103
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS DATA 1. Deskripsi Responden Penelitian Responden penelitian ini adalah UMKM di Kecamatan Warungasem yang mengikuti program pemberdayaan UMKM yang dilakukan disperindagkop Kabupaten Batang pada tahun 2014. Adapun pertanyaan yang termuat dalam kuesioner terdiri dari dua bagian, yaitu pertanyaan mengenai identitas responden dan pertanyaan mengenai empat variabel independen yaitu bantuan modal usaha (X1), pelatihan (X2), bantuan pemasaran (X3) dan pendampingan usaha (X4), serta variabel dependen penelitian yaitu perkembangan UMKM (Y). Pada bagian ini akan dideskripsikan mengenai identitas responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan jenis usaha yang dilakukan. Penggolongan yang dilakukan terhadap responden dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai gambaran responden sebagai objek penelitian. Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Laki-laki 41 46,59 Perempuan 47 53,40 Total 88 100 Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian yang berjumlah 88, terdiri dari 41 responden laki-laki dan 103
104
47 responden perempuan. Penggolongan responden berdasarkan jenis kelamin ini yang paling banyak adalah perempuan yaitu 53,4% dari total responden, sedangkan laki-laki 46,5% dari total responden. Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah (Orang) Persentase (%) < 30 Tahun 6 6,81 30-40 Tahun 30 34,09 40-50 Tahun 38 43,18 > 50 Tahun 14 15,90 Total 88 100 Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 88 responden sebagian besar berusia 40-50 tahun yaitu 38 responden dengan persentase sebesar 43,9% dari total responden, diikuti dengan golongan usia 30-40 tahun berjumlah 30 responden dengan persentase sebesar 34,1%. Sisanya adalah golongan usia lebih dari 40 tahun berjumlah 14 responden dengan persentase sebesar 15,9% dan usia kurang dari 30 tahun berjumlah 6 responden dengan persentase sebesar 6,8%. Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%) Usaha makanan ringan 45 51,13 Budi daya jamur 10 11,36 Konveksi 13 14,77 Kerajinan kulit 10 11,36 Tenun 10 11,36 85 100 Total Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden terbanyak berasal dari pelaku usaha makanan ringan yaitu 45 responden
105
dengan persentase sebesar 51.1%, kemudian responden terbesar kedua adalah usaha konveksi yaitu sebanyak 13 responden dengan dengan persentase seesar 14.8%, sedangkan usaha budi daya jamur, kerajinan kulit dan usaha tenun masing-masing mempunyai jumlah responden yang sama yaitu 10 responden dengan persentase sebesar 11,4%. 2. Uji Instrumen a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner.108 Uji ini dilakukan apabila butir pertanyaan lebih dari satu. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah melakukan uji signifikansi dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel (n-2). Pengambilan keputusan uji validitas : 1) Bila r hitung > r tabel, maka item pertanyaan valid 2) Bila nilai r hitung < r tabel, maka item pertanyaan tidak valid. Dalam penelitian ini untuk sampel 88 responden, maka (88-2 = 86), nilai r tabel = 0,210. Pengujian validitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Bantuan Modal Usaha (X1)
108
Pertanyaan Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
r hitung 0,813 0,608 0,271 0,762 0,612
r tabel 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 52.
