BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASCA SECTIO CAESARIA DI RUANG IRNA B3 OBSTERI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil pemberian Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan pasca sectio caesaria indikasi letak sungsang di Ruang IRNA B3 Obsteri RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Dalam uraian bab ini penulis menggunakan
pendekatan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi, mulai tanggal 11 Februari 2008 – 14 Februari 2008. A. Pengkajian Pengkajian awal dilakukan tanggal 11 Februari 2008, jam 10.00 WIB di ruang B3 Obsteri RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan diperoleh data sebagai berikut : 1. Biodata Identitas pasien Nama : Ny. S, Umur : 26 tahun, Jenis kelamin :Perempuan, Suku/bangsa : Jawa / Indonesia, Agama
: Islam, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : tidak bekerja,
Alamat : Kuwaron, Gubug, Tanggal masuk : 9 Februari 2008, Diagnosa medis : SC indikasi letak sungsang, Register : 5775816 Identitas penanggung jawab Nama : Tn. P, Umur : 29 tahun, Jenis kelamin : Laki-laki, Suku/bangsa : Jawa/Indonesia, Agama : Islam, Pendidikan : SMA, Pekerjaan : Swasta, Alamat : Kuwaron, Gubug, Hubungan dengan pasien : suami,
2. Riwayat kesehatan Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien Saat dikaji klien mengatakan nyeri pada luka/jahitan sectio caesaria. Riwayat kesehatan sekarang klien dengan G2P2A0. Mengeluh perut terasa kenceng-kenceng, mulas kemudian oleh keluarganya klien dibawa ke RB di dekat rumahnya. Setelah diperiksa oleh Bidan menyatakan kalau ada kelainan letak (letak sungsang). Oleh bidan klien dirujuk ke rumah sakit Dr. Kariadi. Di rumah sakit setelah diperiksa oleh dokter. Klien dianjurkan untuk operasi (SC). Klien dioperasi tanggal 09 Februari 2008 jam 15.00 WIB. Kondisi klien saat dkaji masih lemah, terpasang infus RL 20 tetes/menit, terpasang DC. Riwayat kesehatan dahulu klien mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat operasi sebelumnya, baru pertama kali ini operasi SC. Klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, DM, asma, maupun jantung. Pengawasan/pemeriksaan kehamilan dilakukan di bidan terdekat ± 4x sejak minggu ke-3 dengan pemberian imunisasi TT 2x pada minggu ke-12 dan minggu ke-24. Riwayat kesehatan keluarga Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat operasi sectio caesaria, tidak ada kelainan letak (letak sungsang), tidak ada riwayat hipertensi, asma, DM, jantung. Riwayat kehamilan Klien dengan G2P2A0. Hamil 38 minggu. HPL 19 Mei 2008. Klien selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan terdekat ±4 kali sejak kehamilannya ke-7. Klien diketahui terdapat kelainan letak (letak sungsang).
Riwayat
persalinan klien melahirkan anak ke-2 melalui operasi sectio caesaria. Atas indikasi letak sungsng. Dengan jenis kelamin laki-laki, keadaan bayi sehat, normal (tidak cacat), BB 3500 gr, Pb: 50 cm, menangis kuat. Anak pertama klien
lahir secara normal di bidan (RB) dekat rumahnya dengan BB: 3200 gr, jenis kelami perempuan, keadaan bayi sehat, menangis kuat. Anak pertama lahir pada tanggal 26 April 2005. Selama hamil klien selalu memeriksakan kehamilannya ke Bidan dekat rumahnya, Riwayat haid/menstruasi Klien menarche umur 15 tahun, dengan siklus haid 28 hari, lama haid 5 – 7 hari, tidak ada keluhan disminore. 3. Pengkajian pola fungsional Persepsi terhadap kesehatan – managemen kesehatan klien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting. Klien selalu menjaga dan memelihara kesehatannya selama hamil dan sebelum hamil. Klien mengatakan bila ada yang sakit dibawa ke Puskesmas terdekat/dokter.
