63
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian
ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Rata-Rata Return Saham dan Variabel Ekonomi Makro Untuk Pengolahan Dengan SPSS Versi 11.0
Tahun
Bulan Juni
1997 September Desember Maret 1998
Juni September Desember Maret
1999
Juni September Desember Maret
2000
Juni September Desember Maret
2001
Juni September Desember Maret
2002
Juni September Desember Maret
2003
Juni September Desember
Variabel Dependen Return Saham
0.0991 -0.2528 -0.3315 0.3350 -0.2998 -0.1924 0.4395 -0.1404 2.6864 -0.1171 0.5060 -0.1088 -0.0988 -0.1413 0.0455 -0.2019 0.0948 0.1348 -0.1085 0.3948 0.1014 -0.1708 -0.0426 0.0307 0.3088 0.1216 0.0320
Variabel Independen IHSG
PNB
Uang Beredar
Inflasi
Bunga Deposito
Nilai Tukar
0.0941
0.0457
0.0275
-1.7859
0.0402
0.0141
-0.2461
0.0400
0.0049
-0.5514
0.0532
0.2166
0.0750 -0.0062 -0.0492
-0.2646 -0.0097
0.0737
0.1630
0.0651
0.3434
0.1496
0.3478
0.3156
3.7675
0.0618
1.2936 -0.0148 -0.2002 -0.0396
0.0320
DJIA
Harga Minyak
Harga Emas
0.1203 -0.1265 -0.0301 0.0067
0.0217 -0.0801
-0.0531
-0.1764 -0.1868
0.0889
3.4619
0.0858
0.2166
-0.3807 -0.1418
0.0135
2.3064
0.3369
0.0413 -0.0885 -0.0357 -0.0443
0.0192
0.4414
-0.1554
-0.0358
-0.0592
0.3924
-0.3422 0.0952 -0.0913
0.0138
-0.0111 -0.1300
0.0310
-1.5048
0.0988
0.1526
0.0552
0.0161
-0.0127
0.6819
-0.0037
-1.6203
0.0772
-0.1242 0.3896
0.3536
-0.0521
-0.1723 -0.5100
0.0767
-1.8959
0.0487
-0.0115 -0.0824 0.2308
-0.0469
0.2354
0.1045
0.0733
0.5786
0.0327
-0.0614 0.1999
0.1300
0.1420
-0.1383
0.1958
0.0307
-1.5470
0.0316
0.0511 -0.1260 0.1728
-0.0174
0.1152
-0.1169 -0.0145
0.0601
-0.5426
0.0892
0.1234 -0.1983 -0.0008 -0.0277
-0.1820
0.0649
0.0416
-1.8103
0.0308
0.0306 -0.1640 0.0987
-0.0213
-0.0119
0.1448
0.0848
1.0063
0.0329
0.0939
-0.0217
0.0408 -0.1335 -0.0991 -0.0262
0.4802
0.0113
-0.0847 -0.0586
0.0030
0.0108
0.1224
0.1485
0.0955
0.0600
0.8452
0.0094
0.1512
0.0638 -0.0322
0.0046
-0.1032
0.0478
0.0489
-0.1303
0.0773
-0.1787 -0.0044 -0.0460
0.0410
-0.0011 -0.0598
0.0524
0.9041
0.0668
0.1140
0.0416 -0.2330
0.0059
0.2289
-0.0228
-0.0337
-0.6815
0.0430
-0.0352 -0.0214 0.0591
0.0472
0.0482
0.0645
0.0284
0.0193
-0.2470
0.0406
-0.1105 0.0617
-0.1822 -0.0003
0.0391
-0.0226
0.0370
0.0059 -0.1963 0.0784
0.2156
0.0165
0.0290
-0.0096
0.0731
0.7019
0.0344
0.0059
0.0996 -0.0053
0.0270
-0.0634 0.0531
-0.0478
-0.6737
0.0323
-0.0169 -0.0594 0.2108
0.0915
0.2733 0.0188
0.0491
-0.2993
0.0300
-0.0543 0.1335 -0.1490 -0.0151
0.1793 0.0602
0.0641
0.0216
0.1602
0.0075
0.0620
0.0405
0.0470
0.1577 0.0436
0.0903
0.6596
0.1890
0.0041
0.2877
0.0323
0.0796
64
Tabel 4.2 Descriptive Statistics Untuk Variabel-Variabel Penelitian Variabel
4.2
Minimum Maximum
Mean
Standard N (Valid) Deviation
RTRN_SHM (Y)
-0.3315
2.6864
0.1157
0.5614
27
IHSG (X1)
-0.3807
0.6819
0.0271
0.2396
27
PNB (X2)
-0.5100
0.1958
-0.0077
0.1353
27
M1 (X3)
-0.0478
0.3156
0.0482
0.0657
27
INFLASI (X4)
-1.8959
3.7675
0.0391
1.4455
27
DEPOSITO (X5)
0.0094
0.3924
0.0859
0.0905
27
KURS (X6)
-0.3422
1.2936
0.0730
0.2785
27
DJIA (X7)
-0.1983
0.4802
0.0462
0.1642
27
HRG_EMAS (X8)
-0.0531
0.1420
0.0053
0.0495
27
HRG_MNYK (X9)
-0.2330
0.3536
0.0204
0.1371
27
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan analisis korelasi
dan regresi linier berganda. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar variabel penelitian dan umumnya dibahas bersama-sama dengan analisis regresi. Analisis regresi digunakan terutama untuk tujuan peramalan, menaksir harga variabel Y berdasarkan harga X yang diketahui serta menaksir perubahan variabel Y untuk setiap satuan perubahan variabel X.
