BAB IV ANALISIS IV.1 Pendekatan Perancangan Behavior Architecture (Arsitektur perilaku) ialah suatu konsep yang dalam
selalu
menyertakan
pertimbangan-pertimbangan
perilaku
dalam
perancangannya, yakni kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik). Sejauh mana penerapan Arsitektur perilaku pada bangunan Hotel kapsul dapat dilihat dari penerapan faktor-faktor yang mempengaruhi prinsip-prinsip dalam perilaku Wisatawan menengah kebawah yang menjadi target pasar dalam rancangan Hotel kapsul dimana perilaku pengguna akan mempengaruhi bagaimana desain suatu bangunan Hotel kapsul yang akan dirancang. Untuk mendapatkan rancangan Hotel kapsul yang baik, selain menerapkan pendekatan perancangan arsitektural berdasarkan perilaku transit Wisatawan menengah kebawah tentunya juga perlu memperhatikan beberapa aspek fisik maupun non fisik yang akan memberikan kesesuaian bangunan terhadap tapak dan lingkungan sekitar serta kenyamanan terhadap pengguna.
IV.2
Analisa IV.2.1 Analisis Kondisi dan Potensi Lingkungan Tapak terletak di tepi jalan utama, yakni Jalan Fachrudin, Jakarta Pusat dengan lebar jalan 25 m yang berbatasan dengan Bank swasta.
1
Lingkungan sekitar merupakan kawasan peruntukan kantor komersil, perdagangan maupun wisma, ditambah dengan lalu lintas yang cukup ramai. Perilaku transit Wisatawan Menengah kebawah secara garis besar terbagi menjadi wisata belanja maupun perjalanan. Berikut merupakan analisa gambaran kondisi dan potensi lingkungan sekitar tapak:
Peta 4.1 Gambaran kondisi arus kedatangan wisatawan belanja maupun perjalanan (Sumber: Survey literature)
Keterangan: Tapak
Kawasan wisata perjalanan
Kawasan wisata belanja
2
Kesimpulan : Lokasi tapak yang ada harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh wisatawan menengah kebawah, sedangkan untuk keberadaan bangunan hotel kapsul diupayakan tidak memberi pengaruh minus pada lingkungan sekitar.
Foto 4.1 Kondisi lingkungan sekitar tapak (Sumber: Survey lapangan)
Kondisi dan Ketinggian Bangunan Sekitar Bangunan-bangunan yang berada di sekitar tapak antara lain : • sebelah Utara tapak merupakan bangunan komersil yakni Bank swasta dengan ketinggian 8 lantai • bangunan dengan fungsi perdangangan yakni Pasar Tanah abang bukit 4 lantai di sebelah Selatan tapak • sebelah Barat tapak merupakan kawasan kantor komersil dan perdagangan • bangunan fasilitas umum, bank swasta 1 lantai berlokasi di seberang jalan sebelah Timur tapak
3
Foto 4.2 Kondisi ketinggian bangunan sekitar tapak (Sumber: Survey lapangan)
Kesimpulan : dengan diperolehnya data analisa kondisi dan ketinggian bangunan sekitar, maka diperoleh kesimpulan dimana ketinggian bangunan hotel kapsul yang ideal sesuai dengan peraruran RUTRK ialah maksimal 8 lantai, sedangkan bangunan yang dirancang ialah 5-7 lantai agar tidak terlalu mencolok namun tetap menyatu dengan bangunan sekitar. Bangunan-bangunan disekitar tapak juga akan bisa bermafaat bagi pengguna hotel kapsul yang akan dirancang, seperti; adanya bangunan komersil yakni bank swasta maupun pasar tanah abang bukit sebagai fasilitas wisata belanja.
4
Potensi Lingkungan • adanya persamaan aktivitas karena berdekatan/ tidak jauh dengan kawasan hunian (masyarakat menengah ke bawah) • radius ±500 meter dengan Stasiun kereta api Tanah Abang, serta dilewati jalur angkutan umum seperti mikrolet, bus, maupun taxi sehingga memudahkan pencapaian dari dan ke bangunan hotel kapsul yang akan dirancang • Keberadaan letak tapak mudah terlihat dari stasiun • terdapat beberapa fasilitas umum / komersial yang cukup bermanfaat bagi penghuni bangunan hotel kapsul seperti bank, pusat grosir Pasar tanah abang sebagai fasilitas bagi wisatawan belanja dan lainnya.
