BAB IV ANALISIS IV.1
Pendekatan Perancangan Arsitektur Sesuai Topik Topik untuk perancangan Asrama Mahasiswa ini adalah arsitektur berkelanjutan yang artinya perancangan yang mempertahankan sumber daya alam, memikirkan efek keberlanjutan dari dirancangnya suatu bangunan. Sehubungan dengan topik tersebut karena masih terlalu luas, maka ruang perancangan lebih dipersempit lagi menjadi hemat energi. Hemat energi ini sangat berhubungan sekali dengan iklim. Dalam hal ini iklim yang dimaksud adalah iklim tropis basah. Adapun ciriciri iklim tropis basah adalah : radiasi matahari dan curah hujan sangat tinggi, suhu udara tinggi (21oC-33oC), kelembaban tinggi (60%-90%), dan kecepatan angin relatif rendah (5m/detik). Untuk itu maka haruslah massa bangunan dipikirkan dengan baik agar menghasilkan kenyamanan bagi penghuni asrama. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan adalah posisi dan tata letak bangunan, gubahan massa, fasade bangunan dan dimensi bangunan.
IV.2
Analisis Kegiatan dan Sistem Ruang
IV.2.1 Analisa Pelaku Kegiatan Adapun asrama yang akan dirancang akan memiliki beberapa kelompok pelaku kegiatan, seperti:
44
-
Pengelola Adalah pihak yang bertugas untuk mengelola seluruh kegiatan di dalam asrama baik untuk penghuni maupun untuk pihak lain, seperti tamu, servis, dan urusan umum. Pengelola akan menjadi pengawas dari semua kejadian di dalam asrama, melakukan administrasi dan melakukan perawatan bangunan.
-
Penghuni Penghuni asrama adalah seorang yang secara sah menyewa atau terpilih untuk menempati unit hunian asrama dan memiliki hak untuk memakai fasilitas-fasilitas di dalam asrama. Penghuni asrama adalah seorang mahasiswa yang dikhususkan untuk yang datang dari luar kota atau propinsi. Kegiatan yang dilakukan biasanya adalah tidur, makan, belajar, dan bersosialisasi.
-
Pengunjung / Tamu pemilik unit asrama Pihak yang tidak mempunyai hak untuk tinggal di dalam asrama dan memiliki kepentingan tertentu yang tidak rutin, baik memiliki kepentingan di unit hunian atau fasilitas penunjang lainnya.
-
Servis Pihak yang tidak memiliki keterlibatan secara langsung dengan unit hunian asrama, tetapi mendukung kegiatan yang ada di dalam asrama. Kegiatan tersebut seperti melayani cleaning, laundry, mekanikal&electrical, dll.
45
IV.2.2 Analisa Penghuni Sasaran utama penghuni dari asrama ini adalah mahasiswa yang mengikuti kegiatan belajar-mengajar di Binus University, khususnya yang datang dari luar kota Jakarta dan luar propinsi, untuk waktu hanya 1 tahun. Menurut sumber dari ATL (Applied Technology Laboratory) Uniersitas Bina Nusantara, jumlah rata-rata mahasiswa yang datang dari luar kota dan luar propinsi adalah sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah Mahasiswa Pendatang Aktif Angkatan 2004
2005
2006
2007
Grand Total
Jurusan Fakultas Ekonomi Fakultas Ilmu Komputer Fakultas Teknik Fakultas Sastra Fakultas Program Ganda Fakultas Ekonomi Fakultas Ilmu Komputer Fakultas Teknik Fakultas Sastra Fakultas Progam Ganda Fakultas Ekonomi Fakultas Ilmu Komputer Fakultas Teknik Fakultas Sastra Fakultas Program Ganda Fakultas Ekonomi Fakultas Ilmu Komputer Fakultas Teknik Komunikasi Pemasaran Psikologi Fakultas Sastra Fakultas Program Ganda
Total 152 535 97 109 70 265 1255 128 120 701 253 1558 137 98 107 330 1526 158 142 28 122 134 7416
Sumber: ATL (Applied Technology Laboratory) (2008)
46
Rata-rata mahasiswa pendatang yang masih aktif kuliah di Binus setiap tahun ada sebanyak 7416 / 4 = 1854 orang. Dengan perbandingan mahasiswa berjenis kelamin pria sebanyak 4842 orang (65%) dan wanita sebanyak 2574 orang (35%).
IV.2.3 Karakteristik Penghuni (mahasiswa) Mahasiswa sebagai penghuni utama memiliki beberapa karakteristik seperti : -
Bersemangat tinggi untuk belajar dan mencari sesuatu yang baru;
-
Banyak
melakukan
aktifitas
seperti
olahraga,
bermain,
belajar,
bersosialisasi, makan, dan tidur; -
Membutuhkan seseorang/tempat yang dapat mendukung semangatnya dalam proses mengikuti pendidikan;
-
Membutuhkan kenyamanan untuk bersantai.
IV.2.4 Analisa Kegiatan Tabel 3. Analisa Kegiatan Penghuni Pemakai Penghuni (Mahasiswa)
Jenis Kegiatan Datang dengan berjalan kaki atau membawa kendaraan Parkir kendaraan dan masuk plaza Masuk lobby Pergi ke unit hunian: - Istirahat - Mandi, buang air kecil dan besar - Menonton TV - Belajar Bersosialisasi Makan, minum Beribadah
47
Pengelola
Servis
Tamu (Relasi penghuni)
Tamu (Pengguna fasilitas)
Menggunakan fasilitas umum asrama Datang dengan berjalan kaki atau membawa kendaraan Parkir kendaraan dan masuk plaza Masuk lobby Bekerja di kantor Menerima tamu Istirahat, makan, minum Pergi ke toilet Datang berjalan kaki Bekerja Istirahat, makan ,minum Pergi ke toilet Datang dengan berjalan kaki atau membawa kendaraan Parkir kendaraan dan masuk plaza Masuk lobby Pergi ke unit hunian Datang dengan berjalan kaki atau membawa kendaraan Parkir kendaraan dan masuk plaza Masuk lobby Menggunakan fasilitas asrama
Adapun beberapa fasilitas Asrama yang disediakan: Tabel 4. Analisa Kebutuhan Penghuni Kebutuhan
Wadah
Kesehatan
Klinik
Pengelolaan
Kantor
Olahraga
Lapangan Outdoor R.Fitness
Sosialisasi
Lobby – R.komunal Kantin Taman Perpustakaan Warnet
Belajar Kebutuhan Hidup
Mini Market
Komunikasi
Wartel
48
IV.2.5 Analisa Persyaratan Ruang Manusia perlu beberapa hal penting untuk ’hidup’ dalam suatu hunian. Agar bisa bebas beraktivitas, mempunyai produktivitas yang tinggi, dan memiliki kenyamanan yang maksimal. Dalam mendesain ruang, perlu diperhatikan beberapa hal ini : 1. Kenyamanan Audio Merancang ruang agar diperoleh ketenangan dalam ruangan dimana manusia beraktivitas. Dengan tujuan, agar diperoleh kenikmatan kerja dan komunikasi yang baik, dapat menyaring suara yang mengganggu baik dari dalam maupun dari luar ruang atau dari ruang yang berdampingan. Dalam pemenuhan kenyamanan audio suatu ruang maka bisa dipakai beberapa cara, seperti : -
Menjauhkan bangunan dari sumber kebisingan,
-
Memakai material yang dapat meredam suara (kayu, kain, gypsum, dll),
-
Memakai sistem akustik, diamana suara di dalam ruangan harus sampai pada setiap tempat tujuan dengan derajat intensitas suara yang cukup dan kemudian dengan cepat ’mati’, sebelum disusul suku kata berikutnya,
-
Menanam pepohonan untuk meredam suara.
