BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Analisis Materi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Bahjatul Wasail Karya Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi Materi pendidikan akhlak dalam kitab Bahjatul Wasail karya Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi terbagi dalam tiga bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Menjaga Hati dan Anggota Badan Wajib bagi orang Islam menjaga hati dan anggota badannya dari melakukan maksiat dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Perbuatan yang dilakukan karena perintah-Nya disebut ibadah. Banyak perbuatan baik yang merupakan ibadah yang bersifat umum yang diajarkan oleh agama yang ada di dunia ini, seperti tolong menolong dalam kebaikan, kasih sayang, bersikap ramah dan sopan dan bekerja keras dalam mencari nafkah. Ketika seseorang dalam hidupnya selalu condong untuk berbuat maksiat berarti termasuk golongan orang yang istidraj (di biarkan) yaitu orang yang tidak mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Berdasarkan uraian di atas, dapat di analisis bahwa Seorang muslim dalam kondisi apapun harus selalu menjaga diri, artinya harus menahan hawa nafsunya untuk melakukan perbuatan maksiat, baik dari segi batiniyah maupun dhohiriyahnya. Menjaga perbuatan maksiat dari segi batiniyah berarti harus menjaga hati dari sifat-sifat yang dapat
57
58
menimbulkan kekafiran, Sedangkan menjaga perbuatan maksiat dari segi dhohiriyah berarti menahan diri dari perbuatan-perbuatan tercela yang terlihat oleh kasyaf mata, seperti memukul tanpa hak, menganiaya, membunuh dan lain-lain. Diantara maksiat hati : 1) Ragu terhadap Allah SWT Rasa ragu terhadap Allah SWT berarti ragu terhadap wujudnya Allah SWT atau ragu terhadap sifat-sifat yang wajib bagiNya. Rasa ragu yang seperti ini harus di hilangkan, karena seseorang yang telah ragu akan adanya Allah SWT dapat menyebabkan kekufuran. 2) Merasa aman dari pembalasan Allah SWT Selain Tuhan maha pemberi, juga akan selalu memberi balasan terhadap apa yang kita kerjakan di manapun dan kapanpun. Segala perbuatan yang dilarang maupun yang di perintahkan oleh agama harus dilakukan dengan baik, karena semuanya akan di pertanggung jawabkan di akhirat nanti. Rasa aman dari pembalasan Alah SWT di sebabkan karena ketika manusia melakukan perbuatan maksiat tidak menyadari bahwa akan ada pembalasannya dan tidak sadar bahwa Allah SWT mengetahuinya apa yang di perbuat oleh makhluk-Nya. Sekecil apapun perbuatan maksiat atau dosa pasti akan mendapat siksa.
59
3) Putus asa dari rahmat Allah SWT Seseorang yang tidak mengharap lebih atas rahmat Allah SWT berarti orang tersebut mudah merasa putus asa. Ketika terjadi suatu kegagalan/kehancuran yang menimpa pada dirinya, maka tidak mau lagi berusaha untuk selalu mencari rahmat Allah SWT. 4) Sombong terhadap orang lain Sombong merupakan sifat pribadi seseorang, menjadi sifat yang telah melekat pada diri orang tersebut. Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih besar, lebih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung dari yang lain. Sifat seperti ini disebabkan oleh adanya kebajikan atau kesempurnaan pada dirinya baik berupa banyaknya harta yang dimiliki, ilmu yang dikuasainya, maupun hal lain. Seseorang yang memiliki sifat sombong berarti telah memakai pakaian Allah SWT, artinya Ia telah menyamai sifat yang di miliki oleh Allah SWT, karena hanya Allah semata yang pantas memiliki sifat sombong. 5) Riya’ Perbuatan riya’ menyebabkan semua amal ibadah yang di kerjakan akan sia-sia, tidak akan mendapatkan imbalan pahala yang semestinya. Riya ialah amal yang dikerjakan dengan niat tidak ikhlas, variasinya bisa bermacam-macam. Seorang yang memiliki sifat riya
60
