perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG SENI DAN BUDAYA
4.1 Pendekatan Konsep Perecanaan 4.1.1 Status dan Pengelolaan Gedung Seni dan Budaya Status kelembagaan gedung seni dan budaya, berada di bawah pemerintah. Pengelolaan dilakukan oleh pemerintah dengan bekerjasama dengan seniman dan budayawan Banyumas yang bersifat independen dengan struktur kepengurusan sebagai berikut. Pemerintah daerah Kabupaten Banyumas
Kepala UPT Administrasi Bendahara Staff Teknik
Kabag dan Staff promosi
Kabag dan Staff pertunjukkan
Kabag dan Staff keamanan dan kebersihan
Kabag dan Staff humas
Kabag dan Staff pendidikan dan pelatihan
Skema 4. 1 Struktur Kepengurusan gedung seni dan budaya Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2014
4.1.2 Tugas Kelembagaan Gedung Seni dan Budaya Tugas kelembagaan yang dimiliki gedung seni dan budaya dapat diuraikan menjadi beberapa faktor berikut ini.
commit to user
IV-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Tugas pendidikan, yaitu dilakukan secara aktif melalui pelatihan berbagai macam seni yang difasilitasi pada sanggar. Secara pasif kegiatan pendidikan dilakukan dengan penyediaan fasilitas untuk diskusi budaya dan workshop. 2) Tugas pergelaran, mengadakan pertunjukkan secara rutin dan berkala. Pergelaran dapat berasal dari sanggar maupun pementasan yang datang dari event-event Kabupaten Banyumas dan sekitarnya. 3) Tugas pameran, yaitu memamerkan produksi atau karya pengrajin/ seniman lokal kepada masyarakat dalam dan luar kota. 4) Tugas pemeliharaan, yaitu meliputi perawatan dan pencegahan terhadap bahaya fisik, kimiawi ataupun organisme akibat faktor alam maupun oleh manusia sendiri.
4.1.3 Kegiatan yang Diwadahi Kegiatan yang direncanakan akan di wadahi di dalam gedung seni dan budaya yang direncanakan ulang dapat diungkapkan sebagai berikut. 1) Kegiatan pelatihan, dilakukan secara rutin berdasarkan jadwal tiap disiplin ilmu yang diberikan oleh masing-masing instruktur. Pelatihan diberikan secara aktif, dengan memberikan materi dan praktik di sanggar-sanggar yang disediakan. 2) Kegiatan pergelaran, dilakukan secara rutin baik pergelaran yang dilakukan oleh peserta pelatihan maupun pergelaran dari masyarakat. Pergelaran merupakan salah satu agenda dan langkah agar seni dan budaya tetap eksis. 3) Kegiatan pameran. Kegiatan pameran dilakukan secara rutin dengan mengadakan pameran karya dan hasil kreativitas pengrajin ataupun seniman pada galeri. 4) Kegiatan informasi dan pengelolaan, kegiatan memberikan informasi dan menghubungkan pengunjung dengan gedung kesenian, pengunjung dan pengunjung, serta kegiatan administratif yang berkaitan dengan seluruh kegiatan gedung seni dan budaya. commit to user
IV-2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Kegiatan servis dan pemeliharaan. Kegiatan ini dilakukan oleh pengelola dengan tujuan untuk merawat inventaris yang dimiliki gedung seni dan budaya.
4.1.4 Sasaran dan Skala Pelayanan Pengguna gedung seni dan budaya dibagi menjadi dua yaitu pengunjung dan pengelola. Pengunjung meliputi semua lapisan masyarakat dan dari berbagai kalangan seperti pelajar dan mahasiswa. Pengunjung bisa mencakup dari wilayah lokal, nasional, dan internasional. Pengunjung memiliki tujuan tertentu seperti pendidikan dan rekreasi yang dilakukan perorangan maupun kelompok. Sedangkan pengelola mencakup seluruh personal yang memiliki tugas dalam mengelola gedung seni dan budaya.
4.1.5 Perencanaan Gedung Seni dan Budaya 4.1.5.1 Penerapan Lokalitas Aspek lokalitas pada perencanaan gedung seni dan budaya akan diterapkan pada hal-hal berikut ini. 1) Bentuk ruang, bentuk ruang dalam pembahasan ini adalah bentuk ruang pergelaran dan galeri. Ruang pergelaran menyesuaikan dengan karakter dan kebutuhan ruang dari kesenian yang ada di Banyumas. Bentuk menggunakan kotak sebagai bentuk umum yang digunakan masayarakat. 2) Bentuk massa, bentuk masa terbagi menjadi kepala, badan, dan kaki. Bentuk massa menggunakan bentuk kotak. Bentuk kotak dan prisma merupakan bentuk yang umum digunakan di rumah dan bangunan di Banyumas. 3) Tata massa mengikuti dari tata masa kadipaten Banyumas yang mengadopsi dari tata massa keraton Surakarta. Tata massa menempatkan alunalun dan pendopo di depan, serta masjid di bagian barat. 4) Interior menggunakan ragam hias di dinding sebagai hiasan dan menggunakan warna-warna alam. Pemilihan perabotan juga bernuansa tradisional. 5) Eksterior, tampilan bangunan yang direncanakan adalah menggunakan to userkondisi iklim tropis yang dimiliki bentuk atap bersudut. Atap sudut commit dipilih karena
IV-3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
site. Atap bersudut memudahkan air hujan turun ke tanah. Di tampilan eksterior balok, kolom dan umpak diekspos untuk menunjukkan sistem struktur yang digunakan. 6) Landskap, landskap akan diolah dengan mempertimbangkan vegetasi yang ada. Vegetasi berupa pohon akan dipertahankan, vegetasi yang terletak di timur laut akan diekspos sebagai pendanda lokasi dari waktu ke waktu. Konsep lokalitas juga akan dituangkan dengan adanya pendanda berupa gapura, tugu, dan kitiran. 7) Struktur, struktur akan menggunakan sistem rangka yang serupa dengan sistem pembebanan pada rumah srotong. Sistem struktur dibagi menjadi struktur atas, tengah dan bawah seperti anatomi rumah srotong yaitu kepala badan dan kaki. 8) Material bangunan, material bangunan yang digunakan diolah dengan mempertahankan identitas aslinya. Material diekspos identitasnya untuk menggambarkan cablaknya orang Banyumas. 9) Elemen pendukung suasana Banyumasan, Suasana Banyumasan tidak hanya dapat diwujudkan dengan elemen fisik, tapi dapat juga dengan audial. Kitiran akan memberikan suasana pesisir pantai.
4.1.5.2 Rencana Penyediaan Fasilitas pada Gedung Seni dan Budaya Gedung seni dan budaya direncanakan dalam bentuk kawasan dengan beberapa massa bangunan. Setiap massa bangunan menyediakan fasilitas tertentu. Fasilitas – fasilitas yang disediakan gedung seni dan budaya adalah sanggar seni, ruang pergelaran terbuka, ruang pergelaran indoor, pendopo, galeri dan pameran, wisma seni, organisasi seni dan budaya Banyumas dan pengelola. a)
Sanggar seni Kegiatan pendidikan seni akan dilakukan dengan sistem sanggar. Seni yang
ada terbagi menjadi sanggar tari dan musik tradisional meliputi calung dan karawitan, sanggar wayang termasuk untuk wiraswara, sanggar kerajinan gerabah, sanggar batik dan sanggar lukis. commit to user
IV-4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Ruang Perpustakaan Ruang perpustakaan digunakan untuk menyimpan dokumen dalam bentuk teks, rekaman visual dan audiovisual. Ruang perpustakaan di letakkan dekat dengan ruang pengelola agar memudahkan pengawasan. c)
Ruang Pergelaran Terbuka Ruang pergelaran terbuka digunakan untuk mewadahi kegiatan pergelaran
kesenian Banyumas yang biasa dipentaskan di luar ruangan. d) Ruang Pergelaran Indoor (Auditorium) Ruang auditorium digunakan untuk pergelaran yang dilakukan di dalam ruangan. e)
Pendopo Ruang yang digunakan untuk diskusi-diskusi kebudayaan dan workshop.
f)
Galeri dan Ruang Pamer Galeri digunakan untuk memamerkan hasil karya seni Banyumas, seperti seni
lukis, seni batik, gerabah, dan sebagainya. g) Wisma Seni Wisma seni diperuntukkan bagi seniman yang ingin berkreasi di teritori budaya Banyumas. Wisma juga bisa digunakan oleh seniman yang akan melakukan pergelaran. h) Sekretariat Organisasi Kesenian Banyumas Ruang ini diperuntukkan bagi organisasi kesenian dan kebudayaan yang ada di Banyumas termasuk Dewan Kesenian dan Kebudayaan Banyumas. Terdapat 3 unit sektretariat. i)
Kantor Pengelola dan Servis Ruang ini digunakan untuk mengelola gedung seni dan budaya.
4.2 Analisis Konsep Perancangan 4.2.1 Analisis Site Dasar pertimbangan pemilihan site adalah: Kriteria pemilihan lokasi dan site untuk gedung seni dan budaya adalah commit to user sebagai berikut.
IV-5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Lokasi mudah dicapai masyarakat baik dengan transportasi umum atau kendaraan pribadi. b) Lokasi memiliki sarana dan prasarana kota yang mendukung. c) Lokasi memiliki luas lahan yang cukup. d) Lokasi milik pemerintah daerah. e) Lingkungan mikro yang mendukung. Lokasi berada di Kota Purwokerto yang merupakan pusat PKW dan memiliki pelayanan kota yang baik.
Gambar 4. 1 Purwokerto sebagai PKW Sumber : Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 10 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas 2011-2031, 2011:i Beberapa lokasi akan dianalisis untuk mendapatkan lokasi ideal. Berikut merupakan beberapa alternatif lokasi yang ada. a) Site lokasi A Site berada di Jalan Dr. Angka dengan fasilitas lingkungan yang lengkap. Site dilewati angkutan kota. Site berbatasan dengan jalan lingkungan dan SMA dan SMK Veteran di sebelah barat, Jalan Dr. Angka dan Hotel Horizon di sebelah utara, selokan dan Rumah Sakit Elisabeth di sebelah timur dan pemukiman di sebelah selatan (lihat gambar 4.2).commit Luasantosite berkisar 4000 m2. user
IV-6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 2 foto udara alternatif site A Sumber : Google Earth, 2014
b) Site lokasi B Site berada di Jalan S. Parman dengan fasilitas lingkungan yang lengkap. Site dilewati kendaraan pribadi dan angkutan kota. Luasan site berkisar 23.200 m2. Site berbatasan langsung dengan Jalan S. Parman di sebelah timur, Jalan lingkungan di sebelah barat dan selatan serta Jalan. Kongsen di sebelah utara (lihat gambar 4.3).
Gambar 4. 3 foto udara alternatif site B Sumber : Google Earth, 2014 commit to user
IV-7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Site lokasi C Site berada di Jalan Dr. Angka. Lokasi ini dilalui angkutan kota dan kendaraan pribadi. Site ini berbatasan langsung dengan jalan lingkungan dan perumahan di sebelah utara, Jalan Dr. Angka di sebelah selatan, pemukiman di sebelah timur dan Grapari Telkomsel serta pertokoan di sebelah barat (lihat gambar 4.4). Luas site mencapai 40.000 m2.
Gambar 4. 4 foto udara alternatif site C Sumber : Google Earth, 2014 Berdasarkan kriteria yang maka dilakukan analisis terhadap alternatif lokasi. Analisis akan dilakukan dengan sistem bobot (lihat tabel 4.1). Tabel 4. 1 Sistem Pembobotan pada Site Kriteria
Bobot
Site A
Site B
Site C
Nilai
Skor Nilai
Skor Nilai
Skor
3
4
12
4
12
4
12
3
4
12
4
12
4
12
Ketersediaan luasan
2
2
4
4
8
5
10
Kepemilikan tanah
3
3 9 4 commit 2 to user 8
2
6
3
9
4
16
2
8
Kemudahan pencapaian ke lokasi Lokasi memiliki sarana dan prasarana kota
Lingkungan mikro yang
IV-8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendukung Jumlah
45
54
51
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Berdasarkan hasil pembobotan maka diperoleh site B mendekati kriteria lokasi pemilihan gedung seni dan budaya Banyumas di Purwokerto.
4.2.2 Analisis Pengolahan Site 4.2.2.1 Eksisting Site terpilih berada di Jalan S. Parman yang termasuk dalam wilayah kecamatan Purwokerto Selatan. Site terpilih merupakan tanah milik pemerintah yang pernah digunakan untuk sekolah dasar dan gudang. Pada tahun 2004 sekolah dasar digabung dengan sekolah lain. Sejak saat itu, site tidak digunakan. Di site terdapat vegetasi berupa pohon dan semak. Vegetasi berupa semak dan perdu akan dihilangkan, sedangkan vegetasi berupa pohon akan dipertahankan. Di site tidak terdapat perbedaan ketinggian permukaan tanah yang signifikan, oleh karena itu site dianggap datar.
Gambar 4. 5 kondisi eksisting toKinanti, user 2014 Sumber :commit Analisis
IV-9
perpustakaan.uns.ac.id
4.2.2.2
digilib.uns.ac.id
Analisis pencapaian
Tujuan dari analisis pencapaian site adalah untuk mendapatkan pintu masuk utama (ME) untuk masuk dan keluar. Dasar pertimbangan dalam melakukan analisis pencapaian adalah sebagai berikut. a) Sirkulasi lalu lintas sekitar site, keberadaan ME tidak menyebabkan kemacetan. b) Arah pergerakan lalu lintas di sekitarnya. c) Pencapaian yang mudah. d) Akses yang aman ke dalam dan keluar site. e) Perletakan pintu masuk pada bangunan Jawa. Jalan S. Parman merupakan jalan yang lebar dan dilewati kendaraan dengan intensitas mencapai 50 kendaraan/jam. Jalan Kongsen merupakan jalan dengan intensitas sedang, kendaraan yang lewat mencapai 40 kendaraan/jam. Perencanaan akses pintu masuk site terbagi menjadi pintu masuk utama dan pintu samping. Pintu masuk utama digunakan oleh pengunjung secara umum. Letak pintu masuk utama di kawasan keraton berada di sisi utara dan selatan. Oleh karena itu, pintu masuk utama pada site berada di sisi utara yaitu di Jalan Kongsen dan sisi selatan di jalan lingkungan.
Gambar 4. 6 kondisi lalu lintas toKinanti, user 2014 Sumber :commit Analisis
IV-10
perpustakaan.uns.ac.id
Saat
menentukan
digilib.uns.ac.id
perletakkan
pintu
masuk,
masyarakat
melakukan
perhitungan agar mendapatkan letak yang baik. Terdapat 2 cara melakukan perhitungan yaitu cara “empat lima” dan “empat sembilan”. Di perencanaan dan perancangan gedung seni dan budaya akan menggunakan sistem “empat sembilan”. Cara menghitung dengan sistem ini adalah halaman yang akan diletakkan pintu dibagi menjadi 9. Bila pintu menghadap ke selatan dihitung dari timur, bila pintu menghadap utara dihitung dari barat, bila pintu menghadap ke timur dihitung dari selatan, dan bila pintu menghadap ke barat dihitung dari selatan (Ismunandar, 1993 : 72).
Gambar 4. 7 perhitungan perletakan pintu masuk Sumber : Ismunandar, 1993: 72
Gambar 4. 8 titik-titik yang baik untuk meletakkan pintu masuk commit to user Sumber : Analisis Kinanti, 2014 IV-11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.2.3 Analisis kebisingan Tujuan dari melakukan analaisis kebisingan adalah untuk mengetahui sumber kebisingan dan mencari solusi untuk menjaga kestabilan kebisingan pada ruang tertentu. Dasar pertimbangan untuk analisis kebisingan adalah karakter ruang yang dimiliki dan sumber bising.
Gambar 4. 9 analisis kebisingan pada site Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Ruang yang membutuhkan ketenangan diletakan di daerah yang tenang. Seperti ruang panggung tertutup dan panggung terbuka, pada ruang tersebut akan dilakukan pertunjukkan sehingga ketenangan akan memfokuskan penonton ke pertunjukkan. Selain itu untuk mengurangi tingkat bising, vegetasi dipasang di sekeliling site. Selain sebagai filter udara, vegetasi dapat mereduksi kebisingan.
4.2.2.4 Analisis view Analisis view bertujuan untuk memperoleh view terbaik dari dalam maupun dari luar bangunan. View terbaik ini akan diekspos untuk mendapatkan daya tarik pengunjung. Dasar pertimbangan yang digunakan adalah kondisi di sekitar lingkungan site, sudut pandang dari jalan ke site, dan keberadaan jalan di sekitar commit to user site.
IV-12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 10 view to site dari beberapa sudut pandang Sumber : Analisi Kinanti, 2014 Sisi jalan S.Parman dan Jalan Kongsen adalah sisi jalan yang berpotensi untuk dilihat masyarakat. Pada sisi tersebut cocok untuk diletakkan point of interest. View ke site akan di pusatkan di tengah agar seluruh kawasan mendapatkan view yang baik. 4.2.3 Analisis Pengguna 4.2.3.1 Analisis Pengguna dan Jenis Kegiatan Analisis pengguna dilakukan untuk mendapatkan pola kegiatan yang terjadi di dalam Gedung Seni dan Budaya Banyumas.
4.2.3.1.1 Pengelompokan Pelaku Kegiatan Pengelompokkan pelaku kegiatan yang melakukan aktivitas di dalam Gedung Seni dan Budaya Banyumas terbagi menjadi 6 kelompok (lihat tabel 4.2). commit to user
IV-13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 2 pelaku kegiatan dalam gedung seni dan budaya Pengunjung
Pelaku Kegiatan Perorangan Keluarga Rombongan
Pemain dan Penyelenggara pergelaran Seniman dan Kurator
Siswa/siswi gedung kesenian dan instruktur Pengelola
Organisasi seni dan budaya Banyumas dan DKKB
Pemain Pemimpin Produksi Pekerja di belakang layar Seniman Kurator Pekerja di belakang layar Pekerja Properti pameran Perorangan Kelompok Instruktur Administrasi Informasi Pelayanan (servis) Pemeliharaan Anggota Pengurus harianan
Keterangan Pengunjung datang dengan tujuan untuk menikmati acara pertunjukkan seni dan budaya, dan mempelajari seni dan budaya Banyumas. Memanfaatkan gedung kesenian untuk kegiatan pergelaran, seni budaya Memanfaatkan gedung kesenian untuk kegiatan pameran, seni budaya Datang bermaksud untuk mengikuti pendidikan kesenian secara rutin. Pihak yang bertanggung jawab dalam operasonal gedung seni dan budaya Pihak-pihak yang memperhatikan perkembangan dan memikirkan mengenai seni dan budaya Banyumas
Sumber : Analisis Kinanti, 2014
4.2.3.1.2 Pembagian Kelompok Jenis Kegiatan Berdasarkan pelaku yang melakukan kegiatan di gedung seni dan budaya, dapat diketahui kegiatan yang terjadi. Kegiatan dikelompokan menjadi beberapa kelompok berikut. 1) Kegiatan pendidikan yang berbentuk sanggar. 2) Kegiatan pertunjukkan dalam ruang atau luar ruangan. 3) Kegitan pameran. 4) Kegiatan informasi dan pengelolaan. 5) Kegiatan servis dan pemeliharaan.
commit to user
IV-14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.3.2 Analisis Proses Kegiatan Berdasarkan pelaku kegiatan dan pembagian kelompok jenis kegiatan dapat diketahui pola kegiatan yang terjadi di dalam gedung seni dan budaya (lihat gambar 4.11-416). 1) Kegiatan Pelatihan Kegiatan ini meliputi beberapa kegiatan lain yaitu pelatihan seni dan diskusi seni dan budaya.
