BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Ketentuan Umum Kredit Retail pada ACC Berdasarkan TAP No.: 001/CEO/Tap/II/2009 tentang Kebijakan Kredit Retail, maka dapat diketahui ketentuan umum kredit retail, sebagai berikut: 1.
Setiap pemberian kredit harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Komite Kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebelum mendapat persetujuan tertulis secara lengkap dari Komite Kredit, Kantor Cabang/PT dilarang untuk memberikan komitmen dalam bentuk apapun, baik secara lisan maupun tertulis seperti mencetak secara manual PPAP (Perhitungan Pembayaran Account Payable) kepada calon debitur, dealer atau pihak lain yang berkepentingan.
2.
Persetujuan kredit diberikan dengan cara membubuhkan tandatangan secara langsung atau secara elektronik (e-signature) dan tanggal penandatanganan di atas Formulir Perhitungan dan Analisa Pembiayaan atau Memo Kredit.
3.
Bila terjadi perubahan dalam terms and conditions (credit term) yang telah disetujui, yang sifatnya mengurangi keuntungan atau melemahkan posisi perusahaan terhadap debitur, maka harus dimintakan persetujuan ulang.
4.
Setiap coretan (bila ada) harus diparaf dan dilarang untuk memakai tip-ex atau alat penghapus lainnya.
5.
Masing-masing anggota Komite Kredit dituntut untuk MENGAMBIL KEPUTUSAN
(”setuju/tidak
setuju”,
dan
bukan
semata-mata
hanya ”mengetahui” atau ”memberi bahan masukan/pertimbangan”) secara INDEPENDEN berdasarkan PRINSIP KEHATI-HATIAN dan analisa yang
matang, tanpa dipengaruhi oleh keputusan yang diambil oleh anggota lainnya atau tekanan dari pihak manapun, dan BEBAS DARI BENTURAN KEPENTINGAN. 6.
Setiap
anggota
Komite
Kredit
yang
memberikan
persetujuannya
bertanggungjawab secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama atas hasil keputusan yang diambil. KEAMANAN POKOK PINJAMAN DAN KEPENTINGAN
PERUSAHAAN
HENDAKLAH
SELALU
DIUTAMAKAN. 7.
Anggota Komite Kredit diminta untuk tidak ikut dalam pengambilan keputusan dan pemberian persetujuan atas transaksi yang melibatkan kepentingan dirinya sendiri atau kaum kerabatnya.
8.
Proses pengajuan persetujuan kredit harus melewati urutan dari level wewenang paling rendah, kemudian diproses berurutan ke jenjang yang lebih tinggi, sesuai dengan jenjang wewenang kredit yang berlaku, dan di dalam proses tersebut tidak dibenarkan melakukan ”by pass”.
9.
Aplikasi kredit yang telah ditolak pada tingkatan tertentu masih dapat ditinjau kembali oleh pejabat/komite yang lebih tinggi wewenang orientasinya atau pejabat lain yang mempunyai kewenangan override (banding atas keputusan). Dalam hal ini, pejabat/komite yang memberikan keputusan akhir harus mencantumkan alasan persetujuan yang jelas dan bertanggungjawab penuh atas keputusan tersebut.
10. Untuk menentukan Limit Kredit yang diperlukan, jumlah AR (Account Receivable) lama yang masih belum dibayar (bila ada) harus ditambahkan ke dalam jumlah AR baru yang akan diajukan.
11. Tidak dibenarkan memecah-mecah nilai transaksi/kontrak dengan maksud untuk menghindari ketentuan untuk mendapatkan persetujuan dari jenjang yang lebih tinggi, atau untuk menutupi identitas debitur yang sebenarnya. Manipulasi atas status atas nama pada aplikasi atau pembayaran angsuran dilakukan oleh pihak III di luar penjamin, bila diketahui sejak awal wajib untuk diinformasikan kepada Komite Kredit atau dilakukan pembatalan atas proses putusan kredit. 12. Harus dihindari kejadian dimana satu Kantor Cabang/PT menyetujui aplikasi kredit yang sebelumnya sudah pernah ditolak oleh Kantor Cabang/PT lainnya dengan alasan tidak layak. Kantor Cabang/PT yang menerima aplikasi kredit yang sudah ditolak oleh Kantor Cabang/PT lain, bila menyetujuinya harus mencantumkan alasan persetujuannya dan memintakan persetujuannya ke pejabat yang mempunyai wewenang lebih tinggi. 13. Anggota yang mempunyai wewenang batasan kredit lebih tinggi berhak meminta (bila dipandang perlu) agar permohonan bersangkutan terlebih dahulu melewati dan mendapatkan persetujuan dari anggota yang berada pada jenjang dibawahnya. Hal demikian tidak mengurangi TANGGUNG JAWAB MASING-MASING pengambil keputusan secara sendiri-sendiri. Keputusan tetap harus diambil secara INDEPENDEN. 14. Semua aplikasi kredit mutlak harus melalui proses verifikasi dan validasi dari Operation Head (OH) / Branch Underwriting Head (BUH) untuk memastikan bahwa aplikasi yang diproses sudah menggunakan data-data yang sesuai dan dibutuhkan serta tidak ada indikasi kecurangan dan pemalsuan. Operation Head / Branch Underwriting Head (BUH) dan Branch Manager (BM) wajib menolak keputusan kredit oleh Komite Kredit
dari kategori disetujui (approved) menjadi ditolak (reject) pada aplikasi yang terdapat unsur kecurangan dan pemalsuan atas keterangan dokumen kredit. 15. Semua
memo
kredit
baik
yang
disetujui
maupun ditolak
harus
ditandatangani oleh Branch Retail Credit Analyst dan Operation Head (OH) / Branch Underwriting Head (BUH) dengan mencantumkan setuju (approved) atau ditolak (reject). 16. Pejabat Retail dari Fungsi Sales dan Branch Manager diberikan wewenang untuk menyetujui aplikasi yang ditolak oleh Pejabat Komite Kredit Cabang atau Pejabat Komite Kredit Pusat sesuai dengan batas wewenangnya masingmasing, dan selama masih dalam batas plafon (cap) override yang telah ditetapkan setiap bulannya oleh Chief Risk Officer (CR0). 17. Semua aplikasi kredit mutlak harus melalui proses Credit Scoring. 18. Semua aplikasi wajib dilakukan survei, kecuali Program Pre-approve atau program lainnya yang mendapat persetujuan terlebih dahulu dari CRO. 19. Dalam proses pengajuan kredit, dokumen keuangan atau hasil survei beserta dokumen yang sah lainnya wajib dilampirkan. Dokumen keuangan atau hasil survei merupakan hal yang penting, baik untuk proses persetujuan kredit maupun untuk persyaratan keuangan yang harus dipenuhi berdasarkan persyaratan Bank dan perusahaan pembiayaan lainnya. 20. Masa berlaku keputusan persetujuan kelayakan kredit oleh Komite Kredit adalah 30 hari kalender, terhitung sejak tanggal persetujuan anggota Komite Kredit terakhir. Setiap surat penawaran untuk debitur harus mencantumkan masa berlakunya penawaran tersebut.
