BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Mapping Market Share Perbankan Indonesia
Bedasarkan data yang diterbitkan oleh BI (www.bi.go.id, Statistik Perbankan Indonesia periode tahun 2005 ‐ 2009) Dana Pihak Ketiga (DPK) sejak tahun 2005
sampai Q3-2009 dapat di tampilkan dengan tabel sebagai berikut Tabel 4.1 DPK 5 bank terbesar di Indonesia Dec-05
Dec-06
Dec-07
Dec-08
Q3-09
Rata-rata
Nama Bank (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) m.share (%) Mandiri
199.037
197.438
235.802
273.566
277.986
15,83%
BCA
128.556
152.737
189.177
209.534
233.931
12,07%
BRI
97.046
124.467
165.476
201.495
211.453
10,42%
BNI
115.525
136.229
146.424
163.325
160.029
9,69%
34.387
39.148
45.108
51.559
81.357
3,28%
1.127.937
1.287.102
1.510.833
1.753.291
1.857.251
100,00%
CIMB Niaga Total industri
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia periode tahun 2005-2009
38
39
Bank Mandiri sebagai bank dengan aset terbesar, memiliki DPK walaupun awalnya turun dari Rp 199.037 miliar rupiah pada 2005 menjadi Rp 197.438 pada tahun 2006 tetapi secara perlahan tapi pasti dapat meningkatkan DPK nya dari Rp 235.802 miliar pada tahun 2007, naik menjadi Rp 273.566 pada tahun 2008 dan berada di angka Rp 277.986 miliar pada kuartal-3 tahun 2009. Pada tahun kuartal-3 2009 Mandiri menguasai market share sebesar 14,97 persen. Dimana pada tahun 2005 Mandiri masih menguasai market share sebesar 17,65 persen. Peningkatan DPK Mandiri yang cukup besar ternyata tidak bisa menjaga market share dari tahun tahun, sehingga mengalami penurunan yang lumayan sebesar 2,68 persen dalam 5 tahun. Bank BCA yang dikenal dengan ATM yang banyak, memiliki 6000 lebih ATM tersebar di seluruh Indonesia. Pada akhir tahun 2005 memiliki DPK sebesar Rp 128.556 miliar, Rp 152.737 miliar pada tahun 2006, meningkat cukup konstan menjadi Rp 189.177 miliar pada tahun 2007, menjadi Rp 209.534 miliar pada tahun 2008 dan berhenti pada Rp 233.931 miliar pada kuartal-3 tahun 2009. BCA yang di tahun 2005 memiliki market share 11,40 persen berhasil meningkatkan market sharenya menjadi 12,60 persen pada kuartal-3 tahun 2009, peningkatan market share yang sebesar 1,20 persen dalam 5 tahun menunjukan kinerja BCA yang di atas rata-rata bank lain.
40
Bank BRI yang memiliki banyak jaringan di daerah dan kuat di perkreditan memiliki DPK pada tahun 2005 sebesar Rp 97.046 miliar, naik menjadi Rp 124.467 miliar pada tahun 2006, kemudian meningkat pesat menjadi Rp 165.476 miliar pada tahun 2007. Pada tahun 2008 berhasil mengumpulkan DPK sebesar Rp 201.495 miliar rupiah, dan pada kuartal-3 tahun 2009 terkumpul DPK sebesar Rp 211.453 miliar rupiah. Peningkatan DPK yang sangat signifikan membuat BRI pada tahun 2005 memiliki market share sebesar 8,60 persen menjadi 11,39 persen pada kuartal-3 tahun 2009 menunjukan kinerja Bank BRI yang sangat baik karena berhasil meningkatkan market sharenya sebesar 2,79 persen dalam 5 tahun. Bank BNI, sebagai bank nasional pertama di Indonesia memiliki DPK sebesar Rp 115.525 miliar pada tahun 2005 meningkat meniadi Rp 136.229 miliar pada tahun 2006, meningkat menjadi Rp 146.424 miliar pada tahun 2007. Pada tahun 2008 memiliki DPK sebesar Rp 163.325 miliar dan pada kuartal-3 tahun 2009 menjadi Rp 160.029 miliar rupiah. Bank BNI yang pada tahun 2005 memiliki market share sebesar 10,24 persen turun menjadi 8,62 persen pada kuartal-3 tahun 2009, penurunan sebesar 1,62 persen dalam 5 tahun ini di akibatkan peningkatan DPK BNI tidak sebesar bank – bank lain.
41
Peenurunan maarket share BNI juga menyebabkan m n posisi BNII yang semuula posisi 3 secara DPK K dilampaui oleh BRI paada tahun 20007, dan ketinnggalan makkin ngan 3 bank posisi terataas pada kuarrtal-3 tahun 2009. 2 jauh den Baank CIMB Niaga, N bank hasil mergerr bank Niagaa dengan bannk Lippo paada pertengaahan tahun 2009, mem miliki DPK sebesar s Rp 34.387 miliiar pada tahhun 2005, meningkat m m menjadi Rp 39.148 3 miliaar pada tahuun 2006. Padda tahun 2007 memilik ki DPK sebeesar Rp 45.108 miliar meningkat m m menjadi Rp 51.559 miliiar pada tah hun 2008 dann berhenti di angka Rp 81.357 8 miliaar di kuartal--3 tahun 2009. Detil market share s 5 bankk dalam 5 taahun terakhirr dapat dilihhat dalam chaart berikut ini
Ma arket sha are DPK 300,00 00
15,60% 15,61%
250,00 00 15,34% 200,00 00 17,65% 11,87% 150,00 00 100,00 00 50,00 00
14,97%
11,40% 10,24% 8,60%
11,95% 12,52% 10,95%
10,58%
Mandiri
12,60% 11,39%
BCA
8,62%
BRI
11,49% 9,32%
9,69% BNI
9,67% 3,04%
2,99%
Dec‐06
Dec‐07
2,94%
4,38% CIMB Niaga
3,05%
0 5 Dec‐05
Dec‐08
Q3‐09
Sumber : D Diolah dari data Sttatistik Perbankan n Indonesia periodee tahun 2005 ‐ 200 09
Gambar 4.1 4 Chart Market M Share DPK 5 bankk terbesar di Indonesia
42
Peningkatan atau penurunan market share sangat di tentukan oleh growth DPK pertahun, bila peningkatan DPK di bawah growth industri maka market share bank tersebut akan turun, bila peningkatan DPK di atas growth industri maka market share bank tersebut akan naik. Untuk itu bank harus memiliki performa di atas rata – rata bank lain, dengan performa yang baik, bank dapat mengumpulkan DPK yang lebih banyak. Total DPK yang terdiri atas giro, tabungan dan deposito, baik perorangan maupun institusi atau perusahaan di Indonesia yang terhimpun oleh perbankan di sebut sebagai DPK Industri perbankan Indonesia, besar – kecil DPK Industri tergantung kondisi ekonomi, sosial budaya, teknologi, politik dan gaya hidup. Dengan melihat dana DPK industri yang meningkat dapat menunjukan bahwa macro environment di Indonesia baik dan mendukung industri perbankan di Indonesia. Pertumbuhan DPK industri perbankan di Indonesia dapat dilihat di tabel berikut Tabel 4.2 Growth DPK industri perbankan Indonesia Tahun Total DPK industry* Growth
2005
2006
2007
2008
Q-3 2009
1,127,937
1,287,102
1,510,833
1,753,291
1,857,251
0%
14.11 %
17.38 %
16.05 %
5.93%
*(dalam miliar) Sumber : Diolah dari data Statistik Perbankan Indonesia periode tahun 2005 ‐ 2009
43
Dari table 4.2 Growth DP PK industri perbankan p Inndonesia yanng di keluarkkan oleh BI,, didapatkann pertumbuhaan dana dari Rp 1.1297.9937 miliar ruupiah, menjaadi Rp 1.85 57.251 miliaar rupiah dallam 5 tahun atau tumbuuh sebesar = 54,37 perseen, dengan demikian dapat d didapaatkan pertum mbuhan rata - rata induustri sebesarr = 10,69 peersen.
G Growth DPK 300,00 00
16,02% 19,43%
250,00 00
0,00% 0,00%
100,00 00 0.00% 50,00 00 0,00%
10,76%
‐0,80%
23,86%
18,81%
32,95%
200,00 00 0,00% 150,00 00
1,62%
17,92%
Mandirri
11,64% 4,94%
BCA
‐2,02%
BRI
21,77% 11,54%
7,48% 28,26% 13,85%
15,22%
Dec‐06
Dec‐07
14,30%
57,79%
BNI CIMB Niaga
0 5 Dec‐05
Dec‐08
Q3‐09
Sumber : D Diolah dari data SStatistik Perbankan n Indonesia period de tahun 2005 ‐ 20 009
PK 5 bank teerbesar di Inddonesia Gambaar 4.2 Chartt Growth DP
Baank Mandirri yang di tahun t 2006 DPK nya turun t 0,8 persen berhaasil meningk katkan DPK K nya sebesarr 19,43 perseen pada tahuun 2007 dan sebesar 16,,02 persen pada p tahun 2008 2 dan haanya naik 1,62 persen pada p kuartal--3 tahun 20009, hal ini menyebabkaan rata – raata pertumbuuhan DPK bank b Mandiiri hanya 7,25 persen, lebih rendah pertumbbuhannya diibanding pertumbuhan DPK indusstri perbank kan yang sebbesar 10,69 persen. p
44
Bank BCA pertumbuhannya cenderung stabil. Pada tahun 2006 bank BCA berhasil tumbuh sebesar 18,81 persen, lalu tahun berikutnya tumbuh sebesar 23,86 persen. Pada tahun 2008 tumbuh sebesar 10,76 persen dan pada kuartal-3 bank BCA berhasil tumbuh sebesar 11,64 persen. Dengan demikian di dapat rata – rata pertumbuhan BCA sebesar 13,01 persen. Di bandingkan dengan rata – rata pertumbuhan DPK industri perbankan maka dapat di pastikan bahwa market share bank BCA naik. Bank BRI yang berhasil masuk ke-3 besar pada tahun 2007, disebabkan pertumbuhan DPKnya yang sangat besar, pada tahun 2006 BRI berhasil tumbuh sebesar 28,26 persen lalu pada tahun 2007 pertumbuhan BRI sebesar 32,95 persen. Pada tahun 2008 BRI berhasil tumbuh sebesar 21,77 persen dan akhirnya pada kuartal-3 tahun 2009 BRI berhasil tumbuh sebesar 4,94 persen. Dengan demikian di dapatkan rata – rata pertumbuhan bank BRI sebesar 17,58 persen. Dibandingkan dengan DPK industri perbankan maka dapat dipastikan bahwa market share BRI naik cukup tinggi. Bank BNI, bank yang berhasil tumbuh 17,92 persen pada tahun 2006, hanya tumbuh sebesar 7,48 persen pada tahun 2007, lalu tumbuh sebesar 11,54 persen pada tahun 2008 dan akhirnya pada kuartal-3 tahun 2009 BNI mengalami penurunan sebesar 2,02 persen. Dengan dinamika seperti itu, BNI memiliki rata – rata pertumbuhan sebesar 6,99 persen. Di bandingkan dengan industri yang sebesar 10,69 persen maka dapat dipastikan market share BNI turun.
45
Bank CIMB Niaga tumbuh sebesar 13,85 persen pada tahun 2006 lalu pada tahun 2007 bank CIMB Niaga berhasil tumbuh sebesar 15,22 persen. Pada tahun 2008 bank CIMB Niaga tumbuh sebesar 14,30 persen. Dan pada tahun kuartal-3 tahun 2009 bank CIMB Niaga berhasil tumbuh sebesar 57,79 persen, pertumbuhan yang signifikan ini dikarenakan mergernya bank Niaga dengan Bank Lippo. Dengan pertumbuhan ini bank CIMB Niaga didapatkan rata – rata pertumbuhan sebesar 20,32 persen, di bandingkan dengan pertumbuhan industri dapat di pastikan bahwa market share CIMB Niaga naik. Dari mapping ke 5 bank dapat dilihat bahwa hampir semua bank berhasil meningkatkan DPK mereka dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan DPK mereka bukan berarti market share mereka akan meningkat juga. Peningkatan DPK bank yang di bawah industri menyebabkan market share mereka turun, seperti yang di alami bank Mandiri dan bank BNI. Persaingan perbankan yang sangat dinamis dan ketat membuat sulitnya meningkatkan market share secara dominan, dapat dilihat dari posisi 5 besar bank di Indonesia memiliki market share yang cukup merata, dapat dilihat sebagai berikut 1.
