BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Produksi Continuous Form Printing 1. Pemilihan Bahan Baku Bahan baku Continuous Form Printing adalah kertas dalam bentuk roll, berdasarkan kandungan gramatur kertas dibagi menjadi 2 HVS dan NCR, dimana keduanya memiliki fungsi yang berbeda. HVS banyak sekali digunakan pada lembar pertama sedangkan NCR lebih banyak dipakai untuk rangkapan dan menggunakan merk Impression . Selain bahan baku utama pembuatan Continuous Form adalah kertas, bahan penunjang lainnya seperti tinta, air, plat, film dan box untuk finishing akhir dari Continuous Form. Tinta digunakan untuk mencetak tulisan diatas kertas, air untuk mencuci plat, membersihkan tinta agar mengeluarkan hasil cetak kedalam kertas, film dan plat sebagai bahan yang paling penting karena dengan plat dan film dapat menghasilkan cetakan yang menjadi output 2. Proses Pembuatan Continous Form Printing Proses pembuatan Continous Form dimulai dari pembelian bahan baku ukuran standar yang dipesan oleh bagian administrasi produksi kepada salah satu supplier ( baik untuk stok gudang ataupun bahan langsung pakai ). SPK yang sudah siap akan diproses cetak sesuai dengan perencanaan cetak yang telah disetujui oleh Leader Pabrik. Petugas cetak harus memeriksa terlebih dahulu media cetak yang telah disiapkan apakah sesuai dengan contoh atau disetujui
47
48
artwork, ketersediaan bahan baku dan bahan penunjang produksi apakah telah disiapkan sesuai dengan kebutuhan, bila belum siap, SPK tersebut tidak boleh dijalankan, dan proses cetak akan dilanjutkan ke SPK berikutnya sesuai dengan perencanaan produksi yang diterima.
3. Tahapan pengendalian kualitas Continuous Form 1. Pemeriksaan Cetak A. Awal SPK yang sudah dinyatakan siap cetak, akan diproses ke bagian cetak, dan pada waktu pengerjaan cetak (sewaktu melakukan penyetingan cetak) petugas cetak (Operator & Assistance Operator) harus melakukan pemeriksaan pada cetakan dengan detail : 1) Gambar/logo cetakan harus sesuai dengan contoh/artwork yang sudah disetujui 2) Tulisan (redaksi) harus diperiksa huruf demi huruf, tidak boleh ada yang berbeda dengan contoh atau artwork, dan hasil cetak sempurna tanpa ada garis atau huruf atau gambar yang cacat. 3) Memeriksa warna cetakan sudah sesuai belum dengan contoh warna/contoh cetakan yang terlampir. 4) Memeriksa perforasi yang ada, sudah sesuai ukuran dan posisinya dengan permintaan dan perforasi yang ada sempurna/tidak ada yang tidak putus ketika dirobek. 5) Memeriksa lobang punch hole, semua harus terputus/berlobang, dan ketika kertas dilipat pada bagian perforasi awal, lobang punch hole
49
harus bertemu sempurna antara lobang bagian atas dengan lobang bagian bawah. 6) Memeriksa kertas yang digunakan sudah sesuai atau tidak dengan cetakan.
Setelah cetakan Operator membubuhkan tanda tangan di contoh hasil produksi yang diperiksa dan membawa contoh tersebut, SPK dan Contoh cetakan kepada petugas pemeriksa disetujui awal. Petugas disetujui awal berkewajiban untuk memeriksa kembali hasil disetujui dari Operator cetak secara mendetail seperti halnya operator (nomor 1-6 diatas). Setelah contoh tersebut diperiksa, petugas disetujui awal harus membubuhkan tanda tangan, nama, dan tanggal disetujui dan di SPK pada kolom Miya Start, petugas disetujui awal memberikan tanda tangan, tanggal dan nama. Bila contoh tersebut dirasa tidak sesuai dengan contoh cetakan, petugas disetujui harus mengembalikan contoh tersebut untuk diperbaiki dan baru disetujui bila contoh perbaikan sudah benar dan sesuai dengan contoh cetakan.
B. Pertengahan Setelah mendapat persetujuan awal dari petugas disetujui, SPK tersebut dinyatakan siap cetak dan Operator boleh menjalankan mesin cetak lebih lanjut. Untuk menjaga kualitas cetakan, Operator berkewajiban untuk memeriksa hasil pencetakan pada awal proses cetak dan akhir cetakan setiap ada penggantian kertas (atau per 10.000 lembar), plate, penambahan tinta (terutama tinta yang
50
diaduk) dan pada waktu terjadi break/jam istirahat ditengah-tengah proses cetak, untuk memastikan cetakan tersebut masih sesuai dengan contoh cetakan.
Berikut mesin cetak yang digunakan dalam proses produksi
Gambar 4.1 Mesin Cetak Continuous Form Sumber : PT Berkat Camarindo Lestari Contoh cetakan harus diambil pada awal dan akhir proses tersebut diatas, dan setiap contoh yang diperiksa harus diberi tanda tangan. Dan pada SPK harus diberikan tanda tangan oleh Operator pada kolom Miya Run dibagian QC produksi.
51
Setelah proses cetak selesai, Operator memeriksa kembali hasil cetakan untuk yang terakhir kalinya dan setelah dinyatakan cetakan tidak bermasalah, Operator memberikan tanda tangan pada kolom Miya Finish. C. Persetujuan Leader Cetak Kemudian, Map SPK yang sudah ditambahkan dengan contoh disetujui dibawa ke Leader Produksi untuk mendapat persetujuan dan pernyataan bahwa pekerjaan tersebut siap untuk dilanjutkan ke proses finishing. Leader Produksi berkewajiban memeriksa kembali hasil cetakan dari contoh hasil produksi yang telah disetujui. Setelah pekerjaan tersebut dianggap benar maka SPK akan ditandatangani dikolom Prod pada bagian Final QC. Dan dengan demikian SPK boleh dilanjutkan ke bagian Finishing. D. Collator Map SPK yang sudah dinyatakan selesai proses cetaknya diberikan kepada Leader Finishing untuk diproses collator, Leader Finishing akan mengatur pekerjaan kepada petugas Operator. Petugas Operator, yang menerima map SPK harus memeriksa SPK dan kelengkapannya yaitu, ukuran, susunan kertas, jumlah box, jenis box, dan isi per box-nya, kemudian petugas collator menyiapkan pekerjaan pada mesin collator sesuai dengan SPK yang diterima. Setelah mesin collator disiapkan petugas collator harus membuat contoh awal collator sebanyak 3-6 sets, dan memeriksanya apakah kualitas collatorannya baik atau tidak. Bila hasil collatornya baik, petugas collator harus membubuhkan tanda tangan pada contoh tersebut dan kemudian membawa contoh tersebut kepada Leader Collator/Petugas Pemeriksa Finishing. Contoh tersebut diperiksa oleh
52
Leader Finishing/petugas pemeriksa Finishing, setelah diperiksa dan dinyatakan baik, maka Leader Finishing/petugas npemeriksa finishing akan memberikan tanda tangan dicontoh tersebut. Petugas Collator yang menerima persetujuan jalan akan memberikan tandatangan pada kolom Collator, kemudian melanjutkan pekerjaan
tersebut.