ketika beramal kebaikan didasarkan karena ingin mendapat pujian orang lain, agar dipercaya orang lain, agar dicintai orang lain, dan karena ingin dilihat orang lain. Perbuatan riya’ berarti memperlihatkan amal kebajikan atau amal ibadah kepada orang lain dengan tujuan didalam batinnya karena demi orang lain, karena ingin di puji, dan hanya dunia yang dicari. Sehingga tujuan ibadah tidak sebenarnya karena Allah. Rosulullah SAW bersabda “ Aku (Nabi) sangat mengkhawatirkan umatku melakukan perbuatan syirik, padahal mereka tidak menyembah berhala, matahari, bulan, atau batu, akan tetapi mereka berbuat riya’ (memperlihatkan) amal perbuatan mereka pada orang lain.” 6) Kagum terhadap diri sendiri dalam hal ibadah. Setiap manusia harus mempunyai jati diri. Dengan jati diri manusia
akan
menghargai
dirinya
sendiri,
mengetahui
kemampuannya, kelebihan dan kekurangannya. Jadi ketika seseorang yang tekun dalam hal ibadah baik ibadah maghdhoh maupun ibadah ghoiru maghdhoh akan tetapi bangga terhadap apa yang telah di lakukannya, berarti orang tersebut belum mengetahui kekurangan yang ada pada dirinya. Beranggapan bahwa hanya dirinya yang paling tekun, paling rajin dan paling baik dalam segi ibadah. Ada juga yang sampai membanggakan diri karena merasa dapat terhindar dari siksa akhirat, bahkan menganggap wajib dirinya selamat dari siksa akhirat. Sifat kagum ini tercermin pada rasa
61
tinggi hati dalam berbagai hal, baik dalam bidang ibadah, keilmuan, kesempatan moral, maupun yang lainnya. Kagum terhadap diri sendiri dalam hal ibadah merupakan perbuatan dosa yang sangat berbahaya karena seseorang sering tidak sadar melakukannya. Dengan kata lain merupakan perbuatan dosa yang sangat halus karena ia tidak nampak mata, yang tahu hanya Allah SWT dan diri pelakunya. 7) Hasad. Hasad ialah rasa benci dalam hati terhadap kenikmatan orang lain dan disertai maksud agar nikmat itu hilang atau berpindah kepadanya, dengan kata lain tidak suka terhadap kenikmatan yang didapatkan orang lain dan berharap pindahnya nikmat itu pada dirinya. Hati seseorang yang memiliki sifat hasad akan selalu gelisah, tidak tenang karena dirinya tidak bisa menerima sesuatu yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mengharapkan sirnanya kenikmatan Allah SWT yang berada pada orang Islam baik berupa kebajikan ilmu, ibadah yang sah dan jujur, harta, maupun yang lainnya. Sifat hasad harus ditinggalkan karena merupakan dosa besar dan haram hukumnya. Orang yang memiliki sifat hasad akan di siksa di neraka Jahim. Sifat hasad haram hukumnya karena sifat hasad menentang ketentuan-ketentuan Allah SWT, dalam arti tidak ridho terhadap kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah SWT bagikan kepada hamba-Nya.
62
Dalam hadits Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Ibnu Majjah bahwa :
ْ .ب ْْ ْحط ْ لْالنْا ْرْ ْْال ْ تْ ْك ْماْتْْأْ ْك ْ سنْا ْح ْ لْ ْْال ْ س ْدْيْْأْ ْك ْح ْ ْْال Artinya : “ sifat hasad memakan perbuatan kebaikan, seperti halnya api membakar kayu kering”. Jadi, ketika seseorang dalam hidupnya tekun dalam beribadah, akan tetapi dalam dirinya memiliki sifat hasad maka ibadahnya tersebut akan sia-sia atau tidak akan mendapatkan pahala. 8) Unek-unek jelek Manusia yang memiliki rasa tidak baik, artinya bahwa dirinya memiliki rencana yang tidak baik terhadap seseorang. 9) Sengaja selalu bermaksiat. Orang yang tidak bisa menjaga hawa nafsunya akan selalu cenderung melakukan perbuatan maksiat. 10) Pelit dalam zakat dan selainnya. Orang yang pelit tidak mau membelanjakan hartanya, baik untuk dirinya, misalnya agar makan yang tidak baik dan tidak bergizi, padahal hartanya banyak, baik untuk kepentingan keluarganya, maupun untuk kepentingan orang banyak, yang merupakan zakat, infak atau sodaqoh. Bagi orang yang pelit, ketika mendengar istilahistilah tersebut bagaikan petir di siang hari. Sifat pelit ini dapat mempersempit pergaulan, sering menuduh orang tama’ (ingin diberi).
