TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ORANG TUA DALAM MELATIH PERAWATAN DIRI ANAK TUNANETRA Arie Puji Lestari1, Tuti Nuraini2 1
2
Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dosen Departemen Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kampus FIK UI, Depok, Jawa Barat – 16424, Indonesia Telepon: 085694403700. E-mail:
[email protected] Abstrak
Kemampuan orang tua secara kognitif, afektif, dan psikomotor terhadap keterbatasan fisik anak tunanetra mempengaruhi cara mereka merawat dan berdampak pada tingkat perkembangan dan kemandirian perawatan diri pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan orang tua dalam melatih perawatan diri anak dengan tunanetra. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan melibatkan 100 orang tua yang memiliki anak tunanetra yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan 51,0% orang tua memiliki kemampuan melatih perawatan diri yang baik. Penelitian memberikan implikasi supaya hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan dalam memaksimalkan peran orang tua pada perkembangan kemampuan anak tunanetra. Kata kunci: kemampuan orang tua, perawatan diri, tunanetra Abstract The ability of parents in cognitive, affective, and psychomotor towards physical limitations of children with visual impairments affects the way they care, it impacts to the level of development and self-care independence in children. The purpose of this research was to identify parents ability in self-care training with visual impairments children. This research used descriptive design, involved 100 parents of visual impairments children that were taken using purposive sampling technique. The result showed that 51.0% of parents have a good ability to train self care of visual impairments children. This study has implications for improve the quality of nursing care and educational institusions in maximizing the role of parents in visual impairments child development. Keywords: parents ability, self care, visual impairments
Pendahuluan
memerlukan bantuan atau layanan bimbingan
Istilah tunanetra merujuk pada suatu kondisi
secara spesifik. Hal ini dapat dipahami,
dimana seseorang yang diidentifikasi tidak
karena kondisi anak tunanetra memiliki
memiliki penglihatan sama sekali (buta total)
beberapa
hingga mereka yang masih memiliki sisa
perhatian lebih.
karakteristik
yang
memerlukan
penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa
Menurut data Sensus Nasional Biro Pusat
berukuran 12 point dalam keadaan cahaya
Statistik (2009 dalam Irwanto, 2010) jumlah
normal meskipun dibantu dengan kacamata
penyandang
(low
tugas
terbesar setelah tunadaksa, yaitu sebesar
tunanetra
15,93%. Dari jumlah tersebut sebanyak
vision).
perkembangannya
Sehingga,
dalam
seorang
tunanetra
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
merupakan
kedua
2
13.302 tunanetra berada di Provinsi DKI
Kedekatan dengan orang tua memberikan
Jakarta. Berdasarkan data Pendidikan Luar
sumbangan
Biasa (PLB) Tahun 2009/2010, jumlah siswa
dibandingkan kedekatan dengan teman dan
tunanetra yang bersekolah di SLB negeri dan
guru (Udaranti, 2005).
yang
paling
bermakna
swasta di Indonesia berjumlah 1063 orang. Seratus sembilan belas (119) anak diantaranya
Orang tua dari anak berkebutuhan khusus,
berada di Provinsi DKI Jakarta (Kemdiknas,
termasuk dalam hal ini tunanetra, memiliki
2010).
berbagai anak,
Anak
berkebutuhan
khusus,
termasuk
peran
memberi
mengatur
diantaranya konseling
tingkah
laku
mengajarkan kepada
untuk
anak,
menjalin
tunanetra menjadi jumlah terbesar pada anak
hubungan dengan anak, mengasuh saudara
yang masih tergantung untuk melakukan
kandung yang tidak berkebutuhan khusus,
perawatan diri (Ulfatulsholihat, 2010). Oleh
menjaga hubungan orang tua dengan orang
karena itu, seorang anak tunanetra dituntut
tua,
untuk memperkecil ketergantungan terhadap
(significant others) dan menjalin hubungan
bantuan orang lain, termasuk orang tuanya
dengan sekolah dan masyarakat (Heward,
sendiri.
