memberikan kedudukan sangat penting dalam ilmu pengetahuan. Dalam Islam ilmu pengetahuan menduduki posisi utama, karena ia adalah sarana yang paling tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mencapai kebahagiaan dunia akhirat.1 Madrasah
sebagai
lembaga
pendidikan
dengan
totalitas
kepribadiannya yang khas. Selalu memberikan kebebasan untuk menentukan pola dinamis kebijaksanaan pendidikannya. Sehingga setiap tawaran pengembangan, baik berupa transfer dari luar (non madrasah) maupun atas prakarsa sendiri, tentunya akan melalui sektor pertimbangan dari dalam madrasah sendiri yaitu pertimbangan tata nilai yang telah ada dan berlaku di madrasah selama ini. Dalam perjalanannya, madrasah begitu mengakar di tengah-tengah masyarakat dengan prestasi yang sangat kentara, yaitu munculnya para alumni madrasah yang mendapat legitimasi dari masyarakat yang mampu mengembangkan dirinya di bidang keilmuan agama Islam dibarengi dengan kepekaan yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan. Hal ini berangkat dari titik tekan madrasah sebagai lembaga tafaqquh fiddin yang senantiasa dipertahankan dan kemauan membuka diri dari segala perubahan dan perkembangan zaman.2 Salah satu dari rumusan tujuan negara Republik Indonesia yang dicantumkan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
karena
itu
negara
sangat
bertanggungjawab terhadap terlaksananya upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut. Berbagai upaya telah dirintis sejak awal Indonesia merdeka.
1 2
MA. Sahal Mahfuzd, Nuansa Fiqh Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993), hlm. 341. Ibid, hlm. 342
47
Sejalan dengan itu dalam rangka mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, dan memiliki keterampilan yang cukup sebagaimana yang dikehendaki oleh tujuan pendidikan nasional, maka peran aktif madrasah sebagai institusi pendidikan Islam menjadi sangat penting dan strategis. Madrasah yang lahir dan berkembang di Indonesia pada awal abad 20 sebagai produk kreatif umat Islam dalam menghadapi ekspansi model pendidikan sekolah yang dikembangkan pemerintah Belanda, dituntut untuk mampu menjawab berbagai tantangan kehidupan umat Islam dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, lebih-lebih pada era di mana budaya global sangat berpengaruh terhadap pola kehidupan bangsa yang mayoritas beragama Islam ini. Sebagai lembaga pendidikan yang berakar pada sejarah perjuangan yang sangat panjang dan tumbuh dari bawah, madrasah mempunyai arti tersendiri di kalangan kaum muslim Indonesia, sehingga keberdayaan terus di perjuangan melalui berbagai upaya. Sebagaimana layaknya institusi pendidikan dalam suatu komunitas yang dinamis, lembaga pendidikan itu memang tidak bisa melepaskan diri dari tuntutan perkembangan dan perubahan sejalan dengan perkembangan masyarakat di segala bidang dan sekaligus menjaga karakteristik ke-Islaman madrasah. Merupakan dua hal yang perlu menjadi fokus perhatian dari reformasi pendidikan Islam, khususnya di madrasah. Sistem pendidikan Islam yang dinamis, termasuk madrasah, mempunyai dua ciri pokok. Pertama, adanya ciri-ciri dasar yang tidak berubah dan membedakannya dengan sistem-sistem lain. Kedua adanya suatu mekanisme untuk merubah ciri-ciri yang tidak mendasar, dan jika perubahan itu tidak ada, maka sistem itu tidak akan dapat menyesuaikan dirinya dengan perubahan waktu dan ruang, sehingga sistem akan mandeg dan kemudian akan menghilang.3 3
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam, (Bandung: Gema Risalah Press, 1993), hlm. 65.
