63
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksadana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Selanjutnya, pada bulan Juli 2000 PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Dana Reksa Invesment Management (DIM) menerbitkan Jakarta Islamic Index (JII) yang terdiri dari 30 (tiga puluh) jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi syariah islam. Penentuan kriteria dari komponen Jakarta Islamic Index (JII) tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah DIM (Dana Reksa Invesment Manajement).1 Tujuan pembentukan Jakarta Islamic Index (JII) adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham yang berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah islam untuk melakukan investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jakarta Islamic Index (JII) menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.2 1
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi Syar’iyyah Modern (Yogyakarta: CV. ANDI Offset, 2011), hlm. 352. 2
Najmudin, Manajemen Keuangan dan Aktualisasi..................hlm. 258.
63
64
Saham yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII) ini juga memiliki kriteria. Bahkan kategori dan kriterianya cukup ketat, sebab yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) adalah saham-saham yang terbebas dari unsur riba atau dengan kata lain harus sesuai syariah. Pedoman dalam menentukan kriteria saham-saham emiten yang menjadi komponen Jakarta Islamic Index (JII) tersebut yaitu : a.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham 10 berkapitalisasi besar).
b.
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen).
c.
Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.
d.
Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Selanjutnya, pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan
penentuan komponen indeks pada awal Januari dan Juli setiap tahunnya.
65
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dipantau secara terusmenerus berdasarkan data publik yang tersedia.3 Objek penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang listed atau terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2011-2014. Pada periode ini terdapat 6 perusahaan, akan tetapi setelah dilakukan purposive sampling maka diperoleh sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan. Berikut ini akan disajikan profil singkat dari perusahaan properti yang menjadi sampel dalam penelitian ini.
3
www.idx.com. (Diakses tanggal 8 Agustus 2015).
66
Tabel 4.1 Profil Singkat Sampel Perusahaan Properti No
Kode
1.
ASRI
Nama Perusahaan
Tahun Berdiri
Alam Sutera Realty Tbk.
3 November 1993
Bidang
Keterangan
Ruang lingkup Kantor pusat ASRI terletak kegiatan ASRI di Wisma dalam bidang Argo pembangunan dan Manunggal, pengelolaan Lt. 18, Jl. perumahan, Jend. Gatot kawasan komersial, Subroto Kav. kawasan industri, 22, Jakarta 12930. dan pengelolaan pusat perbelanjaan, Perusahaan mencatatkan pusat rekreasi, serta seluruh perhotelan sahamnya di (pengembangan Bursa Efek kawasan terpadu). Indonesia pada tanggal 18 Desember 2007. Saat ini proyek real estat utama yag dimiliki ASRI dan anak usahanya antara lain: berlokasi di Tanggerang (Proyek Kota Mandiri Alam Sutera), di Serpong (Kota Mandiri Suvarna Sutera di Pasar Kemis dan Kota Ayodhya di pusat kota). Di Jakarta (
67
2.
BKSL
Sentul City Tbk.
16 April 1993
Ruang lingkup kegiatan BKSL meliputi bidang pembangunan (perencanaan, pelaksanaan, konstruksi beserta fasilitas-fasilitasnya serta pemborong yang pada umumnya meliputi pembangunan kawasan perumahan, rumah susun, gedung perkantoran, apartemen, rumah ibadah, sekolah dan bangunan komersial, pemasangan instalasi-instalasi listrik, gas, air minum, perangkat telekomunikasi,dan plumbing atau limbah). Bidang perdagangan (penjualan atau pembelian real
proyek gedung perkantoran The Tower serta Wisma Argo Manunggal), dan di Bali (Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana). Kantor pusat BKSL berdomisili di Sentul City Building, Jl. MH. Thamrin Kavling 8, kawasan perumahan Sentul City, Bogor. Saat ini, BKSL mengembangk an konsep kota mandiri di Kawasan Sentul City. Pada tanggal 28 juli 1997 saham-saham BKSL dicatatkan di BEI dengan harga saham perdana Rp 500,-.
68
estate dan properti). Dan bidang jasa (jasa penyewaan dan pengelolaan properti, kawasan industri, gedung perkantoran, taman hiburan/rekreasi, pengelolaan parkir dan keamanan atau satpam). 3.