2. Kenyamanan Visual Artinya ruang harus nyaman dari segi pencahayaan , tidak terlalu gelap untuk dipakai dan juga tidak terlalu silau.
49
Peran cahaya bagi suatu ruang adalah sebagai : -
Penerangan ruang,
-
Kesehatan,
-
Kenyamanan; keamanan,
-
Penampilan; dekorasi; prestise.
Sedangkan, penerangan dalam ruang mempunyai dua sumber, yaitu cahaya alami dan buatan. Sesuai dengan prinsip arsitektur berkelanjutan, maka cahaya alami akan digunakan untuk menerangi suatu ruangan. Dimana ada beberapa keuntungan juga dengan memakai cahaya alami sebagai penerangan utama, yaitu : -
Hemat listrik,
-
Sinar Infra Merah (kalor matahari), adalah syarat mutlak kehidupan makhluk di bumi,
-
Ultra Violet (U.V) dapat membunuh bakteri,virus di udara.
Kenyamanan ini bisa dicapai lewat beberapa perancangan arsitektur: -
Rencana jendela (besar & bentuk),
-
Bentang bangunan, bangunan jangan terlalu lebar bentangnya supaya
memudahkan
cahaya
alami
dapat
dengan
mudah
menerobos ke semua sudut bangunan. 3. Kenyamanan Thermal Adalah suatu kondisi dimana manusia merasa puas terhadap kondisi thermal disekitarnya. Kenyamanan thermal dapat dicapai dengan cara alami (angin) dan buatan (AC, kipas angin, exhaust fan, dll).
50
Suhu nyaman sangat diperlukan agar produktifitas maksimal, dengan suhu tubuh konstan + 37o C (tubuh tidak melakukan usaha apapun, seperti : menggigil atau berpeluh untuk mencapai 37o C) Sekali lagi untuk memenuhi prinsip sustainable design, lebih baik memakai cara yang alami yaitu, mengalirkan udara dalam ruangan sehingga tercapai kenyamanan yang diiginkan. Adapun aspek yang berpengaruh dalam kenyamanan thermal: -
Rentang temperatur : (24-18)o C,
-
Kelembaban (RH) : (40-60)%,
-
Aliran udara (air velocity): 0 – 0,20 m/dtk,
-
Laju metabolisme tubuh/aktivitas,
-
Tahanan pakaian.
Beberapa cara untuk mencapai kenyamanan thermal: -
Pilih bahan penutup atap yang lambat merambatkan panas,
-
Marmer dan batu alam untuk lantai dan tembok,
-
Untuk ruang yang plafond rendah dan bentang lebar, perlu alat bantu mekanis (exhaust van, vent.pendingin otomatis),
-
Menggunakan ventilasi silang,
-
Penataan perabot agar tidak menghalangi pergerakan udara.
4. Kenyamanan Spasial Manusia tidak hanya butuh kenyamanan fisik, tetapi kenyamanan psikis juga. Bayangkan betapa menderitanya manusia yang hidup didalam tempat yang
51
sempit, secara psikologis tempat itu ’menekan’ kehidupannya dan membuat manusia menjadi depresi bahkan sampai stress berat. Maka, dalam mendesain suatu ruang harus dibuat space yang besar dimana manusia didalamnya nyaman bergerak dan beraktivitas. Sehingga produktivitas manusia juga tidak terganggu.
IV.2.6 Analisa Kebutuhan dan Dimensi Ruang Unit hunian yang akan dirancang adalah sebanyak 500 mahasiswa yang khususnya datang dari luar kota dan propinsi Jakarta. Dengan perbandingan lakilaki : perempuan = 65% : 35%. Pemisahan jenis kelamin dirancang dengan membuat pemisahan bangunan asrama. Karena mahasiswa juga berasal dari fakultas yang berlainan, maka kamar yang digunakan juga dirancang sedikit berbeda. Contoh : mahasiswa arsitektur membutuhkan ruang lebih untuk menaruh bahan-bahan membuat maket dan kertas gambar, dibandingkan dengan mahasiswa manajemen yang hanya memerlukan tempat menaruh buku, atau mahasiswa teknik komputer yang hanya memerlukan ruang untuk komputernya. Perbandingan presentase mahasiswa dari berbagai fakultas adalah : 40% Ilmu Komputer, 20% Ekonomi, 15% Teknik; 15% Program Ganda, 5% Sastra. Jadi, akan ada 2 tipe unit hunian yang akan dirancang dalam asrama kali ini, yaitu unit hunian dengan tipe untuk 4 orang (Fakultas ilmu komputer, ekonomi, program ganda, dan sastra) dan tipe untuk 2 orang (Fakultas teknik jurusan arsitektur dan DKV).
52
Ruang Pengelola Kebutuhan Ruang Ruang kepala asrama Ruang sekretaris, ruang tunggu Ruang administrasi Ruang rapat Sirkulasi Total
Kapasitas Standar 3 orang 10 m2 6 orang 20 m2 15 orang 10 orang
3 m2 / orang 3 m2 / orang 20%
Sumber Luas DA 10 m2 A 20 m2 DA DA A
45 m2 30 m2 21 m2 126 m2
Tabel 5. Besaran Ruang Pengelola Unit Hunian Kebutuhan Ruang Kamar tidur Ruang belajar Sirkulasi Total
Kapasitas Standar 4 orang 10 m2 4 orang 2 m2 / orang 20%
Sumber A A A
Luas 10 m2 8 m2 3.6 m2 21.6 m2
Sumber A A A
Luas 27 m2 100 m2 25.4 m2 152.4 m2
Tabel 6. Besaran Unit Hunian Perpustakaan Kebutuhan Ruang Ruang penyimpanan Ruang baca Sirkulasi Total
Kapasitas Standar 100 orang
1 m2 20%
Tabel 7. Besaran Ruang Perpustakaan Ruang Fitness Kebutuhan Ruang Ruang pengelola Ruang fitness Ruang ganti, bilas (pria dan wanita) Sirkulasi Total
Kapasitas 3 orang 50 orang 15 orang
Standar 3 m2 / orang 3 m2 / orang @ 16 m2
Sumber DA DA A
Luas 9 m2 150 m2 32 m2
20%
A
38.2 m2 230 m2
Tabel 8. Besaran Ruang Fitness
53
Laundry Kebutuhan Ruang Ruang penerima Ruang periksa Chemical storage Linen Ruang laundry Sirkulasi Total
Kapasitas Standar 21 m2 3 orang 2 m2 / orang 10 m2 10 m2 88 m2 20%
Sumber A DA A A A A
Luas 21 m2 6 m2 10 m2 10 m2 88 m2 27 m2 162 m2
Sumber A A A A
Luas 4 m2 50 m2 16 m2 14 m2 85 m2
Tabel 9. Besaran Ruang Laundry Mini Market Kebutuhan Ruang Kasir Ruang jual Gudang Sirkulasi Total
Kapasitas Standar 2 orang 2 m2 / orang
20%
Tabel 10. Besaran Ruang Mini Market Kantin Kebutuhan Ruang Kasir Ruang makan Dapur Toilet Gudang Sirkulasi Total
Kapasitas 2 orang 40 orang 3 orang 5 orang
Standar 3 m2 / orang 2,5 m2 / orang 3 m2 / orang 1,5 m2 / orang 20%
Sumber DA A A DA DA A
Luas 6 m2 100 m2 9 m2 7,5 m2 5 m2 25,5 m2 153 m2
Sumber A A A DA A
Luas 20 m2 21 m2 20 m2 30 m2 18.2 m2 109.2 m2
