BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sekolah SMAK St. Petrus Comoro didirikan pada tahun 1986 pada jaman pemerintahan Indonesia, dengan alasan untuk menampung siswa yang mempunyai NEM rendah dan tidak diterima di sekolah negeri, khusus untuk
umat paroki Comoro setelah itu baru umat
paroki
lain,
melanjutkan
dengan
harapan
pendidikannya.
mereka Sekolah
tetap ini
bisa
adalah
renovasi dari kapela (gereja Katolik yang kecil) setelah dibangun gereja dilahan baru di sebelah sekolah. SMAK St. Petrus berada dibawah yayasan Paulus dan dikelola secara penuh oleh Pastor-Pastor Salesian. Sekolah ini berada satu gedung dengan SMPK St. Petrus Comoro, yang mana pelaksanaan KBM untuk SMA dilakukan dari pukul 07.00 – 13.15 dan SMP dari pukul 13.30 – 18.00. Gedung sekolah terdiri atas 18 ruangan kelas, 1 lab kimia, 1 lab biologi, 1 lab fisika, 1 lab komputer, ruang perpustakaan, ruang administrasi, ruang kegiatan ekstra kurikuler, ruang bendahara, ruang guru untuk SMP dan SMA, juga kantin. Selama ini telah terjadi empat kali pergantian kepala sekolah dan dari tahun 2008 sampai sekarang dipimpin oleh Pastor Domingos C. Gonzaga, SDB.
32
1. Data Siswa Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMAK St. Petrus Comoro Dili Tahun Pelajaran 2008/2009 – 2010/2011 Tahun Ajaran
Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Jumlah Total
2008/2009
300
290
282
872
2009/2010
296
285
278
859
2010/2011
291
280
274
845
Sumber : data sekolah Untuk penerimaan siswa baru pada setiap tahun ajaran, SMAK St. Petrus Comoro menetapkan untuk menerima 300 siswa. Akan tetapi pada tahun ajaran 2009/2010 ada 4 siswa yang tidak mendaftar ulang dan pada tahun ajaran 2010/2011 ada 9 siswa yang tidak mendaftar ulang. Walaupun setiap tahun target yang ditetapkan
selalu
terpenuhi
akan
tetapi
jumlah
pendaftaran setiap tahun mengalami penurunan. Sedangkan penurunan siswa yang terjadi pada kelas
dua
dan
tiga
diakibatkan
karena
sekolah
mempunyai kebijakan siswa yang mempunyai nilai ratarata tidak memenuhi target tanpa nilai merah boleh naik kelas namun pindah kesekolah lain. Sedangkan yang mempunyai nilai rata-rata tidak memenuhi target dan mempunyai nilai merah maka akan ulang kelas. Ada juga siswa yang dikeluarkan karena membuat masalah disekolah atau tidak mematuhi peraturan sekolah. Selain itu ada siswa yang meminta pindah karena faktor ekonomi maupun tidak betah dengan disiplin yang diterapkan sekolah.
33
2. Tenaga guru Gambaran tenaga guru dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menggambarkan jumlah guru yang mengajar
dan
tabel
4.3
yang
menggambarkan
kualifikasi pendidikan guru yang mengajar. Tabel 4.2 Jumlah guru yang mengajar di SMAK St. Petrus Comoro Dili Status Guru
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Guru yayasan
11
8
3
Guru part time
4
3
1
Guru PNS
19
17
2
Jumlah
34
28
6
Sumber: data sekolah Jumlah guru yang mengajar di SMAK St. Petrus sebanyak 34 orang terdiri dari 28 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Yang termaksud guru yayasan atau guru yang dibayar oleh yayasan ada 11 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Guru part time atau guru yang dibayar berdasarkan banyaknya jam mengajar ada 4 orang yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Sedangkan guru PNS yang diperbantukan pemerintah kesekolah ini ada 19 orang yang terdiri dari 17 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
34
Tabel 4.3 Kualifikasi pendidikan guru yang mengajar Di SMAK St. Petrus Comoro Dili Tingkat Pendidikan D3 Studi lanjut (S1) S1 Studi Lanjut (S2) S2 Total
Jumlah 8 7 14 4 1 34
Sumber: Data Sekolah Kualifikasi pendidikan guru yang mengajar di SMAK St. Petrus dimulai dari jenjang D3 sebanyak 8 orang, yang merupakan guru-guru tua yang sudah mengajar
kurang
lebih
20
tahun
dari
masa
pemerintahan Portugis, Indonesia hingga sekarang. Oleh karena itu walaupun cuma memiliki jenjang pendidikan D3 namun dari segi pengalaman tidak diragukan. Guru yang sedang melanjutkan sekolah kejenjang S1 sebanyak 4 orang dan sedang dalam proses penulisan skripsi. Jenjang pendidikan S1 ada 14 orang, yang sedang melanjutkan jenjang pendidikan S2 ada 4 orang dan ada 1 orang guru yang mempunyai jenjang pendidikan S2. 4.2 Analisis Analisis sekolah,
dilakukan
wakil
kepala
peneliti sekolah,
bersama dan
dua
Kepala orang
perwakilan guru yang ada di SMAK St. Petrus Comoro Dili
dalam
Focus
Group
Discussion
(FGD)
yang
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada tanggal 21 dan 25 November 2011 di ruangan kepala sekolah, yang berlangsung sekitar 2 sampai 3 jam masing-masing 35
pertemuan. Dalam FGD ini terjadi brainstorming saat mengidentifikasi faktor-faktor strategis internal dan faktor-faktor strategi eksternal, karena masing-masing peserta FGD mempunyai sudut pandang yang berbeda. Data-data tersebut dibagi kedalam tiga matrik yaitu, matrik Internal Factors Analysis Summary dan matrik External Factors Analysis Summary, serta matrik SWOT untuk komponen input, proses dan output. Matrik yang
sudah
dibuat
saat
FGD
mengalami
sedikit
perubahan pada beberapa item seperti penggunaan metode mengajar, pemanfaatan fasilitas laboratorium IPA
dan
melakukan
kegiatan
ekstrakurikuler
pemeriksaan
sejawat
saat dengan
peneliti kepala
sekolah. Setelah data yang ada disepakati oleh kepala sekolah, peneliti kemudian membuat analisis rencana strategis bagi peningkatan mutu sekolah di SMAK St. Petrus Comoro Dili. 4.2.1 Analisis SWOT Analisis
SWOT
dilakukan
dengan
mengindentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi peningkatan mutu sekolah di SMAK St. Petrus Comoro Dili dalam tiga aspek yaitu input, proses dan output yang dapat diuraikan sebagai berikut: a. Aspek Input Komponen input berdasarkan pendekatan sistem terbuka Lewis dan Smith (dalam Tjiptono & Diana, 2003) meliputi kemampuan dasar siswa, sumber daya finansial, fasilitas, dan program. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek input sampai diperoleh Matrik Internal Factors 36
Analysis Summary (IFAS) dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Matriks IFAS Aspek Input No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
ELEMEN SWOT KEKUATAN Kemampuan dasar siswa yang masuk baik Minat dan motivasi belajar siswa tinggi Sekolah memiliki fasilitas yang memadai Sekolah mempunyai programprogram kerja yang jelas Kemampuan finansial untuk biaya operasional sekolah terpenuhi dengan baik. Sekolah mempunyai standar disiplin yang berlaku bagi kepsek, guru, staf dan siswa Total Skor KELEMAHAN Kemampuan bahasa Portugues dan penguasaan teknologi informasi siswa kurang maksimal Pemanfaatan laboratorium IPA untuk praktikum kurang maksimal Sekolah belum mempunyai kurikulum yang tetap masih mengikuti dari dinas pendidikan Kemampuan staf (TU, keuangan, laboran) kurang memadai Supervisi kepala sekolah belum maksimal Buku-buku berbahasa Portugues di perpustakaan masih kurang. Total Skor Total Skor Akhir (Kekuatan – Kelemahan)
Bobot
Skor
Total Bobot x Skor
0,3
4
1,2
0,24
4
0,96
0,16
4
0,64
0,12
4
0,48
0,1
4
0,4
0,08
3
0,24
1
3,92
0,25
2
0,75
0,2
2
0,4
0,18
2
0,36
0,15
2
0,30
0,12
2
0,24
0,1
2
0,2
1
2,05 1,87
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2011 Untuk
aspek
input,
kekuatan
yang
paling
berpengaruh dilihat dari kemampuan dasar siswa yang masuk baik dengan bobot 0,3 dan skor 4 karena 37
sebagai input yang utama siswa yang masuk betul-betul dilihat kualitasnya melalui seleksi yang ketat. Hal ini semakin baik dengan adanya minat dan motivasi belajar mereka yang tinggi dengan bobot 0,24 dan skor 4 sehingga
akan
lebih
kreatif
dan
inovatif
dalam
pembelajaran. Usaha siswa ditunjang oleh fasilitas sekolah yang memadai diberi bobot 0,16 dan skor 4 serta kemampuan finansial untuk biaya operasional sekolah terpenuhi dengan baik dengan bobot 0,1 dan skor 4 yang diperoleh dari SPP siswa dan sumbangan dari donatur luar negeri. Kekuatan
sekolah
juga
ada
pada
program-
program kerja yang jelas dengan bobot 0,12 dan skor 4, serta standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekolah, guru, staf dan siswa yang diberi bobot 0,08 dan skor 3. Dengan kekuatan ini sekolah mempunyai kesempatan untuk
menyiapkan
diri
dalam
usaha
untuk
meningkatkan mutu sekolah khususnya mutu input. Sehingga total bobot dikalikan skor untuk faktor kekuatan adalah 3,92. Walaupun memiliki beberapa kekuatan yang bisa diandalkan, sekolah juga mempunyai kelemahankelemahan yang perlu diatasi seperti kemampuan bahasa Portugues dan penguasaan teknologi informasi siswa kurang maksimal dengan bobot 0,25 dan skor 3. Namun hal ini sebenarnya bisa diatasi dengan mencari lewat media teknologi informasi. Selain itu pemanfaatan laboratorium
IPA
untuk
praktikum
yang
kurang
maksimal dengan bobot 0,2 dan skor 2, untuk itu guru diharapkan lebih kreatif dalam menyajikan materi pelajaran, bisa mengimbangi antara teori dan praktek. 38
Sekolah juga belum mempunyai kurikulum yang tetap masih mengikuti dari dinas pendidikan yang diberi bobot 0,18 dan skor 2, oleh karena itu sekolah perlu membuat
suatu
kurikulum
khusus
yang
memuat
pokok-pokok materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran disekolah. Sekolah memiliki SDM yang kuat seperti guru dan siswa, tetapi sekolah juga memiliki kelemahan pada staf TU, keuangan, dan laboran yang kurang maksimal dalam menjalankan tugasnya sehingga manajemen dalam sekolah menjadi terganggu sehingga diberi bobot 0,15 dan skor 2. Hal ini bisa juga diakibatkan karena supervisi kepala sekolah yang belum maksimal dengan bobot 0,12 dan skor 2. Selain itu buku-buku berbahasa Portugues di perpustakaan masih kurang. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan untuk mencari literatur jika mendapat tugas dari guru diberi bobot 0,1 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 2,05, Total skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek input adalah 1,87, berarti faktor kekuatan lebih dominan daripada kelemahan. Ini berarti sekolah bisa menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang muncul. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek input dapat dilihat pada tabel 4.5. selanjutnya diberi bobot dan skor, serta dilakukan perhitungan skor akhirnya,
dan
diperoleh Matriks Eksternal Factors
Analysis Summary (EFAS) sebagai berikut:
39
Tabel 4.5 Matriks EFAS Aspek Input No.
1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5.
ELEMEN SWOT PELUANG Banyak siswa dari SMP-SMP unggul yang berminat masuk ke SMUK St. Petrus. Banyak orang tua ingin memasukkan anaknya di SMAK St. Petrus Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin mudah diakses Perguruan tinggi memberi kesempatan kepada guru yang ingin melanjutkan studi Banyak pihak luar yang tertarik untuk bekerja sama dengan sekolah Total Skor ANCAMAN Situasi ekonomi yang semakin sulit Mental siswa banyak dipengaruhi oleh situasi dalam negeri yang kurang kondusif Pemanfaatan teknologi untuk halhal yang negatif Mulai banyak beredarnya narkoba dan pornografi Kemacetan lalu lintas pada jam masuk sekolah menyebabkan siswa terlambat mengikuti pelajaran Total Skor Total Skor Akhir (Peluang – Ancaman)
Bobot
Skor
Total Bobot x Skor
0,3
4
1,2
0,23
4
0,92
0,2
4
0,8
0,17
4
0,68
0,1
3
0,3
1
3,9
0,3
3
0,9
0,25
2
0,5
0,2
2
0,4
0,15
2
0,3
0,1
2
0,2
1
2,3 1,6
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2011 Ada beberapa hal yang menjadi peluang bagi SMAK St. Petrus seperti siswa dari SMP-SMP unggul yang berminat masuk ke SMAK St. Petrus yang diberi bobot 0,3 dan skor 4. Selain itu banyak orang tua yang 40
juga ingin memasukkan anaknya di SMAK St. Petrus dengan bobot 0,23 dan skor 4 sehingga peluang ini perlu
dijaga
supaya
sekolah
tidak
mengalami
kekurangan siswa. Peluang berikut yaitu perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin mudah diakses yang diberi bobot 0,2 dan skor 4. Jika siswa maupun guru dapat menangkap peluang ini dengan baik, maka mereka akan berkembang secara maksimal, apalagi ada perguruan tinggi yang memberi kesempatan kepada guru untuk melanjutkan studi dengan bobot 0,17 dan skor 4 hal ini penting untuk menambah wawasan dan kemampuan guru. Sekolah juga perlu melihat peluang dari banyaknya pihak luar yang tertarik untuk bekerja sama
dengan
sekolah.
jika
kerjasama
itu
bisa
menguntungkan sekolah maka penting bagi sekolah untuk menjalin kerjasama ini sehingga diberi bobot 0,1 dan skor 3. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor peluang adalah 3,9. Semua hal yang sudah disebutkan merupakan peluang yang baik bagi sekolah, akan tetapi sekolah juga menemui beberapa ancaman pada aspek input seperti situasi ekonomi yang semakin sulit sehingga idealisme orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak terbentur dengan keterbatasan ekonomi yang dimiliki yang diberi bobot 0,3 dan skor 3. Situasi dalam negeri yang kurang kondusif juga bisa mempengaruhi mental siswa sehingga diberi bobot 0,25 dan
skor
2
apalagi
peredaran
narkoba
dan
pornografipun mulai berkembang dengan bobot 0,15 dan skor 2. 41
Ancaman lain yang muncul adalah pemanfaatan teknologi untuk hal-hal yang negatif seperti mengakses situs dewasa dan game online yang diberi bobot 0,2 dan skor 2. Selain itu faktor kemacetan lalu lintas pada jam masuk sekolah menyebabkan banyak siswa yang datang terlambat sehingga mereka akan ketinggalan pelajaran pada jam pertama dengan bobot 0,1 dan skor 2. Sehingga total bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,3. Hasil skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman untuk aspek input adalah 1,6, berarti faktor peluang lebih dominan dari faktor ancaman. Sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk meminimalkan ancaman yang datang. b. Aspek Proses Komponen proses meliputi
kemampuan guru,
desain pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kurikulum, media, dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan faktor kelemahan untuk aspek proses sampai diperoleh Matrik Internal Factors Analysis Summary (IFAS) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
42
Tabel 4.6 Matriks IFAS Aspek Proses No.
1. 2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4. 5. 6.
ELEMEN SWOT KEKUATAN Kualifikasi pendidikan guru baik dan ijasah sesuai pelajaran yang diampu Guru memiliki komitmen yang tinggi untuk berubah, antusias dan mempunyai disiplin diri yang baik. Mempunyai laboratorium IPA dan komputer sebagai penunjang KBM memadai Mempunyai bahan ajar berbahasa Portugues yang khusus untuk tiap mapel Standar penilaian untuk kenaikan kelas (6,5) lebih tinggi dibandingkan dengan pemerintah (6,0) Mempunyai konsep pendidikan yang beriman, berkarakter, akademis dan fisik Total Skor KELEMAHAN Kemampuan guru dalam mengajar menggunakan bahasa portugues belum maksimal Variasi penggunaan metode mengajar dan media pembelajaran belum maksimal Ketepatan dan kedalaman tugas yang diberikan kepada anak untuk memahami materi lebih lanjut masih kurang Variasi soal yang membuat anak berpikir kritis dan kreatif masih kurang Penyusunan RPP tiap guru belum maksimal Sistem analisa data masih secara manual Total Skor Total Skor Akhir (Kekuatan – Kelemahan)
Bobot
Skor
Total Bobot x Skor
0,3
4
1,2
0,25
4
1
0,18
4
0,72
0,12
3
0,36
0,1
3
0,3
0,05
3
0,15
1
3,73
0,25
3
0,75
0,2
3
0,6
0,18
2
0,32
0,15
2
0,3
0,12
2
0,24
0,1
2
0,2
1
2,41 1.32
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2011 Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada aspek proses yaitu
kualifikasi pendidikan guru yang
baik dengan ijasah sesuai pelajaran yang diampu dengan bobot 0,3 dan skor 4. Hal ini ditunjang dengan komitmen 43
guru
yang
tinggi
untuk
berubah,
antusias
dan
mempunyai disiplin diri yang baik dengan bobot 0,25 dan skor 4. Guru mempunyai minat dan motivasi untuk mengembangkan
diri
dengan
mengikuti
kursus
komputer dan internet, kursus bahasa Portugues, serta melanjutkan studi kejenjang pendidikan yang lebih tinggi akan semakin meningkatkan kualitas dan kemampuan guru tersebut. Kualitas guru ini ditunjang dengan sekolah juga memiliki
laboratorium
IPA
dan
komputer
sebagai
penunjang KBM, bahkan fasilitas lab IPA ini sering disewa oleh perguruan tinggi yang lain untuk praktek dan penelitian mahasiswanya yang diberi bobot 0,18 dan skor 4. Kekuatan yang lain yaitu sekolah mempunyai bahan ajar berbahasa Portugues yang khusus untuk tiap mata pelajaran, dan bahan ajar ini sering menjadi contoh untuk sekolah lain sehingga diberi bobot 0,12 dan skor 3. Sekolah juga mempunyai standar penilaian untuk kenaikan kelas (6,5) yang mana standar ini lebih tinggi dibandingkan
dengan
standar
yang
ditetapkan
pemerintah (6,0) hal ini sengaja dilakukan oleh sekolah untuk
membuat
siswa
semakin
terpacu
untuk
berprestasi, dan pada saat Ujian Akhir Nasioan (UAN) yang mana soal dan standar kelulusan dibuat oleh pemerintah, siswa tidak mengalami kesulitan, item ini diberi bobot 0,1 dan skor 3. Kekuatan terakhir yaitu guru diharapkan bisa membina siswa dengan konsep pendidikan yang holistik meliputi iman, karakter, akademis dan fisik karena sekolah mempunyai prinsip tidak saja mendidik siswa 44
sebagai seorang yang intelek tetapi juga sebagai orang yang bermoral dengan bobot 0,05 dan skor 3. Sehingga total bobot dikalikan skor untuk faktor kekuatan adalah 3,73. Adapun kelemahan yang dimiliki sekolah dalam aspek proses seperti kemampuan guru dalam mengajar menggunakan bahasa Portugues belum maksimal yang diberi
bobot
0,25
dan
skor
3,
faktor
ini
bisa
mempengaruhi guru dalam mengelola PBM yaitu variasi penggunaan metode dan media pembelajaranpun menjadi belum maksimal sehingga diberi bobot 0,2 dan skor 3. Selain itu ketepatan dan kedalaman tugas yang diberikan kepada anak untuk memahami materi lebih lanjut masih kurang yang diberi bobot 0,18 dan skor 2. Hal ini perlu diperbaiki karena tugas penting bagi siswa sebab dengan mengerjakan tugas-tugas yang ada mereka bisa lebih memperdalam materi yang didapat disekolah dan sebagai bahan untuk latihan dirumah. Selain itu variasi soal yang membuat anak berpikir kritis dan kreatif masih kurang dengan bobot 0,15 dan skor 2. Walaupun setiap ujian cawu soal yang diberikan harus dalam bentuk essay, namun ada beberapa guru yang
memberikan
soal-soal
yang
belum
semuanya
mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Kurang maksimalnya guru dalam membuat RPP juga bisa menjadi faktor kelemahan karena dengan RPP yang baik guru bisa menerapkan langkah-langkah yang ada dalam PBM sehingga berjalan lebih teratur dan tepat pada sasaran
sehingga
diberi
bobot
0,12
dan
skor
2.
Kelemahan terakhir yaitu sistem analisa data masih secara manual diberi bobot 0,1 dan skor 2. Semua 45
aktifitas disekolah masih dijalankan secara manual sehingga perlu dirubah dalam sistem komputerisasi sehingga mempermudah dalam kegiatan. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan yaitu 2,41. Hasil akhir total bobot dikalikan skor faktor kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,32. Dari kedua faktor yang mempengaruhi aspek proses SMAK St. Petrus tersebut ternyata faktor kekuatan menjadi faktor yang
lebih
dominan
daripada
faktor
kelemahan.
Kelemahan-kelemahan yang ada bisa diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek Proses dapat dilihat dalam Matriks Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) pada tabel 4.7 sebagai berikut:
46
Tabel 4.7 Matriks EFAS Aspek Proses No. 1. 2. 3. 4. 5.
1. 2. 3. 4. 5.
ELEMEN SWOT PELUANG Semakin banyak media pembelajaran yang bisa diakses Banyak pelatihan yang bagus dan inovatif untuk pengembangan diri guru Pemerintah menfasilitasi kursus bahasa Portugues untuk semua guru. Beberapa universitas berminat bekerja sama dalam bidang sains Ada kebutuhan orang tua akan pendidikan kristiani yang baik. Total Skor ANCAMAN Semakin tingginya persaingan positif antar sekolah Kesempatan sekolah lain (negeri) mendapatkan dana dari pemerintah lebih terbuka Pemerintah memindahkan guruguru dengan status PNS dan kontrak kesekolah lain Kurikulum yang dibuat pemerintah sering mengalami perubahan Orang tua kurang kooperatif dengan guru Total Skor Total Skor Akhir (Peluang – Ancaman)
Bobot
Skor
Total Bobot x skor
0,3
4
1,2
0,26
4
1,04
0,2
4
0,8
0,14
4
0,56
0,1
3
0,3
1
3,9
0,3
2
0,6
0,27
2
0,54
0,2
2
0,4
0,13
1
0,13
0,1
1
0,1
1
1,77 2,13
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2011 Untuk
aspek
peluang,
semakin
banyak
media
pembelajaran yang bisa diakses merupakan salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan pengetahuannya dengan bobot 0,3 dan skor 4.
Selain itu guru juga bisa mengikuti pelatihan
yang bagus dan inovatif untuk pengembangan dirinya 47
seperti latihan kepemimpinan, pengelolaan laboratorium, juga
latihan-latihan
pengetahuan
dan
yang teknologi
berkaitan
dengan
ilmu
seperti
internet
dan
penggunaan media dalam pembelajaran diberi bobot 0,26 dan skor 4. Hal ini didukung oleh pemerintah yang menfasilitasi kursus bahasa Portugues untuk semua guru dengan bobot 0,2 dan skor 4. Selain itu beberapa universitas berminat bekerja sama dalam bidang sains karena sekolah mempunyai fasilitas laboratorium IPA yang baik dengan bobot 0,14 dan skor 4. Hal ini bisa mendorong dibentuknya Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) sehingga siswa lebih di asah kemampuannya. Sebagai sekolah Katolik sekolah juga bisa menangkap peluang adanya kebutuhan orang tua terhadap pendidikan Kristiani yang baik. Karena orang tua mengharapkan anaknya kelak tidak saja mempunyai ilmu pengetahuan yang baik tapi juga menjadi anak yang bermoral yang diberi bobot 0,1 dan skor 3. Total bobot dikalikan skor untuk faktor peluang adalah 3,9. Untuk faktor ancaman yang paling berpengaruh datang dari semakin tingginya persaingan positif antar sekolah yang diberi bobot 0,3 dan skor 2 ini mendorong SMAK
St.
Petrus
untuk
lebih
giat
lagi
untuk
meningkatkan kualitasnya. Apalagi kesempatan sekolah lain dalam hal ini sekolah negeri untuk mendapatkan dana dari pemerintah lebih terbuka dengan bobot 0,27 dan skor 2. Selain itu ancaman juga datang dari pemerintah jika memindahkan
guru-guru
dengan
status
PNS
dan
kontrak kesekolah lain juga bisa menimbulkan kesulitan 48
bagi sekolah, karena hampir sebagian besar guru di SMAK St. Petrus adalah PNS dan guru kontrak dari pemerintah sehingga diberi bobot 0,2 dan skor 2. Selain itu Kurikulum yang dibuat pemerintah sering mengalami perubahan bersamaan dengan pergantian partai yang berkuasa dalam pemerintahan dengan bobot 0,13 dan skor 1. Usaha sekolah untuk meningkatkan mutu juga perlu mendapat dukungan dari orang tua, karena jika orang
tua
kurang
kooperatif
dengan
guru
dalam
mendidik anak maka semua kesalahan yang dilakukan anak maupun kegagalan anak akan dilimpahkan kepada sekolah sehingga diberi bobot 0,1 dan skor 1. Total bobot dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 1,77 maka total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 2,13. Dari
hasil
analisis
faktor
eksternal
tersebut
diketahui bahwa SMAK St. Petrus mempunyai banyak peluang yang masih bisa dimanfaatkan. Memang ada beberapa hal yang menjadi ancaman dalam aspek proses yang perlu mendapat perhatian, tetapi faktor peluang masih lebih dominan. c. Aspek Output Komponen output meliputi prestasi siswa dan pasca kelulusan. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek Output yang diperoleh melalui FGD dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini. Tahap selanjutnya diberi bobot dan penilaian, serta dilakukan perhitungan skor akhirnya, dan diperoleh Matrik Internal Factors Analysis Summary (IFAS) sebagai berikut:
49
Tabel 4.8 Matriks IFAS Aspek Output No.
1. 2. 3. 4.
1. 2.
3.
4.
ELEMEN SWOT KEKUATAN Banyak lulusan SMUK St. Petrus mendapat beasiswa pemerintah untuk sekolah di luar negeri. Prosentase kelulusan dan nilai ratarata UAN tinggi Mempunyai prestasi akademik dan non akademik sampai tingkat nasional Mempunyai organisasi alumni yang selalu berpartisipasi dalam kegiatankegiatan disekolah Total Skor KELEMAHAN Kurangnya waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler Output yang dihasilkan berprestasi tapi tidak disiapkan untuk terjun kedunia kerja Beberapa lulusan tidak lanjut ke perguruan tinggi karena faktor ekonomi Sekolah tidak mempunyai data output yang lanjut ke perguruan tinggi maupun yang langsung bekerja Total Skor Total Skor Akhir (Kekuatan – Kelemahan)
Bobot
Skor
Total Bobot x Skor
0,4
4
1,6
0,3
4
1,2
0,2
4
0,8
0,1
3
0,3
1
3,9
0,4
2
0,8
0,3
2
0,6
0,2
2
0,4
0,1
1
0,1
1
1,9 2
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2011 Untuk
aspek
output,
kekuatan
berasal
dari
banyaknya lulusan SMAK St. Petrus yang mendapat beasiswa pemerintah untuk sekolah di luar negeri yang diberi bobot 0,4 dan skor 4. Pemberian beasiswa ini melalui proses tes administrasi (nilai yang baik), tes tertulis, sampai tes wawancara. Faktor ini didukung oleh prosentase kelulusan dan nilai rata-rata UAN yang tinggi dengan bobot 0,3 dan skor 4. Kekuatan berikut yaitu sekolah mempunyai prestasi akademik dan non akademik 50
sampai
tingkat
nasional.
Prestasi-prestasi
ini
dapat
dijadikan sebagai ajang promosi sekolah, karena dengan banyaknya prestasi orang semakin mengenal sekolah dan tertarik untuk mendaftarkan anaknya kesekolah yang mempunyai banyak prestasi sehingga diberi bobot 0,2 dan skor 4. Sekolah juga mempunyai organisasi alumni yang selalu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan disekolah diberi bobot 0,2 dan skor 4. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor kekuatan adalah 3,9. Selain kelemahan
kekuatan, dalam
sekolah
aspek
output
juga dan
mempunyai yang
paling
berpengaruh adalah kurangnya waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler, hal ini menyebabkan ada siswa yang berpotensi
tetapi
tidak
bisa
menyalurkan
bakatnya
karena waktu yang kurang yang diberi bobot 0,4 dan skor 2. Sekolah juga tidak mempunyai data output yang lanjut ke perguruan tinggi maupun yang langsung bekerja. Hal ini diketahui dari tidak adanya data atau dokumentasi yang menunjukkan keadaan alumni sampai dengan saat ini dengan bobot 0,3 dan skor 2. Selain itu faktor output yang dihasilkan berprestasi tetapi tidak disiapkan untuk terjun kedunia kerja, padahal beberapa lulusan tidak lanjut keperguruan tinggi karena faktor ekonomi yang diberi bobot 0,1 dan skor 1. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan pada aspek output adalah 1,9, sehingga total skor akhir IFAS untuk aspek output adalah 2. Dari kedua faktor yang mempengaruhi output SMAK St. Petrus tersebut ternyata faktor kekuatan menjadi faktor yang lebih dominan daripada faktor kelemahan.
51
Kelemahan-kelemahan yang ada bisa diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang lebih dominan itu Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek output dapat dilihat pada tabel 4.9. selanjutnya faktorfaktor tersebut diberi bobot dan skor, serta dilakukan perhitungan
skor
akhirnya,
dan
diperoleh
Matriks
Eksternal Factors Analysis Summary (EFAS) sebagai berikut: Tabel 4.9 Matriks EFAS Aspek Output No. 1. 2. 3. 4.
1. 2. 3. 4.
ELEMEN SWOT PELUANG Bebas tes masuk dari PTN untuk siswa yang mempunyai NEM tinggi Adanya kerjasama yang baik dengan orang tua siswa maupun alumni Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin tinggi Adanya kesadaran dari orang tua untuk mendidik anak bermental Kristiani yang baik Total Skor ANCAMAN Orang tua melihat keberhasilan anak dari sisi hasil/ nilai bukan dari proses Ambisi orang tua yang tidak realistik kepada anak PT tidak siap untuk menampung lulusan yang berprestasi tetapi kurang mampu ekonominya Semakin banyak tuntutan dari masyarakat terhadap output yang dihasilkan Total Skor Total Skor Akhir (Peluang – Ancaman)
Bobot
Skor
Total Bobot x Skor
0,4
4
1,6
0,3
4
1,2
0,2
3
0,6
0,1
3
0,3
1
3,7
0,4
2
0,8
0,3
2
0,6
0,2
1
0,2
0,1
1
0,1
1
1,7 2
Sumber : Hasil Focus Group Discussion, 2011 52
Salah satu peluang yang bisa dimanfaatkan sekolah yaitu bebas tes masuk dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) untuk siswa yang mempunyai NEM tinggi, dengan ini siswa yang berprestasi tetapi mempunyai kemampuan ekonomi yang rendah bisa melanjutkan sekolahnya sehingga diberi bobot 0,4 dan skor 4. Peluang berikut yaitu adanya kerjasama yang baik dengan orang tua siswa maupun alumni. Peran serta orang tua ini bisa mendukung program-program yang diselenggarakan oleh sekolah dengan bobot 0,3 dan skor 4. Hal ini didukung juga dengan adanya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah yang semakin tinggi yang diberi bobot 0,2 dan skor 3 serta adanya kesadaran dari orang tua untuk mendidik anak bermental Kristiani yang baik dengan bobot 0,1 dan skor 3. Adanya kepercayaan ini membuat sekolah bisa terus menjalin kerjasama yang baik dengan orang tua alumni. Total akhir bobot dikalikan skor untuk faktor peluang aspek output adalah 3,7. Untuk aspek output faktor yang sangat mengancam yaitu orang tua melihat keberhasilan anak dari sisi hasil atau nilai bukan dari proses dengan bobot 0,4 dan skor 2, oleh karena itu orang tua sering memiliki ambisi yang tidak realistik kepada anak sehingga diberi bobot 0,3 dan skor 2. Ancaman berikut perguruan tinggi tidak siap untuk
menampung
lulusan
yang
berprestasi
tetapi
kurang mampu secara ekonomi, diakibatkan kurangnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perguruan tinggi yang diberi bobot 0,2 dan skor 1. Ancaman terakhir semakin banyak tuntutan dari masyarakat terhadap output yang dihasilkan. Masyarakat mempunyai harapan sekolah bisa menghasilkan output 53
yang
mandiri,
jujur,
tagwa
kepada
Tuhan,
bertanggungjawab, disiplin, bekerja keras dan nilai-nilai positif lainnya yang diberi bobot 0,1 dan skor 1. Total bobot dikali skor untuk faktor ancaman adalah 1,7 maka total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor ancaman adalah 2. Dari
hasil
analisis
faktor
eksternal
tersebut
diketahui bahwa SMAK St. Petrus mempunyai banyak peluang yang masih bisa dimanfaatkan. Memang ada beberapa hal yang menjadi ancaman dalam aspek proses yang perlu mendapat perhatian, tetapi sekolah bisa memanfaatkan
peluang
yang
ada
untuk
mengatasi
ancaman-ancaman yang muncul. 4.2.2 Rencana Strategis a. Rencana Strategis Peningkatan Mutu Aspek Input Setelah
mengidentifikasi
berbagai
faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek input kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4. 10 Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek Input IFAS Kategori Total Skor Kekuatan 3,92 (S) Kelemahan 2,05 (W) Total (S – W) 1,87
EFAS Kategori Total Skor Peluang 3,9 (O) Ancaman 2,3 (T) Total (O – T) 1,6
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal untuk aspek input di SMAK St. Petrus diperoleh hasil skor akhir IFAS (kekuatan-kelemahan) 54
adalah 1,87 Sedangkan skor akhir EFAS (peluangancaman) adalah 1,6. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
strategi
opportunity)
berada
yang
di
kuadran
mendukung
SO
(strenght-
strategi
agresif,
menggunakan kekuatan dari lingkungan internal sekolah dan meraih peluang yang ada pada lingkungan eksternal untuk meningkatkan mutu sekolah khususnya pada aspek
input
(Umar,
2002).
Hasil
analisis
tersebut
digambarkan pada gambar 4.1 berikut:
3 2
( 1,87;1,6)
KUADRAN S-O Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
1 Kelemahan -3
-2
1
-1 -1
2
3
Kekuatan
-2 -3
Ancaman
Gambar 4.1Matrik SWOT untuk Aspek Input
55
Eksternal
bekerja sama dengan sekolah
Banyak pihak luar yang tertarik untuk
guru yang ingin melanjutkan studi
PT memberi kesempatan kepada
diakses
dan informasi yang semakin mudah
Perkembangan teknologi komunikasi
anaknya di SMAK St. Petrus
Banyak orang tua ingin memasukkan
Petrus.
Faktor
yang berminat masuk ke SMUK St.
Internal
Banyak siswa dari SMP-SMP unggul
Faktor
Peluang
Kekuatan Kemampuan dasar siswa
1. Membuat program bimbingan konseling
yang masuk baik Minat dan motivasi belajar
untuk mempersiapkan diri siswa. 2. Pengembangan fasilitas sekolah berbasis
siswa tinggi Sekolah memiliki fasilitas yang memadai
TIK sebagai sarana belajar siswa. 3. Mendayagunakan fasilitas sekolah dengan membentuk klub-klub prestasi untuk
Sekolah mempunyai program-program kerja yang jelas
mengembangkan potensi siswa. 4. Memberdayakan guru dengan program-
diprogram pelatihan yang berkualitas dan
Kemampuan finansial untuk biaya operasional
beasiswa studi lanjut sebagai upaya
sekolah terpenuhi dengan
peningkatan kinerja. 5. Membuka lab bahasa untuk meningkatkan
baik Sekolah mempunyai
kemampuan siswa dan guru.
standar disiplin yang
6. Memberdayakan kepala sekolah dengan
berlaku bagi kepsek,
pelatihan kepemimpinan dan manajerial.
guru, staf dan siswa.
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana
strategis
yang
perlu
dibuat
sebagai
upaya 56
peningkatan mutu sekolah untuk aspek input di SMAK St. Petrus adalah : 1) Membuat program bimbingan konseling untuk
mempersiapkan
diri
siswa,
2)
Pengembangan
fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar siswa, 3) Mendayagunakan fasilitas sekolah dengan membentuk klub-klub prestasi untuk mengembangkan potensi siswa, 4)Memerdayakan guru dengan program-program pelatihan yang berkualitas dan beasiswa studi lanjut sebagai upaya peningkatan kinerja, 5) Membuka lab bahasa untuk meningkatkan Memberdayakan
kemampuan kepala
siswa
sekolah
dan dengan
guru,
6)
pelatihan
kepemimpinan dan manajerial. b. Rencana
Strategis
Peningkatan
Mutu
Sekolah
Aspek Proses Setelah
mengidentifikasi
berbagai
faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk aspek proses kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4. 11 Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek Proses IFAS Kategori Total Skor Kekuatan 3,73 (S) Kelemahan 2,41 (W) Total (S – W) 1,32
EFAS Kategori Total Skor Peluang 3,9 (O) Ancaman 1,77 (T) Total (O – T) 2,13
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS) untuk aspek proses di SMAK St. Petrus diperoleh hasil skor akhir IFAS aspek proses (kekuatan-kelemahan) adalah 1,32 57
Sedangkan skor akhir EFAS aspek proses (peluangancaman) adalah 2,13. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa
strategi
opportunity)
berada
yang
di
kuadran
mendukung
SO
(Strenght-
strategi
agresif,
memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menangkap peluang yang ada dari luar. Hasil analisis tersebut pada gambar 4.2 berikut:
Peluang
KUADRAN S-O Strategi Agresif
3 2
( 1,32;2,13)
Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
1 Kelemahan
-2
-1
1
2
3
Kekuatan
-1 -2
Ancaman
Gambar 4.2: Matrik SWOT untuk Aspek Proses
58
Eksternal Faktor
Kekuatan Kualifikasi pendidikan guru baik dan ijasah sesuai pelajaran yang diampu Guru memiliki komitmen yang tinggi untuk berubah, antusias dan mempunyai disiplin diri yang baik. Mempunyai laboratorium IPA dan komputer sebagai penunjang KBM memadai Mempunyai bahan ajar berbahasa Portugues yang khusus untuk tiap mapel Standar penilaian untuk kenaikan kelas (6,5) lebih tinggi dibandingkan dengan pemerintah (6,0) Mempunyai konsep pendidikan yang beriman, berkarakter, akademis dan fisik
1.
Memberdayakan
guru
Beberapa universitas berminat bekerja sama dalam bidang sains
Pemerintah menfasilitasi kursus bahasa Portugues untuk semua guru.
Ada kebutuhan orang tua akan pendidikan kristiani yang baik.
Internal Faktor
Banyak pelatihan yang bagus dan inovatif untuk pengembangan diri guru
Semakin banyak media pembelajaran yang bisa diakses
Peluang
untuk
menggunakan media atau teknologi pembelajaran dalam PBM. 2.
Mengembangkan program pembelajaran yang kreatif dan inovasi.
3.
Melengkapi staf dengan ketrampilan yang
diperlukan
untuk
peningkatan
kinerja. 4.
Mengembangkan yang
instrumen
evaluasi
sebagai
dasar
standar
pengembangan PBM, pembinaan guru dan siswa. 5.
Mengembangkan
program
character
building untuk siswa. 6.
Mengembangkan sistem komputerisasi dalam mengolah database sekolah
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu sekolah untuk aspek proses di SMAK St. Petrus adalah: 1) Memberdayakan guru untuk menggunakan media atau teknologi pembelajaran dalam 59
PBM; 2) mengembangkan program pembelajaran yang kreatif
dan
inovatif;
3)
melengkapi
staf
dengan
ketrampilan yang diperlukan untuk peningkatan kinerja; 4) Mengembangkan instrumen evaluasi yang standar sebagai dasar pengembangan PBM, pembinaan guru dan siswa; 5) Mengembangkan program character building untuk siswa; 6) Mengembangkan sistem komputerisasi dalam mengolah database sekolah. c. Rencana
Strategis
Peningkatan
Mutu
Sekolah
Aspek Output Setelah
mengidentifikasi
berbagai
faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman untuk faktor output kemudian diberi bobot dan skor maka hasil perhitungan untuk total skor akhir adalah sebagai berikut: Tabel 4. 11 Skor Akhir IFAS dan EFAS untuk Aspek Output IFAS Kategori Total Skor Kekuatan 3,9 (S) Kelemahan 1,9 (W) Total (S – W) 2
EFAS Kategori Total Skor Peluang 3,7 (O) Ancaman 1,7 (T) Total (O – T) 2
Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal (IFAS) dan lingkungan eksternal (EFAS) untuk aspek output di SMAK St. Petrus diperoleh hasil skor akhir IFAS aspek output (kekuatan-kelemahan) adalah 2 Sedangkan skor akhir EFAS aspek output (peluang-ancaman) adalah 2. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa strategi berada di kuadran SO (strength-opportunity) yang mendukung strategi agresif, memanfaatkan peluang yang ada dari luar 60
untuk mengatasi kelemahan yang muncul dari dalam lingkungan internal sekolah sebagai upaya peningkatan mutu sekolah khususnya pada aspek output. Hasil analisis tersebut digambarkan pada gambar 4.2
KUADRAN S-O Strategi Agresif Memanfaatkan kekuatan untuk menangkap peluang yang ada
3 ( 2; 2)
2 1 Kelemahan
-2
-1
1
2
3
Kekuatan
-1 -2
Ancaman
Gambar 4.3: Matrik SWOT untuk Aspek Output
61
Eksternal Faktor
Kekuatan Banyak lulusan SMUK St. Petrus mendapat beasiswa pemerintah untuk sekolah di luar negeri. Prosentase kelulusan dan nilai rata-rata UAN tinggi Mempunyai prestasi akademik dan non akademik sampai tingkat nasional
Adanya kesadaran dari orang tua untuk mendidik anak bermental Kristiani yang baik
Kepercayaan masyarakat terhadap sekolah semakin tinggi
Adanya kerjasama yang baik dengan orang tua siswa maupun alumni
Bebas tes masuk dari PTN untuk siswa yang mempunyai NEM tinggi
Internal Faktor
Peluang
1. Penambahan jam belajar, remedial teaching dan evaluating 2. Mengintensifkan pelaksanaan dan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler 3. Membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan
Mempunyai organisasi alumni yang selalu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan disekolah
Berdasarkan hasil analisis SWOT tersebut, maka rencana strategis yang perlu dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk aspek output di SMAK St. Petrus adalah : 1) Penambahan jam belajar, remedial teaching dan evaluating, 2) Mengintensifkan pelaksanaan dan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler, 3) Membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan.
62
4.3 Pembahasan 4.3.1 Analisis SWOT a. Analisis SWOT untuk Aspek Input Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor
lingkungan
internal
dan
faktor
lingkungan
eksternal aspek input SMAK St. Petrus maka diperoleh hasil
skor
(kekuatan
akhir –
lingkungan
kelemahan)
internal
adalah
1,87.
aspek
input
Angka
ini
menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari pada faktor kelemahan sehingga dengan kekuatan siswa berupa kemampuan dasar yang baik dengan motivasi belajar yang tinggi bisa mengatasi kelemahannya dalam menguasai bahasa Portugues dan teknologi informasi. Selain itu kekuatan sekolah berupa fasilitas dan biaya operasional
yang
memadai
bisa
digunakan
untuk
memberdayakan kepala sekolah, guru dan staf dengan pelatihan-pelatihan yang berkualitas. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek input (peluang – ancaman) adalah 1,6. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman-ancaman yang muncul. Hasil perhitungan IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa posisi SMAK St. Petrus berada pada titik (1,87 ; 1,6) berarti ada pada
kuadran
SO
(Strength
–
Opportunities).
ini
merupakan situasi yang sangat menguntungkan karena sekolah memiliki kekuatan dan peluang yang lebih dominan sehingga perlu diterapkan strategi agresif yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif dengan menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari luar. 63
b. Analisis SWOT untuk Aspek Proses Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor
lingkungan
internal
dan
faktor
lingkungan
eksternal aspek proses di SMAK St. Petrus maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek proses (kekuatan – kelemahan) adalah 1,32. Angka ini menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih dominan dari pada
faktor
kelemahan
sehingga
sekolah
bisa
memanfaatkan kekuatan yang ada untuk mengatasi kelemahan yang muncul seperti kualifikasi pendidikan guru yang baik dengan komitmen yang tinggi untuk berubah
bisa
mengatasi
kelemahan
guru
dalam
mengelola PBM menjadi lebih kreatif dan inovatif. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek proses (peluang – ancaman) adalah 2,13. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi ancaman yang muncul. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa posisi SMAK St. Petrus berada pada titik (1,32 ; 2,13) berarti ada pada kuadran SO (Strength – Opportunities). strategi yang harus diterapkan pada kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif atau strategi agresif yaitu menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk memanfaatkan peluang dari luar. c. Analisis SWOT untuk Aspek Output Berdasarkan hasil perhitungan analisis terhadap faktor
lingkungan
internal
dan
faktor
lingkungan
eksternal aspek output di SMAK St. Petrus maka diperoleh hasil skor akhir lingkungan internal aspek output (kekuatan – kelemahan) adalah 2. Angka ini 64
menunjukkan bahwa faktor kekuatan lebih besar dari pada
faktor
kelemahan
sehingga
sekolah
bisa
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan yang terjadi seperti dengan adanya organisasi alumni bisa mengatasi kelemahan sekolah dalam hal mendata output yang dihasilkan. Sedangkan skor akhir lingkungan eksternal aspek output (peluang – ancaman) adalah 2. Ini menunjukkan bahwa faktor peluang masih lebih dominan dari faktor ancaman sehingga sekolah bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk mereduksi kelemahan
yang
muncul.
Dari
hasil
ini
dapat
disimpulkan bahwa posisi SMAK St. Petrus berada pada titik (2 ; 2) berarti ada pada posisi atau kuadran SO (Strength – Opportunities) yang mengindikasikan perlu diterapkan strategi agresif yaitu menggunakan kekuatan yang ada pada sekolah untuk menangkap peluang dari luar. 4.3.2 Rencana Strategis a. Rencana Strategis untuk Aspek Input Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (Strengths – Oppurtunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan.
Strategi
ini
menggunakan
kekuatan
internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk input di SMAK St. Petrus. Renstra pertama, membuat program bimbingan konseling untuk mempersiapkan diri siswa. Selama ini bimbingan konseling belum pernah dijalankan disekolah, malahan jika siswa mempunyai masalah atau keluhan, 65
cuma menyampaikan kepada wali kelas atau kepala sekolah. tidak ada guru BP yang khusus menanganinya. Oleh karena itu Program bimbingan konseling ditujukan untuk membantu siswa dalam menghadapi masalahmasalah maupun membantu siswa memilih jurusan bagi kelanjutan studinya sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan dirinya, program ini bisa dilaksanakan secara terus menerus mengikuti pelaksanaan program pendidikan di sekolah sehingga pada akhirnya bisa mengarahkan siswa dalam proses mempersiapkan diri untuk bekerja dan berguna kelak dalam masyarakat. Renstra kedua, pengembangan fasilitas sekolah berbasis
TIK
sebagai
sarana
belajar
siswa.
Pengembangan fasilitas sekolah berbasis TIK sebagai sarana belajar siswa. Sebagai input utama dalam suatu sekolah, siswa perlu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi
dan
komunikasi
untuk
mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan sebagai sarana
belajarnya
sehingga
bisa
meningkatkan
prestasinya disekolah. Dengan kemajuan teknologi siswa bisa menggunakannya untuk mencari materi-materi yang diperlukan melalui internet sehingga akan semakin memperluas wawasan berpikirnya. Untuk membantu usaha siswa sekolah perlu menfasilitasi sarana belajar siswa yang berbasis TIK seperti internet. Renstra ketiga, mendayagunakan fasilitas sekolah dengan
membentuk
klub-klub
prestasi
untuk
mengembangkan potensi siswa. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki
sekolah
bisa
dimanfaatkan
untuk
mengembangkan potensi siswa seperti membentuk klubklub prestasi sehingga siswa yang mempunyai bakat 66
atau
kemampuan
yang
lebih
baik
dalam
bidang
akademis, seni maupun olahraga, dapat diasah dan dikembangkan
kemampuannya
melalui
klub-klub
prestasi yang dibentuk seperti klub bahasa, klub sains, klub basket, klub bola kaki, klub seni, klub jurnalistik dan lain–lain. Klub ini dikembangkan sesuai dengan potensi, bakat, minat dan prestasi siswa dibawah bimbingan seorang guru yang mempunyai kemampuan pada bidang-bidang tersebut. Renstra keempat, memberdayakan guru dengan program-program
pelatihan
yang
berkualitas
dan
beasiswa studi lanjut sebagai upaya peningkatan kinerja. kemampuan finansial sekolah yang memadai ditunjang dengan banyaknya bantuan dari donatur luar negeri bisa dimanfaatkan
untuk
program-program
memberdayakan pelatihan
guru
seperti
melalui pelatihan
laboratorium dan kursus bahasa Portugues. Selain itu sekolah bisa memberikan beasiswa kepada guru yang berprestasi. Karena dengan pendidikan dan ketrampilan yang
memadai,
guru
bisa
menyiapkan
diri
untuk
mendidik siswa sebagai input yang bermutu. Renstra kelima, membuka lab bahasa untuk meningkatkan kemampuan siswa dan guru. Salah satu permasalahan yang sangat mengganggu dalam PBM yaitu kemampuan bahasa Portugues dari siswa maupun guru yang kurang maksimal. Oleh karena itu dengan penggadaan lab bahasa di sekolah merupakan upaya yang baik untuk meningkatkan kemampuan bahasa Portugues bagi siswa dan guru. Renstra keenam, memberdayakan kepala sekolah dengan
pelatihan
kepemimpinan
dan
manajerial. 67
Beberapa kelemahan yang terjadi disekolah di akibatkan karena kemampuan memimpin dan manajerial kepala sekolah yang kurang maksimal. Oleh karena itu dengan pelatihan kepemimpinan dan manajerial yang di ikuti kepala
sekolah
diharapkan
kinerja
kepala
sekolah
semakin meningkat. b. Rencana Strategis untuk Aspek Proses Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (Strengths – Oppurtunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan.