Bank Mandiri dengan 14,97 persen
2.
Bank BCA dengan 12,68 persen
3.
Bank BRI dengan 11,39 persen
4.
Bank BNI dengan 8,62 persen
5.
Bank CIMB Niaga dengan 4,38 persen
46
Dari data di atas dapat dilihat bahwa 5 bank tersebut memguasai 52,04 persen DPK di Indonesia, sisa DPK di perebutkan oleh bank – bank lain sebanyak 116 bank, dapat di ambil kesimpulan bahwa industri perbankan di Indonesia sangat kompetitif.
4.2 Macroenvironment Analysis Dinamika pertumbuhan DPK dan market share perbankan Indonesia sangat di pengaruhi oleh macro environment. Komponen selengkapnya tersaji pada gambar di bawah ini
th
Sumber : Diambil dari buku “Crafting and Executing Strategy”, Thompson, 17 edition, 2010, halaman 57
Gambar 4.3 Macroenvironment analysis
47
4.2.1 Outer Ring – General Economic Condition Berdasarkan Surat Edaran yang di keluarkan oleh BPS ( www.bps.go.id ) bahwa Perekonomian Indonesia pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen dibanding tahun 2008. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp 2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007 masing - masing sebesar Rp 2.082,3 triliun dan Rp 1.964,3 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar Rp 662,0 triliun, yaitu dari Rp 4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp 5.613,4 triliun pada tahun 2009.
Tabel 4.3 GDP berdasarkan lapangan pekerjaan tahun 2007 – 2009
48
Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,8 persen, Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian 4,4 persen, Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri Pengolahan 2,1 persen, serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 4,5 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar pula terhadap total pertumbuhan PDB yaitu sebesar 1,2 persen. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Jasa-jasa masing-masing memberikan peranan sebesar 0,6 persen Meningkatnya GPD Indonesia di ikuti dengan diturunkannya BI rate di angka 6,5 persen sesuai surat edaran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia No. 12/5/PSHM/Humas yang diumumkan di www.bi.go.id. Keputusan tersebut diambil setelah mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate tersebut dipandang masih konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi tahun 2010 sebesar 5% ± 1%, serta masih kondusif bagi upaya untuk memperkuat proses pemulihan perekonomian, menjaga stabilitas keuangan, dan mendorong intermediasi
49
perbankan. Perkiraan terkini menunjukkan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2010 dan 2011 akan lebih tinggi. Pemulihan ekonomi global tetap dimotori oleh negara Asia, terutama oleh China yang terus menunjukkan perkembangan membaik, meskipun pasar keuangan sempat diwarnai oleh sentimen negatif terkait kebijakan pengetatan di China. Sementara di negara maju, proses pemulihan ekonomi berlangsung dengan laju yang lebih lambat. Di sisi domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih tinggi didukung oleh konsumsi yang masih tumbuh cukup tinggi sejalan dengan perbaikan daya beli dan tingkat keyakinan konsumen. Ekspor menunjukkan kecenderungan meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang semakin kuat. Demikian pula surplus neraca pembayaran diperkirakan akan lebih tinggi, didukung oleh surplus pada transaksi berjalan yang relatif besar. Arus modal luar negeri yang masuk ke perekonomian domestik juga relatif besar sejalan dengan kondisi fundamental perekonomian domestik yang cukup kuat dan meningkatnya rating Indonesia. Dengan perkembangan ini, cadangan devisa Indonesia pada akhir Januari 2010 tercatat sebesar USD 69,6miliar atau setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Penetapan BI rate di ikuti dengan menurunnya tingkat inflasi di Indonesia dalam 2009, inflasi yang awal tahun 2009 sebesar 9,17 persen berhasil turun menjadi 7,31 pada awal kuartal II lalu pada kuartal III tingkat inflasi berada
50
pada angka 2,75 dan ditutup pada angka 2,78 persen pada akhir tahun 2009. Penurunan inflasi dari bulan ke bulan dapat di lihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.4 Tingkat Inflasi selama tahun 2009 Bulan Tahun Desember 2009 November 2009 Oktober 2009 September 2009 Agustus 2009 Juli 2009 Juni 2009 Mei 2009 April 2009 Maret 2009 Februari 2009 Januari 2009
Tingkat Inflasi 2.78 % 2.41 % 2.57 % 2.83 % 2.75 % 2.71 % 3.65 % 6.04 % 7.31 % 7.92 % 8.60 % 9.17 %
Membaiknya ekonomi Indonesia dan menurunnya tingkat inflasi sesuai dengan laporan yang di keluarkan Bank Indonesia , situasi ini diiringi dengan kenaikan dana tabungan yang berhasil di kumpulkan bank – bank umum di Indonesia, pada akhir 2008 bank – bank umum berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 498.587 miliar rupiah menjadi Rp 605.445 miliar rupiah atau berhasil naik sebesar 21,43 persen.
51
4.2.2 Outer Ring – Legislation and Regulations Berdasarkan
pengunguman
yang
di
tampilkan
di
website
LPS
( www.lps.go.id ) diketahui bahwa dana nasabah yang dijamin oleh LPS adalah sebesar Rp 2 miliar, baik dalam bentuk deposito, tabungan maupun giro dan untuk 1 bank. LPS juga menentukan tingkat bunga wajar untuk bank umum sebesar 7 persen dan 2,75 persen untuk valas yang berlaku sampai 14 mei 2010. LPS juga bekerja sama dengan pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan (PPATK) tertanggal 17 November 2009 dalam rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Sebelumnya tanggal 22 Oktober 2009 LPS dan Bank Indonesia telah menandatangani surat keputusan bersama (SKB) tentang koordinasi dan pertukaran data dan informasi dalam rangka mendukung efekifitas pelaksanaan tugas BI dan LPS. Penjaminan dana nasabah diikuti dengan peraturan BI untuk modal minimum
bank
umum,
berdasarkan
peraturan
Bank
Indonesia
No.7/15/PBI/2005 sebesar Rp 80 miliar rupiah pada akhir 2008 dan pada akhir desember 2010 wajib memiliki modal minimum sebesar Rp 100 miliar rupiah.
4.2.3 Outer Ring – Population Demographics Berdasarkan booklet yang dikeluarkan BPS dengan judul perkembangan beberapa faktor utama sosial – ekonomi Indonesia bahwa penduduk indonesia pada tahun 2010 berjumlah 232 juta jiwa dan pada akhir 2010 di perkirakan berada di angka 234 juta jiwa.
52
Padahal pada tahun 2000 penduduk Indonesia terhitung sebanyak 205 juta jiwa, atau tumbuh 2 persen bila di bandingkan dengan tahun 2009 yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 231 juta jiwa. Dan penyebarannya di propinsi – propinsi di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.5 Populasi penduduk Indonesia berdasarkan propinsi
53
Dapat dilihat bahwa penyebaran terbanyak berada di pulau Jawa dengan 134 juta jiwa, disusul oleh pulau Sumatra sebanyak 49 juta jiwa. Di posisi ke-3 di duduki oleh pulau Sulawesi dengan 16 juta jiwa. Berdasarkan data 3 tahun terakhir dapat dilihat tidak ada perubahan yang signifikan, semua pulau tumbuh merata sehingga tingkat penyebaran penduduk Indonesia dalam 3 tahun terakhir tidak mengalami perubahan. Berdasarkan umur berdasarkan data BPS dapat di gambarkan dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 4.6 persentase penduduk Indonesia berdasarkan umur
Data di atas menunjukan angka produktif penduduk Indonesia sebesar 68,1 persen pada tahun 2010 atau meningkat 1,5 persen di banding tahun 2005. Angka ini meningkat cukup tinggi bila di bandingkan dengan tahun 1971 yang berada di angka 53,5 persen.
54
Dengan tingginya angka persentase usia produktif maka angka beban tanggungan penduduk Indonesia turun menjadi 46,7 persen di bandingkan 50,1 persen pada tahun 2005 atau turun drastis di bandingkan tahun 1971 yang sebesar 86,8 persen. Dengan menurunnya angka beban tanggungan menjadi salah satu indikator kesejahterahan penduduk Indonesia akan meningkat di tahun 2010.
4.2.4 Outer Ring – Sosial values dan LifeStyles Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Agus Eko Nugroho, peneliti dari pusat penelitian ekonomi LIPI, mengatakan bahwa kenaikan konsumsi masyarakat diperkirakan mendongkrak 3 – 4 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini dapat di buktikan dengan data yang dikeluarkan oleh BPS, data tersebut sebagai berikut :
Tabel 4.7 PDB Indonesia selama 3 tahun terakhir
55
Dari tabel tersebut konsumsi memberikan kontribusi paling besar, sebesar 2,8 persen di tambah dengan konsumsi pemerintah sebesar 1,3 persen, menjadi 4,1 persen, atau 90 persen dari jumlah peningkatan PDB Indonesia yang sebesar 4,5 persen. Tingginya tingkat konsumsi di Indonesia di ikuti dengan meningkatnya pola pembayaran debet oleh nasabah bank, dari edaran yang di keluarkan BI di www.bi.go.id
bahwa Hasil riset yang dilakukan Bank Indonesia (BI)
memperlihatkan tingginya animo publik dan dunia usaha untuk memakai alat pembayaran non-tunai seperti pemakaian kartu ATM, kartu pra bayar, kartu debet, kartu kredit dan lainnya. Mayoritas publik yang menjadi responden (68%) menyatakan pernah memanfaatkan sistem pembayaran non-tunai. Hanya sebagian kecil saja (32%) yang mengaku belum pernah memanfaatkannya. “Mereka yang belum pernah memanfaatkan instrumen non-tunai karena merasa belum perlu dan belum mengerti prosedurnya, tapi ada juga yang ketakutan hidup akan jadi lebih boros” papar laporan riset itu. Khusus mengenai persepsi terhadap adanya kartu prabayar, secara umum publik (71%) bersedia menerima kartu tersebut sebagai alat transaksi seharihari. Dan mayoritas menginginkan kartu ini dapat menjadi alat pembayaran multi fungsi. Misalnya, untuk membayar pompa bensin, belanja di super market, bayar tiket tol, layanan rumah sakit dan lainnya. Sementara itu, respon dari dunia usaha juga tak jauh berbeda. Pada umumnya dunia usaha mau menerima kartu prabayar.
56
Dari riset tersebut terungkap pula bahwa kartu debet merupakan intrumen pembayaran yang paling diminati oleh pelaku usaha. Selain aman, dananya juga sudah pasti dapat diterima oleh pelaku usaha. “Masalah keamanan, aksesibilitas dan kecepatan pelayanan menjadi soal penting yang menjadi perhatian publik.” Dari riset ini juga diketahui tren semakin besarnya minat publik dan dunia usaha untuk memanfaatkan alat pembayaran non-tunai di masa depan. Besarnya minat masyarakat ini dapat diketahui dari tingginya aplikasi permohonan terhadap pemakaian kartu ATM, kartu debet dan kartu kredit yang dilaporkan oleh perbankan yang juga menjadi responden dalam riset ini. Hanya saja diakui pihak perbankan untuk memenuhi tren masyarakat akan alat pembayaran non tunai, membutuhkan biaya investasi yang besar khususnya dalam hal pengadaan infrastruktur seperti jaringan komunikasi, mesin ATM dan perangkat lainnya. Riset yang dilakukan BI ini dimaksudkan untuk mengetahui persepsi, preferensi dan perilaku publik terhadap sistem pembayaran non-tunai. Dari sini, riset juga diarahkan untuk memotret peta potensi pengembangan sistem pembayaran non-tunai per wilayah di Indonesia. Setidaknya dari riset ini akan diketahui karakteristik dari setiap wilayah. Riset yang dilakukan BI ini lebih terfokus pada daerah perkotaan yakni kota besar dan menengah serta daerah wisata. Untuk setiap lokasi survey ditetapkan dua kota yakni ibukota propinsi dan sebuah kabupaten.