Selama
proses
pengerjaan
petugas
kolator
harus
memperhatikan kualitas pekerjaannya, minimal pada awal dan akhir setiap boxnya. Berikut e – SPK PT Berkat Camarindo Lestari
Gambar 4.2 Surat Perintah Kerja PT Berkat Camarindo Lestari Sumber : PT Berkat Camarindo Lestari
53
Berikut mesin colllator yang digunakan proses produksi
Gambar 4.3 Mesin Collator Sumber : PT Berkat Camarindo Lestari
4.2
Prioritas
utama
konsumen
untuk
produk
Continuous
Form
PT Berkat Camarindo Lestari Proritas utama konsumen untuk produk Continuous Form adalah Define merupakan tahap pendefinisian masalah kualitas dalam produk continous form, pada tahap ini yang menjadikan produk mengalami cacat didefinisikan penyebabnya. Dengan berdasarkan pada permasalahan yang ada, 3 penyebab produk cacat tertinggi dapat didefinisikan yaitu : tulisan kabur, rangkapan kertas tidak kuat, dan cetakan kertas terbalik. 1. Mendefinisikan masalah-masalah standar kualitas atau mendefinisikan penyebab - penyebab defect yang menjadi penyebab paling potensial dalam
54
menghasilkan produk Continous Form. Tiga penyebab paling potensial dalam menghasilkan produk akhir diidentifikasikan sebagai berikut: a) Tulisan kabur Kurang tebalnya hasil cetakan pada kertas menjadikan tulisan yang tercetak di form menjadi kabur atau
hilang seperti samar-samar/
berbayang sehingga tidak terlihat jelas. b) Rangkapan kertas tidak kuat Rangkapan kertas tidak kuat sehingga pada saat di pakai sering mengalami kerusakan. Kejadian tersebut dianggap oleh perusahaan sebagai kerusakan karena hasil cetakan juga akan tidak jelas, karena rangkapan kurang kuat. c) Cetakan kertas terbalik Cetakan kertas yang terbalik menyebabkan tulisan tidak tembus dan putus-putus. Hal ini didasarkan pada kesalahan sumber daya manusia dalam mencetak form. 2. Mendefinisikan rencana tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis penelitian adalah: a. Perbaikan pada mesin b. Perbaikan kualitas tinta dan kertas c. Peningkatan kualitas tenaga kerja d. Pengawasan yang lebih ketat dengan metode yang tepat e. Prosedur kerja yang lebih jelas dan terarah.
55
3. Menetapkan sasaran dan tujuan peningkatan kualitas six sigma berdasarkan hasil observasi : mengurangi atau menekan prodak cacat menjadi 0%. Berdasarkan permasalahan adanya produk cacat yang disebabkan oleh tulisan kabur, rangkapan kertas tidak kuat, dan cetakan kertas terbalik yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan maka perusahaan melakukan sesuatu perencanaan yang stategis dalam pengoperasionalnya dengan menekan produk cacat menjadi 0% dengan tindakan yang tepat. Dalam melakukan aktivitas pengendalian proses produksi, ternyata masih terjadi kesalahan pada cetakan Continuous Form Printing. Kerusakan yang terjadi dapat bersifat kompleks atau bersifat sederhana. Pihak perusahaan harus berusaha untuk dapat menyelesaikan masalah yang timbul dengan segera. Jenis – jenis kesalahan yang terjadi pada Continuous Form Printing antara lain : 1.
Warna cetakan yang tidak sesuai dengan harapan
2.
Punchole kertas tidak sama dengan rangkap selanjutnya
3.
Cetakan tidak sesuai dengan contoh asli
4.
Kecepatan mesin kurang produktif untuk menghitung jumlah sheet yang sedang diproduksi
Dari data diatas yang menjadi prioritas utama bagi konsumen yaitu : 1. Menghasilkan hasil cetakan yang sesuai dengan harapan pelanggan 2. Kualitas cetakan, dalam warna cetakan maupun rangkapan 3. Pengerjaan cepat, tepat waktu dalam pengiriman barang 4. Pelayanan yang ramah baik
56
4.3 Penyimpangan Produk Continous Form periode Januari – Juni 2013 Pengumpulan data dilakukan PT Berkat Camarindo Lestari bulan Januari sampai dengan Juni 2013, dengan pengambilan ukuran 9,5 x 11, 2ply – 4ply dibagi dalam 20 observasi dan setiap observasi dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali. Pengumpulan dilakukan data ini memakai alat ukur timbangan Berikut alat pengukuran bahan baku yang digunakan
Gambar 4.4 Timbangan Bahan Baku Sumber : PT Berkat Camarindo Lestari
Dalam melakukan pengendalian kualitas secara statistik, langkah pertama yang akan dilakukan adalah membuat check sheet. Check sheet berguna untuk mempermudah proses pengumpulan data serta analisis. Selain itu pula berguna
57
untuk mengetahui area permasalahan berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab dan mengambil keputusan untuk melakukan perbaikan atau tidak.
Dalam tahap measure, pengukuran dibagi menjadi dua tahap yaitu : Tabel 4.1 Hasil pengukuran Bahan Baku Periode Jan – Juni 2013 1. Analisis Diagram Kontrol (X-bar) a. Data Bulan Januari 2013
Jml Observasi 1 2 3
Hasil Pengukuran 3.82 3.67 3.73
1.92 1.81 3.83 1.76 1.83 3.76 1.95 3.58 1.88 3.76 1.83 5.09 Jumlah Rata-rata Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
S 2.63 2.96 3.26 8.84 2.95
1.09 0.98 1.39 3.46 1.15
Dari hasil pengumpulan data setiap bulan selama bulan Januari, berdasarkan 15 sampel yang dibagi ke dalam 3 observasi maka didapatkan berat rata-rata dari tiap obvervasi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat rata-rata bahan baku adalah 2.95 kg dengan standar deviasi sebesar 1.15kg. Setelah melihat data pada tabel diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana kesalahan yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Perusahaan menetapkan total berat bahan baku sebesar 2.7 kg dan toleransi terhadap berat bahan baku sebesar 3% dari rata-rata keseluruhan berat bahan baku.
58
Batas toleransi atas (upper tolerance limit – UTL) = 2.7 + 0.03(2.7)= 2.78 Batas toleransi bawah (lower tolerance limit – LTL) = 2.7 – 0.03(2.7) = 2.62 Dari data diatas dengan rata-rata sebesar 2.95kg dan standar deviasi 1.15kg. Presentase bahan baku yang defect adalah :
Lebih dari 2.78 kg :
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (-0.14) = 0.443 Artinya terdapat 44.3% bahan baku yang memiliki berat lebih dari 2.78kg. Kurang dari 2.62kg :
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (
) = 0.388
Artinya terdapat 38.8% bahan baku yang memiliki berat kurang dari 2.62kg.
Process
Mean = 2.95 Std. Deviasi = 1.15
Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 44,3% penyimpangan terhadap batas toleransi atas, hal ini berarti perusahaan mengalami
59
kerugian sebesar 44,3% dalam hal berat bahan baku terhadap keseluruhan total bahan baku. Langkah selanjutnya
adalah
membuat peta kendali X.