BSDE
Bumi Serpong Damai Tbk
16 Januari 1984
Ruang lingkup Kantor BSDE terletak di kegiatan BSDE Sinar Mas adalah perusahaan Land Plaza, yang berusaha BSD Green dalam bidang Office Park, pembangunan real Tangerang. estat. Saat ini BSDE melaksanakan pembangunan kota baru sebagai wilayah pemukiman yang terencana dan terpadu yang dilengkapi dengan prasaranaprasarana, fasilitas lingkungan dan penghijauan dengan nama BSD City. Saham-saham BSDE dicatatkan pada Bursa
69
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 Juni 2008 dengan harga saham penawaran Rp 550,per saham.
4.
LPKR
Lippo Karawaci Tbk.
15 Oktober 1990
Ruang lingkup Kantor pusat kegiatan LPKR LPKR terletak adalah dalam di Jl. bidang real estat, Boulevard pengembangan Palem Raya perkotaan, No. 7, Menara pembebasan/pembe Matahari lian, pengolahan, Lantai 22-23, pematangan, Lippo penguruggan dan Karawaci penggalian tanah. Central, Membangun Tangerang infrastruktur, 15811, merencanakan, Bantenmembangun, Indonesia. menyewakan, Saat ini, menjual, dan kegiatan mengusahakan utama LPKR gedung-gedung adalah perumahan, bergerak perkantoran, dalam bidang perindustrian, Urban perhotelan, rumah Development, sakit, pusat Large Scale perbelanjaan, pusat Integrated sarana olah raga. Development, Menyediakan Retail Malls, pengelolaan Healthcare, kawasan siap Hospitaly and bangun , Infrastructure, membangun dan dan Property. mengelola fasilitas Saham-saham umum, serta jasa LPKR akomodasi. dicatatkan pada Bursa
70
Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 28 Juni 1996 dengan harga penawaran Rp 3.250,persaham.
Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan di BEI
B.
Uji Statistik Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif statistik, maka berikut di dalam tabel 4.2 akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan di dalam penelitian ini meliputi: jumlah sampel (N), rata – rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai minimum serta standar deviasi bagi masing – masing variabel. Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
64
2.042.927.000
176.660.480.000
Mean
Std. Deviation
Market 42.458.668.478
39.210.240.000
Value Nilai 64 424.944.738.000 17.052.392.249.812 4.852.224.066.036 4.296.861.700.000 Persediaan
71
Gross Profit
64
0,43
0,80
0,5750
Margin Valid N 64 (listwise) Sumber : Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Tabel 4.2 diatas menunjukan data dalam penelitian ini berjumlah 64 data. Di dalam penelitian ini terdapat 2 variabel independen dan 1 variabel dependen. Variabel independen pertama yaitu nilai persediaan dengan nilai tertinggi (Maximum) yaitu 17.052.392.249.812 pada perusahaan LPKR triwulan 3 pada tahun 2014 dan nilai terendah (Minimum) yaitu pada perusahaan ASRI triwulan 3 pada tahun 2014 yaitu 424.944.738.000 dan memiliki rata-rata (Mean) adalah 4.852.224.066.036. Gross profit margin memiliki nilai tertinggi (Maximum) yaitu pada perusahaan BSDE triwulan 1 tahun 2013 adalah 0.80 dan nilai terendah (Minimum) yaitu pada perusahaan LPKR triwulan 2 tahun 2011 adalah 0.43 dan memiliki rata-rata (Mean) adalah 0.5750. Market value memiliki nilai tertinggi (Maximum) yaitu pada perusahaan LPKR triwulan 2 tahun 2013 adalah 176.660.480.000 dan nilai terendah (Minimum) yaitu pada perusahaan BKSL triwulan 1 tahun 2011 adalah 2.042.927.000 dan memiliki rata-rata (Mean) adalah 42.458.668.478.
0,09705
72
C.
Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.4 Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas dapat dilihat dengan analisis grafik dan analisis statistik. Hasil uji normalitas dengan grafik dapat dilihat pada histogram dan grafik Normal Probability Plots ialah sebagai berikut: Gambar 4.1 Histogram
Sumber: Output SPSS versi 21(Data sekunder yang diolah) 4
Mundrajat Kuncoro, Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2007), hlm. 94.
