BAB IV Analisa dan Rumusan
BAB IV ANALISIS DAN RUMUSAN 4.1 Analisis Non Fisik 4.1.1
Analisis aktivitas Sistem Pengelompokkan Kegiatan. Kegiatan penghuni berkaitan manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk individu. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan ruang sebagai sarana untuk berinteraksi dengan manusia laninnya, dan sebagai makhluk individu manusia membutuhkan ruang yang bersifat pribadi. Kegiatan tersebut dapat dikelompokan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan, antara lain : a) Kelompok kegiatan pribadi; dilakukan dalam ruang tidur, ruang kerja, toilet dan sebagainya yang terdapat dalam satu unit hunian. b) Kelompok kegiatan bersama; dilakukan oleh penghuni bersama dengan penghuni lainnya dalam ruang bersama dalam lingkungan hunian. Berikut pengelompokan aktivitas dalam lingkungan rumah susun,yaitu: a) Aktivitas pemakai Pemakai Rumah susun dapat digolongkan dalam dua kelompok yaitu:
Kelompok penghuni/penyewa rumah susun
Pengelola
b) Aktivitas kegiatan penghuni Ditujukan kepada keluarga dengan anggota keluarga 3 – 4 orang (Suami, Istri, Anak 1-2) Jam suami 05.00 – 06.00 Tidur
anak Tidur
06.00 - 07.00
Bangun, mandi, sarapan.
07.00 - 08.00 08.00 - 11.00
11.00 - 12.00 Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
istri Bangun, menyiapkan sarapan Bangun, olah-raga mandi, sarapan ringan, mandi, sarapan. Berangkat kerja Mengantar anak sekolah Kantor Pulang, menyiapkan makan siang, menjemput anak sekolah Kantor Pulang
Berangkat Sekolah Sekolah
Pulang sekolah 56
BAB IV Analisa dan Rumusan 12.00 - 13.00 13.00 – 17.00 17.00 - 18.00 18.00 - 19.00 19.00 – 20.00 20.00 – 21.00 21.000- 5.00
Pulang kantor Makan malam Istirahat Tidur
Makan siang Istirahat
Makan siang Istirahat, belajar
Makan malam Istirahat
Makan malam Istirahat Tidur
Tidur
c) Aktivitas kegiatan pengelola Susunan dan tugas pengelola, sebagai berikut: i.
Pimpinan dan Pengurus Administrasi Tugasnya
mengkoordinasikan
berlangsungnya
kegiatan
kepegawaian, keuangan dan tata usaha dalam bangunan rumah susun. ii.
Reseptionist Bertugas menerima pesan, menerima pengaduan dan informasi dari penghuni rumah susun.
iii.
Mekanikal dan Elektrikal Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan perbaikan dari seluruh unsur ME bangunan.
iv.
Petugas kebersihan Bertanggung-jawab atas kebersihan dilingkungan rumah susun.
v.
Security Bertanggung jawab atas keamanan penghuni bangunan.
4.1.2 Analisis ruang Standard Luas Ruang Pengelompokkan ruang-ruang yang dibutuhkan : a) Ruang unit hunian Kebutuhan minimal untuk Rusun: [4.1]
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
Ruang keluarga
Kamar tidur
Dapur
Kamar mandi
Ruang service / jemur / ac ledge
57
BAB IV Analisa dan Rumusan b) Ruang pengelola dan service. [4.2] Kebutuhan Ruang
Kapasitas Standar ruang 5.2 m2/orang 4.6 m2/orang 0.93 m2/orang 0.60 m2/orang 0.93 m2/orang 20 m2
R. Kepala Pengelola Bagian Administrasi Ruang Rapat Toilet Ruang Tunggu Tamu R. Mekanikal/ Elektrikal R. Unit Pengelolaan R, Keamanan R. Building Management Pantry Sirkluasi 25% TOTAL
0.93 m2/orang 12 m2 0.93 m2/orang
Kapasitas
Luas
1 x 5,2 m2 2 x 4,6 m2 7 x 0,93 m2 12,00 m2 3 x 0,93 m2
5,2 m2 9,2 m2 6,51 m2 12,00 m2 2,79 m2 20 m2
7 x 0,93 m2
6,51 m2 12 m2 5,58 m2
6 x 0,93 m2
2 m2
2 m2 20,44 m2 102,23 m2
c) Fasilitas penunjang. Fasilitas ini disediakan guna menunjang kebutuhan penghuni sehingga faktor kenyamanan terpenuhi. Ruang terbuka (SNI 03-7013-2004) N o.