106
Pelatihan (X2)
Bantuan Pemasaran (X3)
Pendampingan Usaha (X4)
Perkembangan UMKM (Y)
Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5 Pertanyaan 1 Pertanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
0,770 0,561 0,608 0,545 0,592 0,673 0,631 0,624 0,561 0,652 0,805 0,546 0,790 0,741 0,428 0,660 0,791 0,401 0,791 0,660
0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210 0,210
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Dari tabel hasil uji validitas diatas dapat dijelaskan bahwa nilai r hitung indikator variabel bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, pendampingan usaha dan perkembangan UMKM lebih besar dari t tabel (0, 210). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua item dalam indikator variabel bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, pendampingan usaha dan perkembangan UMKM adalah valid. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi dari suatu variabel. Butir pertanyaan dalam variabel dikatakan reliabel atau terpercaya apabila jawaban responden adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
107
memberikan nilai Cronbach Alpha ≥ 0,70.109 Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Nilai Alpha Bantuan Modal Usaha (X1) 0, 767 Pelatihan (X2) 0, 768 Bantuan Pemasaran (X3) 0, 781 Pendampingan Usaha (X4) 0, 814 Perkembangan UMKM (Y) 0, 814
Keputusan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masingmasing variabel yaitu bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran,
pendampingan
usaha
dan
perkembangan
UMKM
memberikan nilai Cronbach Alpha ≥ 0,70. Dengan demikian, maka hasil uji reliabilitas terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel. 3. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan sebagai persyaratan analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolenieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independen dan dependen mempunyai distribusi normal. Model regresi yang baik adalah model yang mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan analisis grafik dan analisis statistik. 109
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 48.
108
1) Analisis Grafik Gambar 4.1 Histrogam – Perkembangan UMKM (Y)
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Dengan melihat tampilan grafik histrogam pada gambar 4.1 di atas terlihat bahwa grafik histrogam menunjukkan pola distribusi normal dan berbentuk simetris, tidak menceng (skewness) ke kanan atau ke kiri. Maka model regresi ini memenuhi asumsi normalitas. Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot – Perkembangan UMKM (Y)
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
109
Dengan melihat gambar 4.2 grafik normal probability plot, terlihat bahwa titik-titik menyebar berhimpit di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Berarti model regresi ini menunjukkan memenuhi asumsi normalitas. 2) Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) Untuk lebih menyakinkan lagi, dalam penelitian ini peneliti juga melakukan uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non-parametrik kolmogorov-smirnov test. Uji statistik ini diperlukan karena kadang uji grafik dapat menyesatkan bila kurang hati-hati, karena secara visual bisa kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Hasil uji kolmogorov-smirnov test dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.6 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Unstandardized Residual 88 0E-7 ,49161826 ,092 ,054 -,092 ,864 ,444
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,864 dengan tingkat signifikasi pada 0,444 dimana nilai
110
tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola distribusi residual terdistribusi normal dan hasilnya konsisten dengan uji grafik yang dilakukan sebelumnya, sehingga model regresi dengan variabel dependen memenuhi uji normalitas. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Nilai yang dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai Variance Inflation Factor (VIF) ≥ 10. Nilai tersebut dapat dilihat dari nilai yang terdapat pada masing - masing variabel.110 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant) Modal
,706
1,416
1Pelatihan
,444
2,250
Pemasaran
,240
4,175
Pendampingan
,191
5,249
a. Dependent Variable : Perkembangan Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diperoleh nilai tolerance dan nilai VIF untuk variabel bantuan modal usaha sebesar 0,706 dan 1,416,
110
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 105-106.
111
variabel pelatihan sebesar 0, 444 dan 2,250, variabel bantuan pemasaran 0, 240 dan 4,175, dan variabel pendampingan sebesar 0,191dan 5,249. Keempat variabel mempunyai nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10 yang bearti bahwa model regresi tidak mengandung multikoliniearitas. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson (DW test). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :111 Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Keputusan Tolak No desicison Tolak No decisison
Jika 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du 4 – dl < d < 4 4- du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ditolak
du < d < 4 - du
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb R Adjusted R Std. Error of DurbinModel R Square Square the Estimate Watson a 1 ,965 ,931 ,928 ,503 1,853 a. Predictors: (Constant), Pendampingan, Modal, Pelatihan, Pemasaran b. Dependent Variable : Perkembangan Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015 111
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 110-111.
