BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan analisis dan pembahasan hasil penelitian dari data yang telah diperoleh dan diolah. Adapun analisis data pembahasan tersebut digunakan untuk menjawab persoalan penelitian yang ada. 4.1. Gambaran Singkat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy Ambon 4.1.1. Sejarah Rumah Sakit Rencana pembangunan Rumah Sakit diprakarsai oleh tiga orang dokter, masing-masing Dr. D. P. Tahitu, Dr. K. A. Staa, dan Dr. L. Huliselan tahun 1946. Pada tahun 1947 dimulai
dengan
penggusuran
tanah,
sedangkan
pembangunan baru dimulai tahun 1948. Pada tahun 1950 dibangun ruangan lelaki, ruangan wanita, dan ruangan menular, masing-masing 391,56 m2. Belum
sempat
rumah
sakit
difungsikan,
terjadi
pendaratan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Ambon, sehingga
rakyat
di
daerah
Kudamati,
Benteng,
dan
sekitarnya mengungsi dan tinggal di rumah sakit. Setelah keadaan pulih, rakyat yang mengungsi kembali ke rumah mereka. Bangunan rumah sakit ini dimanfaatkan lagi oleh TNI dan keluarganya sebagai asrama. Tahun 1951 bangunan rumah sakit dikosongkan namun dalam keadaan rusak berat sehinga perlu diperbaiki lagi. Di samping perbaikan dibangun pula asrama bagi siswa juru rawat lelaki dan kantor tata usaha sementara
seluas
391,56
m2,
asrama
siswa
juru
rawat
wanita,
laboratorium, klinik OK, ruang interen sementara seluas 391,56 m2, dapur, gudang, tempat cuci, ruangan rontgen, kamar operasi sementara seluas 627,40 m2, kamar mayat seluas 78 m2, garasi seluas 72 m2 dan kamar mesin listrik seluas 35 m2. Rumah sakit baru diresmikan pada tanggal 3 Maret 1954 dengan nama Rumah Sakit Umum Ambon dan dipimpin oleh Dr.L. Huliselan sebagai Kepala Rumah Sakit Umum Ambon yang pertama. Dengan
keputusan
Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51/Men.Kes/SK/II/79 tanggal 22 Februari 1979, Rumah Sakit Umum Ambon ditetapkan menjadi rumah sakit kelas C. Kemudian dalam perkembangannya fasilitas
baik
terhitung mulai
setelah
peralatan
dilengkapi dengan berbagai
maupun tenaga spesialis,
maka
tanggal 22 Desember 1994, kelas rumah
sakit ditingkatkan menjadi kelas B sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 1069/Menkes/SK/XI/1992 dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah Propinsi Dati I Maluku (PERDA) Nomor: 06 Tahun 1994 tanggal 22 Desember 1994. Namun sebelumnya pada tanggal 14 Desember 1994 Rumah Sakit Umum Ambon dirubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy (Keputusan DPRD Tingkat I Maluku tanggal 14 Desember 4.1.2.
(1994).
Keberhasilan yang Dicapai
a. Akreditasi Rumah Sakit Terakreditasi penuh 12 bidang pelayanan pada tahun 2009, setelah 3 tahun akreditasi
lima bidang
Pelayanan
Tahun
2006.