21. Calon debitur ACC yang dapat dibiayai harus mempunyai kecakapan usia/ umur secara hukum, yaitu berusia minimal 21 tahun atau berusia minimal 18 tahun jika sudah menikah, dan maksimal 65 tahun. Apabila tidak memiliki kecakapan hukum maka dibutuhkan penjamin (Guarantor). 22. Tidak diperkenankan menambah pinjaman baru bagi debitur yang masih memiliki tunggakan angsuran, kecuali tunggakan tersebut dilunasi terlebih dahulu. 23. Pelaksanaan persetujuan kredit di masing-masing PT mengacu kepada Ketetapan (Tap) Chief Executive Officer (CEO) dan Ketetapan atau Surat atau Petunjuk dari CRO. 24. Dalam hal salah satu dari Anggota Komite Kredit berhalangan (sakit, cuti, training, dan sebagainya) maka untuk menjaga kelancaran transaksi, persetujuan dapat dimintakan langsung ke jenjang yang lebih tinggi atau dilakukan pendelegasian wewenang ke level yang berada di bawah hirarkinya atau ke pejabat lain dengan terlebih dahulu meminta persetujuan 2 (dua) level pejabat berwenang di atasnya atau COO atau CRO. 25. Ketentuan lain yang belum jelas atau belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian melalui Ketetapan atau surat atau petunjuk pelaksanaan dari CRO sepanjang tidak bertentangan dengan Kebijakan Kredit Retail ini.
4.2. Pembahasan
1.
Pelaksanaan Pemberian Kredit Kendaraan Bermotor Roda Empat Menurut buku “Mekanisme Leasing” karangan Eddy P. Soekadi ada 2 (dua) faktor utama mengapa Account Officer (Analis Kredit) begitu penting yaitu :
a. Faktor Kompetisi Dengan semakin banyaknya perusahaan pembiayaan disamping pula bank dan lembaga keuangan non bank lainnya, maka diperlukan tenagatenaga account officer yang dapat mencarikan jalan keluar atas problem keuangan dari calon debitur. Kebalikannya dipandang dari sudut calon debitur melihat banyaknya perusahaan yang menawarkan jasa yang sama atau hampir sama. Untuk itu calon debitur mempunyai banyak pilihan untuk menentukan kepada siapa calon debitur akan melakukan transaksi kredit melihat kompetisi yang semakin ketat ini maka perolehan pencapaian untuk kredit semakin sedikit. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga analis keuangan yang handal dalam hal ini adalah Account Officer. Tidak dimaksudkan disini bahwa account officer haruslah serba tergesa-gesa dan kurang hati-hati dalam mengambil keputusan akan tetapi seorang account officer harus mampu untuk melakukan suatu keputusan yang penting untuk keadaan-keadaan tertentu dan karena hanya account officer yang tahu secara detail keadaan serta latar belakang
dari
calon
debitur
tersebut,
maka
haruslah
dapat
mempertahankan argumentasinya di dalam credit committee. b. Jasa keuangan merupakan suatu produk yang tidak semua orang dapat diberikan Untuk pemberian jasa keuangan diperlukan pengamatan serta pengumpulan data serta informasi yang lengkap sebagai faktor-faktor kelayakan kredit sehingga seorang account officer melalui persetujuan
perusahaan dapat secara yakin memberikan fasilitas kredit kepada calon debitur. Adapun faktor-faktor yang menjadi syarat kelayakan kredit dari calon debitur di ACC adalah sebagai berikut: -
Mengisi Aplikasi/Pengajuan Kredit
-
Melampirkan KTP pemohon kredit (usia minimum 21 tahun dan maksimum 50 tahun)
-
Melampirkan Kartu Keluarga pemohon kredit
-
Melampirkan Data Keuangan pemohon kredit
-
Melampirkan KIMS (Dokumen resmi khusus untuk WNA)
-
Melampirkan SIUP/NPWP
-
Melampirkan Akte Pendirian Perusahaan
-
Melampirkan data TDP/TDR
-
Melampirkan data KTP Direktur / Komisaris / Yang diberi kuasa
Dokumen-dokumen diatas harus di validasi keabsahannya oleh petugas analisa kredit didalam tahapan awal pengajuan kredit. Dalam setiap pemikiran serta tindakannya account officer harus memusatkan pemikiran kepada kepentingan perusahaan dimana ia bekerja secara keseluruhan. adalah tidak benar jika seorang account officer melakukan berbagai keputusan serta tindakan berdasarkan target serta tujuan-tujuan pribadi. Pada prinsipnya proses pemberian kredit kendaraan roda empat ini meliputi beberapa tahapan yang harus dilakukan account officer, yaitu: a. Persiapan
Yaitu memeriksa kelengkapan data-data kredit calon debitur untuk keperluan analisa dan membuat janji dengan calon debitur untuk bertemu pada waktu yang tepat artinya tidak mengganggu kegiatan calon debitur. b. Kembangkan Suasana Kekeluargaan Diperlukan waktu beberapa menit pada saat-saat melakukan kunjungan untuk membina suasana akrab. Sebelum penyelidikan harus ada informasi yang berguna untuk dijadikan bahan dalam percakapan. Selain itu hal-hal yang ada disekeliling ruangan juga dapat dijadikan pembuka pembicaraan misalnya lukisan didinding, foto keluarga, majalah-majalah dan lain sebagainya. Tujuan utamanya dari metode ini adalah untuk menghilangkan suasana tegang serta memberikan kesempatan kepada lawan bicara untuk lebih bersikap terbuka. Jangan berlebihan dalam melakukan pembicaraan pembukaan ini dan segeralah menuju pada pokok permasalahan pada saat yang tepat. Apabila account officer tidak berhasil dalam menguasai menit-menit pertama ini, akibatnya adalah pembicaraan terus berkepanjangan hingga akhir tanpa menghasilkan sesuatu yang berarti. c. Tentukan Problem Utamanya Untuk mengetahui problem utamanya, cara yang paling mudah adalah mencari kesulitan atau masalah yang sedang dihadapi calon debitur tersebut dan berpangkal dari masalah tersebut kemudian tawarkan beberapa jalan keluar serta pemecahannya. Dalam hal ini menjadi pendengar yang baik adalah sangat penting.