4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda (Enter Method) Bagian ini akan membahas pengujian hipotesis yang menduga bahwa terdapat pengaruh secara simultan dari variabel tingkat pengembalian pasar (X1), pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih (X2), jumlah uang beredar (X3), tingkat inflasi-unexpected inflation (X4), tingkat bunga deposito (X5), nilai tukar Rp/US$ (X6), pergerakan indeks
65
Dow Jones (X7), harga emas internasional (X8), dan harga minyak internasional (X9) terhadap variabel tingkat pengembalian investasi saham (Y). Hipotesis : H0 = Variabel-variabel ekonomi makro tidak berpengaruh terhadap variabel tingkat pengembalian investasi saham. H1 = Variabel-variabel ekonomi makro berpengaruh terhadap variabel tingkat pengembalian investasi saham. Metode regresi linier berganda yang digunakan adalah enter method, yaitu prosedur pemilihan variabel di mana semua variabel dalam blok dimasukkan dalam perhitungan single step. Dalam analisis regresi linier perlu dilakukan uji pendahuluan terlebih dahulu untuk memastikan bahwa data yang digunakan telah memenuhi syarat untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pada penelitian ini, output SPSS secara otomatis telah memberikan informasi untuk keperluan uji pendahuluan, yang meliputi : A. Pengujian Autokorelasi Salah satu asumsi dalam regresi linier adalah tidak terdapatnya Autokorelasi. Autokorelasi merupakan kondisi dimana kesalahan pengganggu saling berkorelasi dan hal ini terjadi bila terdapat hubungan yang signifikan antar dua data yang berdekatan. Keberadaan autokorelasi dapat diidentifikasikan dengan menggunakan metode statistik dari Durbin-Watson (DW).
66
Tabel 4.3 Pengujian Autokorelasi (Enter Method) Dengan Metode Statistik Durbin-Watson Model Summary b
Model 1
R
R Square .795
.892a
Adjusted R Square .687
Std. Error of the Estimate .3139685
Durbin-Watson 2.132
a. Predictors: (Constant), HRG_MNYK, IHSG, DEPOSITO, PNB, HRG_EMAS, DJIA, M1, INFLASI, KURS b. Dependent Variable: RTRN_SHM
Model Summary dari output SPSS menunjukkan bahwa angka DW = 2.132, dimana angka tersebut berada di atas +2 yang berarti terdapat autokorelasi negatif.
Tidak Terdapat Autokorelasi
Autokorelasi Positif
-2
Autokorelasi Negatif
+2 2.132
Gambar 4.1 Uji Autokorelasi (Enter Method) Dengan Angka Durbin-Watson B. Pengujian Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi, maka dapat dikatakan bahwa model regresi terdapat gejala multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Pengujian keberadaan gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Suatu model regresi yang bebas
67
multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai Tolerance mendekati angka 1. Tabel 4.4 Pengujian Multikolinieritas (Enter Method) Dengan Angka Tolerance dan VIF Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) 9.933E-02 .142 IHSG 1.659 .326 PNB 9.632E-02 .526 M1 -1.743 1.896 INFLASI 6.216E-02 .085 DEPOSITO 5.025E-02 .887 KURS .795 .700 DJIA .296 .479 HRG_EMAS -.841 .994 HRG_MNYK 1.630 .552
Standardized Coefficients Beta .708 .023 -.204 .160 .008 .395 .087 -.317 .398
t .698 5.086 .183 -.920 .729 .057 1.137 .619 -.846 2.954
Sig. .494 .000 .857 .371 .476 .955 .272 .544 .409 .009
Collinearity Statistics Tolerance VIF .621 .749 .244 .249 .588 .100 .614 .085 .662
1.610 1.335 4.094 4.009 1.701 10.018 1.629 11.702 1.510
a. Dependent Variable: RTRN_SHM
Pada output SPSS terlihat bahwa variabel M1, INFLASI, KURS, dan HRG_EMAS secara berurutan memiliki angka VIF sebesar 4.094, 4.009, 10.018, dan 11.702 (tidak disekitar angka 1) dan angka Tolerance secara berurutan sebesar 0.244, 0.249, 0.100, dan 0.085 (tidak mendekati angka 1), yang berarti variabel-variabel independen tersebut memiliki kolinieritas.
Walaupun terdapat gejala autokolerasi dan multikolinieritas, variabel M1, INFLASI, KURS, dan HRG_EMAS akan tetap dicoba untuk diikutsertakan dalam pengujian persamaan regresi linier. A. Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R2) Pengujian kontribusi pengaruh seluruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dapat dilihat dari koefisien determinasi berganda (R2), namun karena model regresi dalam penelitian ini memiliki lebih dari dua variabel
68
independen, maka akan digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Semakin tinggi Adjusted R2 akan semakin baik bagi model regresi, karena variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen lebih besar. Tabel 4.5 Pengujian Koefisien Determinasi (Enter Method) Model Summary b
Model 1
R .892a
R Square .795
Adjusted R Square .687
Std. Error of the Estimate .3139685
Durbin-Watson 2.132
a. Predictors: (Constant), HRG_MNYK, IHSG, DEPOSITO, PNB, HRG_EMAS, DJIA, M1, INFLASI, KURS b. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan output SPSS di atas, model regresi ternyata memiliki Adjusted R2 sebesar 0.687, yang berarti bahwa 68.7% dari tingkat pengembalian investasi saham (RTRN_SHM) dapat dijelaskan oleh variasi dari kesembilan variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 31.3% diterangkan oleh variabel lain. Ini menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat pengembalian investasi saham (RTRN_SHM) dengan variabel IHSG, PNB, M1, INFLATION, DEPOSITO, KURS, DJIA, HRG_EMAS dan HRG_MNYK adalah kuat.
B. Pengujian Linieritas (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh berdasarkan penelitian akan memiliki arti apabila digunakan dalam penarikan kesimpulan mengenai hubungan sejumlah variabel yang dipelajari.