48
Perkembangan
madrasah
dalam
kaitannya
dengan
sistem
pendidikan nasional, telah tercatat dua peristiwa penting, yaitu: pertama, dengan dikeluarkanya Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri tahun 1975, yang intinya adalah pengakuan pemerintah terhadap madrasah menjadi sejajar dengan sekolah yang selama ini diakui sebagai satu-satunya lembaga pendidikan formal. Peristiwa penting kedua adalah terintegrasinya madrasah secar lebih tegas kedalam sistem pendidikan nasional melalui UndangUndang nomer 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional. Dalam pasal 11 disebutkan bahwa pendidikan keagamaan, khususnya madrasah termasuk pendidikan sekolah, sehingga kurikulumnya mengikuti standar kurikulum sekolah dengan tidak meninggalkan kurikulum ciri khas keIslaman. Berawal dari sinilah, masyarakat mempunyai keterkaitan terhadap madrasah sebagai pendidikan terhadap anak-anaknya keterkaitan ini muncul karena madrasah mampu membentuk atau mempersiapkan manusia yang akram (lebih bertakwa kepada Allah SWT) dan shalih (yang mampu
mewarisi
bumi
ini
dalam
arti
luas,
mengelola,
memanfaatkan,
menyeimbangkan dan melestarikan) dengan tujuan akhirnya mencapi sa’adatu al-darain. Bertolak dari itu, madrasah memberikan arahan
pendidikan lingkungan hidup dengan pelbagai macam aspeknya. Motivasi yang dilakukan para orang tua di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati untuk memasukkan anak-anaknya ke madrasah adalah karena orang tua mempunyai harapan dan cita-cita. yaitu selain mendapatkan ilmu agama juga mempunyai akhlak yang baik. Di sinilah peran madrasah dalam penanaman akhlak sangat diperlukan. Karena dengan memilki akhlak diharapkan mencerminkan perilaku, baik secara vertikal maupun horisontal seperti suka menolong sesama manusia, menghormati dan menghargai orang lain dan selalu menjalankan ibadah kepada Allah serta perbuatan-perbuatan terpuji lainnya. Sehingga mengarah pada tujuan pendidikan Islam, yaitu menjadi insan kamil
49
Alasan mereka agar mendapatkan ilmu, mempunyai moral dan akhlak yang baik menurut penulis sangat tepat. Karena di madrasah lebih menekankan pendidikan agama dan pendidikan akhlak dari pada di sekolah umum, sehingga dengan mengajari akhlak, anak-anak mereka akan mengetahui betapa luhur dan mulyanya ajaran agama Islam dalam mengatur segala
tingkah
laku
manusia
dan
mereka
akan
berupaya
untuk
menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalm konteks pendidikan Islam, akhlak adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari nilai agama. Sesuatu yang baik adalah yang dianggap baik oleh agama dan sesuatu yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Akhlak tidak akan dapat diwujudkan tanpa adanya usaha untuk menanamkannya. Selain harapan di atas, masyarakat memasukan anaknya ke madrasah karena untuk memperbaiki penampilan. Alasan lain yang menjadi motivator untuk memasukan anak ke madrasah karena biayanya lebih murah Oleh karena itu dari data yang ada dapat penulis dari simpulkan bahwasanya para orang tua di Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dalam motivasinya memasukan anak ke madrasah adalah benar-benar murni dari dorongan dirinya sendiri untuk mendidik anakanaknya karena memang sudah menjadi kewajiban orang tua terhadap anakanaknya. Agar terpelihara agama dan tingah lakunya demi menyongsong hari esok yang penuh tantangan dan mencemaskan. Kita berharap dan yakin bahwa ke depan pendidikan berbasis agama (madrasah/pesantren) yang dibangun di atas pondasi semangat “ikhlas beramal” dalam arti yang besar dan profesional lembaga pendidikan semacam inilah kelak akan menjadi pilihan masyarakat, terutama ketika masyarakat pendidik mengalami kejemuan dan kekeringan dengan nilai-nilai religius. Perlu diketahui bagaimanapun kemajuan peradaban barat yang mencapai puncak dalam bidang pengetahuan dan teknologi pada akhirnya menjadi bumerang karena kemajuan barat begitu mendewakan akal sehingga terasingkan dari akar budaya dan nilai-nilai religius.
