37
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Laporan piutang dagang, penjualan kredit, dan persediaan sebelum dan sesudah adanya kebijakan. Tabel 1 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Laporan piutang dagang sebelum adanya kebijakan Untuk periode 2001 sampai dengan 2003 (dalam ribuan rupiah) Tahun 2001 2002 2003 Rata - rata
Piutang Dagang 1,391,997 1,184,482 1,424,212 1,333,564
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tabel 2 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Laporan piutang dagang setelah adanya kebijakan Untuk periode 2004 sampai dengan 2006 (dalam ribuan rupiah) Tahun 2004 2005 2006 Rata - rata
Piutang Dagang 1,363,054 2,364,332 2,046,808 1,924,731
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
38
Tabel 3 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Laporan penjualan kredit sebelum adanya kebijakan Untuk periode 2001 sampai dengan 2003 (dalam ribuan rupiah) Tahun 2001 2002 2003 Rata - rata
Penjualan kredit 5,436,965 5,367,872 5,498,902 5,434,580
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tabel 4 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Laporan penjualan kredit setelah adanya kebijakan Untuk periode 2004 sampai dengan 2006 (dalam ribuan rupiah) Tahun 2004 2005 2006 Rata - rata
Penjualan kredit 6,849,902 10,359,372 10,838,458 9,349,244
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
39
Tabel 5 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Laporan persediaan sebelum adanya kebijakan Untuk periode 2001 sampai dengan 2003 (dalam ribuan rupiah) Tahun 2001 2002 2003 Rata - rata
Persediaan 1,107,784 978,261 1,302,092 1,129,379
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tabel 6 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Laporan persediaan setelah adanya kebijakan Untuk periode 2004 sampai dengan 2006 (dalam ribuan rupiah) Tahun 2004 2005 2006 Rata - rata
Persediaan 814,202 2,148,103 1,603,720 1,522,008
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
B. Analisa Rasio Keuangan Laporan Keuangan mencerminkan keadaan finansial perusahaan, maka untuk mengetahui posisi finansial suatu perusahaan adalah dengan cara membandingkan angka-angka rasio periode yang lalu dengan periode saat ini. Dalam menganalisis laporan keuangan, analisis rasio yang akan
40
digunakan untuk mengukur kinerja pada PT Antareja Agung Perkasa meliputi : 1. Receivable Turn Over Receivable Turn Over menimbang proporsi penjualan kredit bersih dengan rata-rata piutang. Tabel 7 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Receivable turn over sebelum adanya kebijakan Untuk periode 2001 sampai dengan 2003 Tahun 2001 2003 2003
Penjualan kredit bersih 1,552,847 4,367,872 5,498,216
Rata-rata piutang 1,391,997 2,960,360 4,933,059
Receivable turn over 1.1 1.5 1.1
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tahun 2001 receivable turn over sebesar 1.1 kali,
berarti
perputaran piutang yang terjadi pada tahun 2001 adalah sebesar 1.1 kali bila dibandingkan antara penjualan kredit dengan total rata-rata piutang tahun 2002 receivable turn over sebesar 1.5 kali perputaran yang berarti perputaran piutang dagang sebanyak 1.5 kali bila dibandingkan dengan rata-rata piutang antara tahun 2001 dan 2002, sedangkan tahun 2003 sebesar 1.1 kali yang berarti perputaran piutang dagang sebanyak 1.1 kali bila dibandingkan dengan rata-rata piutang antara tahun 2002 dan 2003. Perbedaan receivable turn over antara tahun 2001 dan 2002 yaitu antara 1.1 kali dengan 1.5 perputaran disebabkan pada tahun 2002 terjadi peningkatan penjualan kredit dan banyaknya pembayaran piutang ditahun
41
2002 sehingga perputaran piutang ditahun 2002 menjadi lebih besar, sedangkan antara tahun 2002 dan 2003 terjadi penurunan yaitu 1.5 kali pada tahun 2002 dan 1.1 kali pada tahun 2003 hal ini disebabkan banyaknya piutang yang belum jatuh tempo ditahun 2002 dan tahun 2003 sehingga membuat penurunan terhadap receivable turn over.