Gambar 4. 11 pola kegiatan pendidikan Sumber : Analisis Kinanti, 2014 2) Kegiatan Pergelaran,
Gambar 4. 12 pola kegiatan pergelaran commit to user Sumber : Analisis Kinanti, 2014 IV-15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Kegiatan Pameran.
Gambar 4. 13 pola kegiatan pameran Sumber : Analisis Kinanti 2014
4) Kegiatan Informasi dan Pengelolaan,
Gambar 4. 14 pola kegiatan pengelolaan Sumber : Analisis Kinanti, 2014
commit to user
IV-16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Pola Kegiatan Anggota Organisasi Kesenian dan Kebudayaan Banyumas dan Pengurus Dewan Seni dan Budaya Banyumas
Gambar 4. 15 pola kegiatan organisasi kesenian Sumber : Analisis Kinanti, 2014
5) Kegiatan Servis dan Pemeliharaan.
Gambar 4. 16 pola kegiatan servis dan pemeliharaan Sumber : Analisis Kinanti, 2014
4.2.4 Analisis Program Ruang 4.2.4.1 Kebutuhan Ruang Berdasarkan pola kegiatan yang terjadi dalam gedung seni dan budaya dapat diketahui ruang-ruang yang dibutuhkan dalam gedung seni dan budaya (lihat tabel 4.3-4.8). commit to user
IV-17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kegiatan Pelatihan Tabel 4. 3 anlisis kegiatan dan kebutuhan ruang Pelaku Kegiatan
Jenis Kegiatan Datang Parkir Pengunjung sanggar dan Ganti Baju instruktur sanggar Mempersiapkan alat Latihan Pengunjung dan Mencari buku/ rekaman pengelola (karyawan) audiovisual /materi
Kebutuhan Ruang Ruang penerima Ruang Parkir Ruang Ganti Ruang Alat Studio Ruang Koleksi Buku, Ruang koleksi audiovisual
Pengelola
Ruang Administrasi
Administsrasi Perawatan koleksi buku/ rekaman/ audiovisual Pengunjung dan panitia Pendaftaran seminar atau workshop Mengikuti seminar/ workshop/ diskusi Menginap / istirahat Metabolisme Ibadah Pulang Sumber : Analisis Kinanti, 2014
Pendopo Pendopo Wisma seni KM/WC pria KM/WC wanita Mushola Ruang penerima
2) Kegiatan pergelaran di dalam ruang dan di luar ruang Tabel 4. 4 kegiatan pergelaran di dalam ruang dan di luar ruang Pelaku Kegiatan
Jenis Kegiatan Datang Parkir Pengunjung dan Menunggu karyawan (panitia) pertunjukkan Membeli tiket Mencari informasi Menyaksikan pertunjukkan dalam ruangan atau luar ruangan Pemain Latihan / Gladiresik commit to user Ganti Kostum
Kebutuhan Ruang Ruang penerima Ruang Parkir Ruang tunggu Loket Ruang Informasi Ruang Pertunjukkan panggung terbuka
/
Panggung Ruang ganti
IV-18
perpustakaan.uns.ac.id
Panitia Pertunjukkan
Penata Properti
digilib.uns.ac.id
Merias diri Istirahat / menginap Pementasan Mengkontrol suara Mengkontrol lampu Mengkontrol layar Mengkontrol rekaman Mengkontrol proyektor Menyimpan peralatan Bongkar muat properti Setting panggung Menyimpan/ properti Metabolisme
Ruang rias Wisma seni Panggung Ruang kontrol bunyi Ruang kontrol lampu Ruang kontrol layar Ruang rekaman Ruang proyektor R. alat R. Bongkar muat Panggung R. Alat Lavatori Pria Lavatori Wanita Ibadah Mushola Pulang Ruang penerima Sumber : Analisis Kinanti, 2014
3) Kegiatan Pameran Tabel 4. 5 kegiatan pameran Pelaku Kegiatan
Jenis Kegiatan Datang Parkir Pengunjung Menyaksikan pameran Pelaku pameran Mengantar karya (seniman) dan kurator Menyaksikan pemasangan karya Melihat pameran
Kebutuhan Ruang Ruang penerima Ruang parkir Ruang pameran dan galeri R. bongkar muat Ruang pameran Ruang pameran
Istirahat
Penata Properti
Wisma seni dan ruang transit Bongkar muat barang R. bongkar muat properti setting ruang pameran Ruang pameran Menyimpan properti Gudang Metabolisme KM/WC Pria KM/WC Wanita Ibadah Mushola Pulang Ruang penerima Sumber :commit Analisis toKinanti, user 2014
IV-19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Kegiatan Informasi dan Pengelolaan Tabel 4. 6 kegiatan informasi dan pengelolaan Pelaku Kegiatan
Pengelola pengunjung
Pengelola
Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Datang Ruang penerima Parkir Tempat Parkir dan Mencari informasi Ruang Informasi Pendaftaran Ruang Informasi pementasan/ pameran Menunggu Ruang Tamu Menerima tamu Ruang Tamu Rapat Menyimpan arsip Ruang Arsip Bekerja Ruang kerja Ibadah Mushola Pulang Ruang penerima Sumber : Analisis Kinanti, 2014
5) Kegiatan Organisasi Kesenian dan Kebudayaan dan Dewan Seni dan Budaya Banyumas Tabel 4. 7 kegiatan organisasi kesenian dan kebudayaan dan dewan seni dan budaya Banyumas Pelaku Kegiatan Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang Pengurus Parkir Ruang parkir Menerima tamu Ruang tamu Diskusi Ruang diskusi Menyimpan arsip Ruang arsip Ibadah Mushola Sumber : Analisis Kinanti, 2014
6) Kegiatan Servis dan Pemeliharaan Tabel 4. 8 kegiatan servis dan pemeliharaan Pelaku Kegiatan Karyawan
Jenis Kegiatan Parkir Merawat properti Menjaga kebersihan Menyaipkan makanan minuman karyawan commit to user Istirahat
Kebutuhan Ruang Ruang parkir Ruang alat Seluruh kawasan dan Dapur Ruang karyawan IV-20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Metabolisme
KM/WC pria KM/WC wanita
Ibadah Mushola Pulang Ruang penerima Sumber : Analisis Kinanti, 2014
4.2.4.2 Analisis Besaran Ruang Kegiatan Analisis besaran ruang menggunakan beberapa pertimbangan, yaitu jenis ruang, sifat ruang, aktivitas yang diwadahi dan pelaku kegiatan. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam perhitungan besaran ruang adalah sebagai berikut. 1) Kapasitas ruang yang direncanakan. 2) Standart berdasarkan literatur yang berkaitan dengan ruang yang dihitung bagi ruang yang dianggap umum. 3) Luasan ruang merupakan perkalian dari jumlah kapasitas dengan standart yang sesuai. 4) Presentase ruang gerak berkisar 10-75 % dengan kriteria tertentu, yaitu kebutuhan keleluasaan gerak, tuntutan kenyamanan fisik dan psikis. Studi kapasitas besaran ruang akan dijelaskan berikut ini. a) Besaran Ruang Ruang Pelatihan Ruang latihan dapat digunakan dari pukul 08.00- 16.00 (8 jam) selama 7 hari. 1) Ruang Latihan Tari Asumsi setiap kali latihan terdapat 20 siswa, dengan 3 instruktur. Tabel 4. 9 kebutuhan besaran ruang latihan tari dalam ruang Ruang
Kapasitas
R. Latihan R. Ganti KM/WC
20 peserta 3 instruktur 20 orang 4 orang
R. Alat R
Asumsi 3 orang
Hitungan
Flow (%)
Luas total (m2) 23 x 20 = 46 40% (0,4 x 64,4 46) = 18,4 20 x 1,5 = 30 20% 6 36 4x2=8 20 % 12,48 washtafel 2 x (2,08) 1,2 = 2,4 10,4 asumsi asumsi 16 user asumsi commit toasumsi 12 m2
Tinggi (m)
Volume (m3)
3,5
224
3,5 3,5
126 43,68
3,5 3,5
56 42
IV-21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
instruktur Total Kebutuhan luasan ruang tari Total Kebutuhan volume ruang tari
140,48 m2 491,68 m3
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Ruang tari digunakan 2 jam setiap kali latihan. Jumlah kelompok peserta kegiatan diasumsikan 3 dan latihan diselenggarakan 3 kali dalam seminggu = 6 jam. Jumlah waktu yang digunakan dalam satu minggu = 3 kelompok x 6 jam = 18 jam. 18 : 54 = 0,334 = 1 ruang latihan.