1.
Fasilitas Yang disediakan
Maksimal yang dapat dilayani (Tiap satuan fasilitas)
Taman
40 – 100
Jarak pelayanan maksimal yang dapat dilayani (M) 400 - 800
Luas areal Minimal (K2)
Lokasi
Fungsi
Ketentuan dan persyaratan
60 - 150
1. antar bangunan dan atau 2. pada batas (periferi) lingkungan rumah susun 3. bersatu dengan tempat bermain dan olah raga
1. keseimbangan lingkungan 2. kenyamanan visual dan audial 3. kontak dengan alam secara maksimal 4. berinteraksi sosial 5. pelayanan sosial budaya
400 - 800
70 - 180
1. antar bangunan 2. atau pada ujung – ujung cluster
1. Tempat Bermain untuk anak usia 1-5
1. merupakan taman yang dapat digunakan oleh berbagai kelompok usia 2. Dapat digunakan untuk rekreasi aktif atau fasif. 3. Mencakup area untuk berjalan atau tempat duduk atau digabung dengan tempat bermain 1. Mudah dicapai dan mudah diawasi
keluarga
2.
Tempat bermain
12 - 30
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
58
BAB IV Analisa dan Rumusan yang diawasi
250keluarga
400 - 800
450
Dapat disatukan dengan sekolah
3.
Lapangan olah raga
Minimal 30.000 penduduk
1000
90.000
1. Di pusat lingkungan 2. Atau digabung dengan sekolah
4.
Pelataran usaha
400-100 keluarga
600
40-100
Pada tempat yang memungkinkan untuk digunakan pada waktu tertentu
5.
Tempat Parkir penghuni
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
Panjang 5m dan lebar 2,5 m
tahun 2. Menyediaka n rekreasi aktif dan pasif 3. Berinteraksi
1. Tempat Bermain untuk anak usia 6 tahun -12tahun 2. Menunjang pendidikan dan kesehatan 3.Memberikan rekreasi pasif dan aktif 4. Beriteraksi sosial Melayani aktifitas salah satu atau gabungan olah raga basket, badminton ,kasti,senam 1. Menjajakan Dagangan pada lokasi yang bersifat temporer 2. Berinteraksi sosial
dari unit- unit hunian, karena kelompok usia balita masih membutuhkan pengawasan ketat. 2. 0,3 anak usia balita tiap 1 keluarga 3. 1,8 M2 tiap 1 anak 1. Harus Dilengkapi dengan permainan yang aman dan sesuai usia pengguna 2. 1,8 M2 tiap keluarga
Fasilitas ini disediakan bila penduduk mencapai jumlah lebih dari 30.000 penduduk Memenuhi persyaratan kesehatan,kea ma nan,kenyaman andan kebersihan.
59
BAB IV Analisa dan Rumusan 4.1.3
Skema organisasi ruang Pola sirkulasi dalam unit hunian bisa dijelaskan sebagai berikut:
Pintu masuk
dapur
Ruang makan
Ruang keluarga
Ruang tidur 1
Ruang tidur 2
Kamar mandi
Keterangan: Dari Entrance, yang ditandai dengan pintu masuk utama, penghuni menuju dapur ataupun ruang service dan kamar mandi. Kemudian menuju ruang public area. Dari publik area sirkulasi bercabang. Publik Area merupakan central suatu hunian, yang membataskan dengan private area atau ruang tidur. Alur sirkulasi ini memberikan privacy yang lebih pada ruang private dalam hunian. 4.2 Analisa Fisik 4.2.1
Latar Belakang Pemilihan Tapak Dasar pertimbangan dari pemilihan lokasi adalah:
Lokasi tapak dekat dengan jalan raya, sehingga mudah dalam pencapaian, baik menggunakan kendaraan umum maupun berjalan kaki
Peruntukan lahan yang sesuai menurut rencana bagian wilayah kota, yaitu daerah wisma susun
Terdapat fasilitas penduduk seperti klinik, pertokoan, perkantoran, dan sekolah