IV.2.1.1 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi Tapak Pertimbangan pencapaian dari dan ke tapak yang diperhatikan, antara lain informatif, kemudahan, kenyamanan dan keamanan. Pencapaian tersebut terbagi menjadi dua yaitu kendaraan dan manusia. Akses keduanya perlu diperhatikan agar tercipta sirkulasi yang sesuai seperti berikut: • tidak terjadi penyilangan • kejelasan alur sirkulasi • efisiensi dan efektivitas lahan Beberapa pola sirkulasi dalam tapak, antara lain: 1. Pola jalan masuk tunggal • Semua masuk melalui satu jalur
5
• Pejalan kaki dan pengguna kendaraan menggunakan jalur yang sama 2. Pola jalan masuk ganda • Terdapat dua jalur masuk untuk umum dan yang lebih privat atau antara kedua • hal yang berbeda • Sirkulasi kendaraan dan pengguna jalan terpisah 3. Pola jalan masuk triple • Terdapat tiga jalur masuk, masing-masing untuk penghuni, pengunjung, dan pengelola/ karyawan/ servis • Sirkulasi kendaraan dan pengguna jalan terpisah, dapat ditambah jalur sepeda dan pintu servis Kesimpulan : Dari beberapa alternatif di atas, pola sirkulasi yang digunakan dalam rancangan hotel kapsul ialah pola jalan masuk ganda yang mana terdapat dua jalur masuk yaitu Terdapat dua jalur masuk untuk umum dan yang lebih privat atau antara kedua
IV.2.1.2Analisa Orientasi Massa Bangunan Orientasi massa bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Jalan Jalan utama sekitar tapak yaitu Jalan Fachrudin yang mana sebagai sebagai pertimbangan arah orientasi bangunan. Oleh
6
karena itu, timbul beberapa alternatif orientasi bangunan terhadap jalan, antara lain: Tabel 4.1 Tabel perbandingan alternatif orientasi rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor jalan Alternatif
Orientasi bangunan
Kelebihan Kekurangan Sesuai terhadap Kurang informatif bagi bentuk tapak wisatawan View yang ingin transit dengan Sesuai dengan kedatangan dari arah arah kedatangan Stasiun Tanah kendaraan dan abang kurang manusia
Alternatif 1
Orientasi bangunan
Sesuai terhadap Hanya sesuai dengan arah bentuk tapak kedatangan View yang searah dengan Sesuai dengan datangnya arus arah kedatangan lalu lintas sasaran kendaraan pengunjung
Alternatif 2
Orientasi bangunan
Alternatif 3
Sesuai terhadap Terlalu banyak cakupan view bentuk tapak yang tidak Sesuai dengan menentu arah kedatangan kendaraan dan manusia Informatif baik untuk wisatawan yang datang dari arah Stasiun Tanah Abang, Pasar tanah abang, maupun Jalan Kebon sirih, Jalan Jati baru serta Jalan
(Sumber: Survey lapangan)
7
Dari ketiga perbandingan kelebihan dan kekurangan alternatif orientasi
terhadap
jalan
diatas,
dilakukan
penilaian
berdasarkan aspek yang diamati, sebagai berikut: Tabel 4.2 Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor jalan
Aspek Yang Diamati Informatif Kesesuaian terhadap bentuk tapak View Kesesuaian terhadap arah kedatangan wisatawan menengah kebawah Total Nilai
Alternatif I
Alternatif II
Alternatif III
8
11
10
(Sumber: Survey lapangan)
Keterangan: : Kurang
: Cukup
: Baik Kesimpulan : Dari ketiga alternatif di atas, Orientasi bangunan yang tepat sesuai dengan beberapa aspek yang diamati ialah Alternatif 2 karena memenuhi kriteria sebagai berikut: sesuai terhadap bentuk tapak view yang baik sesuai dengan arah kedatangan kendaraan dan manusia
8
informatif, baik untuk wisatawan yang datang dari arah Stasiun Tanah Abang, Pasar tanah abang, maupun dari Jalan Kebon sirih, Jalan Jati baru serta Jalan Abdul Muis 2. Matahari Unit pada hunian hotel kapsul semaksimal mungkin harus mendapatkan cahaya matahari. Berikut beberapa alternatif yang muncul, antara lain: Tabel 4.3 Tabel analisa matahari terhadap masing- masing alternatif rancangan hotel kapsul Analisa matahari NO
08:00
10:00
14:00
16:00
1
2
3
(Sumber: Survey lapangan)
Berikut perbandingan alternatif orientasi bangunan yang timbul berdasarkan analisa matahari, antara lain:
9
Tabel 4.4 Tabel perbandinganalternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor matahari Alternatif
1
Kelebihan
Kekurangan
• Pada sisi terpanjang bangunan tidak mendapat cahaya dan panas matahari sore secara maksimal • Seluruh sisi bangunan masih mendapat cahaya alami dari segala arah
• Pada sisi terpanjang bangunan tidak mendapat cahaya matahari pagi secara • Sisi terpanjang bangunan di bagian depan tapak juga mendapatkan cahaya dan panas matahari sore • Bentuk massa kurang memanfaatkan lahan yang ada • Bentuk massa tidak mengikuti tapak • Pada sisi terpanjang bangunan tidak mendapat cahaya matahari pagi secara maksimal.
