BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS DATA 1.
Deskripsi Responden Penelitian Responden dari penelitian ini adalah seluruh pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu pertanyaan mengenai identitas responden dan pertanyaan mengenai kedua variabel independen yaitu modal kerja dan jumlah tenaga kerja dan variabel dependen penelitian adalah pendapatan pengusaha. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, pendidikan dan lama usaha. Penggolongan yang dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran responden sebagai objek penelitian. Gambaran umum objek penelitian tersebut satu per satu dapat diuraikan sebagai berikut : a. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan data primer yang telah diolah, maka hasil persebaran responden menurut jenis kelamin dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
86
87
Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah (orang) 35 1 36
Presentasi (%) 97 3 100
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa dari penelitian terhadap 36 responden menunjukkan bahwa penggolongan berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 97 % dari total responden, sedangkan perempuan hanya 3 % dari total responden. b. Profil Responden Berdasarkan Umur Dari penelitian 36 responden dengan klasifikasi berdasarkan umur dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Umur Umur <25 tahun 25-34 tahun 35-44 tahun >45 tahun Total
Jumlah (orang) 0 18 14 4 36
Presentasi (%) 0 50 39 11 100
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang responden sebagian besar berusia 25-34 tahun dengan prosentase
88
sebesar 50 % dari total responden diikuti dengan golongan umur lebih dari 35-44 dengan prosentase sebesar 39 % tahun dan >45 tahun dengan persentase sebesar 11 %. c. Profil Responden Berdasarkan Agama Dari penelitian 46 responden dengan klasifikasi berdasarkan agama dapat ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Agama No 1 2 3 4 5
Responden Berdasarkan Agama Islam Kristen Hindu Budha Konghuchu Total
Jumlah (Orang) Presentase (%) 36 100 0 0 0 0 0 0 0 0 36 100
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang responden adalah 100% beragama islam. d. Profil Responden Berdasarkan Pendidikan Dari penelitian 36 responden dengan klasifikasi berdasarkan agama dapat ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut ini :
89
Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Pendidikan No 1 2 3 4 5
Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Sarjana/S1 Total
Jumlah (Orang) 2 5 10 15 4 36
Prosentase (%) 5 14 28 42 11 100
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang responden sebagian besar pendidikan responden adalah lulusan SLTA berjumlah 15 orang dengan persentase sebesar 42 % dari total responden diikuti dengan pendidikan responden lulusan SLTP berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 28%, responden lulusan SD berjumlah 5 orang dengan persentase 14 %, responden lulusan S1 2 orang dengan persentase 11 % dan tidak tamat SD sebanyak 2 orang dengan prosentase 5 %. e. Profil Responden Berdasarkan Lama Usaha Dari penelitian 36 responden dengan klasifikasi berdasarkan lama usaha dapat ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut ini :
90
Tabel 4.5 Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha 5-10 Tahun 11-15 Tahun 16-20 Tahun 21-25 Tahun Total
Jumlah (Orang) 10 13 9 4 36
Persentase ( %) 28 36 25 11 100
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang responden berdasarkan lama usaha sebagian besar adalah antara 1115 tahun sebanyak 13 orang dengan prosentase 36 %, diikuti dengan lama usaha antara 5-10 tahun sebanyak 10 orang dengan prosentase 28 %, kemudian antara 16-20 tahun sebanyak 9 orang dengan prosentase 25 % dan sisanya responden yang menjalankan usaha di atas 20 tahun sebanyak 4 orang dari persentase 11 %. f. Profil Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Dari penelitian 36 responden dengan klasifikasi berdasarkan sumber modal usaha dapat ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut ini :
91
Tabel 4.6 Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Tenaga Kerja 0-5 6-10 11-15 Total
Jumlah (Orang) 2 17 17 36
Persentase (%) 5 47.5 47.5 100
Sumber : data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 36 orang responden berdasarkan jumlah tenaga kerja adalah 17 pengusaha mempunyai 6-10 tenaga kerja, 17 pengusaha pula mempunyai 11-15 tenaga kerja dan sisanya 2 pengusaha mempunyai 5 tenaga kerja.
