BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian 4.1.1
Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Jambangan 3 dan SDN
Jambangan 4. Jumlah subjek penelitiannya adalah 30 siswa untuk SDN Jambangan 3 dan 31 siswa untuk SDN Jambangan 4. Sehingga total subjek penelitian adalah 61 siswa. Pada penelitian ini, subjek penelitian akan diberikan pelakukan yang berbeda, yaitu dengan perlakuan model penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah. 4.1.2
Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 3 dan 4 Jambangan yang berlokasi di Desa
Jambangan Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan. Kedua sekolah dasat tersebut merupakan dua dari empat SD yang ada di desa tersebut. Dan kedua SD tersebut merupakan SD yang sama-sama memiliki jumlah murid paling banyak dibandingkan SD lainnya di desa tersebut. 4.2 Uji Normalitas Kelas Ekssperimen dan Kelas Kontrol Setelah dilakukan uji homogenitas selanjutnya akan dilakukan uji normalitas. Uji normalitas tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing data nilai kelas memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas terhadap kedua kelas dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 20, dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal Berikut adalah tabel 4.1 hasil uji normalitas kedua kelas tersebut:
35
36
Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Skor Pretest dan Posttes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test PRETEST
PRETEST
POSTTEST
POSTTEST
EKSPERIMEN
KONTROL
EKSPERIMEN
KONTROL
N
30
31
30
31
6,7667
6,4516
12,1333
10,4516
3,18058
3,15001
2,54251
2,91935
,129
,118
,200
,155
,108
,118
,133
,104
-,129
-,097
-,200
-,155
Kolmogorov-Smirnov Z
,708
,657
1,096
,864
Asymp. Sig. (2-tailed)
,698
,781
,181
,445
Mean Normal Parametersa,b
Std. Deviati on Absolu te
Most Extreme Differences
Positiv e Negati ve
a. Test distribution is Normal b. Calculated from data Keterangan : PRETEST EKSPERIMEN : Pretes Kelas Model Penemuan Terbimbing PRETEST KONTROL : Pretes Kelas Model Pemecahan Masalah POSTTEST EKSPERIMEN : Postes Kelas Model Penemuan Terbimbing POSTTEST KONTROL : Postes Kelas Model Pemecahan Masalah
37
Dari tabel 4.1 di atas, terlihat bahwa skor pretest dan posttest siswa kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah memiliki signifikansi lebih besar dari α = 0,05, sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor pretes dan postes kedua kelas berdistribusi normal. 4.3 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 4.3.1
Uji Homogenitas Pretest
Berikut ini adalah tahap uji homogenitas. Dimana uji ini untuk mengetahui kehomogenan data pretes. Dalam penggunaan uji ini digunakan uji Homogenity of variances (Levene Statistic), dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : Varians populasi skor untuk kedua kelas homogen H1 : Varians populasi skor untuk kedua kelas tidak homogen Dengan perhitungan menggunakan SPSS 20, maka hasil uji homogenitas varians skor pretes untuk kedua kelas terlihat seperti tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Pretest Jenis Kelas
N
F
Sig F
Keterangan
Kelas Eksperimen
30
1,194
,351
Variansinya sama
Kelas Kontrol
31
Dari tabel 4.2, terlihat bahwa skor pretes kelas Model Penemuan Terbimbing dan Model Pemecahan Masalah memiliki nilai signifikansi 0,351 lebih besar dari α = 0,05 sehingga H0 diterima. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa data skor pretest kedua kelas berasal dari varians yang homogen. 4.3.2
Uji Homogenitas Posttest Setelah mendapatkan hasil bahwa kedua kelompok homogen kemudian
dilaksanakan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing dan pemecahan masalah. Uji homogenitas untuk posttest bertujuan jika nilai Sig F >
38
0,05 maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika nilai Sig F < 0,05 maka menggunakan Equal Variances Not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Hasil dari uji homogenitas ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Posttsest Jenis Kelas
N
F
Sig F
Keterangan
Kelas Eksperimen
30
1,594
,197
Variasinya sama
Kelas Kontrol
31
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui homogenitas posttest SDN 3 Jambangan dan SDN 4 Jambangan adalah nilai F = 1,594 dengan Sig F = 0,197 > 0,05 sehingga H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa data skor kedua posttest adalah sama sehingga untuk pengujian t-test menggunakan Equal Variances Assumed. 4.4 Analisis Uji Beda Rata-rata (t-test) Uji beda rata-rata (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas III menggunakan model Penemuan Terbimbing dan Pemecahan Masalah. Hasil uji beda rata-rata (Independent Sample T Test) menggunakan Equal Variances Assumed karena nilai Sig F > 0,05. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut
39
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-rata (t-test) Independent Samples Test
Nilai Equal variances Equal variances assumed not assumed Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F
,177
Sig.
,675
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
2,355
2,360
59
58,410
,022
,022
1,64946
1,64946
,70036
,69880
,24805
,25087
3,05087
3,04805
Std. Error Difference Lower 95% Confidence Interval of the Upper Difference
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,022 < 0,05 dapat disimpulkan kelompok tersebut berbeda, dengan melihat nilai df = 59 maka jika dilihat pada tabel T nilai t > 1,671 yaitu 2,355. Nilai t hitung > t tabel yaitu 2,355 > 1,671, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H𝑎 diterima. Sehingga ada perbedaan hasil belajar matematika menggunakan model Penemuan Terbimbing dengan model Pemecahan Masalah pada siswa kelas III SDN 3 Jambangan dan SDN 4 Jambangan.
