65
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif pada penelitian ini akan menggambarkan data penelitian tentang CAR, NPF, BOPO,dan ROA dengan penyajian data dilakukan menggunakan model panel data, sehingga jumlah data yang diobservasi (n) dalam penelitian ini sebanyak 40 data observasi. Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi1 yang dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data-data Penelitian Periode Tahun 2011-2014
Sumber : Data diolah Hasil deskriptif statistik pada tabel 4.1 di atas diketahui nilai mean data untuk variabel NPF adalah sebesar 0,039990 dengan standar deviasi
1
Purbayu Budi Santoso dan Ashari, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS, (Yogyakarta: ANDI, 2005), ed. I, hlm. 19.
65
66
sebesar 0,0139081. Nilai mean untuk variabel BOPO adalah sebesar 0,515770 dengan standar deviasi sebesar 0,0478225. Nilai mean untuk variabel CAR adalah sebesar 0,139890 dengan standar deviasi sebesar 0,0125861. Nilai mean untuk variabel ROA adalah sebesar 0,015468 dengan standar deviasi sebesar 0,0082996. Karena hasil nilai mean lebih besar dari nilai standar deviasi, maka data penelitian berditsribusi normal.
2. Pengujian Asumsi Klasik Untuk menghasilkan suatu analisis data yang akurat, suatu persamaan regresi sebaiknya terbebas dari asumsi-asumsi klasik yang harus dipenuhi antara lain uji normalitas, multikolinearitas, autokolerasi dan heteroskedastisitas. a. Pengujian Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu analisis grafik dengan melihat tampilan grafik histogram, atau grafik normal probability plot. Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS, Uji normalitas data dalam penelitian dapat dilakukan dengan berbagai model normalitas data, yang salah satunya adalah dengan melihat grafik histogram sebagai berikut :
67
Gambar 4.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram
Sumber : Data diolah Berdasarkan grafik histogram di atas, dilihat bahwa pola distribusi merata dan mengikuti garis grafik histogram artinya data terdistribusi normal. Sedangkan grafik normal plot adalah grafik yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan membandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual
68
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya2, hasilnya adalah sebagai berikut: Gambar 4.2. Grafik Normal P-P Plot
Sumber : Data diolah
2
Imam Ghozali, “ Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS”, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2004), hlm.70.
69
b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai kolerasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Regresi bebas dari gangguan multikolinearitas apabila nilai VIF kurang dari 10.3 Berdasarkan hasil pengolahan SPSS atas data yang diperoleh, dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Uji Multikolinearitas
Sumber : Data diolah Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah < 10 dan tolerance tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinearitas.
3
Imam Ghozali, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2004),hlm. 91.
70
c. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan mengetahui apakah terjadi korelasi antara variabel bebas yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Untuk mengetahui adanya Autokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan dengan melakukan uji Durbin Watson (uji DW). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai Dw tabe (dL & dV)4. Aturan pengujiannya adalah:
Jika
Tabel 4.3. Aturan Pengujian Durbin-Watson Hipotesis nol
Keputusan
0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
dl < d < du
Tidak ada autokorelasi positif
No decision
4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negatif
Tolak
4 – du < d < 4 – dl du < d < 4 – du
Tidak ada korelasi negatif
No decision
Tidak ada autorkorelasi positif
Tidak ditolak
atau negatif Sumber: Imam Ghozali (2009)
4
Purbayu Budi Santosa dan Ashari, “Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS”,(Yogyakarta: ANDI, 2005), ed. I, hlm. 240.
71
Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
Sumber : Data diolah Memperhatikan hasil perhitungan dalam tabel di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 1,595 dan nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah data 44 (n) dan variabel independent 3 (k=3). Nilai Durbin-Watson dari tabel didapat dl =1,3749 dan du =1,6647, nilai DW = 1,595 berada pada interval 1,3749 - 1,6647 atau pada interval dl – du, maka tidak terjadi autokorelasi positif atau model regresi tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai, prediksi variabel terikat (Z-PRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X
72
adalah residual (Y pred – Y sesungguhnya) yang telah di studentized, dengan pengambilan keputusan sebagai berikut : (1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan menyempit) (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah
angka
nol
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.5 Berdasarkan hasil pengolahan data, uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 4.3 : Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data diolah 5
Imam Ghozali, Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: Universitas Diponegoro, 2009),hlm. 68.
73
Dari hasil output asumsi heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak ada pola yang jelas. Dengan demikian maka semua variabel independent bebas dari pengujian heteroskedastisitas dan tidak terjadi gejala homokedastisitas atau persamaan regresi memenuhi asumsi heteroskedastisitas.
