BAB III
UPAYA PENGASUH PONDOK PESANTREN AL- ARIFIYAH DALAM MENINGKATKAN PENGENDALIAN DIRI (SELF CONTROL) SANTRI
A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Arifiyah Pesantren al-Arifiyah didirikan oleh KH. Zainal Arifin bin Suripudin bin Mbah sireng (panggilan) pada tahun 1984. Al-Arifiyah berasal dari kata arafa yang berarti mengetahui. Diharapkan dengan nama ini pesantren al-Arifiyah dapat menjadi tempat/ pusat penyaluran ilmu bagi manusia, dan lebih utamanya sebagai tempat atau pusat penyebaran agama islam bagi masyarakat sekitarnya. Akan tetapi, untuk mencapai apa yang diharapkan tampaknya tidak mudah. Sekarang mungkin kita bisa melihat bangunan pondok pesantren alArifiyah yang bertingkat, mempunyai ruang dan kamar khusus menginap buat tamu, dan kamar khusus bagi para santri yang ingin menghafal alQur’an. Dulu pendidikan atau pengajaran pondok dilaksanakan dirumah pemimpin pondok (kiai). Pada mulanya mungkin mudah menciptakan pembelajaran yang aktif diruang yang kecil dikarenakan santrinya masih sedikit. Santri pertama ada dua terus bertambah menjadi empat dan mengalami pertambahan terus. Keempat santri yang diketahui yaitu Nurrakhim, dulbadi, sa’ad, dan wondo, merekalah santri pertama yang menyaksikan dengan jelas bagaimana perkembangan pondok. Tapi begitu
54
55
bertambahnya santri secara terus menerus sehingga membuat tempat mengaji tidak muat dan sulitnya menciptakan pembelajaran yang efektif. Tapi pemimpin pondok terus-menerus memberikan semangat agar para murid (santri) tidak putus semangat dalam menuntut ilmu karena sempitnya tempat belajar, maka pemimpin pondok memberikan gedung baru yang agak besar agar bisa menampung santri yang begitu banyak, bahkan mengizinkan para santri yang ingin mengenyam pendidikan umum.1 2. Letak Pondok Pesantren Al-Arifiyah Pesantren al-Arifiyah atau lebih lengkapnya Pondok Pesantren alArifiyah Assalafiyah Wattahfidzul Qur’an berada di Kota Pekalongan lebih tepatnya di jalan Dharma Bhakti Blarakan Gg:12 Sapuro Kebulen Kota Pekalongan terletak dibelakang pasar Grogolan Landungsari Kota Pekalongan. Pondok pesantren yang terletak di tengah-tengah kota Pekalongan itu, dikelilingi rumah-rumah warga masyarakat yang tanpa adanya pembatas, pembatas sebelah timur adanya sungai grogolan yang terus mengalir penuh warna karena aktivitas bisnis perbatikan yang terus dikerjakan dan dikembangkan. Pondok pesantren juga menyatu dengan rumah para pengasuh (KH. Zaenal Arifin dan kiai M. Rodli, M.Pd.I) dan para kalangan keluarga dari keluarga masing-masing pengasuh. Bentuk pondok pesantren yang 1
KH. Zaenal Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 29 Maret 2015.
56
sederhana tidak begitu mewah yang terdapat bangunan berlantai dua untuk tempat pembelajaran para santri.2 Kota Pekalongan terletak di dataran rendah Pantai Utara Pulau Jawa, dengan ketinggian ± 1 M di atas permukaan air laut dengan posisi geografis antara : 6º 50’42” – 6º 55’44” Lintang Selatan, 109º 37’55” – 109º 42’19” Bujur Timur Batas-batas administratifnya adalah : Sebelah Utara
: Laut Jawa.
Sebelah Barat
: Kabupaten Pekalongan.
Sebelah Selatan : Kabupaten Pekalongan. Sebelah Timur : Kabupaten Batang. Secara
administratif
Kota
Pekalongan
dibagi
menjadi
4
Kecamatan dan 47 Kelurahan dengan luas wilayah ± 45,25 Km² dan jumlah penduduk ± 271.990 jiwa. Sebagian besar masyarakat Kota Pekalongan mengandalkan sektor industri (batik & tekstil) dan sektor perikanan. Lembaga independen yang menjadi wahana masyarakat untuk membangun kehidupan yang mandiri, sehat lahir batin, aman, tentram, nyaman dan sejahtera baik lingkungan fisik maupun sosial.