Hal- hal yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi, yaitu: o Pencapaian Pencapaian pada lokasi ini cukup mudah karena terdapat transportasi angkutan umum M16, M28, kopaja 502 dan bus trans Jakarta koridor XI. Pencapaian melalui jalan otto iskandardinata. o Kondisi lingkungan sekitar tapak Kondisi tapak menghadap jalan otista dengan sungai ciliwung pada bagian belakang tapak, yang diasumsikan sebagai lahan kosong. Lingkungan sekitar tapak adalah hunian, dan pertokoan.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
60
BAB IV Analisa dan Rumusan o Kepadatan lalu lintas Kepadatan terjadi pada pagi hari dan malam hari berdasarkan jam pulang kantor dan mengakibatkan kemacetan di kedua arah. o Kebisingan Karena terjadi kemacetan maka meningkatnya polusi suara dan udara. 4.2.2
Data Tapak Lokasi
: jalan Otista , Jakarta Timur
Kelurahan
: Bidara cina
Kecamatan
: Jatinegara
Gambar 4.1 Tapak Ottista
Luas tapak
: ± 1,3 ha
KDB
: 60%
KLB
: 2,4
KDH
: 15%
Tinggi max
: 4 lantai
Pola sifat lingkungan : Padat Peruntukan
: Wisma susun
Batas – batas tapak
:
o Utara
: Gang Tj.Lengkong
o Selatan
: Gang Moya
o Timur
: Jalan Ottista
o Barat
: Sungai Ciliwung
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
61
BAB IV Analisa dan Rumusan 4.2.3
Analisa Entrance Letak entrance pada tapak lebih sesuai melalui jalan otto iskandar yang juga merupakan akses utama lalu lintas. Bukaan entrance membuat 1 bukaan untuk akses masuk dan keluar tapak dengan letak mendekati gang moya dan menghindari bukaan pada sisi utara Gambar 4.2 Analisa Entrance
tapak
agar
posisi
bukaan
tidak
berhadapan dengan lampu merah. 4.2.4
Analisa View Berdasarkan lokasi tapak terlihat pada sisi: o Utara
: view mengarah pada pemukiman
o Selatan : view mengarah pada pemukiman o Timur
: view mengarah pada aktivitas lalu lintas
o Barat
: view mengarah pada sungai ciliwung
Apabila melihat hal tersebut, maka best view bangunan dapat mengarah ke sungai ciliwung ditambah dengan penambahan ruang hijau pada sisi tersebut. 4.2.5
Analisa Iklim, Matahari Dan Arah Angin Daerah ini sepanjang tahun selalu beriklim panas dengan suhu rata-rata sepanjang tahun sekitar 27 °C. Dengan arah matahari dari timur ke barat, yaitu dari arah jalan otto iskandar dan terbenam di sungai ciliwung. Sungai Ciliwung pada bagian barat tapak ini umumnya tidak mampu menampung air sehingga beberapa kawasan tergenang banjir. Tahun 2007 curah hujan ratarata mencapai 243,14 mm dengan curah hujan tertinggi pada bulan pebruari yakni 1.081,4 mm. Tekanan udara sekitar 1.617,9 MBS dan kelembaban udara rata-rata 77,67 persen. Kecepatan angin 3,42 MSE serta arah angin pada bulan Januari-Maret ke arah utara, April-September ke arah timur laut dan OktoberDesember ke arah Barat, arah angin Oktonber-Desember sering menimbulkan hujan lebat seperti halnya wilayah-wilayah lain di Indonesia [4.3].
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
62
BAB IV Analisa dan Rumusan 4.2.6
Arah Hadap Bangunan Berdasarkan pada analisa view, analisa iklim, matahari dan arah angin maka didapatkan: o
Kelebihan: Apabila bangunan
mengarah utara dan selatan, terhindar dari panas matahari langsung. Apabila bangunan mengarah barat dan timur, mendapatkan view terbaik. Gambar 4.3 Arah Hadap Bangunan
o Kekurangan: Pada arah utara dan selatan, bangunan tidak mendapatkan view terbaik. Pada arah barat dan timur, bangunan mendapatkan panas matahari secara langsung. Dengan menganalisa arah hadap bangunan, maka dapat mempertimbangkan peletakan ruang – ruang utama guna menghindari arah barat dan timur (meminimalkan pancaran radiasi panas matahari).