69
Hipotesis : H0 : b = 0
Tidak ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
H1 : b ≠ 0
Ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 4.6 Pengujian Signifikansi Linier Berganda (Enter Method) ANOVAb
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 6.517 1.676 8.193
df 9 17 26
Mean Square .724 .099
F 7.346
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), HRG_MNYK, IHSG, DEPOSITO, PNB, HRG_EMAS, DJIA, M1, INFLASI, KURS b. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan output SPSS di atas, diperoleh Fhitung = 7.346 dengan tingkat signifikansi 0.000. Oleh karena probabilitas (0.000) jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, yang berarti masih signifikan sampai pada taraf signifikansi 5% dan tolak H0 (terdapat hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen), maka
dapat
dikatakan
bahwa
hubungan
variabel-variabel
independen
IHSG,
pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, pergerakan indeks Dow Jones, harga emas internasional dan harga minyak internasional dengan variabel tingkat pengembalian investasi saham bersifat nyata.
70
C. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi (Uji t) Keterandalan regresi sebagai alat estimasi adalah ditentukan oleh signifikansi parameter-parameter regresi yang dalam hal ini adalah nilai koefisien regresi (B). Apabila nilai-nilai koefisien tersebut tidak mempunyai pengaruh secara signifikan, maka variabel independen tersebut dapat diabaikan dari model regresi. Tabel 4.7 Pengujian Koefisien Regresi (Enter Method) Coefficientsa
Model 1
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) 9.933E-02 .142 IHSG 1.659 .326 PNB 9.632E-02 .526 M1 -1.743 1.896 INFLASI 6.216E-02 .085 DEPOSITO 5.025E-02 .887 KURS .795 .700 DJIA .296 .479 HRG_EMAS -.841 .994 HRG_MNYK 1.630 .552
Standardized Coefficients Beta .708 .023 -.204 .160 .008 .395 .087 -.317 .398
t .698 5.086 .183 -.920 .729 .057 1.137 .619 -.846 2.954
Sig. .494 .000 .857 .371 .476 .955 .272 .544 .409 .009
Collinearity Statistics Tolerance VIF .621 .749 .244 .249 .588 .100 .614 .085 .662
1.610 1.335 4.094 4.009 1.701 10.018 1.629 11.702 1.510
a. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan nilai koefisien regresi (B) pada output SPSS di atas dapat dibuat sebuah model regresi linier berganda, yaitu : RTRN_SHM = 0.099 + 1.659 IHSG + 0.096 PNB – 1.743 M1 + 0.062 INFLASI + 0.050 DEPOSITO + 0.795 KURS + 0.296 DJIA – 0.841 HRG_EMAS + 1.630 HRG_MNYK Persamaan regresi di atas tidak sepenuhnya diterima dahulu, perlu adanya pengujian signifikansi koefisien regresi. Untuk melakukan pengujian koefisien regresi linier dapat dilihat dari tingkat signifikansinya apakah berada di atas 5% atau di bawah 5%. Jika berada di atas 5%, maka koefisien regresi dikatakan tidak signifikan.
71
Hipotesis :
H0 = Koefisien regresi tidak signifikan H1 = Koefisien regresi signifikan
Berdasarkan output SPSS, dapat dibuat analisis berikut ini : 1) IHSG Pada taraf signifikansi 5%, thitung = 5.086 > ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 0.00% (jauh di bawah 5%), maka tolak H0, yang berarti IHSG berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham. IHSG mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 1.659. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel IHSG dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika IHSG meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 1.659 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 2) PNB Pada taraf signifikansi 5%, thitung = 0.183 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 85.7% (jauh di atas 5%), maka terima H0, yang berarti pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Pertumbuhan PNB mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.096. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel PNB dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika PNB meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.096 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan.
72
3) M1 Pada taraf signifikansi 5%, thitung = -0.920 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 37.1% (jauh di atas 5%), maka terima H0, yang berarti jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Jumlah uang beredar mempunyai koefisien regresi dengan arah yang negatif sebesar –1.743. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel M1 dengan RTRN_SHM adalah berlawanan. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika jumlah uang beredar meningkat 1 satuan maka return saham akan menurun sebesar 1.743 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 4) INFLASI Pada taraf signifikansi 5%, thitung = 0.729 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 47.6% (jauh di atas 5%), maka terima H0, yang berarti tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Tingkat inflasi mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.062. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel INFLASI dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika tingkat inflasi meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.062 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 5) DEPOSITO Pada taraf signifikansi 5%, thitung 0.057 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 95.5% (jauh di atas 5%), maka terima H0, yang berarti tingkat bunga deposito tidak
73
berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Tingkat bunga deposito mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.050. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel DEPOSITO dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika tingkat bunga deposito meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.050 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 6) KURS Pada taraf signifikansi 5%, thitung = 1.137 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 27.2% (jauh berada di atas 5%), maka terima H0, yang berarti nilai tukar Rupiah terhadap Dollar tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Nilai tukar Rupiah terhadap US$ mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.795. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel KURS dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika nilai tukar Rupiah terhadap US$ meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.795 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 7) DJIA Pada taraf signifikansi 5%, thitung = 0.619 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 54.4% (jauh di atas 5%), maka terima H0, yang berarti pergerakan indeks Dow Jones tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham.
74
Pergerakan indeks Dow Jones mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 0.296. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel DJIA dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika indeks Dow Jones meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0.296 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 8) HRG_EMAS Pada taraf signifikansi 5%, thitung = -0.846 < ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 40.9% (jauh di atas 5%), maka terima H0, yang berarti harga emas internasional tidak berpengaruh secara signifikan (statistik) terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Harga emas internasional mempunyai koefisien regresi dengan arah yang negatif sebesar -0.841. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel HRG_EMAS dengan RTRN_SHM adalah berlawanan. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika harga emas internasional meningkat 1 satuan maka return saham akan menurun sebesar 0.841 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. 9) HRG_MNYK Pada taraf signifikansi 5%, thitung = 2.954 > ttabel = 2.029 dengan taraf signifikansi 0.9% (jauh di bawah 5%), maka tolak H0, yang berarti harga minyak internasional berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Harga minyak internasional mempunyai koefisien regresi dengan arah yang positif sebesar 1.630. Berarti bahwa pola hubungan antara variabel HRG_MNYK dengan RTRN_SHM adalah searah. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa jika harga
75
minyak internasional meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 1.630 satuan dengan anggapan variabel independen lainnya konstan. Kesimpulan : Walaupun secara statistik variabel dependen RTRN_SHM dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen IHSG, PNB, M1, INFLASI, DEPOSITO, KURS, DJIA, HRG_EMAS dan HRG_MNYK dan persamaan linier dinyatakan mempunyai hubungan linier antara variabel independen dengan variabel dependen, namun adanya autokolerasi dan multikolinieritas membuat perubahan atau pergerakan variabel-variabel independen menjadi tidak signifikan dengan perubahan atau pergerakan variabel RTRN_SHM. Karena itu untuk mendapatkan variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel tingkat pengembalian investasi saham secara signifikan, perlu dibuat dan diuji persamaan-persamaan regresi baru yang bebas dari gejala autokorelasi dan multikolinieritas.