pelayanan
meliputi:
Pelayanan
Medis,
Akreditasi
Administrasi Gawat
12
bidang
Manajamen,
Darurat,
Pelayanan
Keperawatan, Pelayanan Rekam Medis, Farmasi, Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana, Pelayanan Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi,
Pengendalian
Infeksi
di
Rumah
Sakit,
Pelayanan Perinatal ResikoTinggi. b. Piagam “Citra Pelayanan Prima”
Tingkat Propinsi
empat kali berturut–turut yang dilaksanakan oleh Kementerian
Negara
Pendaya
Gunaan
Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi pada Tahun 2006 s/d 2009 c. Piagam” Citra Pelayanan Prima” Tingkat Nasional Tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Kementerian Negara
Pendaya
Gunaan
Aparatur
Negara
dan
Reformasi Birokrasi. d. Pelaksanaan Pelayanan Program Keluarga Berencana pasca persalinan dan pasca keguguran Tingkat Nasional
padaTahun,
2011
dari
Menteri
Pemberdayaan Perempuan e. Pelaksanaan program Rumah Sakit Sanyang Ibu dan bayi RI ( PHI ) ke – 83 pada Tahun 2011 RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon mempunyai filosofi yaitu: melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara
serasi
dan
terpadu
dengan
upaya
peningkatan
dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.”. Visi RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon adalah “ Rumah Sakit Mandiri dengan Pelayanan Profesional 2013“ sedangkan misi RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon di antaranya adalah: (1) Sumber daya manusia yang berkualitas, (2) Kerja sama antar profesi, (3) Penerapan sistem informasi terpadu, (4) Sarana dan prasarana yang memadai, (5) Konsep bersih dan ramah lingkungan, (6) Kemandirian organisasi, (7) Kerja sama lintas sektor dan lintas program. Motto RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon ”Kami ada untuk melayani” Fasilitas-fasilitas yang ada di rumah sakit RSU Ambon untuk
menunjang
pelayanan
kepada
masyarakat
diantaranya adalah: Instalasi Pengolahan Air Limbah 1 unit, Incenerator 1 buah, Mobil Sampah 1 buah, WC buah, 1 buah buah
mobil
2010, 4 buah
mobil
jenazah, 1 buah
mobil
Umum 2 sampah, 2
ambulance bantuan Depkes tahun 2007 dan mobil
ambulance, 3 buah
mobil
dinas
operasional , Kapasitas tenaga listrik (PLN) = 240 KW, Genset 2 unit, 1 unit kapasitas = 140 KW, 1 unit kapasitas = 100 KVA, Perusahaan Air Minum PDAM
kapasitas debit air 8
L/detik , Sumur Bor kapasitas debit air 6 L/detik, Alat pemadam kebakaran 37 buah, Hydran 3 buah , Hostel, Tempat parker, Garasi, Peralatan Medis maupun non Medis dan perkantoran tersedia pada masing- masing unit kerja. RSUD Dr M Haulussy Ambon memiliki jumlah tenaga medis dan non medis serta administrasi secara keseluruhan
berjumlah 749 orang. Perinciaannya dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini : Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kerja No Jenis Keterangan Jumlah 1 Dokter Gigi 3 orang 2 Dokter Umum 32 orang 3 Dokter Spesialis 17 orang 4 Manajemen 5 orang Kesehatan/Keuangan 5 Tenaga Keperawatan 418 orang 6 Tenaga Farmasi 23 orang 7 Kesehatan Masyarakat 9 orang 8 Tenaga Gizi 29 orang 9 Tenaga Kesehatan Fisik 5 orang 10 Tenaga Kesehatan Lingkungan 17 orang 11 Tenaga Rontgen 6 orang 12 Tenaga Teknis Medis 11 orang 13 Tenaga Perekam Medis 3 orang 14 Tenaga Non Kesehatan 171 orang Jumlah 749 orang (Sumber: Data SDM Personalia RSUD, 2013) 4.2. Gambaran Profil Responden Untuk mendapat data dan informasi dalam penelitian ini adalah dengan cara membagikan kuisioner kepada responden perawat wanita yang telah menikah atau pernah menikah dan memiliki anak di RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon secara keseluruhan berjumlah 332. Dari kuisioner yang dibagikan kepada 157 perawat, yang dikembalikan dan terisi lengkap sebanyak 94 kuisioner.