Tabel 8 PT Antareja Agung Perkasa Receivable Turn Over setelah adanya kebijakan Periode tahun 2004 sampai dengan 2006
Penjualan kredit
Rata-rata
Receivable
2004
bersih 6,849,902
piutang 6,174,074
Turn Over 1.1
2005
10,359,371
8,604,637
1.2
2006
10,838,458
10,598,915
1.02
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tahun 2004 receivable turn over sebesar 1.1 kali yang berarti perputaran piutang yang terjadi pada tahun 2004 adalah sebesar 1.1 kali bila dibandingkan antara penjualan kredit dengan total rata-rata piutang antara tahun 2003 dan 2004, tahun 2005 receivable turn over sebesar 1.2 kali perputaran yang berarti perputaran piutang dagang sebanyak 1.2 kali bila dibandingkan dengan rata-rata piutang antara tahun
42
2004 dan 2005, sedangkan tahun 2006 sebesar 1.02 kali yang berarti perputaran piutang dagang sebanyak 1.02 kali bila dibandingkan dengan rata-rata piutang antara tahun 2005 dan 2006. Pada tahun 2003 dan 2004 receivable turn over mempunyai nilai yang sama karena penagihan terhadap
piutang yang telah jatuh tempo
ditingkatkan
dengan
ditambahnya karyawan bagian penagihan walaupun penjualan kredit pada tahun 2004 mengalami peningkatan. Receivable turn over tahun 2005 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2004 yaitu sebesar 1.2 kali perputaran pada tahun 2005 dan 1.1 kali pada tahun 2004 hal ini disebabkan banyaknya piutang yang telah jatuh tempo pada tahun 2005 sehingga terjadipeningkatan terhadap receivable turn over tahun 2005, sedangkan antara tahun 2005 dan tahun 2006 terjadi penurunan terhadap receivable turn over hal ini disebabkan banyaknya piutang yang belum jatuh tempo pada tahun 2006.
43
2. Inventory Turn Over Tabel 9 PT Antareja Agung Perkasa Inventory Turn Over Sebelum adanya kebijakan Periode tahun 2001 sampai dengan 2003
Tahun 2001 2002 2003
Harga Pokok Penjualan 5,638,475 5,742,914 5,773,868
Rata-rata persediaan 1,107,784 1,043,023 1,140,176
Inventory turn over 5.1 5.5 5.1
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tahun 2001 inventory turn over sebesar 5.1 kali perputaran berarti persediaan mengalami perputaran sebanyak 5.1 kali dari rata-rata persediaan pada tahun 2001, tahun 2002 inventory turn over sebesar 5.5 kali yang berarti persediaan mengalami perputaran sebanyak 5.5 kali dari rata-rata persediaan antara tahun 2001 dan tahun 2002, sedangkan pada tahun 2003 inventory turn over sebesar 5.1 kali yang berarti persediaan mengalami perputaran sebanyak 5.1 kali dari rata-rata persediaan antara tahun 2002 dan tahun 2003. Inventory turn over pada tahun 2002 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2001, hal ini dikarenakan pada tahun 2002 terjadi banyak permintaan barang atau penjualan dibandingkan dengan tahun 2001 sehingga berakibat banyaknya pembelian barang,sedangkan antara tahun tahun 2002 dan 2003 terjadi penurunan terhadap inventory turn over, hal ini
44
dikarenakan masih banyaknya sisa persediaan pada tahun 2002 yang berakibat perusahaan menahan pembelian barang pada tahun 2003.