2) Ruang Latihan Musik Gamelan Asumsi setiap kelompok belajar terdapat 20 siswa, dengan 3 instruktur (lihat tabel 4.10). Tabel 4. 10 kebutuhan besaran ruang kelompok kegiatan latihan gamelan Ruang
Kapasitas
Hitungan
Flow (%)
Luas total (m2) 40% (0,4 64,4 x 46) = 18,4 20% 6 36
R.Latihan (studio)
20 orang 3 23 x 2,0 = 46 instruktur
R.Loker
20 orang
20 x 1,5 = 30
KM/WC
4 orang
@2m2 20 % 12,08 4x2=8 (2,08) washtafel 2 x 1,2 = 2,4 10,4 asumsi asumsi 16 asumsi asumsi 12
R. Alat asumsi R 3 orang instruktur Total Kebutuhan luasan ruang gamelan Total Kebutuhan luasan ruang gamelan
Tinggi (m) 3,5
Volume (m3) 224
3,5
126
3,5
42,28
3,5 3,5
56 42
140,48 491,68
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Ruang gamelan digunakan 2 jam setiap kali latihan. Jumlah kelompok peserta kegiatan diasumsikan 4 dan latihan diadakan seminggu 3 kali = 6 jam. Jumlah waktu yang digunakan dalam satu minggu = 4 kelompok x 6 jam = 24 jam. 24 : 54 = 0,44 = 1 ruang latihan.
commit to user
IV-22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Ruang Latihan Musik Kenthongan dan Calung Asumsi setiap kali latihan terdapat 10-20 siswa, dengan 3 instruktur (lihat tabel 4.11). Tabel 4. 11 kebutuhan besaran ruang latihan musik kenthongan Ruang R.Latihan (studio) R.Loker KM/WC
Kapasitas
Hitungan
Flow (%)
Luas total (m2) 20 orang 3 23 x 20 = 46 40% (0,4 64,4 instruktur x 46) = 18,4 20 orang 20x1,5= 30 20% 6 36 4 orang 4x2=8 20 % 12,58 washtafel 2 x (2,08) 1,2 = 2,4 10,4 Asumsi Asumsi asumsi 16 3 orang Asumsi asumsi 12 m2
R. Alat R instruktur Total Kebutuhan luasan ruang gamelan Total Kebutuhan luasan ruang gamelan
Tinggi (m) 3,5
Volume (m3) 224
3,5 3,5
126 13,68
3,5 3,5
56 42
140,48 491,68
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Ruang calung dan kenthongan digunakan 2 jam setiap kali latihan. Jumlah kelompok peserta kegiatan diasumsikan 4 (2 calung dan 2 kenthongan). Latihan diadakan seminggu 3 kali = 6 jam. Jumlah waktu yang digunakan dalam satu minggu = 3 kelompok x 6 jam = 18 jam. 18 : 54 = 0,334 = 1 ruang latihan.
4) Ruang Latihan Teater Ruang latihan teater digunakan untuk latihan seluruh sanggar seni teater yang meliputi seni pedhalangan dan seni wayang jemblung. Asumsi peserta adalah 20 orang siswa dengan 3 instruktur. Tabel 4. 12 kebutuhan besaran ruang studio teater Ruang R.Latihan (studio)
Kapasit as 23 orang
Hitungan
Flow (%)
Luas total (m2) 23 x 20 = 40% (0,4 64,4 46 x 46) = 18,4
Tinggi (m) 3,5
Volume (m3) 224
commit to user
IV-23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R. Ganti
20 orang
20 x 1,5 = 20%(30) 30 =6
KM/WC
4 orang
4x2=8 washtafel 2 x 1,2 = 2,4 10,4 asumsi asumsi
R Alat asumsi R. 3 orang instruktur Total Kebutuhan luasan ruang tari Total Kebutuhan volume ruang tari
36
3,5
126
20 % 12,5 (2,08)
3,5
43,08
asumsi asumsi
3,5 3,5
56 42
16 12 m2 140,48 m2 491,68
Sumber : Analisis Kinanti,2014 Ruang teater digunakan 2 jam setiap kali latihan. Jumlah kelompok peserta kegiatan diasumsikan 6 dan latihan diadakan seminggu 3 kali = 6 jam. Jumlah waktu yang digunakan dalam satu minggu = 6 kelompok x 6 jam = 36 jam. 36 : 54 = 0,667 = 1 ruang latihan.
5) Ruang Latihan Seni Rupa Batik dan Lukis Ruang latihan seni rupa digunakan untuk latihan seluruh sanggar batik dan lukis. Asumsi peserta dalah 20 orang siswa dengan 3 instruktur. Tabel 4. 13 kebutuhan besaran ruang latihan batik dan lukis Ruang
Kapasitas
Hitungan
Flow (%)
Luas Tinggi total (m) (m2) R.Latihan 20 orang 23 x 20 = 40% (0,4 x 64,4 3,5 (studio) 3 46 46) = 18,4 instruktur R. 20 orang 20x1,5= 20% (30) = 36 3,5 Pengolahan 30 6 batik KM/WC 4 orang 4 x 2 = 8 20 % (2,08) 12,58 3,5 washtafel 2 x 1,2 = 2,4 10,4 Ruang Alat Asumsi Asumsi Asumsi 16 3,5 R 3 orang Asumsi Asumsi 12 m2 3,5 instruktur Total Kebutuhan luasan 140,48 m2 Total Kebutuhan volume commit to user 491,68
Volume (m3) 224
126
13,68
56 42
Sumber : Analisis Kinanti, 2014
IV-24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang lukis dan batik digunakan 2 jam setiap kali latihan. Jumlah kelompok peserta kegiatan diasumsikan 4. Latihan diadakan seminggu 3 kali = 6 jam. Jumlah waktu yang digunakan dalam satu minggu = 4 kelompok x 6 jam = 24 jam. 24 : 54 = 0,44 = 1 ruang latihan.
6) Ruang Latihan Seni Rupa Gerabah Ruang latiahan seni rupa gerabah digunakan untuk latihan sanggar gerabah. Asumsi peserta dalah 20 orang siswa dengan 3 instruktur. Tabel 4. 14 kebutuhan besaran ruang studio gerabah Ruang
Kapasitas
Perhitungan
Flow (%)
Luas total (m2)
R.Latihan (studio)
20 orang 3 23 x 20 = 46 instruktur
R. Pengolahan gerabah R. pembakaran KM/WC Pria
20 orang
20x1,5= 30
-
asumsi
4 orang
4x2=8 20 % 12,48 washtafel 2 x (2,08) 1,2 = 2,4 10,4 asumsi asumsi 9
R. Alat dan Asumsi bahan R instruktur 3 orang asumsi Total Kebutuhan luasan ruang seni gerabah Total Kebutuhan volume ruang seni gerabah
40% 64,4 (0,4 x 46) = 18,4 20% 36 (30) = 6 -
asumsi
9
12 m2 142,88 534,08
Ting gi (m) 3,5
Volum e (m3) 225,4
3,5
126
12
64
3,5
43,68
3,5
27
3,5
48
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Ruang workshop gerabah digunakan 2 jam setiap latihan. Jumlah kelompok peserta kegiatan diasumsikan 4 dan latihan diadakan seminggu 3 kali = 6 jam. Jumlah waktu yang digunakan dalam satu minggu = 4 kelompok x 6 jam = 24 jam. 24 : 54 = 0,44 = 1 ruang latihan.
commit to user
IV-25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Pendopo Tabel 4. 15 kebutuhan besaran ruang pendopo Ruang
Kapasitas
Perhitungan
Flow Luas total (%) (m2) Ruang 500 orang 500 x 1 x 0,5 30 % x 325 seminar = 250 250 = (pendapa) 75 Total Kebutuhan luasan pendopo 325 Total Kebutuhan volume pendopo 1300
Tinggi (m) 4
Volume (m3) 1300
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 8) Wisma Seni Tabel 4. 16 kebutuhan besaran ruang wisma seni Ruang R. Penerim a Resepsi onis R. Tidur
Kapasitas Asumsi
Perhitungan Asumsi
1set meja Asumsi dan kursi 1 tempat Asumsi tidur, lemari dan meja Km/ 1 washtafel Asumsi Wc 1 KM/ WC Total Kebutuhan luasan wisma seni Total Kebutuhan volume wisma seni
Flow (%) Asumsi
Luas (m2) 48
Tinggi (m) 3,7
Volume (m3) 177,6
Asumsi
6
3,7
22,2
Asumsi
12
3,7
44,4
Asumsi
3
3,7
11,1
69 255,3
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Wisma seni terdiri dari 2 lantai, oleh karena itu luasan yang dibutuhkan 69 x 2 = 138 m2 dan volume yang dibutuhkan 510,6 m3.
b) Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pergelaran Kegiatan pertunjukkan ada yang dilakukan dalam ruang dan ada yang dilakukan di luar ruangan.