Tingginya tingkat ketergantungan
1996). Setelah anak tunanetra mendapatkan
anak dalam melakukan kegiatan harian
pelatihan bina diri dari sekolahnya, tentunya
menjadi beban yang amat besar bagi orang
orang tua juga harus membiasakan anak untuk
tua,
layanan
mandiri ketika di rumah sesuai dengan peran-
keperawatan
peran diatas. Hal ini dimaksudkan agar
pengasuh,
kesehatan,
dan
termasuk
pemberi tenaga
mendidik
orang-orang
terdekat
perkembangan anak tunanetra dapat maksimal
(Tork et al., 2007).
tanpa banyak meminta bantuan dari orang Kemandirian pada anak tunanetra dapat
lain, sehingga kemandiriannya pun dapat
dilatih dari hal yang paling kecil, seperti daily
tercapai.
activities dan self care (perawatan diri). Anak yang telah mandiri sejak dini, maka akan
Kemampuan orang tua baik secara kognitif,
terbiasa mandiri ketika dewasa. Bagi seorang
afektif, dan psikomotorik dalam melatih
anak, tidak ada sumber kekuatan (resource)
kemandirian perawatan diri anak tunanetra
yang lebih penting selain orang tua. Orang tua
sangatlah penting untuk dilakukan, agar
bertanggung jawab untuk membantu anak
senantiasa anak dapat memenuhi kebutuhan
mempelajari
agar
pokoknya sendiri tanpa harus tergantung
terbentuknya kemandirian. Ketika guru hanya
dengan orang lain. Adanya bimbingan dan
bersifat sementara, orang tua merupakan figur
latihan yang tepat baik di rumah maupun
utama dan tetap bagi kehidupan anak.
sekolah, dapat menjadikan mereka mandiri
berbagai
keterampilan
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
3
dalam
memenuhi
kebutuhan
perawatan
dirinya.
demografi, kuesioner kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik orang tua dalam melatih
perawatan
diri
anak
tunanetra.
Metode
Kemampuan
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
diukur menggunakan skala Guttman dengan
kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif
pilihan jawaban Benar/Salah dan Ya/Tidak.
untuk melihat tingkat kemampuan (kognitif,
Kemampuan afektif diukur menggunakan
afektif, psikomotor) orang tua dalam melatih
skala Likert dengan pilihan jawaban sangat
perawatan diri anak tunanetra. Pengumpulan
tidak setuju, tidak setuju, setuju, dan sangat
data dilakukan dengan menggunakan metode
setuju.
kognitif
dan
psikomotorik
kuesioner. Analisa data yang digunakan dalam penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
ini terdiri dari analisis univariat dan bivariat.
orang tua yang mempunyai anak tunanetra di
Analisis univariat untuk mendeskripsikan
Jakarta. Sampel penelitian ini berjumlah 100
karakteristik orang tua, karakteristik anak
orang tua dari anak tunanetra yang berusia 3-
tunanetra, dan kemampuan orang tua dalam
18 tahun. Rentang anak usia preschool sampai
melatih
remaja dipilih karena pada usia ini adalah
Analisis bivariat merupakan data tambahan
waktu yang tepat bagi orang tua untuk mulai
untuk melihat hubungan antara kemampuan
mengajarkan keterampilan perawatan diri
orang tua dalam melatih perawatan diri anak
pada anak dalam kehidupan sehari-hari dan
tunanetra dengan karakteristik orang tua dan
mempersiapkan anak untuk dapat mandiri
karakteristik anak.
perawatan
diri
anak
tunanetra.
pada rentang usia selanjutnya.
Hasil Pengambilan sampel menggunakan metode
Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari
purposive
yang
2013 sampai bulan Juni 2013. Hasil penelitian
digunakan dalam penelitian ini merupakan
ini menguraikan karakteristik orang tua,
modifikasi dari Hellen Keller International
karakteristik anak tunanetra, dan kemampuan
Indonesia dan Hilton Perkins International
orang tua dalam melatih perawatan diri anak
Program 2006 dalam The Oregon Project For
tunanetra dengan karakteristik orang tua dan
Visually Impaired and Blind mengenai peran
karakteristik anak tunanetra. Selain itu, juga
orang tua dan kebutuhan anak berkebutuhan
dilihat hubungan antara kemampuan orang
khusus, yang juga pernah dipakai sebelumnya
tua dalam melatih perawatan diri anak
pada penelitian Widiastuti (2010). Kuesioner
tunanetra dengan karakteristik orang tua dan
terdiri dari 4 bagian yaitu kuesioner data
karakteristik anak tunanetra.
sampling.