2.
Analisis Data Penelitian a. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas a) Analisis Grafik Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram. Jika grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal.
92
Grafik 4.1 Histogram-Pendapatan Usaha
Dengan melihat tampilan grafik histogram di atas dapat disimpulkan bahwa grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal dan berbentuk simetris, tidak menceng (skewness) ke kanan atau ke kiri.
93
b) Uji Statistik Kolmogrov-Smirnov (K-S) Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan karena secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan di samping menggunkan uji grafik juga dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik pada penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dapat dilihat dalam tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Kolmogorov-Smirnov (K-S) Pendapatan Pengusaha One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal
36 Parametersa,b
Mean
,0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
33011495,65959366
Absolute
,198
Positive
,198
Negative
-,085
Kolmogorov-Smirnov Z
1,188
Asymp. Sig. (2-tailed)
,119
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil olah data menggunakan Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov
maka
diperoleh
nilai
signifikansi
(asymp.sig. 2-tailed) sebesar 0,119. Karena nilai signifikansi lebih
94
besar dari 0,05, nilai residual terdistribusi dengan normal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi normal dan hasilnya konsisiten dengan uji grafik yang dilakukan sebelumnya, maka berarti bahwa data dari variabel Modal Kerja, Tenaga Kerja, dan Pendapatan terdistribusi secara normal. Dengan demikian tidak perlu dilakukan trasformasi data untuk ketiga variabel tersebut sebelum dilakukan uji regresi. 2) Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah antara variabel bebas memiliki hubungan korelasi yang sempurna atau tidak. Syarat diterimanya model regresi berganda apabila antara variabel bebas tidak mengandung korelasi yang sempurna. Pengujian multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance inflance factor (VIF). Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas jika mempunyai nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil analisis multikolinieritas selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
95
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolonieritas- Pendapatan Usaha Coefficientsa Model
Collinearity Statistics
1
Tolerance
VIF
MODAL KERJA
,974
1,027
TENAGA KERJA
,974
1,027
(Constant)
a. Dependent Variable: PENDAPATAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai tolerance dan nilai VIF untuk variabel modal kerja dan tenaga kerja sebesar 0,974 dan 1,027 nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10 yang berarti bahwa model regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas. 3) Uji Heteroskadestisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Modal regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
96
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas-Pendapatan Pengusaha
Hasil tampilan output SPSS dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. 4) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1
97
(sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi-Pendapatan Pengusaha Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Durbin-Watson
Estimate 1
,796a
,633
,611
33997129,825
1,853
a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA, MODAL KERJA b. Dependent Variable: PENDAPATAN
Dengan nilai tabel DW pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 36 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka di tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai batas atas (du) 1,587 dan batas bawah (dl) 1,354. Karena nilai DW 1,853 lebih besar dari batas atas (du) 1,659 dan kurang dari 4-1,587=2,413 (4-du). Karena nilai DW terletak antara DU dan 4-DU (1,587 < 1,853 < 2,413), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini.
b. Analisis Regresi Linier Berganda Besarnya perubahan pada faktor dependen (Y) akibat perubahan pada faktor independen (X) secara parsial dijelaskan melalui persamaan regresi
98
yang di peroleh. Dengan menggunakan program SPSS versi 21.0 diperoleh hasil seperti yang tertera dalam Tabel 4.10
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B
1
(Constant)
Std. Error
Beta
15378044,980
25271424,352
,432
,059
,788
-779631,281
1979251,739
-,042
MODAL KERJA TENAGA KERJA
Standardized Coefficients
a. Dependent Variable: PENDAPATAN
Dari kedua variabel independen yang dimasukkan kedalam model regresi semuanya signifikan dibawah 0.05. dari sini dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan usaha dipengaruhi oleh kedua variabel independen. Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan, maka persamaan regresi yang terbentuk adalah sebagai berikut: Y= 15378044+0,432X1-779X2 Keterangan : a
= Bilangan Konstanta
Y
= Pendapatan Bersih
X1 = Modal Kerja X2 = Tenaga Kerja
99
Dari hasil persamaan regresi linier berganda diatas maka dapat dianalisis sebagai berikut: a.