commit to user
IV-26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 17 besaran ruang kelompok kegiatan pergelaran tertutup Ruang Ruang penerima Loket
R. Informasi
Auditoriu m Hall pemain Panggung Panggung pemusik R. ganti R. rias R. Transit R. kontrol
Kapasita s 50% penonto n 2 orang, 1 set meja kursi 2 orang, 1 set meja kursi 400 penonto n Asumsi Asumsi Asumsi
Asumsi Asumsi Asumsi 1 set mixer Pi 4 orang
KM belakang panggung
KM Pa 4 orang belakang panggung KM Pria
Hitungan
Flow (%)
Luas total (m2) = 87,5
Tinggi (m) 5
Volume (m3) 437,5
50m2
75 % 37,5
3x3 = 9
30 % x 9 12 =3
5
60
3x3 = 9
30 % x 9 12 =3
5
60
400 x 1 = 20 % x 400 480 400 = 80
5
2400
Asumsi
Asumsi
18
5
90
Asumsi Asumsi
Asumsi Asumsi
60 40
5 5
300 200
Asumsi Asumsi Asumsi 18
Asumsi Asumsi Asumsi 30% 18 = 6
20 18 18 24
3 3 3 3
60 54 54 72
12
3
36
12
3
36
12
3
36
12
3
36
4x2=8 20 % (2,0) washtafel 2 x 1,0 = 2,0 10 4x2=8 20 % (2,0) washtafel 2 x 1,0 = 2,0 10
2 KM, 3 urinoir 4 orang
KM Wanita Total Kebutuhan luasan ruang Total Kebutuhan volume ruang
837,5 3931,5
Sumber: Analisis Kinanti, 2014
commit to user
IV-27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 18 kebutuhan besaran ruang kegiatan pergelaran terbuka Ruang
Kapasitas
R. Penonton
250 penonton R. ganti dan rias Asumsi Panggung Asumsi KM/WC Pria 4 orang belakang panggung KM/WC Wanita 4 orang belakang panggung KM/WC Pria 4 orang KM/WC Wanita 4 orang Total Kebutuhan luasan ruang Total Kebutuhan volume ruang
Perhitungan
Flow (%) 250 x 1 = 50 % 250 Asumsi Asumsi Asumsi Asumsi 4 orang 4 orang
Luas total (m2) 375
Tinggi (m) -
Volume (m3)
12 42 12
3,5 3,5 3,5
42 147 42
4 orang
4 orang 12
3,5
42
4 orang 4 orang
4 orang 12 4 orang 12 477 357
3,5 3,5
42 42
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 c) Besaran Ruang Kelompok Kegiatan Pameran Tabel 4. 19 besaran ruang kelompok kegiatan pameran Ruang
R. Penerima Ruang pamer
Kapasitas
Perhitungan
Asumsi
Asumsi
70-80 lukisan
80 x 2,5 = 200
Flow (%)
Luas total (m2)
Asumsi
50 % (200) = 100 meja 5 x 2,7 = 13,5 20 % x + 6 = 19,5 19,5 = 3,9 4 orang 20% (8) = 4 4 x 2 =8 20% (8) = 4 asumsi asumsi
Ruang 2 set informasi kursi KM/WC 4 orang Pria KM/WC 4 orang Wanita Bongkar Asumsi muat Gudang Asumsi asumsi Total Kebutuhan luasan ruang galeri Total Kebutuhan volume ruang galeri
asumsi
30
Ting gi (m) 12
Volum e (m3) 360
300
6
1800
20
6
120
12
3
36
12
3
36
24
3
72
16 416 2496
3
48
Sumber : Analisis Kinanti, 2014
commit to user
IV-28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Analisis Besaran Ruang Kegiatan Pengelolaan Tabel 4. 20 besaran ruang kelompok kegiatan pengelolaan Ruang
Kapasitas
Ruang penerima Ruang Arsip R. Kepala
Perhitungan
-
Asumsi
Rak lemari Asumsi 1 sofa, 1 4 x 4 = 16 meja kerja KM/WC 1 km/wc 1 km/wc = 4 1 washtafel 1 washtafel 2 R.Kasi dan 4 orang 4 x 4 =16 staff (5 unit) R. Rapat 30 orang KM/WC 4 orang 4 x 2 =8 KM/WC 4 orang 4 x 2 =8 Pantry Asumsi Asumsi Gudang Asumsi Asumsi Perpustakaa n Total Kebutuhan luasan ruang Total Kebutuhan volume ruang
Flow (%)
Luas total (m2) 20
Asumsi
Asumsi 16 0,5 x 16 = 24 8 30%x6 = 2 8
Tinggi (m)
Volume (m3)
3,5
36
3,5 3,5
36 52
3,5
28
-
64 (5 3,5 unit) 48 3,5 20% (8) = 4 12 3,5 20% (8) = 4 12 3,5 Asumsi 12 3,5 Asumsi 12 3,5 40 3,5
350 168 42 42 42 42 140
268 938
Sumber : Analisis Kinanti, 2014
e)
Ruang Organisasi Kesenian dan Kebudayaan dan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas Ruang untuk organisasi kesenian dan dan kebudayaan yang ada di Banyumas
berupa
ruang
sekretariat.
Ruangini
akan
diberikan
untuk
organisasi
berskalanasional yang memiliki cabang di Banyumas. Tabel 4. 21 kebutuhan besaran ruang kegiatan sekretariat organisasi kesenian dan kebudayaan Ruang
Kapasitas
R Penerima Asumsi R. sekertariat Asumsi (3 unit) R. Diskusi Asumsi
Perhitungan
Asumsi Asumsi
Flow (%) Asumsi Asumsi
commit to user Asumsi Asumsi
Luas Ting total gi (M2) (M) 18 3,5 32 (3) = 3,5 96 46 3,5
Volume (M3) 63 336 161
IV-29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pantry
Asumsi
Asumsi
Asumsi
12
3,5
42
KM/WC
4 orang
4 x 2 =8
3,5
28
KM/WC
4 orang
4 x 2 =8
20% (8) 8 =4 20% (8) 8 =4 Asumsi 96
3,5
28
3,5
336
Ruang Asumsi comunal Total Kebutuhan luasan ruang Total Kebutuhan volume ruang
Asumsi
284 994
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Jumlah ruang yang direncanakan untuk organisasi kesenian dan kebudayaan dan dewan seni dan budaya Banyumas adalah 3 unit. f)
Ruang Penunjang Tabel 4. 22 kebutuhan volume ruang penunjang Ruang
Kapasitas
Perhitungan
R. Genset Tangki air Pos satpam 2 orang asumsi Mushola Asumsi asumsi Parkir 200 mobil 200 x 20 pengunjung 100 motor 100 x 2 Total Kebutuhan luasan ruang Total Kebutuhan volume ruang
Flow (%)
Luas total (m2)
Asumsi Asumsi
9 9 9 400 4000 200 4627 1481
Tinggi (m)
Volume (m3)
3 3 3 3,5 -
27 27 27 1400 -
Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Kebutuhan besaran ruang pada tiap kelompok kegiatan adalah sebagai berikut (lihat tabel 4.23). Tabel 4. 23 jumlah total besaran ruang yang dibutuhkan Kelompok ruang
Luas total (m2)
Volume (m3)
Besaran Ruang Ruang Pelatihan
1308,28
4803,08
Ruang Kegiatan Pertunjukkan Ruang Kegiatan Pengelolaan Ruang Kelompok Kegiatan Pameran Ruang Dewan Organisasi Seni Kebutuhan volume ruang penunjang Luasan total
1314,5 268 416 284 4627 8219,78
4288,5 938 2496 994 1481 15000,58
toKinanti, user 2014 Sumber :commit Analisis
IV-30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.4.3 Pola Hubungan Ruang Dalam menganalisis pola hubungan ruang, perlu dipertimbangkan hal-hal seperti pola kegiatan pada kelomopok dan sub kelompok ruang serta tuntutan ruang dan keterikatan antar ruang sehingga didapatkan tata ruang yang optimal. Analisis pola hubungan ruang dapat dijelaskan dengan menggunakan model gelembung. Berikut akan dijelasakan cara baca model gelembung sera keterangan berupa notasi (lihat tabel 4.24 dan 4.25 dan skema 4.2). Tabel 4. 24 kode hubungan Tanda Pergerakan Derajat jauh dekat
Jenis Hubungan
Kelas Hubungan
Frekuensi
Frekuensi Hubungan Ketentuan waktu
Pertalian Hubungan Langsung Tidak Langsung Harus dekat sekali Sangat dekat Dekat Kurang dekat Tidak perlu dekat Harus jauh Tidak Ada Fisik Audiovisual Audio Visual Manusia dengan manusia Manusia dengan hewan/tumbuhan Peralatan dengan peralatan Peralatan dengan manusia Hewan dengan tumbuhan Tetap Berulang Kadang-kadang Jarang Tinggi, Padat Menengah, Sedang Rendah Tetap Sementara Sumber : Pitana, 2014 commit to user
Kode
A B C D E F 1,0 1,1 1,2 1,3 1,4 2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 3,1 3,2 3,3 3,4 4,1 4,2 4,3 5,1 5,2
IV-31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. 25 nilai hubungan yang terjadi Positif
Penting Saling Mengisi Tidak Penting Tidak Diinginkan Tidak Dapat Diterima Sumber : Pitana, 2014
Skema 4. 2 cara membaca pola hubungan model gelembung Sumber : Pitana, 2014 a) Pola Hubungan Makro Analisis pola hubungan makro dilakukan dengan melihat keterkaitan hubungan antar kelompok kegiatan yang terjadi di gedung seni dan budaya (lihat tabel 4.26). Tabel 4. 26 keterangan kelompok kegiatan Kelompok Kegiatan Kode Kegiatan Penelitian dan Pelatihan A Pertunjukkan B Pameran C Informasi dan Pengelolaan D Sevice dan Pemeliharaan E Sumber : Analisis Kinanti, 2014
commit to user
IV-32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 17 pola hubungan ruang antar kelompok kegiatan Sumber : Analisis Kinanti, 2014
b) Pola Hubungan Mikro 1) Pola Hubungan Ruang Kegiatan Pelatihan,
Skema 4. 3 pola hubungan ruang kegiatan pelatihan Sumber : Analisis Kinanti 2014
Skema 4. 4 pola hubungan ruang wisma seni toKinanti, user 2014 Sumber :commit Analisis
IV-33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pola Hubungan Ruang Kegiatan Pergelaran di dalam ruang dan di luar ruangan,
Skema 4. 5 pola hubungan ruang kegiatan pergelaran dalam ruang Sumber : Analisis Kinanti, 2014
Skema 4. 6 pola hubungan ruang kegiatan pertunjukkan di luar ruang Sumber : Analisis Kinanti, 2014 commit to user
IV-34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Pola Hubungan Ruang Kegitan Pameran
Skema 4. 7 pola hubungan ruang kegitan pameran Sumber : Analisis Kinanti, 2014
4) Pola Hubungan Ruang Kegiatan Informasi dan Pengelolaan,
Skema 4. 8 pola hubungan ruang kegiatan informasi dan pengelolaan Sumber : Analisis Kinanti, 2014
5) Pola Hubungan Organisasi seni dan budaya dan Ruang Dewan Kesenian dan Kebudayaan, dan
Skema 4. 9 pola hubungan ruang dewan kesenian dan kebudayaan commit to user Sumber : Analisis Kinanti, 2014 IV-35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.5 Analisis Pengelompokan Ruang Kegiatan Analisis zonifikasi ruang bertujuan untuk mendapatkan tata letak dalam site untuk kelompok kegiatan pada gedung seni dan budaya. Dasar pertimbangan pengelompokan ruang antara lain: 1) letak pintu utama masuk kawasan, 2) karakter dan tututan dari masing-masing kelompok kegiatan di gedung seni dan budaya, dan 3) keterpaduan antar kelompok sehingga tercipta kelancaran kegiatan dan kemudahan. Di rumah srotong, terdapat permbagian zona publik, semi publik dan sakral. Pembagian tersebut dilakukan berdasarkan kegiatan dan pelakunya. Merujuk dari pembagian zona tersebut maka aktivitas pada gedung seni dan budaya dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi berikut ini. 1) Kegiatan publik, yaitu kegiatan yang semua pengunjung bisa mengakses seperti kegiatan pementasan dan pameran. 2) Kegiatan semi publik, yaitu kegiatan yang hanya pengunjung tertentu yang dapat mengakses, seperti kegiatan pendidikan dan pelatihan di sanggar, dokumentasi dan organisasi seni. 3) Kegiatan privat, yaitu kegiatan intern seperti kegiatan pengelolaan. 4) Kegiatan servis, kegiatan pelayanan yang bersifat umum seperti parkir dan mushola.