Instrumen
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
4
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Orang Tua, Karakteristik Anak, Kemampuan Orang Tua Dalam Melatih Perawatan Diri Anak Tunanetra di Jakarta Tahun 2013 (n=100) Variabel Karakteristik Orang Tua 1. Usia Dewasa Muda Dewasa Madya 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan Rendah Menengah Tinggi 4. Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 5. Pendapatan Di bawah UMR Di atas UMR Karakteristik Anak 1. Usia Preschool Sekolah Remaja 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3. Riwayat Tunanetra Sejak lahir Tidak sejak lahir Kemampuan Orang Tua 1. Total Kemampuan Cukup Baik 2. Kemampuan Kognitif Cukup Baik 3. Kemampuan Afektif Cukup Baik 4. Kemampuan Psikomotorik Cukup Baik
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Pembahasan Kemampuan orang tua yang baik dalam melatih anak tunanetra merupakan modal utama dalam membentuk keterampilan dan kemandirian
anak
sehari-hari.
Hal
ini
disebabkan karena orang tua merupakan guru 51 49
51,0 49,0
pertama bagi anak, orang yang selalu
22 78
22,0 78,0
umpan balik yang baik (Heward, 1996).
6 59 35
6,0 59,0 35,0
42 58
42,0 58,0
51 49
51,0 49,0
memberi dukungan, dorongan, pujian dan Semakin
dini
dilakukan
diagnosis
dan
intervensi, maka akan semakin besar pula tingkat kemajuan perkembangan anak. Beberapa orang tua tidak dapat mengajarkan keterampilan
langsung
kepada
anaknya
karena sebab ketidaktahuan, ketidakmauan 13 55 32
13,0 55,0 32,0
atau ketidakmampuan dalam mendidik anak
58 42
58,0 42,0
menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab
73 27
73,0 27,0
tunanetra.
Kebanyakan
orang
tua
dalam mendidik anak kepada pengasuh di rumah, sekolah, ataupun tenaga professional. Tidak mudah memang bagi orang tua untuk melakukan intervensi atau latihan kepada anak jika orang tua sejatinya masih kurang
49 51
49,0 51,0
33 67
33,0 67,0
45 55
45,0 55,0
akan informasi mengenai hal ini. Perlunya diadakan penyuluhan atau program edukasi secara rutin kepada orang tua anak tunanetra, karena di Indonesia hal ini masih jarang dilakukan. Adanya parent support group juga tentunya dapat membantu orang tua untuk berbagi
45 55
45,0 55,0
pengalaman
dan
informasi yang dibutuhkan.
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
memperoleh
5
Tabel 2. Hubungan Karakteristik Orang Tua dengan Total Kemampuan Orang Tua Dalam Melatih Perawatan Diri Anak Tunanetra di Jakarta Tahun 2013 (n=100) Total Kemampuan Orang Tua Cukup Baik n % n %
Karakteristik Orang Tua 1. Usia Dewasa Muda (< 40 tahun) Dewasa Madya (≥.40 tahun) 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan Pendidikan Rendah Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi 4. Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 5. Pendapatan Keluarga Di bawah UMR Di atas UMR
OR (95% CI)
X2
p value
22 27
43,1 55,1
29 22
56,9 44,9
0,618 (0,281-1,462)
0,993
0,319
12 37
54,5 47,4
10 41
45,5 52,6
1,330 (0,514-3,437)
0,121
0,728
5 32 12
83,3 54,2 34,3
1 27 23
16,7 45,8 65,7
-
6,510
0,039*
22 27
52,4 46,6
20 31
47,6 53,4
1,263 (0,570-2,798)
0,139
0,709
28 21
54,9 42,9
23 28
45,1 57,1
1,623 (0,737-3,577)
1,009
0,315
Tabel 3. Hubungan Karakteristik Orang Tua dengan Kemampuan Kognitif Orang Tua Dalam Melatih Perawatan Diri Anak Tunanetra di Jakarta Tahun 2013 (n=100) Kemampuan Kognitif Orang Tua Cukup Baik n % n %
Karakteristik Orang Tua 1. Usia Dewasa Muda (< 40 tahun) Dewasa Madya (≥.40 tahun) 2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 3. Pendidikan Pendidikan Rendah Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi 4. Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja 5. Pendapatan Keluarga Di bawah UMR Di atas UMR
OR (95% CI)
X2
p value
13 20
25,5 40,8
38 29
74,5 59,2
0,496 (0,212-1,160)
2,007
0,157
9 24
40,9 30,8
13 54
59,1 69,2
1,558 (0,587-4,136)
0,405
0,524
5 23 5
83,3 39,0 14,3
1 36 30
16,7 61,0 85,7
-
13,37
0,001*
