BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Lokasi Penelitian UKSW adalah salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Salatiga. Terletak di jalan Diponegoro No. 52 – 60 Salatiga yang terdiri dari bermacam-macam fakultas dan salah satunya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Penulis mengambil penelitian di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling.
4.1.2 Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 FKIP Universitas Kristen Satya Wacana dengan jumlah 58 mahasiswa yang melakukan registrasi pada semester ganjil tahun 2012. Diskripsi untuk subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin adalah : Tabel 4.1 Subjek Penelitian Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah Mahasiswa 24 34
Penulis memilih subjek penelitian berdasarkan pada mahasiswa baru dimana pada masa ini mahasiswa baru merupakan masa transisi. Pada masa
30
transisi ini mahasiswa baru yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Atas memasuki dunia Perguruan Tinggi yang masih tergolong masa remaja. Adapun tugas perkembangan pada masa remaja ini adalah seseorang mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya sehingga dibutuhkan pengelolaan emosional yang berhubungan dengan prestasi.
4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Perijinan Sebelum melaksanakan penelitian penulis meminta surat ijin yang dikeluarkan oleh TU FKIP Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 01 Maret 2013. Surat ijin yang dibuat tersebut digunakan oleh penulis sebagai pengantar dalam melakukan penyebaran inventori di kelas. Berdasarkan surat ijin yang telah didapat oleh penulis, maka penulis melakukan pengumpulan data pada keesokan harinya.
4.2.2 Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan inventori emotional quotient dan inventori kebutuhan berprestasi yang telah disiapkan kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 UKSW sebanyak 58 mahasiswa sesuai dengan jumlah subjek penelitian. Penelitian ini dilakukan selama dua hari, dari hari Rabu tanggal 06 Maret 2013 saat mata kuliah pemahaman individu non tes yang diampu oleh Drs. Soemardjono Padmomartono, M.Pd dan pada hari Jumat tanggal 08 Maret 2013 pada saat mata kuliah pemahaman individu non tes yang
31
diampu oleh Drs. Tritjahjo Danny Soesilo, M.Si. Inventori yang telah diisi oleh para mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 ini langsung dikembalikan kepada penulis. Pada penyebaran inventori ini, penulis dibantu oleh Dosen mata kuliah yang bersangkutan. Karena pada saat menyebarkan inventori, penulis menggunakan jam mata kuliah.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian 4.3.1 Analisis Deskriptif Emotional Quotient Dalam deskripsi kecerdasan emosional dikategorikan dalam lima kelompok yaitu kecerdasan emosional sangat rendah, kecerdasan emosional rendah, kecerdasan emosional sedang, kecerdasan emosional tinggi dan kecerdasan emosional sangat tinggi.
Hasil penghitungan distribusi frekuensi
untuk inventori emotional quotient pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut: Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Emotional Quotient Interval 102 – 111 112 – 122 123 – 133 134 – 144 145 – 155 Total Mean
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Frekuensi 14 20 16 7 1 58
Persentase (%) 24,1 34,4 27,6 12,1 1,8 100 120,59
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ada 14 mahasiswa (24,1 %) yang kecerdasan emosionalnya tergolong sangat rendah. Terdapat 20 mahasiswa (34,4%) yang kecerdasan emosionalnya tergolong rendah. Ada 16
32
mahasiswa (27,6%) yang kecerdasan emosionalnya tergolong sedang. Terdapat 7 mahasiswa (12,1%) dengan kecerdasan emosional tergolong tinggi, dan 1 mahasiswa (1,8%) kecerdasan emosionalnya tergolong kategori sangat tinggi pada hasil analisis inventori emotional quotient. Jadi dapat dilihat bahwa tingkat kecerdasan emosional mahasiswa BK angkatan 2012 tergolong rendah. Adapun untuk penghitungan distribusi frekuensi untuk inventori emotional quotient pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Emotional Quotient per Ranah Indikator Intrapersonal
Interpersonal
Adaptabilitas
Pengelolaan Stres
Interval 27 – 30 31 – 34 35 – 38 39 – 42 43 – 46 24 – 28 29 – 33 34 – 38 39 – 43 44 – 49 16 – 19 20 – 23 24 – 27 28 – 31 32 – 35 12 – 17 18 – 23 24 – 29 30 – 34 35 – 40
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Frekuensi 13 27 10 4 4 4 16 17 15 6 7 15 17 18 1 6 14 21 13 4
4.3.2 Analisis Deskriptif Kebutuhan Berprestasi Dalam deskripsi kebutuhan berprestasi dikategorikan dalam lima kelompok yaitu kebutuhan berprestasi sangat rendah, kebutuhan berprestasi rendah, kebutuhan berprestasi sedang, kebutuhan berprestasi tinggi dan kebutuhan
33
berprestasi sangat tinggi. Adapun untuk hasil penghitungan distribusi frekuensi untuk inventori kebutuhan berprestasi pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 dapat dilihat pada tabel distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kebutuhan Berprestasi Interval 77 – 84 85 – 92 93 – 100 101 – 108 109 – 116 Total Mean
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Frekuensi 4 6 21 22 5 58
Persentase (%) 6,7 10,3 36,2 37,9 8,9 100 99,03
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 4 mahasiswa (6,7 %) yang kebutuhan berprestasinya tergolong sangat rendah. Terdapat 6 mahasiswa (10,3%) yang kebutuhan berprestasinya tergolong rendah. Ada 21 mahasiswa (36,2%) yang kebutuhan berprestasinya tergolong sedang. Terdapat 22 mahasiswa (37,9%) dengan kebutuhan berprestasinya tergolong tinggi, dan 5 mahasiswa (8,9%) yang mempunyai kebutuhan berprestasi tergolong kategori sangat tinggi pada hasil analisis inventori kebutuhan berprestasi. Maka dapat diketahui bahwa kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 tergolong tinggi.