57
Selain itu pada tahun 2009, fenomena yang paling terasa di Indonesia adalah
boomingnya
jejaring
sosial
terutama
Facebook
(www.insidefacebook.com ) sebagai berikut :
Tabel 4.8 Pertumbuhan pengguna facebook di asia
Indonesia menduduki peringkat pertama di asia sebagai Negara dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 14 persen sebulan, atau tumbuh paling banyak dengan 1.681.020 pengguna. Posisi ke-2 di duduki oleh Philipina dengan tumbuh sebesar 11 persen, dengan penetrasi sebesar 8,9 persen. Posisi 10 besar terakhir di isi oleh Bangladesh dengan berhasil tumbuh 7 persen tetapi hanya berjumlah 38.180 pengguna. Pertumbuhan Indonesia yang sangat tinggi hampir sejumlah 9 posisi di bawahnya, hal ini menunjukan bahwa rakyat Indonesia banyak yang menggunakan facebook untuk fasilitas jejaring sosial mereka di dunia internet. Ini juga membuktikan rakyat Indonesia yang melek internet dan mudah bertukar informasi.
58
4.2.5 Outer Ring – Technology
Berdasarkan
jurnal
yang
dipublikasikan
di
website
Telkom
(www.telkom.com) bahwa layanan telepon kabel (wireline) di tahun 2010 diproyeksikan tidak akan mengalami pertumbuhan (flat) dari proyeksi 2009, berbeda dengan telepon tanpa kabel (wireless) yang penetrasi penggunanya sudah mencapai 60 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Telkom flexi yang memiliki 15 juta pengguna menguasai 59 persen maket share CDMA dan Simpati yang mempunyai 80 juta pengguna menguasai 52 persen. Hal ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan terus majunya teknologi wireless sehingga jangkauan makin luas, sehingga penduduk yang berada di pelosok pelosok dapat menggunakan telepon genggam. Meningkatnya pengguna telepon gengam ternyata di ikuti dengan peningkatan pengguna internet di Indonesia, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 2 juta jiwa dan pada tahun 2009 menjadi 30 juta jiwa atau tumbuh sebesar 1.150 pesen selama 9 tahun dengan penetrasi sebesar 12,5 persen, dan hanya 4,1 persen dari jumlah pengguna internet di asia. Dengan penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 240 juta jiwa, Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan pengguna internetnya.
59
Rendahnya penetrasi internet di Indonesia membuktikan belum meratanya sarana telekomunikasi di Indonesia, menyebabkan tidak semua penduduk Indonesia dapat menggunakan internet. Perbandingan pertumbuhan internet Negara – Negara di Asia dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.9 Pertumbuhan pengguna internet di asia ASIA INTERNET USAGE AND POPULATION
ASIA Afganistan Armenia
Population ( 2009 Est.)
Internet Users, (Year 2000)
Internet Users, Latest Data
User Growth ( 20002009 )
Penetration (% Population)
Users (%) in Asia
28,395,716
1,000
500,000
8%
9,900.0 %
.1 %
2,967,004
30,000
191,000
.4 %
36.7 %
.0 %
Azerbaijan
8,238,672
12,000
1,485,100
8.0 %
2,275.8 %
.2 %
Bangladesh
156,050,883
100,000
556,000
.4 %
56.0 %
.1 %
Bhutan
691,141
500
40,000
.8 %
,900.0 %
.0 %
Brunei Darussalem
388,190
30,000
217,000
5.9 %
23.3 %
.0 %
14,494,293
6,000
74,000
.5 %
,133.3 %
.0 %
China *
1,338,612,968
22,500,000
360,000,000
6.9 %
,500.0 %
8.8 %
Georgia
4,615,807
20,000
1,024,000
2.2 %
,020.0 %
.1 %
Hong Kong *
7,055,071
2,283,000
4,878,713
9.2 %
13.7 %
.7 %
1,156,897,766
5,000,000
81,000,000
.0 %
,520.0 %
1.0 %
Cambodia
India Indonesia
240,271,522
2,000,000
30,000,000
2.5 %
,150.0 %
.1 %
Japan
127,078,679
47,080,000
95,979,000
5.5 %
03.9 %
3.0 %
Kazakhstan
15,399,437
70,000
2,300,000
4.9 %
,185.7 %
.3 %
Korea, North
22,665,345
--
--
-
-
.0 %
Korea, South
48,508,972
19,040,000
37,475,800
7.3 %
6.8 %
.3 %
Kyrgystan
5,431,747
51,600
850,000
5.6 %
,547.3 %
.1 %
Laos
6,834,345
6,000
130,000
.9 %
,066.7 %
.0 %
Macao *
559,846
60,000
259,000
46.3 %
31.7 %
.0 %
Malaysia
25,715,819
3,700,000
16,902,600
5.7 %
56.8 %
.3 %
Maldives
396,334
6,000
71,700
8.1 %
,095.0 %
.0 %
Mongolia
3,041,142
30,000
330,000
0.9 %
,000.0 %
.0 %
Myanmar
48,137,741
1,000
108,900
.2 %
0,790.0 %
.0 %
Nepal
28,563,377
50,000
499,000
.7 %
98.0 %
.1 %
174,578,558
133,900
18,500,000
0.6 %
3,716.3 %
.5 %
Pakistan
60
Philippines
97,976,603
2,000,000
24,000,000
4.5 %
,100.0 %
3.3 %
Singapore
4,657,542
1,200,000
3,370,000
2.4 %
80.8 %
.5 %
Sri Lanka
21,324,791
121,500
1,163,500
.5 %
57.6 %
.2 %
Taiwan
22,974,347
6,260,000
15,143,000
5.9 %
41.9 %
.1 %
Tajikistan
7,349,145
2,000
600,000
.2 %
9,900.0 %
.1 %
Thailand
65,998,436
2,300,000
16,100,000
4.4 %
00.0 %
.2 %
1,131,612
-
1,800
.2 %
.0 %
.0 %
Timor-Leste
4,884,887
2,000
75,000
.5 %
,650.0 %
.0 %
Uzbekistan
27,606,007
7,500
2,469,000
.9 %
2,820.0 %
.3 %
Vietnam
88,576,758
200,000
21,963,117
4.8 %
0,881.6 %
.0 %
TOTAL ASIA
3,808,070,503
114,304,000
738,257,230
9.4 %
45.9 %
00.0 %
Turkmenistan
Dari Tabel di atas Negara korea selatan, Jepang dan Taiwan adalah Negara dengan penetrasi terbesar di asia dengan masing – masing 77 persen, 75 pesen dan 66 persen. Dengan tingginya penetrasi internet di Negara tersebut, internet bisa dipakai salah satu strategic advantage oleh perusahaan, termasuk perbankan. Layanan internet banking salah satu contohnya. Di Jepang ada sebuah bank yang melayani internet banking tanpa memiliki kantor. Bank SBI Sumishin Net membuktikan bahwa internet bisa menjadi keunggulan bersaing karena dengan tanpa kantor maka biaya yang dikeluarkan bank tersebut menjadi lebih kecil daripada bank lain. Dengan internet SBI Sumishin Net dapat melayani nasabahnya 24 jam sehari 7 hari seminggu. Hanya dalam 18 bulan setelah peluncuran, SBI Sumishin Net memiliki nasabah sebanyak 400.000 orang dan berhasil mengumpulkan dana sebesar 600 miliar yen
61
4.3 Porter’s 5 Forces
Setelah menganalisa macro environment maka tahap berikutnya adalah menganalisa lingkungan industri, untuk menganalisa ini dipakai tool Porter 5 Forces yang terdiri dari •
Competitive Rivalry Within an Industry
•
Threat of New Entrants
•
Bargaining Power of Buyers
•
Threat of Substitute Products
•
Bargaining Power of Suppliers
Dengan menganalisa ini dapat mengetahui ketatnya persaingan industri tersebut, industri yang menguntungkan akan menciptakan persaingan yang ketat karena perusahaan berlomba lomba untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin, tetapi untuk memperolehnya perusahaan dihadapkan dengan dinamika seperti kekuatan tawar dari pembeli dan penjual, ancaman barang pengganti, munculnya pesaing baru dan tentu saja persaingan dari pesaing yang sudah ada.
62
4.3.1 Porter 5 Forces – Competitive Rivalry Within an Industry Persaingan industri perbankan sangat ketat, hal ini dapat dilihat dari persaingan bank – bank yang ada di Indonesia, mereka bersaing untuk meningkatkan pertumbuhannya untuk menaikan jumlah market share mereka terutama di 5 bank besar, seperti terlihat di bawah ini : Tabel 4.10 Market Share 5 bank besar Market share Nama Bank Des-05 Des-06
Des-07
Des-08
Q3-2009 Ket
Mandiri
17,65% 15,34% 15,61% 15,60% 14,97%
↓
BCA
11,40% 11,87% 12,52% 11,95% 12,60%
↑
BRI
8,60% 9,67%
↑
BNI
10,24% 10,58% 9,69%
CIMB Niaga 3,05% 3,04%
10,95% 11,49% 11,39%
2,99%
9,32%
8,62%
↓
2,94%
4,38%
↑
Sumber : BI-SPI september 2009
Bank Mandiri sebagai market leader memiliki market share sebesar 17,65 persen pada tahun 2005 lalu turun menjadi 15,43 persen pada tahun 2006 lalu pada tahun 2007 market share bank Mandiri naik tipis menjadi 15,61 dan cukup konstan pada tahun 2008 dan akhirnya pada kuartal-3 tahun 2009 bank Mandiri hanya memiliki market share sebesar 14,97 persen.
63
Bank BCA yang kuat di tabungan pada tahun 2005 memiliki market share sebesar 11,40 persen berhasil meningkat dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2008 market share bank BCA turun menjadi 11,95 persen dari sebelumnya 12,52 persen. Lalu pada kuartal-3 tahun 2009 market share BCA sudah di posisi 12,60 persen. Bank BRI yang memiliki pertumbuhan paling signifikan di antara bankbank lain, berhasil mendongkrak market share-nya yang semula 8,6 persen pada tahun 2005 menjadi 9,67 persen pada tahun 2006, meningkat terus pada tahun 2007 menjadi 10,95 persen dan sempat berada di angka 11,49 persen pada tahun 2008 dan akhirnya turun di angka 11,39 persen pada kuartal-3 tahun 2009. Bank BNI yang pada tahun 2004 mulai melakukan transformasi, merasakan dampak persaingan industri perbankan yang sangat tinggi dengan menurunnya market share yang dimilikinya, bermula dari 10,24 persen pada tahun 2005, berhasil naik menjadi 10,58 persen pada tahun 2006, tetapi sejak tahun 2007 market share bank BNI secara perlahan turun menjadi 9,69 persen, lalu pada tahun 2008 menjadi 9,32 persen dan akhirnya pada kuartal-3 tahun 2009 bank BNI hanya menguasai 8,62 persen market share industri perbankan Indonesia. Bank CIMB Niaga yang berada di posisi 10 besar pada tahun 2005 dengan memiliki market share sebesar 3,05 persen, turun tipis dari tahun ke
64
tahun menjadi 3,04 persen pada tahun 2006 lalu 2,99 persen pada tahun 2007 dan 2,94 persen pada tahun 2008. Bank Niaga merger dengan bank Lippo yang membuat market share-nya meningkat 50 persen nya menjadi 4,38 persen pada pertengahan tahun 2009.
4.3.2 Porter 5 Forces – Threat of New Entrants Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia, ( www.bi.go.id ) bahwa jumlah bank di Indonesia pada tahun 2004 adalah sebanyak 133 bank, dengan total kantor sebanyak 7.939 buah, lalu pada tahun 2005 menjadi 131 bank dengan jumlah kantor sebanyak 8.236 buah. Pada tahun 2006 jumlah bank di Indonesia menjadi 130 bank dengan jumlah kantor sebanyak 9.680 buah. Pada tahun 2008 jumlah bank menjadi 124 buah dengan jumlah kantor sebanuak 10.868 buah dan akhirnya pada kuartal-3 tahun 2009 jumlah bank menjadi 121 dengan jumlah kantor menjadi 12.652 buah. Dapat dilihat jumlah bank dari tahun ketahun cendrung berkuang tetapi jumlah kantor dari tahun ke tahun terus bertambah. Penjelasan ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
65
Tabel 4.11 Jumlah Bank di Indonesia Jumlah bank di Indonesia Kategori
Des-04 Des-05 Des-06 Des-07 Des-08 Q3-2009
Jumlah Bank
133
Jumlah Kantor 7.939
131
130
130
124
121
8.236
9.110
9.680
10.868 12.652
Sumber : BI-SPI september 2009
Menurunnya jumlah bank di Indonesia sejalan dengan di perketat peraturan Bank Indonesia untuk modal minimum bank di Indonesia yang semula sebesar Rp 80 miliar rupiah pada tahun 2007 dan harus menjadi 100 miliar pada tahun 2010. Dengan memperbanyak modal minimum di harapkan bank semakin sehat dan semakin likuid. Dengan pemberlakuan peraturan tersebut, permodalan untuk membuat sebuah bank semakin tinggi, sehingga investor lebih cenderung untuk berinvestasi kepada bank – bank yang sudah ada di bandingkan membuat bank baru. Ancaman juga datang dari masuknya bank asing atau penguasaan bank-bank umum oleh investor asing. Dari analisa di atas di simpulkan bahwa Threat of New Entrants perbankan di Indonesia termasuk kategori “Menengah” di karenakan semakin ketatnya peraturan yang di tetapkan oleh BI tetapi banyaknya investor asing membuat persaingan baru menjadi dinamika yang menarik di industri perbankan.
