BAB IV ANALISIS DAMPAK PERILAKU PERANTAU TERHADAP MORALITAS REMAJA DESA KANDANGSERANG PEKALONGAN
A. Analisis Moralitas Remaja Desa Kandangserang Pekalongan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bab sebelumnya didapatkan gambaran tentang moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Dalam menganalisis peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Berikut adalah hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan ada 10 (sepuluh) bentuk moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan, antara lain: 1. Remaja desa melakukan shalat berjama’ah 2. Remaja desa melakukan puasa ramadhan dan puasa sunnah 3. Remaja desa menolong teman yang membutuhkan pertolongan 4. Remaja desa selalu mensyukuri nikmat yang diperoleh dengan mengucap “Alhamdulillah” 5. Remaja desa membaca “bismillah” ketika hendak mengerjakan sesuatu. 6. Remaja desa mengikuti Peringatan Hari Besar Islam di masjid 7. Remaja desa bersikap sopan dan santun kepada siapa saja 8. Remaja desa berkata halus dan mulia kepada bapak dan ibu 9. Remaja desa membantu orang tua secara fisik dan materi. 10. Remaja desa senantiasa mendo’akan orang tuanya
82
83
Itulah bentuk moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Dengan adanya pendidikan keagamaan pada anak diharapkan dapat berpengaruh kepada moralitas anak yang mana remaja Desa Kandangserang Pekalongan menjadi lebih agamis dan bersikap sopan santun terhadap orang lain. Orang tua memang berkewajiban untuk mengajarkan moral kepada anknya dengan cara yang baik. Cara mendidik moral pada anak menurut AlQur'an yang harus dilakukan antara lain pendidikan ibadah, disebutkan dalam firman Allah Qs. Lukman: 17 Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Lukman: 17).
Dengan adanya bekal ilmu agama diharapkan anak dapat membentengi dirinya sendiri dari segala hal yang negatif. Cara untuk memberikan pendidikan agama kepada anak yang baik adalah dengan metode pembiasaan. Metode
pembiasaan
digunakan
untuk
mendidik
anak
dengan
cara
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari, seperti: membuang sampah pada tempatnya, mengucapkan bismillah sebelum memulai suatu pekerjaan, bersalaman ketika berjumpa dengan seseorang, mengerjakan shalat dan puasa. Dengan penggunaan metode pembiasaan ini, anak terbiasa untuk melakukan
84
perbuatan-perbuatan baik sehari-hari. Maka secara otomatis hal ini dapat membentuk moral pada anak yang santun dan berakhlakul karimah. Tujuan daripada pembiasan ini diharapkan anak dapat terbiasa untuk melakukan halhal yang baik, sehingga mereka lambat laun akan memiliki sikap dan perilaku yang baik pula. Metode pembiasaan membutuhkan orang yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak, orang tua adalah sosok yang tepat untuk melakukan metode pembiasaan ini karena biasanya anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jika kebiasaan orang tuanya itu baik maka anak akan meniru kebiasaan yang baik pula, sedangkan jika kebiasaan orang tuanya itu buruk maka anak akan meniru kebiasaan yang buruk pula. Pengawasan
terhadap
moralitas
remaja
Desa
Kandangserang
Pekalongan memberikan banyak manfaat, antara lain: 1. Dapat membentengi perilaku atau perbuatan tercela serta meningkatkan Aqidah (Keimanan) bagi remaja Desa Kandangserang Pekalongan. 2. Meningkatkan
ketekukan
beribadah
pada
Desa
Kandangserang
Pekalongan. 3. Membentuk akhlak mulia pada diri Desa Kandangserang Pekalongan. Pembentukan moralitas yang islami, harus atas dasar kesadaran menyerah diri kepada Allah. Hal ini menyangkut akidah dengan cara beriman pada ke-esaan Allah, dan menyangkut akhlak, yang berarti seseorang harus berakhlak seperti yang diperintahkan Allah. Allah SWT menafsirkan makna
85
menyerahkan diri kepada Allah, saat dia memberikan contoh ideal yang tercermin sosok Rosulullah SAW dalam QS. Al-An’am: Artinya: ”Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am: 162 – 163) Dari penjelasan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa moralitas pada remaja Desa Kandangserang Pekalongan pada dasarnya merupakan anak dengan permasalahan sosial yang masih dapat diperbaiki. Kegiatan keagamaan merupakan bentuk pembinaan dan pengawasan terhadap remaja Desa Kandangserang Pekalongan sebagai ganti bimbingan dari orang tua. Pembinaan moralitas pada remaja Desa Kandangserang Pekalongan akan membentuk jiwa dan pribadi yang baik, berbudi dan taat kepada perintah agama sehingga tidak akan keluar menjadi pribadi yang jahat bahkan menjadi penyakit masyarakat. Menurut analisis peneliti, pembinaan pada moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalolngan sangat dibutuhkan, karena moralitas akan memberikan arah untuk dicapai, hal ini yang mendasari adalah fenomenafenomena yang terjadi akhir-akhir ini tentang isu globalisasi. Sehingga moralitas akan menjadi wacana dalam moralitas lingkungan hidup dengan dasar sains apakah itu perspektif ekologi, ilmu lingkungan, bioetika dan yang