4.2.7
Material dan warna Peti kemas (container) adalah material reuse dalam konsep green architecture. Kelebihan dari penggunaan material peti kemas, yaitu: [4.4] a. Penggunaan Bahan Daur Ulang atau Berkelanjutan (Sustainable); Penggunaan peti kemas, memberikan pengurangan konsumsi energi dan juga penurunan emisi rumah kaca. b. Kecepatan Konstruksi (Speedy) ; Pengerjaan waktu konstruksi 25% lebih cepat dibandingkan prosedur bangunan biasa dengan penggabungan yang sangat cepat. Membangun bangunan dengan peti kemas hanya perlu memotong lubang untuk jendela dan pintu. c. Biaya Konstruksi; Total biaya bangunan peti kemas diperkirakan akan jauh lebih rendah daripada biaya bangunan biasa dengan luasan bangunan yang sama. Harga peti kemas bekas dengan kondisi 80% ukuran 40 kaki atau 12 meter di Jakarta dan Surabaya berkisar antara Rp 15.000.000 - Rp 19.000.000. Alat transportasi dan angkut peti kemas dapat disewa dengan
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
63
BAB IV Analisa dan Rumusan tarif Rp 110.000 hingga Rp 130.000 per jam untuk Jabodetabek. Hitungan biaya untuk tahap penyelesaian, tergantung material yang digunakan. d. Desain Fleksibel atau Mudah di Upgrade; Peti kemas bersifat modular maka dapat ditumpuk di atas satu sama lain atau berdampingan dan dimodifikasi bentuknya, sesuai dengan desain yang diinginkan untuk menciptakan ruangan yang lebih besar. Beberapa ukuran peti kemas yang biasanya dipakai untuk membuat rumah atau bangunan yaitu 40 kaki dan 20 kaki. Peti kemas 40 kaki memiliki dimensi panjang 12,19 meter, lebar 2,44 meter, dan tinggi 2.59 meter. Sedangkan yang 20 kaki memiliki dimensi panjang 6 meter, lebar 2,4 meter dan tinggi 2,59 meter. e. Kuat dan Tahan Lama (Durability); Peti kemas terbuat dari struktur baja kaku kokoh berbentuk persegi dan membuat mereka mudah untuk stack, peti kemas dirancang untuk menahan gejala alam di perjalanan laut, seperti angin kencang, hujan deras, badai, dll. Hal tersebut dapat diartikan bahwa bangunan peti kemas tidak akan bocor, tetap berdiri dalam kondisi cuaca ekstrim, tahan api, mampu menahan badai dan gempa bumi. f.
Mudah Relokasi atau Mudah diangkut; Bangunan peti kemas mudah diangkut ke tempat lain karena dirancang untuk mudah dipindahpindahkan dari satu tempat ke tempat lain.
g. Perlindungan Lingkungan; Dengan mendaur ulang peti kemas mengurangi dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan. h. Tahan terhadap kerusakan akibat serangga; Peti kemas terbuat dari baja, sehingga tidak perlu takut akan kerusakan yang diakibatkan oleh serangga. Kekurangan dari penggunaan peti kemas, yaitu: a. Temperatur suhu ruang yang cenderung tinggi sehingga di perlukan treatment tersendiri. b. Tenaga kerja ahli yang terbatas dalam pembuatan bangunan dengan material peti kemas. c. Unsur kontaminasi dalam peti kemas yang harus diperhatikan agar tidak membahayakan manusia. d. Bentuknya yang modular, cenderung memiliki keterbatasan ruang. e. Sistem finishing dengan menambahkan isolasi pada dinding dan lantai. Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
64
BAB IV Analisa dan Rumusan Untuk mengurangi tingkat panas pada peti kemas dapat menggunakan bahan isolator pada bagian dalam (dinding dan plafond) peti kemas, diantaranya: Glasswool, melamine, Vyrofoain, Ceramic Fiber, Rockwool, Calsium Silicate, Aluminium Foil, Spray Polyurethane Foam (Polyurea), panel sandwich, dan kayu lapis. Pada lantai dapat menggunakan plat aluminium kotak, plat baja karbon, panel kayu, keramik, beton, atau PVC dll. Warna juga mempengaruhi dalam suatu bangunan. Warna hangat (orange, kuning, merah, cokelat) bersifat merangsang, sedangkan warna dingin bersifat menenangkan ( hijau, biru, ungu). Warna putih merupakan warna kebersihan dan keadaan yang teratur. Warna hitam memberikan kesan gelap dan menekan pada ruang. [4.5] Bangunan peti kemas mempunyai tahapan konstruksi, yaitu : a. Cara membeli peti kemas Mencari agen-agen yang menjual peti kemas bekas, atau langsung mencari agen yang menjual rumah container. b. Inspeksi dan Sumber untuk container yang digunakan. c. Jumlah container yang diperlukan. d. Pemilihan container bekas yang berkualitas. e. Jumlah container yang memerlukan dinding dipotong. f. Bongkar g. Ukuran lahan yang akan di gunakan untuk rumah container. h. Bagaimana dan dimana rumah container akan terletak di plot tanah. i. Jumalah luasan yang dibutuhkan untuk ruangan. j. Jenis dan ukuran pondasi rumah container. k. Jenis isolasi l. Desain internal m. Jumlah, penempatan, dan pemotongan jendela dan pintu. Jendela, pintu dan frame lainnya dapat diproduksi dari baja, plastik aluminium, kayu, dll. n. Penempatan listrik di dalam rumah container o. Penyelesaian interior dan insulasi. p. Penempatan pipa saluran air. q. Bahan untuk dinding eksterior. r. Memilih atap yang digunakan. Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
65
BAB IV Analisa dan Rumusan s. Menghias konstruksi atau proses finishing. t. Pemeliharaan u. Menggabung dan / atau susun dua container atau lebih 4.2.8
Analisa bangunan a) Berdasarkan Sistem Pencapaian Horizontal : i.