66
4.3.3 Porter 5 Forces – Bargaining Power of Buyers Menyalurkan kredit merupakan salah satu tugas utama bank untuk mencari keuntungan, dengan menawarkan pinjaman disertai dengan bunga, bank memiliki kekuatan penawaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan debitur yang ingin meminjamkan dana ke bank, tetapi hal ini bukan bearti tanpa resiko. Semakin besar kredit yang di berikan semakin besar resiko uang tersebut tidak kembali, untuk hal tersebut bank memberlakukan kebijakan – kebijakan untuk mengurangi resiko tersebut. Dengan cara jaminan dan audit kelayakan pinjaman, dengan demikian bank bisa memilih debitur mana yang layak di berikan pinjaman. Jumlah debitor dari tahun ke tahun terus meningkat, berdasarkan data yang di keluarkan Bank Indonesia jumlah debitur yang meminjam dana ke bank adalah sebanyak 26 juta orang pada tahun 2007, lalu menjadi 33 juta orang pada tahun 2008 dan pada kuartal-3 tahun 2009 jumlah debitur di Indonesia mencapai angka 37 juta orang. Dengan meningkatnya jumlah debitur setiap tahun membuat kekuatan tawar debitur menjadi lemah karena bank bisa lebih leluasa memilih debitur mana yang berkualitas, dengan demikian bank bisa mematok suku bunga tinggi pada kreditnya, tetapi dengan persaingan yang kompetitif , para bank berlomba – lomba memberika bunga yang lebih kompetitif sehingga bunga
67
yang di berikan oleh bank – bank Indonesia tidak terlampau jauh dan bersaing.
4.3.4 Porter 5 Forces – Threat of Substitute Products Tabungan adalah salah satu cara investasi yang paling mudah dan aman, dengan resiko yang paling kecil karena tabungan yang di bawah Rp 2 miliar rupiah dananya akan di jamin oleh LPS. Tetapi tingkat keuntungan yang di tawarkan lebih kecil, sebagai contoh suku bunga yang di tawarkan oleh bank di kisaran 2- 4 persen untuk tabungan masih di bawah tingkat inflasi yang berada di angka 3-5 persen. Untuk menarik minat penabung bank mengadakan undian berhadiah, hal ini di nilai cukup efektif melihat besarnya animo masyarakat akan hadiah yang di tawarkan dengan menabung lebih banyak pada bank yang melakukan undian berhadiah. Selain tabungan ada juga deposito dan giro, ke-2 produk ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing – masing. Deposito menawarkan bunga yang lebih besar tetapi lebih bersifat dana mengendap, atau dalam jangka waktu tertentu baru bisa cair. Sedangkan giro menawarkan kemudahan transaksi dengan bisa mengerluarkan cek yang sangat dibutuhkan untuk transaksi perdagangan. Ke-3 produk yang ditawarkan oleh bank ini cenderung memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan investasi lainnya seperti obligasi, saham atau produk derivatif.
68
Obligasi adalah salah satu cara investasi yang termasuk aman karena resiko yang di tanggung lebih kecil tetapi keuntungan yang di tawarkan tidak besar, sehingga para investor yang ingin keuntungan besar tidak mengambil cara ini. Saham adalah membeli kepemilikan perusahaan tetentu yang mana di perjual belikan di bursa saham dengan memenuhi persyaratan tertentu, saham memiliki resiko yang besar, karena bila perusahaan bangkrut maka nilai saham bisa mencapai nol, tetapi bila perusahaan untung, kenaikan saham bisa tidak terhingga, tergantung dari tingkat nilai perusahaan pada saat mendapat keuntungan, dengan melihat itu bahwa resiko yang besar di iringi dengan kemungkinan keuntungan yang besar pula. Derivatif serupa dengan saham, dengan membeli kontrak opsi , futures ,dll resiko yang ditanggung tinggi tetapi kemungkinan keuntungan yang didapat juga besar.
4.3.5 Porter 5 forces – Bargaining Power of Buyer Dengan banyaknya bank yang ada di Indonesia , nasabah dapat dengan leluasa memilih bank mana yang digunakan untuk tempat mereka menabung, ada nasabah yang memilih karena besarnya bank, bunga yang di tawarkan, pelayanan yang di berikan, kepercayaan pada bank karena keluarga sudah menabung di sana turun - menurun, ada dengan alasan dekat dengan rumah, kantor atau alasan banyaknya atm yang tersedia.
69
Dengan banyaknya pertimbangan nasabah, bank – bank berlomba memberikan penawaran yang terbaik, seperti atm yang banyak, kantor cabang dimana – mana, suku bunga yang menarik, bahkan dengan undian yang berhadiah miliaran rupiah. Hal ini mencerminkan betapa kekuatan pembeli sangat besar, bank terus harus berkembang dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah, agar nasabah terpuaskan dan menjadi nasabah loyal kepada bank tersebut. Salah satu indikasi untuk melihat tingginya kekuatan pembeli adalah melihat besarnya anggaran promosi yang dianggarkan bank untuk menarik nasabahnya agar menabung di bank tersebut, besarnya dana promosi 5 bank besar dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.12 Biaya promosi 5 bank terbesar Indonesia Biaya Promosi (Miliar Rupiah) Nama Bank
Des-06
Des-07
Des-08
Ket
Mandiri
344
418
475
↑
BCA
374
383
462
↑
BRI
177
470
301
↑
BNI
249
283
323
↑
CIMB Niaga
112
97
98
↓
Sumber : BI-SPI september 2009
70
Dari tabel di atas didapatkan bank Mandiri sebagai bank terbesar, menyalurkan dana Rp 344 miliar rupiah untuk promosi yang dilakukannya, lalu meningkat menjadi Rp 418 miliar pada tahun 2007 dan akhirnya pada tahun 2008 bank Mandiri menyalurkan dana hingga Rp 475 miliar rupiah. Hal ini hampir sama dengan bank BCA yang pada tahun 2006 merupakan bank dengan dana promosi terbesar, yaitu sebesar Rp 374 miliar rupiah, lalu pada tahun 2007 meningkat tipis sebesar Rp 383 miliar rupiah lalu pada akhir tahun 2008 bank BCA menyalurkan dana sebesar Rp 462 miliar rupiah. Bank BRI pada tahun 2006 menyalurkan dana promosi sebesar Rp 177 miliar rupiah lalu pada tahun 2007 BRI menyalurkan dana sampai Rp 470 miliar, ini dipakai BRI untuk undian BRI untung beliung britama yang menawarkan hadiah sangat banyak. Lalu pada tahun 2009 BRI menurunkan biaya promosinya di angka Rp 301 miliar rupiah. Bank BNI yang dari hasil analisa sebelumnya diketahui bahwa market share-nya turun bila di lihat dari promosi yang di lakukan bank BNI pada tahun 2006 mengalokasikan dana sebesar Rp 249 miliar rupiah, lalu meningkat tipis pada Rp 283 miliar rupiah pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 menjadi Rp 323 miliar rupiah. Ternyata peningkatan promosi yang dilakukan bank BNI tidak berhasil dengan turunnya market share sejak tahun 2007. Bank CIMB Niaga yang pada tahun 2006 mealokasikan dana sebesar Rp 112 Miliar pada tahun 2007
71
turun menjadi Rp 97 miliar rupiah dan akhirnya Rp 98 miliar rupiah, hal ini di perkirakan karena bank CIMB Niaga fokus dalam memperbanyak jaringan kantor cabang dan ATM yang dimilikinya.
4.4 Analisa SWOT 4.4.1 SWOT - Strength Dewasa ini BNI berada di posisi 4 besar bersama bank Mandiri, bank BCA dan bank BRI, dominasi 4 besar ini sulit untuk di tandingi beberapa tahun ke depan, dengan asset yang besar bank BNI memiliki kantor pusat dan cabang sebanyak 1034 kantor dan memiliki 4000 lebih mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia, bekerja sama dengan jaringan ATM link dan ATM bersama. Semua ini diberikan BNI untuk melayani nasabahnya. BNI memiliki beberapa produk tabungan yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabahnya, produk utamanya adalah BNI Taplus, dan BNI Taplus bisnis untuk nasabah premium yang memiliki dana di atas 50 juta rupiah, selain itu ada BNI Tapenas ( Tabungan Pendidikan Anak Sekolah ) yang peruntukannya untuk tabungan anak di masa depan kelak, BNI juga memiliki tabungan Haji yang digunakan untuk naik haji ketika mendapakan quota untuk menunaikan ibadah haji.
72
Untuk mahasiswa BNI menyediakan tabungan mahasiswa yang bekerja sama dengan kampus untuk pembayaran kuliah dan tabungan.yang terbaru adalah tabungan TKI yang diperuntukan bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar Negeri untuk dapat menabung dan mengirim uangnya ke keluarganya di Indonesia. Banyaknya produk tabungan BNI di ikuti dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang baik, BNI mengambil tema Go Green yang mewakili kepedulian BNI akan global warming dan pencemaran yang terjadi. Dengan tema ini BNI berhasil
memenangkan beberapa
penghargaan bergengsi seperti Green Leadership Award 2009 dan Community Engagement Award 2009. Selain itu bank BNI juga memiliki CSR pada bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan dan bantuan bencana. Selain CSR, BNI juga mengembangkan fitur E-Channel-nya, bank yang konsisten akan pengembangan teknologi terus menggunakan EChannel untuk memberikan pelayanan terbaik kepada nasabahnya, bank BNI memiliki fasilitas phone banking dimana terdapat hampir 1,3 juta pengguna, lalu ada sms banking yang menjadi favorit nasabah BNI dengan pengguna mencapai 2,4 juta pengguna, dan disayangkan untuk internet banking baru sebanyak 400 ribu orang lebih pengguna, jumlah yang sangat kecil dibandingkan dengan jumlah seluruh nasabah BNI yang mencapai angka 6 juta nasabah.
73
4.4.2 SWOT – Weakness Sejak Orde baru BNI menjadi bank umum terbesar di Indonesia, posisi tersebut bertahan sangat lama hingga tersalip oleh bank Mandiri yang merupakan gabungan 4 bank Negara. Setelah tersalip oleh bank mandiri, BNI tersalip oleh bank BCA, pelayanan yang lebih dan jaringan yang lebih luas membuat banyak nasabah yang pindah ke BCA, dan puncaknya pada tahun 2007 posisi 3 BNI disalip oleh bank BRI yang perlahan tapi pasti terus meningkatkan market share-nya dengan dukungan kredit yang menyebar di daerah-daerah. Selama berada di posisi market leader ternyata membuat bank BNI berada di comfort zone, memuat merasa tidak perlu melakukan banyak peningkatan kualitas dan tidak merasa ancaman dari pesaing, sehingga kinerja bank BNI tidak sebaik bank – bank yang lain yang terus melakukan inovasi dan perbaikan terus menerus. Hal ini dapat dilihat dari survey yang dilakukan beberapa badan riset yang ada di Indonesia. berdasarkan survey infobank pada bulan juni didapati bahwa posisi BNI dalam hal kepuasan pelanggan turun dari posisi ke-3 menjadi posisi ke-4, lalu dalam survey yang sama dalam hal loyalitas nasabah posisi bank BNI turun dari posisi ke-3 ke posisi 4. Dalam hal transaksi bank BNI bekerja sama dengan layanan ATM LINK dan ATM BERSAMA.