Dalam
deskripsi
karakteristik
responden
tersebut
disajikan dalam tabel sebagai berikut: Table 4.2.1 Data Karakteristik Responden berdasarkan Usia No Usia Jumlah Presentase % 1 25-34 20 21 % 2 35-44 37 39 % 3 45-54 26 28 % 3 55-64 11 12 % Jumlah 94 100 % Sumber pengolahan Data SPSS, 2014
Berdasarkan
data
yang
terkumpul, sebanyak
20
responden (21%) berusia 25-34 tahun, 37 responden (39%) berusia 35-44 tahun, 26 responden (28%) berusia 45-54 tahun dan 11 responden (12%) berusia 55-64 tahun. Seperti yang dilihat pada tabel 4.2.1 di atas dapat diketahui hampir sebagian besar dari perawat wanita yang bekerja di RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon berada pada rentang usia matang yaitu antara usia 35-44 tahun. Wanita dalam usia ini seharusnya sedikit yang mengalami stres kerja dan sudah memiliki kemampuan mengendalikan emosi yang lebih baik di bandingkan wanita pada usia yang lebih mudah. Table 4.2.2 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir No Pendidikan Jumlah Presentase % terakhir 1 SPK 10 11 % 2 D3 63 67 % 3 S1 18 19 % 4 S2 3 3% Jumlah
94
Sumber pengolahan Data SPSS, 2014
100%
Dari tabel di atas terlihat bahwa responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 63 perawat (67%), yang berpendidikan respondenya
S1 10
sebanyak (11%)
18
dan
(19%),
responden
SPK yang
jumlah memiliki
pendidikan S2 sebanyak 3 (3%). Dari data yang tersaji pada tabel 4.2.2 disimpulkan bahwa lebih dari separuh perawat yang bekerja di RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon baru menyandang pendidikan sampai dengan D3 dengan demikian secara umum perawat yang bekerja di RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon masuk dalam kategori pendidikan sedang.
No 1 2 3 4
Table 4.2.3 Karakteristik Responden berdasarkan Masa Kerja Masa kerja Jumlah Presentase (%) 1-10 10 11 % 11-20 47 50 % 21-30 34 36 % 31-40 3 3%
Jumlah
94
100%
Sumber pengolahan Data SPSS, 2014
Perawat
yang
telah
bekerja
selama
1-10
tahun
sebanyak 10 orang (11%), 11-20 tahun sebanyak 47 orang (50%), 21-30 tahun sebanyak 34 orang (36%) dan 31-40 tahun sebanyak 3 0rang (3%). Berdasarkan tabel di atas perawat wanita yang lama bekerja di RSU
Daerah Dr. M.
Haulussy Ambon sangat mendominasi yaitu responden berada pada rentang masa kerja 11-20 tahun dan 21-30 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa perawat wanita yang bekerja di RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon sebagian besar sudah bekerja lama. Dengan bertolak dari tabel di atas
dapat dikatakan bahwa pengalaman setiap perawat wanita di RSU Daerah Dr. M. Haulussy Ambon sudah sangat matang sehingga perawat wanita tersebut dapat mengelolah konflik peran ganda dan stres kerja dengan baik sehingga hal ini tidak berpengaruh pada kinerja perawat tersebut.
No 1 2 3
-
-
Table 4.2.4 Karakteristik Responden berdasarkan Ruangan Kerja Ruangan Kerja Jumlah Presentase (%) Ruang lelaki Beda lelaki 10 11% Interen lelaki 13 14% Ruang wanita Bedah wanta 15 16% 11 Interen wanita 11% Cendrawasi (ibu 15 16% 9 hamil) 10% Anak bayi Ruang menular 3 3% 12 13% Paru – paru 6 6% Obstetri
- Poliklinik (kulit) Jumlah
94
100%
Sumber pengolahan Data SPSS, 2014
Dalam
penelitian ini sebagian besar responden
perawat wanita berada pada ruang beda wanita dan ruang cendrawasi sebanyak 15 orang (16%), interen laki-laki 13 orang (14%), ruang obstetric 12 orang(13%) interen wanita 11 orang (11%) 10 orang (11%) ruang bayi 9 orang(10%), poliklinik 6 orang (6%), dan responden yang relatif kecil ada
pada ruang paru-paru dengan jumlah responden sebanyak 3 orang (3%). 4.3.
Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
4.3.1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuisioner. Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut mampu
menunjukan
memberikan
hasil
fungsi
ukur
yang
ukurnya sesuai
dan dengan
mampu maksut
dilakukannya pengukuran tersebut. Validitas alat ukur diketahui dengan mengkorelasikan skor item dengan skala total. Sedangkan untuk kriteria validitas digunakan kriteria yang menyebutkan bahwa suatu alat tes dikatakan valid jika koefisien korelasi item total lebih besar dari 0,25 (Anzwer, 2005). Dalam tahap ini dilakukan seleksi item pada skala konflik peran ganda yang terdiri dari 13 item pertanyaan berdasarkan hasil analisis, koefisien korelasi item bergerak antara -.087-594. Dari 13 item pertanyaan ternyata item yang dinyatakan valid 10 dan 3 item yang tidak valid/gugur. Item yang dinyatakan gugur adalah item no 1,12, dan 13. Selanjutnya seleksi item pada skala stres kerja yang terdiri dari 12 item pertanyaan berdasarkan hasil analisis, koefisien korelasi item bergerak antara -.019-497, dari 12 item pertanyaan ternyata item yang dinyatakan valid 9 dan 3 item yang tidak valid/gugur, item yang dinyatakan gugur adalah item no 2, 10, dan 11.