2
Arsip Profil Pondok Pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan.
57
3. Struktur Organisasi PENGASUH KH. Zaenal Arifin Kiai M. Rodli M.Pd.I
PENASEHAT
PENASEHAT
Ustd. Abidin
H. Anisul Fuad Zen
Ustd. Khairudin
Ustd. M.Irfanuddin
Ustd. Matori
Ustd. H. Helmi K.
Ustd. Syafaat
Ustd. Amin Maizun
Ustd. Abdur Rozaq
Ustd. Fatkhullah
KETUA Abdul Rozaq P A. Zuhri Sodiq
SEKRETARIS
BENDAHARA
M. Saifudin
Rofi’urrutab
Abdul Aziz
M. Ikromudin
SEKSI PENDIDIKAN
SEKSI KEBERSIHAN
M. Habibi
M. Fachuri
M. Wartono
M. Arismanto
SEKSI KEAMANAN
SEKSI PERLENGKAPAN
Khairul Anwar
M. Ulfan Masruri
Abidin
Aji Priyanto
58
4. Keadaan Pengasuh dan Ustadz serta Santri Di bawah ini adalah gambaran umum tentang keadaan ustadz pondok pesantren al-Arifiyah yang meliputi rincian nama pengasuh dan ustadz serta tugas masing-masing.3 Tabel 1 No
Nama
Mata Pelajaran
1
KH. Zaenal Arifin
Tafsir Jalalain, Ta’lim Muta’alim
2
Kiai M. Rodli, M.Pd.I
Alfiyah, Ihya’ Ulumuddin, Bulughul Maram
3
Ustadz Ibrohim
Alfiyah
4
Ustadz Amin Maizun
Nashaihuddiniyah
5
Ustadz Fathulloh
Musţālahul Hadis, Adabul Alim Wal Muta’alim
6
Ustadz Khairuddin
Qawaidul I’rab
7
Ustadz Abidin
Tanbih al-ghofilin, Khulasah
8
Ustadz Anam
Akhlaqul Banin
9
Ustadz Nahdliyin
Tanqihul Qaul
10
Ustadz Syafaat
Matan Ajjurumiyah
11
Ustadz Rozaq B
Awamil al-Jurjani, Tijanud Darari
12
Ustadz Rozaq P
Amriti, Ta’lim Muta’alim
3
Dokumentasi Pondok Pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan di ambil pada 13 Maret 2015.
59
13
Ustadz Rofi
Fathul Qarib, Qathul Ghaits
14
Ustadz Saifudin
Safinatunnaja, Tafsir Yasin, Tartil Al-Qur’an, Tajwid (Hidayatul Mustafid)
15
Ustadz Syato
Amtsilatut tashrifiyah, Usfuriyah
16
Ustadz Ulfan M
B.Arab (Muhadatsah), Durarul Bahiyah
17
Ustadz Fathuri
Arbain Nawawi, Mabadi’ul Fiqhiyah
18
Ustadz Masmuala
Tauhid (Qami’ At-tughyan)
Keterangan dari mata pelajaran atau kitab-kitab diatas adalah Tafsir Jalalain menjelaskan tentang tafsir al-Quran, Ta’lim Muta’alim tentang adab belajar mengajar, Alfiyah tentang nahwu/ tata bahasa, Ihya’ Ulumuddin tentang tasawuf, Bulughul Maram tentang hadits-hadits, Nashaihuddiniyah tentang tasawuf, Musţālahul Hadits tentang ilmu hadits, Adabul Alim Wal Muta’alim akhlak seorang guru dan pelajar, Qawaidul I’rab tentang tata bahasa arab, Tanbih al-ghafilin tentang tasawuf, Khulasah tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, Akhlaqul Banin tentang akhlak, Tanqihul Qaul tentang hadits, Matan Ajjurumiyah tentang tata bahasa, Awamil al-Jurjani tenntang tata bahasa, Tijanud Darari tentang ketauhidan, Amriti tentang tata bahasa, Fathul Qarib tentang fiqih / hukum Islam, Qathul Qhaits tentang ketauhidan, Safinatun naja tentang fiqih, Hidayatul
Mustafid
tentang
tajwid,
Ushfuriyah
tentang
akhlak,
Muhadatsah tentang percakapan bahasa arab, Durarul Bahiyah tentang
60
fiqih, Arbain Nawawi tentang hadits, Mabadi’ul fiqhiyah tentang hukum Islam, Qami’ At-Tughyan tentang ketauhidan. Sedangkan keadaan para santri di pondok pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan berjumlah 113 santri, yang terdiri atas 61 santri putra dan 52 santri putri serta 15 diantaranya merupakan pengurus pondok pesantren, yang menjalankan berbagai tugas sebagai ketua, sekretaris pondok, bendahara, seksi pendidikan, seksi keamanan, seksi kebersihan, dan seksi perlengkapan.