Dengan
menggunakan rumus peta kendali rata-rata dan rentangan, maka penyelesaian untuk data Januari 2013 adalah : = 7..26/3 = 2.42 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai D3 dari Tabel 2.1 adalah 0 dan nilai D4 dari tabel 2.1 adalah 2.114. Sehinggal UCL dan LCL nya adalah : = 2.42 (2.114) = 5.113 = 2.42 (0) = 0 Setelah ditetapkan
dan
, maka selanjutnya kita akan
menghitung garis purat pengendali rata-rata. = 8.84/3 = 2.95 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai A2 dari Tabel 2.1 adalah 0.577, sehingga UCL dan LCLnya adalah : ̅
̅
= 2.95+0.577(2.42) = 4.34 = 2.95-0.577(2.42) = 1.55
Berdasarkan spesifikasi Lower Tolerance Limit dan Upper Tolerance Limit, maka X-bar Chart dari bahan baku dengan menggunakan SPSS v.17 adalah sebagai berikut :
60
Berdasarkan gambar peta kendali
diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas toleransi yang telah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa terdapat 2 (dua) titik yang berada di luar batas toleransi tetapi masih berada pada batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa proses kurang terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan dan PT Berkat Camarindo Lestari memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas. b. Data Bulan Februari 2013 Jml Observasi 1 2 3 4
Hasil Pengukuran 3.86 1.94 3.69 1.80
3.88 1.81 1.89 3.91 3.07 3.88 1.91 1.92 3.84 2.70 1.86 1.82 1.88 3.89 2.63 1.95 3.83 3.72 3.81 3.02 Jumlah 11.41 Rata-rata 2.85 Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
S 1.12 1.06 1.06 1.05 4.29 1.07
Dari hasil pengumpulan data setiap bulan selama bulan Februari, berdasarkan 20 sampel yang dibagi ke dalam 4 observasi maka didapatkan berat rata-rata dari tiap obvervasi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat rata-rata bahan baku adalah 2.85 kg dengan standar deviasi sebesar 1.07 kg.
61
Setelah melihat data pada tabel diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana kesalahan yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Perusahaan menetapkan total berat bahan baku sebesar 2.7 kg dan toleransi terhadap berat bahan baku sebesar 3% dari rata-rata keseluruhan berat bahan baku. Batas toleransi atas (upper tolerance limit – UTL) = 2.7 + 0.03(2.7)= 2.78 Batas toleransi bawah (lower tolerance limit – LTL) = 2.7 – 0.03(2.7) = 2.62 Dari data diatas dengan rata-rata sebesar 2.85kg dan standar deviasi 1.07 kg. Presentase bahan baku yang defect adalah :
Lebih dari 2.78kg : =
( −
) .
=
(2.78 − 2.85) = −0.07 1.07
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (-0.07) = 0.473 Artinya terdapat 47.3% bahan baku yang memiliki berat lebih dari 2.78kg.
Kurang dari 2.62kg : =
( −
) .
=
(2.62 − 2.85) = −0.22 1.07
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (−0.22) = 0.413 Artinya terdapat 41.3% bahan baku yang memiliki berat kurang dari 2.62kg.
62
Process
Mean = 2.85 Std. Deviasi = 1.07
Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 47,3% penyimpangan terhadap batas toleransi atas, hal ini berarti perusahaan mengalami kerugian sebesar 47,3% dalam hal berat bahan baku terhadap keseluruhan total bahan baku. Langkah selanjutnya
adalah
membuat peta kendali
X.
Dengan
menggunakan rumus peta kendali rata-rata dan rentangan, maka penyelesaian untuk data Februari 2013 adalah : = 8.16/4 = 2.04 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai D3 dari Tabel 2.1 adalah 0 dan nilai D4 dari tabel 2.1 adalah 2.114. Sehinggal UCL dan LCLnya adalah : = 2.04 (2.114) = 4.315 = 2.04 (0) = 0 Setelah ditetapkan
dan
menghitung garis purat pengendali rata-rata.
, maka selanjutnya kita akan
63
= 11.41/4 = 2.85 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai A2 dari Tabel 2.1 adalah 0.577, sehingga UCL dan LCLnya adalah : ̅
̅
= 2.85+0.577(2.04) = 4.03 = 2.85-0.577(2.42) = 1.67
Berdasarkan spesifikasi Lower Tolerance Limit dan Upper Tolerance Limit, maka X-bar Chart dari bahan baku dengan menggunakan SPSS v.17 adalah sebagai berikut :
Berdasarkan gambar peta kendali
diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh tidak seluruhnya berada dalam batas toleransi yang telah ditetapkan. Dapat dilihat bahwa terdapat 2 (dua) titik yang berada di luar batas toleransi tetapi masih berada pada batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa proses kurang terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan dan PT Berkat Camarindo Lestari memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas.
64
c. Data Bulan Maret 2013
Jml Observasi 1 2 3
Hasil Pengukuran 3.99 1.87 1.90
1.80 1.83 3.74 3.81 1.84 3.71 3.74 5.46 4.02 3.70 1.22 3.76 Jumlah Rata-rata Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
S 3.03 3.32 2.92 9.27 3.09
1.12 1.52 1.27 3.91 1.30
Dari hasil pengumpulan data setiap bulan selama bulan Maret, berdasarkan 15 sampel yang dibagi ke dalam 3 observasi maka didapatkan berat rata-rata dari tiap obvervasi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat rata-rata bahan baku adalah 3.09 kg dengan standar deviasi sebesar 1.3kg. Setelah melihat data pada tabel diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana kesalahan yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Perusahaan menetapkan total berat bahan baku sebesar 2.7kg dan toleransi terhadap berat bahan baku sebesar 3% dari rata-rata keseluruhan berat bahan baku. Batas toleransi atas (upper tolerance limit – UTL) = 2.7 + 0.03(2.7)= 2.78 Batas toleransi bawah (lower tolerance limit – LTL) = 2.7 – 0.03(2.7) = 2.62 Dari data diatas dengan rata-rata sebesar 3.09 kg dan standar deviasi 1.3kg. Presentase bahan baku yang defect adalah :
Lebih dari 2.78kg : =
( −
) .
=
(2.78 − 3.09) = −0.23 1.3
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (-0.23) = 0.406 Artinya terdapat 40.6% bahan baku yang memiliki berat lebih dari 2.78kg.
65
Kurang dari 2.62kg :
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (
) = 0.358
Artinya terdapat 35.8% bahan baku yang memiliki berat kurang dari 2.62kg.
Process
Mean = 3.09 Std. Deviasi = 1.3
Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 40,6% penyimpangan terhadap batas toleransi atas, hal ini berarti perusahaan mengalami kerugian sebesar 40,6% dalam hal berat bahan baku terhadap keseluruhan total bahan baku. Langkah selanjutnya
adalah
membuat peta kendali
X.
