1
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI Shanmada Simanjuntak 1), Dr.Hj. Farida Kohar, MP), Siti Syuhada, S.Pd. ME3) 1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi Email:
[email protected])Pembimbing Utama, Dosen Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi3)Pembimbing Pendamping, Dosen Pendidikan Ekonomi Jurusan PIPS FKIP Universitas Jambi. Kata Kunci: Tingkat Pendidikan Orang tua, Minat orang tua. ABSTRAK Penyebab minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi yaitu tingkat pendidikan orang tua. dimana masing-masing- masing pandangan orang tua tentang pendidikan anaknya akan cenderung berbeda – beda. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Minat orang tua menyekolahkan anaknya ke Perguruan Tinggi di SMA Xaverius II Kota Jambi. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua siswa kelas XII SMA Xaverius II Kota Jambi sebanyak 30 orang. Data diperoleh dengan cara menyebarkan angket dan dianalisis statistik dengan menggunakan rumus product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: terdapat hubungan yang positif Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya ke Perguruan Tinggi Pada Orang Tua SMA Xaverius II Kota Jambi 2012/2013 Dari hasil analisis perhitungan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi dapat dilihat bahwa pada signifikan α = 0,05 dengan N = 30 dan r tabel = 0,361. Jika r hitung = 0,606 lebih besar dari r tabel = 0,361 maka terdapat signifikan. Jadi dapat disimpulkan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi terdapat hubungan signifikan karna rhitung lebih besar dari r tabel atau atau 0,606 ≥ 0,361.Hasil ini kemudian dikonsultasikan kedalam tabel interpretasi koefisien korelasi. Berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi, maka tingkat pendidikan orang tua (X) dengan minat orang tua keperguruan tinggi memiliki hubungan yang kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informsi dan masukan bagi orang tua agar dapat meningkatkan minat terhadap pendidikan putra/putri untuk menyekolahkan sampai keperguruan tinggi serta memperhatikan pendidikan anaknya.
2
PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya”. Menurut Hasbullah (2009:2) pendidikan adalah memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. Menurut Ihsan (2011:127) ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan pendidikan di Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan, sedang kan jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar tidak harus berkesinambungan. tingkat pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebut juga bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar (SD-SLTP), Pendidikan menengah (SMU dan SMK), Pendidikan Tinggi (Universitas, Institut, Akademik dan Sekolah Tinggi), Rulam (2014:7) bahwa pendidikan adalah tindakan khas manusia, pendidikan berlansung dari oleh dan untuk manusia. Slameto, (2010:180) menyatakan minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut abdillah (dalam aharti 2013:15) minat adalah sesuatu perangkat mental yang meliputi perasaan, harapan pendirian, prasangka yang cenderung mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Menurut ahmadi (2003:241) orang tua menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, orang tua mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab. Menurut Ihsan (2011:66) kedua orang tua harus sering berjumpa dan berdialog dengan anakanaknya. Pergaulan dalam keluarga harus terjalin secara mesra dan harmonis. Menurut Hidayanto (1988:45) orang tua dan juga keluarga adalah pendidik kodrati yang berlansung selama hidup yang didasarkan cinta kasih. Ia merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam memberikan pengaruh kepada kepribadian anak. Orang tua adalah orang dewasa yang telah mampu bersedia menerima pertanggungan jawab mendidik keluarganya. Perguruan tinggi juga dapat diartikan dengan suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dan berbagai macam keahlian, misalnya: bidang pendidikan, ekonomi, hukum, psikologi, teknik, kesehatan dan lain-lain yang sesuai dengan Undangundang No. 20 Tahun 2003 menetapkan perguruan tinggi berupa akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang ditetapkan oleh pemerintah. menjejangkan karir di perguruan tinggi, akan mematangkan siswa baik didalam memperoleh ilmu, berperilaku dan cara berfikir. adapun tujuan dari perguruan tinggi yaitu: mempersiapkan peserta didik yang berilmu, kreatif, berdispilin derdikasi tinggi dan demi kemajuan bangsa dan Negara dengan berbekal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan wadah keilmuan bagi tenaga pengajar dan mahasiswa-mahasiswa sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan prestasinya.