Dalam kenyataannya
banyak account officer yang berbicara terlalu banyak tanpa memberikan
kesempatan kepada calon debitur tersebut untuk mengutarakan pendapat atau kesulitannya. Sebaiknya adalah segera memberikan pertanyaanpertanyaan kepadanya dan mendengarkan. d. Tahap Penegasan Setelah pertemuan tersebut berlalu hendaknya adalah diteruskan dengan tahapan
berikutnya yaitu tahap
penegasan.
Dari
hasil
pembicaraan tersebut account officer dapat tentukan beberapa potensi yang mumgkin dapat dibantu. Account Officer harus dapat melihat apakah pembicaraan dapat diteruskan atau tidak maksudnya adalah jika ada kemungkinan calon debitur layak diberikan fasilitas kredit maka banyak yang harus dilakukan akan tapi jika tidak layak untuk mendapatkan fasilitas kredit maka segera mengakhiri pembicaraan untuk menghemat waktu. e. Memberikan Jalan Keluar Setelah adanya penegasan dimana calon debitur ada kemungkinan layak diberikan fasilitas kredit maka mulai saat itu seorang account officer harus lebih banyak berbicara untuk mejelaskan masalah yang dihadapi dan langkah-langkah pemecahannya dalam pengajuan kreditnya dan memberikan jalan keluarnya dalam hal ini calon debitur lebih banyak bersikap menjadi pendengar. f.
Kesepakatan
Tahap ini merupakan penutupan dimana account officer memberikan kontrak atau perjanjian untuk ditandatangani oleh calon debitur dan posisi account officer adalah sebagai saksi. g. Follow Up Account officer harus dapat menjaga hubungan dengan debitur agar mengetahui perkembangan usahanya. Secepatnya menginformasikan kepada perusahaan jika debitur mempunyai kesulitan keuangan atau usahanya karena hal ini berpengaruh pada cicilan yang harus dibayar setiap bulannya kepada perusahaan pembiayaan (perusahaan pemberi kredit) untuk segera diambil keputusan. Kelengkapan lain yang harus dipenuhi yaitu informasi tentang calon debitur, seorang account officer dapat memperolehnya dengan cara : 1) Pemeriksaan Setempat Yaitu dengan cara meninjau langsung keberadaan tempat tinggal dan usaha atau pekerjaan calon debitur. 2) Meminta atau Mencari Informasi dari Pihak ke III Hal ini biasanya dilakukan seorang account officer melalui informasi dari tetangga, ketua rt/rw, pembantu rumah tangga, teman sekantor ataupun daerah sekitar tempat tinggal calon debitur dan lingkungan kerja atau usaha. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan lengkap, jelas dan benar maka analisa atas kelayakan kredit diberikan kepada kredit commitee untuk dianalisa kembali dan dipertimbangkan apakah layak diberikan fasilitas kredit atau tidak.
Analisa kredit pada dasarnya adalah untuk memperoleh keyakinan apakah calon debitur mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memenuhi kewajibannya baik pembayaran pokok pinjaman maupun bunganya. Dari faktor lain yang perlu diperhatikan oleh account officer adalah kondisi perekonomian dan aktivitas usaha atau perusahaan pada umumnya, ini diperlukan mengingat resiko tidak kembalinya kredit tersebut selalu ada maka dari itu setiap resiko harus disertai jaminan yang cukup disertai ketentuan yang ada. Untuk itu ada ketentuan umum yang harus dipenuhi oleh calon debitur dan menjadi perhatian account officer sehubungan dengan diberikannya kredit kendaraan bermotor roda empat tersebut yaitu ; a. Jumlah Kredit Jumlah kredit yang diberikan sesuai dengan kategori debitur preapproved yaitu total gross AR sebanyak Rp.3 milyar (termasuk pengajuan baru) dengan maksimal overdue tidak melebihi 15 hari terhadap seluruh history debitor dari harga kendaraan bermotor roda empat tersebut secara On The Road
maksudnya adalah kendaraan
bermotor roda empat tesebut sudah termasuk kelengkapan surat-suratnya yaitu: 1) STNK ( Surat Tanda Nomor Kendaraan ) 2) BPKB ( Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor ) 3) Faktur Kendaraan
Sedangkan perusahaan pembiayaan tidak akan membiayai kredit secara Off The Road yaitu tidak termasuk kelengkapan surat-surat kendaraannya. Biasanya perusahaan pembiayaan tidak akan memberikan kredit kepada kendaraan dengan nomor plat polisi yang berbeda dengan kota dimana perjanjian kredit dilakukan. Misalnya perusahaan pembiayaan tersebut berada di Jakarta maka untuk momor polisi harus nomor polisi seri „B„ (Jakarta). Jika nomor polisi tersebut berplat „H„ (semarang) maka kredit akan dibatalkan.hal ini dikarenakan pihak perusahaan pembiayaan tidak mau menanggung resiko yang terlalu besar mengingat jika terjadi tunggakan maka untuk menyelesaikannya perlu biaya operasional yang cukup besar dan account officer tidak dapat mengontrol keadaan keuangan atau usaha debitur. Perlu diingat juga bahwa kendaraan harus bernomor polisi sesuai dengan perjanjian ditanda berplat yang sama dengan perusahaan pembiayaan. Biasanya dalam permintaan jumlah kredit ini disertakan juga total pembayaran awal yang harus dibayar calon debitur ke dealer kendaraan jika permohonan kredit untuk kendaraan bermotor roda empat diberikan oleh pihak perusahaan pembiayaan. Contoh ; Pembayaran awal Down Payment
Rp. XXXXX
Angsuran / Bulan
Rp. XXXXX
Biaya Administrasi
Rp. XXXXX
Asuransi
Rp. XXXXX
Total
Rp. XXXXX
b. Jangka Waktu Kredit Jangka waktu kredit sesuai dengan term and condition program preapproved yaitu: 1) DP (down payment) minimal 10% dan tenor maksimal 5 tahun dimana perhitungan DP untuk analisa kelayakan kredit adalah berdasarkan DP Nett yang dihitung dari OTR setelah dikurangi potongan untuk unit baru (new segment) dan berdasarkan MRP yang berlaku untuk unit bekas (used car). 2) Maksimum usia kendaraan yang dapat dibiayai adalah 15 tahun (termasuk tenor kredit sampai dengan lunas untuk unit Regular dan 10 tahun termasuk tenor kredit sampai dengan lunas untuk Pickup/Truck). c. Nilai angsuran per bulan Nilai angsuran per bulan dapat naik maksimal 20% tanpa melihat income ratio maupun IR (Instalment Ratio), dimana besar peningkatan angsuran tersebut berdasarkan akumulasi angsuran untuk seluruh kontrak sebelumnya yang masuk kategori pre-approved. Program pre-approved tidak berlaku untuk pengajuan unit komersial apabila unit sebelumnya adalah unit regular. Program pre-approved tidak berlaku untuk jumlah unit pengajuan yang melebihi jumlah unit sebelumnya yang masuk kategori pre-approved. d. Sanksi-Sanksi Sanksi ini diperlukan agar debitur dapat melakukan kewajibannya
(membayar cicilan) pada tepat waktu
jika terlambat maka akan
dikenakan denda yaitu berupa bunga sebesar 0,5% (nol koma lima persen) perhari dari jumlah cicilan perbulan. e. Asuransi Kendaraan bermotor roda empat harus diasuransikan mengingat resiko kehilangan atau kecelakaan yang mengakibatkan kerugian pada pihak perusahaan pemberi kredit (kreditur) atau pihak penerima kredit (debitur) minimal asuransi adalah Total Loss Only maksudnya adalah jika ada kerugian sampai minimal 75% (tujuh puluh lima persen) pada kendaraan tersebut maka pihak asuransi akan menggantinya seharga kendaraan bermotor roda empat bekas tahun bersangkutan sesuai dengan harga pasar yang ada atau kendaraan bermotor roda empat akan digantikan dengan jenis dan tahun yang sama sesuai kesepakatan antara pihak kreditur dan debitur. f.
Jaminan Jaminan yang dijaminkan kepada kreditur adalah kendaraan itu sendiri dengan menyerahkan BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) yang sedang dicicil.
g. Pelunasan Pelunasan perlu diperhatikan mengingat debitur akan segera mengambil jaminannya yang berupa BPKB (Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor) jika cicilan selesai dan jika ada pelunasan yang lebih dahulu diselesaikan sebelum jatuh tempo pelunasan maka pihak kreditur akan memberikan
potongan berupa bunga kepada pihak debitur biasanya potongan ini berlaku jika debitur melunasi hutang-hutangnya minimal 3 (tiga) bulan sebelum jatuh tempo pelunasan kendaraan bermotor roda empat dengan type ISUZU ELF NHR 55 MICROBUS.
2.
Mekanisme Tahapan Analisa Kelayakan Kredit Customer Bermasalah oleh KREDITOR Ada beberapa mekanisme tahapan analisa kelayakan kredit customer bermasalah yang dilaksanakan oleh pihak Kreditor, sebagai berikut:
2.1. Prosedur Pemberian Kredit Dalam prosedur pemberian kredit modal kerja dibagi menjadi tiga yaitu Corporate Credit (di atas Rp. 25 miliar), commercial kredit (Rp.350 juta sampai Rp. 25 miliar) dan Retail Credit (sampai dengan Rp. 350 juta). Berdasarkan data yang didapat oleh penulis, maka prosedur pemberian kredit yang dibahas adalah prosedur mengenai commercial credit. a.
Commercial Banking Relationship Manager yang berada di Commercial banking floor mencari calon-calon debitur yang layak mendapatkan fasilitas pinjaman dan juga memelihara hubungan debitur-debitur lama. Terhadap proposal baru yang dinilai layak, Relationship Manager akan menyusun Nota Analisa yang berisikan analisa awal baik kualitatif maupun kuantitatif, dengan dilengkapi: 1) Spread sheet. 2) Credit risk scoring sheet. 3) Laporan informasi nasabah, yang menyajikan informasi yang jelas dan ringkas tentang nasabah.
60
4) Business call, berisi dokumentasi atas hasil kunjungan/kontak kepada calon debitur/debitur. 5) Berita acara penilaian (BAP) Agunan, merupakan taksiran dan pendapatan atas nilai wajar dari asset yang akan dijadikan agunan kredit. Nota analisa tersebut selanjutnya dikirim ke CRM-Commercial and Financial Institution dikantor pusat untuk dan dianalisa lebih lanjut sesuai tingkatan kewenangan.
b.
JCCO Officer yang berada dikantor pusat, Commercial Banking Floor melakukan verifikasi dan penilaian agunan dibantu oleh appraisal company (perusahaan penilai) dan menyampaikan memo hasil verifikasi dan penilaian agunan tersebut ke RM Commercial Banking.
c.
Apabila comercial manager dimaksud mempunyai wewenang untuk memutuskan kredit maka: 1) Nota analisa dikirim ke CRM-Commercial Credit di Hub untuk dianalisis lebih lanjut sesuai dengan tingkatan kewenangannya. 2) CRM-Commercial Credit di Hub akan melaksanakan/mempersiapkan analisis kredit bagi calon debitur yang mengajukan fasilitas kredit baru maupun debitur lama yang mengajukan perpanjangan/penambahan. Hasil analisis CRM-Commercial Credit dituangkan kedalam Credit Report yang hasilnya dapat berupa persetujuan atau penolakan atas fasilitas kredit yang direkomendasikan.
d.