Dengan
menggunakan rumus peta kendali rata-rata dan rentangan, maka penyelesaian untuk data Maret 2013 adalah : = 8.61/3 = 2.87
66
Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai D3 dari Tabel 2.1 adalah 0 dan nilai D4 dari Tabel 2.1 adalah 2.114. Sehinggal UCL dan LCLnya adalah : = 2.87 (2.114) = 6.07 = 2.87 (0) = 0 Setelah ditetapkan
dan
, maka selanjutnya kita akan
menghitung garis purat pengendali rata-rata. = 9.27/3 = 3.09 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai A2 dari Tabel 2.1 adalah 0.577, sehingga UCL dan LCLnya adalah : ̅
̅
= 3.09+0.577(2.87) = 4.74 = 3.09-0.577(2.87) = 1.43
Berdasarkan spesifikasi Lower Tolerance Limit dan Upper Tolerance Limit, maka X-bar Chart dari bahan baku dengan menggunakan SPSS v.17 adalah sebagai berikut :
67
Berdasarkan gambar peta kendali
diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh seluruhnya berada di luar batas toleransi yang telah ditetapkan perusahaan. Tetapi seluruh titik tersebut masih berada pada batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan dan PT Berkat Camarindo Lestari memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas. d. Data Bulan April 2013 Jml Observasi 1 2 3
Hasil Pengukuran 3.80 3.75 1.78
1.81 3.77 1.82 1.91 1.91 1.89 1.89 1.85 3.78 3.81 3.67 1.91 Jumlah Rata-rata Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
S 2.62 2.26 2.99 7.86 2.62
1.06 0.83 1.05 2.95 0.98
Dari hasil pengumpulan data setiap bulan selama bulan April, berdasarkan 15 sampel yang dibagi ke dalam 3 observasi maka didapatkan berat rata-rata dari tiap obvervasi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat rata-rata bahan baku adalah 2.621 kg dengan standar deviasi sebesar 0.98kg. Setelah melihat data pada tabel diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana kesalahan yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Perusahaan menetapkan total berat bahan baku sebesar 2.7 kg dan toleransi terhadap berat bahan baku sebesar 3% dari rata-rata keseluruhan berat bahan baku. Batas toleransi atas (upper tolerance limit – UTL) = 2.7 + 0.03(2.7)= 2.78 Batas toleransi bawah (lower tolerance limit – LTL) = 2.7 – 0.03(2.7) = 2.62
68
Dari data diatas dengan rata-rata sebesar 2.621 kg dan standar deviasi 0.98kg. Presentase bahan baku yang defect adalah :
Lebih dari 2.78kg :
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (0.16) = 0.564 Artinya terdapat 56.4% bahan baku yang memiliki berat lebih dari 2.78kg. Kurang dari 2.62kg :
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (
) = 0.499
Artinya terdapat 49.9% bahan baku yang memiliki berat kurang dari 2.62kg.
Process
Mean = 2.621 Std. Deviasi = 0.98
Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 56,4% penyimpangan terhadap batas toleransi atas, hal ini berarti perusahaan mengalami
69
kerugian sebesar 56,4% dalam hal berat bahan baku terhadap keseluruhan total bahan baku. Hal ini sangat merugikan perusahaan, karena kerugian yang terjadi sudah berada di atas 50%. Langkah selanjutnya
adalah
membuat peta kendali X.
Dengan
menggunakan rumus peta kendali rata-rata dan rentangan, maka penyelesaian untuk data April 2013 adalah : = 5.92/3 = 1.97 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai D3 dari Tabel 2.1 adalah 0 dan nilai D4 dari Tabel 2.1 adalah 2.114. Sehinggal UCL dan LCLnya adalah : = 1.97 (2.114) = 4.17 = 1.97 (0) = 0 Setelah ditetapkan
dan
, maka selanjutnya kita akan
menghitung garis purat pengendali rata-rata. = 7.86/3 = 2.621 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai A2 dari Tabel 2.1 adalah 0.577, sehingga UCL dan LCLnya adalah : ̅
̅
= 2.621+0.577(1.97) = 4.74 = 2.621-0.577(1.97) = 1.43
Berdasarkan spesifikasi Lower Tolerance Limit dan Upper Tolerance Limit, maka X-bar Chart dari bahan baku dengan menggunakan SPSS v.17 adalah sebagai berikut :
70
Berdasarkan gambar peta kendali
diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh tidak seluruhnya berada di dalam batas toleransi yang telah ditetapkan perusahaan. Terdapat 2 (dua) titik yang berada di luar batas toleransi yang telah ditetapkan oleh perusahaan, tetapi seluruh titik tersebut masih berada pada batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa proses kurang terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan dan PT Berkat Camarindo Lestari memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas. e. Data Bulan Mei 2013 Jml Observasi 1 2 3 4
Hasil Pengukuran 1.86 1.84 1.93 1.86
3.86 1.86 1.86 1.76 3.67 3.70 1.73 1.73 1.82 2.63 3.56 1.81 1.82 3.79 3.20 1.71 Jumlah Rata-rata Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
S 2.24 2.53 2.35 2.48 9.60 2.40
0.91 1.05 0.76 0.96 3.67 0.92
71
Dari hasil pengumpulan data setiap bulan selama bulan Mei, berdasarkan 20 sampel yang dibagi ke dalam 4 observasi maka didapatkan berat rata-rata dari tiap obvervasi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat rata-rata bahan baku adalah 2.4 kg dengan standar deviasi sebesar 0.92 kg. Setelah melihat data pada tabel diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana kesalahan yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Perusahaan menetapkan total berat bahan baku sebesar 2.7kg dan toleransi terhadap berat bahan baku sebesar 3% dari rata-rata keseluruhan berat bahan baku. Batas toleransi atas (upper tolerance limit – UTL) = 2.7 + 0.03(2.7)= 2.78 Batas toleransi bawah (lower tolerance limit – LTL) = 2.7 – 0.03(2.7) = 2.62 Dari data diatas dengan rata-rata sebesar 2.85 kg dan standar deviasi 1.07kg. Presentase bahan baku yang defect adalah :
Lebih dari 2.78kg : (2.78 − 2.4) = 0.415 . 0.92 NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (0.415) = 0.66 =
( −
)
=
Artinya terdapat 66% bahan baku yang memiliki berat lebih dari 2.78kg.
Kurang dari 2.62kg : =
( −
) .
=
(2.62 − 2.4) = 0.23 0.92
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (0.23) = 0.59 Artinya terdapat 59% bahan baku yang memiliki berat kurang dari 2.62kg.
72
Process
Mean = 2.4 Std. Deviasi = 0.92
Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 66% penyimpangan terhadap batas toleransi atas, hal ini berarti perusahaan mengalami kerugian sebesar 66% dalam hal berat bahan baku terhadap keseluruhan total bahan baku. Presentase ini dinilai cukup besar karena lebih dari setengah produksi melebihi batas toleransi atas. Langkah selanjutnya
adalah
membuat peta kendali
X.
Dengan
menggunakan rumus peta kendali rata-rata dan rentangan, maka penyelesaian untuk data Mei 2013 adalah : = 7.91/4 = 1.98 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai D3 dari Tabel 2.1 adalah 0 dan nilai D4 dari Tabel 2.1 adalah 2.114. Sehinggal UCL dan LCLnya adalah : = 1.98 (2.114) = 4.182 = 1.98 (0) = 0
73
Setelah ditetapkan
dan
, maka selanjutnya kita akan
menghitung garis purat pengendali rata-rata. = 9.6/4 = 2.4 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai A2 dari Tabel 2.1 adalah 0.577, sehingga UCL dan LCLnya adalah : ̅
̅
= 2.4+0.577(1.98) = 3.541 = 2.4-0.577(1.98) = 1.258
Berdasarkan spesifikasi Lower Tolerance Limit dan Upper Tolerance Limit, maka X-bar Chart dari bahan baku dengan menggunakan SPSS v.17 adalah sebagai berikut :
Berdasarkan gambar peta kendali
diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh seluruhnya berada di luar batas toleransi yang telah ditetapkan. Tetapi masih berada pada batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan dan PT Berkat Camarindo Lestari memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas.
