BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini melibatkan 140 orang guru sekolah dasar di UPTD DIKPORA Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Pengambilan data dilakukan mulai tanggal 5 Januari - 5 Februari 2012. Satu bulan sebelum pengambilan data, tepatnya tanggal 3 Desember 2012, di lokasi penelitian telah terjadi banjir bandang yang melenyapkan 197 unit rumah warga. Subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan agama digambarkan seperti pada Tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dan Agama N
Persentase (%)
Laki-laki
Jenis kelamin
72
51,43
Perempuan
68
48,57
140
100
Kristen
108
77,14
Islam
32
22,86
140
100
Jumlah Agama
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2012.
79
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar guru (51,43%) adalah laki-laki, dan sebanyak 108 orang guru (77,14%) beragama Kristen. Berdasarkan
jenjang
pendidikan,
gambaran
subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Subjek Penelitian berdasarkan Jenjang Pendidikan Pendidikan
N
Persentase (%)
SPG
80
57,14
Ahli Madya
51
36,43
Sarjana (S1)
9
6,43
Magister (S2)
0
0
140
100
Jumlah
Sumber: Data Sekunder, 2012.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar guru sekolah dasar di UPTD DIKPORA Kecamatan Kulawi memiliki tingkat pendidikan tamatan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) yaitu sebanyak 80 orang guru (57,14%) Gambaran subjek penelitian berdasarkan status dan golongan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
80
Tabel 4.3 Subjek Penelitian berdasarkan Status dan Golongan Status
N
Persentase (%)
Guru Honor
17
12,14
Guru Tetap
123
87,86
140
100
Golongan I
0
0
Golongan II
33
23,57
Golongan III
73
52,14
Golongan IV
17
12,14
123
100
Jumlah Golongan
Jumlah
Sumber: Data Sekunder, 2012.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah guru tetap (87,86%) dan berada pada golongan III yaitu sebanyak 73 orang guru (52,14%). Gambaran subjek penelitian berdasarkan pembagian masa kerja menurut periode kenaikan pangkat/golongan, dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
81
Tabel 4.4 Subjek Penelitian berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja (thn)
N
Persentase (%)
<4
3
2,14
5- 8
20
14,29
9 – 12
30
21,43
13 – 16
10
17,14
17 – 20
17
12,14
21 – 24
9
06,43
25 - 28
21
15,00
29 - 32
25
17,86
5
3,57
140
100
32 > Jumlah
Sumber: Data Primer, 2012
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar masa kerja guru-guru sekolah dasar di UPTD Kulawi adalah kategori 9-12 tahun (21,43%).
4.2 Analisis Deskriptif 4.2.1 Kepuasan Kerja Guru (Y) Deskripsi kategori kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 berikut ini:
82
Tabel 4.5 Deskripsi Kategori Kepuasan Kerja Guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi Kategori Sangat Puas Puas Sedang Kurang Puas Tidak Puas
Skor
N
Presentase (%)
229 – 269 188 – 228 147 – 187 106 – 146 66 – 105
0 56 66 18 0
0 40,00 47,14 12,86 0
140
100
JUMLAH
Sumber: data Primer, 2012
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa sebanyak 66 orang guru (47,14%) berada pada kategori sedang. Tabel 4.6 Deskripsi Kategori Kepuasan Kerja Guru Berdasarkan Tipe Kepribadian Tipe A Kategori
Tipe B
Skor N
(%)
N
(%)
Sangat Puas
229 – 269
0
0
0
0
Puas
188 – 228
42
44,21
14
31,11
Sedang
147 – 187
41
43,16
25
55,56
Kurang Puas
106 – 146
12
12,63
6
13,33
Tidak Puas
66 – 105
0
0
0
0
95
100
45
100
JUMLAH
Sumber: data Primer, 2012
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang guru (44,21%) yang memiliki kepribadian tipe A berada pada kategori puas, sebanyak 25 orang guru 83
(55,56%) yang memiliki kepribadian tipe B berada pada kategori sedang. 4.2.2 Kepribadian Tipe A (X 1 ), Kepribadian Tipe B (X 2 ) Deskripsi kategori kepribadian tipe A dan tipe B guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Deskripsi Kategori Kepribadian Tipe A, Kepribadian Tipe B Guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi N
Prosentase (%)
Definite A
Kepribadian
44
31,43
Moderate A
51
36,43
Moderate B
28
20,00
17
12,14
140
100
Definite B Jumlah
Sumber: data Primer, 2012
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa tipe kepribadian yang paling banyak dimiliki oleh guru-guru sekolah dasar
UPTD
Kulawi
adalah
kepribadian
tipe
A
Moderate, yaitu sebanyak 51 orang guru (36,43%).