Tabel 11. Besaran Ruang Kantin Fasilitas Umum Kebutuhan Ruang ATM Fotokopi Wartel Warnet Sirkulasi Total
Kapasitas 10 unit 10 orang 10 orang 20 orang
Standar 2 m2 / orang 21 m2 2 m2 / orang 1,5 m2 / orang 20%
Tabel 12. Besaran Ruang Fasilitas Umum 54
Servis Kebutuhan Ruang Gudang peralatan Ruang generator Control Panel Ruang ME AHU Sirkulasi Total
Kapasitas Standar 1 unit
20 m2 / unit
15 unit
4 m2 / unit 20%
Sumber A A A A A A
Luas 15 m2 20 m2 10 m2 10 m2 60 m2 29 m2 174 m2
Tabel 13. Besaran Ruang Servis
KET : A = Asumsi; DA = Data Arsitek
Total kebutuhan luas unit hunian Unit hunian tipe 1
= 425 orang x 21,6 m2 4 = 2.295 m2
Unit hunian tipe 2
= 75 orang x 21,6 m2
(untuk mahasiswa jurusan
2
Arsitektur dan DKV) = 810 m2 jadi, total luas unit hunian = 3.105 m2 Total kebutuhan luas fasilitas = 1.191,6 m2 Maka luas total keseluruhan bangunan adalah 4.296,6 m2 < KLB (19.000 m2)
55
IV.2.7 Analisa Hubungan Antar Ruang
Servis
Asrama Pria
Fasilitas penunjang
Lobby Main Entrance
Side Entrance
Asrama Wanita
Pengelola
Gambar 8. Bubble Diagram Makro
Unit hunian
Lobby
Pengawas
Fasilitas penunjang
Unit hunian Ruang komunal
Gambar 9. Bubble Diagram Asrama
56
IV.3
Analisis Lingkungan Tapak Dalam analisa lingkungan ini, akan dituju beberapa hal penting yang akan mendukung perancangan Asrama Mahasiswa. Beberapa hal yang akan dituju lewat analisa ini yaitu: Pertama, penentuan letak main entrance dan service. Entrance merupakan elemen yang sangat penting keberadaanya dalam sebuah perancangan, karena dengan entrance yang sudah ditentukan, maka proses perancangan orientasi dan letak bangunan dan zoning akan lebih mudah karena pola sirkulasi di tapak sudah didapatkan. Kedua, setelah entrance ditetapkan maka penzoningan didalam tapak dapat ditentukan. Dengan penzoningan, dapat diketahui peruntukan lahan di dalam tapak, contohnya; menentukan daerah mana didalam tapak yang layak untuk hunian, daerah mana yang cocok untuk daerah public, dan sebagainya. Penzoningan juga mencakup untuk menentukan zoning vertikal (zoning didalam sebuah bangunan). Terakhir, lewat analisa lingkungan ini akan didapatkan letak dan orientasi massa bangunan. Setelah entrance dan zoning tapak sudah dianalisa dan sudah ditentukan, sekarang dapat ditentukan letak dan orientasi massa bangunan. Hal ini juga salah satu elemen yang penting, karena dengan menentukan letak massa di lahan yang tepat kenyamanan penghuni akan dapat dicapai dengan maksimal. Dengan orientasi massa sudah didapatkan, bisa dibuat point of interest di titik pusat orientasi itu untuk menambah keindahan dan nilai jual tapak tersebut. Untuk menentukan ketiga hal tersebut, diperlukan beberapa hal penting untuk dianalisa sehubungan dengan kondisi dan potensi lingkungan tapak.
57
IV.3.1 Analisa Kondisi dan Potensi Sekitar Tapak
Kebon Jeruk
Rawa Belong
Kebayoran Gambar 10. Kondisi dan Kepadatan Sekitar Tapak
Arus lalu lintas dari arah Kebayoran – Kebon Jeruk dan dari Jalan Rawa Belong memiliki intensitas kepadatan dan kebisingan yang sangat tinggi, apalagi pada jam-jam tertentu seperti pada waktu pergantian shift perkuliahan pada pukul 11.00, 13.00, 15.00, dan 17.00. Biasanya kedua arus lalu lintas yang padat itu akan bertemu di pertigaan dan menimbulkan kemacetan untuk dua arah tersebut.
58
Arus pemakai terbesar adalah dari Kebayoran ke arah kebon Jeruk karena arus tersebut adalah jalan utama dengan lebar jalan sekitar 10m. Artinya pintu masuk utama akan diletakkan di jalan utama agar mudah terlihat dan dicapai. Sedangkan arah dari Rawa Belong bukanlah jalan utama, selain lebar jalan kecil (sekitar 6m), di jalan ini juga banyak pedagang makanan yang berjualan di pinggir jalan, kendaraan yang diparkir sembarangan, dan banyak pejalan kaki sehingga kelancaran berkendara sangat sulit didapat di jalan ini.
Gambar 11. Kondisi Sekitar Tapak Warung dan pedagang makanan yang ada di pinggir jalan
Gambar 12. Pedagang Makanan Parkir sembarangan di pinggir jalan
Gambar 13. Kendaraan yang Parkir Dipinggir Jalan 59
Lalu kondisi bangunan yang letaknya berdempetan dan terlihat sudah tua membuat kesan kumuh. Daerah disekitar tapak jarang ditumbuhi pepohonan karena masyarakat sekitar lebih memilih untuk menjadikan lahan rumah mereka sebagai bangunan komersial seperti kos-kosan, rumah makan, toko komputer, tempat fotokopi, dan lain sebagainya. Hal ini membuat suhu udara disekitar sangat panas dan berdebu sekali.
Gambar 14. Bangunan Komersial Padatnya lingkungan yang ada di sekitar tapak karena banyaknya hunian penduduk. Ditambah dengan banyaknya bangunan komersial.
Bangunan Komersial
60 Gambar15. Bangunan Komersial2
Bisa disimpulkan bahwa tapak yang akan dibangun Asrama Mahasiswa ini berada di daerah yang macet, bising, panas, terkesan kumuh dan tidak nyaman. Padahal untuk suatu hunian seperti asrama ini sangat dibutuhkan ketenangan serta kenyamanan yang maksimal. Untuk menjawab permasalahan bising, maka pada bagian Barat tapak (bagian yang berbatasan langsung dengan jalan utama) diberi buffer berupa pagar tanaman dan double wall. Unit hunian dibuat lebih ke dalam tapak untuk mengurangi kebisingan. Tapak sebelumnya adalah bangunan hunian dan komersial, jadi topografi tapak hampir landai atau tidak berkontur. Tapak memiliki potensi yaitu banyak fasilitas yang sudah tersedia di sekitar tapak seperti warnet, mini mart, toko komputer, aksesoris, dan lainnya. Dan tentu saja tapak berada dekat dengan kampus, hal ini menjadi daya tarik mahasiswa khususnya dari luar kota Jakarta dan propinsi yang tertarik untuk memilih Asrama Mahasiswa Binus University ini.