Demikian pula seleksi item pada
skala kinerja perawat wanita yang terdiri dari 17 item pertanyaan berdasarkan hasil analisis, koefisien korelasi item bergerak antara -.046-649, dari 17 item pertanyaan, ternyata item yang dinyatakan valid 11 dan 6 item yang tidak valid/gugur, item yang dinyatakan gugur adalah item no 2, 11-14,
dan
16.
Selanjutnya
seleksi
item
pada
skala
dukungan sosial merupakan variabel keempat yang terdiri dari 17 item pertanyaan berdasarkan hasil analisis, koefisien korelasi item bergerak antara -.060-594. Dari 17 item pertanyaan ternyata item yang dinyatakan valid 12 dan 5 item yang tidak valid/gugur, item yang dinyatakan gugur adalah item no 2,6, 11,14 dan 15. 4.3.2.
Uji Reliabilitas
Uji
reliabilitas
diperlukan
untuk
mengetahui
konsistensi suatu alat ukur di dalam mengukur gejala-gejala yang
sama
terhadap
masing-masing
butir
pertanyaan
kuisioner. Pengujian reliabilitas menggunakan nilai cronbach alpha di mana dasar pengambilan keputusannya adalah bahwa variabel dikatakan reliable jika cronbach alpha ˃0,6 (Ghozali,
2005).
Dengan
demikian
uji
reliabitas
dapat
disajikan pada tabel 4.3.2 pada halaman berikut: Tabel 4.3.2 Item Reliabilitas Variabel Nilai Cronbach Keterangan Alpha Konflik Peran Ganda 0.762 Reliabel Stres Kerja 0.669 Reliabel Kinerja Perawat Wanita 0.786 Reliabel Dukungan Sosial 0.752 Reliabel
4.4.
Analisis Statistik Deskriptif Dalam analisis ini akan dijelaskan mengenai data
deskriptif yang menggambarkan tentang nilai minimum, maksimum dan nilai rata-rata (mean). Data deskriptif ini didasarkan dari tanggapan responden terhadap pertanyaan dari variabel konflik peran ganda, stres kerja, kinerja perawat wanita dan dukungan sosial. Statistik deskriptif jawaban responden untuk masing-masing variabel penelitian yang dipaparkan pada uraian berikut dengan penentuan kriteria atas skor rata-rata jawaban menggunakan skala numerik sebagai berikut:
Kriteria Sangat tidak setuju Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju
Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif Interprestasi Interval ratarata jawaban Sangat 1.00-1.80 rendah Rendah
1.81-2.60
Netral Tinggi Sangat tinggi
2.61-3.40 3.41-4.20 4.21-5.00
4.4.1. Statistik Deskriptif konflik Peran Ganda Konflik peran ganda adalah kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara bersamaan. Seorang perawat wanita dituntut dapat menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai perawat dan juga sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 4.4.1 Statistik Deskriptif Konflik Peran Ganda KPG2 KPG3 KPG4 KPG5 KPG6 KPG7 KPG8 KPG9 KPG10 KPG11 Rata-rata
N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94
Minimum 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
Mean 3.063 3.744 3.393 3.308 4.010 3.276 3.361 3.436 3.319 3.074 3.398
Dari tabel 4.4.1 di atas tampak bahwa skor rata-rata jawaban responden pada 10 item indikator empirik untuk variabel konflik peran ganda sebesar 3.398 dan masuk dalam kategori netral. Angka rata-rata terendah pada variabel konflik peran ganda yaitu item pertanyaan no 2 dengan nilai mean 3.063 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel konflik peran ganda yaitu item pertanyaan no 6 dengan nilai mean 4.010. 4.4.2. Statistik Deskriptif Stres Kerja Stres kerja adalah pengalaman yang bersifat eksternal yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan pisikis dalam diri seseorang akibat dari faktor lingkungan eksternal, organisasi atau orang lain.