4.2.3 Etos Kerja Guru (X 3 ) Deskripsi kategori etos kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
84
Tabel 4.8 Deskripsi Kategori Etos Kerja Guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi Kategori Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Skor
f
Presentase (%)
224 – 263 184 – 223 144 – 183 104 – 143 65 – 103
0 79 55 6 0
0 56,43 39,29 4,29 0
140
100
JUMLAH
Sumber: data Primer, 2012
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 79 orang guru (56,43%) memiliki etos kerja kategori tinggi.
4.3 Uji Normalitas Untuk mengetahui kenormalan distribusi skor masing-masing variabel maka dilakukan pengujian normalitas data, yang hasilnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
85
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y
N
Normal Parametersa
Mean
Most Extreme Differences
Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z
Std. Deviation Positive
Negative
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Gambar 4.1 Diagram batang variabel Kepuasan Kerja Guru (Y)
86
140
176.36 26.083 .079 .046
-.079 .933 .349
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk variabel kepuasan kerja (Y) guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, nilai K − S = 0,933 dengan taraf signifikansi r = 0,349 > 0,05 . Ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran hasil pengukuran untuk variabel kepuasan kerja guru adalah normal. Hasil analisis uji normalitas data untuk variabel kepribadian tipe A (X 1 ), kepribadian tipe B (X 2 ) guru sekolah dasar ditunjukkan pada Gambar 4.2 berikut ini: One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
X1
Normal Parametersa
Mean
Most Extreme Differences
Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Std. Deviation Positive
Negative
a. Test distribution is Normal.
95
18.02
X2
45
-15.69
10.617
11.552
.101
.118
.101
.147
-.079
-.147
.283
.284
.988
.987
87
Gambar 4.2 Diagram batang Variabel Kepribadian Tipe A (X 1 ), Kepribadian Tipe B (X 2 )
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk
variabel
kepribadian taraf
tipe
A
(X 1 )
signifikansi
adalah
K − S = 0,988
dengan
sebesar
r = 0,283 > 0,05
dan kepribadian tipe B (X 2 ) adalah
K − S = 0,987 dengan taraf signifikansi r = 0,284 > 0,05 . Ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran hasil pengukuran untuk variabel kepribadian tipe A, kepribadian tipe B guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah normal. Hasil analisis uji normalitas data untuk variabel etos kerja (X 3 ) guru sekolah dasar ditunjukkan pada Gambar 4.3 berikut ini:
88
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test X3
N
Normal Parametersa
Mean
Most Extreme Differences
Absolute
Kolmogorov-Smirnov Z
Std. Deviation Positive
Negative
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
140
184.10 21.375
.062 .042
-.062 .739 .646
Gambar 4.3 Diagram batang Variabel Etos Kerja Guru (X 3 )
89
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov untuk variabel etos kerja (X 3 ) guru sekolah dasar UPTD Kulawi adalah K − S = 0,739 dengan taraf signifikansi r = 0,646 > 0,05 . Ini menunjukkan bahwa distribusi sebaran hasil pengukuran untuk variabel etos kerja guru adalah normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov semua variabel berdistribusi normal, oleh karena itu perhitungan koefisien korelasi dalam penelitian dapat menggunakan Pearson Product Moment.