34
4.3.3 Analisis Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi Dalam analisis korelasi terdapat suatu angka yang disebut dengan Koefisien Korelasi (r). adapun pedoman untuk memberikan interpretasi terhadap koefesien korelasi (Sugiyono, 2007) adalah sebagai berikut : Tabel 4.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisen 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Hasil perhitungan analisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi Spearman-rho untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi dapat dilihat pada tabel di bawah : Tabel 4.6 Analisis Korelasi Kecerdasan Emosional dengan Kebutuhan Berprestasi Correlations Kecerdasan emotional Spearman's rho Kecerdasan emotional
Correlation 1.000 Coefficient Sig. (2-tailed) . N 58 Kebutuhan Correlation .419** Berprestasi Coefficient Sig. (2-tailed) .001 N 58 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Kebutuhan Berprestasi .419** .001 58 1.000 . 58
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil penelitian yaitu nilai koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi pada mahasiswa BK 35
Angkatan 2012 UKSW yaitu r = 0,419** dengan tingkat hubungan sedang (Sugiyono, 2007) dan Sig.(2-tailed) sebesar p = 0,001 (p < 0,01) yang artinya bahwa ada hubungan yang sangat signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 UKSW. Dikatakan bahwa jika kecerdasan emosional tinggi maka kebutuhan berprestasi juga tinggi dan sebaliknya jika kecerdasan emosional rendah maka kebutuhan berprestasi rendah.
36
4.4 Uji Hipotesis Berdasarkan hasil analisis yang dapat dilihat pada tabel menunjukkan bahwa hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for Windows diketahui bahwa hasil dari uji korelasi Spearman's rho menunjukkan nilai r = 0,419** dengan tingkat hubungan koefisien korelasi sedang dan nilai Sig.(2-tailed) sebesar p = 0,001 (p < 0,01) yang artinya bahwa ada hubngan yang sangat signifikan dan memiliki arah hubungan yang positif antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Angkatan 2012
UKSW. Dari hasil analisis antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 UKSW dapat diambil rumusan hipotesis dalam penelitian yang berbunyi “Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling
angkatan 2012 UKSW”, sehingga
dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis diterima.
4.5 Pembahasan Dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS versi 16.0 for windows diketahui bahwa koefisien korelasi r = 0,419** dengan tingkat hubungan koefisen korelasi sedang dan Sig.(2-tailed) sebesar p = 0,001 (p < 0,01) yang menyatakan ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 UKSW. Artinya jika kecerdasan emosional tinggi maka kebutuhan
37
berprestasi tinggi, dan sebaliknya jika kecerdasan emosional rendah maka kebutuhan berprestasi juga rendah. Hal ini sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jati (2010) yang hasil penelitiannya menunjukan ada hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan motivasi
berprestasi
pada
mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2007. Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada emotional quotient inventory diketahui ada 14 mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang sangat rendah, 20 mahasiswa yang tingkat kecerdasan emosionalnya rendah, 16 mahasiswa dengan tingkat kecerdasan emosional tergolong sedang, 7 mahasiswa yang tingkat kecerdasan emosionalnya tergolong tinggi dan 1 mahasiswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional sangat tinggi. Maka dapat diketahui bahwa kecerdasan emosional mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil frekuensi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 yang berjumlah 20 mahasiswa. Menurut Bar-On (Stein&Book, 2002) kecerdasan emosional dibagi ke dalam 5 ranah, yaitu : (1) ranah Intrapribadi yang meliputi kesadaran diri, sikap asertif, kemandirian, penghargaan diri dan aktualisasi diri, (2) ranah Antar Pribadi yang meliputi empati, tangging jawab sosial dan hubungan antar pribadi, (3) ranah Penyesuaian Diri yang meliputi kemampuan melihat sesuatu sesuai kenyataan, sikap fleksibel dan mampu mendefinisikan dan memecahkan masalah, bertindak menerapkan pemecahan yang jitu dan tepat serta uji realitas, (4) ranah Pengendalian
Stres
yang
meliputi
kemampuan
menghadapi
stres
dan
38
mengendalikan dorongan nafsu serta menunda keinginan bertindak dan menimbang seksama, tahan menanggung stres dan pengendalian nafsu, dan (5) ranah Suasana Hati Umum. Dalam hal ini penulis hanya mengambil empat ranah kecerdasan emosional dalam penelitian, karena ranah suasana hati umum bukan termasuk kompetensi yang tidak