16 17
38,1 29,3
26 41
61,9 70,7
1,484 (0,640-3,442)
0,499
0,480
22 11
43,1 22,4
29 38
56,9 77,6
2,621 (1,098-6,257)
3,947
0,047*
Hasil analisis didapatkan bahwa pendidikan
2010), yang mengatakan semakin tinggi
orang
pendidikan seseorang semakin besar untuk
tua
mempunyai
hubungan
yang
bermakna dengan total kemampuan dan
memanfaatkan
kemampuan kognitif orang tua dalam melatih
keterampilan. Penelitian Smith et al. (2001)
perawatan diri anak tunanetra (p = 0,039 dan
juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan
p = 0,001; α = 0,05). Hasil ini diperkuat oleh
yang bermakna antara tingkat pendidikan
pernyataan Siagian (1995 dalam Widiastuti,
orang tua dengan stres dalam mengurus anak
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
pengetahuan
dan
6
berkebutuhan khusus. Orang tua dengan latar
Pendidikan rendah dari orang tua berakibat
pendidikan tinggi lebih mampu mengatasi
kurangnya
anaknya yang berkebutuhan khusus dengan
memberikan pengasuhan kepada anak sesuai
lebih efektif dibanding orang tua dengan latar
dengan tahapan perkembangan anak, sehingga
pendidikan yang lebih rendah (Barber et al.,
anak akan cenderung tidak mandiri dalam
1988 dalam Li-Tsang, 2001).
memenuhi kebutuhan perawatan diri mereka.
kualitas
orang
tua
dalam
Pendidikan yang rendah pada keluarga juga Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan
akan berdampak pada kurangnya pengetahuan
hasil
orang tua bagaimana mengasuh anak sesuai
penelitian
Ramawati
(2011)
yang
menyatakan tidak mendapatkan hubungan
dengan tahapan tumbuh kembangnya.
yang bermakna antara pendidikan orang tua dengan kemampuan perawatan diri anak
Tidak menutup kemungkinan bagi orang tua
tunagrahita (p = 0,062; α = 0,05). Resch,
yang
Elliott,
ataupun
dan
Benz
(2012)
juga
tidak
memiliki
latar
menengah
pendidikan untuk
rendah
mempunyai
memperoleh hubungan yang bermakna antara
kemampuan melatih perawatan diri yang baik
tingkat pendidikan orang tua dengan risiko
pada
depresi memiliki anak berkebutuhan khusus
pengetahuan tidak hanya melalui pendidikan
(p = 0,82; α = 0,05). Hasil penelitian berbeda
formal saja, bisa juga melalui pendidikan non
disebabkan karena mayoritas responden pada
formal seperti pelatihan-pelatihan, seminar
penelitian Ramawati (2011) dan Resch et al.
dan lain-lain. Hal tersebut tentunya akan
(2012)
pendidikan
menambah wawasan bagi orang tua terkait
minimal SMA dan 95% pernah memasuki
mendidik anak tunanetra dengan baik dan
dunia
benar sesuai tahap perkembangannya.
mempunyai perkuliahan,
tingkat sehingga
termasuk
anak,
karena
untuk
memperoleh
responden dengan pendidikan yang tinggi. Pendidikan
juga
dapat
mempengaruhi
Latar pendidikan orang tua mempunyai
perilaku individu. Individu dengan pendidikan
pengaruh yang besar terhadap pembentukan
lebih tinggi akan lebih mudah menerima
pribadi anak. Orang tua yang mempunyai
informasi,
latar pendidikan yang tinggi akan lebih
menyelesaikan masalah. Semakin baik tingkat
memperhatikan
dan
pendidikan orang tua, maka semakin sedikit
memberikan perhatian pada pertumbuhan dan
jumlah anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan anak. Orang tua akan berusaha
baik
mencari
sebanyak-banyaknya
komunikasi,
terkait dengan kebutuhan dan masalah yang
kemampuan
mungkin
dengan normal (Ramawati, 2011).
segala
informasi dialami
perubahan
oleh
anak
tunanetra.
mudah
secara
mengerti
fisik serta untuk
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
dan
atau
mudah
kemampuan
memperlihatkan melakukan
aktivitas
7
orang tua kurang memperhatikan anak untuk Pendidikan yang tinggi membuat pola pikir
berbuat
seseorang menjadi lebih terbuka, kritis, dan
kurangnya latihan dan penanaman nilai-nilai
rasional
mempengaruhi
dan norma dalam masyarakat, sehingga akan
keinginan orang tua untuk mencari tahu,
berakibat anak akan mengalami masalah pada
belajar,
proses
sehingga
dapat
memberikan
latihan,
juga
baik
dan
tumbuh
mengikuti
peraturan,
kembangnya.