4.4 Analisis Korelasi 4.4.1 Hubungan antara Kepribadian Tipe A (X 1 ), Kepribadian Tipe B (X 2 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Tabel 4.9 Hasil Uji Korelasi antara Kepribadian Tipe A (X 1 ), Kepribadian Tipe B (X 2 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Kepuasan Kerja Kepribadian Tipe A
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
.254* .013 95
Kepribadian Tipe B
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
.335* .017 45
**Correlation
90
is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan
data
pada
Tabel
4.9
nampak
koefisien korelasi kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru berarah positif sebesar rx1 y = 0,254 dengan p = 0,013 < 0,05 . Artinya, semakin tinggi skor kepribadi-
an tipe A, semakin tinggi skor kepuasan kerja guru. Semakin rendah skor kepribadian tipe A, semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru. Untuk kepribadian tipe B koefisien korelasi menunjukkan ada hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan kerja. Ini ditunjukkan dengan nilai rx 2 y = 0,335 dan
p = 0,017 < 0,05 . Artinya semakin
tinggi skor kepribadian tipe B, semakin tinggi pula skor kepuasan kerja guru. Sebaliknya semakin rendah skor kepribadian tipe B semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru. Untuk lebih mempertegas hubungan ini, penulis juga melakukan uji korelasi lebih lanjut terhadap masing-masing pembagian tipe kepribadian tersebut, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 – Tabel 4.13 di bawah ini:
91
Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi antara Kepribadian Tipe A Definite (X 1.1 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
Tipe A definite Kepuasan Kerja
**Correlation
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
Tipe A definite
1
44
.311* .040 44
Kepuasan Kerja
.311* .040 44
1
44
is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa korelasi antara kepribadian tipe A definite dengan kepuasan kerja berarah positif sebesar rx1.1 y = 0,311 dan p = 0,040 < 0,05 . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara kepribadian tipe A definite dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepribadian tipe A definite meningkat, maka skor kepuasan kerja juga akan meningkat. Atau sebaliknya, jika skor kepribadian tipe A definite menurun, maka skor kepuasan kerja guru juga akan menurun.
92
Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi antara Kepribadian Tipe A Moderate (X 1.2 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
Tipe A moderat Kepuasan Kerja
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
**Correlation
Tipe A moderate
1
51
.321* .022 51
Kepuasan Kerja
.321* .022 51
1
51
is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi antara kepribadian tipe A moderate dengan kepuasan kerja guru menunjukkan nilai positif sebesar rx1.2 y = 0,321 dan
p = 0,022 < 0,05 . Ada hubungan yang
positif signifikan antara kepribadian tipe A moderate dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepribadian tipe A moderate naik, maka skor kepuasan kerja juga akan naik. Sebaliknya, jika skor kepribadian tipe A moderate turun, maka skor kepuasan kerja guru juga akan turun.
93
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Kepribadian Tipe B Definite (X 2.1 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
Tipe B definite Kepuasan Kerja
**Correlation
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
Tipe B definite
1
17
.490* .046 17
Kepuasan Kerja
.490* .046 17
1
17
is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa korelasi antara kepribadian tipe B definite dengan kepuasan kerja berarah positif sebesar rx 2.1 y = 0,490 dan
p = 0,046 < 0,05 .
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara kepribadian tipe B definite dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepribadian tipe B definite bertambah, maka skor kepuasan kerja juga akan bertambah. Atau sebaliknya, jika skor kepribadian tipe A definite berkurang, maka skor kepuasan kerja guru juga akan berkurang.
94
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Kepribadian Tipe B Moderate (X 2.2 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
Tipe B moderat Kepuasan Kerja
**Correlation
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
Tipe B moderate
1
28
.533* .003 28
Kepuasan Kerja
.533* .003 28
is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1
28
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa hasil uji korelasi antara kepribadian tipe B moderate dengan kepuasan kerja guru menunjukkan nilai positif sebesar rx 2.2 y = 0,533 dan
p = 0,003 < 0,01 . Ada hubungan yang
positif signifikan antara kepribadian tipe B moderate dengan kepuasan kerja guru. Artinya, jika skor kepribadian tipe B moderate bertambah, maka skor kepuasan kerja guru juga akan bertambah. Sebaliknya, jika skor kepribadian tipe B moderate berkurang, maka skor kepuasan kerja guru juga akan berkurang.