86
lainnya. Moralitas dalam hal ini dipandang sebagai sebuah aturan yang digunakan sebagai rambu-rambu dalam aktivitas manusia di dunia ini. Dalam aktivitasnya, manusia harus mempu mengaplikasikan ilmu yang didasari pada nilai-nilai moral dan bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga visi yang diemban bisa tercapai dengan baik dan sempurna. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan tergolong baik atau positif, seperti yang telah dijelaskan di atas. Pembinaan moral kepada anak tidak cukup hanya dari orang tua semata melainkan diperlukan juga peran aktif dari tokoh masyarakat untuk mengajarkan moralitas yang baik kepada anaknya karena keluarga merupakan faktor utama dan pertama dalam membentuk moralitas pada anak. Perilaku orang tua yang baik akan menghasilkan moralitas anak yang baik pula, sebaliknya perilaku orang tua yang buruk akan ditiru oleh anak yang akan menghasilkan moralitas yang buruk pada anak.
B. Analisis Perilaku Perantau Desa Kandangserang Pekalongan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bab sebelumnya didapatkan gambaran tentang perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan. Dalam menganalisis peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Berikut adalah hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan ada 2 (dua) bentuk perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan, yaitu:
87
1. Perilaku perantau Desa Kandasangserang Pekalongan yang menjurus kepada perilaku yang negatif, seperti: membuat keonaran, kebut-kebutan di jalan, mengenakan pakaian yang tidak sopan, berpacaran atau gontaganti pasangan. 2. Perilaku perantau Desa Kandasangserang Pekalongan yang menjurus kepada perilaku yang positif, seperti: mengikuti kerja bakti desa, mengikuti peringatan hari besar agama Islam, memeriahkan desa dengan kegiatan lomba pada saat Agustusan, tahun baru, dan sedekah bumi, mengikuti ronda malam. Kedua macam perilaku tersebut adalah hasil dari observasi yang peneliti lakukan dengan didukung oleh wawancara oleh beberapa tokoh masyarakat dan remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang melakukan merantau ke kota besar. Dari kedua macam perilaku tersebut yang paling menonjol adalah perilaku yang negatif dari remaja Desa Kandangserang Pekakongan yang melakukan merantau. Hal ini dikarenakan pengaruh budaya dan teknologi yang dibawa oleh remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang merantau. Menurut Bintarto, di masyarakat pedesaan ikatan sosial berlaku sangat kuat dan kaku, yaitu ikatan nilai-nilai dan norma adat terhadap semua anggota masyarakat atua warganya. Maka dari itu banyak pemuda yang mengembangkan pola berpikir baru dengan melepaskan ikatan dan peninggalan nilai-nilai yang ada di desanya dengan jalan merantau. Namun hal ini akan berdampak kepada perubahan budaya yakni terbawanya pengaruh
88
budaya kota menuju ke pedesaan.1 Hal ini pulalah yang terjadi di Desa Kandangserang Pekalongan, banyak remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang merantau ke kota besar setelah pulang ikut membawa budaya dan kebiasaan dari kota besar. Menurut analisis peneliti, perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan di atas merupakan bentuk perilaku yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan mengingat usia remaja perantau Desa Kandangserang Pekalongan adalah usia remaja menjelang dewasa sehingga dimungkinkan anak untuk berubah. Kalau dilihat dari kacamata paedagogis, maka pada dasarnya orang tuanyalah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pertumbuhan perilaku remaja. Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna mewasiatkan akan tanggungjawab paedagogis ini yang terdapat dalam Qs. At-Tahrim ayat 6: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Qs. At-Tahrim: 6).2
1
Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004),
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Semarang: PT. Toha Putra, 2005),
hlm. 5. hlm. 591.
89
Rasulullah SAW juga memerintahkan kepada umatnya untuk mendidik anak-anaknya seperti halnya Nabi bersabda: ) (رواه ابن اجو. اَ ْ َ ُ ىْ ا اَوْ َ ُ ُ ْم َواَحْ َسنُىْ ا اَ َ بَهُ ْم: صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِو َو َسلَّ َم قَا َل َ س َعنِى النَّبِ ِّى ٍ َع َْن اَن Artinya: “Dari Anas Rasulullah SAW berkata : muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik”. (HR. Ibnu Majah).3 Ayat tersebut di atas merupakan dasar pelaksanaan pembinaan perilaku remaja dalam keluarga. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa orang tua dituntut untuk memperhatikan anaknya terutama dalam berperilaku atau bersopan santun dengan orang lain. Apabila orang tua dapat mendidik dirinya sendiri dan seluruh anggota keluarganya dengan pendidikan agama Islam, maka mereka akan terhindar dari siksa api neraka. Jadi keluargalah yang bertanggung jawab penuh sebagai pengemban amanat atau wasiat dari ayat tersebut untuk dapat menjaga diri sendiri dan keluarga dari siksa api neraka adalah dengan melalui jalan pendidikan dan pengajaran. Untuk mengatasi perilaku remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang negatif dapat dicegah melalui pendidikan agama dalam keluarga. Pendidikan agama merupakan pendidikan yang dibutuhkan oleh remaja untuk membentuk dan mengarahkan perilaku yang baik dan benar. Karena pendidikan agama Islam adalah salah satu alat pembudaya masyarakat manusia itu sendiri. Prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani dengan tingkat yang dipelajarinya. Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan 3
Imam AZ. Zabidi, Ringkasan Shahih Al-Bukhari (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 352.
90
kemampuan yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik. 4 Sebenarnya perilaku negatif yang terjadi pada remaja Desa Kandangserang Pekalongan masih dapat diperbaiki, untuk itu diperlukan peran serta dari segenap pihak tidak hanya dari orang tua, tetapi juga dari tokoh masyarakat guna ikut menciptakan faktor lingkungan yang agamis. Dengan adanya lingkungan yang agamis diharapkan perilaku yang negatif pada remaja Desa Kandangserang Pekalongan yagn merantau dapat dicegah dan diredam. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan cenderung kepada perilaku yang negatif, selain ada juga perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan yang positif. Dengan adanya pengawasan dari orang tua dan masyarakat pada remaja diharapkan dapat berpengaruh kepada perilaku perantau Desa Kandangserang Pekalongan menjadi lebih agamis.
4
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 12.
91
C. Analisis Dampak Perilaku Perantau Terhadap Moralitas Remaja Desa Kandangserang Pekalongan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bab sebelumnya didapatkan gambaran tentang dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Dalam menganalisis peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Berikut adalah hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan terdapat 4 (empat) macam dampak, yakni: 1. Banyak dari remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang meniru perilaku perantau remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang negatif Dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang pertama adalah banyak dari remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang meniru perilaku perantau remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang negatif, seperti: membuat keonaran, kebut-kebutan di jalan, mengenakan pakaian yang tidak sopan, berpacaran atau gonta-ganti pasangan. Hal ini juga dirasakan oleh segenap warga Desa Kandangserang Pekalongan sebagai dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan dari banyak dari remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang meniru perilaku perantau remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang negatif adalah pengajaran pendidikan agama dari orang tua. Dengan adanya
92
pengajaran pendidikan agama dari orang tua diharapkan dapat mencegah dan menyaring perilaku yang negatif yang dapat ditiru oleh remaja Desa Kandangserang Pekalongan. 2. Banyak dari remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang mulai menjauh dari kegiatan keagamaan di Masjid Dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang kedua adalah banyak dari remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang mulai menjauh dari kegiatan keagamaan di Masjid, seperti: shalat berjama’ah, mengaji, berjanji, manaqib, yasinan dan tahlilan. Hal ini juga dirasakan oleh segenap warga Desa Kandangserang Pekalongan sebagai dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan dari banyak dari remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang mulai menjauh dari kegiatan keagamaan di Masjid adalah menggiatkan kegiatan keagamaan di Masjid atau musholla setempat. Dengan adanya kegiatan keagamaan yang banyak, seperti: shalat berjama’ah, pengajian, yasinan, tahlilal, manaqib dan lain sebagainya dapat menjadikan remaja Desa Kandangserang Pekalongan lebih sibuk sehingga waktu untuk melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat dapat dihindari. Untuk itu dibutuhkan peran aktif dari pengurus masjid dan remaja masjid untuk menggiatkan kembali kegiatan keagamaan di Desa Kandangserang Pekalongan.
93
3. Gaya berpakaian dan bicara remaja Desa Kandangserang yang mulai berubah meniru gaya berpakaian dan bicara remaja yang merantau. Dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang ketiga adalah gaya berpakaian dan bicara remaja Desa Kandangserang yang mulai berubah meniru gaya berpakaian dan bicara remaja yang merantau. Hal ini juga dirasakan oleh segenap warga Desa Kandangserang Pekalongan sebagai dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan dari gaya berpakaian dan bicara remaja Desa Kandangserang yang mulai berubah meniru gaya berpakaian dan bicara remaja yang merantau adalah mengajarkan tentang pendidikan berbusana dan sopan santun melalui kegiatan pengajian dan pendidikan dari orang tua di rumah. Dengan adanya kegiatan pengajian dan pendidikan dari orang tua di rumah dapat menjadikan remaja Desa Kandangserang Pekalongan lebih tahu tentang manfaat berpakaian yang benar dan sopan santu dalam berbicara terhadap orang lain. Untuk itu dibutuhkan peran aktif dari orang tua untuk mengajarkan etika berbusana kepada anaknya. 4. Mulai berkurangnya rasa sopan santun remaja Desa Kandangserang yang mulai berubah meniru perilaku remaja yang merantau. Dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan yang keempat adalah mulai berkurangnya rasa
94
sopan santun remaja Desa Kandangserang yang mulai berubah meniru perilaku remaja yang merantau. Hal ini juga dirasakan oleh segenap warga Desa Kandangserang Pekalongan sebagai dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan dari mulai berkurangnya rasa sopan santun remaja Desa Kandangserang yang mulai berubah meniru perilaku remaja yang merantau adalah mengajarkan tentang pendidikan etika dan moralitas kepada remaja. Hal ini dapat dilakukan oleh segenap tokoh masyarakat dan orang tua. Pendidikan etika dan moralitas yang dilakukan dapat dimasukkan dalam pendidikan agama dan kegiatan keagamaan yang ada di Masjid Desa Kandangserang Pekalongan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dampak perilaku perantau terhadap moralitas remaja Desa Kandangserang Pekalongan terdapat 4 (empat) macam dampak. Keempat dapat tersebut dapat dicegah dengan memberikan pendidikan agama dan menggiatkan kegiatan
keagamaan
yang
ada
di
masjid
dan
musholla
Desa
Kandangserang Pekalongan. Untuk itu dibutuhkan peran dari orang tua dan tokoh masyarakat dalam mengajarkan penddiikan agama kepada anak sehingga dapat membentengi perilaku atau perbuatan tercela serta meningkatkan keimanan pada remaja Desa Kandangserang Pekalongan.