74
Hal ini sangat menguntungkan karena nasabah bisa menggunakan semua ATM dengan logo LINK atau BERSAMA untuk penarikan uang dengan kartu ATM BNI dengan biaya yang ringan, tetapi tidak bekerja sama dengan LAYANAN PRIMA yang terdapat bank BCA membuat transaksi perbankan terasa kurang. Karena tingkat transaksi bank BCA sangat tinggi dan hampir transaksi perdagangan memprioritaskan menggunakan bank BCA karena sudah memiliki jaringan yang kuat, banyak pedagang atau pengusaha yang menggunakan layanan BCA. Dengan tidak bekerja samanya bank BNI dengan bank BCA membuat nasabah kesulitan transaksi disaat rekan transaksi mereka hanya memiliki BCA sebagai banknya. Hal ini serupa yang dialami dengan bank Mandiri, sedangkan bank BRI secara mengejutkan memiliki jaringan terlengkap dengan berkerja sama dengan jariangan LINK , BERSAMA dan PRIMA, sehingga hampir semua bank bisa dipakai bank pendamping BRI, dan terakhir bank CIMB Niaga seperti halnya bank BNI dan Mandiri hanya bekerja sama dengan layanan BERSAMA tetapi tidak terdaftar dalam jaringan LINK. Setelah membahas ATM, layanan E-channel yang lain adalah phone banking, sms banking, mobile banking dan internet banking, banyaknya pengguna dapat di tampilkan dalam tabel berikut :
75
Tabel 4.13 Daftar pengguna E-channel BNI Total Rekening BNI Phone PLUS
BNI SMS Banking
BNI Internet Banking
6.367.352 Registrasi
1.299.691
20,41%
Aktifasi
206.328
3,24%
Registrasi
2.454.037
38,54%
Aktifasi
885.020
13,90%
Registrasi
418.099
6,57%
Aktifasi
63.759
1,00%
Dari Tabel dapat dilihat bahwa sms banking menjadi fitur yang paling disukai oleh nasabah BNI, dengan 2,5 juta nasabah yang registrasi atau 38 persen dari seluruh nasabah BNI. Hal ini membuktikan bahwa sms banking menjadi pilihan karena lebih mudah dan murah di bandingkan waktu yang diluangkan untuk ke atm, dan perkembangan pengguna handphone yang terus meningkat menyebabkan nasabah sudah terbiasa dengan aplikasi yang ada di handphone. Tetapi banyaknya yang registrasi tidak diimbangi dengan jumlah nasabah yang aktivasi, sesuai data hanya 885.020 nasabah yang menggunakan fitur sms banking secara penuh,, hal ini sangat disayangkan karena ini baru 30 persen dari total nasabah yang sudah registrasi.
76
Fitur ke-2 e-channel yang di gunakan adalah phone banking, dengan sebanyak hampir 1,3 juta pengguna, atau 20 persen dari nasabah BNI keseluruhan. Tetapi yang aktif hanya 200 ribu pengguna atau kurang dari 20 persen yang sudah registrasi, mereka kebanyakan hanya registrasi tetapi tidak menggunakan fitur ini untuk keperluan bisnis mereka. Sebelum ke internet banking BNI pernah memiliki mobile banking, tetapi berdasarkan informasi bahwa phone banking BNI masih dalam tahap pengembangan terbaru agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik, hal ini sangat disayangkan karena bank – bank lain berlomba memperkuat market share mobile banking karena potensi yang sangat besar yang dimiliki oleh internet banking, karena lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan sms banking. Kelemahan sms banking adalah harus menghapal format – format tertentu untuk menggunakan fiturnya. Diharapkan dalam waktu cepat BNI sudah meluncurkan mobile banking mengingat sudah banyaknya pengguna sms banking, dengan fitur yang lebih baik, mobile banking bisa menjadi primadona di masa mendatang. Fitur terakhir adalah internet banking, fitur yang terkenal digunakan oleh bank BCA , karena betapa BCA ingin memperkuat positioning mereka sebagai bank transaksi. Dari data tahun 2008, jumlah transaksi ATM BCA sejumlah 793,6 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan KlikBCA yang
77
hanya 135 juta. Tetapi jumlah dana yang berpindah sebanyak 991,8 triliun rupiah, lebih tinggi di bandingkan ATM yang hanya 807,6 triliun rupiah. Hal ini membuktikan bahwa kualitas transaksi melalui internet banking lebih berkualitas. Di bank BNI, nasabah yang sudah registrasi sebanyak 400 ribu nasabah, atau hanya 6 persen dari seluruh nasabah BNI, tetapi yang sudah aktif baru sebanyak 63 ribu orang atau baru 1 persen dari total nasabah BNI. Hal ini sangat disayangkan karena masih sedikitnya pengguna internet banking padahal potensi yang ada sangat besar. Selain dari pihak BNI yang masih belum serius meningkatkan penggunaan internet banking, tetapi juga masalah edukasi kepada nasabah yang masih sangat rendah, sehingga nasabah enggan untuk menggunakan layanan internet banking dari BNI.
4.4.3 SWOT – Opportunities Kesadaran menabung di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini dapat dilihat dengan terus meningkatnya total DPK nasional terutama tabungan. Berdasarkan data yang dikeluarkan bank Indonesia bahwa pada tahun 2005 dana tabungan yang terkumpul sebanyak 1.127.937 miliar rupiah, lalu pada tahun 2006 meningkat menjadi 1.287.102 miliar rupiah lalu pada tahun 2007 menjadi 1.510.834 miliar rupiah.
78
Pada tahun 2008 dana tabungan yang terkumpul sebanyak 1.753.292 miliar rupiah dan akhirnya pada kuartal-3 tahun 2009 dana terkumpul sampai 1.857.251 Miliar rupiah. Melihat data tersebut dapat dipastikan kecenderungan meningkatnya dana yang dapat dikumpulkan bank dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan
perekonomian
di
Indonesia
berkembang,
sehingga
kesejahteraan penduduk Indonesia meningkat dan akhirnya mereka bisa menabung untuk masa depan mereka. Baiknya perekonomian Indonesia pada tahun 2010 juga di perkirakan terus membaik dengan pertimbangan tetap positipnya PDB Indonesia di saat krisis ekonomi ke-2 menghajar Amerika dan Eropa, dan beberapa negara Asia mengalami dampaknya, dengan seiring pemulihan global di perkirakan Indonesia juga terus meningkatkan perekonomiannya. Isu lain yang bisa diangkat adalah masih banyaknya dana WNI yang terparkir di luar negeri, terutama singapura. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Morgan Stanley Singapura tahun 2007, kurang lebih 30 persen wealth management Singapura adalah Warga Negara Indonesia. Suatu ironi dimana jumlah bank di Indonesia yang berjumlah 121 bank masih belum menarik perhatian pemilik dana gemuk ini. Memang selain isu pelayanan ada juga dikarenakan faktor bisnis dll, tetapi alangkah baiknya bila bank – bank di Indonesia memberikan
79
pelayanan layaknya bank asing, sehingga dana – dana gemuk ini terparkir di bank – bank Indonesia. Berkembangnya DPK nasional tiap tahun merupakan hal positip bagi perbankan nasional dan berdasarkan jurnal yang dikeluarkan infobank pada bulan November didapatkan bahwa masih 58 persen orang Indonesia belum menabung dengan jumlah dana yang bisa terkumpul sebanyak Rp 80 triliun rupiah, sebuah lahan kosong yang akan di perebutkan oleh bank – bank di Indonesia di masa mendatang. Dan isu terakhir berdasarkan riset yang di lakukan oleh bank Indonesia pada bulan November tahun 2006, didapati bahwa ada kecendrungan meningkatnya minat rakyat Indonesia untuk pembayaran non-tunai, baik kartu kredit maupun kartu debet. Perpindahan cara pembayaran ini membuktikan bahwa rakyat Indonesia menyukai hal baru yang bersifat praktis dan lebih aman, dan rakyat Indonesia mengikuti perkembangan jaman dimana cara pembayaran ini memang berkembang pesat di luar negeri terutama di amerika dan eropa.
4.4.4 SWOT - Threats Ancaman dunia perbankan Indonesia terutama bagi BNI adalah semakin pesatnya investor bank asing untuk bermain di industri perbankan Indonesia, dengan demikian pesaing BNI tidak hanya bank lokal tetapi juga
80
bank asing atau bank lokal dengan kepemilikan investor luar negeri. Kepemilikan investor luar negeri dalam bank-bank di Indonesia dapat dilihat dalam chart berikut ini :
Gambar 4.4 Persentase kepemilikan asing di bank Indonesia
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa bank Danamon sudah dimiliki Termasek Holding sebanyak 68,8 persen atau diatas 50 persen yang bearti sudah dikuasai oleh investor asing. Seperti pula pada bank CIMB Niaga di kuasai 60,38 persen oleh CIMB Group. Pada bank ANZ Panin kepemilikannya 38 persen dimiliki oleh ANZ Bank, pada bank permata 44 persen dimiliki oleh Standart Chartered yang berasal dari
81
inggris, bank BII 55 persen dimiliki oleh bank Malaysia yaitu Maybank dan terakhir OCBC NISP yang 72 persen dimiliki oleh OCBC. Banyaknya bank lokal yang dikuasai asing ditambah dengan bankbank asing yang berdiri atas nama bank itu sendiri, seperti Bayclays dari inggris, Maybank dari Malaysia,
DBS
dari
singapura,
dll.
Ini
memperlihatkan betapa sengitnya persaingan bank di Indonesia, dan bank – bank harus waspada dengan ini karena kepemilikan bank asing sudah masuk ke 10 bank besar di Indonesia , termasuk bank CIMB Niaga dan bank BCA. Selain dari bank asing, bank – bank posisi 3 besar memberikan ancaman yang sangat besar bagi bank BNI, dapat dilihat dari pertumbuhan mereka yang sangat besar di atas pertumbuhan BNI. Anggaran promosi mereka lebih besar dengan hadiah yang lebih meriah. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut
82
Tabel 4.144 Promosi unndian berhaddiah 5 bank besar
83
Bank – bank memberikan hadiah mobil, motor, uang tunai , tv, handphone kepada nasabah yang beruntung, hadiah yang di tawarkan sangat besar. Bank BCA menawarkan hadiah 10 mobil Mercedes benz seri S yang bernilai 1,8 miliar rupiah, dan hadiah lainnya dengan total hadiah sebesar 72 miliar lebih. Bank Mandiri fiesta menawarkan hadiah mobil yang nasabah bisa memilih mobil apa yang diinginkan yang sesuai dengan list yang disediakan bank Mandiri, dengan rata- rata harga mobil sebesar 1,1 miliar rupiah kepada 10 nasabah beruntung, dengan hadiah total 82 miliar rupiah. Bank BRI menawarkan Range Rover sport untuk nasabah yang beruntung, mobil yang senilai 1,7 miliar rupiah ini ditawarkan kepada 4 nasabah beruntung, berbeda dengan Mandiri dan BCA , bank BRI menawarkan hadiah tunai pada hadiah ke-3 sebanyak 10 juta rupiah kepada 1000 pemenang, dengan hadiah total 54 miliar rupiah. Bank BNI dengan tema BNI Rejeki taplus menawarkan mobil BMW seri 7 yang bernilai 2,2 Miliar kepada 4 pemenang utama dan hadiah mobil, motor dengan hadiah total 48 miliar rupiah. Dan terakhir bank CIMB Niaga dengan menawarkan 1 buah mobil Mercedes benz dan hadiah lain seperti tv dan handphone, dengan hadiah total 15 miliar rupiah. Dapat disimpulkan bahwa persaingan 5 bank besar sangat sengit, bank berlomba – lomba memberikan hadiah semenarik mungkin agar calon
84
nasabah menabung di banknya. Nasabah dirangsang untuk terus mau meningkatkan tabungannya agar kemungkinan memenangkan hadiahnya lebih terbuka. Dan isu yang paling terbaru adalah pembobolan ATM dengan menggunakan kamera, alat phising data, dll. Hal ini sangat meresahkan karena nasabah menjadi khawatir dananya dicuri oleh orang lain. Tetapi tindakan cepat bank bank dengan pengawasan yang lebih ketat pada ATMnya dan anjuran kepada nasabah untuk secara berkala mengganti PIN ATM-nya di harapkan kejadian ini tidak terjadi kembali. Tetapi ancaman ini harus selalu diwaspadai, karena kekecewaan nasabah bank sangat sulit untuk diperbaiki, dengan demikian sangat merugikan bank bila hal ini terjadi lagi. .