95
4.4.2 Hubungan antara Etos Kerja Guru (X 3 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi antara Etos Kerja Guru (X 3 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y)
Etos Kerja Kepuasan Kerja
**Correlation
Tabel
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
Etos Kerja
Pearson correlation Sig. (2– tailed) N
1
Kepuasan Kerja
140
.182* .031 140
.182* .031 140
1
140
is significant at the 0.05 level (2-tailed)
4.14
menunjukkan
bahwa
koefisien
korelasi antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru
berarah
positif
sebesar
rx 3 y = 0,182
dengan
p = 0,031 < 0,05 . Sehingga dapat dikatakan bahwa terda-
pat hubungan yang positif dan signifikan antara etos kerja guru dengan kepusan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi. Artinya, semakin tinggi skor etos kerja guru, semakin tinggi pula skor kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor etos kerja guru, semakin rendah pula skor kepuasan kerja guru.
96
4.5 Uji Hipotesis Penelitian ini menguji tiga hipotesis empirik. Adapun tiga hipotesis empirik yang diuji adalah: 1. Ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; 2. Ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; 3. Ada hubungan yang signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi. Berdasarkan rumusan hipotesis empirik, maka hipotesis statistik yang diuji berturut-turut sebagai berikut: 1. H 0 : rx1 y = 0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan
kerja
guru-guru
sekolah
dasar UPTD Kulawi; H 1 : rx1 y ≠ 0 : Ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi;
97
2. H 0 : rx 2 y = 0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; H 1 : rx 2 y ≠ 0 : Ada hubungan yang signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; 3. H 0 : rx 3 y = 0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi; H 1 : rx 3 y ≠ 0 : Ada hubungan yang signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasarkan nilai probabilitas. H o diterima atau H 1 ditolak apabila nilai probabilitas p > 0,05 . H 0 ditolak atau H 1 diterima, apabila nilai probabilitas p < 0,05 . Dari hasil analisis, ditemukan bahwa: 1. Koefisien korelasi antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru sebesar rx1 y = 0,254 dengan p = 0,013 < 0,05 . Karena
rx1 y ≠ 0 , dan p < 0,05 maka
keputusan yang diambil adalah menerima H 1 dan 98
menolak H 0 . Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru; 2. Koefisien korelasi antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru sebesar rx 2 y = 0,335 dengan p = 0,017 < 0,05 . Karena
rx 2 y ≠ 0 dan p < 0,05 maka
keputusan yang diambil adalah menerima H 1 dan menolak H 0 . Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar di UPTD Kulawi; 3. Koefisien korelasi antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru sebesar rx 3 y = 0,182 dengan p = 0,031 < 0,05 . Karena
rx 3 y ≠ 0 dan p < 0,05 maka
keputusan yang diambil adalah menerima H 1 dan menolak H 0 . Artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara etos kerja guru dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar di UPTD Kulawi.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 4.6.1 Hubungan antara Kepribadian Tipe A (X 1 ), Kepribadian Tipe B (X 2 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Hasil uji korelasi secara terpisah antara kepribadian tipe A, kepribadian tipe B dengan kepuasan 99
kerja guru, menunjukkan bahwa kepribadian tipe A berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi dengan nilai rx1 y = 0,254 dan nilai p = 0,013 < 0,05 . Hubungan ini ber-