5. Sarana dan Prasarana Berikut adalah sarana prasarana yang terdapat di pondok pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan.4 Tabel 2 No
Jenis
Jumlah
Keadaan
1
Kamar santri
10
Cukup Baik
2
Mushola
2
Baik
3
Aula
1
Baik
4
Kantor
1
Baik
5
Koperasi
1
Baik
6
Ruang tamu
1
Baik
7
Kamar mandi
10
Cukup Baik
4
Dokumentasi Pondok Pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan di ambil pada 13 Maret 2015.
61
8
Dapur
2
Baik
9
Gudang
1
Tidak Baik
10
Ruang Kelas
8
Baik
6. Tata Tertib Pondok Pesantren Al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan Kewajiban Santri: a. Mendaftarkan
diri
selambat-lambatnya
satu
minggu
dari
kedatangannya. b. Bermadrasah di madrasah yang diselenggarakan pesantren. c. Berjama’ah shalat maktubah. d. Mengaji, baik bandongan, sorogan, muakaroh, dan mentashihkan kepada pengasuh. e. Mujahadah surat yasin dan Asmaul Husna setiap ba’da maghrib dan subuh. f. Mengikuti kegiatan berzanji dan khitabah. g. Mujahadah bersama setiap malam jum’at dan selasa. h. Memegang kode etik santri al-Arifiyah. i. Menjaga keamanan dan ketertiban serta kebersihan pondok secara bergilir. j. Membayar syahriyah setiap bulannya selambat-lambatnya tanggal 10.
62
k. Meminta izin apabila akan pulang atau pergi yang meninggalkan kegiatan pondok pesantren dan uzur menjalankan kewajiban. l. Menjaga nama baik pondok pesantren. Larangan Santri: a. Memasukkan kaum hawa baik mahram ataupun yang lainnya ke dalam bilik. b. Menonton kemaksiatan seperti film, video, hiburan musik dangdut. c. Membuka aurat baik di luar ataupun di dalam pondok. d. Mandi telanjang atau tanpa satir. e. Shalat, mengaji, khitabah memakai kaos. f. Memasukkan barang-barang kotor ke dalam bilik seperti sepatu, sandal kecuali ada tempat tertentu. g. Merusak alat-alat inventaris pondok pesantren. h. Mengganggu temannya yang sedang melakukan kewajiban seperti shalat, belajar dll. i. Membunyikan bel tidak pada waktunya. j. Membunyikan alat-alat malahi seperti radio, tape recorder. k. Keluar malam setelah jam 21.30 WIB kecuali mendapat izin. l. Membaca atau menyimpan majalah tidak bernafas agama Islam.
63
7. Kegiatan Ekstrakurikuler Pondok Pesantren Al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan5 Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di Pondok Pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan adalah sebagai berikut: a) Qiroah b) Istighosah c) Khitabah (Latihan Berpidato/ Ceramah) d) Rebana / Simtudurror e) Berzanji f) Olahraga
B. Upaya Pengasuh Dalam Meningkatkan Pengendalian Diri (Self Control) Santri Di Pondok Pesantren Al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan Sebagaimana observasi dan wawancara yang penulis lakukan terdapat gambaran upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri di Pondok Pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan adalah sebagai berikut:
5
Dokumentasi Pondok Pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan di ambil pada 13 Maret 2015.