IV.3.2 Analisa Entrance Suatu entrance dapat ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi sekitar tapak, kemudahan pencapaian, informatif bagi pengguna tapak, dan berdasarkan peraturan yang ada. Entrance dapat dibagi menjadi 2, yaitu main entrance (in dan out) dan side entrance (service). Menurut Neufert Architect Data ada beberapa kriteria dalam menentukan sebuah main Entrance, yaitu:
61
1. Lebar Jalan -
Lebar jalan utama didalam sebuah pemukiman dengan kondisi dua arah adalah 5.5 m
-
Untuk jalan 2 arah bagi pintu samping di sebuah pemukiman dan terbatas bagi mobil harus mempunyai lebar 4 m
2. Perletakan -
Terletak di daerah yang kepadatan arusnya relatif rendah
-
Mudah terlihat, informatif
-
Mudah diakses
Menurut peraturan, pintu masuk dan keluar tapak harus 15 m dari tikungan. Dengan alasan agar akses pencapaian ke tapak dapat mudah dilihat, mudah untuk dicapai dengan kendaraan, dan tidak menimbulkan kecelakaan. Jika terlalu dekat dengan tikungan, pengguna kendaraan akan kesulitan untuk menemukan dan memasuki tapak. Setelah menganalisa semua aspek untuk menentukan perletakan pintu masuk dan keluar tapak serta pintu servis, maka dapat dibuat beberapa alternatif sebagai berikut:
62
Alternatif 1 -
SERVICE
Kebon Jeruk
Pintu masuk dan keluar ada di jalan utama karena akan lebih mudah dicapai dan
IN
U
lebih informatif; -
Pintu
servis
ditaruh
di
tempat yang berbeda, yaitu ada di sebelah Utara tapak, untuk
OUT
kenyamanan
peng
huni asrama; -
Pintu keluar ditaruh agak jauh dari pertigaan dekat Kampus Anggrek agar tidak menimbulkan
Kebayoran
sumber
kemacetan yang baru;
Gambar 16. Alternatif Entrance1 -
Pintu keluar dapat membuat sumber kemacetan baru, jika kendaraan ingin ke arah Kebon Jeruk.
63
Alternatif 2 -
Kebon Jeruk
SERVICE
Pintu masuk dan pintu keluar ada di jalan utama, supaya lebih informatif
U
dan
mudah
dalam
pencapaiannya;
IN -
Pintu servis ditempatkan di Timur tapak, untuk
OUT
pemudahan keluar masuk kendaraan
servis
dan
pemusatan kegiatan; -
Pintu masuk dan keluar jauh
dari
pertigaan,
sehingga tidak menimbul
Kebayoran
kan kemacetan.
Gambar 17. Alternatif Entrance2
64
Alternatif 3 -
Kebon Jeruk
Pintu
masuk
tapak
SERVICE berada di jalan utama
OUT IN
untuk
U
memudahkan
penghuni
mencapai
tapak dan lebih mudah terlihat (informatif); -
Pintu keluar berada di jalan kecil di belakang tapak,
untuk
meng
hindari kepadatan lalu lintas di jalan utama ; -
Kebayoran
Pintu servis dibedakan untuk
kenyaman
penghuni asrama; Gambar 18. Alternatif Entrance3 -
Pintu masuk dan keluar didekatkan agar tidak menghabiskan lahan dalam tapak untuk membangun hunian;
-
Pintu keluar di jalanan yang kecil (hanya bisa satu arah), ditakutkan ada kendaraan dari arah berlawanan, dapat diatasi dengan memberi rambu-rambu satu arah.;
65
Dari ketiga alternatif diatas, penempatan entrance yang paling baik adalah alternatif ke 2. Pintu masuk dan keluar untuk kendaraan berada di jalan utama dan dibuat berdekatan untuk menghemat lahan tapak untuk sirkulasi kendaraan. Untuk mengatasi masalah kemacetan yang ditimbulkan dari sirkulasi keluar masuk tapak, pemecahannya adalah membuat entrance agak masuk ke dalam tapak. Lalu pintu servis ditempatkan di jalan kecil sebelah Barat tapak karena untuk mengurangi beban kemacetan arus lalu lintas
IV.3.3 Analisa Peruntukkan Lahan Untuk menentukan Zoning atau peruntukan lahan, haruslah dianalisa beberapa aspek terlebih dahulu, seperti analisa kondisi sekitar tapak, arus lalu lintas dan kepadatannya, view, kebisingan dan beberapa analisa yang lain, yaitu:
1. Analisa Kelompok Kegiatan Kegiatan yang ada di atas tapak dapat dibagi menjadi beberapa hal: -
Sarana private, dimana dibutuhkan ketenangan dan kenyamanan yang tinggi; serta dapat memenuhi kebutuhan ruang dan psikis penghuni,
-
Sarana umum, seperti kantor pengelola, lobby, wartel, warnet, mini market, kantin, dan perpustakaan; untuk ruang-ruang ini dibutuhkan tempat yang nyaman yang mendukung sosisalisasi penghuni;
-
Sarana servis, seperti laundry disiapkan untuk penghuni asrama mahasiswa.
66
2. Analisa Kebutuhan Ruang Luar Ruang luar dapat dibagi menjadi: -
Lahan parkir, disediakan lahan parkir untuk mobil dan motor ;
-
Lapangan, untuk mendukung kebutuhan mahasiswa untuk kesehatan;
-
Taman, digunakan sebagai buffer, penyaring udara, dan estetika.
3. Analisa Hubungan Antar Kelompok Kegiatan
Asrama Pria
Plaza
Pejalan kaki
Parkir
Lobby Main Entrance
Pengelola
Servis
Side entrance
Fasilitas penunjang
Asrama Wanita
Gambar 19. Bubble Diagram Makro
67
Pejalan kaki yang datang dari pedestrian kota akan diterima di plaza, setelah itu akan masuk ke lobby, dari lobby dapat diakses ke fasilitas penunjang atau unit hunian yang melalui ruang pengawas terlebih dahulu. Jika penghuni memakai kendaraan, setelah memarkir kendaraannya, penghuni/tamu masuk ke lobby, dan dapat ke unit hunian atau fasilitas penunjang.
4. Analisa View Pandangan dari luar tapak ke dalam tapak akan dibatasi dengan menggunakan penghalang berupa pepohonan atau pagar penghalang agar privasi penghuni dapat terjaga dengan baik.Untuk pandangan dari dalam tapak ke luar sangat tidak menarik, karena yang terlihat hanya kepadatan lalu lintas dan kesan kumuh bangunan-bangunan yang ada disekitar tapak. Bisa diatasi dengan membuat taman-taman disepanjang pagar pembatas agar pandangan ke luar tapak dapat dihalangi.
Gambar 20. Pagar Penghalang
Pagar penghalang sebagai penghalang pandangan dan juga penghalang sinar matahari langsung.
Sumber : studiodennysetiawan.blogspot.com/ 68
Setelah analisa beberapa hal, berikut beberapa alternatif zoning secara horizontal:
Alternatif 1 -
Zona Publik dan Semi publik ada di dekat jalan
Servis utama untuk memudahkan pengunjung
Publik & semi publik
mencari
informasi;
Hunian -
Zona pengembangan ada di bagian bawah tapak untuk
pengembangan
potensi
tapak
dan
bangunan di masa depan;
Pengembangan
-
Zona Hunian ada di bagian tengah tapak, jauh dari keramaian dan polusi
Gambar 21. Alternatif 1 Penzoningan -
udara;
Zona Servis ada di bagian belakang tapak, agar pemudahan pencapaian kendaraan servis.