63
Kemudian orang yang pelit itu apabila hartanya telah berkumpul, ia merasa kaya dan tidak lagi memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa kepada pemberinya. Sabda Rasulullah SAW :
ْ .ار ْْ ْجنْ ْةْقْ ْْرْيبْْْ ْمنْْْالن ْ اسْبْ ْعْي ْدْ ْمنْْْ ْْال ْْ ْلْبْ ْعْي ْدْ ْمنْْْللاْْبْ ْعْي ْدْ ْمنْْْالن ْ خْي ْْ ْْو ْْالب Artinya : “ Orang bakhil (medit) adalah termasuk orang yang jauh dari Allah SWT, jauh dari manusia, jauh dari surga dan dekat dengan neraka”. (HR. At-Tirmidzi) 11) Buruk sangka baik terhadap Allah SWT maupun orag lain. Seorang yang memiliki prasangka yang buruk terhadap Allah SWT dan makhluk-Nya maka dalam hidupnya akan merasa tidak tenang, serta tidak nyaman karena meyakini bahwa Allah SWT maupun orang lain akan mendatangkan suatu keburukan pada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan kepada umatnya untuk selalu menjaga agar tidak memiliki sifat buruk sangka terhadap siapapun. Seperti hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dan Baihaqi yang berbunyi :
ْ .ْو ْءْالظْ ْن ْ اسْبْس ْ إْ ْحتْ ْرس ْ ْْواْ ْم ْنْالن Artinya : “ Jagalah kalian semua kepada manusia dengan sifat buruk sangka “.
64
12) Menganggap ringan terhadap sesuatu yang diagungkan Allah SWT baik berupa ketaatan, kemaksiatan, Al-Qur’an, Ilmu, Surga dan Neraka. Itu semua adalah maksiat dan keburukan yang merusak, bahkan ada sebagian yang menjerumuskan pada kekafiran. Na’udzubillah. Jadi, dari hasil penelitian di atas bahwa segala perbuatan maksiat yang terkait dengan hati dampaknya akan sangat berbahaya khususnya bagi diri sendiri dan orang lain pada umumnya, sebab dari beberapa perbutan maksiat hati ada yang menjadikan diri orang tersebut menjadi kafir. Seperti tidak percaya atau ragu terhadap adanya Allah SWT, sehingga dalam berbuat sesuatu yang batil dirinya akan merasa aman. 2. Bentuk-bentuk Ketaatan Diantara ketaatan hati : 1) Iman kepada Allah SWT Semua makhluk yang ada di alam ini seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan semua benda yang ada di sekeliling kita merupakan suatu bukti bahwa Allah SWT benar-benar ada, maka kita harus percaya kepada Allah SWT yang menciptakan alam semesta ini, artinya kita wajib mengakui dan meyakini bahwa Allah SWT itu memang ada. Secara umum iman artinya percaya, berarti dalam hatinya meyakini, benar-benar percaya akan adanya Allah SWT.
65
2) Yaqin Dalam hati meyakini terhadap agama Islam dengan meyakini sebenar-benarnya tanpa adanya keraguan, serta dirinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal seperti ini merupakan kewajiban bagi seorang mu’min untuk mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut sehingga selamat dari neraka. 3) Ikhlas Segala sesuatu yang telah terjadi pada seseorang hatiinya akan menerima dengan lapang dada. 4) Tawadhu’ (Rendah Hati) Sifat tawadhu’ berarti menganggap keutamaan dirinya lebih rendah di bandingkan dengan orang lain. Seperti sabda rasulullah SAW bahwa barang siapa yang memiliki sifat tawadhu’ karena Allah atau karena mengagungkan Allah SWT maka akan di angkat derajatnya di dunia dan di akhirat. 5) Nasihat terhadap orang Islam Bagi setiap muslim harus saling menasihati antara satu sama lain, baik secara ucapan maupun perbuatan. Apabila saudara, teman, ataupun kerabat yang muslim melakukan perbuatan yang tercela maka harus di berikan suatu nasihat. Adapun menasihati secara ucapan berarti memberi teguran dengan bahasa yang baik, sedangkan menasihati secara perbuatan berarti memberikan suatu pukulan yang
66
sifatnya mendidik ataupun merusak suatu hal yang menjadi sumber maksiat, seperti minuman keras, kartu judi, dadu dan lain sebagainya. 6) Assakha’ Sifat Assakha’ berarti memberikan sebagian harta pada orang lain, lebih-lebih pada orang yang membutuhkan. Orang yang selalu memberikan sebagian harta yang dimilikinya akan dekat dengan Allah SWT dan jauh dari siksa-Nya serta dekat dengan Rasulullah SAW. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yaitu :