112
Dari tabel 4.8 diatas diketahui bahwa hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-Watson (DW) = 1,853, nilai DW kemudian dibandingkan dengan tabel DW dengan jumlah n = 88 dan jumlah variabel independen (k) = 4 pada tingkat signifikansi 5% (α = 0,05). Pada tabel DW didapat nilai dL = 1,559 dan nilai dU = 1,749, sehingga dapat disimpulkan dU < d < 4 – dU (1,749 < 1,853 < 4 – 1,749). Karena nilai dU lebih kecil dari nilai d, dan nilai d lebih kecil dari nilai 4 – dU (4 – 1,749 = 2,251), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik scatterplot, jika titik-titik dalam grafik menyebar diatas 0 dan juga dibawah 0, serta titik-titik tersebut tidak membentuk pola tertentu disatu titik tempat, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian terbebas dari masalah heteroskedastisitas.112 Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot yang diperoleh dari output SPSS dan dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan untuk menguji secara statistik hasil grafik scatterplot yang dapat memperkuat dan 112
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 139.
113
menjamin keakuratan hasil dari scatterplot yang terkadang menyesatkan dan mempunyai kelemahan yang cukup signifikan. Pada uji glejser, jika Sig > 0,05 maka disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Jika Sig < 0,05 maka disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Atau dapat disimpulkan jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% maka model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.113 1) Analisis Grafik Gambar 4.3 Grafik Scatterplot – Perkembangan UMKM (Y)
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot menyebar diatas dan di bawah nilai 0, meskipun terlihat membentuk garis horisontal namun menyebarannya masih terlihat acak disekitar nilai 0, sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat 113
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 143.
114
model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau tidak ada masalah heteroskedastisitas dan dapat di katakana model regresi layak digunakan. 2) Uji Glejser Untuk memperkuat hasil dari grafik scatterplot pada gambar 4.3 maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji glejser yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser
Model 1
(Constant) Modal Pelatihan Pemasaran Pendampingan
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t B Std. Error Beta 1,256 ,384 3,272 ,010 ,019 ,067 ,539 -,036 ,025 -,228 -1,449 -,003 ,032 -,021 -,099 -,015 ,033 -,109 -,453
Sig. ,002 ,591 ,151 ,921 ,651
a. Dependent Variable: AbsUt Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya yang di atas tingkat kepercayaan 5% (signifikan lebih dari 0,05). Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
115
4. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran dan pendampingan usaha terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang.
1
Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi Linear Berganda – Perkembangan Usaha Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t B Std. Error Beta (Constant) 1,848 ,744 2,483 Modal ,003 ,037 ,003 ,087 Pelatihan -,170 ,049 -,151 -3,493 Pemasaran ,132 ,062 ,126 2,134 Pendampingan ,919 ,064 ,951 14,416
Sig. ,015 ,931 ,001 ,036 ,000
a. Dependent Variable: Perkembangan Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Y= 1,848 + 0,003X1 – 0,170X2 + 0,132X3 + 0,919X4 + e Keterangan : Y
: Perkembangan UMKM
X1
: Bantuan modal usaha
X2
: Pelatihan
X3
: Bantuan pemasaran
X4
: Pendampingan usaha
116
Berdasarkan persamaan di atas dapat dilakukan interpretasi sebagai berikut : a. Nilai konstanta atau a = 1,848. Artinya apabila bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha sama konstan, maka perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem akan naik sebesar 1,848%. b. Koefisien regresi pada variabel bantuan modal usaha (X1) sebesar 0,003.
Artinya
apabila
pelatihan,
bantuan
pemasaran,
dan
pendampingan usaha konstan, maka setiap kenaikan bantuan modal usaha sebesar Rp 1 juta akan menaikan perkembangan UMKM sebesar 0,003%. c. Koefisien regresi pada variabel pelatihan (X2) sebesar -0,170. Artinya apabila bantuan modal usaha, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha konstan, maka setiap kenaikan 1% pelatihan akan menurunkan perkembangan UMKM sebesar 0,170%. d. Koefisien regresi pada variabel bantuan pemasaran (X3) sebesar 0,132. Artinya apabila bantuan modal usaha, pelatihan, dan pendampingan usaha konstan, maka setiap kenaikan 1% bantuan pemasaran akan menaikan perkembangan UMKM sebesar 0,132%. e. Koefisien regresi pada variabel pendampingan usaha (X4) sebesar 0,919. Artinya apabila bantuan modal usaha, pelatihan, dan bantuan pemasaran konstan, maka setiap kenaikan 1% pendampingan usaha akan menaikan perkembangan UMKM sebesar 0,919%.