Single Loaded Corridor : koridor hanya satu sisi di tepi banguanan dengan sistem slab blok. Keuntungan : ventilasi siang tercapai, pencahayaan alami dari 2 arah.
ii.
Double Loaded Corridor : Koridor di tengah pada sistem slab blok. Kerugian : ventilasi silang tidak tercapai, orientasi pencahayaan 1 arah.
iii.
Koridor pada dua sisi di tepi bangunan, pada sistem slab blok.
iv.
Koridor terpusat di tengah-tengah bangunan, pada sistem tower blok.
b) Berdasarkan Jumlah Lantai per unit : i.
Simplex / Flat : Unit hunian terdapat satu lantai.
ii.
Duplex : Satu unit hunian terdapat dua lantai.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
66
BAB IV Analisa dan Rumusan iii.
Triplex
:
Satu
unit
hunian
terdapat
tiga
lantai.
c) Berdasarkan bentuk massa : i.
Bentuk Massa Slab Massa bangunan memanjang dengan bentuk sirkulasi berupa koridor, biasanya menggunakan lebih dari satu sistem sirkulasi vertikal.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
67
BAB IV Analisa dan Rumusan ii.
Bentuk Massa Tower Massa bangunan memusat dengan bentuk sirkulasi berupa hall atau ruang perantara.
iii.
Bentuk Massa Variant. Penggabungan antara bentuk slab dan tower
d) Berdasarkan Bentuk Denah : i.
Skip Stop Plan : keuntungan; elevator membuka pada lantai tertentu sesuai keinginan, dapat mengurangi jumlah koridor, pintu lift,efisiensi bangunan lebih tinggi.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
68
BAB IV Analisa dan Rumusan ii.
Tower Plan : Core terpusat di tengah, umumnya di gunakan untuk penghuni berpenghasilan menengah dan tinggi. Keuntungan; ventilasi silang tercapai,tiap unit mempunyai 2 arah pandangan, mudah di tempatkan pada tapak tidak teratur / berkontur, Kerugian; jumlah unit perlantai terbatas, biaya struktur lebih mahal.
iii.
Expanded Tower Plan : Prinsip sama seperti tower plan Keuntungan : jumlah unit perlantai lebih banyak, Kerugian; dapat mengurangi tercapainya ventilasi silang dan penerangan 2 arah.
iv.
Cross Plan : Mempunyai 4 sayap, masing-masing terdiri dari 2 unit, menyebar dari core tengah. Keuntungan; pencapaian lansung ke unit susun, ventilasi sinar matahari dan pandangan arah dapat teratur. Kerugian; kesulitan orientasi terhadap matahari.
v.
Expanded Cross Plan : Prinsip sama seperti Cross plan di tambah 1 sayap, Keuntungan; jumlah unit lantai dapat mencapai 10 unit. Kerugian; sudut antara sayap hanya 72 derajat, dapat mengurangi pandangan.
vi.
Circular Plan : Prinsip sama dengan Tower Plan. Jumlah unit perlantai tergantung diameter bangunan.
vii.