64
1. Upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri Sebagai pondok pesantren yang memiliki jumlah santri cukup banyak dengan latar belakang yang berbeda-beda tentunya memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam mendidik para santrinya. Salah satu pendidikan yang ditekankan di pondok ini adalah pendidikan dalam upaya meningkatkan pengendalian diri (self control). Sejalan dengan tujuan dan target tersebut maka diperlukan adanya sebuah upaya untuk mencapainya. Adapun upaya-upaya yang dilakukan masih sederhana seperti memberikan nasehat- nasehat dan pembinaan kedisiplinan. Hal ini sebagai mana yang dituturkan oleh pengasuh pondok pesantren al-Arifiyah KH. Zaenal Arifiin yang mengatakan bahwa: “Dengan memberikan nasehat-nasehat setiap selesai shalat wajib (apabila saya tidak ada halangan bepergian) yang bijak yang dapat mendorong santri untuk mampu menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan sikap teladan atau contoh yang baik dari saya (selaku pengasuh) dan mengadakan kegiatan tambahan (ekstrakurikuler) yang dapat meningkatkan ketenangan jiwa dan hati santri seperti kegiatan istighosah. Serta pembinaan kedisiplinan yang tertuang dalam tata tertib pondok pesantren”.6 Sebagaimana juga dituturkan oleh kiai M. Rodli, M.Pd selaku pengasuh utama pondok pesantren al-Arifiyah yang mengatakan bahwa:
6
KH. Zaenal Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 29 Maret 2015.
65
“Dengan memberikan wejangan-wejangan atau masukan yang bijak yang dapat mendorong santri untuk mampu menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memberikan sikap teladan atau contoh yang baik dari saya (selaku pengasuh) dan mengadakan kegiatan tambahan yang bisa menekankan sikap pengendalian diri santri semisal kegiatan istighosah, kegiatan istighosah bisa menenangkan hati kalau hati tenang insya Allah sikap bisa terkendali. Serta dengan pembinaan kedisiplinan yang tertuang dalam tata tertib pondok pesantren”.7 Namun apabila ada santri yang melanggar tentu ada hukuman yang diberikan untuk santri yang melanggar. Sebagaimana yang dikatakan oleh M. Khoirul anwar selaku pengurus di bidang hukuman: “Pemberian hukuman pada santri itu tergantung tingkat kesalahan yang dilakukan oleh para santri. Kalau pelanggaran yang dilakukan bersifat ringan maka hukumannya memotong rambut (di gunduli), menguras kolah (membersihkan pondok), menulis Basmalah sebanyak 10.000 kali. Sedangkan untuk pelanggaran berat maka sanksi yang dikenakan adalah dikeluarkan dari pondok pesantren”.8 Selain dengan memberikan wejangan-wejangan, teladan, kegiatan tambahan serta pembinaan upaya yang dilakukan yakni dengan memasukkan pelajaran akhlak sebagaimana yang dikatakan Tamim Ma’arif selaku santri pondok pesantren al-Arifiyah, yakni: “Ya, di pondok pesantren ini diajarkan ilmu akhlak seperti akhlaqul Banin, Taishirul khalaq dan masih banyak lagi”.9
7
M. Rodli, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Maret 2015 8
M. Khoirul Anwar, Pengurus Bidang Hukuman Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 6 Februari 2015. 9
Tamim Ma’arif, Santri Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Maret 2015.
66
Pengendalian diri begitu ditekankan karena dalam menuntut ilmu para santri bukan hanya dituntut untuk dapat menguasai ilmu agama, namun lebih dari itu, dengan bekal ilmu agama yang dimilikinya ia dituntut agar dapat mengimplementasikan ilmunya tersebut kedalam dirinya agar menjadi pribadi yang memiliki al-akhlak al-akarimah kemudian ia dapat mengamalkan ilmunya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan kiai M. Rodli, M.Pd.I selaku pengasuh pondok pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota Pekalongan yang mengatakan bahwa: “Tujuanya adalah santri memliki al-akhlaq al-karimah (integritas tinggi, jujur, sopan, toleransi, suka berbuat kebajikan dan menjauhi kemunkaran) dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan targetnya adalah diharapkan mampu menguasai ilmu agama Islam secara mendalam dan mampu mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat”.10 Adapun data tentang pengendalian diri (self control) di pondok pesantren al-Arifiyah yaitu sebagai berikut: Peneliti bersilaturrahmi ke pondok pesantren al-Arifiyah untuk melakukan observasi langsung di lapangan. Untuk kegiatan pengasuh, ustadz dan pengurus serta santrisantri, peneliti melakukan observasi langsung di pondok pada kegiatan yang diselenggarakan oleh pondok. 10
M.Rodli, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Maret 2015.