2
3
• Orientasi bangunan ke arah Utara dan Selatan yang meminimalkan cahaya dan panas matahari sore
(Sumber: Survey lapangan)
Berdasarkan perbandingan alternatif orientasi terhadap bentuk tapak diatas, dilakukan penilaian berdasarkan aspek yang diamati, sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor matahari
Aspek Yang Diamati
Alternatif I
Alternatif II
Alternatif III
Presentase bangunan yang banyak mendapat matahari sore
Presentase bukaan yang efektif Suhu bangunan Efektifitas pencahayaan alami Total Nilai
11
6
12
(Sumber: Survey lapangan)
10
Keterangan: : Kurang
: Cukup
: Baik Kesimpulan: Dari ketiga alternatif di atas, dipilih alternatif 3 karena selain dari hasil analisa orientasi berdasarkan potensi dan lingkungan sekitar sebelumnya juga memenuhi kriteria terkait dalam hal sebagai berikut: Sedikit mendapatkan cahaya dan panas matahari sore Bukaan yang efektif Suhu bangunan Efektifitas pencahayaan alami 3. Angin
Pengaruh angin secara menyeluruh tidak menentu karena bangunan di sekitar tapak yang begitu padat, sehingga perlu diperhatikan gerakan angin secara menyeluruh pada sekitar bangunan. Umumnya di wilayah Jakarta angin bergerak dari arah Timur ke Barat begitu juga sebaliknya. penilaian berdasarkan aspek yang diamati, sebagai berikut:
11
Tabel 4.6 Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor angin
Aspek Yang Diamati
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Kualitas angin
3
2
4
Efektifitas pengudaraan alami Suhu bangunan Total Nilai
3
2
3
3 9
1 5
3 10
Sumber: Survey lapangan)
Kesimpulan: Dari ketiga alternatif di atas, dipilih alternatif 3 dari hasil analisa orientasi berdasarkan faktor angin karena angin akan lebih leluasa untuk bergerak. IV.2.1.3Analisa Polusi Udara dan Suara Tingkat kebisingan paling tinggi berasal dari arah Timur yaitu berasal dari Jalan raya Fachrudin. Selain kebisingan, tingkat polusi udara yang terdiri dari asap kendaraan bermotor dan suara yang mengganggu. Berikutperbandingandua alternatif sebagai acuan menentukan yang terbaik sesuai analisa terhadap polusi suara dan udara:
12
Tabel 4.7Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor polusi suara dan udara
Aspek Yang Diamati
Alternatif
I kebisingan yang terjadi dalam bangunan Tingkat sumber bising yang bisa Total Nilai
Alternatif
II
4
6
(Sumber: Survey lapangan)
Keterangan Sound barrier
Polusi udara
Polusi suara
Kesimpulan : Dari beberapa alternatif di atas, orientasi bangunan terhadap permasalahan polusi udara dan suara terbaik ialah pada alternatif dua, karena selain selain dilakukan penanggulangan polusi suara dan udara dengan adanya vegetasi disisi-sisi yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi juga diatasi dengan set back/ pemunduran pada massa bangunan yang bisa meredam kebisingan dengan lebih baik.
13
IV.2.1.4Analisa Tata Ruang Luar Penataan ruang luar pada bangunan dilakukan sebagai kontribusi ruang terbuka hijau diharapkan akan bisa memberi kontribusi ruang bernafas bagi lingkungan. Pemanfaatan ruang luar direncanakan dalam fungsi-fungsi sebagai berikut : • Ruang luar aktif meliputi parkir kendaraan, pedestrian, fasilitas penunjang, plaza • Ruang luar pasif meliputi taman dan daerah resapan. Sedangkan fungsi ruang luar yang menjadi pertimbangan dalam penataan pada tapak antara lain: • Sebagai tempat beraktifitas bagi Wisatawan menengah kebawah seperti berkeliling untuk menghilangkan rasa penat • Sebagai lahan parkir • Sebagai transisi/ ruang penghubung dari luar bangunan ke dalam bangunan • Membantu penataan sirkulasi yang baik bagi pemakai bangunan berkendaraan dan pejalan kaki • Sebagai buffer untuk mengurangi bising dan polusi udara
Elemen Ruang Luar, terbagi atas: 1. Elemen Lunak, yaitu elemen hidup (vegetasi) yang mengisi lahan pada tapak, dengan kriteria sebagai berikut:
14
a. Unsur pengarah, yaitu tanaman yang berfungsi untuk mengarahkan penghuni/ pengunjung menuju ke arah tertentu/ bangunan/ fasilitas sebagai perjalanan arsitektur. b. Unsur estetis, yaitu tanaman yang berfungsi untuk memberikan nilai tambah secara estetis pada bangunan, seperti pembuatan pola taman c. Unsur peneduh, yaitu tanaman yang berfungsi melindungi pejelan kaki dari panas matahari, dan sebatgai filter dari gangguan bising dan udara kotor d. Unsur buffer, yaitu tanaman yang berfungsi untuk menyerap bising dan mengurangi polusi dari jalan utama 2. Elemen keras, yaitu elemen tidak hidup pada ruang luar seperti jenis pengerasan jalan kendaraan dan jalan manusia yang memungkinkan air hujan untuk meresap ke tanah, juga seperti lampu taman, pagar, tempat duduk, tong sampah dan lainnya. Kesimpulan : 1. Menciptakan ruang terbuka hijau sesuai dengan fungsinya 2. Pengaturan jalur sirkulasi yang baik antar kendaraan dan manusia
15
IV.2.2 Analisa Kegiatan dan Sistem Ruang IV.2.2.1 Analisa Pelaku Kegiatan Kegiatan dan sistem ruang dalam rancangan hotel kapsul berhubungan dengan aspek manusia sebagai pelaku utama kegiatan dalam bangunan hotel kapsul, antara lain: a) Penghuni Merupakan Wisatawan menengah kebawah yang melakukan aktifitas transit dalam bangunan hotel kapsul. b) Pengunjung Pengunjung yang dimaksud ialah tamu pengunjung yang datang hanya untuk menggunakan fasilitas pada hotel kapsul c) Pengelola Yaitu pihak yang mengelola manajemen hotel kapsul terbagi atas
bagian
administrasi,
maintenance,
dan
petugas
kebersihan lingkungan hotel kapsul. d) Pelaku bisnis Merupakan orang yang datang ke hotel kapsul untuk menjalankan usahanya seperti retail, laundry, salon dan fasilitas penunjang hotel kapsul lainnya.