4.2.2 Analisis Regresi Linier Berganda (Stepwise Method) Persamaan regresi yang baru akan dihasilkan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda stepwise method. Metode ini dimulai dengan memasukkan variabel independen yang memiliki korelasi paling kuat dengan variabel dependen. Kemudian setiap kali pemasukan variabel independen yang lain, dilakukan pengujian untuk tetap memasukkan variabel independen atau mengeluarkannya. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel berikut :
76
Tabel 4.8 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Variables Entered/Removed
Model 1 2
Variables Entered
Variables Removed
IHSG
.
HRG_MNYK
.
a
Method Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100). Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-enter <= .050, Probability-of-F-to-remove >= .100).
a. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan output SPSS di atas, terlihat bahwa hanya terdapat dua variabel independen yang layak di masukkan dalam model regresi, yaitu variabel IHSG dan HRG_MNYK. Dimana pada Model 1 hanya memasukkan variabel IHSG dan pada Model 2 menambahkan variabel harga minyak internasional dalam model regresi. Penelitian ini akan diawali dengan uji pendahuluan untuk memastikan bahwa data yang digunakan telah memenuhi syarat untuk pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi : A. Pengujian Autokorelasi Keberadaan autokorelasi dapat diidentifikasikan dengan menggunakan metode statistik dari Durbin-Watson (DW). Model Summary dari output SPSS menunjukkan bahwa angka DW = 1.992, dimana angka tersebut berada di antara –2 sampai +2 yang berarti tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.9 Pengujian Autokorelasi (Stepwise Method) Dengan Metode Statistik Durbin-Watson Model Summary
Model 1 2
R .797a .877b
R Square .636 .769
Adjusted R Square .621 .750
a. Predictors: (Constant), IHSG b. Predictors: (Constant), IHSG, HRG_MNYK c. Dependent Variable: RTRN_SHM
c
Std. Error of the Estimate .3455620 .2808795
Durbin-Watson 1.992
77
Autokorelasi Positif
Tidak Terdapat Autokorelasi
Autokorelasi Negatif
-2
+2 1.992
Gambar 4.2 Uji Autokorelasi (Stepwise Method) Dengan Angka Durbin-Watson
B. Pengujian Multikolinieritas Pengujian keberadaan gejala multikolinieritas dilakukan dengan melihat besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan nilai tolerance mendekati angka 1. Tabel 4.10 Pengujian Multikolinieritas (Stepwise Method) Dengan Angka Tolerance dan VIF Coefficientsa
Model 1 2
Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) 6.515E-02 .067 IHSG 1.868 .283 (Constant) 3.610E-02 .055 IHSG 1.811 .230 HRG_MNYK 1.498 .403
Standardized Coefficients Beta .797 .773 .366
t .973 6.604 .657 7.858 3.720
Sig. .340 .000 .518 .000 .001
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1.000
1.000
.996 .996
1.004 1.004
a. Dependent Variable: RTRN_SHM
Pada output SPSS terlihat bahwa variabel independen IHSG dan HRG_MNYK pada Model 1 dan Model 2 telah terbebas dari gejala multikolinieritas, hal ini ditunjukkan oleh nilai Tolerance dan VIF yang berada di sekitar angka 1.
78
Dengan tidak terdapatnya gejala autokorelasi dan multikolinieritas, maka selanjutnya akan dilakukan pengujian persamaan regresi linier, seperti pada berikut : A. Pengujian Koefisien Determinasi (Uji R2) Output SPSS akan menampilkan koefisien korelasi ganda (R) yang menyatakan ukuran dari derajat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan seluruh variabel independen, dan koefisien determinasi (R2) yang menjelaskan pengaruh atau kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.11 Pengujian Koefisien Determinasi (Stepwise Method) Model Summary c
Model 1 2
R
Adjusted R Square .621 .750
R Square .636 .769
.797a .877b
Std. Error of the Estimate .3455620 .2808795
Durbin-Watson 1.992
a. Predictors: (Constant), IHSG b. Predictors: (Constant), IHSG, HRG_MNYK c. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.11, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : Tabel 4.12 Kesimpulan Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (Stepwise Method) Model 1
Model 2
0.797
0.877
Kuat
Sangat Kuat
0.636
0.769
Tingkat Pengaruh
63.60%
76.90%
Pengaruh Lain
36.40%
23.10%
0.621
0.750
Koefisien Korelasi (R) Keeratan Hubungan 2
Koefisien Determinasi (R )
Adjusted R
2
79
B. Pengujian Linieritas (Uji F) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh berdasarkan penelitian akan memiliki arti apabila digunakan dalam penarikan kesimpulan mengenai hubungan sejumlah variabel yang dipelajari. Hipotesis : H0 : b = 0
Tidak ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
H1 : b ≠ 0
Ada hubungan linier antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Tabel 4.13 Pengujian Signifikansi Linier Berganda (Stepwise Method) ANOVAc
Model 1
2
Regression Residual Total Regression Residual Total
Sum of Squares 5.208 2.985 8.193 6.300 1.893 8.193
df 1 25 26 2 24 26
Mean Square 5.208 .119
F 43.611
Sig. .000a
3.150 .079
39.925
.000b
a. Predictors: (Constant), IHSG b. Predictors: (Constant), IHSG, HRG_MNYK c. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan output SPSS pada Tabel 4.13, dapat dibuat kesimpulan untuk masing-masing model sebagai berikut : 1) Model 1 (Predictors : Constant, IHSG) Model 1 mempunyai Fhitung 43.611 > Ftabel = 4.065 dengan tingkat signifikansi 0.000 (di bawah α 5%), yang berarti masih signifikan sampai taraf signifikansi 5% dan tolak H0. Sehingga dikatakan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel independen IHSG dengan variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham.