Terrace Plan : keuntungan; Orientasi terhadap matahari atau cahaya yang baik, umumnya single loaded corridor, ventilasi mudah dapat di capai
4.2.9
Analisa System Struktur Mengingat lokasi rumah susun dekat dengan sungai ciliwung dimana ketika musim penghujan banjir, maka apabila melihat struktur rumah panggung memberikan keuntungan diantaranya: aman apabila terjadi banjir, tidak menutup permukaan tanah sehingga tanah dapat menyerap air dengan optimal, serta penyesuaian suhu di dalam rumah susun cepat berubah karena tidak langsung bersentuhan dengan tanah atau beton sehingga sirkulasi udara lebih bagus. Bangunan container dibuat struktur panggung dengan menggunakan kolom dan balok beton bertulang, kemudian container diletakan pada rangka beton tersebut. Pada kedelapan sudut container terdapat corner casting yang
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
69
BAB IV Analisa dan Rumusan digunakan untuk sistem kuncian twistlock sehingga antara satu peti kemas dengan peti kemas lainnya dapat dengan mudah disatukan dan dipisahkan. Pondasi pada bangunan, menggunakan system Struktur bored pile. Pondasi Bored pile digunakan untuk bangunan yang memiliki 4 - 8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku yang kemudian di tancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat berat seperti kren.
Gambar 4.4 Pondasi Bored Pile
Pengeboran bored pile memiliki keuntungan, diantaranya:
Mobilisasi mudah, karena pondasi dicetak ditempat
Tidak
mengganggu
lingkungan
dengan
getaran
yang
dapat
memepengaruhi lingkungan sekitar Bored pile memiliki ukuran berdiameter 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm dan 70 cm dimana penggunaannya lebih disesuaikan dengan kebutuhan bangunan. Bahan rangka yang digunakan adalah Besi beton diameter (d) 10 mm dengan campuran untuk beton adalah 1 semen : 2 Pasir : 3 Split (krikil) atau 1 Semen : 1,5 Pasir : 2,5 split. Untuk pasir tidak mengandung tanah dan split dengan ukuran ½ (satu dua), agar hasil dari pengecoran beton tersebut baik, sedangkan alasan penggunaan split ½ ,agar beton yang dihasilkan tidak keropos.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
70
BAB IV Analisa dan Rumusan Dalam pengerjaan container sebagai hunian diperlukan pemotongan terhadap bidang container untuk pemasangan jendela dan pintu. Pemasangan jendela dan pintu lebih dahulu menggunakan rangka hollow yang kemudian di las ke bidang plat besi container.
Gambar 4.5 Detail Pengerjaan Container
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
71
BAB IV Analisa dan Rumusan 4.2.10 Utilitas Utilitas bangunan terdiri dari: [4.6] a) Penerangan o Tinggi ambang bawah bidang bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan. o Luas jendela min. 20% dari luas lantai. o Penerangan alami dapat dicondongkan langsung pada bidang sebesar 60% - 90% o Manfaatkan cahaya matahari karena tidak memberikan efek pemanasan terhadap ruang b) Penghawaan Penghawaan alami dapat dicapai dengan: o Penggunaan jendela dengan engsel ditengah, membentuk sudut 60% (jendela nako). o Penggunaan jendela dengan engsel disamping, sehingga jendela dapat terbuka seluruhnya tetapi debu dapat masuk dengan leluasa. o Pengunaaan jendela dengan engsel dikiri dan kanan, jendela dapat hanya terbuka setengahnya. o Penggunaan jendela dengan engsel diatas, udara masuk melalui sisi bawah. o Lubang ventilasi maksimal 80 cm dari plafond. o Menciptakan ruang terbuka disekitar rumah, agar ventilasi silang mudah berlangsung. c) Kebisingan Pencegahan dapat dilakukan dengan: o Menjauhkan hunian dari keramaian (lalu lintas, pasar, bioskop, dll) o Menanam pohon, karena dapat berfungsi sebagai penyerap suara. o Dinding dan lantai pada hunian diberikan lapisan agar kedap suara. d) Sumber Daya/ Listrik Agar mendapatkan bangunan yang mandiri dalam menggunakan sumber energy, maka dapat menggunakan Solar sel (photovoltaic). Penggunaan Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
72
BAB IV Analisa dan Rumusan solar sel akan menjadi kurang efektif bila cuaca selalu mendung atau hujan sehingga panel surya tidak bisa menyerap banyak energi listrik ke dalamnya. Pada saat tersebut, baterai Lithium akan berfungsi untuk menggantikan sementara energi listrik yang dibutuhkan di dalam rumah. Panel surya mempunyai kapasitas 3,78 Kw sedangkan baterai Lithium sendiri berkapasitas 1,57 Kw. Dalam instalasi listrik dengan menggunakan solar sel memerlukan: 1. Charge Controller, digunakan untuk mengatur pengaturan pengisian baterai. Tegangan maksimum yang dihasilkan panel surya / solar cell pada hari yang terik akan menghasilkan tegangan tinggi yang dapat merusak baterai. 2. Inverter adalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC - direct current) menjadi tegangan bolak balik (AC alternating current). 3. Battery adalah perangkat kimia untuk menyimpan tenaga listrik dari tenaga surya. Tanpa baterai, energi surya hanya dapat digunakan pada saat ada sinar matahari.