16
IV.2.2.2 Analisa Kegiatan Pelaku Berikut beberapa skema perihal kegiatan pelaku pada bangunan hotel kapsul, skema kegiatan penghuni hotel kapsul, antara lain: a) Skema kegiatan penghuni hotel kapsul Datang
Parkir
Masuk ke
Menggunakan
Bangunan
Fasilitas penunjang
Registrasi
Menunggu
Masuk ke
di Lobby
Kamar
melanjutkan kegiatan
Pulang
pariwisata
b) Skema kegiatan pengunjung fasilitas hotel kapsul Datang
Parkir
Menggunakan Masuk ke Bangunan
Fasilitas penunjang
Resepsionis
Menunggu
Pulang
di Lobby
17
c) Skema kegiatan pengelola hotel kapsul Datang
Parkir
Masuk ke Bangunan
Masuk ke tempat kerja Melakukan aktivitas : Menerima -
pekerjaan administrasi
-
pekerjaan pengawasan
-
pekerjaan perawatan
tamu
Pulang Istirahat / makan minum
d) Skema kegiatan pelaku bisnis hotel kapsul Parkir
Datang
Masuk ke Bangunan
Masuk ke tempat kerja (mini market, laundry, Travel Agent, Money
Changer,
salon,
dan
Menerima tamu
lainnya) untuk melakukan aktifitas
Pulang Istirahat / makan minum
18
IV.2.2.3 Analisa Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang ditinjau dari aspek pelaku beserta jenis kegiatannya: Tabel 4.8 Tabel analisa kebutuhan ruang PELAKU Pengguna unit kapsul
JENIS KEGIATAN - Tidur/ Istirahat -Mck -Makan - Menyimpan barang - Rekreasional
Pelaku bisnis
Umum
Pengelola
Service
- Beribadah - Relaksasi - Berjualan barang kebutuhan/ Merchandise - Mencuci -Jasa travel -Relaksasi -Mck - Sirkulasi - Bersosialisasi
- Mck - Mengelola Hotel kapsul - Pendataan penghuni baru - Membantu pengelolaan Hotel kapsul -Mck - Mengontrol M&E - Mengontrol genset - Mengatur listrik - Penampungan sampah - Penyediaan air - Penerimaan dan - penyimpangan barang -Kebersihan
KEBUTUHAN RUANG
SIFAT RUANG
Unit kapsul Toilet Café/ Restaurant/ Kantin Loker Ruang bersosialisasi Retail Tempat Ibadah Ruang refleksi Retail Merchandise/ Perniagaan
Private Service Semi private
Laundry Travel Agent Refleksi Toilet Lobby Ruang bercengkrama/ bersosialisasi Toilet Ruang pengelola Hotel kapsul
Public Public Semi private Public Service
Service Public Service Public Public
Service Private
Ruang Administrasi
Public
Ruang Staff pengelola
Semi private
Toilet Ruang M&E Ruang genset Ruang panel Bak sampah
Service Service Service Service Service
Reservoir, pompa Loading Gudang Janitor
Ruang
Service
dock,
Service Service Service
(Sumber: Survey lapangan)
19
IV2.2.4 Analisa Persyaratan dan Dimensi Ruang Kebutuhan ruang dan luasannya dianalisa berdasarkan kegiatan pelakunya. Hal-hal yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan kebutuhan luas ruang suatu Hotel kapsul, antara lain: • Kapasitas dan fasilitas Merupakan daya tampung terhadap calon penghuni dan alat kegiatan yang meliputi : 1. Jumlah ukuran persyaratan, melalui proporsi atas peraturan bangunan, standar luasan. 2. Anggapan yang menimbulkan asumsi didasarkan pada studi banding, survey, dan pertimbangan bentuk penggunaan. • Aktivitas dalam ruang. Berdasarkan alat dan dimensi alat yang digunakan. Dimensi dasar yang dipakai adalah atas dasar ruang gerak kegiatan. • Flow gerak Keleluasaan gerak penghuni atas dasar dari tuntutan dan karakter kebutuhan untuk kelancaran kegiatan (efisiensi dan efektifitas). Berikut analisa kebutuhan ruang dan luasannya dianalisa berdasarkan kegiatan pelakunya:
20
A. Kantor Pengelola Tabel 4.9 Tabel analisa besaran ruang kantor pengelola
Kebutuhan Ruang R.Tunggu Ruang Pimpinan Ruang staf& Administrasi
Kapasitas
Standar
Sumber
Luas
3 orang 1 orang 4 orang