50
Kini bangsa barat telah sampai pada puncak kejemuan intelektual, dan sedang mencari ketenangan batiniyah, dan itu akan dihadapkan jika nilai-nilai religius dihargai dan disadari sebagai kebutuhan fitrah kemanusiaan. Sehingga agama menjadi suatu referensi terpenting dalam mengelola dunia pendidikan di zaman modern. Jadi, alasan dasar orang tua Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dalam memasukan anak ke madrasah adalah karena setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik anakanaknya. Hal itu sangat sesuai karena pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua. Pendidikan tidak hanya terbatas pada pendidikan di rumah (lingkungan keluarga) tetapi juga dalam lingkungan pendidikan bahkan lebih dari itu, bahwa tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak ini terus menerus sampai akhir hayat. Selain dasar untuk memasukan anak, tujuan merupakan sesuatu yang sangt penting. Tujuan orang tua Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati memasukan anak ke madrasah selain memperdalam ilmu agama juga agar dapat mendukung masa depannya sebagai khalifah di bumi, manusia harus bisa mengkaji, memahami ilmu agama secara komprehenshif serta menambah keimanan dan ketaqwaan. Kenyataan ini menunjukan bahwa pandangan masyarakat Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dalam hal pendidikan bukanlah materialistis, tujuan para orang tua memasukan anaknya ke madrasah
adalah
semata-mata
untuk
mencerdaskan
anak-anak
membekalinya dengan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama Islam. Hal ini selaras dengan apa yang ada dalam ajaran Islam. Mungkin masyarakat desa Desa Karangrejo Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati berpandangan bahwa pendidikan madrasah adalah langkah awal untuk meletakkan pendidikan dasar atau nilai-nilai keagamaan pada diri anak, untu dijadikan sebagai landasan hidup di masa yang akan datang. Berangkat
dari
inilah,
maka
masyarakat
Desa
Karangrejo
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati lebih senang (minat) memasukan
51
anak-anaknya ke madrasah. Sebagai ilustrasi dari hasil penelitian kaitannya dengan ini dapat kita lihat dalam tabel berikut sebagai indikator-indikator dari minat orang tua menyekolahkan anaknya ke madrasah: 1. Perasaan Senang N
80
Jawaban
F
Prosentase (%)
Sangat setuju
53
66,25 %
Setuju
13
16,25 %
Kurang Setuju
8
10 %
Tidak Setuju
5
6,25 %
80
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas jelas, bahwa sebagian besar orang tua, yakni sebesar 53
orang (66,25%) menjawab sangat setuju, dan 13 orang
(16,25 %) menjawab setuju, 8 orang (10 %) menjawab kurang setuju dan 5 orang (6,25 %) menjawab tidak setuju. 2. Perasaan Tertarik N
80
Jawaban
F
Prosentase (%)
Sangat setuju
21
26,25 %
Setuju
49
61,25 %
Kurang Setuju
7
8,75 %
Tidak Setuju
3
3,75%
80
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas jelas, bahwa sebagian besar orang tua, yakni sebesar 21 orang (26,25%) menjawab sangat setuju, dan 49 orang (61,25%) menjawab setuju, 7 orang (8,75 %) menjawab kurang setuju dan 3 orang (3,75 %) menjawab tidak setuju. 3. Perhatian N
80
Jawaban
F
Prosentase (%)
Sangat setuju
25
31,25 %
Setuju
44
55 %
52
Kurang Setuju
10
12,5 %
Tidak Setuju
1
1,25 %
80
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas jelas, bahwa sebagian besar orang tua, yakni sebesar 25 orang (31,25 %) menjawab sangat setuju, dan 44 orang (55%) menjawab setuju, 10 orang (12,5 %) menjawab kurang setuju dan 1 orang (1,25 %) menjawab tidak setuju. 4. Motivasi N
80
Jawaban
F
Prosentase (%)
Sangat setuju
27
33,75 %
Setuju
23
28,75%
Kurang Setuju
25
31,25%
Tidak Setuju
5
6,25%
80
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas jelas, bahwa sebagian besar orang tua, yakni sebesar 27 orang (33,75%) menjawab sangat setuju, dan 23 orang (28,75%) menjawab setuju, 25 orang (31,25%) menjawab kurang setuju dan 5 orang (6,25 %) menjawab tidak setuju.