117
5. Uji Hipotesis a. Uji statistik t (Parsial) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.114 Uji statistik t dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha secara parsial atau individual terhadap perkembangan UMKM. Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik t (Parsial)
Model 1
(Constant) Modal Pelatihan Pemasaran
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1,848 ,744 ,003 ,037 ,003 -,170 ,049 -,151 ,132 ,062 ,126
Pendampingan ,919 ,064 a. Dependent Variable : Perkembangan
,951
t 2,483 ,087 -3,493 2,134
,015 ,931 ,001 ,036
14,416
,000
Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Berdasarkan hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.11 dapat dijelaskan : 114
Sig.
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 98.
118
1) Nilai t hitung pada variabel bantuan modal usaha adalah sebesar 0,087 dengan tingkat signifikan sebesar 0,931, karena tingkat signifikasi 0,931 > 0,05 maka H0 diterima, artinya bantuan modal usaha (X1) tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM (Y) di Kecamatan Warungasem. 2) Nilai t hitung pada variabel pelatihan adalah sebesar -3,493 dengan tingkat signifikan sebesar 0,001, karena tingkat signifikasi 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya pelatihan (X2) berpengaruh terhadap perkembangan UMKM (Y) di Kecamatan Warungasem. 3) Nilai t hitung pada variabel bantuan pemasaran adalah sebesar 2,134 dengan tingkat signifikan sebesar 0,036, karena tingkat signifikasi 0,036 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya bantuan pemasaran (X3) berpengaruh terhadap perkembangan UMKM (Y) di Kecamatan Warungasem. 4) Nilai t hitung pada variabel pendampingan usaha adalah sebesar 14,416 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000, karena tingkat signifikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, artinya pendampingan usaha (X4) berpengaruh terhadap perkembangan UMKM (Y) di Kecamatan Warungasem. b. Uji statstik F (Simultan) Uji
statstik
F
menunjukkan
apakah
semua
variabel
independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh
119
secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan uji F dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik F (Simultan)
Model 1
Regression
ANOVAa df
Sum of Squares 284,791
4
Mean F Square 71,198 281,041
Sig. ,000b
Residual 21,027 83 ,253 Total 305,818 87 a. Dependent Variable : Perkembangan b. Predictors : (Constant), Pendampingan, Modal, Pelatihan, Pemasaran Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Berdasarkan uji ANOVA atau F test yang dapat dilihat pada tabel 4.12, diperoleh F hitung sebesar 281,041 dengan tingkat signifikasi 0,000, karena tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel independen yang meliputi bantuan modal usaha (X1), pelatihan (X2), bantuan pemasaran (X3) dan pendampingan usaha (X4) secara bersama-sama mempengaruhi
variabel dependen
yaitu perkembangan UMKM (Y) di Kecamatan Warungasem. 6. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisiens determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar presentase perubahan atau variasi dari variabel dependen bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari variabel independen. Dengan mengetahui nilai koefisiensi determinasi dapat dijelaskan kebaikan dari regresi dalam memprediksi variabel dependen. Hasil
120
pengujian koefisiensi determinasi dapat dilihat dari nilai adjusted R square pada analisis regresi berganda.115 Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model
R ,965a
1
Model Summaryb Adjusted R R Square Square ,931 ,928
Std. Error of the Estimate ,503
a. Predictors : (Constant), Pendampingan, Modal, Pelatihan, Pemasaran b. Dependent Variable : Perkembangan Sumber : Data Primer Diolah, SPSS 20, 2015
Berdasarkan tabel 4.13, koefisiensi determinasi memiliki adjusted R square sebesar 0,928. Hal ini bearti 92,8% variabel dependen yaitu perkembangan UMKM dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran dan pendampingan usaha. Sedangkan sisanya 7,2% (100% - 92,8% = 7,2%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.