2-3 m²/org 6-8 m²/org 6-9 m²/org
DA DA DA
9 m² 6 m² 24 m²
2,5 m²/org 20 %
DA
2,5 m² 10,9 m²
Toilet Sirkulasi
65,4 m²
Total
B. Unit hunian hotel kapsul Dalam rancangan hotel kapsul diamati beberapa faktor yang mempengaruhi rancangan unit hotel kapsul, baik dari type unit maupun jumlah tamu yang menginap, data yang diperoleh berdasarkan hasil survey maupun studi banding. Berikut hasil survey dari beberapa responden terkait wisatawan menengah kebawah di kawasan Tanah abang: 1.Type unit Hotel kapsul Terkait perilaku wisatawan menengah kebawah, berikut hasil survey dari responden yang ada terkait type unit kapsul, antara lain:
21
Gambar 4.1 Grafik peminatan jenis unit kapsul (Sumber: responden di kawasan stasiun tanah abang)
Hasil survey menyatakan: • Peminat type kapsul sebanyak 11 responden dari 30 responden (35%) • Peminattype mikro sebanyak 19 responden dari 30 responden (65%) 2.Type unit berdasarkan letak kamar mandi
Gambar 4.2 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan peletakan kamar mandi (Sumber: responden di kawasan stasiun tanah abang)
Hasil survey menyatakan: • Peminat type kapsul dengan kamar mandi dalam sebanyak 8 dari 30 responden (25%) • Peminattype mikrokamar mandi luar sebanyak 22 dari 30 responden (75%)
22
3.Type unit berdasarkan teman perjalanan
Gambar 4.3 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan teman perjalanan (Sumber: responden di kawasan stasiun tanah abang)
Hasil survey menyatakan: • Berwisata sendiri sebanyak 4 dari 30 responden (10%) • Berwisatadengan teman sebanyak 9 dari 30 responden (30%) • Berwisata dengan keluarga sebanyak 17 dari 30 responden (60%) 4.Dimensi unit Hotel kapsul Dalam rancangan Hotel kapsul ini ada yang memiliki prinsip desain kapsul pada umunya, namun ada juga yang memiliki skala yang manusiawi sesuai dengan standar manusia, hal tersebut didapat dari data hasil studi banding dan literatur serta peminatan responden. Berikut data yang diperoleh, antara lain:
23
Tabel 4.10 Tabel analisa besaran unit kapsul
Jenis type Type kapsul
Sumber SB
Luas Shinjuku green plaza = 2x 1x 1,25 Nakagin = 2,3x 3,8x 2,1 m²
Type mikro
SB
1st kabin hotel Osaka = 2,5m2 dan 4,2m2(2,25x2) Sleepbox Moscow 2,6x 1,6x 2,5-3 Sleepbox Dubai 2x 1,4x 2,30
Sumber: survey literature
Untuk memenuhi standar ruang manusia perlu dianalisa bagaimana ruang gerak manusia tersebut. Berikut data yang diperoleh berdasarakan studi literature (Data Arsitek, Ernest Neufert ), antara lain: 1. Ukuran tubuh
Gambar 4.4 Standar ukuran tubuh manusia (Sumber: Data arsitek)
24
Gambar 4.5 Standar ukuran kebutuhan posisi tubuh manusia (Sumber: Data arsitek)
2. Kebutuhan tempat dengan tas
Gambar 4.6 Standar ukuran kebutuhan tempat dengan tas (Sumber: Data arsitek)
3. Kebutuhan ruang tidur
Gambar 4.7 Standar ukuran kebutuhan tidur (Sumber: Data arsitek)
4. Kamar mandi
Gambar 4.8 Standar ukuran toilet (Sumber: Data arsitek)
25
IV.2.2.5 Analisa Skema Hubungan Ruang Kesimpulan: • Berdasarkan data-data yang diperoleh diatas serta kesesuaian
terhadap
perilaku
transit
wisatawan
menengah kebawah maka dapat disimpulkan besaran unit kapsul antara lain: Tabel 4.11 Tabel analisa besaran per-unit kapsulkamar mandi luar
Jenis type
Sumber
Type single Sirkulasi Total
Luas
A
(2x 3x 2,7)x 70 226,8 m2 1360,8 m2
Sumber: study literature dan study banding
Tabel 4.12 Tabel analisa besaran type mikro kamar mandi dalam
Jenis type Type mikro
Sumber
standar
Type twin mikro
Sirkulasi Total
Luas
A
(3,5x3,25)x 42
A