.ار ْْ ْيْقْ ْْرْيبْْْ ْمنْْْللاْْقْ ْْرْيبْْْ ْمنْْْالن ْْ خ ْس ْ ال ْ ْاسْقْ ْْرْيبْْْ ْمنْْْ ْْال ْجنْ ْةْبْ ْعْي ْدْ ْم ْنْالن Artinya : “ Orang yang suka memberi adalah orang yang dekat dengan Allah SWT, dekat dengan manusia, dekat dengan surga dan jauh dari neraka “. 7) Baik sangka Seorang yang memiliki sifat baik sangka terhadap Allah SWT dan hamba-Nya. Meyakini bahwa apa yang telah di tetapkan oleh Allah SWT adalah suatu pemberian yang baik. 8) Mengagungkan tanda-tanda Allah SWT Mengagungkan tanda-tanda Allah SWT maksudnya adalah mengagungkan tanda-tanda agama-Nya yaitu agama Islam. 9) Syukur terhadap nikmat Allah SWT Rasa berterimakasih atas pemberian nikmat Allah SWT, dengan cara mengucapkan bacaan hamdalah, setelah mendapatkan
67
suatu nikmat harus ingat terhadap nikmat tersebut dan ingat terhadap yang memberinya. 10) Sabar terhadap cobaan Yaitu harus menjaga diri agar tidak selalu mengeluh atas cobaan yang telah diberikan oleh Allah SWT, seperti sakit, ditinggal kekasih, dan harta yang kurang. 11) Sabar dalam melakukan ketaatan Yaitu ketika akan melakukan suatu ketaatan harus bisa menjaganya agar jangan sampai merasa berat untuk melakukannya. 12) Sabar dalam meninggalkan maksiat. Harus menjaga diri agar tidak merasa berat ketika meninggalkan suatu perbuatan maksiat. 13) Mengharap rizqi dari Allah SWT Yaitu selalu meminta rizqi dari Allah SWT berupa rizqi yang banyak, halal dan berkah. Selanjutnya, dari uraian hasil penelitian diatas bahwa bentuk dari berbagai ketaatan tersebut adalah sifat yang harus kita miliki, karena hal ini merupakan suatu latihan bagi diri seseorang agar tidak selalu cenderung ke dalam perbuatan kemaksiatan. Adapun diantara kemaksiatan anggota badan : 1. Maksiat Perut Seperti makan barang haram, minum yang memabukkan, makan harta anak yatim dan setiap makanan dan miniuman yang
68
dilarang oleh Allah SWT. Sungguh Allah SWT dan Rasul-Nya telah melaknat orang yang makan riba dan setiap orang yang menolong makan riba. Juga telah melaknat orang yang minum arak dan setiap orang yang menolong ia minum arak sampai para penjualnya. Contoh lain seperti memasukkan makanan yang syubhat, kekenyangan, makan dari harta milik orang lain yang belum jelas (yang diambil dari harta wakaf tanpa ada ketentuan untuk itu dari orang yang memberikan wakaf). 2. Maksiat Lisan Penyakit
lidah
bisa
meliputi
kesalahan
pembicaraan,
berbohong, menjelek-jelekkan orang lain (ghibah), menfitnah, munafik, bermusuhan, lancang berbicara, menceritakan cacat orang dan kecabulan. Termasuk juga maksiat lisan adalah mengadu domba, marah-marah, mencaci-maki, dan melaknat. Seperti halnya berkata-kata yang tidak bermanfaat, berlebihlebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berkata kotor, mencaci maki atau mengucapkan kata laknat, baik kepada manusia, binatang,
maupun
kepada
benda-benda
lainnya,
menghina,
menertawakan, atau merendahkan orang lain, dan lain sebagainya. Adapun cara mengobati penyakit lidah ialah dengan jalan diam, karena diam merupakan obat yang ampuh untuk orang-orang yang menderita penyakit lidah. 3. Maksiat Mata
69
Diantaranya melihat lawan jenis yang bukan muhrim, melihat aurat, melihat seraya menghina orang lain, memeriksa rumah orang lain tanpa izinnya dan sebagainya. Seperti halnya melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat aurat laki-laki yang muhrimnya, melihat orang lain dengan gaya menghina dan melihat kemungkaran tanpa beramar ma’ruf nahi mungkar. 4. Maksiat Kuping Diantaranya mendengarkan ghibah dan perkara haram yang lain, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain, mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang sedang namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian yang dapat melalaikan ibadah kepada Allah SWT, mendengarkan umpatan, caci maki, perkataan kotor dan ucapan-ucapan yang jahat. 5. Maksiat Tangan Diantaranya mengurangi takaran dan timbangan, tidak amanah (khianat), mencuri, merampok dan melakukan transaksi haram yang lain. Termasuk juga maksiat tangan adalah membunuh dan memukul tanpa berhaq terhadap sesama kaum muslim. 6. Maksiat Kaki Diantaranya berjalan untuk mengadu, membunuh, atau merugikan orang lain tanpa haq. Juga haram berjalan menuju hal-hal yang diharamkan lainnya. Hendaklah dijaga dan dipelihara dari segala macam langkah yang salah dan janganlah dipakai untuk berjalan
70
menuju ke tempat raja yang dzalim itu tanpa alasan yang sah akan mendorong terjadinya kemaksiatan yang besar. 7.