80
2) Model 2 (Predictors : Constant, IHSG, HRG_MNYK) Pada Model 2, variabel independen yang dimasukkan adalah harga minyak internasional (HRG_MNYK). Model 2 mempunyai Fhitung 39.925 > Ftabel = 3.22 dengan tingkat signifikansi 0.000 (di bawah α 5%), yang berarti masih signifikan sampai taraf signifikansi 5% dan tolak H0. Sehingga dikatakan bahwa terdapat hubungan linier antara variabel independen IHSG dan harga minyak internasional dengan variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham. C. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi (Uji t) Keterandalan regresi sebagai alat estimasi adalah ditentukan oleh signifikansi parameter regresi yang dalam hal ini adalah nilai koefisien regresi (B). Apabila nilai koefisien tersebut tidak mempunyai pengaruh secara signifikan, maka variabel independen tersebut dapat diabaikan dari model regresi. Hipotesis :
H0 = Koefisien regresi tidak signifikan H1 = Koefisien regresi signifikan Tabel 4.14 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Coefficients a
Model 1 2
(Constant) IHSG (Constant) IHSG HRG_MNYK
Unstandardized Coefficients Std. Error B 6.5E-02 .067 1.868 .283 3.6E-02 .055 1.811 .230 1.498 .403
Standardized Coefficients Beta .797 .773 .366
Collinearity Statistics t .973 6.604 .657 7.858 3.720
Sig. .340 .000 .518 .000 .001
Tolerance
VIF
1.000
1.000
.996 .996
1.004 1.004
a. Dependent Variable: RTRN_SHM
Berdasarkan nilai koefisien regresi (B) pada output SPSS pada Tabel 4.14, dapat dibuat persamaan regresi linier berganda untuk masing-masing model, yaitu :
81
1) Model 1 RTRN_SHM = 0.065 + 1.868 IHSG Tabel 4.15 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Untuk Model 1 Variabel IHSG
t
Signifikansi
6.604
0.000
Signifikansi Hasil Uji Kesimpulan Berdasar 5% Hipotesis Lebih Kecil
Tolak Ho Berpengaruh
Penjelasan Model 1 : !
Nilai konstanta sebesar 0.065 menyatakan bahwa jika variabel-variabel independen dalam model diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata vaiabel diluar model akan menaikkan return saham sebesar 0.065 satuan.
!
Koefisien regresi IHSG sebesar 1.868 menyatakan bahwa variabel IHSG berpengaruh positif terhadap return saham, berarti jika IHSG meningkat sebesar 1 satuan, maka return saham akan meningkat pula sebesar 1.868 satuan.
2) Model 2 RTRN_SHM = 0.036 + 1.811 IHSG + 1.498 HRG_MNYK Tabel 4.16 Pengujian Koefisien Regresi (Stepwise Method) Untuk Model 2 Variabel
Signifikansi Hasil Uji Kesimpulan Berdasar 5% Hipotesis
t
Signifikansi
7.858
0.000
Lebih Kecil
Tolak Ho Berpengaruh
HRG_MNYK 3.720
0.001
Lebih Kecil
Tolak Ho Berpengaruh
IHSG
Penjelasan Model 2 : !
Nilai konstanta sebesar 0.036 menyatakan bahwa jika variabel-variabel independen dalam model diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata variabel diluar model akan menaikkan return saham sebesar 0.036 satuan.
82
!
Koefisien regresi IHSG sebesar 1.811 menyatakan bahwa variabel IHSG berpengaruh positif terhadap return saham, berarti jika IHSG meningkat sebesar 1 satuan, maka return saham akan meningkat pula sebesar 1.811 satuan.
!
Koefisien regresi HRG_MNYK sebesar 1.498 menyatakan bahwa variabel harga minyak internasional berpengaruh positif terhadap return saham, berarti ketika harga minyak meningkat sebesar 1 satuan, maka return saham akan meningkat pula sebesar 1.498 satuan.
4.3
Ringkasan dan Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1 Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Secara Simultan RTRN_SHM = 0.099 + 1.659 IHSG + 0.096 PNB – 1.743 M1 + 0.062 INFLASI + 0.050 DEPOSITO + 0.795 KURS + 0.296 DJIA – 0.841 HRG_EMAS + 1.630 HRG_MNYK Berdasarkan persamaan regresi hasil output SPSS dengan enter method, dapat diketahui bahwa kesembilan variabel independen yang diteliti, yaitu tingkat pengembalian pasar (IHSG), pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih, perubahan jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rupiah terhadap US$, pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average, harga emas internasional, dan harga minyak internasional secara simultan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai Fhitung yang lebih besar dari Ftabel (Fhitung = 7.346 > Ftabel = 2.56) dan tingkat signifikansinya 0.000 yang lebih kecil dari α = 0.05.