Gambar 4.6 Diagram instalasi pembangkit listrik tenaga surya ini terdiri dari panel surya / solar cell, charge controller, inverter, baterai.
e) Penangkal petir Instalasi penangkal petir berfungsi sebagai penangkap petir dan menyalurkannya ke tanah, yang terdiri dari bagian – bagian sebagai berikut: Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
73
BAB IV Analisa dan Rumusan o Penghantar diatas tanah, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan mendatar. o Penghantar pada dinding atau didalam bangunan, penyalur arus petir ke tanah yang terbuat dari tembaga, baja galvanish atau alumunium. o Elektroda – elektroda tanah (elektroda pita, batang dan plat). 4.2.11 Sanitasi Sanitasi terdiri dari: a) Penyediaan air bersih. Air bersih diperlukan pada setiap unit hunian. Terdapat 2 sistem penyediaan air bersih, yaitu: o Sistem Down Feed distribution. Keuntungannya ialah distribusi merata. Kerugiannya ialah terdapat reservoar di atap, beban pada atap. Untuk penggunaan sistem penyediaan air secara down-feed, penggunaan reservoar air perlu diperhatikan sistem penghisapan serta dimensi pipa agar distribusi air dapat merata. o Sistem Up Feed distribution Keuntungannya tidak terdapat reservoar di atap. Kerugiannya distribusi kurang merata dan banyak menggunakan listrik. Sumber Air Bersih. o PAM, tetapi penyediaan air bersih melalui PAM masih kurang mencukupi yaitu hanya sekitar 60% dari total kebutuhan. o Sumur Bor, merupakan pilihan sumber air bersih yang baik, dimana pelaksanaannya dapat diawasi dengan mematuhi syarat serta peraturan yang berlaku. b) Penanggulangan kebakaran. Penampungan air untuk kebutuhan penanggulangan kebakaran, jumlahnya disesuaikan dengan syarat yang ditetapkan yaiut 100 m3 tiap bangunan, yang mana reservoarnya diletakkan pada atap bangunan. Beberapa macam sistem pemadam api, yaitu sebagai berikut :
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
74
BAB IV Analisa dan Rumusan o Penguraian yaitu dengan memisahkan atau menjauhkan benda-benda yang mudah terbakar. o Pendinginan yaitu menyemprotkan air pada benda-benda yang terbakar dengan sprinkler air yang diletakkan merata pada ruang-ruang rumah susun. o Isolasi/Sistem lokalisasi, yaitu dengan cara menyemprotkan bahan kimia CO2 o Blasting effect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tinggi, misalnya dengan jalan meledakkan bahan peledak. Penanggulangan bahaya kebakaran dapat dilaksanakan melalui 2 cara, yaitu: o Pencegahan secara aktif/active fire protection. Fire Fighting dengan elemen-elemen: - Water Sprinkler - Alat pemadam kimia portable - Fire Hydrant dan House Rell. - Gas System (CO2, Hakin 1211) - Smoke Detector - Thermal/Heat Detector o Elemen pencegahan pasif/pasife fire precaution - Pintu keluar darurat/emergency - Koridor dan jalan keluar - Tangga kebakaran - Lift - Melengkapi jalur sirkulasi dengan Pressurization system Untuk menentukan jumlah dan titik hydrant halaman menggunakan acuan SNI (Standar Nasional Indonesia) no. 03-1735-2000 sbb:
Tiap bagian dari jalur akses mobil pemadam di lahan bangunan harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hydrant kota. Bila hydrant kota yang memenuhi persyaratan tersebut tidak tersedia, maka harus disediakan hydrant halaman.
Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hydrant halaman, maka hydrant-hydrant tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
75
BAB IV Analisa dan Rumusan
Hydrant halaman (pilar) ditempatkan di luar bangunan pada lokasi yang aman dari api dan penyaluran pasokan air ke dalam bangunan dilakukan melalui katup siamese.