40
4.5 Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (Evrieta, 2010:46) analisa ini digunakan untuk menganalisis sejumlah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, sehingga memperoleh gambaran mengenai suatuobjek yang diteliti melalui data subyek penelitian sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimplan yang berlaku untuk umum. Ukuran yang digunakan adalah nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Posttest N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Eksperimen
30
46,67
100,00
80,89
16,95
Kontrol
31
33,33
100,00
69,68
19,46
Valid N (listwise)
30
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui nilai minimum, nilai maksimum, ratarata, dan standar deviasi baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Untuk melihat persebaran nilai kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Persebaran Nilai Kelas Eksperimen No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
0-60
Kurang
5
16,7 %
2
61-70
Cukup
5
16,7 %
3
71-80
Lebih dari cukup
3
10 %
4
81-90
Baik
5
16,6 %
5
91-100
Baik sekali
12
40 %
30
100 %
Jumlah
41
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa seluruh siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mendapatkan nilai yang bervariasi, 16,7 % dari jumlah siswa mendapat nilai ≤ 60, 16,7 % mendapatkan nilai 61-70, 10 % mendapatkan nilai 71-80, 16,6 % mendapat nilai 81-90, dan 40 % mendapatkan nilai 91-100. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) khususnya mata pelajaran matematika di SDN 3 Jambangan adalah 61. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 25 siswa dalam kelas eksperimen tuntas dan 5 siswa tidak tuntas dalam mengikuti pembelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas persegi dan persegi panjang. Tabel 4.7 Persebaran Nilai Kelas Kontrol No
Interval
Kategori
Frekuensi
Persentase
1
0-60
Kurang
11
35,5 %
2
61-70
Cukup
2
6,4 %
3
71-80
Lebih dari cukup
12
38,7 %
4
81-90
Baik
2
6,5 %
5
91-100
Baik sekali
4
12,9 %
31
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa seluruh siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini mendapatkan nilai yang bervariasi, 35,5 % dari jumlah siswa mendapat nilai ≤ 60, 6,4 % mendapatkan nilai 61-70, 38,7 % mendapatkan nilai 71-80, 6,5 % mendapat nilai 81-90, dan 12,5 % mendapatkan nilai 91-100. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) khususnya mata pelajaran matematika di SDN 3 Jambangan adalah 61. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 20 siswa dalam kelas kontrol tuntas dan 11 siswa tidak tuntas dalam mengikuti pembelajaran matematika pokok bahasan keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
42
4.6 Analisis Uji Hipotesis Setelah diperoleh dari hasil t-hitung maka analisis hipotesisnya adalah: a. H0 : μeksperimen = μkontrol Tidak ada perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas III menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan model pembelajaran pemecahan masalah di SDN 3 dan 4 Jambangan. b. H1 : μeksperimen = μkontrol Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas III menggunakan model pembelajaran penemuan tebimbing dengan model pembelajaran pemecahan masalah di SDN 3 dan 4 Jambangan. Hasil t-hitung > t-tabel yaitu 2,355 > 1,671, dan Sig.(2-tailed) 0,022 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima artinya ada perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas III menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dengan model pemecahan masalah. Hasil belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari hasil belajar matematika yang menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah. 4.7 Pembahasan Hasil Penelitian Rata-rata nilai pretest siswa SDN 3 Jambangan sebagai kelas eksperimen pada mata pelajaran matematika adalah 45 termasuk dalam kategori kurang. Rata-rata nilai pretest siswa SDN 4 Jambangan pada mata pelajaran matematika adalah 43 termasuk dalam kategori kurang. Tingkat rata-rata hasil belajar siswa SDN 3 Jambangan sebagai kelas eksperimen setelah melakukan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing pada mata pelajaran matematika mencapai 81 termasuk dalam kategori baik. SDN 4 Jambangan sebagai kelas kontrol rata-rata hasil belajar dengan menggunakan model pemecahan masalah mencapai 70 termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil uji t-test menunjukkan t hitung 2,355 dengan Sig.(2-tailed) 0,022 < 0,05, artinya mean nilai sebelum melakukan pembelajaran dengan model
43
penemuan terbimbing berbeda dengan nilai setelah melakukan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan rata-rata nilai kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat adanya perbedaan rata-rata nilai siswa kelas eksperimen sebesar 81 dan kelas kontrol sebesar 70. Dalam pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing siswa menjadi aktif dan terlibat dalam menyelesaikan permasalahan dalam kelompok. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti bimbingan guru untuk memecahkan masalah.
Ini
disebabkan
karena
dalam
merancang
pembelajaran
mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa dengan mendesain masalah dan permainan serta kelebihan penemuan terbimbing. Hal ini sesuai dengan kelebihan model penemuan terbimbing yang dikemukakan oleh Suherman et al. (2001:179) (dalam Fransiskus Redi, 2012) yang menyatakan beberapa kelebihan model penemuan terbimbing antara lain : 1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir 2. Siswa memahamai benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat 3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat 4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks 5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Redi, Fransiskus (2012) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Terbimbing (Guided Discovery) Terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas III SD Kegeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012. Menyimpulkan bahwa, terdapat pengaruh yang signifikan pada penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing terhadap hasil belajar matematika bagi siswa kelas III semester II SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.