83
Kesembilan variabel independen tersebut memberikan nilai R2 sebesar 0.795. Hal ini berarti bahwa 79.5% dari variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pengembalian pasar (IHSG), pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih, perubahan jumlah uang beredar, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, nilai tukar Rupiah terhadap US$, pergerakan indeks Dow Jones Industrial Average, harga emas internasional, dan harga minyak internasional dengan tingkat kesalahan 0%. Sedangkan sisa sebesar 20.5% dari variasi variabel dependen tingkat pengembalian investasi saham dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Namun signifikansi parameter regresi pada variabel-variabel independen yang membentuk persamaan tersebut sebagian besar menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan. Berdasarkan persamaan regresi yang dibentuk dari output SPSS dengan stepwise method, didapatkan 2 model regresi yang variabelnya secara signifikan mempengaruhi return saham, yaitu : RTRN_SHM = 0.065 + 1.868 IHSG ............................................Model 1 RTRN_SHM = 0.036 + 1.811 IHSG + 1.498 HRG_MNYK .......Model 2 Pada model 1, variabel IHSG menjadi satu-satunya variabel ekonomi makro yang berpengaruh signifikan dan mampu menjelaskan variabel return saham sebesar 63.6% sedangkan sisanya 36.4% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Pada model 2, terdapat 2 variabel ekonomi makro yang berpengaruh signifikan dan mampu menjelaskan variabel return saham sebesar 76.9% sedangkan sisanya 23.1% dijelaskan oleh faktor-faktor lainnya. Hasil uji pendahuluan menyatakan bahwa kedua model tersebut tidak mempunyai gejala autokorelasi dan multikolinieritas.
84
4.3.2 Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Secara Parsial Bagian ini akan membahas pengaruh secara parsial (individual) dari masingmasing variabel independen, mempelajari pola hubungannya terhadap variabel dependen, serta mengidentifikasi variabel ekonomi makro yang paling dominan mempengaruhi tingkat pengembalian investasi saham. Tabel 4.17 Hipotesis Yang Diajukan Untuk Pengujian Hipotesis Penelitian
Deskripsi Hipotesis Penelitian
Ho1
IHSG tidak mempengaruhi return saham
Ho2
Pendapatan Nasional Bersih tidak mempengaruhi return saham
Ho3
Jumlah uang beredar tidak mempengaruhi return saham
Ho4
Tingkat inflasi tidak mempengaruhi return saham
Ho5
Tingkat bunga deposito tidak mempengaruhi return saham
Ho6
Nilai tukar Rp/US$ tidak mempengaruhi return saham
Ho7
Pergerakan indeks DJIA tidak mempengaruhi return saham
Ho8
Harga emas internasional tidak mempengaruhi return saham
Ho9
Harga minyak internasional tidak mempengaruhi return saham
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis : Tabel 4.18 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Penelitian
thitung
ttabel
Tingkat Signifikansi
Signifikansi Pada α 5% Signifikan
Keputusan
IHSG
5.086
2.029
0.000
PNB
0.183
2.029
0.857
M1
-0.920
2.029
0.371
Tidak Signifikan
Terima Ho3
INFLATISI
0.729
2.029
0.476
Tidak Signifikan
Terima Ho4
DEPOSITO
0.057
2.029
0.955
Tidak Signifikan
Terima Ho5
Tidak Signifikan
Tolak Ho1 Terima Ho2
KURS
1.137
2.029
0.272
Tidak Signifikan
Terima Ho6
DJIA
0.619
2.029
0.544
Tidak Signifikan
Terima Ho7
HRG_EMAS
-0.846
2.029
0.409
HRG_MNYK
2.954
2.029
0.009
Tidak Signifikan Signifikan
Terima Ho8 Tolak Ho9
85
Pembahasan secara parsial untuk masing-masing variabel ekonomi makro pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kontribusi Tingkat Pengembalian Pasar (IHSG) Tingkat pengembalian pasar yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan sebagai ukuran tingkat pengembalian portofolio saham mempunyai parameter koefisien regresi yang bertanda positif sebesar 1.659, dengan tingkat signifikansi 0% (jauh di bawah tingkat signifikansi 5%), maka tolak Ho1. Karena arah koefisien regresi dari variabel ini menunjukkan pola yang konsisten dengan teori dan hubungan yang signifikan, maka variabel IHSG secara parsial layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Variabel IHSG merupakan variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian investasi saham, dimana nilai koefisien determinasi parsialnya (R2) adalah 0.636, nilai R2 ini adalah yang tertinggi dibandingkan koefisien determinasi parsial variabel-variabel independen lainnya. Dengan demikian, hasil penelitian ini telah memperkuat hasil observasi King di S&P 500 index seperti yang dinyatakan dalam Fischer dan Jordon (1995), dan juga penelitian Rustam (1997) dan Handra (2004). Sebenarnya IHSG lebih mencerminkan kondisi keseluruhan transaksi bursa saham yang terjadi jika dibandingkan menjadi ukuran kenaikan atau penurunan harga saham. Karena jumlah dan harga saham setiap emiten tidak sama, maka kadangkala IHSG tidak mencerminkan pergerakan saham sesungguhnya. Saham-saham yang memiliki nilai tinggi dan volume yang besar akan mempunyai bobot yang besar seperti pada saham-saham bluechip, dimana terjadi transaksi saham sedikit saja sudah memberikan pengaruh yang besar pada IHSG.
86
2. Kontribusi Pertumbuhan Pendapatan Nasional Bersih (PNB) Dalam penelitian ini, variabel pertumbuhan PNB mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.096 dengan tingkat signifikansi 85.7% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho2. Ini berarti variabel PNB secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel PNB hanya 0.067, menyebabkan variabel PNB bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Dalam penelitian ini, walaupun nilai statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel pertumbuhan PNB, namun arah parameter koefisien menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori. Secara teoritis, Pendapatan Nasional Bersih merupakan ukuran kemampuan ekonomi nasional yang sesungguhnya, dengan demikian pertumbuhan PNB yang dihitung dari PDB riil sudah seharusnya memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Produk Domestik Bruto adalah ukuran produksi barang dan jasa total suatu negara. Pertumbuhan PDB yang cepat merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika pertumbuhan ekonomi membaik, maka daya beli masyarakat pun akan meningkat, dan ini merupakan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualannya. Dengan meningkatnya penjualan perusahaan, maka kesempatan perusahaan memperoleh keuntungan juga akan semakin meningkat.