Koefisien regresi pada variabel Modal Kerja (X1) sebesar 0,432 adalah positif, Hal ini berarti apabila modal kerja (X1) naik, maka pendapatan (Y) juga akan mengalami kenaikan dengan arah yang sama.
b.
Koefisien regresi pada variabel Tenaga Kerja (X2) sebesar -0,779 adalah negatif, hal ini berarti apabila tenaga kerja (X2) turun, maka pendapatan (Y) juga akan mengalami penurunan dengan arah yang sama.
c. Uji Hipotesis 1) Uji t (Parsial) Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (modal kerja dan jumlah tenaga kerja) terhadap variabel dependen (pendapatan usaha) secara parsial (untuk menguji signifikan atau tidaknya masing-masing variabel bebas terhadap pendapatan usaha) dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan output SPSS nampak dari dua variabel bebas yaitu modal kerja dan tenaga kerja terhadap pendapatan ditunjukan pada tabel 4.11 berikut:
100
Tabel 4.11 Hasil Uji T atau Parsial-Pendapatan Usaha Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B 1
(Constant) MODAL KERJA TENAGA KERJA
Std. Error
15378044,980
25271424,352
,432
,059
-779631,281
1979251,739
Beta ,609
,547
,788
7,370
,000
-,042
-,394
,696
a. Dependent Variable: PENDAPATAN
Dari hasil analisis regresi secara parsial diatas dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai t-hitung modal kerja (X1) sebesar 7,370 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 karena tingkat signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap pendapatan usaha. 2. Nilai t-hitung tenaga kerja (X2) sebesar -0,394 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,696 karena tingkat signifikansi lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,696>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap pendapatan usaha.
101
2) Uji F (Simultan) Tabel 4.12 Hasil Uji F atau Simultan-Pendapatan Usaha ANOVAa Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
65767083456637480,000
2
32883541728318740,000
Residual
38141559598918072,000
33
1155804836330850,000
103908643055555504,000
35
Total
F 28,451
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: PENDAPATAN b. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA, MODAL KERJA
Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh simultan dari variabel-variabel bebas, dalam penelitian ini terdiri dari modal kerja dan tenaga kerja terhadap variabel terikat yaitu pendapatan usaha. Berdasarkan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS maka hasil output dapat dilihat pada tabel 1.12. Nampak bahwa secara simultan pengaruh dari kedua variabel bebas yaitu modal kerja dan tenaga kerja terhadap pendapatan usaha mempunyai nilai Fhitung sebesar 28,451 dengan tingkat signifikan 0,000. Sedangkan untuk nilai Ftabel sebesar 3,23 dengan tingkat signifikansi 0,05. Karena nilai Fhitung (28,451) lebih besar dari Ftabel (3,23) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan pengaruh modal kerja dan tenaga kerja secara simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha.