Apabila proposal kredit tersebut disetujui, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) CRM-Commercial Credit membuat Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK), untuk ditandatangani bersamma dengan pejabat yang
memutuskan kredit atau Kepala Cabang atau dapat dilakukan oleh SVP/EVP yang memiliki wewenang memutus kredit. 2) Commercial manager mengirimkan SPPK yang sudah ditandatangani tersebut kepada calon debitur/debitur dan satu tindakan lengkap dikirim ke JCCO Floor. 3) Persetujuan calon debitur/debitur atas isi dan persyaratan yang ditetapkan dalam SPPK tersebut dibuktikan dengan cara membubuhi tandatangan pada SPPK dan harus dikembalikan kepada Commercial Manager selambat-lambatnya selama 15 hari kalender sejak SPPK tersebut diterima oleh debitur. Sedangkan penandatanganan kredit (PK) harus sudah dilaksanakan paling lambat 30 hari kalender sejak ditandatangani SPPK dimaksud. 4) Jika calon debitur meenyetujui SPPK dimaksud maka JCCO kantor pusat atau JCCO Hub akan mempersiapkan perjanjian kredit dengan berpedoman pada SPPK yang telah disetujui oleh calon debitur/debitur. 5) Penandatanganan perjanjian kredit dilakukan antara kreditor dengan calon debitur/debitur. 6) Atas dasar perjanjian kredit tersebut oleh JCCO akan mmelaksanakan pengisian data kredit dan identitas debitur kedalam system MASTER dan persiapan transaksi-transaksi debitur. Setelah penandatanganan PK, JCCO wajib melaksanakan Compliance Review terhadap semua persyaratan yang telah ditetapkan dalam SPPK dan harus dipenuhi oleh debitur sebelum pelaksanaan Implementasi Limit. 7) JCCO Hub yang mengelola rekening (booking offiice) berwenang untuk memberikan ijin atas pelaksanaan
pencairan/penarikan kredit untuk
dipindahkan kerekening nasabah, apabila telah memenuhi syarat-syarat
pencairan yang telah ditetapkan dan telah disetujui terlebih dahulu oleh CRM-Commercial Credit bersama-sama dengan Commercial Manager di Hub. Selanjutnya CRM-Commercial credit dan Commercial Manager di Hub wajib memonitor proses pencairan/penarikan kredit dimaksud, sedangkan laporan sistem informasi penyediaan dana (SIPD) dibuat oleh JCCO Hub. 8) JCCO bertanggung jawab melakukan up-dating system master terhadap perubahan-perubahan parameter atau data kredit / debitur tertentu. e.
Apabila Commercial Manager dimaksud tidak mempunyai wewenang untuk memutus kredit maka: 1) Commercial Manager mengirimkan Nota Analisa ke kantor pusat CRMCommercial Credit melalui persetujuan Regional Manager atau melalui persetujuan Commercial Banking Division, untuk dianalisis lebih lanjut sesuai tingkat kewenangannya. 2) Kantor pusat CRM-Commercial Credit akan melaksanakan atau mempersiapkan analisis kredit bagi calon debitur yang mengajukan fasilitas kredit baru maupun debitur lama yang mengajukan perpanjangan atau tambahan. Hasil analisis yang dilakukan oleh kantor pusat CRMCommercial Credit dituangkan kedalam Credit Report yang hasilnya dapat berupa persetujuan atau penolakan atas fasilitas
kredit yang
direkomendasikan oleh kantor pusat CMB. Apabila proposal kredit ditolak, maka kantor pusat CMB segera membuat Surat Pemberitahuan Penolakan (SPP) untuk disampaikan kepada calon debitur/debitur. Apabila proposal kredit tersebut disetujui, maka dilakukan langkahlangkah sebagai berikut:
1) Kantor pusat CRM-Commercial Credit dan kantor pusat CMB membuet ppersetujuan kredit. 2) Kantor pusat CRM-Commercial Credit membuat Surat Pemberitahuan Persetujuan Kredit (SPPK) untuk ditandatangani bersama dengan pejabat yang memutus kredit atau Kepala cabang atau dapat dilakukan oleh SVP/EVP yang memiliki wewenang memutus kredit. 3) Kantor pusat CMB melalui Commercial Manager mengirimkan SPPK yang sudah ditandatangani tersebut kepada calon debitur/debitur dan satu tindasan lengkap dikirim ke JCCO kantor pusat atau JCCO Floors. 4) Persetujuan calon debitur/debitur atas isi dan persyaratan yang ditetapkan dalam SPPK tersebut dibuktikan dengan cara membubuhi tandatangan pada SPPK dan harus dikembalikan kepada Commercial Manager selambat-lambatnya selama 15 hari kalender sejak SPPK tersebut diterima oleh debitur. Sedangkan penandatanganan kredit (PK) Harus sudah dillaksanakan paling lambat 30 hari kalender sejak ditandatangani SPPK dimaksud. 5) Jika calon debitur meenyetujui SPPK dimaksud maka JCCO kantor pusat atau JCCO Hub akan mempersiapkan perjanjian kredit dengan berpedoman pada SPPK yang telah disetujui oleh calon debitur/debitur. 6) Penandatanganan perjanjian kredit dilakukan antara kreditur dengan calon debitur/debitur. 7) Atas dasar perjanjian kredit tersebut oleh JCCO akan mmelaksanakan pengisian data kredit dan identitas debitur kedalam system MASTER dan persiapan transaksi-transaksi debitur. Setelah penandatanganan PK, JCCO wajib melaksanakan Compliance Review terhadap semua
persyaratan yang telah ditetapkan dalam SPPK dan harus dipenuhi oleh debitur sebelum pelaksanaan Implementasi Limit. 8) JCCO Hub yang mengelola rekening (booking offiice) berwenang untuk memberikan ijin atas pelaksanaan
pencairan/penarikan kredit untuk
dipindahkan kerekening nasabah, apabila telah memenuhi syarat-syarat pencairan yang telah ditetapkan dan telah disetujui terlebih dahulu oleh CRM-Commercial Credit bersama-sama dengan Commercial Manager di Hub. Selanjutnya CRM-Commercial credit dan Commercial Manager di Hub wajib memonitor proses pencairan/penarikan kredit dimaksud, sedangkan lapooran sistem informasi penyediaan dana (SIPD) dibuat oleh JCCO Hub. 9) JCCO bertanggung jawab melakukan up-dating system master terhadap perubahan-perubahan parameter atau data kredit / debitur tertentu.
Siklus pemberian kredit dengan bagan berdasarkan prosedur di atas : CB – RM (mencari calon-calon debitur)
JCCO Officer (melakukan verifikasi penilaian agunan)
CRM – Corporate and Financial Institution (melaksanakan dan mempersiapkan analisis kredit serta memberikan keputusan pemberian kredit)
2.2. Aspek-aspek yang Dinilai Aspek-aspek yang dinilai yaitu aspek keuangan yang terdiri dari neraca selama dua periode dan laporan laba rugi selama dua periode (2008-2009). Dengan asumsi bahwa aspek-aspek yang lain dianggap sudah memenuhi syarat. Namun dapat diberi kesimpulan bahwa : a.
Aspek Manajemen Dinilai dari aspek manajemen, perusahaan ini memiliki kemampuan manajemen yang baik, orang-orang yang ahli / handal, serta pengurus yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang baik dibidang perdagangan umum khususnya transportasi angkutan pemulangan TKI dari terminal IV Bandara Soekarno-Hatta sampai ke tempat asal TKI.
b.
Aspek Pemasaran Kondisi pemasaran dibidang usaha transportasi angkutan darat pada saat ini (2007-2009) cukup lesu sehingga berdampak pada pendapatan.
c.