69
Alternatif 2 -
Servis
Zona Publik ada di bagian atas dan samping tapak, sebagai buffer dari keramaian jalan;
Hunian
Publik
-
Zona Semi Publik ada di bagian bawah tapak dekat dengan zona public;
-
Zona Hunian ada di bagian belakang tapak, untuk kenyamanan penghuni;
Semi Publik
-
Zona Servis dapat diakses dari belakang tapak, untuk pemisahan fungsi dengan zona publik.
Gambar 22. Alternatif 2 Penzoningan Alternatif 3 -
Semi Publik
ZonaPublik ada di dekat jalan utama untuk
pemudahan
memudahkan
pencapaian
pelayanan
dan bagi
pengunjung tapak; -
Publik
Zona Semi Publik ada di dekat jalan terbesar kedua, sebagai buffer zona
Hunian
private -
Servis Gambar 23. Alternatif 3 Penzoningan
Zona Hunian ada di bagian belakang tapak, terlindung dari kebisingan;
-
Zona Servis ada di bagian bawah tapak.
70
Kesimpulan zoning setelah analisa diatas adalah :
Service
Publik & semi publik
Hunian
Pengembangan
Gambar 24. Kesimpulan Penzoningan Bagian depan tapak ada zona publik dan semi publik yang dekat dengan jalan utama, sehingga dapat menjadi buffer bagi zona hunian dari kebisingan dan polusi udara. Alasan lainnya adalah untuk memudahkan pengunjung tapak yang ingin mencari informasi tentang asrama.
71
Zona hunian ada di bagian tengah tapak, jauh dari jalan utama. Dirancang khusus untuk kenyamanan penghuni. Zona servis ada didekat hunian dan berada di bagian belakang tapak untuk memudahkan pencapaian kendaraan servis. Dan untuk bagian bawah tapak digunakan untuk daerah pengembangan jika di masa depan akan dilakukan pengembangan baik bangunan maupun potensi tapak.
Untuk alternatif zoning secara vertikal: Gambar 25. Alternatif 1 Penzoningan Vertikal
Alternatif 1
Hu ni an
Publik
-
S e r v i s
Semi publik
Zona publik dan semi public berada di lantai dasar untuk kemudahan penghuni/tamu mendapatkan pelayanan dari pengelola asrama atau fasilitas penunjang;
-
Zona Hunian berada di lantai atas agar terjaga privasinya;
-
Zona Servis di bagian belakang, untuk pemudahan aktifitas servis.
72
Alternatif 2
Publik
Semi publik
S e r v i s
Hu ni an
Gambar 26. Alternatif 2 Penzoningan Vertikal
-
Zona publik dan semi publik berada di lantai dasar untuk pemudahan pelayanan terhadap penghuni maupun pengunjung;
-
Zona Hunian berada mulai dari lantai dasar;
-
Zona Servis ada di bagian Barat untuk menahan radiasi matahari dari Barat.
Dari 2 alternatif di atas, dipilih alternatif ke 1 karena daerah hunian terjaga dari keramaian aktifitas, tetapi penghuni masih bisa dengan mudah mengakses fasilitas-fasilitas penunjang. Daerah publik dan semi publik dirancang di lantai dasar untuk memudahkan dalam memberikan pelayanan administrasi atau informasi. Lalu, daerah servis ada di bagian belakang untuk memudahkan aktifitas servis.
73
IV.3.4 Analisa Letak dan Orientasi Massa Berdasarkan analisa terhadap orientasi matahari, arah angin, bentuk tapak, kebisingan, jaringan pembuangan dan utilitas dapat ditentukan letak dan orientasi sebuah massa. Berikut beberapa analisa tersebut:
1. Analisa Orientasi Matahari Untuk menyikapi terik matahari, bangunan dibuat dengan bentuk
U
Radiasi Matahari
supaya mengurangi radiasi matahari dan juga pemanasan ruangan. Jika pemanasan dalam ruangan dapat dikurangi bahkan dihilangkan, maka beban listrik untuk pendingin ruangan (AC) akan sangat berkurang, bahkan AC tidak diperlukan sama sekali. Untuk potensi dari sinar matahari dapat digunakan untuk penerangan alamiah. Sebenarnya yang dibutuhkan untuk penerangan alami adalah terang dari langit, jadi untuk sisi Barat dan Timur bangunan akan dirancang ruangruang penunjang. Sedangkan hunian ada di sisi Utara - Selatan Unit hunian
U
Untuk kulit bangunan yang terkena sinar matahari langsung, khususnya bagian Barat menggunakan material batu alam dan sunscreen.
74
Jadi, untuk menyikapi matahari Barat, maka sebelah Barat tidak dirancang untuk unit hunian. Kalaupun terpaksa membuat bentuk bangunan memanjang dengan sumbu Utara Selatan, maka sebelah Barat bangunan akan dipakai untuk fasilitas-fasilitas asrama atau digunakan untuk daerah publik.
Unit Hunian
U
Bangunan Publik
Gambar 27. Analisa Massa terhadap Matahari
75
2. Analisa Arah Angin Angin adalah potensi yang baik untuk memberi kenyamanan didalam tapak. Masalahnya Jakarta adalah kota dengan iklim tropis basah dimana kecepatan angin rata-rata sangat rendah, jadi perlu sekali bangunan didisain supaya dapat menggunakan potensi maksimal dari angin ini. Dengan adanya angin ada banyak keuntungan, seperti: kenyamanan thermal manusia bisa dicapai dan pengudaraan alami yang dapat menghemat biaya listrik untuk pendingin ruangan. Angin datang dari berbagai arah, tetapi untuk tiupan angin terbesar rata-rata di tapak datang dari Tenggara menuju ke Barat Laut. Untuk menyikapi hal ini, bangunan sebaiknya dirancang dengan bentuk:
Barat Laut
U
Tenggara Gambar 28. Analisa Massa terhadap Angin
76
3. Analisa Jaringan Pembuangan dan Utilitas Untuk jaringan air pembuangan disekitar tapak, langsung disalurkan ke riol kota, karena tidak adanya sungai disekitar tapak. Biasanya air kotor akan disalurkan ke dalam bak-bak kontrol terlebih dahulu, tetapi karena di daerah sekitar tapak kebanyakan bangunan tidak memiliki pekarangan untuk membuat bak kontrol lagi, maka air langsung disalurkan ke saluran pembuangan atau disebut selokan. Jadi tidak ada masalah dalam perletakan massa didalam tapak karena semua jaringan pembuangan air akan disalurkan ke selokan.
Jarak dari tapak ke sungai sangat jauh
Gambar 29. Jaringan Pembuangan Air Kotor Untuk jaringan air bersih,didapat dari PAM. Untuk utilitas yang lain seperti listrik dan jaringan komunikasi tidak menjadi masalah. Karena jaringanjaringan tersebut dapat mencapai tapak dengan mudah. Jadi, perletakan massa dalam tapak tidak menjadi permasalahan.
77
Setelah menganalisa beberapa hal, untuk perletakan dan orientasi bangunan dapat dibuat beberapa alternatif sebagai berikut:
Alternatif 1 -
Massa
bangunan
meman
jang dengan sumbu Barat
U
Timur membuat sisi terpen dek saja yang terkena radiasi matahari; -
Bentuk
massa
tidak
mengikuti tapak; -
Massa
bangunan
akan
melawan arah angin yang datang.