102
d. Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar persentase perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui niai koefisien determinasi dapat dijelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi akan semakin baik kemampuan variabel independen dalam menjelaskan perilaku variabel dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R square pada analisis regresi berganda. Tabel 4.13
Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
,796a
,633
,611
33997129,825
a. Predictors: (Constant), TENAGA KERJA, MODAL KERJA b. Dependent Variable: PENDAPATAN
Berdasarkan tabel 4.13, koefisien determinasi memiliki adjusted R square sebesar 0,611. Hal ini berarti 61,1 % pendapatan pengusaha (Y) yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu variabel modal dan tenaga kerja. Sedangkan sisanya (100 % - 61,1 % = 38,9 %)
103
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Berdasarkan penilaian Goodness of Fit suatu model, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, karena nilai adjusted R2 diantara nol dan satu, yaitu 0,633, maka model regresi ini tepat digunakan untuk menjelaskan kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Standar error of estimate (SEE) adalah 33997129,825, makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
104
B. PEMBAHASAN Hasil uji signifikasi parameter individual (Uji t), pengaruh masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen serta uji koefisien regresi secara menyeluruh (Uji F) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengaruh Modal Kerja (X1) Terhadap Tingkat Pendapatan Nilai t hitung modal kerja (X1) sebesar 7,370, dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000, karena tingkat signifikasi 0,000< α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja (X1) secara parsial berpengaruh terhadap tingkat pendapatan (Y) pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan. Tanpa adanya modal kerja yang lebih dari cukup, maka perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara maksimal sehingga akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diperoleh. Modal kerja ini mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, sehingga semakin bertambah modal kerja yang digunakan oleh pengusaha maka dapat pula meningkatkan pendapatan mereka. Sebaliknya semakin sedikit modal kerja yang digunakan dalam suatu usaha, maka akan menurunkan pula hasil atau pendapatan dari suatu usaha. Sehingga bagi para pengusaha dan khususnya pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon harus dapat meningkatkan jumlah dan memaksimalkan penggunaan modal kerja sehingga akan memperkuat kelangsungan usahanya dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan.
105
Pengaruh modal kerja dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli bahwa yang akan mengurangi risiko dan menaikkan hasil perusahaan adalah adannya modal kerja yang lebih dari cukup. Pendapat ini didasarkan bahwa dengan cukup tersedianya modal kerja maka kegiatan dapat diarahkan pada pencarian hasil yang lebih tinggi dengan ekspansi/perluasan usaha. Dalam konsep fungsional besarnya modal kerja adalah didasarkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan. Jadi dalam hal ini modal kerja dapat mempengaruhi tingkat pendapatan. Dalam penelitian ini modal kerja terdiri dari kas yang dimiliki dan jumlah nilai bahan baku. Kas sendiri berarti uang tunai yang berada didalam perusahaan yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk operasional perusahaan. Keberadaan kas cukup penting untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan, dengan adanya kas, maka perusahaan mempunyai dana tunai yang dapat digunakan untuk keperluan usaha yang membutuhkan dana tunai yang cepat, apabila didalam suatu perusahaan atau usaha tidak mempunyai kas, maka akan menghambat operasional perusahaan, karena kegiatan usaha yang membutuhkan dana cepat jadi terhambat jalannya. Kas yang berlebihan juga kurang baik, karena dikhawatirkan akan digunakan untuk keperluan pribadi oleh pemilik usaha, karena mayoritas pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon ini pengelolaan keuangannya masih
106
bercampur atau tidak ada pemisah yang jelas dengan keuangan rumah tangga. Sehingga keberadaan kas ini harus diperhitungkan keberadaannya baik jumlah maupun kebutuhannya sesuai kondisi suatu usaha atau perusahaan. Kas sendiri dapat diambil dari total penerimaan usaha yang disisihkan setelah pembelian bahan baku, atau berasal dari pendapatan bersih yang disisihkan setelah diambil prive oleh pemilik perusahaan. Selain kas, nilai bahan baku sebagai unsur modal kerja juga sangat penting bagi kelangsungan kegiatan usaha. Dengan adanya bahan baku yang cukup, maka kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar, tetapi jika jumlah bahan baku kurang, maka akan dapat menghambat jalnnya kegiatan usaha. Sehingga keberadaan nilai bahan baku harus ditentukan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan usaha agar tidak terjadi pemborosan, dan bahan baku tersebut harus digunakan secara maksimal untuk kegiatan usaha demi tercapainnya tujuan usaha. Pengaruh modal kerja dalam mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agus dan Nina Oktarina tahun 2007, Noor Yuli Astuti tahun 2007, Ayu Ratna Wulandari tahun 2008, Muchamad Arifin tahun 2009, yang menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan.
107
2.
Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja (X2) Terhadap Tingkat Pendapatan Nilai t hitung jumlah tenaga kerja (X2) sebesar -0,394, dengan tingkat signifikasi sebesar 0,696, karena tingkat signifikasi 0,696> α = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja (X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan (Y) pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan. Ini berarti jika penambahan tenaga kerja sebesar 1 maka akan mengurangi pendapatan pengusaha sebesar -0,779%. Hal ini di karenakan pada industri konveksi di Desa Tangkil Kulon masih pada taraf home industri yaitu tenaga kerja yang paling banyak sebesar 15 orang dan masih dibatasi pada jumlah permintaan kepada konsumen sehingga bahan baku yang juga di gunakan akan dibatasi. Basri (dalam Kasmawi, 1999) juga menjelaskan bahwa tinggi rendahnya produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan kapasitas dari berbagai sektor, produktivitas tenaga kerja pada industri rendah karena pemanfaatan kapasitas produksi rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi variabel tenaga kerja menjadi negatif yaitu adanya tenaga kerja non upah. Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat pendapatan usaha dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya tidak mengalami perubahan.
108
Juga teknologi dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga kerja (Sadono Sukirno 2006). Dalam penelitian ini faktor produksi tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap pendapatan usaha karena tinggi rendahnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon tidak mempengaruhi pendapatan usaha. Jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki banyak tetapi mereka mempunyai keahlian, ketrampilan serta kinerja yang rendah, maka hasil output atau produksi yang dihasilkan tenaga kerja tersebut juga sedikit jumlahnya dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat pendapatan. Tetapi sebaliknya, jika jumlah tenaga kerja yang dimiliki pengusaha konveksi sedikit tetapi mereka mempunyai keahlian, ketrampilan serta kinerja yang sangat tinggi, maka hasil output atau produksi yang dihasilkan tenaga kerja tersebut juga besar. Dengan demikian akan meningkatkan pendapatan pegusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon. Penggunaan tenaga kerja dalam industri konveksi sangat penting, karena dalam proses produksinya memerlukan tenaga manusia yang besar, selain itu tenaga manusia tersebut harus memiliki keterampilan, ketelitian, ketepatan serta kedisiplinan yang baik dan berkualitas, karena produk industri konveksi dinilai dari kualitas produknya, sehingga setiap tenaga kerja harus memiliki ketrampilan yang baik.
109
Dengan tenaga kerja yang cukup serta berkualitas, maka kegiatan usaha konveksi dapat berjalan dengan lancar dan pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan
para
pengusaha
konveksi
di
Kabupaten
Pekalongan. Keberadaan tenaga kerja dalam perusahaan baik kualitas maupun jumlahnya harus dipertimbangkan. Apabila jumlah tenaga kerja terlalu banyak maka biaya untuk tenaga kerja juga akan meningkat, yang pada akhirnya juga akan menurunkan tingkat pendapatan. Sebaliknya apabila jumlah tenaga kerja sangat sedikit maka akan menghambat jalannya usaha, karena akan banyak pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan sesuai target. Sehingga penentuan jumlah tenaga kerja pada usaha konveksi harus sesuai dengan ukuran perusahaan, kapasitas produksi, serta kondisi keuangan perusahaan. Pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon juga harus memperhatikan tenaga kerja baik kinerjanya maupun kedisiplinannya, serta juga harus melakukan komunikasi aktif terhadap para pekerja, sehingga para pekerja akan menjadi loyal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Dengan adanya jumlah karyawan yang cukup dan memiliki keterampilan dan kreativitas yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan terhadap konsumen, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan, yang pada akhirnya akan menaikkan tingkat pendapatan bersih dari para pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon Kecamatan Kedungwuni.
110
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Nasrun Safitra 2013, yang menyatakan bahwa faktor tenaga kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap produksi. 3. Pengaruh Modal Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Tingkat Pendapatan Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (Uji F) bahwa nilai F hitung sebesar 28,451 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000 karena tingkat signifikasi 0,000< α = 0,05, hasil ini menunjukkan bahwa variabel independen modal kerja dan jumlah tenaga kerja secara simultan/bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan pengusaha konveksi di Desa Tangkil Kulon Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai adjusted R square sebesar 0,611 yang berarti bahwa kontribusi modal kerja dan jumlah tenaga kerja secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan sebesar 61,1% dan sisanya sebesar 38,9% dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.