4.5 Analisa Kompetitor Jumlah bank di Indonesia sebanyak 121 bank, jumlah yang sangat banyak, tetapi bila di lihat dari market share maka hanya ada 4 besar yang market share-nya di atas 9 persen, yaitu bank Mandiri, bank BCA, bank BRI dan bank BNI, dengan total market share DPK 48 persen dan menguasai 57 persen total dana tabungan di indonesia. Sisanya bank – bank yang memiliki market share sebesar 4 persen kebawah yang berjumlah 117 bank memperebutkan sisanya.
85
Dengan demikian persaingan menjadi 2 pilihan, yaitu melawan 3 bank besar atau melawan 117 bank kecil.
4.5.1 Kompetitor bank – bank kecil Melawan bank – bank kecil bank BNI memiliki keunggulan dalam hal aset dan fasilitas yang dimilikinya, tetapi melawan 117 bank bukanlah hal yang mudah karena bank – bank kecil mempunyai segmentasi dan targeting yang lebih rinci sehingga value yang ingin di sampaikan ke nasabah lebih mudah di terima, hal ini dapat dilihat dengan terspesialisasinya bank – bank kecil pada segmen tertentu. Dengan dana tabungan 33 persen dari keseluruhan di perebutkan oleh 117 bank merupakan persaingan yang sangat padat, bank – bank bersaing dengan menawarkan hadiah langsung atau bunga yang lebih besar kepada calon nasabah. Bank – bank kecil juga memperioritaskan dana deposito dan giro untuk di kumpulkan, karena produk tabungan sulit untuk bersaing dengan bank bank besar yang memiliki fasilitas dan pelayanan yang lebih baik. Tetapi deposito menjadi pilihan utama karena bunga tinggi merupakan hal yang paling menarik kepada nasabah.
86
Permasalahan utama melawan bank – bank kecil adalah, bank – bank kecil dapat lebih memberikan pelayanan yang lebih personal di bandingkan bank bank besar, hal ini disebabkan bank – bank kecil memiliki nasabah yang lebih sedikit sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk nasabahnya.
4.5.2 Kompetitor 3 bank besar Persaingan pada 3 bank besar berbeda dengan 117 bank kecil, karena mereka memiliki market share yang lebih besar dari bank BNI dan dana promosi yang di anggarkan juga lebih besar, dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.15 Market share 5 bank NamaBank Des‐05
Des‐06
Des‐07
Des‐08
Q3‐2009
Ket
Mandiri
17,65%
15,34%
15,61%
15,60%
14,97%
↓
BCA
11,40%
11,87%
12,52%
11,95%
12,60%
↑
BRI
8,60%
9,67%
10,95%
11,49%
11,39%
↑
BNI
10,24%
10,58%
9,69%
9,32%
8,62%
↓
3,05%
3,04%
2,99%
2,94%
4,38%
↑
CIMB Niaga
Sumber : BI‐SPI september 2009
87
Market share bank BNI dari tahun 2005 – Q-3 2009 terus turun dari tahun ke tahun, sedangkan promosi yang dilakukan bank BNI meningkat dari tahun ketahun, besarnya promosi yang dilakukan bank BNI dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.16 Dana Promosi 5 bank besar Biaya Promosi (Miliar Rupiah) Nama Bank
Des-06
Des-07
Des-08
Ket
Mandiri
344
418
475
↑
BCA
374
383
462
↑
BRI
177
470
301
↑
BNI
249
283
323
↑
CIMB Niaga
112
97
98
↓
Sumber : BI-SPI september 2009
Dari Tabel dapat dilihat bahwa bank BNI berada di posisi 4 memiliki dana promosi ke-3 terbesar, dengan promosi secara frontal sulit untuk mengalahkan pesaing, karena pesaing masih ada yang memiliki dana promosi yang lebih besar dan memiliki market share yang lebih besar. BNI harus menembak target yang tepat dan sesuai agar dengan dana promosi yang lebih sedikit tetapi hasil yang di dapatkan lebih banyak. Untuk itu bank BNI harus mengetahui segmen dan target mana yang harus di pilih
88
dan cara apa yang harus di tempuh. Untuk itu BNI harus memiliki strategi yang jelas dan tepat untuk dapat lebih bersaing dengan kompetitor. Berdasarkan jurnal yang di tulis oleh David J Bryce dan Jeffrey H Dyer dalam Harvard Bussiness Review edisi Mei 2007 dengan judul “Strategies to crack well guarded market” , strategi melawan pesaing yang sudah menguasi market dengan kuat jangan melalui serangan frontal karena kompetitor lebih kuat, tetapi harus dari segmen dan lokasi yang tepat. Dengan Segmentation, Targeting dan Positioning yang tepat dan di teruskan dengan Marketing mix yang terdiri dari Product, Price, Place dan Promotion yang sesuai dengan STP-nya maka lebih cepat untuk mendapatkan konsumen atau nasabah. Terutama segmen yang dipilih tidak diprioritaskan oleh pesaing. Sebagai contoh, bank BCA memperioritaskan keturunan Tiong Hoa sebagai nasabahnya, sedangkan bank BNI, Mandiri dan BRI pada saat itu tidak memperioritaskan sehingga nasabah keturunan Tiong Hoa memilih menggunakan BCA dan tercipta komunitas Tiong Hoa yang kental di bank BCA. BCA berhasil mengalahkan dominasi bank – bank negeri atau swasta lainnya dengan melakukan strategi yang tepat pada awalnya dan di teruskan dengan inovasi - inovasi membuat bank BCA menjadi market leader dana tabungan di Indonesia, langkah sukses BCA ini bisa sebagai contoh untuk
89
BNI yang sekarang berlaku sebagai penantang, dimana harus bertindak lebih cermat dan sensitif akan celah pasar yang ada.
4.6 Banking Delivery Channel 4.6.1 Brick & mortar channel Berdasarkan data yang dikeluarkan BNI dalam 5 tahun terakhir, bank BNI banyak melakukan perubahan yang sangat signifikan dibandingkan dengan bank – bank lain, perubahan yang dinamai dengan transformasi ini bertujuan untuk memperbaiki image dan kinerja BNI. Dengan image dan kinerja baru di harapkan bank BNI dapat lebih bersaing dengan kompetitor, perubahan-perubahan BNI di banding 5 tahun lalu dimulai dengan pergantian kepemimpinan dan visi dan misi bank BNI yang baru. Hal ini dapat dilihat dalam lampiran. Setelah masalah organisasi dan penentan arah sudah di rencanakan, bank BNI mengubah Logo mereka. Dengan bantuan konsultan, terciptalah Logo bank BNI 46 yang baru, yang semula seperti gambar perahu menjadi tulisan BNI 46, yang lebih simpel dan tegas. Perubahan bertahap yang secara keseluruhan dan berkesinambungan ini mengarah ke semua aspek, baik SDM, peraturan – peraturan, marketing, financial,
operational,
dll.
Tetapi
karena
pembahasan
thesis
ini
90
mengutamakan daya saing dengan kompetitor maka tidak semua aspek akan dibahas. Setelah pergantian logo, bank BNI merenovasi kantor – kantornya untuk memberikan kenyamanan kepada nasabah, setelah itu bank BNI menambah jumlah ATM mereka, keseriusan bank BNI menambah ATM-nya dapat dilihat dari pertambahan yang siginifikan pada tahun 2008 ke 2009 dimana bank BNI menambah 1000 ATM lebih dalam kurung waktu 1 tahun, dan pembukaan galeri – galeri ATM di mall – mall besar di Indonesia. Bank BNI juga membuka kantor cabang Weekend Banking dan buka sampai sore hari, dapat dilihat di lampiran.
4.6.1.1 Segmentation, Targeting dan Positioning brick & mortar channel Pelayanan yang lebih baik ini ternyata belum membuat bank BNI langsung mengalahkan pesaing, persaingan yang sangat sengit di perbankan terutama di 5 besar membuat bank BNI harus mempunyai strategi yang tepat, terutama kekuatan 3 pesaing yang lebih besar, sehingga bank BNI tidak bisa langsung bergerak frontal karena akan membuat kalah dalam pertempuran, BNI harus bisa melihat potensi yang
91
ada dan melihat kekuatan dan kelemahan diri nya, untuk itu dimulai dari analisa nasabah bank BNI. Tabel 4.17 Segmentasi nasabah bank BNI
Kontribusi Nasabah Pekerjaan affluent Uppermass mass Wiraswasta
Total
Jumlah dana
Dana / Nasabah
17,86%
8,28% 1,34%
27,48%
23.726.144.591.970
20.234.551
Pegawai Negeri
5,44%
7,14% 0,95%
13,52%
11.673.124.995.758
17.155.128
IbuRumah Tangga
8,79%
8,06% 1,23%
18,07%
15.601.580.523.177
15.929.491
Pegawai Swasta
6,48%
8,22% 2,03%
16,72%
14.435.994.817.239
7.797.658
Pelajar/Mahasiswa
0,63%
1,35% 0,72%
2,71%
2.339.805.380.067
1.419.183
Lainnya
9,43%
9,73% 2,33%
21,49%
18.554.397.644.885
7.290.387
42,77% 8,60% 100,00%
86.339.681.921.287
9.725.687
Total
48,63%
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa bank BNI di dominasi oleh wiraswasta, pegawai Negeri, Ibu rumah tangga, pegawai swasta dan mahasiswa di bandingkan dengan pekerjaan lain. Wiraswasta dengan kontibusi terbesar dengan jumlah Rp 23 triliun rupiah, dengan penyebaran 17 persen dari keseluruhan dana merupakan dana affluent, 8,28 persen merupakan dana uppermass dan 1,34 persen dari dana keseluruhan merupakan dana mass, atau menyumbang 27,48 persen dari dana
92
keseluruhan, dengan rata – rata dana nasabah di segmen wiraswasta adalah Rp 20 juta. Pegawai Negeri adalah nasabah setia bank BNI dikarenakan kerja sama antar departemen pemerintah membuat bank BNI di gunakan sebagai bank pembayaran gaji mereka. Dengan total kontribusi Rp 11 triliun rupiah terdiri dari 5,44 persen dari keseluruhan dana berada pada segmen affluent, lalu 7,14 persen berada pada segmen uppermass, dan 0, 95 persen berada pada segmen mass, dengan total 13,52 persen dari keseluruhan, segmen ini memiliki rata – rata dana per nasabah sebesar Rp 17 juta. Ibu rumah tangga yang berada pada posisi ke-3 memiliki kontribusi sebanyak Rp 15 triliun rupiah memiliki 8,79 persen pada segmen affluent, 8,06 persen pada segmen uppermass dan 1,23 persen di mass dari keseluruhan dana. Dengan rata – rata dana per nasabah sebesar hampir Rp 16 juta rupiah. Lalu di ikuti oleh pegawai swasta dan mahasiswa dengan kontribusi Rp 14 triliun dan Rp 2 triliun rupiah dengan rata – rata dana per nasabah sebesar Rp 7,7 juta dan Rp 1,4 juta, jika di bandingkan dengan dana rata – rata per nasabah secara keseluruhan sebesar Rp 9,7 juta, segmen pegawai swasta dan mahasiswa masih di bawah rata – rata. Berdasarkan hasil
93
analisa ini maka sebaiknya bank BNI lebih fokus kepada target segmen wiraswasta, pegawai negeri dan ibu rumah tangga. Berdasarkan segmentasi jumlah dana, yang terbagi dari mass, uppermass dan affluent, dimana mass itu segmen yang dananya dibawah Rp 10 juta rupiah, uppermass adalah segmen dananya di antara Rp 10 juta sampai Rp 200 juta dan affluent yang dananya di atas Rp 200 juta rupiah, BNI harus meningkatkan dananya pada segmen affluent dan uppermass karena dana pada segmen mass kurang berkualitas. Tetapi untuk merebut pasar affluent di Indonesia sangat ketat karena jumlah orang yang memiliki dana tersebut terbatas dan bank – bank lain sangat memburu segmen ini di karenakan dana yang didapatkan sangat besar, dan di butuhkan biaya yang lebih besar karena lebih bersifat personal dan customize. Sehingga segmen uppermass adalah segmen yang paling tepat untuk di kembangkan, karena jumlah nasabah yang memiliki dana tersebut lebih banyak di bandingkan affluent dan tidak bersifat lebih personal, dan untuk positioning, bank BNI harus memiliki positioning yang disesuaikan dengan visi dan misi BNI.