Angin Gambar 30. Alternatif 1 Orientasi Massa Bangunan
78
Alternatif 2 -
Massa bangunan
meman jang dengan
sumbu Utara Selatan, membuat sisi
U
terpanjang
banyak
terkena
radiasi
matahari; -
Bentuk massa sesuai dengan tapak;
-
Massa hampir searah dengan arah angin, jadi angin masih dapat masuk ke dalam bangunan.
Gambar 31. Alternatif 2 Orientasi Massa Bangunan Alternatif 3 -
Massa bangunan diagonal dengan sumbu Tenggara-Barat Laut, bagian
U
bangunan ada yang terkena radiasi matahari; -
Massa searah dengan arah angin, angin dapat
leluasa
masuk
ke
dalam
bangunan; -
Bentuk massa tidak mengikuti tapak.
Gambar 32. Alternatif 3 Orientasi Massa Bangunan
79
Setelah menganalisa alternatif orientasi massa, bisa disimpulkan orientasi massa akan dibuat perpaduan dari ketiga bentuk massa diatas. Untuk massa dengan bentuk memanjang dengan sumbu Utara Selatan digunakan untuk bangunan publik dan semi publik karena bentuknya yang sesuai dengan tapak. Untuk hunian digunakan massa dengan bentuk memanjang sumbu Barat Timur dengan sedikit dimiringkan agar sinar matahari masih bisa masuk ke dalam bangunan dan angin juga dapat masuk dengan maksimal dalam bangunan.
U
Buffer berupa pepohonan
Unit hunian Bangunan publik dan fasilitas pendukung
Gambar 33. Orientasi Massa Bangunan
80
IV.4
Analisis Bangunan
IV.4.1 Bentuk Bangunan Dalam menentukan bentuk bangunan perlu diperhatikan dari analisa bentuk tapak, analisa kondisi lingkungan sekitar, dan fungsi bangunan. Menurut Francis D.K.Ching dalam buku Architecture Form, Space, and Order, secara umum bentuk dasar bangunan secara umum dibagi tiga, yaitu:
Segitiga -
U
Bentuk massa tidak sesuai dengan tapak;
-
Sulit dalam pengolahan ruang dan fleksibilitasnya, karena banyaknya sudut-sudut lancip;
-
Dapat digabungkan dengan bentuk yang lain;
-
Mudah dikembangkan di ketiga sisinya.
Gambar 34. Bentuk Massa Segitiga
81
Lingkaran -
U
Bentuk massa tidak sesuai dengan tapak;
-
Sulit dalam pengolahan ruang dan fleksibilitasnya;
-
Tidak dapat digabungkan dengan bentuk yang lain;
-
Sulit dikembangkan.
Gambar 35. Bentuk Massa Lingkaran
Segi empat -
U
Bentuk
massa
sesuai
dengan
tapak; -
Mudah untuk pengelolaan ruang dan fleksibilitasnya;
-
Dapat digabungkan dengan bentuk massa yang lain;
-
Mudah untuk dikembangkan.
Gambar 36. Bentuk Massa Persegi
82
Setelah menganalisis ketiga bentuk diatas, bentuk yang paling baik untuk bentuk tapak dan pengolahan ruang adalah bentuk segi empat. Dari beberapa studi literatur tentang bentuk asrama:
Gambar 37. Tipologi Asrama Ternyata, didapatkan banyak asrama yang memakai bentuk pipih dikarenakan asrama memakai sistem single atau double koridor dan persentase bukaan dengan dinding masif adalah 40% : 60%.
Gambar 38. Single Koridor
Dengan memakai single koridor maka matahari langsung dari kedua sisi didapatkan dengan maksimal. Hal ini dapat mengurangi pemakaian lampu dari pagi hingga sore hari.
Gambar 39. Analisa Single Koridor 83
Gambar 40. Double Koridor Dengan memakai system double koridor, daerah tengah dipastikan akan gelap. Penyelesaiannya bisa dipakai skylight atau membuat bukaan di daerah koridor.
Gambar 41. Analisa Double Koridor Bangunan Asrama yang dirancang akan memakai sistem double koridor dikarenakan adanya keterbatasan lahan dan ketinggian maksimum yang ada.
84
Pola bentuk bangunan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
-
Mengatasi
U
lahan
yang
terbatas
dengan tidak menghabiskan sirkulasi dalam tapak; -
Sifat bangunan memusat;
-
Pengawasan
dan
pemeliharaan
bangunan mudah; -
Tidak dinamis;
-
Pemisahan kelompok kegiatan tidak jelas.
Gambar 42. Pola Massa Tunggal
U
-
Pemisahan kelompok kegiatan jelas;
-
Perletakan bangunan lebih dinamis;
-
Menciptakan space yang menarik;
-
Lahan akan habis dengan sirkulasi;
-
Pemeliharaan
dan
pengawasan
bangunan sulit.
Gambar 43. Pola Massa Majemuk
85
Dari 2 pilihan diatas, pola bangunan yang dipilih adalah pola massa tunggal, dengan alasan karena terbatasnya lahan yang ada dan kegiatan yang memusat pada satu bangunan saja. Pemisahan hunian dan daerah publik dirancang dengan perbedaan tingkat (daerah publik dan penunjang ada di lantai 1, sedangkan hunian dimulai dari lantai 2).
IV.4.2 Utilitas Bangunan 1. Sistem Intalasi Air Sistem instalasi air dikategorikan menjadi: -
Sistem air bersih, yang didapat dari PAM lalu disalurkan ke reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas setelah itu baru disalurkan ke unitunit hunian.
-
Sistem air kotor cair, yang didapat dari kamar mandi, cuci piring, cuci baju dialirkan ke bak penampungan air kotor, setelah itu baru dialirkan ke riol kota.
-
Sistem air kotor padat, dialirkan melalui pipa-pipa langsung ke septi tank.
-
Jaringan air hujan, air hujan akan masuk ke talang air lalu dialirkan ke sumur resapan.
Usaha penghematan air yang dapat dilakukan: -
Untuk keperluan mandi menggunakan shower daripada bathtub,
-
Kloset menggunakan dual flush,
-
Keran air dibuat untuk dapat mengalir dengan intensitas air tertentu.
86
2. Sistem Pembuangan Sampah Sampah-sampah kamar asrama dikumpulkan didepan kamar, setelah itu ada petugas kebersihan yang membawa sampah tersebut ke saluran pembuangan yang ada di setiap lantai (di dasar saluran dibuat TPS), setelah dari TPS sampah diangkut oleh truk pengangkut sampah untuk dibawa ke TPA.
3. Sistem Komunikasi Perkembangan teknologi telah melahirkan banyak sistem komunikasi yang sangat luar biasa. Beberapa sistem komunikasi yang dapat dipakai adalah: - Telepon, handphone, dan faksimile; - LAN (Local Area Network), yaitu gabungan dari beberapa Personal Computer (PC) atau notebook yang dihubungkan oleh jaringan nirkabel melalui internet. - Loud speaker, untuk mengumumkan informasi penting.