(3x6)x 70
20%
343m2 2058 m2
Sumber: study literature dan study banding
• Unit hunian Hotel kapsul: 1. Type single kapsul
= 46% dari total penghuni
(1orang per unitkapsul) 2. Type twin mikro
= 26% dari total penghuni
(2orang per unit kapsul) 3. Type standar mikro
= 28% dari total penghuni
(2orang per unit kapsul)
26
C. Dimensi fasilitas penunjang Dalam rancangan hotel kapsul perlu diamati beberapa faktor Tabel 4.13 Tabel dimensi ruang fasilitas Restaurant
Kebutuhan Ruang Kasir Dapur Ruang pelayanan Ruang duduk Ruang pengelola Gudang Peyimpanan Toilet 4 unit Wastafel 2 unit Sirkulasi
Kapasitas
Standar
Sumber
Luas
6-8 orang
2,5 m²/org
TSS
15 m²
20 orang
20 m² 1,5 m²
DA DA
20 m² 30 m²
60 orang 4 orang
2 m² / org 6-8 m² / org
DA TSS
120 m² 24 m²
20 m²/ org
DA
20 m²
2,5 m2/ org 0,5 m2/ org
DA DA
10 m² 1 m²
Total
48 m² 288 m²
1 orang 2 orang
20% Sumber: study literature
Tabel 4.14 Tabel dimensi ruang penunjang lainnya Kebutuhan Ruang Loker
Kapasitas 100 loker
Standar 1,2 x 6 m²
Sumber DA
Luas 720 m²
Loker tamu
150 loker
1,2 x 6 m2
DA
1080m2
Toilet
56 unit
56 x 2,5 m2/ org
DA
140 m2
Wastafel
28 unit
28 x 0,5 m2/ org
DA
14 m2
DA
50 m2
2
Mushola
20 orang
20 x 2,5 m / org
Laundry
6-8 orang
43,2 m2
Refleksi
20 orang
43,2 m2
ATM
2 orang
2 x 2,5 m2/ org
5 m2
Jasa travel
4-6 orang
6 x 2,5 m2/ org
15 m2
Area sosialisasi
4-8 orang
A
608 m2
Lift
DA
60 m2
Tangga
DA
598,5m2
Sirkulasi 20%
675,38m² Total
4052,3 m²
Sumber: study literature
27
Tabel 4.15 Tabel dimensi ruang kebutuhan service
Kebutuhan Ruang Kapasitas
Standar
Sumber
Luas
Ruang Generator
1 unit
35 m²/ unit
A
35 m²
Ruang Panel
1 unit
9 m²/ unit
A
9 m²
Gudang peralatan
1 unit
35 m²/ unit
A
35 m²
Ruang M&E
1 unit
35 m²/ unit
A
35 m²
2 orang
2,5 m² / org
A
5 m²
Ruang Pompa
2 unit
30 m²/ unit
A
60 m²
Reservoir Bawah
1 unit
50 m²/ unit
SB
50 m²
STP
1 unit
50 m²/ unit
A
50 m²
Ruang Keamanan
TPS
12 m²
Sirkulasi
12 m²
20%
58,2 m² Total
349,2 m²
Sumber: study literature
Keterangan Sumber: DA: Data Arsitek TSS: Time Saver Standar A: Asumsi / Studi Banding
IV.2.2.6 Analisa Terhadap Topik Tema Unit kapsul didesain sedemikian rupa sesuai dengan perilaku
transit
wisatawan
menengah
kebawah,
dengan
mendesain unit kapsul yang fleksibel bagi para wisatawan menengah kebawah/ Backpacker.
28
Gambar 4.9 Murphy bed (Sumber: Studi literatur)
Berinteraksi social merupakan bagian dari perilaku dari wisatawan menengah kebawah/ backpacker yang saling berbagi cerita pengalaman, sehingga dibuat ruang-ruang terbuka dimana pengunjung dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan pengunjung lainnya.
Gambar 4.10 Taman (Sumber: Studi literatur)
Mencari petualangan, keaslian dan pengalaman juga merupakan bagian dari perilaku transit wisatawan menengah kebawah/
Backpacker
sehingga
dalam
bangunan
akan
menyediakan retail yang akan menjual barang-barang yang memiliki ciri khas daerah terkait. Serta bangunan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi suatu pengalaman menarik
29
bagi para wisatawan menengah kebawah.
Gambar 4.11 Retail (Sumber: Studi literatur)
IV.3 ASPEK BANGUNAN IV.3.1 Bentuk Dasar Bangunan Dalam pemilihan terhadap bentuk massa bangunan Hotel kapsul menggunakan bentuk dasar persegi agar mudah dalam pengaturan ruangan per modul nya. Bentuk dapat ditinjau dan dipertimbangkan dari: Penyesuaian
terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar.
Efisiensi,
fleksibilitas dan kesan ruang yang tinggi.
Karakter
bangunan yang mencerminkan sifat kegiatan bangunan.