73
Gambar 4.2 Normal Probability Plots
Sumber : Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Dari gambar 4.1 histogram tampak bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetris tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Berdasarkan gambar 4.2 grafik normal probability plots tersebut titik-titik menyebar mendekati dari garis diagonal. Oleh karena itu hasil ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Pengujian normalitas secara statistik juga dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Untuk menentukan
74
data dengan uji Kolmogorov – Smirnov nilai signifikansi harus diatas 5%. Hasil uji K-S dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Uji Normalitas (Uji Kolmogorov – Smirnov)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
64
Normal Mean a Parameters Std. Deviation
0,0000044 32.804.029.900
Most Absolute Extreme Positive Differences Negatife
0,149 0,149 -0,081
Kolmogorov-Smirnov Z
1,191
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,117
a. Test distribution is normal. Sumber : Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Berdasarkan hasil tabel 4.3 nilai Kolmogorov – Smirnov sebesar 1,191
dengan
signifikansi
0,117.
Data
signifikansi
tersebut
menunjukkan lebih besar dari 0,05 yang menyatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau dengan kata lain regresi dengan variabel dependen market value memenuhi uji normalitas. 2.
Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas penelitian ini dilakukan dengan melihat Scatterplot (grafik plot) antara nilai prediksi variabel terikat
75
(dependen) dengan residualnya. Berikut hasil uji scatterplot yang ditunjukkan pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. Uji heteroskedastisitas juga bisa dilakukan dengan uji glejser, bisa dilihat dari tabel berikut ini yaitu pada tabel 4.4.
76
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser Coefficientsa Model 1
T
Sig.
(Constant)
2,181
0,033
Nilai Persediaan
0,530
0,598
Gross Profit Margin
-1,190
0,239
a. Dependent Variable: AbsUt Sumber: Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Dari tabel 4.4 bisa dilihat yaitu nilai signifikansi nilai persediaan dan gross profit margin sebesar 0,598 dan 0,239 ini lebih besar dari 0,05 berarti menunjukan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini. 3.
Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini menggunakan nilai Collinearity Statistics Tolerance (T) dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10.5 Berikut merupakan hasil dari pengujian multikolinieritas.
5
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2011), hlm. 106.
77
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Nilai Persediaan
0,768
1,302
Gross Profit Margin
0,768
1,302
Sumber : Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 yaitu 0,768; 0,768 serta nilai VIF < 10 yaitu 1,302; 1,302. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel independen pada model regresi. 4.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu
pada
periode
t-1
(sebelumnya).6
Uji
autokorelasi yang digunakan dalam penelitian adalah uji DurbinWatson (DW test). Hasil uji Durbin-Watson (DW test) disajikan dalam tabel 4.6.
6
Imam Ghozali, Aplikasi analisis Multivariate............hlm. 110.
78
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
R Square
0,548a
0,300
0,277 33.337.464.000
1,732
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber : Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas terlihat bahwa nilai D-W sebesar 1,732, nilai ini akan kita bandingkan dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah pengamatan 64 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k = 2) sehingga nilai dU dan dL berturut-turut adalah 1,6601 dan 1,5315. Penentuan hasil analisisnya sebagai berikut: Tabel 4.7 Dasar Penentuan Uji Durbin-Watson Hipotesi Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
0 < d < dL
Tidak ada autokorelasi
Tidak ada
Positif
Keputusan
dL ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi Tolak Negatif
4 - dL < d < 4
79
Tidak ada autokorelasi
Tidak ada 4 - dU ≤ d ≤ 4 - dL
Negatif
Keputusan
Tidak ada autokorelasi, Terima
dU < d < 4- dU
baik positif maupun negatife
Berdasarkan tabel 4.7 maka dapat disimpulkan sebagai berikut bahwa 1,6601 < d < 2,3399 (1,6601 < 1,732 < 2,3399) yang artinya tidak ada autokorelasi positif atau negatif dalam penelitian ini. Dan juga bisa di lihat dari gambar 4.4 berikut. Gambar 4.4 Uji Durbin-Watson
Autokorelasi Positif
Daerah keraguraguan
Daerah keraguraguan
Autokorelasi negatif
1,732
1,5315
5.
1,6601
2
2,3399
2,4685
Uji Linearitas Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau
80
kubik. Dengan uji linearitas akan diperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat, atau kubik.7 Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas Model Summaryb
Model 1
R
R Square
0,548a
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
0,300
0,277 33.337.464.000
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Dari tabel 4.8 didapat R2 = 0,300 dengan jumlah n = 64, maka besarnya C2hitung adalah 64 X 0,300 X 100% = 19,2. Sedangkan nilai C2tabel yang diperoleh dimana k = 3 dengan df = n - k = 64 - 3 = 61 dan tingkat signifikansi 0,05 maka C2tabel adalah 80,23. Karena C2hitung < C2tabel = 19,2 < 80,23 maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan adalah model linear. D.