3. Uji Regresi Berganda Dalam penelitian yang berkaitan dengan Analisis Kinerja Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas di Bank Syariah. Penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan variabel NPF, BOPO, CAR, dan ROA. Perhitungan regresi berganda dilakukan dengan bantuan program SPSS For Windows Versi 23. hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi
Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil analisis regresi berganda di atas diperoleh model persamaan regresi akhir sebagai berikut : Y = 0,059 – 0,239X1 – 0,107X2 + 0,150X3 + e
74
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda tersebut, maka dapat di interpretasikan untuk masing-masing variabel sebagai berikut : a.
Konstanta sebesar 0,059 dan bertanda positif artinya apabila variabel lain NPF, BOPO dan CAR dianggap tetap atau nol, maka konstanta akan dapat meningkatkan profitabilitasnya sebesar 0,059%.
b.
Koefisen regresi NPF (X1) sebesar -0,239, artinya bahwa setiap perubahan sebesar satu satuan pada ROA dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka akan merubah profitabilitas sebesar -0,239 berarti bahwa antara NPF dengan profitabilitas menunjukkan hubungan yang tidak searah, artinya setiap kenaikan NPF akan diikuti oleh penurunan profitabillitas (ROA) sebesar 0,239%.
c.
Koefisien regresi BOPO (X2) sebesar -0,107 menyatakan bahwa setiap perubahan sebesar satu satuan pada BOPO, maka akan merubah profitabilitas sebesar -0,107 dengan asumsi variabel lainnya tetap. Adanya hubungan yang negatif ini, berarti bahwa antara BOPO dengan profitabilitas menunjukkan hubungan yang berkebalikan, artinya setiap kenaikan BOPO akan diikuti oleh penurunan profitabilitas sebesar 0,107%.
d.
Koefisen regresi CAR (X3) sebesar 0,150, artinya bahwa setiap perubahan sebesar satu satuan pada CAR dengan asumsi variabel lainnya tetap, maka akan merubah profitabilitas sebesar 0,150 berarti bahwa antara CAR dengan profitabilitas menunjukkan hubungan yang
75
searah, artinya setiap kenaikan CAR akan diikuti oleh kenaikan profitabillitas (ROA) sebesar 0,150%.
4. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari uji simultan dan uji parsial. Uji simultan untuk menguji hipotesis bahwa ada pengaruh secara bersama-sama variabel bebas (CAR, NPF, BOPO) terhadap ROA dengan menggunakan uji F dan uji parsial untuk menguji pengaruh variabelvariabel bebas secara per variabel terhadap ROA dengan menggunakan uji t. a. Uji t hitung Berdasarkan pada tabel 4.5 dapat dijelaskan hasil perhitungan Uji t sebagai berikut : 1) Pengaruh NPF Terhadap ROA Nilai t hitung NPF sebesar -2,929, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,006, karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0,006 < 0,05), artinya menerima Ha1 dan menolak H01 yang menyatakan bahwa NPF mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap ROA. 2) Pengaruh BOPO Terhadap ROA Nilai t hitung BOPO sebesar -4,238, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0.05), artinya menolak H02 dan menerima Ha2 yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan dan signifikan terhadap ROA.
76
3) Pengaruh CAR Terhadap ROA Nilai t hitung CAR sebesar 1,887, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,069, karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,069 > 0,05), artinya menolak H03 dan menerima Ha3 yang menyatakan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. b. Uji F Statistik (Simultan) Uji F digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas atau variabel NPF, BOPO dan CAR secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat atau variable Y (profitabilitas Bank Syariah Mandiri ROA). Jika F hitung lebih kecil dari F table dengan P-value > 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Jika F hitung lebih besar dari F tabel dengan P-value < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Seluruh data diolah maka dapat dilihat dari hasil uji F pada tabel. Tabel 4.6. Hasil Uji F atau Uji Simultan
Sumber : Data Diolah Dari hasil perhitungan regresi diketahui Fhitung = 25,201 dengan nilai P-value 0,000 < 0,05 maka hipotesis yang menyatakan terhadap pengaruh NPF, BOPO dan CAR secara simultan terhadap profitabilitas
77
Bank Syariah Mandiri (ROA) diterima (H0 ditolak), dan berarti terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas (X) secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat (Y)
c. Koefisien Determinasi Untuk mengetahui koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar kontribusi variabel bebas atau X secara bersama-sama dalam menjelaskan variabel terikat atau Y. Tabel 4.7. Koefisien Determinasi
Sumber : Data diolah Tampilan output SPSS memberikan besarannya adjusted R2 sebesar 0,651 hal ini berarti 65,1% variasi profitabilitas Bank Syariah Mandiri dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu NPF, BOPO, CAR. Sedangkan sisa (100% – 65,1%= 34,9%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
B. Pembahasan Dari hasil analisis data diatas, dapat diketahui apakah dalam penelitian ini hipotesis diterima atau tidak, berikut penjelasannya:
78
1.