Strategi
ini
menggunakan
kekuatan
internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk proses di SMAK St. Petrus. Renstra pertama, memberdayakan guru untuk menggunakan media atau teknologi pembelajaran dalam PBM.
Dengan
teknologi
semakin
dewasa
ini
berkembangnya guru
perlu
kemajuan
memanfaatkan
kesempatan ini untuk mengembangkan kemampuaanya secara maksimal. Guru tidak cukup mengajar secara kreatif
saja,
tetapi
perlu
menggunakan
teknologi
informasi dalam proses belajar mengajar. Melalui media internet
guru
bisa
mencari
materi-materi
sebagai
tambahan dalam menyiapkan bahan ajar untuk siswa. Dengan bantuan media informasi guru dapat melakukan suatu proses pembelajaran yang kreatif dan menarik. Dari situ diharapkan semakin meningkatkan minat belajar siswa dan kemampuan guru sendiripun semakin meningkat.
Untuk
proses
evaluasi
guru
bisa
menggunakan sistem komputerisasi sehingga data-data 68
dapat disimpan dan dapat diakses kapan saja. Usaha guru
ini
perlu
menyediakan
didukung
fasilitas
oleh
internet
sekolah
disekolah
dengan
yang
bisa
diakses oleh guru kapan saja. Renstra pembelajaran metode
kedua,
mengembangkan
yang
kreatif
mengajar
yang
dan
inovatif.
program Penerapan
konvensional
sangat
membosankan siswa. Oleh karena itu guru harus bisa membuat program pembelajaran yang kreatif dan inovasi sehingga bisa menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran tersebut. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan cara mengkombinasikan teori dengan praktek lab untuk mata pelajaran kimia, fisika dan biologi. Bisa juga menggunakan media pembelajaran balok, kubus, dll yang dibuat sendiri untuk pelajaran matematika, debat bahasa Inggris, dan pembelajaran kreatif lainnya. Hal ini harus dikoordinasikan secara mantap antara guru dan sekolah, sehingga jika membutuhkan fasilitas tertentu sekolah bisa menyediakan. Renstra
ketiga,
melengkapi
staf
dengan
ketrampilan yang diperlukan untuk peningkatan kinerja. Untuk meningkatkan kinerja staf seperti perlu dibuat program-program yang memperkaya kemampuan dan ketrampilan staf sesuai dengan bidang kerjanya masingmasing. Dengan banyaknya pelatihan-pelatihan yang diadakan pemerintah maupun swasta, sekolah bisa memberikan
kesempatan
kepada
staf
untuk
mengikutinya. Jika pelatihan itu memerlukan biaya, bisa diambil dari dana sekolah. selama ini pelatihan lebih banyak diberikan untuk mengasah dan mengembangkan kemampuan serta ketrampilan guru, namun staf TU, 69
keuangan dan laboranpun perlu mengikuti pelatihanpelatihan untuk meningkatkan kualitasnya, sehingga dalam prosesnya semua bisa bekerja secara maksimal untuk meningkatkan mutu sekolah. Renstra
keempat,
mengembangkan
instrumen
evaluasi yang standar sebagai dasar pengembangan PBM, pembinaan guru dan siswa. Standar yang kenaikan kelas yang ditetapkan oleh sekolah 6,5 yang lebih tinggi dari standar pemerintah 6,0 merupakan hal yang baik, akan tetapi untuk mencapai standar tersebut guru perlu mempunyai pegangan instrumen evaluasi yang standar. Hal ini bisa memperjelas apa saja yang masuk dalam kriteria penilaian, menggunakan alat atau indikator apa untuk melakukan penilaian, dan apakah hasil penilaian itu dapat ditindaklanjuti atau dijalankan dalam usaha meningkatkan prestasi siswa. Renstra
kelima,
mengembangkan
program
character building untuk siswa. Pembentukan karakter ini berkaitan dengan pembentukan iman, mental dan kepribadian
siswa.
Character
building
dapat
diprogramkan ke dalam suatu pendidikan karakter yang diarahkan untuk mengubah siswa menjadi manusia yang semakin utuh, mampu membangun relasi dengan sesama,
kritis,
berlandaskan
moral
mempunyai yang
baik.
kebebasan Untuk
tetapi
membentuk
karakter siswa yang kuat maka perlu disusun kurikulum yang
dapat
mencakup
nilai-nilai
karakter
yang
diharapkan muncul pada diri siswa melalui PBM. Nilainilai karakter yang diharapkan tumbuh pada diri siswa seperti kasih sayang, kemandirian, menghargai orang lain, jujur, adil, aktif dan kreatif juga bisa bertanggung 70
jawab. Program pendidikan karakter bisa disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. Renstra komputerisasi
keenam, dalam
Mengembangkan
sistem
mengolah database sekolah.
Proses pengolahan database sekolah secara manual mengakibatkan banyak urusan sekolah yang terhambat, seperti urusan administrasi maupun keuangan sekolah. Dengan
adanya
sistem
komputerisasi
akan
mempermudah dalam mengolah semua data yang ada. c. Rencana Strategis untuk Aspek Output Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk IFAS dan EFAS menghasilkan strategi di kuadran SO (Strengths – Oppurtunities), yaitu strategi agresif yang mendukung pertumbuhan.
Strategi
ini
menggunakan
kekuatan
internal sekolah untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar sekolah (Robbins & Coulter, 2009). Berikut ini adalah rencana strategis yang dibuat sebagai upaya peningkatan mutu untuk proses di SMAK St. Petrus. Renstra
pertama,
penambahan
jam
belajar,
remedial teaching dan evaluating. Penambahan jam belajar ini lebih dikhususkan untuk siswa kelas 3 khusus
materi
UAN
sebagai
persiapan
untuk
menghadapi UAN. Penambahan ini dimulai dari cawu 2 setiap
sore
hari
atau
jam
belajar
sore
dengan
pendampingan guru bidang studi untuk materi ujian akhir nasional secara bergantian. Sedangkan remedial teaching
dan
evaluating
diberikan
untuk
semua
pelajaran kepada siswa yang kurang mampu setiap hari sabtu karena jam pelajaran hanya setengah hari.
71
Renstra kedua, mengintesifkan pelaksanaan dan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler. Dengan adanya prestasi-prestasi
yang
diperoleh
siswa
selama
ini,
sekolah perlu untuk lebih memperhatikan kegiatankegiatan
ekstrakurikuler
dengan
penambahan
jam
ekstra, melengkapi sarana dan prasarana penunjang, mendatangkan pelatih yang berpotensi sehingga bakat siswa lebih diasah untuk berprestasi. Selain itu dengan pelaksanaan
secara
intensif
siswa
lebih
mengenali
potensi yang ada pada dirinya. Renstra ketiga, membangun image positif sekolah melalui output yang dihasilkan. Output adalah hasil akhir dari suatu proses yang dilakukan sekolah, oleh karena itu output yang dihasilkan diharapkan dapat memenuhi kriteria seperti yang diharapkan masyarakat antara lain mempunyai prestasi akademik yang baik, disiplin, bertanggungjawab, jujur, mau bekerja keras, dan
lain-lain.
Untuk
hal
tersebut
sekolah
perlu
menyusun program-program yang mendukung antara lain menerapkan aturan-aturan kesiswaan yang ketat, program
pembinaan
mental
(kepramukaan,
latihan
kepemimpinan) dan keagamaan (sharing Kitab Suci, rekoleksi dan retret), serta pemberian reward dan punnishmen yang benar.
72