BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Tingkat Pengembalian Pasar Dalam penelitian ini, akan dibahas mengenai besarnya risiko tingkat pengembalian pada industri otomotif dan komponennya yang go public di Bursa Efek Indonesia. Besarnya tingkat risiko dan tingkat pengembalian dari industri otomotif dan komponennya tersebut akan digunakan teori Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dalam melakukan analisis data yang digunakan untuk menunjang hasil penelitian, maka diperlukan tahapan awal yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu tahap pengumpulan data. Tahap ini adalah tahap mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian, yaitu data penutupan saham bulanan dari 12 (dua belas) saham industri otomotif dan komponennya yang go public di Bursa Efek Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bulanan periode Januari tahun 2006 sampai dengan Desember 2009. Perhitungan tingkat pengembalian pasar didasarkan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari semua perusahaan yang go public yang terdaftar di BAPEPAM. Tingkat pengembalian yang dihitung dari tingkat pengembalian pasar (RM), yang diperoleh dengan rumus:
R Mt = IHSG
t
- IHSG t-1
IHSG t‐1
Mencari tingkat pengembalian pasar yang diharapkan atau expected return market atau E(RM) adalah dengan membagi total return market dengan banyaknya data observasi. Pada Lampiran 3 didapat besarnya tingkat pengembalian pasar yang diharapkan atau expected return market E (RM) sebesar 0.01929
4.1.1 Tingkat Pengembalian Masing-masing Saham Secara umum, menurut rumus return yang diperoleh dari investasi pada saham adalah sebagai berikut : R t = P t – P t-1 R
P t-1
Perhitungan besarnya tingkat pengembalian masing- masing saham industri otomotif dan komponennya. Perhitungan yang telah dilakukan (Lampiran 2) diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Harga Saham Industri Otomotif dan Komponennya di BEI Periode Januari 2006 – Desember 2009
Nama Perusahaan No 1 PT. ASTRA INTERNASIONAL. TBK
Kode
Return
ASII
0.02565
2
PT. ASTRA OTOPARTS TBK
AUTO
0.00927
3
PT. INDO KORDSA TBK
BRAM 0.53945
4
PT. GOODYEAR INDONESIA TBK
GDYR
0.00246
5
PT. GAJAH TUNGGAL TBK
GJTL
0.02862
6
PT. INDOMOBIL SUKSES INT’L TBK
IMAS
0.26772
7
PT. INDOSPRING TBK
INDS
0.06002
8
PT. MULTI PRIMA PERSADA TBK
LPIN
0.10247
9
PT. NIPRESS TBK
NIPS
0.42636
10
PT. PRIMA ALLOY STELL TBK
PRAS
0.04134
11
PT. SELAMAT SEMPURNA TBK
SMSM
0.31639
12
PT. SUGI SAMAPERSADA TBK
SUGI
0.06791
Sumber: Harga saham yang sudah diolah Dari Tabel 4.1 tadi, maka tingkat pengembalian masing-masing saham terbesar adalah PT. Indo Kordsa Tbk (BRAM) sebesar 0,53945, sedangkan yang terkecil adalah PT. Good Year Indonesia Tbk (GDYR) sebesar 0,00246.Perhitungan tersebut tadi amat penting bagi calon investor atau investor sebelum melakukan
investasi di saham, dengan memperhatikan tingkat pengembalian masing-masing saham. Tingkat pengembalian masing-masing saham besar artinya, investor akan mendapatkan capital gain yang besar pula, sedangkan kalau kecil maka investor akan mendapatkan capital gain yang kecil pula, sedangkan bila negatif maka investor akan mendapat capital loss.