Dominasi bentuk Kegiatan utama
di lingkungan sekitar.
di dalam bangunan
Pola Massa Tunggal Massa hanya terdiri dari satu gubahan massa yang menampung seluruh program ruang di atas tapak Pertimbangan: - Sifat bangunan terpusat - Sirkulasi pencapaian yang cepat dan relatif lebih pendek
30
- Efisiensi penyediaan fasilitas dan maintenance - Efisiensi penggunaan lahan yang terbatas Pola Massa Majemuk Massa yang terdiri dari beberapa gubahan massa yang masing-masing menampung program ruang yang terpisah di atas tapak Pertimbangan: - Sifat bangunan yang menyebar dan memusat pada satu massa utama - Adanya pemisahan kelompok aktivitas manusia - Adanya rongga sirkulasi antar massa - Pola perletakan massa yang lebih dinamis Kesimpulan: Berdasarkan pertimbangan Pola Massa bangunan yang dipilih ialah pola massa majemuk karena sebagai kesuaian terhadap fungsi, penzoningan, dan kesesuaian terhadap perilaku transit wisatawan menengah kebawah.
IV.3.2 Sirkulasi dalam Bangunan
Analisa Sirkulasi Vertikal Sirkulasi horizontal dapat dibedakan mejadi 2 tipe yaitu sirkulasi linier dan sikulasi radial. Masing-masing jenis sirkulasi memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
31
Tabel 4.16 Jenis Sirkulasi Horizontal No 1
2
Jenis Sirkulasi
Keterangan
Linier •
Linier Menerus
- Jelas dan terarah.
•
Linier Bertekuk
- Mudah dalam pencapaian ke bangunan. - Mudah dalam pengklasifikasian fungsi di dalam bangunan.
•
Linier Berpotongan
•
Linier Bercabang
•
Linier Berbelok
Radial
- Memusatkan kegiatan / orientasi - Efisiensi tinggi - Mudah untuk mencapai ke titik tertentu. - Penyesuaian terhadap kontur cukup baik.
Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order
Kesimpulan: Kedua sirkulasi baik sirkulasi linier dan radial akan diaplikasikan pada bangunan. Sirkulasi linier yang akan digunakan yaitu sirkulasi linier bercabang yakni pada daerah dalam bangunan (dari satu ruang ke ruang
32
lainnya). Sedangkan, sirkulasi radial digunakan untuk sirkulasi di luar bangunan (dari satu massa ke massa bangunan lainnya).
Analisa Sirkulasi Vertikal Tabel 4.17 Sirkulasi vertikal bangunan
Keuntungan Tangga
Tidak
menggunakan
Kerugian listrik, Disabled dengan tangga
fleksibel, murah, dapat dipakai khusus setiap saat, berguna saat kebakaran Ramp
Bernilai estetika, dapat diakses Butuh space besar. oleh disable, efisien bagi trolley.
Lift
Memudahkan pengguna, efisiensi Menggunakan listrik waktu
Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order
IV. 3. 3 Analisa Struktur Bangunan • Struktur Bawah (Sub-Structure) Sub-structure berperan sebagai pemikul keseluruhan beban bangunan yaitu pondasi. Maka dalam menentukan jenis pondasi yang digunakan, hal-hal yang dipertimbangkan adalah: • Daya dukung tanah • Beban bangunan • Pertimbangan nilai ekonomi (bahan, waktu, dan tenaga kerja).
33
Tabel 4.18 Keuntungan dan Kerugian Jenis Pondasi JENIS PONDASI
Pondasi Tiang Pancang
Pondasi Bored Pile
KEUNTUNGAN
KERUGIAN
menimbulkan getaran, sehingga menganggu lingkungan sekitar. Untuk tiang yang tidak cukup panjang perlu peyambungan, dan hasilnya kurang baik. Memerlukan tempat penampungan di lokasi. Untuk tiang berdiameter besar, perlu alat pemancang yang besar. Getaran yang ditimbulkan pada saat memerlukan biaya pelaksanaan cukup kecil, cocok besar. digunakan pada daerah yang relatif lama. padat, sehingga tidak menganggu lingkungan sekitar Tidak berisik Tiang cukup panjang, tidak memerlukan sambungan Ukuran diameter biasanya lebih besar dari ukuran pracetak, sehingga daya dukung tiap tiang lebih besar. relatif cepat Kualitas lebih terjamin. Persediaan cukup banyak, kecuali dalam ukuran-ukuran khusus. Dapat digunakan sebagai pondasi air. Pelaksanaan mudah
Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order
Kesimpulan: Dari beberapa pertimbangan di atas, maka diputuskan untuk memilih penggunaan bored pile sebagai pondasi utama. Karena mampu menahan gaya vertikal. • Struktur Atas (Upper-Structure) Struktur utama pada bangunan Hotel kapsul menggunakan sistem struktur rangka beton bertulang dengan unit kapsul yang menggunakan rangka baja, berdasarkan pertimbangan:
34
a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya merupakan elemen non-struktural. b. Memungkinkan untuk membuat bukaan sebanyak mungkin, sehingga memudahkan pencahayaan dan penghawaan alami. c. Menggunakan rangka baja pada unit kapsul karena lebih ringan dengan finishing material FRP dan Alucobond Konstruksi prefabrikasi merupakan proses pembangunan di mana elemen atau modul struktur yang prefabrikasi di pabrik, kemudian
diangkut
ke
lokasi
pembangunan
untuk
instalasi.