Pola nutrisi sebelum masuk rumah sakit klien
biasanya makan 3x sehari dengan komposisi nasi, lauk, sayur, dan kadang-kadang buah. Klien minum ± 8 gelas sehari berupa air putih, teh, susu. Setelah masuk rumah sakit (post operasi) nafsu makan klien tidak berubah, klien makan 3x sehari dengan komposisi diit dari rumah sakit (program diit lunak) nasi, sayur, lauk, minum ± 6 gelas sehari berupa air putih dan teh. Pola aktivitas dan latihan sebelum melahirkan pasien melakukan kegiatannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga tanpa bantuan. Setelah melahirkan (post operasi SC) pasien hanya melakukan aktivitasnya di atas tempat tidur, hanya miring kanan, miring kiri. Sebelum masuk rumah sakit klien biasanya istirahat dan tidur ± 8 jam. Sehari-hari tidur dengan tidak ada gangguan. setelah masuk rumah sakit (melahirkan post operasi SC) klien biasa tidur di siang hari ± 2 jam dan malam hari ± 8 jam. Namun dalam tidurnya klien sering terjaga. Pola eliminasi BAB – BAK sebelum melahirkan (operasi SC) klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna
kuning dan bau khas. BAK ± 6 – 7x per hari dan tidak ada gangguan. Setelah melahirkan (operasi SC) klien mengatakan belum BAB selama post operasi SC dan klien BAK lewat DC (kateter). Klien mengatakan agak terganggu karena tidak biasa dan kurang nyaman dengan pemasangan DC.
Pola kognitif dan
persepsi sensori sebelum, selama dan setelah melahirkan klien mengatakan tidak mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapan, pasien juga dapat berkomunikasi dengan baik pada orang lain. Namun pasca persalinan ini klien mengeluhkan nyeri pada luka/jahitan operasinya dengan pengkajian sebagai berikut : Paliative (P) : nyeri meningkat jika digunakan untuk bergerak dan berkurang saat istirahat, Quantity Quality (Q) : nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, senut-senut Regio (R) : nyeri terasa pada daerah abdomen luka bekas operasi SC, Scale (S) : skala nyeri 6, time (T) : nyeri timbul tidak teratur, lama 10 – 15 detik, terutama jika digunakan untuk bergerak. Pola konsep diri dan persepsi. Persepsi diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulih kembali setelah menjalani perawatan, Konsep diri: Citra diri klien memandang bahwa tubuhnya merupakan bagian yang utuh dan kehamilan merupakan hal yang wajar yang dialami seorang wanita, Ideal diri Klien berharap agar segera sembuh dan pulih lagi, sehingga dapat melakukan aktivitasnya seperti biasanya dan merawat serta menjaga anaknya (menggendong dan meneteki bayinya), Peran diri klien adalah seorang istri dan juga sebagai ibu rumah tangga. Klien melakukan kegiatan sehari-hari seperti layaknya ibu rumah tangga yang lain. Namun selama hamil minggu-minggu terakhir, peran itu digantikan oleh ibunya, Identitas diri klien adalah seorang istri sekaligus ibu rumah tangga, Harga diri klien tidak merasa
malu dengan keadaannya sekarang, klien justru bangga sudah menjadi seorang ibu yang mempunyai anak lengkap (laki-laki dan perempuan). Pola mekanisme koping dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah, klien selalu mendiskusikannya dengan suami dan juga dengan keluarganya yang lain. Pola nilai dan kepercayaan Klien menganut agama Islam, sebelum dan selama hamil klien selalu melakukan ibadahnya dengan teratur. Setelah melahirkan (post SC) klien belum dapat melakukan ibadahnya karena kondisinya yang lemah. Namun klien selalu berdoa agar cepat sembuh dan pulih kembali. Pola seksual dan reproduksi Klien menikah 1x dan mempunyai 2 orang anak yaitu perempuan dan laki-laki anak pertama berusia 3 tahun, klien dan suami mengetahui kalau pada masa-masa nifas atau setelah melahirkan anak tidak boleh berhubungan suami istri. Pola hubungan sosial klien dalam berhubungan dengan keluarga orang lain, tetangga/masyarakat terjalin dengan baik, tidak ada gangguan dan harmonis di rumah sakit hubungan klien dengan pasien lain juga terjalin dengan baik. 4. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan pada ibu keadaan umum : cukup (terlihat agak lemah), Kesadaran : composmentis, Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg
RR : 20 x/menit, N:
82 x/menit S: 37°C, Pengukuran antropometri : BB: 56 kg TB: 155 cm, Kepala : mesosepal, Rambut