B. PEMBAHASAN Hasil uji statistik t (uji signifikansi individual/parsial) dan uji statistik F (uji signifikansi simultan) dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yaitu bantuan modal usaha (X1), pelatihan (X2), bantuan pemasaran (X3) dan pendampingan usaha (X4) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu perkembangan UMKM (Y) di
115
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, (Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm 97.
121
Kecamatan Warungasem. Berdasarkan uji yang telah dilakukan maka dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pengaruh Bantuan Modal Usaha terhadap Perkembangan UMKM a. Terima H0 jika signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh secara parsial antara bantuan modal usaha terhadap perkembangan UMKM. b. Terima Ha jika signifikansi < α = 0,05, artinya ada pengaruh secara parsial antara bantuan modal usaha terhadap perkembangan UMKM. Nilai signifikan bantuan modal usaha sebesar 0,931 lebih besar dari 0,05, sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel bantuan modal usaha secara parsial tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Dalam penelitian ini bantuan modal usaha tidak berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem terjadi karena bantuan modal usaha yang diberikan oleh Disperindagkop memang jumlahnya tidak banyak. Bantuan modal usaha yang diberikan hanya berkisar antara Rp 2.000.000,00 sampai Rp 5.000.000,00 saja. Bantuan modal usaha yang diperoleh tersebut juga rata-rata tidak digunakan sepenuhnya untuk menambah modal usaha. Sehingga tidak banyak meningkatkan produksi dan penghasilan, dimana hal tersebut tidak meninmbulkan perkembangan bagi usaha.
122
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosmiati (2014)116 yang menyatakan bahwa pemberian bantuan modal tidak berpengaruh signifikan dalam mengembangkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). 2. Pengaruh Pelatihan terhadap Perkembangan UMKM a. Terima H0 jika signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh secara parsial antara pelatihan terhadap perkembangan UMKM. b. Terima Ha jika signifikansi < α = 0,05, artinya ada pengaruh secara parsial antara pelatihan terhadap perkembangan UMKM. Nilai signifikan pelatihan sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pelatihan secara parsial berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Pelatihan
merupakan
kegiatan
yang
dapat
meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian. Perubahan kemampuan dalam melakukan produksi merupakan pendukung dalam perkembangan usaha. Dalam penelitian ini pelatiahan yang dilakukan Disperindagkop terhadap pengelola UMKM di Kecamatan Warungasem dapat mempengaruhi perkembangan usaha mereka karena pelatihan yang mereka ikuti mampu menambah keahlian yang dimiliki untuk menjalankan usaha dan juga meningkatkan kualitas serta kuantitas produktivitas usaha mereka.