74
f. Data Bulan Juni 2013 Jml Observasi 1 2 3
Hasil Pengukuran 1.86 1.31 1.85
3.88 3.66 3.64 1.91 3.85 1.91 1.77 1.89 3.70 1.93 3.49 1.88 Jumlah Rata-rata Sumber : Data Penelitian Diolah (2013)
S 2.99 2.15 2.57 7.70 2.57
1.01 0.98 0.94 2.93 0.98
Dari hasil pengumpulan data setiap bulan selama bulan Juni, berdasarkan 15 sampel yang dibagi ke dalam 3 observasi maka didapatkan berat rata-rata dari tiap obvervasi. Dari data diatas dapat dilihat bahwa berat rata-rata bahan baku adalah 2.57 kg dengan standar deviasi sebesar 0.98kg. Setelah melihat data pada tabel diatas, maka dapat dilakukan analisis untuk mengetahui sejauh mana kesalahan yang terjadi masih dalam batas kendali statistik melalui grafik kendali. Perusahaan menetapkan total berat bahan baku sebesar 2.7 kg dan toleransi terhadap berat bahan baku sebesar 3% dari rata-rata keseluruhan berat bahan baku. Batas toleransi atas (upper tolerance limit – UTL) = 2.7 + 0.03(2.7)= 2.78 Batas toleransi bawah (lower tolerance limit – LTL) = 2.7 – 0.03(2.7) = 2.62
Dari data diatas dengan rata-rata sebesar 2.85kg dan standar deviasi 1.07kg. Presentase bahan baku yang defect adalah :
Lebih dari 2.78kg : (2.78 − 2.57) = 0.21 0.98 . NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (0.21) = 0.58 =
( −
)
=
Artinya terdapat 58% bahan baku yang memiliki berat lebih dari 2.78kg.
75
Kurang dari 2.62kg :
NORMSDIST (Z) = NORMSDIST (
) = 0.51
Artinya terdapat 51% bahan baku yang memiliki berat kurang dari 2.62kg.
Process
Mean = 2.57 Std. Deviasi = 0.98
Dari penghitungan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat 66% penyimpangan terhadap batas toleransi atas, hal ini berarti perusahaan mengalami kerugian sebesar 58% dalam hal berat bahan baku terhadap keseluruhan total bahan baku. Presentase ini dinilai cukup besar karena lebih dari setengah produksi melebihi batas toleransi atas. Langkah selanjutnya
adalah
membuat peta kendali
X.
Dengan
menggunakan rumus peta kendali rata-rata dan rentangan, maka penyelesaian untuk data Juni 2013 adalah : = 6.41/3 = 2.14
76
Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai D3 dari Tabel 2.1 adalah 0 dan nilai D4 dari tabel 2.1 adalah 2.114. Sehinggal UCL dan LCLnya adalah : = 2.14 (2.114) = 4.182 = 2.14 (0) = 0 Setelah ditetapkan
dan
, maka selanjutnya kita akan
menghitung garis purat pengendali rata-rata. = 7.7/3 = 2.57 Karena sampel yang diambil untuk tiap observasi adalah 5, maka nilai A2 dari Tabel 2.1 adalah 0.577, sehingga UCL dan LCLnya adalah : ̅
̅
= 2.57+0.577(2.14) = 3.799 = 2.57-0.577(2.14) = 1.335
Berdasarkan spesifikasi Lower Tolerance Limit dan Upper Tolerance Limit, maka X-bar Chart dari bahan baku dengan menggunakan SPSS v.17 adalah sebagai berikut :
77
Berdasarkan gambar peta kendali
diatas dapat dilihat bahwa data yang
diperoleh seluruhnya berada di luar batas toleransi yang telah ditetapkan. Tetapi masih berada pada batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa proses tidak terkendali. Hal ini menunjukkan terjadi penyimpangan dan PT Berkat Camarindo Lestari memerlukan adanya perbaikan pengendalian kualitas.
4.4. Kapabilitas Proses Produksi Continuos Form Cpk (Capability Process Index) 1. Capability Process Index a. Data bulan Januari 2013
Upper Spesification Limit : 2.78
Lower Spesification Limit : 2.62
Rata-rata : 2.95
Standar Deviasi : 1.15
Maka,
;
= .
= =
. ( .
)
;
.
. ( .
)
{0.094; −0.048}
= 0.05
Process Statistics Capability Indices
CpKa
-.048
The normal distribution is assumed. LSL = 2.62 and USL = 2.78. a. The estimated capability sigma is the square root of the sample within-group variance.
78
Dengan Cpk = -0.048< nilai kritis 1, maka proses ini dinyatakan tidak kapabel. Sehingga PT Berkat Camarindo Lestari
harus mencari cara untuk
membuat rata-rata proses mendekati nilai nominal dan spesifikasi desain.
b. Data bulan Februari 2013
Upper SpesificationLimit : 2.78
Lower Spesification Limit : 2.62
Rata-rata : 2.85
Standar Deviasi : 1.07 Maka,
=
; .
=
. ( .
)
;
.
. ( .
)
{0.072; −0.022}
=
= −0.022
Process Statistics Capability Indices
CpK
a
-.022
Dengan Cpk = -0.022< nilai kritis 1, maka proses ini dinyatakan tidak kapabel. Sehingga PT Berkat Camarindo Lestari
harus mencari cara untuk
membuat rata-rata proses mendekati nilai nominal dan spesifikasi desain. c. Data bulan Maret 2013
Upper Spesification Limit : 2.78
Lower Spesification Limit : 2.62
Rata-rata : 3.09
Standar Deviasi : 1.3
79
Maka,
=
; .
=
.
.
;
( . )
. ( . )
{0.075; −0.026}
=
= 0.075
Process Statistics Capability Indices
CpK
a
-.075
Dengan Cpk = 0.075< nilai kritis 1, maka proses ini dinyatakan tidak kapabel. Sehingga PT Berkat Camarindo Lestari
harus mencari cara untuk
membuat rata-rata proses mendekati nilai nominal dan spesifikasi desain. d. Data bulan April 2013
Upper Spesification Limit : 2.78
Lower Spesification Limit : 2.62
Rata-rata : 2.621
Standar Deviasi : 1.3 Maka,
=
; .
= =
. ( .
)
;
.
. ( .
)
{0.054; 0.001}
= 0.001
Process Statistics Capability Indices
CpK
a
.001
80
Dengan Cpk = 0.001< nilai kritis 1, maka proses ini dinyatakan tidak kapabel. Sehingga PT Berkat Camarindo Lestari
harus mencari cara untuk
membuat rata-rata proses mendekati nilai nominal dan spesifikasi desain. e. Data bulan Mei 2013
Upper Spesification Limit : 2.78
Lower Spesification Limit : 2.62
Rata-rata : 2.4
Standar Deviasi : 0.92 Maka,
;
= .
=
. ( .
)
;
.
. ( .
)
{−0.079; 0.138}
=
= −0.079
Process Statistics Capability Indices
CpK
a
-.075
Dengan Cpk = -0.079< nilai kritis 1, maka proses ini dinyatakan tidak kapabel. Sehingga PT Berkat Camarindo Lestari
harus mencari cara untuk
membuat rata-rata proses mendekati nilai nominal dan spesifikasi desain. f. Data bulan Juni 2013
Upper Spesification Limit : 2.78
Lower Spesification Limit : 2.62
Rata-rata : 2.57
Standar Deviasi : 0.98
81
=
Maka,
; .