3 Penyebab minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi yaitu tingkat pendidikan orang tua, dimana Masing-masing- masing pandangan orang tua tentang pendidikan anaknya akan cenderung berbeda - beda, ada orang tua yang cenderung menganggap lulus sekolah menengah sudah cukup karena orang tua beranggapan bahwa ada yang tamat keperguruan tinggi menganggur. jadi orang tua tidak berminat untuk menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi, tetapi ada juga orang tua yang menganggap pendidikan anak harus sampai perguruan tinggi karena tamat sampai disekolah menengah saja susah mencari pekerjaan jadi karena itu orang tua berminat menyekolahkan anaknya sampai keperguruan tinggi. Adapun tujuan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya Keperguruan Tinggi Di SMA Xaverius II Kota Jambi. KAJIAN PUSTAKA Slameto mendefenisikan (2010:180) “minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”, minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Menurut Ginting (dalam Variny 2009:23) minat adalah kecenderungan hati akan sesuatu keinginan, kesukaan terhadap sesuatu, semakin besar minat seseorang terhadap sesuatu, perhatiannya lebih mudah tercurah pada hal tersebut. Schunk, (1996) membagi definisi minat secara umum menjadi tiga, yaitu: minat pribadi, minat situasi dan minat dalam ciri psikologi. Diantaranya adalah sebagai berikut: Minat pribadi, diartikan sebagai karakteristik kepribadian seseorang yang relatif stabil, yang cendrung menetap pada diri seseorang. Minat pribadi biasanya dapat langsung membawa seseorang pada beberapa aktifitas atau topik yang spesifik. Minat pribadi dapat dilihat ketika seseorang menjadikan sebuah aktivitas atau topik sebagai pilihan untuk hal yang pasti, secara umum menyukai topik atau aktivitas tersebut, menimbulkan kesenangan pribadi serta topik atau aktivitas yang dijalani memiliki arti penting bagi seseorang tersebut, 2. Minat situasi merupakan minat yang sebagian besar dibangkitkan oleh kondisi lingkungan, 3. Minat dalam ciri psikologi merupakan interaksi dari minat pribadi seseorang dengan ciri-ciri minat lingkungan. Renninger menjelaskan bahwa minat pada definisi ini tidak hanya pada karena seseorang lebih menyukai sebuah aktivitas atau topik, tetapi karena aktivitas atau topik tersebut memiliki nilai yang tinggi dan mengetahui lebih banyak mengenai topik atau aktivitas tersebut.( (Psiklogi Pendidikan diakses tanggal 15 juli 2014) . Menurut Hilgard (dalam slameto 2010:57) mendefenisikan minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang, minat slalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Iskandar (dalam Hermansyah 2013:12) mendefinisikan minat adalah usaha dan kemauan untuk mempelajari dan mencari sesuatu, selanjutnya minat sebagai sesuatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri sementara atau sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan sendiri. Tingkat atau jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan sekolah terdri dari pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi ( Ihsan, 2011: 22).
4 Didalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. dan didalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebut juga bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar (SD-SLTP), Pendidikan menengah (SMU dan SMK), Pendidikan Tinggi (Universitas, Institut, Akademik dan Sekolah Tinggi). 1. Pendidikan Formal Menurut Rulam (2014:92) Pendidikan formal dikenal seperti sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Tsanawiyah (M.Ts.), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA). Menurut UndangUndang RI No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang berstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Dengan demikian yang termasuk dalam jalur pendidikan formal adalah sebagai berikut: A. Pendidikan dasar Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 17 ayat (2) tentang SISDIKNAS Mengatakan bahwa “Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lainnya yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan Madrasa Tsyanawiah (MTS), atau bentuk lain yang sederajat.” Pendidikan dasar untuk tingkat SD dan MI umumnya ditempuh selama 6 tahun, dan untuk tingkat SMP dan MTs sederajat umumnya ditempuh dengan masa pendidikan 3 tahun, sehingga untuk menamatkan pendidikan dasar seseorang harus menempuh masa pendidikan disekolah selama 9 tahun. Menurut Bastian (2006:25) sekolah dasar adalah tahapan pendidikan awal yang biasanya dimulai oleh anak yang berumur 6 atau 7 tahun. Sekolah dasar ditempuh dalam masa 6 tahun yaitu dari kelas 1 sampai kelas 6. Pada akhirnya kelas 6, murid sekolah dasar diwajibkan mengikuti ujian nasional untuk menentukan kelulusan dari sekolah. Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa seharusnya mengenyam pendidikan setidaknya sampai pendidikan dasar agar mereka tahu apa yang dibutuhkan seorang sehingga mereka merasa bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan dalam belajar. B. Pendidikan Menengah Pendidikan menengah merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar. pendidikan menengah terdri atas pendidikan menengah umum dan menengah kejuruan yang lama pendidikannya 3 tahun. Sedangkan pendidikan menengah kejuruan yang fungsinya untuk mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia atau lapangan kerja. peserta didik dituntut untuk dapat menghubungkan kemampuannya yang akan dimasukinya kelak dan masyarakat dimana ia berada. Menurut Ihsan (2011:23) Pendidikan menengah adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi, setelah menyelesaikan tingkat pendidikan dasar, seseorang dapat melanjutkan pendidikannya ketingkat pendidikan menengah yang merupakan kelanjutan dari pendidikan dasar. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 18 Ayat (2) pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan menengah kejuruan dan ayat (3) pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MAK) atau bentuk lain sederajat. pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi, sedangkan pendidikan kejuruan yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu, lama pendidikan yang ditempuh selama 3 tahun. Peserta didik dituntut untuk dapat
5 mengaplikasikan kemampuannya sesuai dengan lingkungan sosial dan budaya serta dunia kerja yang akan dimasukinya. C. Pendidikan Tinggi Undang-Undang No Tahun 2003 Pasal 19 ayat 1 pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, megister, spesialis dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. tingkat pendidikan diperguruan tinggi dapat ditempuh dalam masa pendidikan yang beranekaragam sesuai dengan bidang dan tingkatan yang mereka ambil. pada umumnya Diploma 1 (D1) diselesaikan dalam satu tahun, Diploma II (D2) diselesaikan dalam waktu dua tahun, Diploma III (D3) Diselesaikan dalam 3 tahun, sedangkan diploma 4 (D4) Diselesaikan dalm waktu empat tahun dan strata satu ( S1) Diselesaikan dalam masa studi tujuh tahun sampai empat belas semester (3.5-7 Tahun) Sesuai dengan kemampuan peserta didik. Tingkat pendidikan diperguran tinggi dilaksanakan secara terbuka dengan sisitem kredit Semester (SKS) sehingga memberi kesempatan yang luas bagi mereka yang memiliki kemampuan tinggi untuk dapat menyelesaikan pendidikannya lebih cepat. Menurut Ihsan (2011:23), pendidikan tinggi diartikan sebagai pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Dalam peraturan pemerintah PP No 61 (dalam Bastian 2006:27) pendidikan tinggi adalah pendidikan dijalur pendidikan sekolah yang jenjangnya lebih tinggi daripada pendidikan menengah. Pendidikan tinggi terdiri dari : 1. Perguruan tinggi, yaitu satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, 2. Pendidikan akademik, yaitu pendidikan tinggi yang terutama diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan pengembangannya, 3. Pendidikan profesional, yaitu pendidikan tinggi yang terutama diarahkan pada kesiapan penerapan keahlian tertentu. Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh seseorang dari lembaga pendidikan yang telah di sah kan oleh menurut Undang-Undang atau peraturan yang berlaku mulai dari pendidikan dasar (SD dan SMP), pendidikan menengah (SMA/SMK), sampai dengan pendidikan tinggi (Diploma dan Strata). Pendidikan nonformal bisa terjadi, baik didalam maupun di luar lembaga-lembaga pendidikan dan melayani orang-orang semua usia. pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, dan berencana, diluar kegiatan persekolahan dan pada umumnya tidak dibagi atas jenjang. Jadi indikator-indikator tingkat pendidikan formal orang tua Menurut UUD No. 20 Tahun 2003 adalah SD, SMP, SMA, dan pendidikan tinggi atau perguruan tinggi( D1,D2,D3, S1 S2, dan S3). Menurut Ihsan (2011:130-132) Pendidikan Tinggi merupakan lanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan pengetahuan, teknologi dan kesenian. satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat terbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Akademik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam satu cabang atau sebagian cabang pengetahuan, teknologi, atau kesenian tertentu. Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah pengetahuan khusus, sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik atau profesional dalam suatu displin ilmu tertentu, institut merupakan perguruan tinggi yang terdiri atas sejumlah fakultas yang