arah positif, artinya semakin tinggi skor kepribadian tipe A, maka semakin tinggi kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor kepribadian tipe A (semakin ke arah kepribadian tipe B) maka semakin rendah pula kepuasan kerja guru. Kepribadian tipe B berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi, dengan nilai rx 2 y = 0,335 dan nilai p = 0,017 < 0,05 Hubungan ini berarah positif, artinya bahwa semakin tinggi skor kepribadian tipe B maka semakin tinggi kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor kepribadian tipe B (semakin ke arah kepribadian tipe A) maka semakin rendah pula kepuasan kerja guru. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil temuan Owaied (2003) terhadap 406 orang guru sekolah menengah di Kuwait yang mengemukakan bahwa terdapat korelasi positif signifikan antara kepribadian tipe A dengan kepuasan kerja guru. Korelasi ini ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,399 dan p < 0,01 . Demikian halnya dengan hasil
temuan Rita (2002) terhadap 84 orang pegawai tetap bagian administrasi Universitas Katolik Atmajaya yang mendapati bahwa terdapat hubungan positif signifikan 100
antara kepribadian tipe B dengan kepuasan kerja. Nilai koefisien korelasi
ry 2 = 0,511
dan signifikansi
t hitung = 5,383 > ttabel = 2,64 . Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Lim dan Koh (1996) terhadap 122 orang pekerja sosial di Singapura yang menemukan bahwa kepribadian tipe A memiliki hubungan yang berarah negatif dan signifikan dengan kepuasan kerja. Hubungan ini ditunjukkan melalui nilai koefisien korelasi sebesar r = − 0,360 dan p = 0,001 < 0,01
Adanya kesamaan hasil penelitian ini dengan hasil penelitian terdahulu, perlu dipertimbang kesamaan aspek-aspek yang diukur. Untuk
mengukur
tipe
kepribadian,
Owaied
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Abdel-Khalek dan Chukry (1991) yang berisikan 20 item pertanyan. Lim dan Koh menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Jenkins, Zyzanski, dan Rosenman (1979) yang berisi 12 item pertanyaan. Sedangkan penulis menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Insel dan Roth (1998) yang terdiri dari 40 item pertanyaan. Ketiga instrumen yang digunakan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Friedman dan Rosenman (1974). Dalam
pengukuran
kepuasan
guru,
Owaied
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh 101
Cooper, Sloan dan Williams (1988) bersisikan 22 item yang terbadi dalam enam komponen kepuasan yaitu: kepuasan dengan pertumbuhan nilai dan prestasi, kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri, kepuasan terhadap struktur dan desain organisasional, kepuasan terhadap proses organisasional, kepuasan terhadap hubungan baik dengan rekan kerja, serta kepuasan terhadap wawasan yang luas. Penulis menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Lester (1984) yaitu the Teacher Job Satisfaction Questionnaire (TJSQ), terdiri dari 66 item pernyataan yang terbagi dalam sembilan faktor kepuasan kerja yaitu:
pengakuan, pekerjaan itu sendiri,
tanggung jawab, kemajuan, keamanan, pengawasan, rekan kerja, kondisi kerja dan gaji/upah. Selain
adanya
kesamaan
aspek-aspek
yang
diukur, sensitifitas instrumen yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil temuan. Wimmer (dalam Joltuwu, 2009) mengatakan bahwa sensitivitas instrumen yang digunakan dalam penelitian perlu dipertimbangkan jika temuan penelitian yang dilakukan menunjukkan
persamaan
atau
perbedaan
dengan
temuan penelitian sebelumnya. Bahkan jika instrumen yang sama digunakan dalam penelitian yang berbeda, hasilnya bisa sama tetapi juga bisa berbeda. Tabel
4.6
menunjukkan
bahwa
sebanyak
44,21% guru yang memiliki kepribadian tipe A berada pada kategori puas, dan sebanyak 55,56% guru yang 102