Hydrant kota (fire hydrant) bentuknya sama dengan hydrant halaman, tetapi mempunyai dua katup atau tiga lubang untuk selang kebakaran.
c) Pembuangan sampah. Dua macam sistem pembuangan sampah dapat digunakan: o Melalui shaft sampah. Dari tiap-tiap lantai terdapat shaft-shaft pembuangan sampah yang kemudian ditampung di penampungan utama di bagian bawah bangunan. Setelah dipadatkan lalu diangkut oleh truk sampah. o Ditampung Sampah ditampung oleh masing-masing unit hunian untuk kemudian diangkut oleh petugas kebersihan. o Sampah dapat dipilah-pilah, untuk berbahan plasrik dapat di daur ulang sedangkan sampah makanan dapat dijadikan kompos.
Gambar 4.7 Pengolahan Sampah
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
76
BAB IV Analisa dan Rumusan 4.2.12 Biaya Pembangunan Berikut adalah perbandingan RAB (Rencana Anggaran Biaya) rumah susun peti kemas dengan rumah susun konvensional: a) Bangunan peti kemas No. Material
Harga per unit
Jumlah
Jumlah harga
unit 1.
Peti
kemas Rp. 45.000.000
120 (2)
Rp. 10.800.000.000
modifikasi, meliputi finishing, material
dan
struktur konstruksi 2.
Tanah
Rp. 1.500.000
1,3 ha
Rp. 19.500.000.000
3.
Taman
Rp. 300.000
6
Rp. 1.800.000
Total
Rp. 30.301.800.000
b) Bangunan konvensional No. Material
Harga per unit
Jumlah
Jumlah harga
unit 1.
Bangunan
Rp. 6.000.000
120
konvensional
(6m
(rusun)
4,8m)
Rp. 20.736.000.000 x
meliputi finishing, material
dan
struktur konstruksi 2.
Tanah
Rp. 1.500.000
1,3 ha
Rp. 19.500.000.000
3.
Taman
Rp. 300.000
6
Rp. 1.800.000
Total
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
Rp. 40.237.800.000
77
BAB IV Analisa dan Rumusan Dari perbandingan tersebut dapat terlihat bahwa bangunan rumah susun dengan peti kemas cenderung lebih murah dibandingkan bangunan konvensional, dengan bangunan menggunakan material peti kemas juga merupakan bangunan ramah lingkungan karena dalam pembangunannya tidak menggunakan jumlah emisi karbon yang besar dibandingkan bangunan konvensional. 4.3 Rumusan dan Zoning Hal-hal yang berpengaruh bagi penentuan pembagian zoning meliputi: 4.3.1
Pencapaian Pencapaian pada tapak lebih sesuai melalui jalan otto iskandar yang juga merupakan akses utama lalu lintas. Letak entrance pada tapak lebih sesuai melalui jalan otto iskandar yang juga merupakan akses utama lalu lintas. Bukaan entrance membuat 1 bukaan untuk akses masuk dan keluar tapak dengan letak mendekati gang moya dan menghindari bukaan pada sisi utara Gambar 4.8 Sirkulasi dan Letak Entrance
tapak agar posisi bukaan tidak berhadapan
dengan lampu merah. Membuat pedestrian bagi pejalan kaki agar memudahkan pencapaian ke dalam tapak, sirkulasi parkir bersifat memutar sedangkan menuju hunian menggunakan sirkulasi pola linear. 4.3.2 Analisa Zoning dalam tapak Penzoningan pada tapak dapat terbagi dalam 3 zona, yaitu: o Zona public, merupakan zona berupa kantor pengelola, parkir, lapangan olah raga, taman / ruang terbuka hijau. o Zona private, merupakan zona berupa hunian rumah susun o Zona service, merupakan zona berupa ruang ME, ruang pane dan pompa.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
78
BAB IV Analisa dan Rumusan Area public terletak pada bagian depan tapak (kantor pengelola dan ruang parkir). Pada bagian tengah tapak dapat dimanfaatkan sebagai ruang bersama, sehingga terjadi interaksi antar penghuni. Gambar 4.9 Penzoningan Pada Tapak
Area private terletak pada bagian kanan dan kiri tapak karena berbatasan dengan permukiman (tingkat kebisingan rendah). Area service terletak pada bagian depan tapak agar memudahkan dalam maintenance ME.
Jurusan Arsitektur Universitas mercu buana
79