Uji Hipotesis 1.
Analisis Regresi Linier Berganda Penelitian
ini
dianalisis
dengan
model
regresi
linear
berganda untuk melihat seberapa besar pengaruh nilai persediaan dan
7
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19 (Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 2011), hlm. 166.
81
gross profit margin terhadap market value. Hasil perhitungan regresi linier berganda bisa dilihat dari tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
Coefficients Beta
1 (Constant) 40.590.000.000 31.640.000.000
T
Sig.
1,283 0,204
Nilai 0,005
0,001
0,500 4,093 0,000
-35.270.000.000 49.390.000.000
-0,087 -0,714 0,478
Persediaan Gross Profit Margin a. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Market value = 40.590.000.000 + 0,005 Nilai Persediaan 35.270.000.000 Gross Profit Margin. Persamaan tersebut di atas mempunyai makna:
82
a.
Persamaan
regresi
yang
mempunyai
konstanta
sebesar
40.590.000.000 menggambarkan jika variabel independen (nilai persediaan dan gross profit margin) dianggap konstan maka market value akan meningkat 40.590.000.000. b.
Koefisien regresi nilai persediaan sebesar 0,005 dan bertanda positif. Hal ini berarti setiap kenaikkan satu persen nilai persediaan dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka market value akan mengalami kenaikan sebesar 0,005.
c.
Koefisien regresi gross profit margin sebesar -35.270.000.000 dan bertanda negatife. Hal ini berarti setiap kenaikkan satu persen gross profit margin dengan asumsi variabel independen lainnya tetap, maka market value akan mengalami penurunan sebesar 35.270.000.000.
2.
Uji Signifikansi a.
Uji Statistik t (parsial) Uji t yaitu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah nilai persediaan dan gross profit margin mempunyai pengaruh terhadap market value secara parsial. Hasil uji statistik t akan ditunjukkan dalam tabel 4.10.
83
Tabel 4.10 Hasil Ragresi Uji t (Parsial)
Model 1
T
Sig.
(Constant)
1,283
0,204
Nilai Persediaan
4,093
0,000
Gross Profit Margin
-0,714
0,478
Sumber: Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui dari satu variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (market value) adalah variabel nilai persediaan dengan nilai signifikansi 0,000 sedangkan gross profit margin dengan nilai signifikansi 0,478 lebih besar dari tingkatan signifikansi sebesar 0,05 dan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap market value. Pengujian Hipotesis pertama (Ha1) H01
:
Tidak ada pengaruh antara nilai persediaan terhadap market value.
Ha1
: Ada pengaruh antara nilai persediaan terhadap market value. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai
persediaan menghasilkan nilai thitung sebesar 4,093 dengan nilai
84
ttabel sebesar 1,99773, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang mana signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha1 diterima sedangkan H01 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan berpengaruh positif terhadap market value pada taraf signifikansi sebesar 5%. Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2) H02
: Tidak ada pengaruh antara gross profit margin terhadap market value.
Ha2
: Ada pengaruh antara gross profit margin terhadap market value. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa gross profit
margin menghasilkan nilai thitung sebesar -0,714 dengan nilai ttabel 1,99773, dengan nilai signifikansi sebesar 0,478 yang mana signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha2 ditolak sedangkan H02 diterima. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa gross profit margin tidak berpengaruh terhadap market value pada taraf signifikansi sebesar 5%. b. Uji Statistik F (Simultan) Uji statistik F bertujuan untuk mengetahui variabel independen terhadap variabel dependennya secara bersama– sama (simultan). Hasil uji statistik F akan ditunjukkan dalam tabel 4.11.