memiliki kepribadian tipe B berada pada kategori sedang. Temuan ini menarik bagi penulis karena ternyata guru dengan kepribadian tipe B menunjukkan prosentase yang tinggi pada kategori sedang, sebaliknya, guru dengan tipe A menunjukkan prosentase yang tinggi pada kategori puas. Jika melihat teori kepribadian tipe A, kepribadian tipe B, semestinya guru yang berkepribadian tipe B lebih tinggi tingkat kepuasannya dibandingkan dengan guru yang berkepribadian tipe A, artinya bahwa hasil temuan di lapangan bertentang dengan teori. Hal ini dapat pahami jika kita melihat tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa guru yang memiliki kepribadian tipe A lebih dominan di UPTD Kulawi. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dari 140 orang guru sekolah dasar di UPTD Kulawi, sebanyak 44 orang (31,43%) guru memiliki kepribadian tipe A Definite dan 51 orang (36,43%) guru memiliki kepribadian tipe A Moderate. Sebanyak 28 orang (20,00%) guru memiliki kepribadian tipe B moderat, dan 17 orang (12,14%) guru memiliki kepribadian tipe B definite. Peristiwa bencana alam yang terjadi satu bulan sebelum pengambilan data telah berdampak terhadap aktivitas kerja yang meningkat dan penuh tantangan sehingga menimbulkan suasana kompetisi bagi guruguru yang berkepribadian tipe A. Namun sebaliknya 103
suasana ini bisa menjadi tekanan bagi guru-guru yang berkepribadian tipe B, dan tentu hal ini akan berdampak pada kepuasan kerja guru. Orang dengan kepribadian tipe A mempunyai kesulitan dalam bersantai, bereaksi secara terburuburu dalam berbagai situasi dan cenderung tidak tenang. Ketidaksabarannya terhadap orang-orang di sekitar dirinya yaitu orang-orang yang lebih lambat (orang-orang dengan tipe B), membuatnya harus mengambil alih pekerjaan orang-orang itu dan melakukan sendiri. Mereka memperlihatkan daya saing dengan cara bekerja dalam waktu lama dan tidak jarang mengambil keputusan yang buruk karena mengambil keputusannya terlalu cepat. Kepribadian tipe B biasanya lebih pasif, tidak terburu-buru, tidak terlalu ambisius dan tidak rentan untuk mengembangkan stress yang berhubungan dengan penyakit. Reaksinya terhadap situasi cenderung lebih moderat dan teratur. Mereka menerima situasi yang ada dan bekerja sesuai dengan situasi tersebut dan bukan melawannya dengan berkompetisi. Orang-orang seperti ini bersikap santai sehubungan dengan tekanan waktu, sehingga mereka cenderung kurang mempunyai masalah yang berkaitan dengan stress. Tabel 4.5 deskripsi subjek penelitian berdasarkan kategori kepuasan kerja menunjukkan sebanyak 66 orang guru (47,14%) berada pada kategori sedang, 104
dan 18 orang guru kurang puas dengan pekerjaannya. Bagi guru yang memiliki kepribadian tipe A, kepuasan kerja dapat ditingkatkan dengan cara menciptakan suasana kerja yang kompetitif, berorientasi pada pencapaian dan prestasi, serta memberikan stress yang tinggi dalam mengerjakan tugas. Sedangkan bagi guru yang memiliki kepribadian tipe B, sebisa mungkin menghindari tekanan dalam pekerjaan, pemberian tugas-tugas yang mudah dikerjakan serta melibatkan mereka untuk bekerja dengan kelompok atau bekerja sama sama dengan guru lain. 4.6.2 Hubungan antara Etos Kerja Guru (X 3 ) dengan Kepuasan Kerja Guru (Y) Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa etos kerja guru berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi dengan koefisien korelasi sebesar rx 3 y = 0,182 dan p = 0,031 < 0,05 . Hubungan ini berarah positif, dimana kenaikkan skor etos kerja akan secara bersama-sama menaikkan skor kepuasan kerja guru. Artinya, semakin tinggi skor etos kerja guru, semakin tinggi pula skor kepuasan kerja guru. Sebaliknya, semakin rendah skor etos kerja guru, semakin rendah pula skor kepuasan kerja guruguru sekolah dasar UPTD Kulawi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil studi Soleimani (2011) pada sebuah organisasi pendidikan teknik kejuruan di Teheran dengan sampel 216 staf 105
(wanita = 92, pria = 124) yang menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara etos kerja dengan kepuasan kerja staf. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar r = 0,240 dan p = 0,000 < 0,01 . Instrumen etos kerja yang digunakan adalah Work Ethic Inventory (WEI), terdiri dari 50 item pernyataan