=
. ( .
)
;
.
. ( .
)
{0.072; −0.017}
=
= −0.017 Process Statistics Capability Indices
CpKa
-.016
Dengan Cpk = -0.017< nilai kritis 1, maka proses ini dinyatakan tidak kapabel. Sehingga PT Berkat Camarindo Lestari harus mencari cara untuk membuat ratarata proses mendekati nilai nominal dan spesifikasi desain. Tahap pengukuran tingkat Six Sigma dan Defect Per Million Opportunities (DPMO) Untuk mengukur tingkat Six Sigma dari hasil produksi Continous Form dapat dilakukan dengan cara yang dilakukan oleh Gaspersz (2007:42) langkahnya sebagai berikut: Menghitung DPU (Defect Per Unit)
DPU =
Menghitung DPMO (Defect Per Million Oportunities)
DPMO =
x 1.000.000
82
Mengkonvesikan hasil perhitungan DPMO dengan tabel Six Sigma untuk mendapatkan hasil sigma.
Unit
Defect
2481000
DPU
TO
DPO
DPMO
384000 0.154776 7443000 0.051592
Sigma
51592.1 3.129609
Dari hasil perhitungan pada tabel di atas, bagian produksi Continous form memiliki tingkat sigma 3.12 dengan kemungkinan kerusakan sebasar 15.48% untuk sejuta produksi. Hal ini tentunya menjadi sebuah kerugian yang sangat besar apabila tidak ditangani sebab semakin banyak produk yang gagal dalam proses produksi tentunya mengakibatkan pembengkakan biaya produksi. 2. Diagram Sebab-Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi
dengan
kemungkinan
penyebabnya
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dan menjadi penyebab kerusakan produk secara umum dapat digolongkan sebagai berikut: a) Man (manusia) Para pekerja yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses produksi. b) Material (bahan baku) Segala sesuatu yang dipergunakan oleh perusahaan sebagai komponen produk yang akan diproduksi, terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu.
83
c) Machine (mesin) Mesin-mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi d) Methode (metode) Instruksi kerja atau perintah kerja yang harus diikuti dalam proses produksi. e) Environment (lingkungan) Keadaan sekitar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perusahaan secara umum dan mempengaruhi proses produksi secara khusus. Setelah diketahui jenis-jenis kecacatan yang terjadi, maka Continous Form perlu mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mencegah timbulnya kerusakan yang serupa. Hal penting yang harus dilakukan dan ditelusuri adalah mencari penyebab timbulnya kerusakan tersebut. Sebagai alat bantu untuk mencari penyebab terjadinya kerusakan tersebut, digunakan diagram sebab akibat atau yang disebut fishbone chart. Adapun penggunaan diagram sebab akibat untuk Menelusuri jenis masing-masing kecacatan yang terjadi adalah sebagai berikut Tulisan kabur
84
Gambar 4.1 Diagram Sebab – Akibat Untuk jenis Kecacatan Tulisan kabur
Sumber : diolah oleh peneliti Kurang tebalnya hasil cetakan pada kertas menjadikan tulisanyang tercetak diform menjadi kabur seperti samar - samar/ berbayang sehingga tidak terlihat jelas. Hal ini disebabkan dari faktor-faktor sebagai berikut : a) Faktor Mesin Merupakan sebab utama yang mengakibatkan kerusakan jenis ini. Hal ini disebabkan oleh:
Setting persentase warna pada mesin yang kurang bagus.
Lapisan roll blanket yang lecet/ rusak dan pompa tinta rusak sehingga tinta mblobor/ luber.
Kurang meratanya tinta pada tanki warna mesin cetak dikarenakan volume tinta pada tanki warna yang kurang dan tinta yang masih terlalu pekat, sehingga penyerapan warna menjadi tidak merata.
Plate untuk cetak tulisan miring.
85
b) Faktor Manusia
Operator mengisi volume tinta pada tanki warna tidak sesuai takaran yang pas.
Operator mesin yang kurang cermat dalam menyetel kekencangan mesin sehingga perputarannya dapat mengganggu kestabilan register dan plate. Hal ini disebabkan oleh operator yang mungkin belum terampil/ berpengalaman dalam melakukan penyetelan yang pas dan juga karena salah perhitungan dalam menyetel kekencangan mesin.
c) Faktor Material
Tingkat kepekatan tinta yang berbeda-beda disinyalir juga merupakan penyebab dari kecacatan
ini karena mengakibatkan percampuran
untuk membuat suatu warna menjadi tidak merata.
Adanya kertas yang dipasang terbalik sehingga tulisan tidak tercetak.
d) Faktor Metode
Tidak adanya standar/ prosedur yang jelas mengenai takaran tinta yang sesuai akan menyulitkan pekerja ketika akan mengisi tinta kedalam mesin secara tepat.
Rangkap kertas tidak kuat Rangkap kertas tidak kuat sehingga menyebabkan cetakan mudah rusak. Hal ini disebabkan karena adanya human error dari pegawai.
86
Gambar 4.2 Diagram Sebab – Akibat Untuk jenis Kecacatan Rangkap Kertas Tidak Kuat SDM
Metode Kerja
Kurang terampil
Instruksi Kerja
Tidak pas menyetel pengaturan mesin
Ceroboh
Prosedur kurang jelas
Posisi collator punchhole tidak pas
Rangkap Kertas Tidak Kuat
Udara Panas Posisi collator bergeser Bising
Pergerakan mesin terlalu cepat
Mesin
Lingkungan
Sumber : diolah oleh peneliti a) Faktor Mesin
Perputaran
mesin
yang
cepat
menjadikan
pegawaisulit
mengoperasikan mesin. b) Faktor Manusia
Pekerja yang kurang terampil dalam melakukan setting mesin.
Kesalahan operator dalam memasang kertas karena posisi punchhole tidak sesuai dengan rangkapnya.
Ceroboh, karena pekerjaan tetap diteruskan kendati collator posisi punchhole tidak sesuai untuk tiap rangkapnya.
c) Faktor Metode
Instruksi kerja yang tidak dipahami secara jelas oleh pekerja menjadikan pekerja melakukan kesalahan dan keteledoran.
87
Terjadinya kesalahan kerja karena kurangnya koordinasi antara bagian perencanaan
percetakan dengan operator di lapangan
mengenai penempatan collator posisi punchhole. d) Faktor Lingkungan
Suhu udara yang panas menjadikan pekerja kurang nyaman dalam melakukan pekerjaannya sehingga melakukan kesalahan.
Suara bising dari mesin sedikit banyak juga berpengaruh terhadap konsentrasi pekerja terutama sewaktu mengatur layout dan register yang membutuhkan ketelitian dan kecermatan.
Cetakan kertas terbalik Apabila kertas terbalik, maka tulisan tidak akan tercetak, sehinggaakan menghasilkan form yang kosong, dimanatidak terdapat tulisan yang tercetak. Berikut diagram sebab-akibat dari jenis kecacatan cetakan kertas terbalik :
88
Gambar 4.3 Diagram Sebab – Akibat Untuk jenis Kecacatan Terpotong
Sumber : diolah oleh peniliti Faktor Manusia
Operator tidak teliti dalam mengecek kembali kertassebelum digunakan.
Kecerobohan dari operator dalam menjalankanproses cetak.
Operator tidak mengecek kembali hasil cetakan continous form.