menunjukkan kemampuan individu tetapi hanya
menunjukkan keadaan yang dapat berubah-ubah. Berdasarkan hasil analisis emotional quotient inventory menunjukkan bahwa pada ranah intrapribadi mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 yang tergolong rendah ada 27 mahasiswa. Ranah intrapribadi ini terkait dengan apa yang biasanya disebut sebagai inner self (diri sendiri). Ranah intrapribadi menentukan seberapa dalamnya individu mengenali dirinya sendiri, seberapa puas seseorang terhadap dirinya sendiri dan mencapai prestasi dalam hidup. Pencapaian dalam ranah intrapribadi mengandung arti bahwa individu mampu mengungkapkan perasaan atau sadar akan dirinya sendiri, mampu bersikap asertif, bekerja secara mandiri, mensyukuri apa yang ada dalam diri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan hidup. Akan tetapi pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 ini mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang rendah pada intrapribadinya. Jadi dalam hal ini mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 kurang mengenali dirinya sendiri, tidak mampu bersikap tegas dalam kaitannya dengan pengungkapan perasaan dan pemikiran. Selain itu intrapribadi yang menyatakan pada kemandirian, mahasiswa Bimbingan dan Konseling
39
angkatan 2012 kurang memiliki sikap mandiri. Hal ini dapat dilihat dari tanggung jawab masing-masing individu dalam mengerjakan tugas kuliah baik tugas individu maupun tugas kelompok. Sedangkan pada penghargaan diri, umumnya mahasiswa kurang mensyukuri apa yang ada pada dirinya sehingga tidak yakin akan kemampuan yang ada pada dirinya. Aspek terakhir pada pencapaian aktualisasi diri, mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2012 kurang memaksimalkan potensial yang ada pada dirinya sehingga tidak mempunyai arah tujuan hidup yang pasti. Seringkali dibahas bahwa kecerdasan emosional sangat berpengaruh bagi kemajuan dan kesuksesan seseorang. Seseorang yang memiliki intelegensi bagus tanpa didukung oleh kecerdasan emosional akan sulit untuk mencapai tangga karir tertinggi. Kecerdasan emosional itu sendiri merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan, mengelola, dan mengatur emosinya. Kecerdasan emosional memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi pastinya dapat mengatur dan memiliki kesadaran diri dalam memilah-milah perasaannya pada berbagai keadaan. Mengenali emosi diri sendiri merupakan langkah awal untuk menerapkan manajemen yang efektif. Kesadaran diri adalah faktor penting dalam memotivasi diri sendiri untuk melakukan yang terbaik dalam kaitannya dengan kebutuhan berprestasi. Seseorang yang sadar akan kebutuhan berprestasi dalam memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan manajemen emosi yang bagus dalam pengelolaan emosinya.
40
Sedangkan dalam hubungannya antara kecerdasan emosional dengan kebutuhan berprestasi (McClelland, 1987) bisa dilihat sebagai berikut: 1) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi mampu menyadari dirinya sendiri, mampu mengungkapkan perasaan diri sendiri, menyukai keadaan yang menantang, mampu bersikap asertif, bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dan memiliki rasa percaya diri dalam mengemukakan gagasan dan keyakinan serta mencapai tujuan hidupnya. 2) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi akan mempunyai keterampilan untuk berinterakasi dengan orang lain. Individu ini memahami, mampu melakukan hubungan dengan orang lain, dan mudah bergaul dengan baik dalam berbagai situasi dan kondisi. 3) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi akan dihadapakan pada permasalahan yang kompleks sehingga dapat memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menghadapi sebuah konflik yang terjadi baik di lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, dan menuntun pada kemampuan menyelesaikan masalah. 4) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi apabila dihadapkan pada suatu persoalan maka mampu bersikap tenang, mampu mengatasi tekanan, mampu mengendalikan emosi, dan mempunyai kemampuan menanggung stres tanpa kehilangan kendali sehingga individu tersebut dapat merasakan kepuasan.
41
5) Individu yang mempunyai kebutuhan berprestasi tinggi akan mempunyai sikap optimis dan positif dalam menjalankan kehidupan serta dapat mensyukuri hidup dalam artian bersemangat untuk mencapai kepuasan diri.
42