: hitam, lurus, bersih dan tidak rontok, Mata : konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, Hidung : tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung Mulut : mukosa bibir lembab, gigi bersih, tidak ada sariawan, fungsi penghirup baik Telinga : baik, tidak ada sekret, tidak mengalami gangguan pendengaran Leher dan tenggorok: tidak ada pembesaran thyroid Dada
dan paru. Inspeksi
: simetris, statism dinamis Palpasi : tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran paru, ada pembesaran mamae sebelah kanan, ASI keluar, areola hiperpigmentasi, putting menonjol Auskultasi :
vesikuler
Abdomen
:
Terdapat luka post sectio caesaria (luka tertutup), Terdapat nyeri tekan pada daerah bawah pusat, Tinggi fundus uteri 2 jari d bawah pusat. Genetalia : Vulva kotor, terpasang pembalut, terpasang kateter, pengeluaran lochea rubra ± 10cc, warna merah terdapat lendir dan darah. Ekstremitas : atas
: tidak ada oedema,
dapat digerakkan, terpasang infus di tangan sebelah kanan, bawah :
tidak
ada
oedema, dapat digerakkan dan tidak ada gangguan. Kulit Warna sawo matang, turgor kulit baik. Payudara: simetris, putting susu menonjol besar, areola menghitam, ASI belum keluar. Pemeriksaan fisik pada bayi keadaan umum: baik, normal, Jenis kelamin : laki-laki, Pengukuran antropometri: BB: 3500 gr PB: 50 cm, Lila : 15 cm LK: 32 cm, Tanda-tanda vital : N : 120 x/menit, S : 36°C, RR : 36 x/menit, kepala mesocepal, Rambut hitam, lurus, lebat, bersih, mata seclera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, mulut menangis kuat, tidak ada sianosis Telinga : tidak ada sekret, Lidah dan palatum : tidak ada kelainan, dada : simetris, Genetalia : jenis kelamin laki-laki, bersih 5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 10 Februari 2008 Pemeriksaan hasil satuan nilai normal Hematologi Analyzer Hema
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hemoglobin
12
Gr%
13,00 –16,00
Hematokrit
36,2
%
40,0 – 54,0
Eritrosit
3,65
Jt/mmt
4,5 – 6,5
MCH
34,20
Pg
27,00 – 32,00
MCV
99,00
Fl
76,00 – 96,00
MCHC
34,50
G/dl
29,00 – 36,00
Leukosit
15,70
Rb/mmk
4,00 – 11,00
Trombosit
227,0
Rb/mmk
150 – 400,0
6. Therapy: Therapy tanggal 11 Februari 2008 Vit. C 200 gr 1 x 1 tablet Vit B, BC, Sf 3 x 1 tablet Inj. Tramadol 3x 1 ampul Infus RL 20 tetes per menit
B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan (luka post sectio caesaria) yang ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada abdomen (luka jahitan), nyeri dirasa meningkat jika digunakan untuk bergerak dan berkurang saat untuk istirahat, nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa pada daerah abdomen, skala nyeri 6, nyeri timbul tidak teratur, lama 10 – 15 detik terutama jika untuk bergerak, klien tampak tegang, meringis saat bergerak, klien selalu memegangi perutnya.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, adanya insisi pembedahan dan nyeri yang ditandai dengan klien mengatakan badannya masih lemas, klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, masih lemas, nyeri dan merasa agak kaku, klien tampak lemas, aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga dan perawat. 3. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan ibu tidak rooming in dengan bayinya yang ditandai dengan klien mengatakan ASI-nya belum keluar, payudara klien tampak membengkak, bayi berada di ruang bayi 4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka sekunder/luka post sectio caesaria yang ditandai dengan klien mengatakan badannya terasa tidak enak, klien mengatakan badannya terasa panas, badan klien teraba hangat, S: 37°C, Lochea sedikit-sedikit, bau khas, kateter tampak agak kotor
C. Rencana Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan post sectio caesaria Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat berlurang/hilang Kriteria hasil: a) Klien mengatakan nyeri hilang/berkurang b) Ekspresi wajah tenang, rileks c) Klien dapat istirahat d) Skala nyeri 2 Intervensi: a) Kaji karakteristik nyeri (skala, lokasi, durasi, frekuensi, intensitas) R: untuk mengetahui karakteristik nyeri b) Monitor TTV dan kaji Keadaan Umum pasien R: untuk mengetahui Keadaan Umum pasien dan adanya perubahan TTV akibat nyeri c) Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) pada klien R: nafas dalam dapat mengurangi nyeri d) Berikan posisi yang nyaman pada pasien R: posisi yang nyaman dapat mengontrol terhadap nyeri e) Ajarkan ambulansi dini pada pasien R: menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan
f) Kolaborasi pemberian analgesik R: analgesik untuk mengurangi nyeri 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, adanya insisi pembedahan, dan nyeri. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien dapat meningkatkan dan melakukan aktivitas sesuai kemampuan tanpa disertai nyeri Kriteria hasil: klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas. Intervensi: a) Kaji tingkat dan respon pasien terhadap aktivitas R: untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien dalam keluhan kelamahan, keletihan dalam aktivitasnya b) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari R:
kebutuhan
pasien
dapat
terpenuhi
dengan
bantuan
dan
untuk
meminimalkan kelelahan c) Tingkatkan aktivitas klien secara bertahap R: meningkatkan kemampuan koping emosinal d) Anjurkan pasien untuk istirahat R: mempercepat pemulihan tenaga untuk beraktivitas dan pasien dapat rileks
3. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan ibu tidak rooming in dengan bayinya Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 menit ASI dapat keluar, payudara tidak bengkak Kriteria hasil: a) ASI keluar, klien dapat melakukan breast care mandiri b) Bayi dapat menyusu dengan baik c) Payudara tidak bengkak/bengkak berkurang Intervensi: a) Kaji pengetahuan klien tentang breast care R: untuk mengetahui pengetahuan klien tentang breast care b) Berikan pengetahuan tentang perawatan payudara R: menambah pengetahuan pasien tentang perawatan payudara c) Anjurkan klien untuk mempraktekkan breast care seperti yang sudah diajarkan R: melatih kemampuan klien agar dapat melakukan/dipraktekkan sendiri d) Berikan reinforcement posistif karena klien mampu melakukan R: memberikan kepuasan dan kenyamanan pada pasien 4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka sekunder, luka post sectio caesaria Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil: a) Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, color, dolor, tumor, fungsiolesa) b) TTV dalam batas normal, terutama suhu 36°C - 37°C Intervensi: a) Monitor TTV pasien R: suhu yang meningkat/tinggi dapat menunjukkan terjadi infeksi b) Kaji luka pada abdomen dan balutan R: mengidentifikasi adanya tanda-tanda infeksi, pus
D. Implementasi Implementasi yang sudah dilakukan pada pasien yaitu pada tanggal 11 Februari 2008 jam 11.00 Wib adalah mengkaji keadaan umum pasien dan didapatkan data subyektif klien menyatakan badannya masih tampak lemas, obyektif klien tampak lemas, klien hanya berbaring di tempat tidur. Mengkaji karakteristik nyeri jam 11.05 Wib dan didapatkan data subyektif klien mengatakan nyeri dirasakan pada daerah luka bekas operasi SC, nyeri dirasa meningkat jika digunakan untuk bergerak dan berkurang saat untuk istirahat. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, nyeri timbul tidak teratur, lama 10 – 15 detik, dan obyektif : klien tampak memegangi perutnya, klien tampak tegang, meringis-ringis saat bergerak. Jam 11.15 Wib mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam) pada pasien dan didapatkan data subyektif : klien mau melakukan nafas dalam saat nyeri dan obyektif klien tampak memperhatikan, klien menirukan cara yang diajarkan. Menganjurkan untuk melakukan ambulasi dini (miring kanan dan kiri) dan data S : klien mengatakan mau melakukan. O : klien
kooperatif. Jam 11.30 Wib memonitor tanda-tanda vital, data S : pasien bersedia dan O : TD = 110/70 mmHg, N = 80 x/menit, S = 37 0C, RR = 22 x/menit. Jam 12.00 Wib memberikan nutrisi dan memberikan terapi oral, data S : klien bersedia, O : klien makan jatah dari RS dan obat diminum. Jam 12.30 Wib mengajarkan pasien untuk istirahat. Tanggal 12 Februari 2008 Jam 08.00 Wib mengganti alat tenun yang kotor, S : klien bersedia, O : alat tenun sudah terganti, Jam 08.30 Wib mengkaji tingkat aktivitas pasien, S : klien bersedia, pasien mengatakan masih agak lemas, O : klien sudah bisa miring kanan, kiri. Jam 09.00 Wib menyuruh pasien untuk melakukan teknik relaksasi yang diajarkan, S : klien bersedia, O : klien tampak melakukan (nafas dalam). Mengkaji keadaan umum pasien, S : pasien mengatakan nyeri masih terasa jika untuk bergerak, O : pasien tampak meringis saat bergerak. Membagikan nutrisi dan obat per oral, S : klien mengatakan terima kasih, O : pasien tampak makan dan meminum obat yang diberikan. Mengukur tanda-tanda vital pasien Jam 12.00 Wib, S : pasien bersedia, O : TD = 110/80 mmHg, S = 37 0C, N = 84 x/menit, RR = 20 x/menit Tanggal 13 Februari 2008 Jam 14.20 Wib mengkaji keadaan umum pasien, S : pasien mengatakan sudah agak baikan, O : keadaan umum sedang. Jam 14.30 Wib memandikan pasien dan mengganti pembalut, S : pasien bersedia, O : pasien tampak dapat miring kanan-kiri, luka post operasi tampak tertutup, lochea ± 10 cc. Jam 14.50 Wib menganjurkan pasien untuk mengganti pembalut sesering mungkin, S : pasien mengatakan ya, O : pasien mengangguk.. Mengkaji pengetahuan klien tentang breast care, S : pasien mengatakan tidak pernah melakukan, O : klien bertanya caranya. Jam