67
Pada waktu tengah hari tepat pukul 12.10 WIB adzan berkumandang dari mushola pondok yang artinya segera menunaikan ibadah shalat dhuhur. Para santri, ustadz dan pengurus segera mengambil air wudlu kemudian langsung menuju mushola pondok. Saya pun tak lupa segera mengambil air wudlu untuk shalat dhuhur berjama’ah. Setelah para santri berkumpul dan pak KH. Zaenal Arifin (pengasuh) datang, muadzin pun melantunkan iqomah. Shalat dhuhur berjama’ah dipimpin langsung oleh pak kiai. Setelah shalat dhuhur berjama’ah kemudian melakukan shalat sunnah, berdzikir dan berdo’a serta kemudian pak kiai memberikan wejangan-wejangan atau nasehat-nasehat untuk para santri yang intinya agar selalu senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT. Sehabis shalat dhuhur, ada sebagian santri yang sedang membaca al-Quran ada juga yang mengaji dengan ustadznya di kelas akan tetapi ada juga yang sedang belajar dengan temannya di kamar pondok, itulah benutk motivasi yang tinggi dari para santri dalam mencari ilmu Allah di pondok pesantren. Waktu menunjukkan pukul 15.10 WIB artinya sudah memasuki waktu shalat ashar. Shalat ashar dilakukan secara berjama’ah yang dipimpin oleh pak kiai langsung. Shalat ashar berjalan seperti biasa, sama dengan shalat dhuhur akan tetapi kali ini pak kiai tidak memberikan wejangan karena harus mengajar tafsir Jalalain dikelas untuk santri yang sudah mencakup ilmu yang cukup tinggi. Pembelajaran dimulai pukul 15.30 WIB sampai pukul 16.30 WIB.
68
Kegiatan pak kiai (pengasuh), ustadz, pengurus dan santri dalam kehidupan sehari-hari yaitu diarahkan pada upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi santri untuk mempraktekkan ajaran agam Islam dalam kehidupan nyata bahkan suasan kehidupan pondok pesantren diwarnai oleh ajaran agama Islam, misalnya menunaikan shalat wajib, shalat sunnah, berdzikir, berdo’a, menbaca al-Quran dan sebagainya. Kepedulian dan keteladanan para pengasuh, ustadz, pengurus terhadap pembinaan amalan ibadah dan kajian kitab adalah untuk memantapkan dan membina serta menjaga hati supaya tetap pada fitrahnya.11 Dengan demikian upaya yang dilakukan pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri santri dengan cara yang sederhana yakni dengan wejangan-wejangan atau nasehat-nasehat, keteladanan, pembinaan kedisiplinan, dan mengajarkan materi-materi akhlak serta kegiatan tambahan. 2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terhadap upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri Upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri
pondok pesantren al-Arifiyah Sapuro Kebulen Kota
Pekalongan tidak terlepas dari faktor-faktor baik yang mendukung terlaksananya upaya tersebut maupun faktor yang menghambatnya.
11
Observasi di Pondok Pesantren al-Arifiyah, Pekalongan, 2 Maret 2015.
69
a. Faktor pendukung terhadap upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri: Ada beberapa faktor yang mendukung terlaksananya upaya pengasuh dalam meningkatkan pengendalian diri (self control) santri, yaitu: 1) Adanya pembelajaran kitab (Ta’lim Muta’alim dan Ihya’ Ulumuddin) yang berkaitan dengan pengendalian diri (self control). Sebagaimana wawancara yang dituturkan oleh pengasuh pondok pesantren al-Arifiyah kiai M. Rodli, M.Pd.I yang mengatakan bahwa: “Dengan mengajarkan materi yang berkaitan akhlak yaitu Ta’lim Muta’alim dan Ihya’ Ulumuddin, kajian kitab Ta’lim Muta’alim sangat berguna dalam membentuk sikap dan pribadi yang berakhlak mulia, sedangkan kitab Ihya’ Ulumuddin berguna untuk menyucikan hati dari hal-hal yang kurang baik.12 2) Dukungan dari masyarakat seperti menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk sama-sama mengawasi perilaku santri di luar lingkungan pondok pesantren. Sebagaimana wawancara dengan kiai M. Rodli, M.Pd.I yang mengatakan bahwa: “Adanya kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk samasama mengawasi perilaku santri di luar lingkungan pondok pesantren”.13