Aspek teknis Adanya penyediaan alat-alat penunjang pemeliharaan dan perawatan kendaraan angkutan yang memadai dan layak pakai sehingga memberikan rasa nyaman dan aman bagi para TKI dalam perjalanannya menuju ke kampong halamannya.
Untuk dapat mengukur dan mengetahui kondisi dan kinerja koperasi Kopenda pada periode tertentu (periode yang dianalisis), dibutuhkan perhitungan dengan menggunakan perangkat analisis terhadap data-data yang bersumber pada laporan keuangan koperasi Kopenda. Data tersebut kemudian diolah secara sistematis dengan menggunakan perangkat analisis yaitu analisis rasio keuangan,
sehingga dapat memberi gambaran yang jelas mengenai kondisi dan kinerja koperasi tersebut selama periode yang dianalisis. Data yang digunakan oleh penulis adalah data laporan keuangan Koperasi Kopenda selama 3 (tiga) periode mulai tahun 2008-2009. Bentuk laporan keuangan yang digunakan oleh penulis adalah neraca dan laporan laba rugi. Karena dengan kedua laporan tersebut dapat dilakukan analisa terhadap rasio-rasio rentabilitas, rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio solvabilitas dan aktifitas rasio perusahaan pada periode 2008-2009. Laporan neraca yang digunakan dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kinerja koperasi Kopenda (Koperasi Pensiunan Pegawai DAMRI) dilihat dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan. Laporan laba rugi digunakan untuk melihat berapa keuntungan atau kerugian yang dialami perusahaan dalam periode tertentu. Secara garis besar laporan keuangan yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut :
Pos-pos Neraca Bulan laporan keuangan Tahun laporan keuangan Neraca per Periode Laporan Jenis laporan AKTIVA Kas dan Bank Surat berharga Piutang dagang Persediaan Aktiva lancar lainnya AKTIVA LANCAR
Tanah dan Bangunan
Tabel 4.1 KOPERASI KOPENDA NERACA Neraca per 12 2009 31 – 12 – 09 12 Un-audited
(Rp 000,0) Neraca per 12 2008 31 – 12 – 08 12 Un-audited
550,392.0 503,464.0 312,694.0 1,610,875,0
1,155,327.0 1,676,782.0 365,431.0 1,935,789.0
2,977,425.0
5,133,329.0
-
-
Mesin dan peralatan Inventaris dan kendaraan Aktiva tetap lainnya Akumulasi penyusutan
143,540.0 314,050.0 238,667.0
120,335.0 267,184.0 132,273.0
218,923.0
255,246.0
TOTAL AKTIVA
3,196,348.0
5,388,575.0
PASIVA Hutang Usaha Hutang kepada bank (KMK) Biaya yang masih harus dibayar Hutang jangka pendek lainnya
123,854.0 331,185.0 170,228.0 1,008,342.0
697,817.0 57,741.0 122,039.0 2,992,625.0
1,633,609.0
3,871,222.0
-
400,000.0
-
400,000.0
1,633,609.0
4,271,222.0
100,000.0 1,017,353.0 445,386.0
100,000.0 425,795.0 591,558.0
1,562,739.0
1,117,353.0
TOTAL PASIVA
3,196,348.0
5,388,575.0
NET WORKING CAPITAL (NWC)
1,343,816.0
1,262,107.0
AKTIVA TETAP (NET)
HUTANG LANCAR
Hutang jk menengah & pjg (KI) Hutang kpd pemegang saham Hutang jk panjang lainnya HUTANG JK PANJANG
TOTAL HUTANG Modal di setor Laba/ Rugi tahun lalu Koreksi/ Deviden Laba/ RUGI tahun berjalan TOTAL EQUITY
Tabel 4.2 KOPERASI KOPENDA LAPORAN LABA / RUGI Pos-pos Laba Rugi Per 31 - 12 - 09 Periode Laporan (bulan) 12
(Rp 000,0) Per 31 – 12 - 08 12
Penjualan bersih Penjualan rata-rata perbulan Harga Pokok Penjualan
5,795,150.0 482,929.2 4,500,035.0
8,373,436.0 697,786.3 7,131,454.0
LABA (RUGI) KOTOR Biaya Umum dan Administrasi Biaya Operasional
1,295,115.0 42,840.0 471,770.0
1,241,982.0 43,981.0 326,017.0
LABA (RUGI) BRUTO OPS Penyusutan
780,505.0 106,393.0
871,984.0 65,074.0
LABA (RUGI) OPERASIONAL Pendapatan Lain-lain Biaya Lain-lain
674,112.0 7,240.0 54,177.0
806,910.0 14,399.0 48,273.0
LABA (RUGI) SBLM PJK & BUNGA Biaya Bunga
627,175.0 15,910.0
773,036.0 15,835.0
611,265.0 165,879.0
757,201.0 165,643.0
445,386.0
591,558.0
LABA (RUGI) SBLM PAJAK Pajak LABA BERSIH
2.3. Analisa Data Laporan Keuangan Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis kinerja perusahaan Koperasi Kopenda (Koperasi Pensiunan Pegawai DAMRI)
berdasarkan rasio atau
perbandingan. 1. Rasio Likuiditas Menurut Suharno, SE, MM (2003: 79) semakin tinggi rasio ini berarti semakin likuid, karena debitur akan mudah atau tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan utang lancarnya.
i.Rasio Lancar (Current Ratio) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio lancar Koperasi Kopenda pada tahun 2008 dan 2009 adalah: Tahun 2009 = Rp 2.977.425,0 / Rp 1.633.609,0 = 1,8226 x 100% = 182,26 % Tahun 2008 = Rp 5.133.329,0 / Rp 3.871.222,0 = 1,3260 x 100% = 132,60 %
2) Rasio cepat (Quick Ratio) merupakan perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Quick Ratio Koperasi Kopenda pada tahun 2008 dan 2009 adalah : Tahun 2009
= (Rp 2.977.425,0 – Rp 312.694,0) / Rp 1.633.609,0 = Rp 2.664.731,0 / Rp 1.633.609,0 =1,6312 x 100% =163,12 %
Tahun 2008
= (Rp 5.133.329,0 – Rp 365.431,0) / Rp 3.871.431,0 = Rp 4.767.898,0 / Rp 3.871.431,0 = 1,2316 x 100 % = 123,16 %.