94
4.6.1.2 Marketing Mix brick & mortar channel Setelah membahas STP, langkah berikutnya membahas marketing mix. Marketing mix terdiri dari Product, Price, Place dan Promotion. Berdasarkan Product, produk tabungan antar bank hampir tidak memiliki perbedaan, karena fungsi utamanya adalah sebagai saving. Tetapi sesuai dengan berjalannya waktu, terjadi pergeseran gaya hidup dimana, tabungan di gunakan untuk pembayaran melalui sistem debet karena lebih praktis dan aman. Paradigma ini di manfaatkan oleh BCA dan Mandiri dengan mempermudah nasabahnya dalam hal transaksi terutama transaksi debet. BNI harus lebih jeli akan perubahan jaman dimana produk tabungan yang di inginkan nasabah sudah bergeser sejalan dengan waktu. Berdasarkan Price, tabungan bank BNI sudah dalam tahap sama dengan kompetitor, dengan bunga yang di tawarkan kompetitif, dan biaya adminitrasi yang rendah atau relatif sama dengan pesaing, tabungan BNI sudah bisa bersejajar dengan kompetitor. Berdasarkan
Place,
bank
BNI
sudah
mulai
mengejar
ketinggalannya, dengan menambah jumlah ATM-nya, terutama dalam kurung waktu 2008 ke 2009 dengan menambah 1000 ATM baru. Bank BNI juga membuka kantor cabang Weekend Banking yang buka pada hari
95
sabtu atau minggu di mana jam operasinya hingga sore hari. Bank BNI juga membuka galeri ATM di mall – mall besar untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada nasabahnya. Dan terakhir adalah Promotion, promosi bank BNI tahun 2009 – 2010 adalah “Rejeki BNI Taplus”, dimana dengan hadiah 4 mobil BMW seri 7 dengan harga satuan Rp 2 , 2 Miliar rupiah, dan hadiah mobil dan motor lainnya. Rejeki BNI taplus menggantikan rejeki durian runtuh yang sebelumnya menjadi periode undian bank BNI. Dengan program bersyarat tertentu, hadiah utama hanya di perundikan bagi pemilik nasabah yang memiliki rata – rata dana Rp 50 juta rupiah. Hal ini menguntungkan bagi pemilik dana besar karena kemungkinan lebih besar untuk menang tetapi ada kontra karena pemilik dana di bawah 50 juta tidak ada kemungkinan untuk memenangkan hadiah tersebut.
4.6.1.3 Where to start Bank BNI memiliki cabang di seluruh Indonesia, tetapi market share di tiap propinsi berbeda beda, ada yang market share-nya besar ada yang market share-nya kecil, untuk lebih jelas dapat di lihat dalam tabel berikut :
96
Tabel 4.18 Market share BNI berdasarkan propinsi
Saldo Tabungan
BNI (Miliar Rp)
% terhadap
Akumulasi terhadap
Total Tabungan
Market Share
31-Des-09
Total dana BNI
Total dana BNI
SEKDA Nov-09
BNI (%)
Per Provinsi
DKI JAKARTA
10.420
18,22%
18,22%
155.617
6,70%
BANTEN
1.252
2,19%
20,41%
14.985
8,36%
JAWA TIMUR
7.267
12,71%
33,12%
72.296
10,05%
JAWA BARAT
6.122
10,71%
43,83%
59.020
10,37%
JAWA TENGAH
4.595
8,04%
51,87%
44.068
10,43%
Berdasarkan Tabel di atas, market share bank BNI di Jakarta dan banten hanya 6,7 dan 8,36 persen. Hal ini disebabkan persaingan yang sangat ketat di ke-2 propinsi ini. Hampir semua bank memiliki kantor di ibu kota Jakarta, karena jumlah dana yang bisa dikumpulkan sangat besar berdasarkan data Jakarta dan banten memiliki total tabungan sebesar 170 Triliun rupiah dimana BNI berhasil menghimpun dana sebesar 11,6 triliun rupiah. Tetapi dengan seiring berlakunya otonomi daerah, propinsi – propinsi lain mendapat anggaran dan bagi hasil yang lebih besar, sehingga propinsi lain lebih berpontensi. Jawa timur, jawa barat dan jawa tengah merupakan 3 propinsi yang market share bank BNI di atas 10 persen, dengan potensi daerah yang akan makin tinggi, ke-3 propinsi ini layak untuk di prioritaskan, dapat dilihat dari ke-3
97
propinsi ini terdapat hampir 200 triliun rupiah dan bank BNI berhasil mengumpulkan dana sebesar 17 triliun rupiah, dengan potensi ke-3 propinsi ke depan dan lumayan kuatnya posisi BNI disana, ke-3 propinsi ini sangat berpotensi. Dan di bandingkan dengan propinsi lain, pulau jawa masih memiliki jumlah penduduk dan infrastruktur yang lebih baik di bandingkan dengan propinsi lain.
4.6.2 Virtual Channel Virtual channel terdiri dari •
Phone Banking
•
Sms Banking
•
Mobile Banking
•
Internet Banking Perbedaan utama antara virtual channel dengan brick and mortal
channel adalah pada virtual channel tidak dapat mengambil tunai. Virtual channel di gunakan utamanya untuk transfer, pembayaran, transaksi dan informasi saldo. Dengan virtual channel semua itu lebih mudah karena bisa di akses melalui telepon rumah, telepon genggam atau komputer anda sesuai dengan channel-nya.
98
Dengan fasilitas virtual channel selain memberikan kemudahan kepada nasabah karena tidak perlu datang ke kantor cabang atau atm untuk transaksi non tunai tetapi juga meningkatkan jumlah transaksi nasabah karena untuk melakukan transaksi begitu mudah. Dengan semakin banyaknya transaksi maka perputaran uang di dalam bank akan semakin tinggi, bank akan mendapatkan keuntungan dengan mendapat fee dan kualitas dana nasabah akan lebih berkualitas karena nasabah memakai tabungannya untuk lebih banyak transaksi. Berdasarkan data nasabah pengguna e-channel yang dimiliki bank BNI adalah sebagai berikut Tabel 4.19 Persentase pengguna e-channel BNI Kategori
BNI (8,877,489)
Industri* Status
BNI Phone Plus
1.299.691
14,64%
6%
Nice job (2,5x industri)
BNI Sms Banking
2.454.037
27,64%
7%
Good Job (4x industri)
418.099
4,71%
9%
BNI Internet Banking
Need Improvement (0,5x industri)
Sumber : * Marketing Research Indonesia
Dari tabel dapat dilihat bahwa pengguna Phone Plus BNI sebanyak 1,2 juta nasabah atau 14,64 persen dari total nasabah bank BNI, lalu pengguna SMS Banking BNI sebanyak 2,4 juta nasabah atau 27,64 persen
99
dan pengguna internet banking sebanyak 418 ribu orang atau hanya 4,71 persen dari total nasabah bank BNI. Dapat dilihat bahwa pengguna Phone plus BNI yang sebanyak 14,64 persen ini sudah bagus karena rata – rata pengguna phone plus di industri perbankan adalah 6 persen. Hal ini membuktikan nasabah bank BNI pengguna phone plus sebagai e-channel-nya sudah di atas rata – rata bank lain dan ini merupakan hasil yang baik. Pengguna SMS Banking bank BNI yang sebanyak 27,64 persen bila di bandingkan dengan rata – rata industri perbankan yang sebesar 7 persen membuktikan bahwa pengguna SMS banking bank BNI sangat tinggi. Dengan perkembangan telepon genggam yang terus berkembang potensi sms banking sebagai layanan e-channel bank BNI sangat potensial karena menjadi pilihan utama nasabah bank BNI sebagai channel virtual mereka. Mobile banking bank BNI masih dalam tahap pengembangan, fitur ini pernah di keluarkan tetapi untuk menyempurnakan sistem dan pelayanan, bank BNI menutup dahulu channel ini. Meilihat potensi pertumbuhan pengguna telepon genggam dapat diperkirakan potensi yang besar pada mobile banking, dengan fitur yang lebih lengkap dan mudah di bandingkan dengan sms banking. Mobile banking merupakan e-channel yang lebih baik di bandingkan sms banking dan merupakan jembatan penghubung untuk nasabah lebih mudah menggunakan internet banking.
100
Pengguna internet banking di bank BNI cukup rendah atau hanya 4,17 persen dari total nasabahnya. Berdasarkan sampel nasabah yang di dapatkan , pengguna internet banking BNI dominan pria dengan umur 40 tahun ke atas , bekerja sebagai pegawai swasta dan berdomisili di jabodetabek. Berdasarkan hasil survei lewat telepon, sebagian besar dari mereka sudah mendaftar tetapi tidak aktif menggunakan internet banking, bahkan beberapa di antaranya belum pernah ke halaman www.bni.co.id untuk mencoba internet banking dan ada juga yang sudah lupa sudah mendaftar internet banking BNI. Banyaknya nasabah yang tidak aktif membuat channel internet banking tidak produktif karena perputaran uang di channel ini menjadi kecil, sangat jauh ketinggalan dengan bank BCA yang sangat mengembangkan channel internet banking sebagai channel andalannya. Untuk dapat bersaing dengan bank BCA, bank BNI harus berbenah dan memperbaiki channel internet banking karena potensi yang besar di masa mendatang.
101
Tabel 4.20 Pengguna harian internet banking di Indonesia
Sites
Traffic rank World
Reach (3 month average)
Indonesia
% world internet
Daily visitor
klikbca.com
1,119
15
0,1146
1.987.157
bankmandiri.co.id
3,685
44
0,0371
643.312
bni.co.id
11,316
146
0,011
190.739
cimbniaga.com
37,594
598
0,00392
67.973
bri.co.id
72,573
818
0,00211
36.587
Source : www.alexa.com *world internet user 02/02/2010 : 1.733.993.741
Dapat dilihat penggunjung situs klikbca.com perhari dengan rata – rata 1.987.157 pengunjung, sedangkan bank Mandiri yang berada di posisi ke-2 memiliki pengunjung rata – rata 643.312 pengunjung perhari. Sedangkan bank BNI memiliki pengunjung rata – rata 190.739 pengunjung perhari. Dari Tabel didapatkan pengunjung bank BNI hanya 10 persen dari pengunjung bank BCA. Rendahnya internet banking di bank BNI di sebabkan banyak faktor, antara lain target segmen yang kurang tepat, tahap aktivasi yang lama karena harus menunggu 10 hari untuk dapat token, edukasi yang kurang kepada para pengguna sehingga nasabah merasa sulit untuk menggunakannya, dll.
102
Hasil survey kepada nasabah bank BNI yang sudah terdaftar tapi belum aktivasi melalui telepon adalah sebagai berikut Tabel 4.21 Kategori hasil kuisoner internet banking BNI
Kategori
Jumlah
sudah daftar, sudah pakai
Persentase 9
17.65%
sudah daftar, tapi tidak pernah pakai
23
45.10%
tidak berminat
11
21.57%
8
15.69%
51
100%
tidak merasa daftar TOTAL
Sumber : Data nasabah dari bank BNI yang sudah diacak secara internal
Dapat dilihat bahwa pendaftar yang sudah mendaftar dan mencoba menggunakan internet banking hanya 17,65 persen, sedangkan pendaftar yang sudah daftar tetapi belum sama sekali mencoba sebanyak 45,1 persen. Kategori berikutnya adalah nasabah yang tidak merasa mendaftar internet banking tetapi di database terdaftar sebanyak 15,69 persen dan yang tidak minat di wawancara sebanyak 21,57 persen.