116
Rosmiati, Analisis Program Bantuan Modal Usaha Penguatan Eonomi Masyarakat (KUPEM) oleh Pemerintah Kota Jambi terhadap Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Kota Jambi, (Jurnal FKIP Universitas Jambi, 2014). Sumber : http://onlinejournal.unja.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
123
Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Innes Maeya Sofa (2014)117 yang menyatakan bahwa pelatihan, pendidikan dan seminar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam usaha berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan usaha. 3. Pengaruh Bantuan Pemasaran terhadap Perkembangan UMKM a. Terima H0 jika signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh secara parsial antara bantuan pemasaran terhadap perkembangan UMKM. b. Terima Ha jika signifikansi < α = 0,05, artinya ada pengaruh secara parsial antara bantuan pemasaran terhadap perkembangan UMKM. Nilai signifikan bantuan pemasaran sebesar 0,036 lebih kecil dari 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel bantuan pemasaran secara parsial berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Dalam penelitian ini bantuan pemasaran yang dilakukan Disperindagkop terhadap produk hasil UMKM adalah dengan melakukan berbagai kegiatan promosi seperti pameran, bazar, ekspo dan promosi melalui beberapa event lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut sering dilakukan dan diikuti para pengusaha UMKM di Kecamatan Warungasem sehingga produk mereka menjadi lebih dikenal masyarakat luas yang dampaknya berpengaruh terhadap peningkatan permintaan dan penjualan 117
Innes Maeya Sofa, Pemberdayaan ekonomi pengrajin gerabah Kasongan di Desa Bangunjiwo Kabupaten Bantul Yogyakarta, (Jurnal Ilmiah Universitas Diponegoro Semarang, 2014). Sumber : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id. (Diunduh tanggal 31 Oktober 2014)
124
produk mereka sehingga pendapatan merekapun ikut meningkat yang kemudian diikuti dengan berkembangnya usaha mereka menjadi lebih besar. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jaka Sriyana (2010)118 yang menyatakan bahwa kegiatan pameran dan promosi yang dilakukan pemerintah memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan UKM dan perkembangan UKM. 4. Pengaruh Pendampingan Usaha terhadap Perkembangan UMKM a. Terima H0 jika signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh secara parsial antara pendampingan usaha terhadap perkembangan UMKM. b. Terima Ha jika signifikansi < α = 0,05, artinya ada pengaruh secara parsial antara pendampingan usaha terhadap perkembangan UMKM. Nilai signifikan bantuan pemasaran sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pendampingan usaha secara parsial berpengaruh terhadap perkembangan UMKM. Pendampingan
usaha
yang
dilakukan
Disperindagkop
berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem karena upaya pembinanaan yang dilakukan sangat membantu pengusaha UMKM dalam menjalankan usahanya, selain itu bantuan pendampingan
118
Jaka Sriyana, Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM ): Studi Kasus Di Kabupaten Bantul, (Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2010). Sumber : http://dppm.uii.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
125
yang diberikan kepada pengusaha UMKM untuk menjalin kemitraan dengan berbagai lembaga juga sangat efektif dalam mendukung kelangsungan usaha, seperti bantuan yang diberikan dalam mengakses modal yang lebih besar ke lembaga keuangan baik bank maupun bukan bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bahrur Rosyid (2014)119 yang menyatakan bahwa pendampingan melalui pembinaan dan pengarahan berpengaruh terhadap perkembangan usaha. 5. Pengaruh Bantuan Modal Usaha, Pelatihan, Bantuan Pemasaran, dan Pendampingan Usaha terhadap Perkembangan UMKM a. Terima H0 jika signifikansi > α = 0,05, artinya tidak ada pengaruh secara simultan antara bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha terhadap perkembangan UMKM. b. Terima Ha jika signifikansi < α = 0,05, artinya ada pengaruh secara simultan antara bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha terhadap perkembangan UMKM. Berdasarkan hasil uji signifikansi simultan (Uji statistik F) nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha secara
119
Bahrur Rosyid, Pembinaan dan Pendampingan Manajemen Usaha Bagi Pemuda dalam Pengembangan Ekonomi Masyarakat di Sekotong Timur Kecamatan Lembar Lombok Barat, (Jurnal Transformasi P2M IAIN Mataram, 2014). Sumber : http://ejurnal.iainmataram.ac.id. (Diunduh tanggal 19 April 2015)
126
simultan (bersama-sama) berpengaruh signifikan terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem. Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh adjusted R square (R2) sebesar 0,928. Hal ini berarti bahwa bantuan modal usaha, pelatihan, bantuan pemasaran, dan pendampingan usaha secara simultan berpengaruh terhadap perkembangan UMKM di Kecamatan Warungasem sebesar 92,8%.