commit to user
IV-36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 18 zonifikasi Sumber : Analisis Kinanti, 2014
4.2.6 Analisis Bentuk Ruang Analisis bentuk ruang, dikhususkan pada ruangan yang memiliki persyaratan khusus seperti ruang galeri dan pameran serta ruang pergelaran di dalam ruang dan pergelaran di luar ruangan. Dasar pertimbangan dalam melakukan analisis ini adalah kegiatan yang terjadi di dalam ruangan, perabotan yang digunakan dan karakter seni dan budaya Banyumas. 1) Ruang galeri dan pameran Perwadahan ruang galeri dan pameran membutuhkan keleluasan gerak dan sirkulasi yang baik dan nyaman. Persyaratan layout pada ruang pameran memenuhi aspek-aspek: a) ruang yang luas dan fleksibel, b) ruang pameran dengan pencahayaan dan pengkondisian udara yang mendukung kegiatan pameran, Oleh karena itu perencanaan dan perancangan ruang pamer memperhatikan sirkulasi ruang, sistem penyajian dan pencahayaan. a) Sirkulasi, Sirkulasi ruang pameran harus fleksibel dan dapat memberikan informasi commit todapat user memahami dan mengapresiasi pada pengunjung sehingga pengunjung
IV-37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karya. Alur sirkulasi di luar pada rumah srotong adalah alur sirkulasi memutar. Massa rumah yang berada di tengah memungkinkan penghuni untuk mengelilingi rumah.
Gambar 4. 19 pola sirkulasi pada rumah srotong Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Konsep sirkulasi memutar di rumah srotong dapat diterapkan untuk sirkluasi ruang pameran. Di ruang pamer, karya seni diletakkan di tengah dan di dinding ruang pamer, sementara pengunjung berjalan memutar.
Gambar 4. 20 pola sirkulasi pada ruang pameran Sumber : Analisis Kinanti, 2014 b) Pencahayaan Sistem pencahayaan pada perencanaan dan perancangan gedung galeri dan pameran mengadaptasi dari konsep blencong. Blencong merupakan alat pencahayaan yang digunakan pada pergelaran wayang. Blencong menyinari commit to user wayang seperti lampu sorot menyinari karya seni. IV-38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Penghawaan Penghawaan pada ruang pameran menggunakan penghawaan alami dan buatan. Pertimbangan penggunaan sistem ini adalah penghawaan alami pada kondisi tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan penghawaan yang nyaman pada ruangan, oleh karena itu diperlukan tambahan penghawaan buatan.
2) Ruang pergelaran di dalam ruang dan di luar outdoor Tujuan analisis pergelaran di dalam ruang dan di luar ruang adalah memperoleh bentuk ruang pergelaran yang ideal untuk kesenian Banyumas. Perencanaan dan perancangan ruang pergelaran di dalam ruang dan di luar ruangan memperhatikan beberapa hal sebagai dasar pertimbangan. Pertimbangan tersebut adalah bentuk kesenian pergelaran kesenian Banyumas, akustik ruang dan kenyamanan visual penonton. a)
Bentuk ruang yang sesuai untuk pergelaran kesenian Banyumas Pergelaran kesenian Banyumas secara umum dilakukan di tanah lapang
dengan posisi penonton mengelilingi pertunjukkan. Pertunjukkan seperti diatas memungkinkan adanya interaksi antara penonton dan penyaji. Begitupula pada kesenian Banyumas, beberapa penonton ikut berpartisipasi dalam meramaikan pertunjukkan.
Gambar 4. 21 pertunjukkan yang dilakukan dengan melingkar Sumber : Dokumentasi Kinanti, 2015 Saat pergelaran kesan visual dan audial memliki peranan yang penting karena dapat menentukan sukses atau tidaknya sebuah pergelaran. Bentuk panggung dan ruang penonton dapat mempengaruhi kesan commit to visual user dan audial.
IV-39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 22 lantai yang berundak Sumber : Analisis Kinanti, 2014
a) Sistem pencahayaan Sistem pencahayaan pada gedung ini mengadaptasi dari konsep blencong. Blencong merupakan alat penerangan yang digunakan pada pergelaran wayang. Blencong menyinari wayang seperti lampu sorot menyinari artis.
Gambar 4. 23 blencong pada pergelaran wayang Sumber : www.republika.co.id diakses pada tanggal 14 Maret 2015
b) Sistem akustik Kenyamanan audial bisa diperoleh dengan beberapa hal berikut. 1 Sistem penguat bunyi Sistem penguat bunyi diperlukan jika sumber suara asli sangat kecil. Sistem ini dapat dilakukan dengan kekerasan suara dan distribusi bunyi yang baik. Sistem ini harus melayani kebutuhan pembicara, penyanyi, aktor, dan pemusik. mikrofon
penguat dan kontrol
pengeras suara
Skema 4. 10 skema kerja sistem penguat bunyi Sumber : Akustik lingkungan,1980: commit to user
IV-40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem penguat bunyi dapat dilakukan dengan cara peletakkan mikrofon di dekat sumber bunyi dan meletakkan pengeras suara di plafond.
2 Pengendalian bising Pengendalian bising dapat dilakukan dengan penekanan bising di sumbernya, penyerapan bunyi, penyelimutan bising, dan konstruksi bangunan penginsulasi bunyi. Pemilihan bahan yang tepat untuk dinding, langit-langit dan lantai pada pergelaran indoor akan membantu untuk mengendalikan suara. Beberapa material yang dapat digunakan adalah material berpori kecil (material bersifat porus) contoh korden dan tirai, merial berpori (perforasi), material berserat contohnya rockwall atau glasswoll, material berserat yang dilapisi, panel penyerap, dan bass traps.
4.2.7 Analisis Bentuk massa Bentuk massa yang umum ada di rumah Banyumas adalah bentuk kotak dengan prisma segitiga sebagai bentuk atapnya. Perbedaan bentuk atap di rumah di Banyumas menunjukkan perbedaan fungsi. Misalnya bentuk atap kampung untuk rumah tinggal, bentuk atap tajug untuk rumah ibadah. Bentuk atap tajug dapat digunakan untuk mushola, bentuk joglo dapat digunakan untuk pendopo, dan bentuk kampung dapat digunakan untuk massa yang lain.
Gambar 4. 24 gubahan massa Sumber : Analisis Kinanti, 2014
commit to user
IV-41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.2.8 Analisis Tata massa Analisis tata massa bertujuan untuk mendapatkan tata masa yang ideal untuk gedung seni dan budaya. Dasar pertimbangan dalam melakukan analisis adalah banyaknya massa dan konsep lokalitas yang diambil. Konsep tata massa mengadopsi tata massa dari kadipaten Banyumas, yang mengadaptasi dari Keraton Surakarta.
Gambar 4. 25 analisis tata massa Sumber : Analisis Kinanti, 2015 4.2.9 Analisis Klimatologis Dasar pertimbangan dari analisis klimatologi adalah berupa sinar matahari dan arah angin. Tujuan analisis klimatologi adalah untuk mendapatkan data untuk pemilihan material bangunan, dan pengkondisian ruangan yang berpengaruh terhadap kegiatan dalam bangunan. Pada iklim tropis matahari berada di belahan utara dan selatan pada waktu yang hampir bersamaan sehingga intensitas penyinaran matahari terjadi sepanjang hari. Pergerakan matahari dimulai dari belahan bumi di bagian timur menuju ke barat. Pada site cahaya matahari yang didapat merupakan cahaya langsung tanpa adanya terpaan bayangan atau pantulan dari bangunan di lingkungan (lihat gambar 4.26). commit to user
IV-42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 26 analisis cahaya dan panas matahari pada site pagi (kiri), siang (tengah), dan malam (kanan) Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Cahaya matahari yang bergerak dari timur ke barat akan memberikan panas pada bangunan. Pada siang hari di rumah srotong pencahayaan yang digunakan adalah pencahayaan alami yang dimasukkan melalui jendela.