4. Sistem Keamanan - Untuk pengamanan terhadap bahaya kebakaran, disediakan 1. tangga darurat, 2. hidran, - Untuk bahaya gempa, dibuat sistem keluar darurat yang jelas. - Untuk bahaya banjir, bangunan dibuat lebih tinggi dari tanah. - Untuk penangkal petir, memakai sistem faraday. - Untuk keamanan lingkungan, disediakan:
87
1. Pos jaga 24 jam; 2. Petugas yang berkeliling bangunan; 3. Kamera CCTV.
IV.4.3 Fisika Bangunan 1. Sistem Pencahayaan Sumber untuk pencahayaan alami yang digunakan pada pagi dan siang hari dapat dibagi dua sumber yaitu sinar matahari langsung dan terang langit. Sinar matahari adalah sumber pencahayaan yang paling memiliki tingkat kecerahan paling tinggi. Tapi, jika bangunan tidak dirancang dengan benar, maka bangunan asrama ini akan mengalami masalah dengan sinar matahari. Masalah pertama adalah silau, dan yang kedua adalah radiasi atau panas yang dibawa oleh sinar matahari. Sinar yang dapat dipakai untuk kesehatan hanyalah dari pukul 06.00 sampai 10.00 pagi, sedangkan sisanya tidak menyehatkan. Sumber yang kedua adalah terang langit. Terang langit adalah terang yang didapat akibat pantulan sinar matahari dari partikel-partikel udara. Terang langit ini didapat banyak dari arah Utara dan Selatan. Terang langit relatif tidak menimbulkan masalah, karena sinar yang masuk ke dalam bangunan tidak membawa panas. Tapi, tingkat kecerahannya tidak secerah sinar matahari langsung. Jadi bidang bangunan yang terpanjang diletakkan pada sisi Utara – Selatan untuk mendapat terang langit yang maksimal.
88
Terang langit
U Gambar 44. Pencahayaan Alami
Untuk pencahayaan buatan menggunakan lampu. Penggunaan lampu tidak dapat dihindari tetapi dapat dihindari intensitas pemakaian lampu yang berlebihan sperti di pagi dan siang hari. Usaha untuk menghemat biaya listrik dan energi yang dihasilkan oleh lampu dapat ditempuh dengan beberapa cara: -
Memperhatikan penempatan titik lampu;
-
Memakai lampu hemat energi;
89
-
Lampu yang terletak di fasilitas penunjang seperti kantin, perpustakaan, fitness, wartel, dll menggunakan teknologi photocensor, dimana ketika intensitas cahaya berkurang atau ketika keadaan gelap, lampu baru menyala;
-
Lampu dalam unit hunian dapat menggunakan timer, dimana waktu untuk lampu menyala diatur pada pukul 18.00 - 05.00, di luar jam tersebut jika penghuni membutuhkan lampu bisa digunakan lampu baca yang sudah disediakan.
2. Sistem Pengudaraan Pengudaraan alami dapat dibuat dengan cara membuat sistem ventilasi silang dalam bangunan dengan bukaan yang lebar, membuat ventilasi atap, memperhatikan material yang dipakai, dan membuat plafond dengan ketinggian minimal 3 m. Pendingin ruangan berupa AC tidak digunakan untuk asrama mahasiswa ini, karena rata-rata 44% konsumsi energi suatu hunian dihabiskan oleh pengoperasian alat ini. Untuk pengudaraan buatan akan dipakai ceiling fan atau kipas angin listrik saja. Karena kipas angin tidak mengeluarkan zat berbahaya atauapun panas seperti AC dan konsumsi energi tidak sebanyak pemakaian AC.
90
IV.4.4 Struktur Bangunan Struktur bangunan adalah elemen yang penting untuk merancang suatu bangunan, karena tanpa struktur berarti bangunan seperti tanpa ”tulang”. Untuk analisa struktur bangunan dipengaruhi oleh : -
keadaan kondisi tanah di tapak,
-
faktor biaya dan waktu,
-
aktifitas yang ada di dalam bangunan,
-
kondisi sekitar tapak (untuk pengangkutan)
1. Upper Structure Sebagai pendukung penyalur beban, baik beban mati maupun beban hidup ke sub structure. Penentuan struktur ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: -
Struktur yang sesuai dengan bangunan asrama yang maksimal 4 lantai;
-
Kemampuan menyalurkan beban secara horisontal maupun vertikal terhadap beban bangunan;
-
Mudah, cepat, dan murah dalam pemasangan dan perawatan;
-
Memungkinkan terciptanya fleksibilitas dalam perletakan ruang;
-
Mudah dalam pengembangan bangunan lebih lanjut.
Dengan beberapa pertimbangan tersebut maka, upper structure menggunakan kolom beton dan balok sebagai struktur utama.
91
2. Sub Structure Pondasi bangunan akan disesuaikan dengan sigma kekerasan tanah di site yang akan dibangun, dalam hal ini adalah tiang pancang. Pemasangan pondasi menggunakan sistem hydraulic pile dengan alasan tidak menganggu lingkungan sekitar dan lebih hemat dalam segi waktu (10 kali lebih cepat daripada dengan cara pemukulan tiang pancang).
Gambar 45. Proses Pemasangan Tiang Pancang Dengan Hydraulic Pile
Sumber : zefiro.info/ home.html 92
IV.4.5 Analisa Topik dan Tema Dalam perancangan Asrama Mahasiswa ini topik hemat energi akan dipersempit menjadi hemat energi listrik dalam bangunan. Dan memakai gaya arsitektur tropis modern dalam mengembangkan asrama ini. Tropis modern adalah arsitektur yang mempertemukan arsitektur tradisional setempat yang dalam hal ini adalah tropis dengan gaya arsitektur modern yang sedang banyak diminati. Alasan mengapa bangunan dibuat dengan gaya tropis modern karena mendukung penghematan energi listrik yang diusung dalam tema perancangan ini.
Orientasi Massa Bangunan
Hunian
Balkon
Gambar 46. Orientasi Massa
Arah datangnya angin
Unit hunian dibuat dengan orientasi seperti ini untuk menghindari radiasi sinar matahari baik dari Barat maupun dari Timur. Lalu bentuk balkon dibuat demikian dengan tujuan menampung angin semaksimal mungkin.
93
Oversteg Fasade bangunan akan dirancang dengan penggunaan oversteg agar cahaya matahari didapat, tetapi radiasi yang masuk ke dalam bangunan tidak banyak sehingga kenyamanan ruangan tetap terjaga. Perlu diperhatikan adalah sudut datang matahari. Lintasan matahari tidak selamanya tegak lurus, kecuali daerah tepat khatulistiwa (contohnya Pontianak). Jakarta terletak sekitar 6o Lintang Selatan, maka lintasan matahari akan sedikit condong ke Selatan pada sekitar bulan Oktober sampai April, dan condong ke Utara pada bulan April sampai Oktober. Lalu sudut datang matahari setiap jam juga berbeda (dapat dilihat gambar di bawah ini)
Gambar 47. Sudut Jatuhnya Matahari Setiap Jam
Gambar 48. Lintasan Matahari Antara Bulan April-Oktober
Gambar 49. Lintasan Matahari Antara Bulan Oktober-April
94
Dengan memikirkan hal tersebut di atas, dapat dibuat berapa lebar oversteg dan berapa tinggi jendela dari lantai serta berapa tinggi jendela yang dibutuhkan untuk menyerap sinar matahari yang diinginkan saja.
10.00 09.00 08.00
Teritisan
07.00
Krepyak
Jendela
Timur
Gambar 50. Penentuan Lebar Teritisan dan Jendela
Sun Louvres Pemakaian sun louvres juga dapat diterapkan untuk sisi bangunan yang menghadap Barat atau Timur agar didapatkan pencahayaan alami tetapi dengan radiasi matahari yang minimal. Sun louvres bisa juga dipakai sebagai ventilasi silang.