Pendapatan
mengarahkan secara tepat dalam melatih anak
keluarga yang relatif lebih rendah pada
tunanetra melakukan keterampilan perawatan
akhirnya
diri. Dapat dikatakan bahwa orang tua dengan
mampu untuk memenuhi kebutuhan anak atau
pendidikan
mempersiapkan masa depan yang baik bagi
yang
tinggi
mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik
mengakibatkan
keluarga
tidak
anak berkebutuhan khusus.
dalam membimbing anak-anaknya melakukan tindakan perawatan diri dengan lebih baik.
Keluarga dengan status sosio-ekonomi yang tinggi menandakan suatu keadaan keuangan
mempunyai
yang baik untuk memenuhi perawatan ekstra
dengan
dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari anak
kemampuan kognitif orang tua dalam melatih
berkebutuhan khusus (Yau & Li-Tsang,
perawatan diri anak tunanetra (p = 0,047; α =
1999). Keluarga dengan status sosial yang
0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
tinggi akan berupaya untuk memenuhi segala
dilakukan
dalam
kebutuhan anak mereka, dari kebutuhan dasar,
Ramawati, 2011) yang mendapatkan bahwa
pendidikan, dan kebutuhan finansial lainnya
masalah keuangan menjadi masalah sosial
dapat terpenuhi. Selain itu pada ekonomi
yang luas dampaknya bagi orang tua dengan
keluarga yang tinggi orang tua memiliki
anak berkebutuhan khusus. Smith et al.
waktu lebih cukup untuk membimbing anak
(2001) juga menambahkan bahwa terdapat
mereka, karena orang tua tidak dipusingkan
hubungan yang bermakna antara pendapatan
dengan keadaan ekonomi keluarga.
Pendapatan
keluarga
hubungan
yang
oleh
juga signifikan
Harvey
(2004
orang tua dengan stres dalam mengurus anak Hasil
berkebutuhan khusus.
analisis
lebih
lanjut
kemampuan
afektif
Pendapatan keluarga merupakan salah satu
menunjukkan
tidak
faktor yang mampu mempengaruhi proses
bermakna antara karakteristik orang tua dan
tumbuh kembang anak dalam hal pengasuhan
karakteristik
anak. Gunarsa (2004 dalam Herlina, 2013)
afektif dan psikomotorik orang tua dalam
menyatakan bahwa keluarga dengan tingkat
melatih perawatan diri anak tunanetra (p >
pendapatan yang rendah akan menyebabkan
0,05; α = 0,05). Menurut asumsi peneliti,
anak
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
dan
terhadap
psikomotorik
terdapat terhadap
hubungan kemampuan
8
tidak adanya hubungan tersebut dikarenakan
Kesimpulan
adanya faktor lain yang dapat mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
pembentukan
kemampuan
seseorang
sikap
seperti
dan
keterampilan
tua
dalam
melatih
pribadi,
perawatan diri anak tunanetra sebagian besar
pengaruh orang lain yang dianggap penting,
memiliki total kemampuan yang baik, dengan
kebudayaan, media massa dan lembaga
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor
pendidikan (Azwar, 1995 dalam Chahyani,
juga berada pada kategori baik. Hasil
2012). Keyakinan dan perasaan seseorang
penelitian
terhadap objek yang bersangkutan juga dapat
hubungan yang signifikan antara karakteristik
mempengaruhi sikap seseorang.
orang tua yaitu tingkat pendidikan dan
Kemampuan
pengalaman
orang
orang
perawatan
diri
meningkat
seiring
tua
anak
dalam tunanetra
dengan
melatih dapat
menunjukkan
pendapatan
keluarga
kemampuan
orang
bahwa
terdapat
perbulan tua
terhadap
dalam
melatih
perawatan diri pada anak tunanetra.