3) NWC (Net Working Capital) yaitu modal kerja bersih yang didapat dari Current assets (aktiva lancar) dikurangi current liability. Tahun 2009
= Rp 2.977.425,0 – Rp 1.633.609,0 = Rp 1.343.816,0
Tahun 2008
= Rp 5.133.329,0 – Rp 3.871.222,0 = Rp 1.262.107,0
Dengan hasil demikian, dimana current ratio cukup tinggi 182,26% dan telah mengalami peningkatan dari tahun 2008 yaitu 132,60%. Begitu juga dengan tingkat quick ratio yang tinggi dan membaik, serta net working capital yang juga meningkat. Berdasarkan hasil tersebut maka Koperasi Kopenda dinyatakan likuid. Sehingga Koperasi Kopenda dianggap mampu untuk menyelesaikan kewajibannya. 2. Rasio Aktivitas Untuk
mengetahui
perputaran
assets
debitur
sehingga
dapat
menghasilkan keuntungan yang optimal. Suharno, SE, MM (2003:79) mengatakan semakin tinggi perputaran yang berhasil dibukukan akan semakin baik dalam menciptakan keuntungan. Tetapi sebaliknya bila tingkat perputaran lambat, maka akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan dibukukan karena besarnya cadangan penghapusan piutang. 1) Perputaran piutang (Receivables turn over) adalah perbandingan antara jumlah penjualan selama satu tahun dengan jumlah piutang. Perputaran piutang Koperasi Kopenda adalah: Tahun 2009 Turn over
= Rp 5.795.150,0 / Rp 503.464,0 = 11,51 kali
Rata-rata hari pengumpulan piutang = 365 hari / 11,51 kali = 31,71 hari Tahun 2008 Turn over
= Rp 8.373.436,0 / Rp 1.676.782,0 = 4,99 kali
Rata-rata hari pengumpulan piutang = 365 hari / 4,99 kali = 73,15 hari
2) Perputaran persediaan (Inventory turn over) yaitu perbandingan antara jumlah penjualan dengan rata-rata jumlah persediaan selama satu tahun. Perputaran persediaan Koperasi Kopenda adalah : Tahun 2009 Turn over
= Rp 4.500.035,0 / Rp 312.694,0 = 14,39 kali
Rata-rata hari persediaan = 365 hari / 14,39 kali = 25,36 hari Tahun 2008 Turn over
= Rp 7.131.454,0 / Rp 365.431,0 = 19,52 kali
Rata-rata hari persediaan = 365 hari / 19,52 kali = 18,70 hari
Aktivitas Koperasi Kopenda pada tahun 2009 mengalami penurunan dari tahun 2008. Dimana rata-rata hari persediaan pada tahun 2008 hanya 18,70 hari menjadi 25,36 hari pada tahun 2009. Namun rata-rata hari penarikan piutang mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya (tahun 2008 = 73,15 hari; tahun 2009 = 31,71 hari).
3. Rasio Solvabilitas Dalam bukunya, Suharno, SE, MM (2003:81) mengatakan bahwa semakin tinggi rasio ini menggambarkan bahwa debitur dalam kondisi tidak solvabel karena akan mengalami kesulitan pada saat akan menyelesaikan kewajibannya baik kepada pihak suplier atau pihak kreditur lainnya. 1) Rasio hutang atas harta (Debt to assets ratio / DAR) adalah perbandingan jumlah seluruh hutang perusahaan terhadap kekayaan atau aktiva yang
dimiliki perusahaan. Rasio hutang atas harta pada Koperasi Kopenda adalah : Tahun 2009
= Rp 1.633.609,0 / Rp 3.196.348,0 = 0,5111 x 100 % = 51,11 %
Tahun 2008
= Rp 4.271.222,0 / Rp 5.388.575,0 = 0,7926 x 100 % = 79,26 %.
2) Rasio hutang atas modal (Debt equity ratio / DER) membandingkan antara jumlah seluruh hutang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Rasio hutang atas modal Koperasi Kopenda adalah sebagai berikut : Tuhan 2009
= Rp 1.633.609,0 / Rp 1.562.739,0 = 1,0454 x 100 % = 104,54 %
Tahun 2008
= Rp 4.271.222,0 / Rp 1.117.353,0 = 3,8226 x 100 % = 382,26 %
DER (debt equity ratio) sebesar 104,54 % merupakan tingkat rasio yang baik dan telah mengalami penurunan dari tahun 2008 sebesar 382,26%. Karena semakin rendah rasio ini maka semakin baik.
4. Rasio Rentabilitas Yaitu untuk mengetahui kemampuan debitur untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan operasional debitur. Suharno, SE, MM (2003:83) menyatakan semakin tinggi rasio ini menggambarkan bahwa kemampuan debitur untuk menghasilkan keuntungan cukup baik dan sebaliknya. 1) Imbalan modal perusahaan (Return on total assets / ROA atau rate return of investment) membandingkan laba / keuntungan sebelum biaya bunga dan
pajak (Earning before interest taxes / EBIT) dengan seluruh aktiva perusahaan. Rasio yang dimiliki Koperasi Kopenda : Tahun 2009
= Rp 627.175,0 / Rp 3.196.348,0 = 0,1962 x 100 % = 19,62 %
Tahun 2008
= Rp 773.036,0 / Rp 5.388.575,0 = 0,1435 x 100 % = 14,35 %
2) Imbalan modal sendiri (Return on equity / ROE) adalah perbandingan keuntungan bersih perusahaan dengan modal sendiri. Tahun 2009
= Rp 445.386,0 / Rp 1.562.739,0 = 0,2850 x 100 % = 28,50 %
Tahun 2008
= Rp 591.558,0 / Rp 1.117.353,0 = 0,5294 x 100 % = 52,94 %
3) Marjin laba bersih (Net profit margin) merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan bersih perusahaan. Net profit margin Koperasi Kopenda adalah: Tahun 2009
= Rp 445.386,0 / Rp 5.795.150,0 = 0,0769 x 100% = 7,69 %
Tahun 2008
= Rp 591.558,0 / Rp 8.373.436,0 = 0,0707 x 100 % = 7,07 %
Dengan demikian, Koperasi Kopenda rendable dan profitable dimana net profit margin relatif stabil.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Rasio Keuangan Keterangan
2009
2008
a. Current ratio
182,26 %
132,60 %
b. Quick ratio
163,12 %
123,16 %
Rp 1.343.816,0
Rp 1.262.107,0
a. Perputaran piutang
31,71 hari
73,15 hari
b. Perputaran persediaan
25,36 hari
18,70 hari
a. DAR
51,11 %
79,26 %
b. DER
104,54 %
382,26 %
a. RAO
19,62 %
14,35 %
b. ROE
28,50 %
52,94 %
c. NPM
7,69 %
7,07 %
1. Likuiditas
c. Net Working Capital 2. Aktivitas
3. Solvabilitas
4. Rentabilitas
Kesimpulan kondisi keuangan Koperasi Kopenda adalah: Likuiditas = Likuid Aktivitas = Mengalami penurunan Solvabilitas
= Solvabel
Rentabilitas
= relatif stabil dan masih rendabel.