Gambar 4. 27 jendela Sumber : Analisis Kinanti, 2014 Panas matahari yang dibawa oleh udara akan direspon dengan adanya ruang transisi berupa selasar di sekitar bangunan. Selain itu penggunaan tritisan yang merupakan perpanjangan dari atap akan digunakan. Seperti pada rumah srotong tritisan dapat yang juga mereduksi panas matahari dan mengurangi kemungkinan tampias. Angin yang berhembus pada site mengikuti arah angin pada iklim tropis. Angin bergerak dari arah tenggara menuju barat laut. Selain angin akibat dari commit to user
IV-43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iklim tropis, angin yang berasal dari kendaraan bertiup dari arah tenggara bergerak menuju site. Angin ini membawa debu dan polusi kedalam site. Angin pada site akan dimanfaatkan untuk membentuk nuansa Banyumasan yaitu sebagai penggerak kitiran dan gantungan angin. Kitiran akan menghasilkan bunyi yang khas.
4.2.10 Analisis Sirkulasi dalam Site Analisis sirkulasi berfungsi untuk mengatur sirkulasi pengguna yang berada di dalam kawasan gedung seni dan budaya. Sirkulasi
secara
horizontal
pada
Kadipaten Banyumas Lama dan keraton terbagi menjadi dua yaitu pola yaitu, pola memutar dan pola linear. Sirkulasi pola memutar terlihat dengan adanya jalan supit urang yang memutari kadipaten Banyumas. Sedangkan sirkulasi linear terletak di jalan lurus yang membelah alun-alun hingga mencapai halaman Pendopo Si Panji.
Sirkulasi memutar
Sirkulasi linear
Gambar 4. 28 pola sirkulasi pada Kadipaten Banyumas Lama Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2015
Sirkulasi secara vertikal terlihat saat adanya perbedaan lantai. Perbedaaan ketinggian lantai diatasi dengan adanya undhak-undhakan. commit to user
IV-44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 29 undhak-undhakan pada rumah srotong Sumber : Analisis Kinanti, 2015
4.2.11 Analisis Tampilan Bangunan Tujuan dari analisis tampilan bangunan adalah agar mendapatkan tampilan yang mengesankan nuansa Banyumasan. Kesan Banyumasan akan ditampilkan melalui bentuk atap, material, ragam hias, dan warna. Bentuk atap pada bangunan gedung seni dan budaya menggunakan bentuk atap bersudut. Bentuk atap bersudut pada bangunan di Banyumas dipilih karena bentuk tersebut sesuai dengan iklim tropis. Material yang digunakan di gedung seni dan budaya adalah material yang mudah ditemukan di Banyumas. Jenis material ada yaitu batu kali, kayu, batu bata, genting, pasir dan kerikil. Ragam hias yang digunakan pada masyarakat Banyumas adalah sulur-sulur, lidah api, dan daun bergelung.
Gambar 4. 30 ragam hias di dada peksi di Pendapa Si Panji commit to user Sumber : www.thearoongbinangproject.com diakses pada tanggal 14 Maret 2015 IV-45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Warna yang akan digunakan pada perencanaan dan perancangan gedung seni dan budaya adalah warna alam seperti merah bata, coklat, ab-abu dan orange.
4.2.12 Analisis Interior Analisis interior dilakukan untuk mendapatkan kesan ruang yang diinginkan. Pertimbangan dalam melakukan analisis interior adalah sebagai berikut ini. a)
Fungsi ruangan.
b) Kesan yang ingin ditampilkan. c)
Jenis, jumlah dan ukuran furniture yang digunakan . Pada rumah srotong terdapat sebuah pager (dinding) yang memiliki aturan
yang pakem (baku) untuk digunakan. Pager (dinding) tersebut dikenal dengan gebyok. Gebyok akan digunakan untuk membatasi ruang semi publik dengan ruang privat. Penggunaan gebyok diterapkan untuk membatasi antara ruang penerima dengan ruang pergelaran dan hall dengan ruang galeri dan pameran.
Gambar 4. 31 gebyok Sumber : www.kaskus.co.id diakses pada tanggal 14 Maret 2015 Pemilihan warna pada interior gedung seni dan budaya disesuaikan dengan tema dan warna yang umum digunakan oleh masyarakat Banyumas. Biasanya warna yang dipilih adalah warna alam, seperti warna coklat kayu untuk dinding dan tiang dan abu-abu untuk lantai dari warna batu kali. Ragam hias yang digunakan untuk interior di gedung seni dan budaya. Ragam hias yang dimaksud adalah sulur-sulur dan lidah api. Ragam hias akan digunakan sebagai ornamentasi di dinding. commit to user
IV-46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 32 ragam hias pada saka guru Sumber : dokumentasi kinanti, 2014
4.2.13 Analisis Pemilihan dan Pengolahan Material Masyarakat Banyumas menggunakan material yang mudah diperoleh dan tersedia di alam. Pengolahan material untuk gedung seni dan budaya tidak menghilangkan identias material. Material yang akan digunakan pada gedung seni dan budaya Banyumas adalah material lokal. Material lokal dalam arti diproduksi oleh masyarakat Banyumas dan bisa di dapatkan dengan mudah disekitar Banyumas. Material tersebut adalah genteng dari Pancasan Ajibarang, batu kali dan pasir dari Sungai Serayu.
Gambar 4. 33 material Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2015
4.2.14 Analisis Konsep Landscape Analisis landscape berfungsi untuk menambah estetika dan memberikan nuansa Banyumasan. commit to user
IV-47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Softscape Site terpilih bukan site kosong melainkan sudah ada pohon yang tumbuh dan berkembang. Pohon yang telah tinggi dan berumur akan dipertahankan sedangkan perdu dan semak akan dihilangkan. Selain itu di site terdapat pohon yang akan diekspos keberadaannya, pohon tersebut berada di sisi timur laut. Pohon tersebut di ekspos agar site dapat dikenali dari waktu ke waktu. 2) Hardscape Hardscape berfungsi sebagai elemen pendukung kegiatan seperti jalur pedestrian, jalur sirkulasi kendaraan, dan area parkir. Hardscape menggunakan land cover yang sesuai yang biasa digunakan antara lain (lihat tabel 4.27). Tabel 4. 27 land cover Jenis
Karakter dan fungsi
Aspal
Aspal baik digunakan pada area sirkulasi kendaraan namun daya serap terhadap air hujan kecil
Krikil
Krikil memiliki tekstur abstrak dan baik untuk jalur pedestrian serta memiliki daya serap air yang baik
Tanah padat
Tanah padat memiliki daya serap air hujan baik namun terkadang bila terkema hujan licin.
Tanah
Tanah berumput memiliki daya serap yang baik terhadap air
berumput
hujan
Paving
Paving memiliki bentuk yang beragam dan baik untuk pedestrian selain itu daya serap terhadap air hujan cukup baik Sumber : Analisis Kinanti 2014
Perkerasan aspal cocok digunakan untuk tempat sirkulasi kendaraan dan tempat parkir. Tempat parkir dan jalur sirkulasi kendaraan akan sering dilalui oleh kendaraan, maka dibutuhkan perkerasan yang kuat dan tahan lama. Perkerasan paving digunakan untuk area pedestrian bagi pengunjung yang berjalan kaki atau berjalan dari parkiran menuju gedung. Perkerasan krikil digunakan di sekeliling commit to user bangunan sebagai transisi antara tanah padat dan berumput dengan bangunan. IV-48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Landscape furniture Landscape furniture merupakan elemen tambahan untuk mendukung kegiatan. Bentuk elemen furniture yang digunakan adalah penerangan, kolam dan kitiran. a) Gapura Di rumah srotong pencapaian dari luar site menuju ke bangunan terlihat jelas. Konsep pencapaian ini juga diterpakan pada gedung seni dan budaya. Gapura sebagai penanda akan memberikan tanda dengan jelas bahwa di situ merupakan pintu masuk utama. b) Penerangan landscape Ruangan dalam gedung seni dan budaya memiliki kemungkinan digunakan pada malam hari. Ruangan itu adalah gedung pertunjukan, amphiteater, galeri, pendopo dan studio. Saat digunakan pada malam hari ruangan-ruangan tersebut membutuhkan penerangan ekstra. Area lain yang membutuhkan penerangan ekstra adalah jalur sirkulasi kendaraan dan area parkir. Selain itu penerangan landscape juga digunakan untuk menerangi elemen dekoratif pada taman.
Gambar 4. 34 elemen lendcape Sumber : diolah dari berbagai sumber c) Tugu d) Kitiran Kitiran merupakan elemen pendukung estetika dan pembangun suasana Banyumasan secara audial. Kitiran bergerak oleh hembusan angin dan menghasilkan suara yang sering ditemukan di daerah pantai (Cilacap).
commit to user
IV-49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 35 kiritan Sumber : www.flickr.com diakses pada tanggal 14 Maret 2015
4.2.15 Analisis Struktur Dasar pertimbangan sistem struktur dan konstruksi pada bangunan ini adalah beberapa faktor berikut ini. a) Prinsip struktur pada rumah srotong. b) Kekuatan sistem struktur. c) Pengaruh lingkungan site seperti daya dukung tanah, musim dan sebagainya. d) Bentuk dan dimensi bangunan. e) Karakter gedung seni dan budaya yang ingin dimunculkan. Sistem struktur pada rumah srotong menggunakan sistem pembebanan titik. Sistem pembebanan titik memiliki konsep yang sama dengan konsep struktur rangka. Anatomi rumah srotong terbagi menjadi kepala, badan dan kaki. Pembagian ini juga dapat dilakukan dengan sistem rangka yaitu struktur atas, struktur tengah dan struktur bawah. Atap ditopang oleh kolom dan kemudian kolom ditopang oleh pondasi. Sistem kerja tersebut dapat diterapkan dengan atap ditopang oleh kolom, dan kolom ditopang oleh pondasi titik. 1) Stuktur bawah Struktur bawah dapat menggunakan pondasi titik. Sistem pondasi yang ada adalah pondasi footplate. Pondasi footplate merupakan pondasi beton bertulang yang berbentuk plat persegi. Beban yang disalurkan merata di seluruh permukaan plat. Pondasi ini dapat digunakan pada bangunan dengan jumlah lantai 2-3 lantai. commit to user
IV-50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Struktur tengah Sstruktur tengah atau badan bangunan menggunakan konsep saka yang dimanifestasikan menjadi kolom-kolom penyangga bangunan. Kolom ini berfungsi sebagai penyalur beban dari atap ke pondasi lalu ke tanah. 3) Struktur atas Struktur atas merupakan struktur bagian atap bangunan. Konstruksi atap kayu digunakan untuk membuat kuda-kuda kayu.