103
Tabel 4.22 Segmentasi pekerjaan narasumber kuisoner
Pekerjaan
Jumlah
Pegawai Swasta
Persentase
40
78.43%
Pensiunan
2
3.92%
Mahasiswa
6
11.76%
Ibu Rumah Tangga
1
1.96%
Pegawai BNI
1
1.96%
Wiraswasta
1
1.96%
51
100.00%
Total
Dari segmentasi pekerjaan di atas bahwa dilihat pegawai swasta merupakan segmen yang dominan dengan 78,43 persen,
hal ini
membuktikan segmen pegawai swasta tidak potensial karena berdasarkan data sebelumnya, hanya 17,65 persen yang sudah mendaftar dan mencoba internet banking BNI. Karena target segmen yang salah banyak nasabah yang sudah mendaftar tidak pernah mencoba satu kalipun internet banking BNI karena merasa tidak membutuhkan atau tidak perlu menggunakan internet banking, dan edukasi yang kurang membuat nasabah makin sulit dan enggan menggunakan internet banking.
104
Berdasarkan hasil survey, sebanyak 11,76 persen sudah menggunakan internet banking bank lain dimana dominan menggunakan internet banking bank BCA, dengan demikian 88,24 persen masech belum menggunakan internet banking bank lain. Hal ini membuktikan bahwa potensi internet banking BNI masih tinggi karena belum di rebut bank lain, tetapi ancaman ini ada karena sudah 11,76 persen menggunakan internet banking bank lain.
4.6.2.1 Arahan Internet banking BNI Untuk membuat internet banking bank BNI dapat bersaing dengan bank BCA, bank BNI harus menentukan dahulu target segmen nasabah yang potensial agar internet banking dapat berkembang dan anggotanya aktif menggunakan internet banking. Contohnya dengan mengincar komunitas mahasiswa, komunitas pengusaha muda, dll. Dengan internet banking yang aktif akan membuat perputaran uang yang besar yang akan menguntungkan bagi nasabah karena kebutuhannya terpenuhi dan bank BNI mendapat pemasukan dan kualitas nasabahnya makin meningkat Menurut Moore (1999, p17) telah terjadi ilusi pada pemasaran produk berteknologi yang menyebabkan timbulnya retakan pada masing-masing segmen seperti terlihat pada gambar berikut
105
Diambil dari buku Crossing the Chasm, Geofrey A. Moore, Revised Edition, 1999, halaman 17.
Gambar 4.5 High-tech marketing illusion
Retakan-retakan kecil adalah kendala yang terjadi semasa transisi antar segmen yang umumnya dapat dilalui. Yang menakutkan adalah retakan besar yang biasa disebut the chasm atau jurang yang dalam dan lebar. Dimana umumnya terjadi antara early adopters dan early majority seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
106
Sumber gambar : http://www.beach head.com/uploads /images/Moore/Te chAdoptionLifeCyc le‐Basic.gif, diakses pada januari 2010.
Gambar 4.6 The Chasm and how to create beachhead
Menurut Moore (1999, p19) alasan kenapa antara early adopters dan early majority tercipta “the chasm” adalah karena early adopters adalah pemakai produk pertama dimana pengalaman dan pendapat mereka akan menjadi referensi penting bagi early majority. Sesuai sifatnya, early majority adalah mereka yang ingin kepastian bahwa teknologi baru yang akan mereka beli akan berguna bagi mereka. Karena itu referensi yang jelek dari early adopters akan mencegah early majority untuk memakai teknologi tersebut. Karena itulah diperlukan apa yang disebut “beachhead” atau tempat berpijak untuk menyeberangi “the chasm”. Ada beberapa langkah untuk melakukannya, yaitu :
107
•
Target the point of attack. Bidiklah satu ceruk pasar yang spesifik sebagai titik serangan dan fokuskan semua sumber daya yang ada untuk memperoleh posisi yang dominan di sana. Ceruk pasar ini akan menjadi entry point untuk segmen pasar yang lebih besar. Untuk mengetahui segmen yang menjadi target awal bisa melihat survey yang dilakukan oleh MRI dengan data sebagai berikut : Tabel 4.23 Survei MRI tentang Virtual Channel Channel Phone Banking
Gender
Usia
Penghasilan/bulan
Pendidikan
(59%) Pria (53%) 20-34 Tahun (46%) diatas Rp 5 Juta (71%) S1+
Mobile Banking (56%) Pria (53%) 20-34 Tahun (35%) diatas Rp 5 Juta (60%) S1+ SMS Banking
(60%) Pria (56%) 20-34 Tahun (38%) diatas Rp 5 Juta (69%) S1+
Internet Banking (66%) Pria (46%) 20-34 Tahun (40%) diatas Rp 5 Juta (75%) S1+ Sumber : Marketing Research Indonesia
Pengguna phone banking berdasarkan jender pengguna pria sebanyak 59 persen dengan usia 20 – 34 tahun sebanyak 53 persen, dengan rata – rata penghasilan perbulan 5 juta rupiah dan dengan pendidikan S1 sebanyak 71 persen. Untuk mobile banking berdasarkan jender adalah pria sebanyak 56 persen, dengan 20 – 34 tahun dengan jumlah 53 persen, dengan penghasilan di atas 5 juta rupiah sebanyak 35 persen dan pendidikan S1 sebanyak 60 persen.
108
Untuk pengguna sms banking berdasarkan hasil survei didapatkan pengguna terbanyak adalah pria 60 persen dengan umur 20 – 34 tahun sebanyak 56 persen, 38 persen memiliki penghasilan di atas 5 juta rupiah dan pendidikan S1 sebanyak 69 persen. Internet banking berdasarkan survei didapatkan pengguna terbanyak 66 persen merupakan pria, dengan umur 20 – 34 tahun sebanyak 46 persen, memiliki penghasilan di atas 5 juta rupiah sebesar 40 persen dan pendidikan S1 sebesar 75 persen. Bila di bandingkan dengan channel lain dapat disimpulkan bahwa pengguna internet banking lebih banyak pria karena pengguna internet banking persentase pria lebih besar dengan jumlah 66 persen. Berdasarkan umur persentase umur 20 – 34 tahun lebih rendah di bandingkan dengan channel lain. Namun berdasarkan analisa awal, diperkirakaan pengguna umur di atas 34 tahun lumayan besar tetapi umur 20 – 34 tahun tetap dominan. Berdasarkan penghasilan, pengguna internet banking berada di posisi ke2 di bandingkan channel lain, ini memperlihatkan potensi yang besar internet banking. Berdasarkan pendidikan, pengguna internet banking cendrung berpendidikan tinggi di bandingkan dengan channel lain, ini sangat wajar karena untuk menggunakan internet, nasabah harus bisa menggunakan
109
komputer dan lulusan S1 kemungkinan sangat besar sudah dapat menggunakan komputer. Bank BNI memiliki segmen utama adalah wiraswasta, pegawai negeri, pegawai swasta, ibu rumah tangga dan mahasiswa, berdasarkan segmentasi sebelumnya, wiraswasta, pegawai negeri dan pegawai swasta dan mahasiswa yang memenuhi hasil riset yang dilakukan oleh MRI. Dari 4 segmen ini, segmen wiraswasta merupakan segmen yang paling tepat untuk di target. Karena segmen wiraswasta membutuhkan fasilitas transfer dan pembayaran di bandingkan segmen lain. Wiraswasta harus di segmentasi lagi untuk mendapatkan target yang benar – benar potensial, wiraswasta yang potensial menggunakan internet banking adalah wiraswasta muda yang bisnis atau usahanya berhubungan dengan teknologi atau tingkat transaksi pembayaran dan transfer dananya tinggi. Sehingga dengan internet banking BNI memberikan solusi atas masalah yang di hadapi dan mereka tidak terlalu sulit mengadaptasi internet banking, sehingga proses edukasi lebih mudah di lakukan.
•
Assemble an invasion force. Ciptakan produk secara keseluruhan. “Dengan cara berpikir tentang masalah konsumen dan solusinya secara lengkap.” Hal ini mencakup produk utama dan berbagai perlengkapannya
110
yang dapat menciptakan alasan kuat bagi nasabah untuk memakainya, seperti fitur yang lebih baik, lebih cepat di akses, lebih mudah di gunakan, atau lainnya. Hal ini masih belum diperhatikan oleh bank BNI karena berdasarkan tampilan, bank BNI masih menggunakan tampilan lama yang terlalu crowded dibandingkan dengan bank BCA atau bank Mandiri, perbandingan dapat dilihat di lampiran. Selain itu dari kecepatan akses, dapat dilihat dari besarnya size website tersebut, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.24 Perbandingan size website Nama Bank
Website Size (Kb)
Mandiri
212
BCA
336
BNI
576
CIMB Niaga
864
BRI
1068
Dapat dilihat bahwa situs tercepat di akses adalah bank Mandiri, dan di posisi ke-2 adalah bank BCA. Ke-2 bank tersebut sebagai market leader dalam internet banking lebih mengetahui keinginan nasabahnya, sehingga tampilan website-nya di buat sesederhana mungkin dengan
111
mengutamakan customer needs. Kecepatan akses di Indonesia masih kecil di bandingkan Negara maju lainnya. Keterbatasan ini harus di ingat oleh pemilik website, karena waktu akses yang lama dapat membuat pengguna merasa enggan untuk menggunakannya. Dengan akses yang lebih cepat dan mengutamakan customer needs, bank BCA dan Mandiri menjadi pilihan utama para nasabahnya. Bila BNI bisa memperbaiki tampilannya maka nasabah makin tertarik untuk menggunakan internet banking BNI.
•
Define the battle. Fokuskan kompetisi pada ceruk pasar yang dapat kita menangkan. Ciptakan nilai pembeda dari pesaing. Fokuskan komunikasi pada kelebihan tersebut. Demonstrasikan kelebihan yang anda klaim tersebut agar calon nasabah mau menggunakannya. Menurut hasil survei, bank BNI kurang fokus dalam pengembangan internet banking dengan tidak fokus pada segmen yang lebih muda. Hal ini terbukti dari data nasabah internet banking BNI yang sebagian besar berusia diatas 40 tahun. Berbeda dengan pesaing yang promosi dan program yang di buat sesuai dengan segmen yang lebih muda. Ketika bank BNI sudah menetapkan segmen wiraswasta sebagai target segmen utama, maka buatlah promosi dan perangkat pendukung yang dapat memudahkan segmen wiraswasta ini untuk memakai internet banking BNI. Contohnya edukasi cara pakai dan cara akses internet banking BNI ke berbagai Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dll.
112
Perkembangan sekarang internet banking diutamakan untuk pengguna desktop dan laptop dimana browser dan kecepatan akses internet lebih baik di bandingkan handphone. Tetapi berdasarkan hasil survei di Amerika, banyak pengguna wifi yang jalan di mall atau food center untuk melobi klien atau acara keluarga sekarang menggunakan handphone sebagai sarana komunikasi yang menggunakan internet melalui wifi. Hal ini wajar karena perkembangan teknologi yang membuat kemampuan handphone mendekati kemampuan laptop atau komputer jinjing. Berdasarkan ukuran dan berat, handphone lebih ringan dan mudah di bawa – bawa, walaupun survei tersebut berdasarkan behavior masyarakat disana, tetapi perkembangan behavior Indonesia yang cendrung mengikuti gaya barat dapat menjadi indikator potensi yang besar perkembangan internet melalui telepon genggam.
•
Launch the invasion. Dikarenakan pengguna merupakan nasabah bank BNI sendiri, maka direct selling merupakan cara yang paling efektif didukung dengan bimbingan agar kesulitan dalam tahap registrasi dan aktivasi dapat dilalui dengan baik oleh calon pengguna. Lalu di teruskan dalam tahap edukasi. Dengan fitur, kecepatan dan tampilan yang lebih baik, internet banking bank BNI bisa bersaing dengan kompetitor utama seperti BCA
113
dan bank Mandiri. Melihat potensi handphone, bank BNI bisa memanfatkan celah ini untuk dapat menciptakan keunggulan bersaing pada channel internet banking, sehingga penggunaan internet banking pada handphone bisa menjadi optional karena BNI harus fokus dahulu pada penggunaan internet banking pada desktop dan laptop, dimana fitur internet banking bisa secara optimal digunakan. Untuk edukasi bank BNI bisa menggunakan fasilitas yang sudah dimilikinya, seperti customer service-nya atau televisi yang berada di kantor – kantor cabang bank BNI. Dengan memanfaatkan video sebagai media edukasi membuat nasabah lebih mudah mengerti di bandingkan hanya selebaran atau poster. Di saat pengguna sudah mengerti mereka bisa menjadi referensi bagi orang lain tentang keunggulan internet banking BNI, dengan demikian pertumbuhan pengguna internet banking BNI akan lebih cepat lagi.