12
M. Rodli, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Maret 2015. 13
M. Rodli, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Maret 2015.
70
3) Adanya pemahaman yang baik dari santri Para santri yang dapat memahami pembelajaran yang telah disampaikan dengan baik serta melaksanakannya, sebagaimana penuturan ustadz Masmuala Arifin: “Kalau menurut saya, faktor yang mendukung itu dengan pemahaman santri dari pembelajaran yang telah disampaikan dan santripun akan mempraktikan itu”.14 Hal serupa juga dibenarkan oleh pengasuh pondok pesantren alArifiyah kiai M. Rodli, M.Pd.I yang mengatakan bahwa: “Santri dapat memahami wejangan atau masukan yang mendidik dan membangun dari pengasuh. Serta motivasi santri belajar di pondok pesantren sangat tinggi”.15 4) Motivasi santri belajar di pondok pesantren. Para santri bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu di pondok pesantren, sebagaimana wawancara dengan santri yang bernama Bahrul Ulum yakni “Saya juga setuju karena apabila membawa barang elektronik pasti bisa mengganggu kegiatan belajar mengajar dan barang elektronik apabila di salah gunakan akan menimbulkan madharat.” 16 Hal tersebut sesuai dengan penuturan KH. Zaenal Arifin selaku pengasuh pondok pesantren al-Arifiyah yang mengatakan bahwa: “Dengan mengajarkan materi yang berkaitan akhlak yaitu Ta’lim Muta’alim dan Ihya’ Ulumuddin, kajian kitab Ta’lim Muta’alim sangat berguna dalam membentuk sikap dan 14
Masmuala Arifin, Ustadz Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 6 Maret 2015. 15
M. Rodli,Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Maret 2015. 16
Bahrul Ulum, Santri Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 Maret 2015.
71
pribadi yang berakhlak mulia, sedangkan kitab Ihya’ Ulumuddin berguna untuk menyucikan hati dari hal-hal yang kurang baik. Adanya kerjasama dengan masyarakat sekitar untuk sama-sama mengawasi perilaku santri di luar lingkungan pondok pesantren. Santri dapat memahami nasehat-nasehat yang mendidik dan membangun dari pengasuh. Serta motivasi santri belajar di pondok. b. Faktor
penghambat
terhadap
upaya
pengasuh
dalam
meningkatkan pengendalian diri (self control) santri 1) Kinerja Pengurus kurang Optimal. Sebagian tenaga pengajar (ustadz) dan pengurus yang harus membagi waktunya untuk kuliah apabila sebagai mahasiswa sehingga kurang maksimal dalam mengawasi para santri maupun dalam mendidik santri karena tidak setiap saat ustadz dan pengurus berada di pondok pesantren. 2) Sarana dan prasarana kurang memadai. Sarana- prasarana dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang cukup penting. Ada sedikit kendala mengenai masalah ini yakni mengenai kapasitas asrama santri dan tempat belajar santri karena jumlah santri yang tiap tahun terus meningkat maka kapasitas tersebut perlu mendapat perhatian serius. Faktor-faktor penghambat diatas sesuai dengan apa yang dituturkan pengasuh utama pondok pesantren al-Arifiyah KH. Zaenal Arifin yang mengatakan bahwa: “Faktor penghambat yang dihadapi di pondok ini seperti lingkungan yang kurang kondusif karena pondok menyatu dengan masyarakat tanpa ada pemisah sehingga para santri bisa dengan mudah keluar masuk pondok tanpa sepengetahuan
72
pengurus ataupun ustadnya. Kurangnya pengawasan dari ustadz dan pengurus, serta sarana dan prasarana kurang memadai”.17 Sebagaimana penuturan dari kiai M. Rodli, M.Pd.I pengasuh pondok pesantren al-Arifiyah yang mengatakan bahwa: “Faktor penghambat yang dihadapi di pondok ini seperti lingkungan yang kurang kondusif karena pondok menyatu dengan masyarakat tanpa ada pemisah sehingga para santri bisa dengan mudah keluar masuk pondok tanpa sepengetahuan ustadz atau pengurusnya. Selain itu sebagian tenaga pengajar atau ustadz yang harus membagi waktu untuk bekerja dan sebagian lagi juga ada yang harus membagi waktunya untuk kuliah sehingga kurang maksimal dalam mengawasi para santri maupun dalam mendidik santri karena tidak setiap saat ustadz dan pengurus berada di pondok. Sarana dan prasarana kurang memadai”.18
17
KH. Zaenal Arifin, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 29 Maret 2015. 18
M. Rodli, Pengasuh Pondok Pesantren al-Arifiyah, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Maret 2015.