Menggunakan metode ini dapat mengurangi waktu juga menghemat biaya konstruksi.
IV. 3. 4 Analisa Utilitas Bangunan Utilitas bangunan merupakan salah satu faktor keamanan dan kenyamanan dalam kelangsungan kegiatan di dalam bangunan sesuai dengan beberapa pertimbangan seperti; adanya kenyamanan pada pengguna atas temperatur suhu, cahaya, kebisingan, dan keamanan akan bahaya kebakaran serta kriminalitas serta kemudahan pemasangan dan pemeliharaan utilitas tersebut. Berikut ini adalah alternatif jalur sirkulasi utilitas bangunan: Sistem Plumbing • Sistem Air Bersih, digunakan untuk :
35
Digunakan untuk tempat wudhu, kamar mandi, toilet, pantry, menyiram tanaman dan antisipasi kebakaran. Adapun sistem pendistribusian air bersih adalah seperti gambar berikut.
Gambar 4.12 Pendistribusian air bersih (Sumber: Juwana, J.S,Struktur bangunan tinggi)
• Sistem Air Kotor, terdiri atas : -
Air Kotor Padat Kotoran padat dari kloset dibuang melalui saluran air kotor dan kemudian disalurkan ke STP.
Kotoran dari
Tangki aerasi
Tangki pengendapan
pemipaan Tangki klorinasi
Septic Tank
Gambar 4.13 Sistem air kotor (Sumber: Juwana, J.S, Struktur bangunan tinggi)
36
-
Air Kotor Cair Air kotor yang berasal dari limbah kamar mandi atau limbah dapur, cucian, dan air hujan.
Gambar 4.14 Pendistribusian air kotor (Sumber: Juwana, J.S Struktur bangunan tinggi)
Sistem Air Hujan Air
Penam-
hujan
pungan
Filter
Reservoir
wastafel
Atas
Gambar 4.15 Pendistribusian air hujan (Sumber: Juwana, J.S Struktur bangunan tinggi)
Kesimpulan : Ada 4 buah sistem pendistribusian air yaitu air bersih, air kotor padat, air kotor cair, dan air hujan. Adapun sistem air kotor padat tidak digunakan kembali, sedangkan sistem air kotor cair dan air hujan masih dapat digunakan kembali untuk keperluan bangunan.
37
Sistem Jaringan Listrik •
Distribusi Listrik - PLN Merupakan sumber listrik utama dari pemakaian listrik sehari-hari. - Genset Sebagai sumber listrik cadangan sewaktu sumber aliran listrik dari PLN terputus. Sumber daya ini melayani hampir seluruh keperluan bangunan.
PLN
Gardu
Panel
Automatic switch
Genset
Panel
Unit
Unit
Unit
Gambar 4.16 Sistem jaringan listrik (Sumber: Juwana, J.S, Struktur bangunan tinggi)
Proteksi kebakaran
Fire hydrant Penempatan pada koridor atau tempat yang mudah dicapai, dengan jarak maksimum 30 m.
Sprinkler Penanggulangan kebakaran tingkat awal yang bekerja secara otomatis.
Detector
38
Detektor, untuk mendeteksi bila ada asap maupun suhu yang terlalu tinggi di dalam ruangan.
Tangga darurat Pada setiap bangunan wajib memiliki tangga darurat minimal duah buah pada ujung-ujung bangunan dan berjarak ± 30 m. Lebar tangga darurat ± 1,2 m, dengan pintu ± 90cm, dan tahan api selam ± 2 jam serta dilengkapi dengan shaf. Tangga darurat, jarak maksimal yang harus bisa dicapai oleh pengguna bangunan adalah 30 m dari semua sisi. Standard lebar tangga minimum untuk tangga kebakaran adalah 1.20 m. Untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 8 lantai ( < 25 m ), tangga sirkulasi dapat digunakan sebagai tangga kebakaran sedangkan untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari 8 lantai ( > 25 m ), harus dilengkapi dengan tangga kebakaran dan persyaratan evakuasi darurat lainnya.
Petunjuk arah keluar Dipasang di sepanjang jalur sirkulasi, koridor pintu darurat, dan pintu keluar.
Pengamanan terhadap bahaya petir. Sistem penangkal petir : a. Sistem Faraday Sistem tiang penangkap petir (lighting rods) yang menggunakan sistem kurungan Faraday, yaitu tiang
39
berada di daerah bangunan yang paling tinggi, dan dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi gedung yang kemudian berakhir ke dalam tanah. b. Sistem Franklin Batang yang runcing dari bahan copper spit di pasang paling atas dan di hubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tang di tanahkan. Batang elektroda tersebut di buat bak kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan. Kesimpulan: Sistem penangkal petir yang akan diterapkan pada bangunan Hotel kapsul adalah sistem tiang penangkap petir (lighting rods) yang menggunakan sistem kurungan Faraday, yaitu tiang berada di daerah bangunan yang paling tinggi, dan dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi gedung yang kemudian berakhir ke dalam tanah.
40