Maksiat Farji (kelamin) Diantaranya berzin, liwath/sodomi, mengeluarkan mani dengan tangan dan melakukan keharaman farji yang lain. Contoh lain tidak menjaga auratnya (kehormatan) dengan melakukan perbuatan yang haram, dan tidak menjaga kemaluannya.
3. Kemaksiatan Seluruh Badan Maksiat dengan seluruh anggota badan diantaranya : 1) Membangkang ayah dan ibu. Mendurhakai orang tua artinya menentang dan tidak menuruti perintah orang tua. Bahkan ada yang menyakiti perasaan orang tua atau tidak mau membantunya. Contoh lain adalah tidak patuh terhadap perintah kedua orang tuanya, melawan perkataan mereka dan berkata kasar terhadap mereka. 2) Melarikan diri dari medan perang jihad. Ketika terjadi suatu peperangan dari sebagian orang yang melarikan diri berarti orang tersebut dikatakan sebagai orang yang khianat. 3) Memanjangkan kain celana ke bawah. Memanjangkan kain celana ke bawah melebihi mata kaki bahkan ada ada yang sampai menyentuh tanah untuk menyombongkan diri dan atau merasa hebat.
71
4) Memutus tali persaudaraan/silaturrahmi. Memutuskan
silaturrahim
artinya
tidak
mau
lagi
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, yaitu terhadap teman-temannya, saudara-saudaranya dan keluarganya lantaran ia tidak senang kepadanya. 5) Menganiaya seseorang. Menganiaya seseorang tanpa hak, seperti memukul orang lain dengan alasan dendam atau dirinya merasa tidak suka terhadap orang tersebut.
B. Analisis Relevansi Materi Pendidikan Akhlak yang Terkandung dalam Kitab Bahjatul Wasail karya Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi dengan Kehidupan Sekarang Materi yang terkandung dalam kitab Bahjatul Wasail karya Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi ini mencakup semua materi pendidikan akhlak yang berkaitan dengan akhlak dhohir maupun batin, yang meliputi menjaga hati dan anggota badan dari melakukan perbuatan maksiat, kemudian bentukbentuk ketaatan dan maksiat seluruh badan. Adapun relevansi dengan kehidupan zaman sekarang bahwa materi yang ada dalam kitab Bahjatul Wasail sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pada zaman ini, serta telah di ajarkan kepada masyarakat melalui lembaga madrasah, majelis ta’lim dan yang lainnya. Setelah adanya pengajaran, pengarahan ataupun sumbangan materi kepada masyarakat, sehingga materi
72
tersebut telah di aplikasikan oleh masyarakat. Aplikasi hal itu bisa di cermati dari zaman sekarang yang boleh di katakan zaman edan, karena maraknya penyakit masyarakat (pekat) yang merajalela, seperti minum-minuman keras, narkoba, penganiayaan, pembunuhan, zina dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal ini harus diberikan suatu arahan terhadap masyarakat ataupun pegangan yang dapat di jadikan suatu pedoman bagi mereka. Adapun arahan atau pegangan yang diberikan kepada mereka yaitu untuk bisa kembali pada norma-norma agama. Salah satu di antara kajian norma-norma agama adalah materi akhlak yang terkandung dalam kitab Bahjatul Wasail karya Syekh Nawawi Al Bantani Al Jawi. Jadi,
penulis
menyediakan
suatu
media
untuk
di
jadikan
pegangan/pedoman bagi masyarakat terkait perilaku akhlak yang memang harus dibenahi.