3. Kontribusi Jumlah Uang Beredar (M1) Variabel jumlah uang beredar mempunyai parameter koefisien regresi bertanda negatif sebesar -1.743 dengan tingkat signifikansi 37.1% (jauh di atas tingkat signifikansi
87
5%), maka terima Ho3. Ini berarti variabel M1 secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel M1 hanya 0.011, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Variabel jumlah uang beredar pada penelitian ini, di samping memiliki pengaruh yang tidak signifikan, juga memiliki pola yang tidak konsisten dengan teori. Secara teoritis, Ml adalah total penjumlahan uang kartal dan uang giral karenanya jenis uang ini menggambarkan daya beli efektif yang dimiliki masyarakat yang akan secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa. Umumnya diharapkan akan terdapatnya hubungan antara perubahan jumlah uang yang beredar dengan perubahan harga saham. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa terdapat hubungan tersebut, dan jumlah uang beredar akan mempengaruhi harga saham (Jones, 1994). Meskipun demikian, beberapa penelitian berikutnya menunjukkan bahwa hubungan tersebut tidak selalu synchronous, tetapi mungkin menunjukkan bahwa perubahan pasar dipengaruhi oleh perubahan jumlah uang beredar di masa yang akan datang, seperti pada penelitian ini. Kemungkinan pasar mengharapkan akan terjadi penambahan jumlah uang beredar sehingga indeks naik, meskipun untuk periode yang sama teramati adanya penurunan jumlah uang beredar. Temuan ini menunjukkan bahwa hipotesis “pasar yang efisien” mungkin berlaku.
4. Kontribusi Tingkat Inflasi (INFLASI) Variabel tingkat inflasi pada penelitian ini mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif 0.062 dengan tingkat signifikansi 47.6% (jauh di atas tingkat
88
signifikansi 5%), maka terima Ho4. Ini berarti variabel INFLASI secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel INFLASI hanya 0.036, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Dalam penelitian ini, selain nilai statistik yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel tingkat inflasi, arah parameter koefisiennya juga menunjukkan pola yang tidak konsisten terhadap teori. Hasil studi ini berlawanan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jacob dan Pettit (1989) dan juga penelitian Wahyudi (1997) dan Handra (2004) di BEJ. Secara teoritis, pola hubungan negatif antara tingkat inflasi dengan tingkat pengembalian investasi saham dapat disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi sehingga menurunkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, sebagai akibatnya menurunkan penawaran agregat. Demikian juga terdapat kemungkinan perusahaan harus berproduksi melebihi kapasitas normalnya karena adanya peningkatan permintaan agregat tetapi peningkatan biaya untuk berproduksi lebih besar dibandingkan dengan kenaikan permintaannya. Seluruh keadaan sebagaimana dijelaskan tersebut berpengaruh negatif terhadap indeks harga saham gabungan dan tentu saja terhadap indeks harga saham individual. Laba bersih yang dilaporkan sebuah perusahaan bukan tidak mungkin diakibatkan oleh adanya inflasi, di mana laba cederung menjadi lebih besar (overstated) dibanding substansi ekonominya, sebab laba tersebut berasal dari perubahan tingkat harga dan bukan berasal dari kinerja operasi perusahaan. Dalam sebuah negara yang diliputi keadaan inflasi tinggi seperti Indonesia, perusahaan yang selalu meningkat labanya,
89
belum tentu mempunyai kinerja yang bagus, sebab laba tersebut dapat disebabkan karena faktor inflasi. Hal inilah yang diduga sebagai penyebab tidak konsistennya pola hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengembalian investasi saham.
5. Kontribusi Tingkat Bunga Deposito (DEPOSITO) Dalam penelitian ini, variabel tingkat bunga deposito mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.050 dengan tingkat signifikansi 95.5% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho5. Ini berarti variabel DEPOSITO secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel DEPOSITO hanya 0.000256, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Dalam penelitian ini, selain nilai statistik yang menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel tingkat bunga deposito, arah parameter koefisiennya juga menunjukkan pola yang tidak konsisten terhadap teori. Secara teoritis, pola hubungan negatif antara tingkat bunga deposito dengan tingkat pengembalian investasi saham dikarenakan bunga deposito merupakan harga yang harus dibayar oleh perbankan kepada deposan sebagai investor. Oleh karena itu, deposito dijadikan sebagai sarana investasi alternatif dari investasi saham. Apabila bunga deposito lebih tinggi daripada tingkat pengembalian investasi saham, maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan kekayaannya dalam bentuk deposito. IHSG memiliki hubungan negatif dengan tingkat suku bunga. Penurunan tingkat suku bunga SBI akan diikuti penurunan tingkat suku bunga komersial yang berlaku di
90
pasar. Rendahnya tingkat suku bunga komersial tentu tidak menguntungkan untuk menyimpan uang di bank sehingga seseorang akan lebih tertarik membeli saham dengan tingkat pengembalian (rate of return) lebih tinggi daripada menyimpan uangnya dalam deposito. Pada saat kondisi perekonomian normal, penurunan tingkat bunga komersial juga mendorong dunia usaha melakukan investasi. Maraknya investasi di sektor riil ini berdampak pada pergerakan pasar modal. Oleh sebab itu penurunan tingkat suku bunga berdampak pada kenaikan IHSG. Tetapi jaminan keamanan investasi seperti pada deposito dirasakan lebih penting bagi investor ketika kondisi perekonomian sedang mengalami krisis dan suhu politik yang belum stabil. Sehingga penurunan tingkat suku bunga komersial belum tentu berdampak pada kenaikan IHSG. Dan berarti pola yang tidak konsisten dalam penelitian ini menunjukkan kemungkinan tidak adanya kepedulian investor terhadap perubahan tingkat bunga deposito. Atau kemungkinan terdapat faktor lain selain tingkat bunga yang menyebabkan IHSG naik meskipun tingkat bunga juga naik.