4.2. Faktor-faktor Pendukung Kelancaran Kerjasama antara DEBITOR dengan KREDITOR
Ada beberapa faktor pendukung kelancaran kerjasama antara pihak DEBITOR (Hj. Herlina) dan pihak KREDITOR (ACC), sebagai berikut: 1. Teknik-Teknik Penilaian Calon Debitur Seorang account officer (analis kredit) mempunyai teknik-teknik dalam menilai calon debitur. Penilaian debitur terutama menyangkut hal-hal sebagai berikut : a. Caracter Seorang account officer menilainya dari kebiasaan-kebiasaan, sifat serta kepribadian dari calon debitur. Ini dapat ditinjau dengan cara membandingkan data pribadi atau curiculum vitae (cv) dengan wawancara calon debitur.
b. Capacity Dalam capaticity ini yang dinilai seorang account officer adalah kemampuan bayar dari calon debitur dengan cara meninjau langsung di lapangan dan membandingkannya dengan data-data yang ada. Jika calon debitur tersebut seorang karyawan maka yang harus dinilai adalah : 1) Slip gaji 2) Prospek pekerjaan sekarang atau untuk masa yang akan datang. 3) Keadaan atau prospek perusahaan dimana calon debitur bekerja baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
Jika seorang debitur seorang pengusaha maka yang harus dinilai adalah : 1) Laporan keuangan perusahaan dimana calon debitur melakukan kegiatannya. 2) Kedudukan calon debitur di dalam perusahaan tersebut apakah perusahaan milik pribadi, keluarga, atau bekerja sama dengan orang lain. 3) Prospek usahanya dimasa sekarang ataupun di masa yang akan datang.
c. Capital Dalam hal ini yang perlu dinilai seorang account officer adalah modal dimana calon debitur dalam membayar uang muka untuk kredit kendaraan bermotor roda empat karena semakin besar uang muka diberikan maka semakin besar pula modal yang dimiliki calon debitur tersebut. d. Colleteral Colleteral adalah barang jaminan yang diserahkan debitur atas kredit yang diterima dalam hal ini seorang account officer tidak selalu mengalami kesulitan karena collecteral berasal dari dalam perusahaan leasing atau perusahaan pembiayaan tersebut. Mengingat jaminannya adalah kendaraan roda empat yang dijadikan objek kredit.
e. Condition of Economic Dalam hal ini seorang account officer tidak dapat mempengaruhi condition of economic tersebut. Akan tetapi condition of economic digunakan untuk mempertimbangkan target penjualan dari Account Officer.
2. Analisa Data Perhitungan Modal Kerja Untuk menghitung modal kerja, terlebih dahulu harus menghitung perputaran modal kerja selama tahun berjalan. a. Perputaran Modal Kerja
Tabel 4.4 Perputaran Modal Kerja Koperasi Kopenda Modal kerja Rata-rata kas /bank = (Rp 550.392 + Rp 1.155.327)/ 2 = Rp 852.859,0
Turn over
Periode turn over
Rp 5.795.150,0
= 365 / 6,8 = 53,68 hari
Rp 852.859,0 Rata-rata piutang = (Rp 503.464 + Rp 1.676.782)/ 2 = Rp 1.090.123,0
= 6,8 kali
= 365 / 5,32 = 68,61 hari
Rata-rata persediaan = (Rp 312.694 + Rp 365.431)/ 2 = Rp 339.062,5
Rp 5.795.150,0
= 365 / 13,27 = 27,51hari
Rp 1.090.123,0 = 5,32 kali
Rp 4.500.035,0 Rp 339.062,5 = 13,27 kali total
149,80 hari
b. Perputaran modal kerja keseluruhan = 365 / 149,80 = 2,44 kali c. Kebutuhan modal kerja pada tingkat berjalan 1) Pada tingkat penjualan berjalan = Rp 5.795.150,0 / 2,44 2) Modal kerja yang ada Kelebihan modal kerja
= Rp 2.375.061,48 = Rp 2.977.425,0 = Rp
602.363,52
Dengan data tersebut, maka sebaiknya Koperasi Kopenda harus melunasi kredit pada bank sebesar Rp 331.185,0. Hal ini dikarenakan Koperasi Kopenda memiliki kelebihan modal kerja. Faktor positif yang dimiliki oleh Koperasi Kopenda adalah sebagai berikut perusahaan likuid, solvable dan profitable dimana rasio keuangannya menunjukan Current Ratio sebesar 182,26 %, DER 104,54 % dan NPM 7,69% lebih baik dari ketentuan yang disyaratkan ACC (Current Ratio 120% dan DER 233%). Selain itu ada faktor negatif dari hasil analisis tersebut yaitu aktivitas menurun, pertumbuhan menurun sementara rasio biaya naik, karena nasabah terlalu optimis dalam menentukan rencana penjualan sementara tingkat persaingan dibidang usaha kontraktor sangat ketat. Dari faktor-faktor tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa kinerja perusahaan baik (dari analisa rasio keuangan) menunjukan perusahaan likuid, solvable, dan profitable sehingga diharapkan nasabah tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban atas fasilitas kreditnya baik jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Keputusan Pemberian Kredit Pemberian keputusan untuk memberikan perpanjangan kredit kendaraan bermotor roda empat sebanyak 11 Unit dengan type ISUZU ELF NHR 55/4 B MICROBUS/2009 pada Koperasi Kopenda, pada prinsipnya pihak Kreditur harus mempertimbangkan total keseluruhan aspek yang dimiliki oleh Koperasi Kopenda. Namun dalam hal ini penulis hanya mempertimbangkan dari aspek keuangan perusahaan melalui perhitungan tingkat rasio keuangan perusahaan untuk mengetahui kinerja koperasi yang bersangkutan dalam hal ini Koperasi Kopenda (Koperasi Pensiunan Pegawai Damri). Dan aspek-aspek lain dianggap sudah memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan perpanjangan kredit modal kerja. Berdasarkan hasil analisa perhitungan kebutuhan modal kerja dan analisa rasio keuangan, secara umum kinerja Koperasi Kopenda menunjukan kondisi keuangan yang baik. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan beberapa rasio keuangan walaupun ada juga rasio yang mengalami penurunan yaitu rasio aktivitas.