4.2.16 Analisis Utilitas 4.2.15.1 Sistem Pencahayaan dan penghawaan 1) Sistem Pencahayaan Analisis
sistem
pencahayaan
bertujuan
untuk
memperoleh
sistem
pencahayaan yang sesuai bagi gedung seni dan budaya. Dasar pertimbangan dalam pemilihan sitem pencahayaan adalah : 1) sistem pencahayaan yang hemat energi, 2) pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alami pada siang hari dan 3) penggunaan pencahayaan sesuai dengan kebutuhan. Secara umum sistem pencahayaan terbagi menjadi dua yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem pencahayaan buatan. Berikut ini merupakan penjabaran dari dua sistem tersebut. a) Sistem pencahayaan alami Sistem pencahayaan pada rumah srotong pada siang hari lebih dominan menggunakan pencahayaan alami. Penerapan sistem ini dilihat dengan adanya bukaan berupa jendela dan bovenlight di dinding. Jendela dan bovenlight dapat memasukkan cahaya matahari kedalam ruangan. Sistem pencahayaan alami selain jendela dan bovenlight dapat diterapkan dengan dinding berrongga dan dinding kaca.
commit to user
IV-51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 36 cahaya dinding yang berasal dari dinding berrongga Sumber : www.ideaonline.co.id diakses pada tanggal 14 Maret 2015
b) Sistem Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan digunakan digunakan pada malam hari, ketika kondisi cuaca mendung dan digunakan pada ruangan dengan kebutuhan khusus dan untuk memberikan kesan pada ruangan tersebut. Sistem pencahayaan buatan di Jawa terlihat dari penggunaan blencong saat pergelaran wayang. Blencong menyoroti wayang sebgai objek pencahayaan. Blencong
Wayang
Gambar 4. 37 pencahayaan buatan di peregelaran wayang Sumber : berbagai sumber, 2015
commit to user
IV-52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada ruang studio, ruang pengelola, ruang dewan seni dan budaya Banyumas dinding menggunakan bahan yang berrongga sehingga dapat memasukkan cahaya. Secara umum pencahayaan buatan digunakan di seuruh bangunan, namun perencanaan secara khusus akan diterapkan di ruang pergelaran di dalam ruangan, galeri dan ruang pergelaran di luar bangunan. Penghematan energi dilakukan dengan pemilihan lampu yang dapat diatur intensitasnya.
2) Sistem Penghawaan Analisis penghawaan bertujuan untuk mengendalikan kondisi udara pada site dan bangunan agar dapat mencapai kenyamanan ruang. Terdapat dua sistem penghawaan yaitu sistem penghawaan alami dan sistem penghawaan buatan. Dasar pertimbangan dalam melakukan analisis sistem penghawaan adalah : 1) kondisi udara lingkungan, 2) potensi pemanfaatan angin pada site, dan 3) kebutuhan khusus ruangan. a) Sistem Penghawaan Alami Sistem penghawaan alami mengandalkan hembusan angin pada site. Penerapan sistem penghawaan alami dapat dilakukan dengan membuat sirkulasi udara yang efektif dan efisien pada bangunan dan site. Pada bangunan bisa diterapkan dengan membuat bukaan berupa jendela, bovenlight dan dinding berrongga. Selain itu dalam membuat bukaan mengunakaan teori cross ventilation. b) Sistem penghawaan buatan Sistem ini mengunaan bantuan berupa mesin yang dapat membantu mengkondisikan udara ruangan. Alat yang dapat digunakan adalah AC, kipas angin dan exhaust fan. Penghawaan buatan akan diterapkan pada ruang pergelaran di dalam ruang dan galeri. Karena pada ruang ruang tersebut dibutuhkan kenyamanan ruang.
commit to user
IV-53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4. 38 Air Conditioner Sumber : diolah dari berbagai sumber
4.2.15.2 Sistem Air Analisis sistem air betujuan untuk memastikan keberaddaan air sesuai kebutuhan dan dapat digunakan dengan baik. Pertimbangan dalam menganalisis sistem air adalah sumber air, dan kegiatan yang membutuhkan air. Sistem air terbagi menjadi sistem air bersih, sistem air kotor dan sistem drainase. a) Sistem Air Bersih Sumber air bersih, sumber air bersih berasal dari PDAM dan deep well. Sistem distribusi, distribusi air bersih menggunakan kombinasi dari dua sistem yang populer digunakan yaitu, up feed distribution dan down feed distribution. b) Sistem Pembuangan Air Kotor Sistem pembuangan air kotor dalam lingkungan dijauhkan dari sumber atau jaringan air bersihnya. Pada ruang mekanikal dan elektrikal dibuat kedap air, supaya air dan minyak yang tercecer tidak meresap ke dalam tanah. c) Sistem Drainase Pembuangan air hujan dilakukan melalui saluran-saluran pembagi dan bak kontrol sebelum ditampung di bak penampung air netral. Air hujan yang melalui atap disalurkan lewat talang.
commit to user
IV-54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Air hujan dari atap
Air hujan sekitar site
Pipa vertikal
Bak kontrol
Selokan
Sumur resapan
Skema 4. 11 sistem drainase Sumber : Analisis Kinanti, 2014
4.2.15.3 Sistem Pembuangan sampah Di setiap unit bangunan, lapangan dan taman, bak sampah ditempatkan dengan jarak tertentu. Untuk itu disediakan jalur sirkulasi khusus untuk pengangkutan sampah yang mengitari kompleks bangunan.
4.2.15.4 Sistem Elektrikal 1) Sumber tenaga Perusahaan listirik negara (PLN) dan diesel generator set, sebagai sumbar tenaga listrik untuk beban emergency. 2) Pengoperasian Sistem Pada kondisi beban normal, seluruh beban listrik mendapat suplai tenaga listrik dari PLN. Bilamana sumber tenaga listrik PLN mengalami gangguan, maka secara otomatis sumber tenaga listrik diambil alih oleh sumber cadangan diesel genset yang dilengkapi Automatic Main Failure (AMF) dan melayani beban listrik. Interfal waktu dari PLN padam hingga sumber listrik diesel genset melayani beban adalah maksimum 20 detik.
4.2.15.5 Sistem Pencegahan Bahaya Kebakaran Dalam penanganan bahaya kebakaran dapt dilakukan dengan dua cara yaitu dengan siste pencegahan dan sistem penanggulangan bahaya kebakaran apabila telah tejadi. Berikut ini penjelasan dari dua sistem tersebut. commit to user
IV-55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Sistem Pencegahan Pasif dari Dalam Gedung Pencegahan pasif untuk penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan 1) penyediaan tangga darurat di tepi bangunan dengan lebar minimal 1,2 M dan pintu dengan lebar minimal 90 cm serta dilengkapi penyedot udara, 2) Koridor dengan lebar minimal 1,8 M, dan 3) Penerangan darurat yang bekerja secara otomatis ketika listrik padam denan sumber energi batrai. 2) Sistem pencegahan aktif Pencegahan secara aktif terhadap penanggunalangan bahaya kebarakan dilakukan dengan penggunakan alat-alat berikut. a) Sistem Deteksi : Heat detector, fire alarm, smoke detector b) Sistem Represif : Fire Hydrant, Automatic Sprinkler System, Fire Extinguiser on House Reel Fire alarm akan berbunyi apabila tejadi pengambilan alat pemadam kebakaran portable dan diterimanya respon dari deterktor panas, detektor asap dan detektor api.
4.2.15.6 Sistem Penangkal petir Sistem Faraday Cage, lebih dikenal dengan sangkar Faraday, yang menggunakan tiang yang disebut bliksem spit yang mempunyai panjang sekitar 30 cm yang dipasang pada atap bangunan, kemudian dihubungkan dengan kabel tembaga yang selanjtunya ditanam ke tanah sebagai elektroda bumi.
4.2.15.7 Sistem komunikasi Sistem komunikasi dibuat dengan beberapa pertimbangan berikut. a) Jenis dan informasi yang akan disampaikan b) Kemudahan koordinasi pengelolaan dan pengawasan c) Kemudahan penyampaian dan penerimaan Komunikasi diperlukan dalam pengawasan maupun penyampaian informasi sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan. Terdapat dua komunikasi yang digunakan yaitu komunikasi intern dan komunikasi ekteren. Berikut penjelasan kedua jenis komunikasi diatas. commit to user
IV-56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Komunikasi intern Komunikasi intern digunakan untuk berkomunikasi antar panitia pada saat kegiatan pergelaran dilaksanakan. Komunikasi ini menggunakan handy talky. Untuk komunikasi antar ruang pengelola menggunakan intercom. b) Komunikasi eksteren Komunikasi ekstern adalah komunikasi yang digunakan untuk berhubungan dengan dunia luar. Sarana yang digunakan adalah telepon dengan sistem PABX (Private Automatic Branch Exchange).
commit to user
IV-57