6 menyelenggarakan pendidikan akademik atau profesional dalam kelompok displin ilmu tertentu. Menurut Hidayanto (1988:7) Pendidikan orang tua adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan untuk membentuk kepribadian secara utuh. Menurut Uhbiyati (2003: 241) orang tua (ayah dan ibu) menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya. Orang tua sebagai pendidik adalah kodrati. Menurut Hidayanto (1988:45) orang tua adalah tempat menggantungkan diri bagi anak sewajarnya. oleh karena itu orang tua berkewajiban memberikan pendidikan bagi anaknya. Menurut Soemanto (2006:92) setiap orang tua mengidam-idamkan agar anak cucunya kelak dapat hidup bahagia. mereka menghendaki suatu kehidupan yang lebih layak, lebih baik dan lebih maju dari kehidupan yang dialami oleh mereka para orangtua. Begitu besarnya harapan para orangtua mengenai kehidupan anak-anak yang sejahtera dimasa depan, namun mereka kurang mengerti bagaimana mereka mempersiapkan anak-anak itu agar memiliki potensi untuk mengatasi permasalahan hidup anak-anak dimasa mendatang. bahkan banyak diantara para orangtua yang dengan berbagai macam alasan ingin melepaskan diri dari tanggung jawab mempersiapkan mental dan potensi anak-anak mereka, mereka tidak membekali anak-anak dengan kepribadian yang kuat. Menurut UU nomor 20 Tahun 2003 Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang berkelanjutan dan pernah ditempuh oleh orang tua siswa. Pendidikan formal adalah pendidikan yang melalui jalur lembaga sekolah dari TK, SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi, sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diperoleh dari pelatihan diluar jalur pendidikan formal. Slameto, (2010:180) menyatakan minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut Hilgard (dalam slameto 2010:57) mendefenisikan minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang, minat slalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jadi berdasarkan uraian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa dari tingkat pendidikan orang tua ada kaitannya dengan minat orang tua dalam pendidikan anaknya atau dalam menyekolahkan anak-anaknya kejenjang lebih tinggi dan orang tua orang tua menghendaki suatu kehidupan yang lebih layak, lebih baik dan lebih maju dari kehidupan yang dialami oleh mereka para orangtua. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data secara terukur, tentang hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi. Sesuai dengan tujuan yang telah dikemukakan maka rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskripsif kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua siswa kelas XII SMA Xaverius II Kota Jambi yang berjumlah 104. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua siswa kelas XII SMA Xaverius II Kota Jambi sebanyak 30 orang.
7 Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian ini adalah Angket/kuesioner hl ini sesuai dengan pendapat Menurut Sugiyono (1997:97), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan angket dengan cara lansung diberikan kepada responden yaitu orang tua siswa kelas XII SMA Xaverius II Kota Jambi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan melalui angket dan dokumentasi. Analisis data adalah Menurut Hariyadi (2009:167) Untuk menganalisis data diperlukan suatu cara atau metode analisis data hasil peneltian agar dapat diinterprestasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah dipahami, Analisis data yang digunakanyaitu statistik dengan menggunakan rumus product moment. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Adapun pada bagian ini akan dideskripsikan data yang diperoleh dari hasil pengukuran dua variabel, yaitu variabel tentang tingkat pendidikan orang tua (X), dengan Minat Orang Tua Menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi (Y). Tingkat pendidikan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan menurut jenjang pendidikan yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal disekolah berjenjang dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi, yaitu dari SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. Tabel 4.3