95
Gambar 51. Sun Louvres
Sumber : www.osborne-hume.co.nz/sun.htm
Gambar 52. Penerapan Pada Bangunan
Sumber : www.alutek.com.au/sun_control.htm 96
Roof garden Untuk atap dapat digunakan roof garden sebagai alternatif dari atap tropis yaitu atap pelana atau perisai. Beberapa keuntungan memakai roof garden antara lain: mendinginkan ruang dibawahnya, mempercantik bangunan, membantu penyerapan air hujan, melindungi bangunan dari kebisingan dari luar (seperti efek ruang bawah tanah). Gambar 53. Potongan Roof Garden
Sumber : www.nzwerf.org.nz/publications/sw602 /sw602images/fig5-3roofgarden.gif
Gambar 54. penerapan Roof Garden
.
97
Jenis Bukaan
Double hung
Casement
Sliding
Jalousi
Hinged
Hopper
Gambar 55. Jenis-Jenis Bukaan
Jenis jendela yang dipakai adalah jendela dengan sistem hinged digabung dengan jalousi pada bagian atasnya. Dipilih jendela jenis hinged supaya angin dapat masuk tetapi ketika hujan, air yang dibawa tidak ikut masuk ke dalam ruang.
Material Dalam penerapan arsitektur berkelanjutan bergaya tropis modern, diperlukan material bangunan yang mendukung, seperti:
1. Batu bata cerdik (Celcon) Celcon memiliki beberapa keunggulan seperti: hemat energi, kuat tekanan tinggi (sampai 20 ton), pengerjaan mudah dan cepat (dapat dibor,
98
digergaji, dipahat dan dipaku), kedap suara, dan ringan (30% lebih ringan dari batu bata biasa). Celcon memiliki standard dimensi 590 x 190 mm dengan berbagai macam ketebalan 75 mm, 100 mm, 125 mm, dan 150 mm. Celcon akan digunakan sebagai material dinding utama. Lalu dinding utama dilapisi dengan cat berwarna terang, karena warna terang memantulkan cahaya lebih besar sehingga ruang menjadi lebih besar. 2. Kaca Untuk kenyamanan bangunan gedung sebaiknya dipilih bahan yang mempunyai sifat fisik memantulkan panas, tidak menyerap atau bahkan angka absorbsi dan angka transmisi kalornya rendah, kaca memiliki karekteristik tersebut. Penggunaan bahan bangunan sebagai dinding luar bangunan dengan pilihan bahan dengan ketebalan tertentu sangat berpengaruh terhadap panas yang ditransimisikan kedalam ruang dalam bangunan. Penggunaan kaca yang menghadap sumber kebisingan selain baik untuk penerangan dalam ruang, tingkat kebisingan yang diterima tetap dapat diperkecil. Material kaca ini dapat menggunakan radiation repelling glass atau glass block untuk menahan radiasi matahari yang terbawa. 3. Keramik Keramik merupakan bahan lantai yang paling banyak digunakan karena cocok dengan iklim di Indonesia yaitu tidak menyerap air dan memantulkan sinar matahari. Keunggulan lainnya adalah mudah dalam pemasangan, banyak pilihan, dan tidak mudah tergores. Untuk pemakaian di ruang yang terkena air,
99
sebaiknya memakai keramik yang bertekstur kasar, sedangkan untuk ruangruang lainnya dapat menggunakan keramik yang halus. 4. Gypsum Pemilihan material gypsum ini dikarenakan bahan gypsum yang mengandung kalsium sulfat dan bahan mentah gypsum yang terbuat dari mineral dan FGD. Dalam proses pembuatannya, material gypsum memanfaatkan gas natural. Material gypsum juga terbuat dari 75% bahan yang dapat di daur ulang serta sekitar 10% dari bahan daur ulang. Hal ini membaut gypsum memenuhi prinsip sustainable design. Gypsum digunakan untuk melapisi bagian interior asrama dan plafond. 5. Baja Baja adalah material yang sekarang ini banyak dipakai karena mudah dalam penggunaan, tahan karat, mudah dalam perawatan, tahan panas, kuat tetapi liat (mudah dibentuk). Baja dipakai sebagai pilihan untuk rangka atap. 6. Besi Untuk menghasilkan sebuah besi dari biji besi adalah suatu proses yang sangat panjang dan memerlukan banyak energi, maka itu banyak besi diambil dari bahan bangunan yang sudah tidak terpakai lagi (reuse). Besi bekas banyak dipakai untuk material bangunan. Cukup dengan dilapisi dengan beberapa lapisan lagi, besi bisa terlihat baru kembali. Besi dipakai sebagai railing.
100
Perhitungan Dalam
usaha
menghemat
energi,
khususnya
energi
listrik
untuk
pencahayaan buatan harus dapat dihemat.Untuk pencahayaan buatan dapat digunakan sebuah lampu hemat energi. Berikut akan dibahas terlebih dahulu cara menghitung besar energi listrik yang dikonsumsi : Energi (kWh) = Daya (Watt) x Waktu (hour) Menurut kutipan dari Pekik Argo Dahono yang dimuat dalam Kompas edisi 12 Juli 2005, jika kita menghemat daya sebesar 100 watt selama 10 jam, maka kita menghemat energi sebesar 1000 watt-jam atau 1 kWh. Ini artinya pada pembangkit tenaga listrik akan terjadi penghematan sebesar 10 kali lipat, yaitu 10 kWh. Energi sebesar ini setara dengan 0,75 liter solar atau 1,5 kg batu bara. Saya berikan permisalan untuk perhitungan; luas unit hunian 5,4m x 3,9m = 21,06 m2. Dengan luas demikian cukup dipergunakan 2 titik lampu x 5w = 10w. Asrama hemat energi
Asrama tidak hemat energi
Keterangan
Lampu pada unit hunian (2 titik
Lampu pada unit hunian (2
Satu lampu HE memakai
lampu) = 10 watt
titik lampu) = 10 watt
daya 5 watt
Waktu pemakaian pukul 19.00-
Waktu pemakaian pukul 16.00
Karena ruangan tidak
06.00 (11 jam)
– 07.00 (15 jam)
mendapatkan cahaya alami
Energi yang dihasilkan = 10
Energi yang dihasilkan = 10
watt x 11 jam = 110 kWh
watt x 15 jam = 150kWh
Biaya dari PLN = 110 x 560 =
Biaya dari PLN = 140 x 560 =
Rp. 61.600
Rp. 78.400
Biaya dari PLN Rp.560/kWh
Tabel 14. Perhitungan Dengan Menggunakan Lampu Hemat Energi per Unit Hunian 101
Tabel 15. Simulasi Perhitungan Hemat Energi Lampu HE Energi yang dipakai
5 watt
Lampu pijar 25 watt
Keterangan Satu lampu HE bisa hemat energi sampai 1/5 lampu pijar
Banyaknya lampu
1
1
Lama digunakan
12.000 jam
12.000 jam
Umur lampu
6.000 jam
1.000 jam
1
Lampu pijar harus diganti sebanyak 12 kali
Konsumsi
60 kWh
300 kWh
energi/jam Biaya dari PLN/kWh Rp. 33.600
Rp. 168.000
(misal Rp.560/kWh) Harga Lampu
Total biaya
Rp. 37.900 x
Rp. 3.900 x
Harga 12 lampu pijar lebih murah, tapi
2 = Rp.
12 = Rp.
bila ditambahkan dengan biaya PLN
75.800
46.800
totalnya lebih mahal
Rp. 109.400
Rp. 214.800
Sumber: PT. OSRAM INDONESIA Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bangunan asrama memakai lampu hemat energi. Tetapi batas pemakaian hanya dari pukul 19.00 – 06.00 pagi.
102