6. Kontribusi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (KURS) Variabel nilai tukar Rp/US$ pada penelitian ini mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif 0.795 dengan tingkat signifikansi 27.2% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho6. Ini berarti variabel KURS secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel KURS hanya 0.026, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham.
91
Dalam penelitian ini, walaupun nilai statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar, namun arah parameter koefisien menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori. Secara teoritis, nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang lokal Rupiah maupun mata uang asing US$. Menurunnya nilai tukar Rupiah merefleksikan penurunan permintaan masyarakat internasional terhadap Rupiah, atau karena adanya peningkatan permintaan US$ oleh masyarakat. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa merosotnya nilai tukar Rupiah akan merujuk pada merosotnya kemampuan ekonomi nasional, berarti kemampuan fundamental perusahaan juga cenderung merosot, sehingga meningkatnya nilai tukar US$ akan menurunkan tingkat pengembalian investasi saham. Tidak adanya kontribusi secara signifikan dari variabel nilai tukar Rupiah terhadap US$ menunjukkan kurang berperannya informasi mengenai perubahan variabel ini bagi investor. Hasil penelitian ini di samping konsisten dengan teori, juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Rustam (1997) dan Handra (2004).
7. Kontribusi Pergerakan Indeks Dow Jones (DJIA) Dalam penelitian ini, variabel pergerakan indeks DJIA mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 0.296 dengan tingkat signifikansi 54.4% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho7. Ini berarti variabel DJIA secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel DJIA adalah 0.214, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham.
92
Walaupun arah parameter koefisien menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori, namun nilai statistik menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel DJIA. Tidak adanya pengaruh pergerakan indeks Dow Jones secara signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham, telah dinyatakan dalam penelitian Sugeng Wahyudi (2004), “Melalui pendekatan analisis statistik ternyata kemampuan menjelaskan perubahan di Bursa Nikkei lebih besar dari kemampuan Bursa Dow Jones. Berarti di antara bursa regional perubahan-perubahan yang terjadi di Bursa Nikkei paling dapat menjelaskan terhadap kenaikan atau penurunan pada Bursa Efek Jakarta.”
8. Kontribusi Harga Emas (HRG_EMAS) Variabel harga emas pada penelitian ini mempunyai parameter koefisien regresi bertanda negatif -0.841 dengan tingkat signifikansi 40.9% (jauh di atas tingkat signifikansi 5%), maka terima Ho8. Ini berarti variabel HRG_EMAS secara parsial tidak layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham. Nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel KURS hanya 0.079, menyebabkan variabel ini bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Arah koefisien regresi dari variabel ini menunjukkan pola yang konsisten terhadap teori tetapi tidak signifikan secara statistik. Pola hubungan yang negatif (berlawanan) ini dapat dijelaskan oleh hubungan rasional, bahwa emas adalah logam mulia yang banyak diminati sebagai alternatif investasi karena sifatnya yang anti inflasi. Ketika nilai dollar AS melemah, investor banyak yang menempatkan uang mereka pada investasi alternatif, antara lain, emas. Kecenderungan ini membuat harga emas di pasar
93
dunia meningkat. Karenanya perubahan harga emas sering menjadi perhatian investor sebagai dasar dalam menentukan keputusan investasinya. Di negara lain yang masyarakatnya sudah maju, banyak kondisi yang dapat mengairahkan semua jenis investasi emas, termasuk transaksi derivatifnya. Misalnya transaksi kontrak berjangka emas di Tokyo Commodity Exchange mengalami kenaikan volume transaksi ketika ada berita mengenai tekanan Amerika Serikat terhadap Dewan Keamanan PBB untuk mengambil sikap terhadap Irak. Namun tidak demikian halnya di Indonesia. Sampai sekarang, transaksi kontrak berjangka emas di Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) masih belum banyak dimanfaatkan, baik sebagai sarana lindung nilai (hedging) terhadap fluktuasi harga emas maupun sebagai sarana untuk meraih keuntungan.
9. Kontribusi Harga Minyak Internasional (HRG_MNYK) Dalam penelitian ini, variabel harga minyak internasional mempunyai parameter koefisien regresi bertanda positif sebesar 1.630 dengan tingkat signifikansi 0.9% (jauh di bawah tingkat signifikansi 5%), maka tolak Ho9. Berarti secara statistik variabel harga minyak internasional dinyatakan berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian investasi saham. Namun nilai koefisien determinasi parsial (R2) variabel HRG_MNYK hanya 0.174, menyebabkan variabel ini secara parsial menjadi bias dalam menjelaskan variabel tingkat pengembalian investasi saham. Akan tetapi secara simultan, variabel harga minyak internasional layak digunakan sebagai alat estimasi tingkat pengembalian investasi saham.
94
Dalam penelitian ini, variabel harga minyak internasional memiliki pola yang tidak konsisten terhadap teori. Secara teoritis, pola hubungan yang seharusnya terjadi adalah negatif (berlawanan) karena minyak merupakan bahan bakar dan bahan baku untuk kegiatan produksi bagi banyak sektor industri. Kenaikan harga minyak seharusnya menyebabkan biaya produksi khususnya industri manufaktur menjadi lebih tinggi sehingga melemahkan aspek fundamental perusahaan dan menyebabkan penurunan harga saham perusahaan. Namun di Indonesia hal ini tidak terjadi, peneliti menduga bahwa terdapat satu faktor utama yang menyebabkan pola yang tidak konsisten ini terjadi, yaitu adanya sistem subsidi terhadap harga minyak oleh pemerintah sehingga harga minyak dalam negeri tidak mengalami kenaikan, termasuk yang digunakan untuk bahan bakar sektor industri. Hal inilah yang pada sisi lain menjadikan kinerja perusahaan (emiten) di Indonesia melalui laporan keuangan yang disampaikan banyak mengalami kenaikan.