85
Tabel 4.11 Hasil Regresi Uji F (Simultan) ANOVAb Model 1
Regression
F 13,076
Sig. 0,000a
Residual Total a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y Sumber: Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
H03 : Tidak ada pengaruh antara nilai persediaan dan gross profit margin terhadap market value. Ha3 : Ada pengaruh antara nilai persediaan dan gross profit margin terhadap market value. Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji F sebesar 13,076 lebih besar dari Ftabel 3,15 dengan signifikansi 0,000 dibawah 5% maka dapat disimpulkan bahwa H03 ditolak dan Ha3 diterima. Hal ini menunjukkan secara simultan variabel independen yang terdiri dari nilai persediaan dan gross profit margin berpengaruh terhadap market value artinya besar kecilnya semua variabel
86
independen tersebut secara simultan berpengaruh terhadap market value periode mendatang. c. Koefisien Determinasi (R2) Output SPSS untuk pengujian koefisien determinasi ditampilkan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model 1
R 0,548a
R Square 0,300
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
0,277
33.337.464.000
a. Predictors: (Constant), X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Sumber: Output SPSS versi 21 (Data sekunder yang diolah)
Dilihat dari hasil pengujian tersebut dapat diketahui nilai Adjusted R2 sebesar 0,277 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 27,7%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan tidak mendekati 100% dan sisanya 72,3% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam variabel regresi dalam penelitian ini.
87
E.
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada hasil pengolahan data, yang terkait dengan judul, permasalahan, dan hipotesis penelitian, maka dalam penelitian ini ada beberapa hal yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengaruh Nilai Persediaan terhadap Market Value Hasil penelitian ini menunjukkan dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai persediaan menghasilkan nilai thitung sebesar 4,093 dengan nilai ttabel sebesar 1,99773, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang mana signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha1 diterima sedangkan H01 ditolak. Dari hasil uji t tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai persediaan berpengaruh positif terhadap market value pada taraf signifikansi sebesar 5%. Menurut Riyanto (1990) dalam Daljono pada tahun 2005 bahwa nilai persediaan mempunyai hubungan yang positif terhadap market value, semakin besar nilai persediaan semakin baik pula perkembangan market value perusahaan.8 Ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurhayati tahun 20139 dan Yudha Putriani Purwanto tahun
8
Daljono dan Endah Puspitaningtyas, “Analisis Pengaruh Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan dan Profit Margin terhadap Market Value Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. (Jurnal MAKSI, No.2, Agustus, V, 2005), hlm. 164-165. 9
Siti Nurhayati, “Pengaruh Nilai Persediaan, Return On Equity, dan Gross Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)”, Skripsi Ekonomi (Bandung: Universitas Pasundan, 2013).
88
200910 bahwa nilai persediaan berpengaruh terhadap market value. Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mutiara Saputri dan Titin Hartini tahun 201311 serta Ika Nurhayati tahun 201512 bahwa nilai persediaan tidak berpengaruh terhadap market value. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif mengindikasikan nilai persediaan mempengaruhi keputusan investor
untuk
melakukan
investasi,
sehingga
mempengaruhi
permintaan akan saham perusahaan yang nantinya akan berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan. Nilai persediaan juga mengindikasikan bahwa perusahaan melakukan perputaran modal usaha melalui persediaan yang nantinya akan mempengaruhi tingkat produksi dan penjualan. 2.
Pengaruh Gross Profit Margin terhadap Market Value Hasil penelitian ini menunjukkan dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa gross profit margin menghasilkan nilai thitung sebesar -0,714 dengan nilai ttabel 1,99773, dengan nilai signifikansi sebesar 0,478 yang mana signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa Ha2 ditolak sedangkan H02 diterima. Dari hasil uji t tersebut
10
Yudha Putriani Purwanto, “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, dan Gross Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan (Studi Empiris: Perusahaan Aneka Industri di Bursa Efek indonesia)”, (Depok: Jurnal PESAT, Oktober, III, 2009). 11
Mutiara Saputri dan Titin Hartini, “Pengaruh Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI)”, Skripsi Akuntansi (STIE MDP, 2013). 12
Ika Nurhayati, “Pengaruh Nilai Persediaan dan Gross Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2013”. Skripsi Akuntansi (Jakarta: UPI YAI, 2015).