Data tentang Tingkat pendidikan orang tua (X) Dengan Minat orang tua (Y) Pendidikan Minat
No 1 2 3 4 5
Sangat Berminat Berminat Cukup Berminat Kurang Berminat Tidak Berminat Jumlah
TT SD 1 0 0 0 0 1
T SD 1 2 0 0 0 3
T SMP 5 4 1 0 0 10
T SMA 4 2 0 0 0 6
T PT 1 8 1 0 0 10
Jumlah 12 16 2 0 0 30
Berdasarkan tabel 4.3 Data Tingkat pendidikan orang tua dengan Minat orang tua. dalam penelitian ini status tingkat pendidikan orang tua tergolong tidak tamat SD dengan sangat berminat sebanyak 1 orang, tidak tamat SD dengan berminat sebanyak 0 orang, tidak tamat SD dengan cukup berminat sebanyak 0 orang, tidak tamat SD dengan kurang berminat sebanyak 0 orang, tidak tamat SD dengan tidak berminat sebanyak 0 orang. tamat SD dengan sangat berminat sebanyak 1 orang, tamat SD dengan berminat sebanyak 2 orang, tamat SD dengan cukup berminat sebanyak 0 orang, tamat SD dengan kurang berminat sebanyak 0 orang, tamat SD dengan tidak berminat sebanyak 0 orang, tamat SMP dengan sangat berminat sebanyak 5 orang, tamat SMP dengan berminat sebanyak 4 orang, tamat SMP dengan cukup berminat sebanyak 1 orang, tamat SMP dengan kurang berminat sebanyak 0 orang, tamat SMP dengan tidak berminat sebanyak 0 orang. tamat SMA dengan sangat berminat sebanyak 4 orang, tamat SMA dengan berminat sebanyak 2 orang, tamat SMA dengan sangat cukup berminat sebanyak 0 orang, tamat SMA dengan kurang berminat sebanyak 0 orang, tamat SMA dengan tidak berminat sebanyak 0 orang. tamat PT dengan sangat berminat sebanyak 1 orang, tamat PT dengan berminat sebanyak 8 orang, tamat PT
8 dengan sangat cukup berminat sebanyak 1 orang, tamat PT dengan kurang berminat sebanyak 0 orang, tamat PT dengan tidak berminat sebanyak 0 orang. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus product moment. diperoleh hasil koefisien korelasi sebagai berikut: r = n(∑xy) – (∑x) (∑y) √[n ( ∑x2) – (∑x)2 ][ n( ∑y2) – (∑y)2]
Ket:
∑y = Jumlah variabel y∑ ∑x2 = Jumlah pangkat 2 variabel x ∑y2 = Jumlah pangkat 2 variabel y
r = Koefisien Korelasi yang dicari ∑xy = Jumlah perkalian x dan y ∑x = Jumlah nilai variabel x r
x
n
y n
X
X Y 2
X
X
2
n
Y Y
2
Y
2
menggunakan rumus Person Produck Moment, adalah sebagai berikut :
n
rxy n
Xi (
rxy
=
rxy
=
{(
30
)(
rxy
=
334704721
11089 18294,93703
rxy
=
0,606
r hitung
=
0,606
r table
=
0,361
)
1769
)
3341
Xi
Xi
30
11089 =
2
556770 {
rxy
Xi Yi
-
2
n
( (
Yi Yi
18559 223
2
{
100181
Yi )
) } {(
545681 }
2
}
30
2
(
223
) (
)( 202933 ) -
2447 (
)
2447 )2}
9 Dari hasil analisis perhitungan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi dapat dilihat bahwa pada signifikan α = 0,05 dengan N = 30 dan r tabel = 0,361. Jika r hitung = 0,606 lebih besar dari r tabel = 0,361 maka terdapat signifikan. Jadi dapat disimpulkan hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi terdapat hubungan signifikan karna rhitung lebih besar dari r tabel atau atau 0,606 ≥ 0,361. Hasil ini kemudian dikonsultasikan kedalam tabel interpretasi koefisien korelasi. Berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi, maka tingkat pendidikan orang tua (X) dengan minat orang tua keperguruan tinggi memiliki hubungan yang kuat. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Apakah Terdapat Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya Keperguruan Tinggi di SMA Xaverius II Kota Jambi. Dalam rumusan masalah tentang apakah terdapat hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi di SMA Xaverius II Kota Jambi, Berdasarkan analisis dengan menggunakan Korelasi product moment diperoleh rhitung 0,606 nilai rtabel 0,361, Hasil ini kemudian dikonsultasikan kedalam tabel interpretasi koefisien korelasi. Berdasarkan tabel interpretasi koefisien korelasi, maka tingkat pendidikan orang tua (X) dengan minat orang tua keperguruan tinggi (Y) memiliki hubungan yang kuat maka hipotesis menyatakan terdapat hubungan/korelasi tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi di SMA Xaverius II Kota Jambi. Hal Ini dikarenakan tingkat pendidikan orang tua mampu mempengaruhi cara berfikir orang tua atau pandangan orang tua terhadap pendidikan terutama dalam pendidikan anaknya dan berminat untuk menyekolahkan atau menginginkan anaknya lebih dari dirinya (orang tua), Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu pendidikan dan martabat