Tabel 10 PT Antareja Agung Perkasa Inventory Turn Over setelah adanya kebijakan Periode tahun 2004 sampai dengan 2006
Harga pokok
Rata-rata
Inventory Turn
2004
penjualan 7,104,778
persediaan 1,058,147
Over 6.7
2005
10,680,570
1,481,153
7.2
2006
11,338,614
1,875,912
6.0
Tahun
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tahun 2004 inventory turn over sebesar 6.7 kali perputaran berarti persediaan mengalami perputaran sebanyak kali 6.7 kali dari rata-rata persediaan pada tahun 2003 dan tahun 2004, tahun 2005 inventory turn over sebesar 7.2 kali yang berarti persediaan mengalami perputaran sebanyak 7.2 kali dari rata-rata persediaan antara tahun 2004 dan tahun 2005, sedangkan pada tahun 2006 inventory turn over sebesar 6.0 kali yang berarti persediaan mengalami perputaran sebanyak 6.0 kali dari rata-rata persediaan antara tahun 2005 dan tahun 2006. Inventory turn over pada tahun 2004 mengalami peningkatan
45
dibandingkan tahun 2005, hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan terhadap
penjualan
sehingga
berakibat
besarnya
pembelian
persediaanan , dan antara tahun 2004 dan tahun 2005 penjualan kredit mengalami peningkatan yang cukup signifikan sehingga perusahaan mengimbangi dengan pembelian persediaan dalam memenuhi pesanan, sedangkan pada tahun 2006 inventory turn over mengalami penurunan, hal ini dikarenakan masih adanya sisa persediaan tahun 2005 sehingga perusahaan menahan untuk membeli persediaan.
3. Profit Margin.
Tabel 11 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Profit margin sebelum adanya kebijakan Untuk periode 2001 sampai dengan 2003 Tahun
Net profit
Penjualan
Profit margin (%)
2001 2002 2003
238,009 300,616 342,610
7,058,396 6,881,887 6,872,808
3.37 4.37 4.99
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tahun 2001 profit margin sebesar 3.37 % berarti margin keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 3.37 % dari hasil penjualan keseluruhan pada tahun 2001, tahun 2002 profit margin sebesar 4.37 % dari hasil penjualan keseluruhan pada tahun 2002, sedangkan pada
46
tahun 2003 profit margin sebesar 4.99 % berarti margin keuntungan yang didapat adalah sebesar 4.99 % dari hasil penjualan keseluruhan pada tahun 2003. Meningkatnya profit margin antara tahun 2001 dan tahun 2002 disebabkan dengan adanya peningkatan penjualan pada tahun 2003 dengan tahun 2002, penjualan kredit terjadi peningkatan dibandingkan dengan tahun 2002.
Tabel 12 PT ANTAREJA AGUNG PERKASA Profit margin setelah adanya kebijakan Untuk periode 2004 sampai dengan 2006
Tahun
Net Profit
Penjualan
Profit margin
2004
1,099,633
8,895,977
12.36
2005
1,050,729
13,281,246
7.91
2006
930,372
13,719,567
6.78
Sumber : Laporan Keuangan PT Antareja Agung Perkasa
Tahun 2004 profit margin sebesar 12.36 %
berarti margin
keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 12.376% dari hasil penjualan keseluruhan pada tahun 2004, tahun 2005 profit margin sebesar 7.91 % dari hasil penjualan keseluruhan pada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2006 profit margin sebesar 6.78 % berarti margin keuntungan yang didapat adalah sebesar 6.78 % dari hasil penjualan keseluruhan pada tahun 2006. Pada tahun 2004 terjadi peningkatan margin
47
keuntungan yang sangat signifikan, hal ini dikarenakan adanya peningkatan penjualan yang sangat singnifikan, sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan terhadap margin keuntungan walaupun terjadinya peningkatan pada penjualan hal ini dikarenakan besarnya biaya promosi dan besarnya kerugian terhadap selisih kurs pada tahun 2005, demikian juga pada tahun 2006 meskipun biaya promosi ditekan, akan tetapi selisih kurs yang berlaku pada tahun 2006 sangat tinggi.