H1 : NPF mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ROA Dari hasil regresi linier berganda dapat diketahui bahwa variabel NPF mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA dengan nilai koefisien signifikansi sebesar 0,006. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu NPF mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ROA diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Bank Syari’ah Mandiri dalam mengelola dana masyarakat yang disalurkan melalui pembiayaan dapat di-manage secara maksimal. Selain itu selama tahun 2011 – 2014 Bank Syari’ah Mandiri mampu menekan NPF sehingga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Apabila NPF dapat ditekan maka pendapatan bank dari pembiayaan akan meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka tingkat imbal hasil yang diterima oleh bank juga meningkat. Nilai ROA diperoleh dengan rumus saldo (laba [+] / [-]) dibagi total aktiva. Nilai ROA meningkat apabila laba yang diperoleh bank meningkat di lain pihak total aktiva tetap, dan juga apabila laba yang diperoleh bank tetap di lain pihak total aktiva berkurang. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Tri Mei Hidayati (2011) dengan objek penelitian yang sama tetapi dengan periode tahun penelitan yang berbeda. Hasil penelitian sama-sama menunjukkan NPF mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Tetapi hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mabruroh (2004)
79
yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan antara NPF dengan ROA.
2.
H2 : BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Variabel BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA Bank Syari’ah Mandiri dengan nilai koefisien signifikansi sebesar 0,000. variabel BOPO dengan ROA memiliki arah hubungan negatif. Hasil penelitian BOPO yang berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA inisesuai dengan teori yang menyatakan bahwa efisiensi produksi pada bank syariah dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu bentuk mekanisme produksi dalam rangka menghasilkan output (pendapatan) yang paling tinggi dari suatu investasi (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional / BOPO). Dengan kata lain BOPO menunjukkan apabila biaya operasional menurun, di lain pihak pendapatan oeprasional tetap. Dan apabila biaya operasional tetap, di lain pihak pendapatan operasional meningkat. Semakin rendah BOPO maka bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan dalam rangka menghasilkan output (pendapatan) yang paling tinggi. Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi ROA Bank Syari’ah Mandiri. Hasil penelitian BOPO yang berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA ini sesuai dengan teori yang ada. Hal ini menunjukkan
80
bahwa efisiensi yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri selama tahun 2011-2014 memberikan pengaruh terhadap peningkatan ROA pada tahun-tahun tersebut. Hasil penelitian ini sama dengan hasil Lyla Rahma Adyani (2011) dan Dhian Dayinta Pratiwi (2012). Hasil penelitian sama-sama menunjukkan BOPO mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Tetapi hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bactiar Usman (2003) yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan antara BOPO dengan ROA.
3.
H3 : CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
merupakan
rasio
yang
menunjukkan kewajiban penyediaan modal minimum yang harus dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut risiko. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Perubahan kenaikan CAR tidak terkait dengan perubahan ROA. Berdasarkan hasil uji regeresi menunjukkan bahwa CAR memiliki nilai signifikansi sebesar 0,076 lebih besar dari nilai kepercayaan sebesar 0,05 (0,069 < 0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak ada hubungan linier antara variabel CAR dengan ROA. Dengan demikian, hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Berarti CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini terjadi karena selama periode pengamatan, rasio modal bank syariah digunakan untuk menjaga batasan minimal modal
81
yang dimiliki bank, bukan untuk menghasilkan pendapatan yang digunakan untuk menentukan berapa besar jumlah laba bank syari’ah. Pendapatan bank syariah ditentukan dari kegiatan operasional bank syariah tersebut. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Tri Mei Hidayati (2011) dimana CAR tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lyla Rahma Adyani (2011) dan Hesti Werdaningtyas (2002) yang menunjukkan adanya pengaruh yang positif signifikan antara CAR dengan ROA. Hal ini dimungkinkan terjadi karena periode tahun penelitan yang diambil berbeda dan obyek yang diteliti tidak hanya satu bank syariah, melainkan Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia.