BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERAN TEMAN SEBAYA DALAM PROSES PEMBENTUKAN AKHLAK REMAJA DESA KEBONROWOPUCANG KARANGDADAP PEKALONGAN A. Analisis
Keadaan
Akhlak
Remaja
Desa
Kebonrowopucang
Karangdadap Pekalongan Akhlak merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari manusia, karena akhlak merupakan hal yang melekat dalam jiwa manusia, sehingga melahirkan perbuatan yang mudah tanpa dipikirkan oleh manusia. Baik itu akhlak yang baik (al-akhlāq al karimah), maupun akhlak yang buruk (al(akhlāq
mażmumah).
Dalam
penelitian
yang
dilakukan,
peneliti
memfokuskan kepada akhlak pribadi, berdasarkan dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan observasi, maka bisa diambil kesimpulan bahwa akhlak pribadi remaja di desa Kebonrowopucang memiliki akhlak yang condong kepada akhlak yang baik tetapi sebagian dari remaja memiliki akhlak pribadi yang buruk. 1. Akhlak baik (al-akhlāq al karimah) Dikatakan seseorang memiliki akhlak baik, ketika perilaku yang dilakukan tersebut dapat diterima dan disenangi oleh semua orang yang berakal sehat.1 Menurut penuturan dari Pak Sugiono yang mengatakan bahwa akhlak remaja desa Kebonrowopucang adalah baik, dibuktikan 1
dengan
dengan
sebagian
besar
remaja
Nasrul, Akhlak Tasawuf (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015), hlm. 35
68
di
desa
69
Kebonrowopucang bisa membaca Al-Qur’an, dan jika dilihat tidak ada remaja yang tersandung kasus narkoba, atau minum minuman keras. Hal ini bisa juga dilihat dari sebagian besar remaja bersekolah, mereka juga sering mengadakan perkumpulan, seperti IPNU dan IPPNU setiap dukuh atau mushola sebagian besar memiliki perkumpulan remaja sendiri seperti IRSADA (Ikatan Remaja Sabilul Huda) yang didalam kegiatan tersebut memiliki kegiatan yang positif antar remaja. Sebagian besar jika remaja memang sudah lulus sekolah dan tidak meneruskan sekolah lagi mereka juga bekerja, dan tidak banyak juga yang nganggur. Selain hal itu pula para remaja wanita disini banyak sekali atau malah sebagian besar mereka keluar dengan berjilbab.2 Melalui keterangan yang diberikan oleh bapak Sugiono mengatakan bahwa desa Kebonrowopucang sebagian besar remajanya bisa membaca al-Qur’an. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai indikasi dari akhlak baik dari remaja desa Kebonrowopucang, karena mereka mempu menggunakan waktu dengan baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh bu Sri bahwa remaja mampu membagi waktu dengan baik sesuai kewajibannya, seperti halnya sekolah mereka pergi sekolah, pada waktu mengaji mereka pergi untuk mengaji, waktuwaktu yang lain pun demikian.”3
2
P. Gi, masyarakat, wawancara kelompok, kebonrowopucang, 3 Maret 2016 . Mak Sri, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 12 Maret 2016.
3
70
Penggunaan waktu dengan baik merupakan hal yang penting bagi perkembangan remaja, karena dengan menggunakan waktu dengan bermanfaat berarti mereka terhindar dari waktu yang sia-sia. Karena dengan sia-sianya waktu menjadikan mereka lebih berpeluang untuk melakukan hal yang bersifat coba-coba atau tidak jelas. Penggunaan waktu yang baik ini dapat terlihat dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari remaja, seperti halnya remaja yang masih bersekolah, mereka banyak menghabiskan waktu belajar
di sekolah, dan bagi
remaja yang sudah tidak bersekolah mereka menghabiskan waktu dengan bekerja yaitu dengan bekerja sebagai buruh jahit. Dengan analisis yang dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa remaja desa Kebonrowopucang memiliki akhlak yang baik berupa amanah, yaitu dengan mempu menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Selain amanah, mereka termasuk dalam akhlak yang baik berupa istiqamah. Amanah yang mereka lakukan, lebih diperkuat dengan kegiatan berlajar yang juga mereka lakukan di luar sekolah, seperti halnya yang diungkapkan oleh Hz, Ms, Kr mengenai hal-hal yang dilakukan bersama teman sebayanya: “Bermain, belajar kelompok, jalan-jalan, shering-shering.”4 Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ida, mengenai hal yang dilakukan bersama teman sebayanya:
4
Hz, Ms, Kr, Remaja, Wawancara Kelompok, Kebonrowopucang 5 April 2016.
71
“Kerja kelompok, refresing, ngobrol.”5 Selain kegiatan yang mereka lakukan sebagai amanah dan wujud istiqamah dari orang tua untuk belajar atau bekerja mereka juga memiliki aktifitas lain seperti halnya remaja desa Kebonrowopucang sebagian besar mengikuti kegiatan-kegiatan desa, seperti halnya mengikuti kegiatan IPNU-IPPNU, dan organisasi desa yang diadakan masing-masing kelompok, kelompok mushola atau kelompok blok desa, seperti halnya IRSADA (Ikatan Remaja Sabilul Huda), IPPMAS (Ikatan Pemuda Pemudi Mushola al-Ihlas), ROKID (Rowobulus Kidul) Dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diadakan oleh remaja masing-masing kelompok. Hal ini membuktikan bahwa remaja desa Kebonrowopucang masih memiliki kesadaran yang baik mengenai silaturahmi antar remaja dan belajar agama dan lain-lain, karena kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan biasanya diisi dengan acara mengaji, serta mendengarkan ceramah. Kegiatan yang khusus diperuntukkan
untuk
remaja
ini
merupakan
wahana
yang
menguntungkan bagi pembentukan pribadi atau pembentukan akhlak remaja sebagai sarana belajar dan kegiatan sosial. Dikatakan remaja berakhlak baik, juga dilihat dari indikasi lain seperti, seperti tidak adanya aksi kejahatan di desa Kebonrowopucang, sebagaimana dikatakan oleh Hz, Ms, Kr:
5
Ida, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016.
72
“Tidak ada kejahatan, aman –aman aja, IPNU nya juga maju,”6 Melalui ungkapan tersebut, dapat digaris bawahi, bahwa remaja desa Kebonrowopucang masih baik-baik dan tidak nakal hal ini sesuai dengan akhlak remaja berupa Iffah yaitu menjaga kehormatan diri dengan tidak melaksanakan hal yang diharamkan.7 Remaja desa Kebonrowopucang saling menghormati atau sopan sewajarnya dengan sesama teman, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ida: “Masih baik, karena masih sopan-sopan, saling menyapa satu sama lain.”8 Melalui
ungkapan
dari
Ida
tersebut
mengenai
remaja
desa
Kebonrowopucang masih sopan-sopan hal ini membuktikan bahwa remaja desa Kebonrowopucang memiliki akhlak yang baik berupa tawadhu’. Entah tawadhu’ terhadap orang tua maupun kepada antar teman. Remaja desa Kebonrowopucang dalam berpenampilan tidak ada yang terlalu terbuka atau tidak sopan, kebanyakan dari remaja putri jika keluar rumah mereka mengenakan jilbab. Dengan demikian remaja desa Kebonrowopucang memiliki rasa malu yang merupakan salah satu akhlak yang mulia. Hal ini sesuai dengan yang sebagaimana ungkapan pak Sugiono yang mengatakan bahwa ketika remaja wanita keluar dengan mengenakan jilbab.9
6
Hz, Ms, Kr, Remaja, Wawancara Kelompok, Kebonrowopucang, 5 April 2016. Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 2004) hlm. 97. 8 Ida, Remaja, Wawancara Kelompok, Kebonrowopucang, 5 April 2016. 9 P. Gi, masyarakat, wawancara kelompok, kebonrowopucang, 3 Maret 2016 . 7
73
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa remaja desa Kebonrowopucang memiliki akhlak pribadi yang baik berupa: amanah, istiqamah, malu, Iffah, tawadhu’, selain itu remaja desa Kebonrowopucang memiliki semangat
yang bagus dalam
menuntut ilmu serta menjalin silaturahmi sebagai wujudnya terdapat banyak organisasi yang diadakan oleh remaja, entah itu antar blok desa ataupun kelompok remaja mushola. 2. Akhlak buruk (Akhlaqul Madzmumah) Dikatakan akhlak buruk, jika perilaku itu tidak dapat diterima dan disenangi oleh semua orang yang berakal sehat serta tidak pula membahagiakan.10 Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sugiono bahwa remaja desa Kebonrowopucang tidak ada yang mengonsumsi alkohol,
dalam
penelitian
membuktikan
bahwa
remaja
desa
Kebonrowopucang masih terdapat remaja yang salah pergaulan yaitu mereka masih melakukan mabuk. Dalam perihal akhlak buruk ini, tidak semua orang tua mengetahui keadaan akhlak yang sebenarnya yang dimiliki oleh anaknya. Sebagaimana dalam hasil penelitain oleh Garbarino dan Bedard yang dikutip dalam bukunya Corde Wade, mereka menemukan bahwa sebagian remaja memiliki “kehidupan rahasia” dan self
yang sangat pribadi, dan tidak pernah mereka
tunjukkan kepada orang tua mereka.11 Ini merupakan fenomena umum remaja, seorang remaja yang menunjukkan satu sisi kepribadian 10
Nasrul, Op., Cit. Corde Wade dan Caral Turis, Psikologi edisi 9 terjemahan oleh Benedic Widyasinta (Jakarta: Erlangga, 2007) hlm. 216 11
74
kepada orang tuanya dan menunjukkan sisi kepribadian yang berbeda kepada teman sebayanya.12 Seperti hal yang dijelaskan oleh Bah bahwa dia mengatakan jika hal yang dia lakukan bersama temannya seperti mabuk-mabuk an (mengonsumsi alkohol) atau sekedar mengadu burung dara.”13 Selain mabuk bersama masih terdapat remaja yang masih melakukan perkelahian antar remaja, dikarenakan banyak faktor, termasuk demi solidaritas dan karena kesalahfahaman. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Man bahwa mereka melakukan perkelahian karena solidaritas dan tidak enak dengan temannya, dan mabuk bersama dilakukan karena paksaan atau terkadang karena tertipu ketika keadaan mendesak.14 Kegiatan sebagian kecil remaja desa Kebonrowopucang ini memang tidak diketahui oleh orang tua maupun dari masyarakat desa. Karena hal ini mamang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Mengetahui hal ini hanyalah pedagang warung kopi yang memang berjualan sampai larut malam, sehingga tahu apa yang dilakukan oleh remaja di desa Kebonrowopucang. 15 Yang melakukan pun hanyalah segelintir orang dan hanya remaja itu saja (pemilik warung kopi mengatakan beberapa nama yang terkadang melakukan mabuk) dan remaja itu bukan remaja yang
12
Ibid., hlm. 216 Bah, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 11 Maret 2016. 14 Man, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 21 Maret 2016 15 De Nur, Masyarakat, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 6 April 2016. 13
75
berumur 16-21 melainkan sudah berumur 25 tahun keatas, tetapi belum menikah. Kegiatan yang dilakukan ini merupakan kegiatan yang haram dilakukan. yaitu mabuk, mabuk artinya hilangnya akal sehat, hilangnya akal sehat dapat mengakibatkan lupa diri dan menimbulkan ketagihan yang bisa membawa dampak buruk terhadap diri sendiri dan dapat meresahkan masyarakat. Perilaku seperti ini merupakan perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, karena dia tidak mampu mengontrol dirinya. Sehingga hal ini bertolak belakang dengan akhlak baik berupa iffah yaitu menjaga kehormatan diri dengan tidak melaksanakan hal yang diharamkan.16 Bertolak belakang disini dalam artian ia memeiliki akhlak yang buruk berupa berbuat kerusakan, berbuat kerusakan yang pasti mereka lakukan adalah kerusakan terhadap diri sendiri, dan dihawatirkan akan berbuat kerusakan di masyarakat dan menularkan kepada teman yang lain. Akhlak yang buruk seperti ini dapat ditimbulkan dari pergaulan, dari kelompok yang mereka jadikan teman dalam bergaulan. Akhlak buruk yang lain yang tidak bisa dihindarkan dari kegiatan berbincang antar teman adalah menggunjing, seperti halnya yang diungkapkan Tia: “ngobrol ... mengerjakna tugas, ngrumpi, nggglendengi temen”17 berbincang.. mengerjakan tugas, mengerumpi, menggunjing teman. 16
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), 2004) hlm. 97. 17 Tia, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016.
76
Kegiatan menggunjing teman ini merupakan hal yang tidak baik, atau berakhlak buruk, karena hal ini bertentangan akhlak baik yaitu sidiq atau jujur, menggunjing merupakan bentuk dari kebohongan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan remaja desa Kebonrowopucang secara garis besar adalah baik, tetapi di sisi lain, terdapat perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh bersama teman sebayanya yang lekang dari perhatian orang tuanya yaitu perilaku buruk berupa mereka masih terdapat yang mengonsumsi alkohol secara sembunyi-sembunyi serta melakukan tindakan anarkhi terhadap kelompok lain atas dasar kesetiakawanan. Baiknya karena remaja di desa Kebonrowopucang
sebagian
pengaturan waktu yang baik,
besar
mampu
membaca
Al-Qur’an,
berkerudung jika keluar rumah, aktif
mengikuti oranisasi yang ada, bersekolah, bekerja, tidak ada tindakan kriminalitas yang terjadi. B. Analisis Peran Teman Sebaya dalam Proses Pembentukan Akhlak Remaja Desa Kebonrowopucang Karangdadap Pekalongan Teman sebaya merupakan bagian dari proses pembentukan akhlak remaja. Karena remaja banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya, dan banyak hal yang dilakukan bersama teman sebaya, sehingga banyak pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi antar teman sebaya. Banyak remaja yang tidak bisa lepas dari teman sebaya. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Seseorang yang
77
ada pada tahap ini akan bergerak dari sebagai bagian suatu kelompok keluarga menuju menjadi bagian dari suatu kelompok teman sebaya dan hingga akhirnya mampu berdiri sendiri sebagai seorang dewasa.18 Menurut Zakiyah Daradjat, pertumbuhan masa remaja ini kira-kita pada umur 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun.19 Bentuk-bentuk peran teman sebaya dalam proses pembentukan akhlak remaja desa Kebonrowpopucanag Karangdadap Pekalongan. a. Teman sebaya sebagai sarana belajar Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, pertama-tama, hubungan pertemanan menjadi suatu medan pembelajaran dan pelatihan berbagai ketrampilan sosial bagi remaja, termasuk negoisasi, persuatu, kerjasama, kompromi, kendali emosional, dan penyelesaian konflik.20 Menurut Arikunto dalam buku Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan belajar sebagai perubahan tingkah laku, Belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk melakukan perubahan terhadap manusia, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.21
18
Kathryn GeldaRd dan Dafid Geldard, Konseling Remaja (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 5. 19
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990), hlm. 74 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan:Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, terjemahan Wahyu Indianti dkk., (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 109. 21 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan TenagaKependidikan (Jakarta: Alfabeta, 2009), hlm. 166. 20
78
Teman sebaya sebagai sarana belajar merupakan peran yang dimiliki oleh teman sebaya, karena dalam berinteraksi dengan teman sebaya mereka melakukan proses bersama teman sebaya melalui interaksi antar remaja sehingga terjadi suatu perubahan atau bertambahnya pengetahuan, mereka belajar mengenai sesama teman harus saling berbagi, saling tolong menolong sebagaimana nampak dalam jawaban dari Da: Sama sesama teman saling berbagi, saling tolong menolong”22 Saling berbagi
dan
tolong menolong
merupakan
sarana
pembelajaran dan pelatihan berbagai ketrampilan sosial bagi remaja dan merupakan perilaku yang terpuji, karena sebagai makhluk sosial setiap manusia yang hidup didunia ini tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain, ketrampilan sosial ini harus dipupuk sedari kecil agar terhindar dari sikap egois dan unsocial sebaliknya diharapkan ia tumbuh menjadi manusia yang peduli terhadap manusia atau makhluk lain dan bisa saling membantu. Teman sebagai sarana dalam belajar untuk saling berbagi juga nampak pada Yar jika temen rumah itu lebih banyak mengajarkan tentang arti kekeluargaan seperti jika ada teman yang tidak memiliki uag mereka saling meneraktir. Dan menurut mereka dengan menghabiskan waktu untuk mengobrol sampai larut malam berbagi pengalaman merupakan kesempatan untuk mengajarkan bagaimana rasa kekeluargaan yang
22
Da, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 11 Maret 2016.
79
tinggi. Dan dengan bergaul dengan teman merupakan kesempatan untuk mengajarkan bagaimana caranya menghormati orang lain dan sesama teman. 23 Dalam hasil wawancara dengan Yar dapat diambil nilai bahwa dalam berinteraksi dengan teman mengajarkan bagaimana arti kekeluargaan, karena dalam berhubungan dengan teman yang lain membutuhkan rasa kekeluargaan didalamnya. Kekeluargaan adalah sebuah rasa yang diciptakan oleh manusia guna mempererat hubungan agar timbul rasa kasih sayang. Indonesia nilai kekeluargaan sangat ditanamkan karena memang identitas bangsa Indonesia terkenal dengan kekeluargaannya. Saling membantu teman ketika teman tidak memiliki uang dan teman yang lain membantu meneraktir dalam hubungan teman sebaya termasuk dalam kategori memupuk rasa saling tolong menolong dan berbagi hingga timbulnya kekeluargaan. Dalam hubungan dengan teman juga mengajarkan bagaimana dengan orang lain harus saling menghormati agar terhindar dari sikap takabur atau sombong dan sikap yang diharapkan timbul dari hubungan antar teman adalah sikap tawadhu’ atau rendah hati. Sikap tawadhu’ yang timbul tidak akan menjadikan dia rendah melainkan akan dihormati dan dihargai orang lain.
23
Yar, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 17 Maret 2016.
80
Peran teman sebaya sebagai sarana belajar dalam memupuk rasa kebersamaan, solidaritas, belajar tentang kehidupan nampak dalam Jm, Nm, dan Ko : “Belajar organisasi, kepemimpinan, kebersamaan, kehidupan. Teman berperan dalam pembentukan akhlak, karena keseharian kita lebih banyak dengan teman. Teman membentuk kepribadian tentang pandangan tentang sesuatu, saling curhat”24 Sesuai dengan teori diatas bahwa teman berperan sebagai sarana belajar ketrampilan sosial, selain itu dalam berinteraksi dengan teman, banyak mengajarkan atau menambah pengetahuan dalam berbagai hal, seperti halnya dalam berorganisasi teman dapat menjadi media belajar, karena dengan berinteraksi dengan teman melalui bercengkerama atau dalam sharing atau melalui pengamatan
yang
dilakukan
secara
otomatis
seseorang
memperoleh pengetahuan atau menambah pengetahuan akan sesuatu.
dalam
hal
ini
adalah
masalah
organisasi
dan
kepemimpinan. Dari hasil analisis tersebut temans sebaya berperan dalam proses pembentukan akhlak, akhlak yang tebentuk dari interaksi yang terjalin dengan teman berupa saling tolong memolong, saling membantu, solidaritas dan lain-lain merupakan sarana belajar memiliki akhlak pribadi seperti berani atau jubun, tawadhu’ dan malu. Sifat pemberani tidak selamanya berhubungan dengan kekuatan fisik dan menghubungkan mansia lain, pemberani disini 24
Jm, Nm, Ko, Remaja, Wawancara Kelompok, 22 Maret 2016.
81
merupakan berani lebih memilih kecintaan dari pada dunia karena dia tidak menomersatukan materi dan tidak memiliki sifat acuh tak acuh kepada orang lain, melainkan memiliki sikap care atau peduli terhadap orang lain. Sakap lain yang timbul melalui proses belajar bersama teman sebaynya adalah tawadhu’ berupa belajar menghormati orang lain. Selanjutnya teman sebaya mengajarkan tentang malu, malu dalam kontekas ini adalah malu kepada Allah apabila dia tidak mengerjakan perintah Allah, sedangkan kita diperintahkan untuk saling peduli terhadap orang lain dan terhindar dari sikap egois. b. Teman sebaya sebagai panutan Panutan dalam hal ini diartikan sebagai usaha meniru. Dan menurut Tri Dayakisni bahwa remaja cenderung mengikuti apa apa kata teman sebayanya atau teman kelompoknya dari pada orang tua.25 Pada awalnya, menjadi seorang panutan akan tercipta karena kebiasaan. Kadang-kadang, menjadi seorang panutan hanya karena usia, jenis kelamin, bidang pelajaran, atau latar belakang sosial /budaya.26 Peran teman sebaya sebagai panutan nampak pada Yar sebagaimana jika kita berteman dengan teman yang memiliki kebiasaan baik, akan memberi pengaruh terhadap teman yang lain,
25
Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling Islam (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 79. Sue Cowley, Panduan Manajemen Perilaku Siswa, alih bahasa oleh Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 68. 26
82
seperti yang diungkapkan oleh Yar bahwa karena temannya banyak yang rajin dan pinter, dan mereka membawa Yat ikut rajin belajar, rajin sholat juga, dan jika temannya sopan, menjadikan ia mengikuti berperilaku sopan,jika temennya merupakan teman yang tidak sopan dan nakal akan cenderung diikuti. Ketika mereka berteman dengan pemalas, dan suka membolos pelajaran. Dia juga ikut-ikutan malas. ”27 Melalui penjelasan dari Yar memperlihatkan bahwa teman berperan dalam proses pembentukan akhlak berupa teman sebagai panutan. Seorang remaja akan cenderung mengikuti apa yang dilakukan teman atau kelompoknya. Ketika seorang remaja yang bersekolah dan dihadapkan dengan posisi teman yang memiliki semangat belajar yang tinggi, seseorang akan mengikuti kebiasaan tersebut dengan sendirinya atau dengan disengaja ingin meniru dan menyesuaikan. Dalam meniru atau mengikuti teman yang memiliki semangat yang tinggi dalam belajar, dengan demikian ia meniru atau mengikuti teman yang lain dalam melaksanakan amanah yang diberikan orang tua dan guru sekolah. Karena orang tua menyekolahkan anaknya agar belajar sehingga dia memperoleh pengetahuan dan memanfaatkannya. Dan guru sekolah biasanya menyuruh atau memberikan amanah kepada siswanya untuk blajar
27
Yar, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 17 Maret 2016.
83
mandiri dirumah dengan tujuan agar materi yang disampaikan disekolah lebih mantap merasuk kedalam dirinya. Dan ketika kita memiliki teman yang memiliki tatakrama yang baik seseorang akan cenderung menyesuaikan diri dengan teman tersebut, sehingga dengan tidak disengaja kita telah mengikuti kebiasaan dari teman yaitu dengan memiliki tatakrama berupa kesopanan seperti yang diungkapkan oleh Yar. Dengan meniru teman yang memiliki tatakrama yang baik dengan orang lain merupakan salah satu sikap yang baik yang dimiliki oleh seorag muslim berupa tawadhu’ atau merendahkan diri, tidak sombong kepada orang lain. Sehingga bagaimana kita bisa memilih dan memiliki teman yang baik, karena teman yang baik akan membawa kita kepada kabikan. Begitu pula sebaliknya ketika berkumpul atau berteman dengan teman yang malas maka ia akan ikut malas, sehingga membolos pelajaran bisa terjadi walaupun kita merupakan orang yang rajin karena terlalu sering berteman atau berkumpul dengan teman yang pemalas maka akan ikut malas dan membolos pelajaran.sedangkan membolos pelajaran merupakan perbuatan tidak amanah atau hianat. Peran teman sebaya sebagai panutan dapat pula dilihat dari ketika mereka ikut sholat berjamaah, tahlilan, berorganisasi,
84
pengajian umum karena ajakan teman sebagaimana yang di ungkapkan oleh Irf. 28 Teman sebagai panutan nampak ketika teman mengajak sholat berjamaah, tahlilan berorganisasi, dengan demikian teman mengajak kepada kita untuk beristiqamah melakukan kebaikan. Seperti sholat berjamaah merupakan suatu kebaikan karena sunnah yang lebih baik dilakukan. Tahlilan dalam pelaksanaannya terdapat banyak dzikir atau mengingat Allah dan dalam berorganisasi kita memperoleh pengetahuan baru ataupun sebagai wahana kita belajar hidup sosial. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa teman sebaya perperan sebagai panutan tidak selamanya dalam hal yang positif teman berperan sebagai panutan juga termasuk dalam hal negatif. Pengaruh negatif seperti halnya, ketika mereka berkumpul dengan teman yang mengajak melakukan hal negatif seperti mencuri rambutan seperti yang dialami oleh Da sebagai berikut: Da, mengungkapkan tentang peran teman: “nak seng ora-ora, ngajari ngrokok... Milu kanzuz shalawat, IPNU an.Yo kadang-kadang apik, kadangkadang ora, cok ngejak nyolong enceh, tapi kadang ngejak ngaji...”29 Ya kadang-kadang bagus, kadang juga tidak, kadang mengajak mencuri rambutan, tetapi kadang mengajak belajar agama.
28
Irf, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016. Da, Da, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 11 Maret 2016.
29
85
Ketika melihat jababan dari Da, teman sebaya juga membuat Da mengikuti perbuatan yang buruk, seperti halnya mencuri rambutan merupakan perbuatan tercela, karena mengambil sesuatu yang bukan haknya tanpa izin pemiliknya. Hal ini merupakan proses dalam pembentukan akhlak buruk. Mengikuti suatau keburukan yang ditimbulkan melalui teman sebaya juga dialami oleh Roy yang karena berteman dengan teman yang malas, maka ia juga ikut malas. sebagaimana yang diungkapkan oleh Roy: “Koncoku ora do solat, do males, mangkle ikut males, bahasa yang digunakan tidak baik, mabuk.”30 Dalam hal berbicara, ketika seorang remaja berkumpul dengan teman yang memiliki bahasa yang baik ataupun sebaliknya, maka ia akan ikut terpengaruh dan cenderung mengikuti kebiasaan temannya. seperti halnya mereka ikut merokok, membolos jam pelajaran, mabuk, berkata kasar, berkelahi dengan kelompok teman sebaya yang lain. Hal ini juga selaras dengan dengan ketika berkumpul dengan pemalas atau rajin, teman akan ikut terpengaruh dari teman yang lain. Dalam hal berpenampilan pun demikian, jika berkumpul dengan teman yang berpenampilan berandal, seperti halnya menyemir rambut, seorang remaja cenderung mengikuti gaya temannya, karena agar sesuai dengan kelompoknya. 31 Hal
30
Roy, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 17 Maret 2016 Muz, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016.
31
86
tersebut juga seperti ketika remaja berkumpul dengan teman yang suka menggosip, maka ia akan terpengaruh ikut menggosip teman yang lain.32 Ketika dia bergabung dengan teman yang sering bermain setiap hari dan sampai malam, ia pun akan mengikutinya. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam proses pemebntukan akhlak teman sebaya berperan sebagai panutan, panutan yang diperankan dari teman sebaya dapat berupa panutan yang baik dan panutan yang buruk. Panutan yang baik seperti meniru memiliki sikap amanah, istiqamah dan panutan yang buruk seperti halnya hianat, dan tidak memiliki sikap malu kepada Allah, diri sendiri dan kepada orang lain. c. Teman sebagai pengingat atau penasehat Kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman, dan panduan moral.33 Peran teman sebaya sebagai pengingat atau penasehat merupakan bagian dari panduan moral yang diterima melalui teman sebaya. peran teman ini sering terjadi ketika mereka melakukan interaksi verbal, ketika mereka mampu membuka diri terhadap teman sebayanya, melalui curhat atau sharing mengenai hal yang dialaminya. Peran teman sebaya sebagai pengingat atau penasehat adalah ketika teman memberi tahu “ngandani” teman yang berbuat salah, memberi tahu hal-hal yang baik, ketika curhat tentang suatu 32
Tia, Remaja, Wancara pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016. Diane E. Papalia, Human Development (Psikologi Perkembangan), alih bahasa oleh: Anwar(Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 617-618. 33
87
hal dan diberi solusi atau memberi masukan. Sebagaimana yang diutarakan oleh Des: “Teman itu sering ngandani aku, Konco kerep ngrungakke curhatan e aku,..”34 Teman itu sering menasehati aku, teman juga sering mendengarkan curhatanku. Jm, Nm, Ko juga mengungkapkan: “saling ngandeni yo nek iso dadi ocah ki pie...35 Saling menasehati kalau bisa jadi anak itu harus gimana....” Sedangkan menurut Da: “Seperti pembimbing, kalau ada yang salah dibenerin.”36 Teman merupakan seseorang yang multifungsi, bisa menjadi guru, menjadi orang tua, kakak dan lain-lain. Dan dalam hal ini Da meletakkan teman sebagai seorang pembimbing. Dengan demikian hal tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan adalah teman yang seperti apa yang Da jadikan sebagai seorang pembimbing, apakah dia seorang teman yang baik atau teman yang tidak baik, teman yang memiliki akhlak yang baik atau akhlak yang tidak baik. Ketika Da meletakkan teman sebagai seorang pembimbing tetapi ternyata temannya adalah teman yang memiliki akhlak yang buruk maka dengan sangat mudah Da terjerumus dan mengikuti saran atau bimbingan yang diberikan oleh temannya. Tetapi sebaliknya ketika teman Da tersebut adalah teman yang baik, maka proses pembentukan akhlak Da dapat berjalan dengan 34
Des, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 14 Maret 2016 Jm, Nm, Ko, Remaja, Wawancara Kelompok, 22 Maret 2016. 36 Ida, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016. 35
88
baik dan mulus, karena dengan mudah ia akan mengikuti nasehat temannya, karena keberadaan teman sudah diakui oleh Da. Teman sebaya yang sudah memiliki hubungan yang dekat dan sudah memiliki kenyamanan untuk mencurahkan isi hati kepada temannya maka mereka akan banyak menceritakan masalah atau hal yang dialaminya dengan teman. Dengan teman sebaya mereka akan lebih cenderung menceritakan apapun yang terjadi dengan temannya bukan kepada kedua orang tuanya. Dengan demikian, ketika sudah terjalin kedekatan dan peduli satu dengan yang lain maka mereka akan memberi masukan atau nasehat kepada mereka. Dan mereka akan cenderung mendengarkan apa yang teman mereka sarankan. Saran yang baik atau tidak baik dalam konteks akhlak tergantung dengan teman mereka, ketika mereka bergaul dengan teman yang baik, maka nasehat yang diberikan baik, dan merupakan kebenaran, namun hal yang lain dapat pula terjadi, ketika mereka bergaul dengan teman yang tidak baik, maka nasehat atau saran yang diberikan terkadang bisa berupa hal yang tidak baik. Dengan memberikan nasehat atau masukan dari teman melalui media mencurahkan isi hati tersebut merupakan proses yang berperan dalam pembentukan akhlak remaja.
89
d. Teman sebaya sebagai motivator Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrahman dan Suryana, Echols dan Shadily mendefinisikan motivasi sebagai “penguat alasan, daya batin, dorongan”.37 Sedangkan Gipson mendefinisikan “motivasi adalah kekuatan yang mendorong
seseorang
kariawan
yang
menimbulkan
dan
mengarahkan perilaku”.38 Jika melihat dari pengertian motivasi, maka motivasi dapat berupa motivasi kepada hal yang baik dan kepada hal yang buruk. Tetapi yang timbul dari penelitian yang dilakukan. Motivasi disini lebih cenderung kapada hal yang bersifat baik atau positif seperti motivasi belajar, motivasi untuk menjadi lebih baik, motivasi dalam hal beribadah, motivasi dalam hal yang lain-lain. Interkasi sosial sangat menguntungkan karena dapat membantu mengembangkan ketrampilan sosial yang penting, seperti menerima, berbagi, dan mendengarkan pendapat orang lain. Proses membantu dan bekerja dengan orang lain itu sendiri dapat mejadi motivasi. Dinamika kelompok bisa menjadi positif dan negatif dan penting untuk meyakinkan bahwa komposisi kelompok menguntungkan bagi semuanya. Kelompok konstruktif dan positif yang bekerja sama dengan harmonis menjadi motivator yang 37
Pupuh Fathurohman dan Aa Suryana, Guru Profesional ( Bandung: PT Refika Aditama, 2012) Hal. 52. 38 Ibid., 53
90
signifikan. Kelompok yang termotivasi dapat mengumpukan sumber daya semua anggota kelompok dan kelompok ini dapat menjadi motivasi yang kuat.39 Peran teman sebaya sebagai motivator ketika seorang remaja memiliki teman yang memiliki semangat belajar yang tinggi maka hal tersebut akan memotivasi teman yang lain sebagaimana yang diungkapkan oleh Hz, Ms, Kr: “Menasehati, memotivasi jadi lebih semangat belajar, lebih kedisiplinan, meniru”40 Hal serupa juga diungkapkan oleh Man: “Teman berperan dalam hal positif, memotivasi dalam belajar,41 Motivasi menurut Echols dan Sadily adalah penguat alasan. Teman sebaya dapat dijadikan penguat alasan seorang remaja untuk menuju kepada sesuatu yang lebih baik, salah satunya adalah belajar.
Dalam
semangat
belajar
seseorang
terkadang
membutuhkan dukungan dari lingkungannya agar terjaga semangat belajarnya dan cenderung untuk meningkatkannya. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, ataupun lingkungan teman sebaya. Jika seorang remaja yang memiliki lingkungan yang kondusif untuk belajar, maka ia akan lebih cenderung termotivasi untuk mengikuti lingkungannya atau teman sebaya, motivasi yang diberikan teman sebaya dapat 39
Gavin reid, Memotivasi Siswa di Kelas, alih bahasa Hartati Widiastuti (Jakarta: PT Indeks, 2009) 20-21 40 Hz, Ms, Kr, Remaja, Wawancara Kelompok, Kebonrowopucang 5 April 2016. 41 Man, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 21 Maret 2016.
91
berupa interaksi secara verbal berupa nasehat dan lain-lain. dan dapat berupa pengamatan yang menimbulkan keinginan untuk belajar lebih giat lagi. Teman sebaya berperan dalam motivasi adalah dalam banyak hal, motivasi dalam bekerja, dalam beribadah, dan dalam hal yang lain. Seperti yang diungkapkan oleh Pray dan Fiq: “ketika ada teman yang sudah bekerja layak, menjadikan aku pingin ikut”.42 Dalam hal motivasi, Pray dan Fiq yang berasal dari latar belakang bersekolah di SMK, yang notabennya adalah sekolah siap kerja, maka tujuan yang mereka ingin capai adalah pekerjaan. Sehingga ketika melihat temannya yang sudah memiliki pekerjaan yang layak, mereka termotivasi agar bisa mengikuti jejaknya. Peran teman sebaya dalam proses pembentukan akhlak sebagai motivator nampak pada Tia: “Teman itu tempat belajar, kayak dalam berbahasa, temanku ada yang pake bahasa ne krama, jadi ingin meniru.”43 Teman itu tempat belajar, seperti dalam berbahasa, teman saya ada yang memakai bahasa krama, menjadikan saya ingin meniru. Tia ingin meniru temannya yang memiliki kebiasaan baik dalam berbahasa dia cenderung ingin mengikutinya, dalam hal ini berarti Tia termotivasi oleh temannya untuk memperbaiki diri berupa memperbaiki tatakrama dalam hal berbicara. dalam kelompoknya,
42
Pray dan Fiq, wawancara kelompok, Kebonrowopucang, 18 Maret 2016 Tia, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016.
43
92
seperti halnya ketika seorang remaja memiliki teman yang sudah bekerja layak, sehingga membuat teman yang lain termotivasi untuk mengikuti jejaknya. Kalau ada teman yang baik, ia cenderung ingin mengikutinya seperti ketika ia disuruh orang tuanya “zreg-zreg” atau cekatan, hal itu memotivasi teman yang lain untuk megikuti hal yang sama. Seperti yang diungkapkan Iis.44 Dengan melihat jawaban dari Iis, membuktikan bahwa teman bisa memotivasi teman yang lain dalam banyak hal dengan cara yang bermacam-macam seperti dengan melihat, mengamati, atau dengan melalui perbincangan. Seperti yang dialami oleh Iis bahwa dia cenderung ingin mengikuti temannya yang disuruh orang tuanya dengan cekatan. Melakukan sesuatu yang disuruh orang tua merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh anaknya dan melakukan suatu dengan cekatan merupakan akhlak yang mulia. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki peran sebagai motivator dalam banyak hal. Jika melihat dari pengertian motivasi maka motivasi yang timbul bisa berupa motivasi untuk melakukan hal positif dan negatif. Tetapi jika melihat kenyataan dilapangan lebih banyak motivasi yang ditimbulkan oleh teman adalah motivasi positif, seperti motivasi untuk lebih giat belajar, bekerja, memperbaiki akhlak dalam hal
44
Tia, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang, 5 April 2016.
93
tata krama dengan orang tua, melakukan hal agar lebih cekatan dan lain-lain. e. Teman sebaya sebagai pemaksa Henslin dalam yang dikutip oleh Damsar mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya memiliki daya paksa terhadap orang yang masuk ke dalamnya. Hampir tidak mungkin orang melawan kelompok teman sebaya yang peraturan utamanya “konformitas atau penolakan”. Seseorang yang tidak melakukan apa yang dilakukan orang lain menjadi “orang luar”, “bukan anggota”, “kasta luar”.45 Seperti yang diungkapkan oleh Man sebagai berikut: “Seng negatif, termasuk berkelahi, misalkan ada teman yang ada masalah, kalo gak bantu ya gimana. Mabuk-mabukan, asale keterpaksaan, kalo gak minum konone kecewa, atau ketipu, keadaan baru bola, haus, minum e seadanya, nonton pilm porno juga” Peran teman sebaya sebagai pemaksa dalam hal ini selaras antara teori dengan keadaan lapangan yang terjadi. Seperti yang dialami oleh Man, Man terpaksa mengikuti kebiasaan yang buruk yang dilakukan teman yaitu mengonsumsi alkohol dengan alasan dia tidak enak, atau karena takut temannya kecewa dengannya. Henslin memengemukakan bahwa dengan keadaan dimana seorang remaja terpaksa melakukan hal yang demikian karena takut dianggap
45
“kasta
luar”.
Perbuatan
juga
dilakukan
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 75
teman
94
sebayannya, demi sebuah kesetiakawanan, solidaritas atau bahkan karena dirinya merasa tidak enak dengan teman sebayanya. seperti halnya dalam kasus mengonsumsi alkohol, masalah perkelahian juga terkadang karena faktor paksaan, dengan alasan tidak enak dengan teman atau karena membuktikan solidaritas antar teman. Peran teman sebaya dalam proses pembentukan akhlak remaja sebagai pemaksa bergerak dalam hal yang banyak bisa negatif dan bisa dalam bentuk positif, bentuk paksaan dalam bentuk olok-olok atau dalam bentuk sindiran atau karena memang dipaksa karena jika tidak mengikutinya tidak dianggap sebagai kelompoknya “ kasta luar”. f. Teman sebagai sebagai sarana bertukar pikiran Peran teman sebaya sebagai sarana bertukar pikiran nampak pada Muz bahwa karena dia baru lulus SMA jadi mereka membicarakan mengenai akan meneruskan kuliah atau tidak atau membicarakan tentang masa depan.
46
Hal ini sesuai dengan Jm,
Nm, Ko yang mengatakan bahwa mereka membicarakan mengenai masa depan dengan teman sebayanya dan terbentuk kepribadian mereka tentang berpandangan akan sesuatu melalui komunikasi dengan teman sebayanya. 47 Bertukar pikir maksudnya adalah dapat berkarya dan bersosialisasi dengan orang lain tentang bertukar ide dan gagasan. 46
Muz, Remaja, Wawancara Pribadi, Kebonrowopucang,5 April 2016. Jm, Nm, Ko, Remaja, Wawancara Kelompok, 22 Maret 2016.
47
95
Dengan bertukar pikir dengan orang lain berarti kita telah melakukan proses sosialisasi yang dalam bahasa yang sering kita gunakan hampir sama dengan sebutan bersilaturahmi dengan orang lain. Dalam bertukar pikir dengan orang lain yang berisi bertukar ide dan gagasan lalu muncullah proses internalisasi tentang sesuatu,
sesuatu
tersebut
bisa
berupa
internalisasi
proses
pembentukan akhlak, proses pembentukan akhlak ini melalui polapikir dan tukar pikir. merupakan merupakan sarana dalam proses pembentukan akhlak remaja karena melalui bertukar pikiran maka akan membawa pengaruh terhadap pola pikir. Menggunakan teman sebagai sarana bertukar pikiran seperti ketika ia bercerita masalah perilaku yang baik dan buruk.