yang terbagi dalam 4 dimensi etos
kerja, yaitu: dependable, ambitious, considerate dan cooperative. Penulis menggunakan instrumen yang dikembangkan
oleh
Miller,
Woehr dan
Hudspeth
(2001) The Multidimensional Work Ethic Profil (MWEP), terdiri dari 65 item pernyataan yang terbagi dalan 7 dimensi etos kerja, yaitu: kemandirian, moralitas, waktu luang, kerja keras, sentralisasi pekerjaan, waktu yang terbuang dan penundaan kepuasan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sebanyak 79 orang (56,43%) guru-guru sekolah dasar UPTD Kulawi memiliki etos kerja yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya etos kerja ini adalah faktor agama. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan sikap yang tentunya didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang. Dari 140 orang guru, sebanyak 108 orang guru (77,14%) beragama Kristen dan sebanyak 32 orang guru (22,86%) beragama Islam. Hasil wawancara penulis dengan sesama guru selama penelitian, baik guru yang beragama Kristen maupun yang beragama Islam, bersama-sama mema106
hami bahwa “kerja adalah ibadah”. Pekerjaan dipahami sebagai berkat pemberian Tuhan kepada manusia untuk melangsungkan hidupnya di dunia. Oleh sebab itu sepatutnya pekerjaan itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, sebagai wujud rasa syukur manusia terhadap pemberian Tuhan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sinamo (2011), iman seseorang mesti tampak pada perbuatannya; ibadah seseorang mesti kelihatan dari etosnya. Kita harus berkarya membangun hal-hal yang baik, benar dan adil sebanyak-banyaknya. Dan kerja menyediakan ruang secara konkrit untuk melaksanakan semua hal itu. Kerja juga merupakan anugerah Tuhan, sebab itu kita harus bekerja dengan keikhlasan, tanpa bersungut-sungut, tidak bermalas-malasan atau setengah hati. Hal ini merupakan bentu rasa syukur kita kepada Tuhan atas pemberian itu. Faktor lain yang juga mempengaruhi tingginya etos kerja guru adalah faktor kondisi lingkungan. Jarak antara rumah dan sekolah dengan melewati kondisi alam yang sulit dan menantang bisa mempengaruhi etos kerja guru sekolah dasar di UPTD Kulawi. Mubyarto, dkk (1991) mengemukakan bahwa keadaan alam merupakan tantangan bagi penduduknya untuk bekerja keras mempertahankan hidup. Demikian halnya dengan Tampubolon (2007) mengemukakan bahwa etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai tantangan, harapan-harapan 107
dan
kemungkinan-kemungkinan
yang
menarik.
Situasi yang demikian dapat membuat manusia itu bekerja dengan rajin, teliti dan berdedikasi serta memiliki rasa tanggung-jawab yang besar. Analisis deskriptif penelitian juga menunjukkan bahwa sebanyak 55 orang guru (39,29%) memiliki tingkat etos kerja yang sedang. Hal ini bisa dipahami jika melihat tingkat pendidikan guru-guru sekolah dasar di UPTD Kulawi, sebanyak 80 orang guru (57,14%) masih tamatan SPG. Era globalisasi, kemajuan teknologi, perkembangan pola pikir peserta didik, menuntut tenaga pendidik harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Sebab itu, etos kerja guru yang masih rendah atau sedang dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya guru tersebut. Hartanti (1999) mengemukakan bahwa seorang guru yang profesional harus memiliki kompetensi personal, sosial dan profesi akademis. Semua kompetensi itu hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang relevan. Peningkatan kualitas sumber daya guru, tentunya akan membuat guru lebih memahami tugastugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik. Dengan kualitas sumber daya yang meningkat, guru akan mampu memberikan materi-materi yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
108