15.00 wib menjelaskan pada pasien tentang perawatan payudara (breast care) dan mendemonstrasikan, S : klien mengatakan ya, O : klien mendengarkan dan kooperatif. Memberikan injeksi tramadol, S : klien bersedia, O : injeksi tramadol masuk. Menganjurkan pasien untuk istirahat, S : pasien bersedia, O : pasien tampak tidur. Tanggal 14 Februari 2008 Jam 08.00 Wib mengkaji keadaan umum pasien, O : cukup, S : pasien mengatakan sudah mendingan, tapi nyeri masih terasa. Jam 08.15 Wib mengganti balutan luka SC, S : pasien bersedia, O : luka bersih, tidak ada pus, menganjurkan pada pasien untuk selalu menjaga kebersihan daerah luka dan dijaga agar tidak basah, S : pasien bersedia dan mengerti, O : pasien mendengarkan dan tampak mengangguk. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien, S : pasien bersedia, O : pasien kooperatif. Mengukur tanda-tanda vital pasien, S : pasien mengatakan mau, O : TD = 120/70 mmHg, N = 80 x./menit, S = 36,5 0C, RR = 20 x/menit.
E. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada tanggal 14 Februari 2008 dan diperoleh data sebagai berikut : Pada jam 13.40 Wib dilakukan evaluasi diagnosa pertama yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan post sectio caesaria dengan hasil subyektif Ny. S mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang, data obyektif yang didapatkan Ny. S tampak rileks, hasil ukur skala nyeri adalah 3, air muka nya tidak menunjukkan ketegangan, tanda-tanda vital yang didapatkan yaitu TD = 120/70
mmHg, N = 80 x/menit, S = 36,8 0C, RR = 20 x/menit. Dari hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa masalah teratasi sebagian, sehingga penulis merencanakan untuk tetap mempertahankan intervensi yaitu menganjurkan penggunaan teknik relaksasi (nafas dalam) dan teknik distraksi apabila timbul nyeri, menganjurkan pasien untuk ambulasi dini dan pemberian obat analgesik. Pada jam 13.50 Wib dilakukan evaluasi diagnosa kedua yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, adanya insisi pembedahan dan nyeri dengan hasil subyektif Ny. S mengatakan bahwa dia sudah bisa memiringkan badannya ke kiri dan ke kanan, sudah bisa turun dari tempat tidur dan ke kamar mandi dengan dibantu oleh suaminya. Data obyektif pasien terlihat bisa memiringkan badan, berjalan ke kamar mandi dan duduk. Dari hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa masalah teratasi sebagian, sehingga penulis merencanakan untuk tetap mempertahankan intervensi serta menganjurkan dan memotivasi pasien untuk lebih banyak beraktivitas secara bertahap. Pada jam 14.00 Wib dilakukan evaluasi diagnosa ketiga yaitu tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan ibu tidak rooming in dengan bayinya, dengan hasil subyektif Ny. S mengatakan bahwa ASI-nya sudah keluar dalam jumlah sedikit, sudah bisa breast care sendiri. Data obyektif tampak pasien sedang menyusui bayinya, setelah itu pasien mendemonstrasikan cara breast care ketika diminta, terlihat payudara tidak mengalami bengkak, air muka pasien terlihat senang dan puas karena dapat menyusui bayinya. Dari hasil pengamatan dan pengukuran menunjukkan bahwa masalah teratasi sebagian, sehingga penulis merencanakan untuk tetap mempertahankan intervensi yaitu membantu pasien selama menyusui dengan teknik
menyusui yang benar. Pada jam 14.10 Wib dilakukan evaluasi diagnosa keempat yaitu resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka sekunder, luka post sectio caesaria, dengan hasil luka dan daerah sekitar luka tampak bersih, tidak ada pus, balutan sudah diganti dengan yang baru. Hasil tanda-tanda vital yaitu TD = 120/70 mmHg, N = 80 x/menit, S = 36,8
0
C, RR = 20 x/menit, hal ini menunjukkan masalah teratasi sebagian,
sehingga penulis merencanakan untuk tetap mempertahankan intervensi dan menganjurkan pasien untuk merawat luka dengan teknik aseptik, selalu menjaga kebersihan diri terutama daerah sekitar luka.