Tabel 4.4.2 Statistik Deskriptif Stres Kerja SK1 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK12 Rata-rata
N 94 94 94 94 94 94 94 94 94
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00
Maximum 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
Mean 3.351 3.117 3.170 3.021 3.020 3.138 3.223 3.138 3.117 3.143
Dari tabel 4.4.2 di atas dapat dilihat bahwa skor ratarata jawaban responden pada 9 item indikator empirik untuk variabel stres kerja sebesar 3.143 dan masuk dalam kategori netral. Angka rata-rata terendah pada variabel stres kerja yaitu item pertanyaan no 6 dengan nilai mean 3.020 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel stres kerja yaitu item pertanyaan no 1 dengan nilai mean 3.351. 4.4.3. Statistik Deskriptif Kinerja Perawat Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Tabel 4.4.3 Statistik Deskriptif Kinerja Perawat KP1 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 KP9 KP10 KP15 KP17 Ratarata
N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94
Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 1.00
Maximum 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 4.00 5.00 5.00 5.00 5.00 4.00
94
Mean 3.729 3.595 3.648 3.606 3.170 3.106 3.425 3.755 3.468 3.340 3.000 3.449
Tabel 4.4.3 menunjukan bahwa skor rata-rata jawaban responden pada 11 item indikator empirik untuk variabel kinerja perawat sebesar 3.449 dan masuk dalam kategori tinggi. Angka rata-rata terendah pada variabel kinerja perawat yaitu item pertanyaan no 17 dengan nilai mean 3.000 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel kinerja perawat yaitu item pertanyaan no 1 dengan nilai mean 3.755 4.4.4. Statistik Deskriptif Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah suatu transaksi interpersonal yang melibatkan perhatian emosional, bantuan instrumental informasi dan penilaian. Dengan adanya dukungan sosial baik itu yang berasal dari pasangan hidup/keluarga, atasan dan rekan kerja yang tinggi dapat menurunya gejala stres yang diakibatkan oleh konflik peran ganda, sebaliknya jika dukungan
sosialnya
menurun
maka
stres
kerja
yang
diakibatkan oleh konflik peran gandi menjadi semakin meningkat. Tabel 4.4.4 Statistik Deskriptif Dukungan Sosial DS1 DS3 DS4 DS5 DS7 DS8 DS9 DS10 DS12 DS13 DS16 DS17 Rata-rata
N 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94 94
Minimum 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Maximum 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00
Mean 3.308 3.606 3.627 3.659 3.414 3.595 3.766 2.606 3.468 3.436 3.297 3.202 3.415
Dari tabel 4.4.4 terlihat bahwa skor rata-rata jawaban responden pada 12 item indikator empirik untuk variabel dukungan sosial sebesar 3.415 dan masuk dalam kategori tinggi. Angka rata-rata terendah pada variabel dukungan sosial yaitu item pertanyaan no 17 dengan nilai mean 2.202 dan angka rata-rata tertinggi pada variabel dukungan sosial yaitu item pertanyaan no 9 dengan nilai mean 3.766. 4.5.
Uji Normalitas Model regresi tahap pertama dapat diuji normalitas
distribusi variabel dependen dan variabel independennya dengan melihat pola penyebaran datanya, seperti yang ditunjukan pada gambar 4.1. Berdasarkan tampilan grafik histogram maupun grafik normal p-plot dapat disimpulkan
bahwa pola distribusi data normal. Grafik normal p-plot of regression standardized juga menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, maka model regresi sederhana tahap pertama tersebut memenuhi asumsi normalitas. Gambar 4.1 Uji Normaliatas dengan histrogram dan p-plot of regressional standardized variabel dependen Kinerja Perawat Wanita
4.6.
Pengujian Hipotesis Setelah asumsi-asumsi dasar dapat dipenuhi maka
selanjutnya dilakukan uji hipotesis sebagai berikut: H1
: Konflik pekerjaan-keluarga berpengaruh signifikan positif terhadap terjadinya stres kerja perawat
H2
: Stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja Perawat
H.3.1 : Pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja dimoderasi oleh variabel dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup dan keluarga.