89
dapat disimpulkan bahwa gross profit margin
tidak berpengaruh
terhadap market value pada taraf signifikansi sebesar 5%. Ini memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Abubakar Arif dan Resti Jayeng Ramadhanti tahun 200913 serta Kinan Bahuweda Maulana tahun 201514 yang melakukan penelitian bahwa gross profit margin tidak berpengaruh terhadap market value dan tidak mendukung teori yang ada karena didalam teori “Signaling Hypotesis” yang dikemukakan oleh Mogdiliani dan Miller dalam Lukas tahun 2008 yang menyatakan bukti empiris bahwa jika ada kenaikan laba, sering diikuti dengan kenaikan harga saham, sebaliknya penurunan laba pada umumnya menyebabkan harga saham menurun.15 Ini menjadikan gross profit margin berpengaruh positif terhadap market value. Dari hasil deskriptif menggambarkan bahwa selisih antara nilai minimum, maksimum dan rata-rata tidak terdapat perbedaan yang mencolok, karena tidak ada laba yang resepsional atau luar biasa pada perusahaan properti sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan, serta
standar
deviasinya
juga
rendah
sehingga
hasil
ini
menggambarkan bahwa gross profit margin dalam perusahaan
13
Abubakar Arif dan Resti Jayeng Ramadhanti, “Analisis Pengaruh Penerapan Metode Arus Biaya Persediaan, Nilai Persediaan, Perputaran Persediaan dan Gross Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan Manufaktur Tahun 2003 – 2006”, (Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi dan Keuangan Publik, No. 1, Januari, IV, 2009), hlm. 01 – 16. 14
Kinan Bahuweda Maulana, “Pengaruh Metode Penilaian Persediaan dan Gross Profit Margin Terhadap Nilai Pasar (Studi pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Daftar Efek Syariah Periode 2009-2014)”, (Surabaya: Jurnal Jestt, No.8, Agustus, II, 2015), hlm. 627-641. 15
Lukas Setia Atmaja, Manajemen Keuangan, Buku I (Yogyakarta: Andi, 2008), hlm. 287.
90
properti tidak mempengaruhi market value. Karena suatu investasi yang mengandung risiko lebih tinggi seharusnya memberikan return yang di harapkan juga lebih tinggi. Semakin tinggi risiko semakin tinggi pula return yang diharapkan.16 Expected return tidak mempengaruhi market value dikarenakan return yang akan didapat belum tentu dan masih diperkirakan bukan return yang sebenarnya, bisa dikatakan bahwa gross profit margin berhubungan dengan expected return karena termasuk juga hasil kotor belum terkena pengurangan dari pajak dan biaya lain-lain. Dengan kata lain gross profit margin dan expected return mempunyai hubungan yang erat dan keduanya tidak mempengaruhi market value. Tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Juita Kowel tahun 201317, Siti Nurhayati tahun 201318, Fica Firmansari tahun 201019, Mutiara Saputri dan Titin Hartini tahun 201320 yang menyatakan bahwa gross profit margin berpengaruh terhadap market value. 16
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi (Yogyakarta : Kanisius, 2010), hlm. 102
17
Juita Kowel, “Pengaruh GPM dan ROE Terhadap Market Value Pada Perusahaan Food And Beverages Yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012”, (Manado: Jurnal EMBA, No.3, September, I, 2013), hlm. 498-507. 18
Siti Nurhayati, “Pengaruh Nilai Persediaan, Return On Equity, dan Gross Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011)”, Skripsi Ekonomi (Bandung: Universitas Pasundan, 2013). 19
Fica Firmansari, “Analisis Pengaruh Metode Arus Biaya Persediaan dan Gross Profit Margin Terhadap Market Value pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di Bursa Efek Indonesia”, Skripsi Akuntansi (Jember: Universitas Jember, 2010). 20
Mutiara Saputri dan Titin Hartini, “Pengaruh Nilai Persediaan dan Profit Margin Terhadap Market Value Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI)”, Skripsi Akuntansi (STIE MDP, 2013).
91
Market value (nilai pasar) paling mewakili dalam menilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan gross profit margin pada perusahaan dapat memberikan sinyal positif bagi investor dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi namun belum memastikan investor tersebut akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Hal ini juga menunjukkan investor lebih memperhatikan besarnya aset perusahaan dibandingkan laba perusahaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasinya. 3.
Pengaruh Nilai Persediaan dan Gross Profit Margin Secara Simultan terhadap Market Value Hasil penelitian ini menunjukkan dari tabel 4.10 hasil uji F sebesar 13,076 lebih besar dari ttabel 3,15 dengan signifikansi 0,000 dibawah 5% maka dapat disimpulkan bahwa H03 ditolak dan Ha3 diterima. Hal ini menunjukkan secara simultan variabel independen yang terdiri dari nilai persediaan dan gross profit margin berpengaruh terhadap market value artinya besar kecilnya semua variabel independen tersebut secara simultan berpengaruh terhadap market value periode mendatang.