Faktor Metode
Kurangnya koordinasi antar operator dalam menjalankan mesin menyebabkan adanya kertas yang tidak tercetak.
Faktor Lingkungan
Suhu udara yang panas bisa mengganggu mood karyawan dalam bekerja sehingga banyak melakukan kecerobohan.
Suara bising dari mesin mengurangi fokus dari para operator dalam melakukan koordinasi dalam menjalankan mesin.
89
4.5. Peningkatan dan Pengawasan Produk Continuos Form Printing 1. Peningkatan yang dilakukan oleh PT Berkat Camarindo Lestari Merupakan rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan kualitas Six sigma. Setelah mengetahui penyebab kecacatan atas produk Continous form , maka disusun suatu rekomendasi atau usulan tindakan perbaikan secara umum dalam upaya menekan tingkat kerusakan produk sebagai berikut : Tabel 4.2 Usulan Tindakan Untuk Jenis Kecacatan Tulisan kabur/ tidak tercetak Standar Normal Usulan tindakan Faktor Penyebab Perbaikan Manusia 1. Operator 1. Tinta harus diisi sesuai 1. Membuat suatu bagian kerja baru yang mengisi tinta takaran/ persentase bertugas melakukan tidak sesuai yang sama. takaran. 2. Setelan mesin harus pengawasan dan 2. Operator disesuaikan dengan pengecekan ulang tidak pas kapasitas cetak mesin terhadap kinerja menyetel karyawan sehingga mesin dapat mengurangi kesalahan yang disebabkan oleh human error. 2. Meningkatkan pelatihan agar karywan lebih terampil dalam menjalankan tugas Metode Tidak ada Masing-masing tinta Membuat daftar standar baku (Cyan, Magenta dan standard ketebalan takaran takaran tinta. Yellow) dicampur pada tinta. sehingga didapat takaran/ persentasi yang hasil cetakan yang sesuai jelas .sehingga didapat dengan warna yang warna yang dikehendaki dan tidak disebutdengan Abu-abu kabur. netral (Grey Neutral). Unsur
Material 1. Kepekatan tinta. 2. Plate cacat
1. Standar campuran dan 1. Memeriksa kembali kepekatan tinta bahan baku yang ditentukan sesuai diterima dari pemasok dengan ketentuan dengan lebih teliti dan
90
mesin. 2. Plate bersih dan masih terbungkus rapi dalam box. 2.
Mesin
1. Tinta belum 1. Tinta harus sudah tercampur tercampur pada merata. takaran yang sama agar hasil bagus. 2. Settingan persentase 2. Sebelum proses produksi, register dan warna kurang bagus. plate sudah harus 3. Register terpasang dengan berubah sempurna. 4. Plate miring
1.
2.
3.
memeriksa apakah sudah memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak. Memisahkan bahan baku yang rusak/ mengalami cacat dengan bahan baku yang berkualitas baiks Melakukan pengecekan kesiapan mesin dengan teliti sebelum digunakan dan juga ketika selesai digunakan. Melakukan perawatan mesin secara rutin, tidak hanya dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan (preventivemaintenanc) Menyediakan suku cadang mesin yang penggantian kompenennya cukup sering agar tidak menghambat proses produksi.
91
Tabel 4.3 Usulan Tindakan Untuk Jenis Kecacatan Rangkap kertas tidak kuat Unsur Manusia
Metode
Faktor Penyebab
Standar Normal
Usulan tindakan Perbaikan
1. Pekerja yang 1. Pekerjaan harus 1. Mengadakan program kurang dilakukan sesuai pelatihan bagi pekerja terampil. dengan yang terdapat baik yang lama pada SOP (Standard maupun yang baru OperatingProcedure) secara berkala. kerja yang ditetapkan 2. Memberikan perusahaan. pengarahan dan peringatan kepada pekerja apabila melakukan kesalahan. 1. Instruksi 1. Instruksi kerja 1. Instruksi kerja kerja kurang diberikan oleh atasan diberikan secara jelas. melalui briefing tertulis dengan disertai 2. Koordinasi singkat dan tertulis penjelasan lisan secara kurang. pada dokumen terperinci yaitu dengan standar operasional melaksanakan briefing kerja. secara rutin disetiap 2. Koordinasi antar awal dan akhir kerja. pekerja dilakukan 2. Menggunakan sebelum memulai peralatan komunikasi elektronik portable pekerjaan dan pada untuk melakukan saat melakukan pekerjaan mengenai komunikasi sehingga memudahkan dalam rencana kerja secara melakukan koordinasi intensif antar pekerja dan tidak terganggu oleh suara bising mesin dan jarak antar pekerja yang saling berjauhan.
92
Sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri yang ditetapkan pemerintah (Kementerian Kesehatan RI) : Suhu : 21 – 30 0C dan Kelembaban : 65% 95%. Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari pada ruang proses produksi adalah sebesar 85 dB(A) dalam rata-rata pengukuran 8 jam sehari. 1. Kertas tidak 1. Register warna dan terpress halaman harus dalam dengan kuat. kondisi yang baik ketika akan digunakan 2. Posisi Plate harus terpasang sempurna pada tempatnya.
Lingkungan 1. Udara panas 2. Bising
1. Menambah fasilitas diruang produksi untuk mengurangi dampak udara panas yang disebabkan oleh mesin dan cuaca misalnya dengan menambah kipas angin di setiap sudut. 2. Mewajibkan penggunaan alat pengaman telinga untuk memberikan ketenangan pekerja dalam proses produksi serta menjaga gendang telinga.
Mesin
1. Melakukan perawatan mesin secara rutin, tidak hanya dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan (preventivemaintenanc e). 2. Melakukan pengecekan kesiapan mesin dengan teliti pada saat sebelum dan sesudah digunakan. 3. Menyediakan suku cadang mesin yang penggantian kompenennya cukup sering agar tidak menghambat proses produksi.
93
Tabel 4.4 Usulan Tindakan Untuk Jenis Kecacatan Cetakan Kertas Terbalik
Standar Normal Usulan Tindakan Faktor Penyebab Perbaikan Manusia 1. Pekerja 1. Pekerjaan harus 1. Membuat suatu dilakukan sesuai ceroboh. bagian kerja baru 2. Operator dengan yang yang bertugas tidak terdapat pada SOP melakukan mengecek (Standard pengawasan dan kembali OperatingProcedure pengecekan ulang Settingan ) kerja. terhadap kinerja mesin dan 2. Pengecekan karyawan sehingga kertas. settingan mesin dapat mengurangi 3. Kesalahan dilakukan sebelum kesalahan yang perhitungan dan sesudah disebabkan oleh perputaran pemakaian karena humanerror. mesin oleh biasanya mesin yang 2. Memberkan operator. ditetapkan otomatis peringatan kepada berubah pekerja apabila settingannya ketika melakukan kesalahan. selesai digunakan. 3. Memberikan sanksi 3. Penggunaan mesin kepada karyawan harus sesuai dengan yang lalai sehingga modul pemakaian. dapat menghindari perbuatan yang sama di lain waktu. Metode Kurang Koordinasi antar Menggunakan peralatan koordinasi pekerja dilakukan komunikasi elektronik sebelum memulai portable untuk pekerjaan dan pada melakukan komunikasi saat melakukan sehingga memudahkan pekerjaan mengenai dalam melakukan rencana kerja produksi koordinasi antar pekerja secara intensif. dan tidak terganggu oleh suara bising mesin dan jarak antar pekerja yang saling berjauhan. Lingkungan 3. Udara panas Sesuai dengan 3. Menambah fasilitas 4. Bising persyaratan kesehatan diruang produksi lingkungan kerja yang untuk mengurangi ditetapkan pemerintah dampak udara panas (Kementerian yang disebabkan oleh Kesehatan RI) : mesin dan cuaca Suhu : 21 – 30 0C misalnya dengan Unsur
94
Mesin
1. Gagal Splacing 2. Settingan kompresor
dan Kelembaban : 65% - 95%. Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari pada ruang proses produksi adalah sebesar 85 dB(A) dalam rata-rata pengukuran 8 jam sehari. 1. Kondisi mesin harus dalam keadaan prima sebelum digunakan dengan tidak ditemukannya kerusakan pada komponennya. 2. Pemasangan kertas pada mesin harus tepat. 3. Proses sambung kertas akan mengikuti perputaran roll kertas sehingga kekencangannya harus tepat.