H.3.2 : Pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja dimoderasi oleh variabel dukungan sosial yang berasal dari atasan. H.3.3 : Pengaruh konflik pekerjaan-keluarga terhadap stres kerja dimoderasi oleh variabel dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan regresi linier sederhana, konflik peran ganda (X1) Stres kerja (X2) sebagai variabel independen, Kinerja Perawat (Y) sebagai variabel dependen
dan
dukungan
sosial
(X3)
sebagai
variabel
moderasi. 4.6.1 Pengujian Hipotesis 1 Tabel 4.6.1 Pengujian Hipotesis 1 Model Summaryb Mod R R Adjusted Std. Error of Durbinel Square R Square the Estimate Watson 1 .705a .497 .491 4.18441 1.958 a. Predictors: (Constant), KPG b. Dependent Variable: SK ANOVAa Model
Sum of Squares
df
Regressi 1588.643 1 on 1 Residual 1610.857 92 Total 3199.500 93 a. Dependent Variable: SK b. Predictors: (Constant), KPG
Mean Square
F
1588.643 90.731 17.509
Sig. .000 b
Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Consta 12.271 2.580 4.756 .000 1 nt) KPG .586 .061 .705 9.525 .000 a. Dependent Variable: SK
Berdasarkan persamaan
regresi
pengelolaan linier
data
SPSS
Y=12.271+.705
X1+
dihasilkan e,
yang
menunjukan nilai koefisien regresi yang positif sebesar 12.271 hal ini berarti konflik pekerjaan keluarga memiliki pengaruh yang positif terhadap stres kerja, atau dengan kata lain semakin besar konflik yang terjadi antara pekerjaankeluarga maka semakin meningkat stres kerja pada perawat wanita. Hasil ini diperkuat oleh hasil uji t hitung = 9.525 (positif) dan angka signifikan sebesar 0.000 (lebih kecil dari 0.05). Hal ini berarti variabel konflik peran ganda memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Nilai dari adjusted R Square adalah 0,497, artinya bahwa 49,7% variabel stres kerja dapat dijelaskan oleh variabel konflik peran ganda sedangakan sisanya 50,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Hasil uji F sebesar 90.731 dengan tingkat signifikan = 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi dapat
digunakan untuk memprediksi stres kerja.
4.6.2. Pengujian Hipotesis 2 Table 4.6.2 Uji Hipotesis 2 Model Summaryb Mode R l 1
R Square
.620a
Adjusted R Square
.384
Std. Error of Durbinthe Estimate Watson
.378
5.88244
1.212
a. Predictors: (Constant), SK b. Dependent Variable: KPW ANOVAa Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Regression
1986.386
1
1986.386
Residual
3183.487
92
34.603
Total
5169.872
93
Sig.
57.40 5
.000b
t
Sig.
a. Dependent Variable: KPW b. Predictors: (Constant), SK Coefficientsa Model
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B
1
(Constant) SK
Std. Error
Beta
28.496
3.844
7.413
.000
.788
.104
.620 7.577
.000
a. Dependent Variable: KPW
Berdasarkan pengelolaan data SPSS yang dihasilkan maka hipotesis kedua yaitu persamaan regresi linier Y= 28.496 +620 X1+ e, yang menunjukkan nilai koefisien regresi yang positif sebesar 28.496. Hal ini berarti stres kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja perawat
wanita atau dengan kata lain semakin besar stres kerja yang terjadi maka akan meningkatkan kinerja perawat wanita. Hasil ini diperkuat oleh hasil uji t hitung = 7.577 (positif) dan angka signifikan sebesar 0.000 (lebih kecil dari 0.05) Nilai dari adjusted R Square adalah 0,384, Hasil uji F sebesar 57.405 dengan tingkat signifikan = 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 maka
model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi kinerja perawat. 4.6.3. Pengujian Hipotesis 3 Hipotesis ketiga terdiri dari tiga rumusan yakni 3.1 pengaruh
konflik
peran
ganda
terhadap
stres
kerja
dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup/keluarga, 3.2 pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari atasan, dan 3.3 pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja. Pengambilan
keputusan
untuk
variabel
moderasi
adalah jika nilai koefisien regresi bernilai negatif dan angka signifikan menujukan hasil yang signifikan (lebih kecil dari 0,05). Hasil pengolahan data SPSS pengujian hipotesis 3.1 ditunjukkan pada tabel 4.6.3
Tabel 4.6.3 Uji Hipotesis 3.1 Model Summary Mode R l 1
R Adjusted Square R Square .843a
.711
Std. Error of the Estimate
.704
3.83720
a. Predictors: (Constant), X1X4, X1 ANOVAa Model
Sum of df Mean F Sig. Squares Square Regression 3289.807 2 1644.903 111.715 .000b 1 Residual 1339.895 91 14.724 Total 4629.702 93 a. Dependent Variable: YSTRESS b. Predictors: (Constant), X1X4, X1 Coefficientsa Model
Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 27.862 3.287 8.476 .000 1 X1 -.395 .166 -.328 -2.380 .019 X1X4 .030 .004 1.132 8.204 .000 a. Dependent Variable: YSTRESS
Berdasarkan
hasil
pengololaan
data
SPSS
untuk
konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup/keluarga menunjukan nilai koefisien yang positif sebesar 27.862 dan angka signifikan sebesar 0.000 (lebih kecil dari 0.05), dengan berdasarkan
pada hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi
oleh
dukungan
hidup/keluarga diterima.
sosial
dari
pasangan
Tabel 4.6.4 Uji Hipotesis 3.2 Model Summary Mode R R l Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate a 1 .725 .525 .514 4.91632 a. Predictors: (Constant), X1X2, X1 ANOVAa Model
Sum of df Mean F Sig. Squares Square Regression 2430.213 2 1215.106 50.273 .000b 1 Residual 2199.489 91 24.170 Total 4629.702 93 a. Dependent Variable: YSTRESS b. Predictors: (Constant), X1X2, X1 Coefficientsa Model
Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 13.428 3.462 3.879 .000 1 X1 .499 .173 .414 2.880 .005 X1X2 .012 .005 .336 2.332 .022 a. Dependent Variable: YSTRESS
Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
SPSS
untuk
konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari atasan, hasil pengujian menunjukkan nilai koefisien yang positif sebesar 13.428 dan angka signifikan sebesar 0.022 (lebih kecil dari 0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial dari atasan diterima.
Tabel 4.6.5 Uji Hipotesis 3.3 Model Summary Mode R l 1
R Square .705a
Adjusted R Square
.497
Std. Error of the Estimate
.485
5.06095
a. Predictors: (Constant), X1X3, X1 ANOVAa Model
Sum of Squares df
Regression 2298.902 1 Residual 2330.800 Total 4629.702 a. Dependent Variable: YSTRESS b. Predictors: (Constant), X1X3, X1
Mean F Sig. Square 2 1149.451 44.877 .000b 91 25.613 93
Coefficientsa Model
Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 10.467 3.368 3.108 .003 1 X1 .857 .162 .712 5.296 .000 X1X3 -.001 .008 -.009 -.069 .945 a. Dependent Variable: YSTRESS
Berdasarkan
hasil
pengololaan
data
SPSS
untuk
konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja menunjukan nilai koefisien yang positif sebesar
10.467
dan angka
signifikan sebesar 0.945 (lebih besar dari 0.05), dengan dilihat pada hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial dari rekan kerja ditolak.
Pada kesimpulan
tabel
4.6.6.
dibawah
ini
akan
disajikan
pengujian hipotesis pertama hingga hipotesis
yang ketiga (3.1, 3.2 dan 3.3) Tabel 4.6.6 Kesimpulan Pengujian Hipotesis H1 H2 H3.1
H3.2 H3.3
4.7.
Rumusan Hipotesis Konflik peran ganda berpengaruh signifikan positif terhadap stres kerja Stres kerja berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja perawat Pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup dan keluarga Pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari atasan Pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja
Keputusan Diterima Ditolak Diterima
Diterima Ditolak
Pembahasan dan Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
signifikan dan positif, hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi konflik peran ganda yang terjadi dalam diri perawat wanita maka akan meningkatkan stres kerja. Seorang
perawat
wanita
seharusnya
mampu
menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan keluarga sehingga tidak terjadi konflik peran ganda dan akibatnya menibulkan stres. Seorang perawat yang selalu melayani berbagai tipe pasien dengan berbagai sifat dan karakteristik yang berbeda-beda perlu memiliki kondisi fisik dan pisikis yang baik sehingga dapat melayani pasien dengan baik pula. Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian
terdahulu oleh Rozikin (2006) yang menyimpulkan bahwa konflik peran ganda berpengaruh signifikan dan positif terhadap
stres
kerja.
Selain
temuan-temuan
tersebut
berdasarkan hasil penelitian ditemukan nilai R Square sebesar 0,497 artinya bahwa adanya konflik peran ganda dalam diri perawat sehingga menimbulkan stres kerja pada perawat wanita yang bekerja di RSU Ambon dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Persoalan penelitian yang kedua yaitu apakah stres kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat wanita. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh signifikan positif terhadap kinerja perawat. Profesi perawat merupakan profesi yang rentang menimbulkan stres jika tidak mampu dikendalikan secara baik. Hal ini bisa dipahami mengingat setiap
harinya
dalam
melaksanakan
pengabdiannya,
seorang perawat tidak hanya berhubungan dengan pasien saja, tetapi juga dengan keluarga pasien, teman pasien, peraturan yang ada di tempat kerja, beban kerja yang kadangkala dinilai tidak sesuai dengan kondisi fisik, pisikis dan emosionalnya. Stres kerja yang dialami oleh perawat wanita di RSU Ambon memberikan dampak positif bagi kinerja mereka. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Robbins (2003) bahwa tingkat stres yang mampu dikendalikan dapat membuat karyawan melakukan pekerjaannya dengan baik, karena membuat mereka mampu meningkatkan intensitas
kerja, kewaspadaan, dan kemampuan berkreasi. Walaupun stres kerja meningkat, ternyata kinerja perawat juga meningkat, yang artinya para perawat mampu mengelola stres mereka dengan baik sehingga semakin tinggi stres maka kinerja merekapun semakin tinggi. Persoalan penelitian yang ketiga yaitu apakah ada pengaruh
konflik
peran
ganda
terhadap
stres
kerja
dimoderasi oleh dukungan sosial baik yang berasal dari pasangan hidup/keluarga, atasan, dan rekan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 8.476 dan angka signifikan sebesar 0,000. Dukungan sosial yang berasal dari
atasan nilai
koefisien regresiya bernilai positif sebesar 3.879 dan angka signifikannya sebesar 0,02. Hal ini berarti pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja dimoderasi oleh dukungan sosial yang berasal dari pasangan hidup dan atasan dapat diterima. Hasil pengolahan data di atas sejalan dengan pendapat
Thomas
(2003)
yang
mengatakan
bahwa
dukungan pasangan hidup/keluarga dan atsan dapat membantu menurunya stres kerja yang disebabkan karena konflik peran ganda. Dalam sistim dual career family seorang
istri
yang
bekerja
diharuskan
untuk
dapat
menyimbangkan antara urusan pekerjaan dan urusan keluarga sehingga tidak menimbulkan konflik peran ganda. Tekanan untuk menyimbangkan dua peran sekaligus dapat
menimbulkan stres dan berakibat pada masalah kesehatan. Dukungan sosial dari pasangan hidup/keluarga dan atasan yang tinggi dapat menurunkan stres kerja dan masalah kesehatan
yang
dihadapi,
dukungan
pasangan
hidup/keluarga ini dapat disebut dengan sebagian sikap penuh perhatian yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk kerja sama yang positif, berbagi dalam menyelesaikan urusan pekerjaan dan keluarga. Nilai koefisien hasil regresi pengaruh dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja adalah positif sebesar 3.108 dan nilai signifikannya sebesar 0,945. Hal ini berarti peran moderasi dukungan sosial yang berasal dari rekan kerja ditolak.
Dengan
demikian
dapat
dikatakan
bahwa
dukungan sosial dari rekan kerja tidak akan memperkuat ataupun memperlemah pengaruh konflik peran ganda terhadap stres kerja para perawat.