bangsa Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya”. Menurut Soemanto (2006:92) setiap orang tua mengidam-idamkan agar anak cucunya kelak dapat hidup bahagia. Mereka menghendaki suatu kehidupan yang lebih layak, lebih baik dan lebih maju dari kehidupan yang dialami oleh mereka para orangtua. Begitu besarnya harapan para orangtua mengenai kehidupan anak-anak yang sejahtera dimasa depan, namun mereka kurang mengerti bagaimana mereka mempersiapkan anak-anak itu agar memiliki potensi untuk mengatasi permasalahan hidup anak-anak dimasa mendatang. Bahkan banyak diantara para orangtua yang dengan berbagai macam alasan ingin melepaskan diri dari tanggung jawab mempersiapkan mental dan potensi anak-anak mereka, mereka tidak membekali anak-anak dengan kepribadian yang kuat. Dan sedangkan minat menurut Slameto, (2003:180) menyatakan minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada dasarnya adalah penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Jadi dapat disimpulkan bahwa, tingkat pendidikan orang tua akan menentukan orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan. sikap yang terbentuk pada masing-masing orang tua pada setiap jenjang pendidikan formal akan berbeda-beda antara lulusan sekolah dasar (SD), lulusan sekolah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), atau lulusan perguruan tinggi (Diploma, Strata) hal ini yang menjadi latar belakang tingkat pendidikan orang tua menjadi faktor yang mempengaruhi orang tua dalam membimbing dan mengarahkan anaknya dalam hal pendidikan yang akan ditempuh anaknya. Berdasarkan teori dan analisis data terdapat hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi pada orang tua siswa kelas XII SMA Xaverius II Kota Jambi.
10 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan pada penelitian yang dilakukan di SMA Xaverius II Kota Jambi, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Terdapat hubungan tingkat Pendidikan Orang Tua dengan Minat Orang Tua Menyekolahkan Anaknya Keperguruan Tinggi di SMA Xaverius II Kota Jambi, sebesar rxy hitung 0,606, sehingga dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka semakin minat orang tua menyekolahkan anaknya keperguruan tinggi. Saran Dilihat dari hasil analisis data ternyata tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan minat orang tua menyekolahkan anak keperguruan tinggi. bagi orang tua berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan agar orang tua dapat meningkatkan minat terhadap pendidikan putra/putri untuk menyekolahkan sampai keperguruan tinggi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Aharti, 2013. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Belajar Dengan Minat Siswa Melanjutkan Keperguruan Tinggi Pada Siswa Kelas XII Sman 2 Merangin, Skripsi, universitas jambi.. Ahmadi Abu, 2009.Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ahmadi Abu dan Uhbiyati, 2003. Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, 2010. Prosedur penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bastian, 2006. Akuntansi Pendidikan. Jakarta Penerbit Erlangga. Hariyadi, 2009. Statistik Pendidikan. PT. Prestasi Pustakaraya Jakarta. Hasbullah, 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta. Hermansyah, 2013. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orang Tua Dan Prestasi Praktek Kerja Industri Dengan Minat Berwirausaha Siswa Smk Negeri Sman 1 Kota Jambi, Skripsi, universitas jambi. Hidayanto, 1988. Mengenal manusia dan pendidikan. Penerbit Libertty, Yogyakarta. http://psikologi.or.id diakses tanggal 15 juli 2014. http//amir dapier.blogspot.com diakses 22 november 2014. Ihsan, Puad, 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Rulam, 2014. Pengantar pendidikan. Yogyakarta Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Soemanto, Wasty. 2006. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: PT Bumi Aksara Sutini, 2012. Hubungan Tingkat Ekonomi Orang Tua Terhadap Minat Menyekolahkan Anak Di Dusun Mendongan Desa Banyukuning Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun 2012. http://www.com//Skripsi Undang-undang RI No 20 Tahun 2003. SistemPendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara. Undang-undang RI No 20 Tahun 2004. SistemPendidikan Nasional. Bandung : Citra Umbara. Variny. 2009, Hubungan Persiapan Penerapan Pendidikan Percakapan Hidup (Life Skill)Dengan Minat Berwirausaha Pada Siswa Smk 4 Kota Jambi, Skripsi, universitas jambi
12