bertambahnya
pengetahuan. Pengetahuan dapat berasal dari
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
pendidikan
diharapkan
formal
dan
non-formal,
dapat
digunakan
sebagai
pengalaman pribadi dan jumlah informasi
informasi
yang diakses oleh orang tua. Hal ini dapat
berkaitan dan mampu memperluas area
dijadikan acuan atau panduan bagi para
penelitian dengan metode yang berbeda,
perawat anak yang ada di masyarakat dalam
seperti menggunakan studi perbandingan
penatalaksanaan
maupun studi korelasi dengan menambahkan
tunanetra,
seperti
keluarga dengan
dengan
anak
meningkatkan
dan
dasar
untuk
mengidentifikasi
penelitian
variabel
yang
tambahan
pengetahuan orang tua melalui pemberian
terkait karakteristik demografi seperti pola
penyuluhan atau pendidikan kesehatan terkait
asuh orang tua dan jenis tunanetra anak.
cara melatih kemandirian perawatan diri anak tunanetra. Bagi pihak institusi pendidikan dan lembaga pelayanan tunanetra, penelitian ini dapat menggambarkan kebutuhan orang tua untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan berlatih merawat anak tunanetra yaitu dengan membentuk parent support group.
Referensi Chahyani,
I.
(2012).
Hubungan
tingkat
pengetahuan dengan sikap mahasiswa reguler
FIK
Keperawatan.
UI
terhadap
Skripsi.
RUU Depok:
Universitas Indonesia. Herlina.
(2013).
Hubungan
pola
asuh
keluarga dengan kemandirian perawatan diri anak usia sekolah di Kelurahan
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.
9
Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis
Smith, T., Oliver, M., & Innocenti, M. (2001).
Kota Depok. Tesis. Depok: Universitas
Parenting stress in families of children
Indonesia.
with disabilities. American Journal of
Heward, W. (1996). Exceptional children: An
Orthopsychiatric, 71 (2): 257-261. doi:
introduction to special education (5th
http://dx.doi.org/10.1037/0002-
ed.). New Jersey: Prentice Hall.
9432.71.2.257
Irwanto., Kasim, E., Fransiska, A., Yusli, M.,
Tork, H., Lohrmann, C., & Dassen, T. (2007).
& Okta, S. (2010). Analisis situasi
Care dependency among school-aged
penyandang disabilitas di Indonesia:
children: Literature review. Nursing and
Sebuah
Health Sciences, 9: 142-149.
desk-review.
Depok;
Pusat
Kajian Disabilitas FISIP UI.
Udaranti, W. (2005). Sumbangan kelekatan
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010).
dengan orangtua, guru, dan teman,
Daftar tabel data pendidikan luar biasa
terhadap keterlibatan akademis remaja
(PLB) tahun 2009/2010. Diakses pada
tuna netra (Studi di Sekolah Menengah
November 2012.
SLB-A
http://www.psp.kemdiknas.go.id/upload
Bandung). Tesis. Depok: Universitas
s/Statistik%20Pendidikan/0910/index_p
Indonesia.
lb_0910.pdf Li-Tsang, C., Yau, M., & Yuen, H. (2001). Success
in
parenting
developmental
children
disabilities:
with Some
di
Kota
Jakarta,
Bekasi,
Ulfatulsholihat, R. (2010). Peran orangtua dalam penyesuaian diri anak tuna grahita. Jurnal Universitas Gunadarma, Jakarta.
characteristics, attitudes and adaptive
Widiastuti, S. H. (2010). Pengaruh terapi
coping skills. The British Journal of
kelompok suportif terhadap kemampuan
Developmental Disabilities, 47 (93): 61-
keluarga dalam melatih “self care” anak
71.
tunanetra ganda di SLB G Rawinala di
Ramawati, D. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan
kemampuan
Jakarta.
Tesis.
Depok:
Universitas
Indonesia.
di
Yau, M., & Li-Tsang, C. (1999). Adjusment
Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
and adaptation in parents children with
Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
developmental disability in two-parent
Resch, J., Elliot, T., & Benz, M. (2012).
families: A review of the characteristics
Depression among parents of children
and attributes. The British Journal of
with disabilities. American Psychological
Developmental Disabilities, 45 (88).
perawatan
Association,
diri
30
anak
(4):
tunanetra
291-301.
doi:
10.1037/a0030366
Tingkat pendidikan..., Arie Puji Lestari, FIK UI, 2013.