menambah kipas angin di setiap sudut. 4. Mewajibkan penggunaan alat pengaman telinga untuk memberikan ketenangan pekerja dalam proses produksi serta menjaga gendang telinga. 1. Melakukan pengecekan kesiapan mesin dengan teliti sebelum digunakan dan juga ketika selesai digunakan. 2. Melakukan pengecekan posisi kertas sebelum dan setelah cetak. 3. Melakukan pengecekan hasil cetak, untuk beberapa sampel. 4. Melakukan perawatan mesin secara rutin, tidak hanya dilakukan ketika mesin mengalami kerusakan (preventivemaintenan ce). 5. Menyediakan suku cadang mesin yang penggantian kompenennya cukup sering agar tidak menghambat proses produksi
95
2. Pengawasan Control Merupakan tahap analisis terakhir dari proyek six sigma yang menekankan pada pendokumentasian dan penyebarluasan dari tindakan yang telah dilakukan meliputi: 1. Melakukan perawatan dan perbaikan mesin secara berkala 2. Melakukan pengawasan terhadap bahan baku dan karyawan bagian produksi agar mutu barang yang dihasilkan lebih baik. 3. Melakukan pencatatan dan penimbangan seluruh produk cacat setiap hari dari masing-masing jenis dan mesin, yang dilakukan oleh karyawan dalam proses produksi. 4. Melaporkan hasil penimbangan produk cacat berdasarkan type produk catat kepada supervisor. 5. Total produk cacat dalam periode satu bulan dicantumkan dalam montly manager. Scorecard atas pertanggungjawaban manajer produksi untuk dilaporkan presiden direktur.
4.6 Pengaruh pengendalian kualitas produk terhadap kemampuan proses operasi Analisis regresi linier sederhana dilakukan dengan variabel Pengendalian Kualitas Produk (X)sebagai variabel bebas serta Kemampuan Proses Operasi (Y)
96
sebagai variabel terikat. Adapun rumus regresi adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) X
Coefficients
Std. Error 9.602
42.399
78.928
14.531
Beta
t
.481
Sig. .226
.821
5.432
.000
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 9.602 + 78.928X Keterangan :
X: Pengendalian Kualitas Produk
Y : Kemampuan Proses Operasi
Dari persamaan regresi linear sederhana diatas dapat dijelaskan bahwa, nilai koefiensi regresi variabel Pengendalian Kualitas Produk (X) adalah sebesar 78.928, artinya jika nilai dari Pengendalian Kualitas Produk mengalami kenaikan 1 satuan, maka nilai dari Kemampuan Proses Operasi akan mengalami kenaikan sebesar 78.928 satuan. Begitupula sebaliknya, jika nilai dari Pengendalian Kualitas Produk mengalami penurunan 1 satuan, maka nilai dari variabel Kemampuan Proses Operasi akan mengalami penurunan sebesar 78.928 satuan. Dalam hal ini pengaruh dari variabel independen Pengendalian Kualitas Produk
97
adalah berbanding lurus dengan Kemampuan Proses Operasi, artinya semakin meningkat Pengendalian Kualitas Produk, maka nilai Kemampuan Proses Operasi juga akan semakin meningkat, begitu pula sebaliknya.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi ini mengukur presentase total variasi variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi.
b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.481
.231
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .224
147.90080
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
Dari tabel diatas diperoleh koefisien determinasi atau R Square adalah 0.231 artinya 23,1 % variabel terikat yaitu Kemampuan Proses Operasi(Y) variasinya dapat dijelaskan oleh variabel bebas Pengendalian Kualitas Produk (X), sedangkansisanya sebesar 76,9 % dijelaskan oleh variabel diluar variabel yang digunakan. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian hanya menggunakan satu variabel independen, sehingga hasil pengujian uji F dan uji t akan menghasilkan kesimpulan yang sama.
98
1. Uji F Uji F ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama (simultan) dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis Statistik :
H0 : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara Pengendalian Kualitas Produk (X)terhadap Kemampuan Proses Operasi(Y).
H1 : β≠0, artinyaterdapat pengaruh antara Pengendalian Kualitas Produk (X)terhadap Kemampuan Proses Operasi(Y). b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
645398.494
1
645398.494
Residual
2143715.280
98
21874.646
Total
2789113.773
99
F 29.504
Sig. a
.000
a. Predictors: (Constant), X b. Dependent Variable: Y
Keputusan: Terdapat pengaruh antara Pengendalian Kualitas Produk (X)terhadap Kemampuan Proses Operasi(Y) (p-value 0.000 < 0.05)Tolak Ho Dari tabel diatas menunjukan nilai signifikansi adalah 0.000 yang bernilai kurang dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah Tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Pengendalian Kualitas Produk (X)terhadap Kemampuan Proses Operasi (Y).
99
2. Uji T Uji T ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh parsial atau individu dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil perhitungan berdasarkan data yang diperoleh : a
Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) X
Std. Error
9.602
42.399
78.928
14.531
Beta
t
.481
Sig.
.226
.821
5.432
.000
a. Dependent Variable: Y
Hipotesis Statistik :
H0 : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara Pengendalian Kualitas Produk (X) terhadap Kemampuan Proses Operasi(Y).
H1 : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara Pengendalian Kualitas Produk (X) terhadap Kemampuan Proses Operasi (Y). Keputusan : Terdapat pengaruh antara Pengendalian Kualitas Produk (X) terhadap Kemampuan Proses Operasi (Y) (p-value 0.000 < 0.05)Tolak Ho Dari tabel diatas menunjukan nilai signifikansi adalah 0.004 yang bernilai
kurang dari α = 0.05, oleh karena itu keputusan adalah Tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara terdapat pengaruh Pengendalian Kualitas Produk (X) terhadap Kemampuan Proses Operasi (Y).
100
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini bertujuan untuk memberikan gambaran mean dan standard deviasi dari data yang digunakan dalam regresi. Berikut adalah output berdasarkan hasil perhitungan. Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Y
225.4379
167.84775
100
X
2.7346
1.02297
100
Berdasarkan tabel diatas daat dilihat nilai skor rata-ratadari variabel Kemampuan Proses Operasi(Y) adalah sebesar 225.4379dengan nilai standard deviasi sebesar 167.84775. Nilai skor rata-ratadari variabel Pengendalian Kualitas Produk (X) adalah sebesar 2.7346 dengan nilai standard deviasi sebesar 1.02297.