4.1.2 Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko ( Sertifikat Bank Indonesia) Dalam melakukan analisis tingkat rasio dan tingkat pengembalian dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model ( CAPM), yaitu menggunakan perhitungan asset bebas risiko atau asset dengan risiko sebesar nol. Apabila seorang investor ingin berinvestasi pada asset tersebut , maka besarnya risiko adalah nol atau tidak ada risiko. Tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor yaitu sebesar tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. SBI digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu alat untuk mengelola tingkat suku bunga. Awal tahun 2006 sampai dengan akhir tahun 2009 SBI mengalami penurunan. Turunnya SBI akan mengakibatkan masyarakat menarik dananya dari Bank dan mengalihkan pada sektor lain. Penarikan tersebut menyebabkan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin bertambah, sehingga peluang untuk melakukan investasi di Pasar Modal semakin meningkat.
Hasil perhitungan SBI dapat dilihat pada Lampiran 17, Sehingga menghasilkan tingkat suku bunga bebas risiko (SBI) atau risk free (RF) sebesar 0,749 dalam persen, sedangkan dalam descimal adalah 0,00749.
4.2 Beta ( Systematic Risk) dari Masing-masing Saham Kecenderungan saham untuk berubah sejalan dengan pasar tercermin pada apa yang disebut Beta yaitu ukuran atas gejolak (turun naiknya) saham dibandingkan dengan saham rata-rata. Beta atau systematic risk adalah risiko yang tidak dapat dihindari oleh suatu perusahaan, merupakan risiko yang berkaitan dengan bursa secara keseluruhan. Saham yang mempunyai Beta sama dengan satu akan cenderung turun naik sejalan dengan turun naiknya pasar secara umum. Sedangkan saham yang memiliki Beta lebih besar dari satu dikategorikan sebagai saham agresif atau saham berisiko tinggi, karena saham ini mengalami kenaikan lebih cepat dari pasar secara keseluruhan saat situasi pasar sedang membaik, dan akan mengalami penurunan lebih cepat dibandingkan pasar secara keseluruhan saat pasar sedang menurun. Saham yang mempunyai Beta kurang dari satu sering disebut saham defensif atau saham berisiko rendah, mempunyai tingkat pengembalian yang lebih kecil dari tingkat pengembalian pasar secara keseluruhan.
Tabel 4.2
Perhitungan Beta Masing-masing Saham Industri Otomotif dan Komponennya di BEI Periode Januari 2006 – Desember 2009 No
Nama Perusahaan
Kode
Beta
1
PT. ASTRA INTERNASIONAL. TBK
ASII
-0,12466
2
PT. ASTRA OTOPARTS TBK
AUTO
-0.14145
3
PT. INDO KORDSA TBK
BRAM -2.32370
4
PT. GOODYEAR INDONESIA TBK
GDYR
0.10302
5
PT. GAJAH TUNGGAL TBK
GJTL
0.17444
6
PT. INDOMOBIL SUKSES INT’L TBK
IMAS
-0.82052
7
PT. INDOSPRING TBK
INDS
-0.05186
8
PT. MULTI PRIMA PERSADA TBK
LPIN
0.87879
9
PT. NIPRESS TBK
NIPS
-1.99474
10
PT. PRIMA ALLOY STELL TBK
PRAS
0.23243
11
PT. SELAMAT SEMPURNA TBK
SMSM
-0.84461
12
PT. SUGI SAMAPERSADA TBK
SUGI
-0.49372
Sumber: Harga Saham dan IHSG yang sudah diolah
Dari Tabel 4.2 tersebut di atas dapat dilihat bahwa beta tertinggi adalah pada saham PT. Multi Prima Persada Tbk (LPIN) sebesar 0,87879, sedangkan Beta terendah adalah pada saham Indo Kordsa (BRAM) yaitu sebesar -2,32370. Terlihat di Tabel 4.2 tersebut di atas tidak ada saham yang mempunyai Beta (systematic risk) yang lebih besar dari satu, semua saham mempunyai Beta dibawah satu. Oleh
karena itu saham-saham yang mempunyai Beta kurang dari satu disebut sebagai saham defensif (bertahan), sedangkan saham yang mempunyai Beta lebih besar dari satu dapat disebut sebagai saham agresif.
4.2.1 Tingkat Pengembalian yang Disyaratkan Tingkat pengembalian yang disyaratkan atau Required Rate of Return adalah tingkat pengembalian yang telah disesuaikan dengan tingkat risiko pasar atau besarnya tingkat pengembalian yang diminta oleh investor dalam melakukan investasi dengan tingkat risiko yang ada. Untuk menghitung tingkat pengembalian yang diisyaratkan, dibutuhkan pula Risk Free (RF) yaitu tingkat pengembalian yang dapat diperoleh bila investor menanamkan investasinya pada suatu aktiva bebas risiko, dalam hal ini adalah tingkat bunga dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Sehingga tingkat pengembalian yang diisyaratkan (hasil perhitungan bisa dilihat pada Tabel 4.3), dapat dirumuskan menjadi: E(Ri) = Rf + βi [E(RM) – Rf]
Tabel 4.3 Perhitungan Tingkat Pengembalian yang Disyaratkan Saham Industri Otomotif dan Komponennya di BEI Periode Januari 2006 – Desember 2009
NO
PERUSAHAAN (EMITEN) NAMA
1
ASTRA INTERNATIONAL
2 3
Rf R
RM R
βi
E(R i )
KODE ASII
0.00749 0.01929
-0.12466
0.00602
ASTRA OTOPARTS
AUTO
0.00749 0.01929
-0.14145
0.00582
INDO KORDSA. GOODYEAR INDONESIA
BRAM
0.00749 0.01929
-2.32370
-0.01993
GDYR
0.00749 0.01929
0.10302
0.00871
GJTL
0.00749 0.01929
0.17444
0.00955
IMAS
0.00749 0.01929
-0.82052
-0.00219
INDS
0.00749 0.01929
-0.05186
0.00688
8
INDOSPRING TBK MULTI PRIMA PERSADA
LPIN
0.00749 0.01929
0.87879
0.01786
9
NIPPRES
NIPS
0.00749 0.01929
-1.99474
-0.01605
10
PRIMA ALLOY STELL
PRAS
0.00749 0.01929
0.23243
0.01023
11
SELAMAT SEMPURNA
SMSM
0.00749 0.01929
-0.84461
-0.00248
12 SUGI SAMAPERSADA SUGI 0.00749 0.01929 Sumber: Harga Saham, IHSG dan SBI yang sudah diolah
-0.49372
0.00166
4 5 6 7
GAJAH TUNGGAL INDOMOBIL SUKSES INT'L
Dari Tabel 4.3 di atas dapat diketahui tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh investor tersebut yang rata-ratanya masih berada di bawah bebas
risiko (risk free) kecuali ada empat perusahaan yaitu PT. Goodyear Indonesia Tbk (GDYR), PT. Gajah Tunngal Tbk (GJTL), PT. Prima Alloy Stell Tbk (PRAS) dan PT. Multi Prima Persada Tbk (LPIN). Keempat saham-saham tersebut tadi mempunyai tingkat pengembalian berada di atas bebas risiko (risk free) yaitu sebesar 0,00871, 0.00955, 0,01023 dan 0,01786. Hal ini dikarenakan keempatnya memiliki beta yang positif yaitu sebesar 0,10302, 0,17444, 0,23243 dan 0,87879. Tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh investor terbesar adalah PT. Multi Prima Persada Tbk (LPIN). yaitu sebesar 0.01786 yang berarti 0.01037 di atas tingkat pengembalian bebas risiko (risk free). Sedangkan tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh investor yang terendah adalah PT. Indo Kordsa (BRAM) yaitu sebesar -0.01993 yang berari 0.02742 di bawah tingkat pengembalian bebas risiko (risk free).
4.3 Excess Return Excess Return adalah besarnya selisih antara expected return saham [E(ri)] dengan tingkat required rate of return [E(Ri)] yang menentukan pengembalian keputusan investasi saham. Excess return bernilai positif berarti saham tersebut layak untuk dibeli, sedangkan excess return bernilai negatif berarti saham tersebut tidak layak untuk dibeli.
Tabel 4.4
Perhitungan Excess Return Industri Otomotif dan Komponennya di BEI Periode Januari 2006 – Desember 2009
NO
PERUSAHAAN (EMITEN)
E(r i )
E(R i )
EXCESS RETURN
KET
KODE
1
NAMA ASTRA INTERNATIONAL
0.02565 0.00602
0.01963
Layak
2
ASTRA OTOPARTS
0.00345
Layak
3
INDO KORDSA. GOODYEAR INDONESIA
AUTO 0.00927 0.00582 GJTL 0.53945 0.01993
0.55938
GDYR 0.00246 0.00871
-0.00625
Layak Tidak Layak
GAJAH TUNGGAL INDOMOBIL SUKSES INT'L
BRAM 0.02862 0.00955 IMAS 0.26772 0.00219
0.01907
Layak
0.26991
Layak
4 5 6 7
ASII
E(r i ) - E(R i )
INDS
0.06002 0.00688
0.05314
Layak
8
INDOSPRING TBK MULTI PRIMA PERSADA
LPIN
0.08461
Layak
9
NIPPRES
NIPS
0.10247 0.01786 0.42636 0.01605
0.44241
Layak
10
PRIMA ALLOY STELL
PRAS
0.03111
Layak
11
SELAMAT SEMPURNA
0.31887
Layak
0.04134 0.01023 SMSM 0.31639 0.00248
12 SUGI SAMAPERSADA SUGI 0.06791 0.00166 0.06625 Layak Sumber: Harga Saham, IHSG, SBI, CAMP dan Excess Return yang sudah diolah Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 12 (dua belas) saham industri otomotif dan komponennya ada 11 (sebelas) saham yang layak atau memenuhi syarat untuk dibeli yaitu : Astra Internasional (ASII), Astra Otopart (AUTO), Indo Kordsa (BRAM), Good Year Indonesia (GDYR), Gajah Tunggal (GJTL),
Indomobil Sukses Int’l (IMAS), Indo Spring ((INDS), Multi Prima Persada (LPIN), Nipress (NIPS) Prima Alloy Stell ((PRAS), Selamat Sempurna (SMSM) dan Sugi Samapersada (SUGI) dan hanya ada 1 (satu) saham yang tidak layak atau tidak memenuhi syarat untuk dibeli yaitu Good Year Indonesia (GDYR). Dari Tabel 4.4 itu juga dapat diketahui excess return terendah pada saham industri otomotif dan komponennya adalah Good Year Indonesia (GDYR), sebesar -0,00625, sedangkan excess return tertinggi adalah Indo Kordsa (BRAM) sebesar 0,54193. Calon investor atau investor seharusnya memperhatikan hasil-hasil dari excess return, karena hal tersebut bisa menjadi panduan bagi para investor untuk membeli saham-saham pada suatu industri di Bursa Efek Indonesia. Saham yang layak untuk dibeli tentunya akan memberikan keuntungan bagi para investor, sebaliknya saham yang tidak layak dibeli, bila dibeli oleh investor tentunya akan mendatangkan kerugian, oleh karena itu saham yang tidak layak seharusnya dihindari. Setelah mengetahui bagaimana menganalisis besarnya risiko dan tingkat pengembalian suatu saham pada suatu industri di Bursa Efek Indonesia, diharapkan investor bisa menganalisis saham-saham dari industri-industri yang lainnya. Tujuannya agar dapat diketahui saham-saham mana yang layak atau tidak layak untuk dibeli oleh investor. Semua ini akan membuat calon investor atau para investor akan tepat dalam membeli saham dan mendapatkan keuntungan yang maksimal serta kerugian yang seminimal mungkin.
Pada keadaan ekonomi sekarang ini, Pasar Modal mulai bergairah, ditandai dengan meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keadaan ini diharapkan orang-orang atau para investor akan lebih banyak lagi berinvestasi di Pasar Modal, khususnya saham, tentunya akan banyak orang yang harus mempunyai kemampuan dan pengetahuan yang memadai tentang bagaimana cara berinvestasi di Pasar Modal, tentunya untuk memperoleh keuntungan, bukannya kerugian.