BAB II TINJAUAN TEORI
A Pengertian Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.(Mansjoer, 1999: 344) Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda- tanda persalinan. (Mansjoer, 1999 : 310) Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesaria atas Indikasi Ketuban Pecah Dini adalah asuhan keperawatan yang diberikan kepada ibu post partum dimana proses partus tersebut melalui insisi uterus yang disebabkan pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda – tanda persalinan. B. Anatomi. 1.
Alat kandungan luar Fungsi alat kandungan luar dikhususkan untuk kopulasi ( koitus ) a. Mons veneris ialah daerah yang menggunung di atas symfisis, yang akan ditumbuhi rambut kemaluan ( pubes ) apabila wanita berangkat dewasa. b. Bibir besar kemaluan ( labia majora ) berada pada bagian kanan dan kiari, berbentuk lonjong, yang pada wanita menjelang dewasa ditumbuhi juga oleh pubes lanjutan dari mons veneris. c. Bibir kecil kemaluan ( labia minora ) ialah bagian dalam dari bibir besar yang berwarna merah jambu.
d. Klentit ( klitoris ) identik dengan penis pada pria . Glans klitoris berisi jaringan yang dapat bereaksi, sifatnya amat sensitive karena banyak memiliki serabut saraf. e. Vulva adalah bagian alat kandungan luar yang , berbentuk lonjong, berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan dan kiri dibatasi bibir kecil , sampai ke belakang dibatasi perineum. f. Vestibulum terletak di bawah selaput lendir vulva, terdiri dari bulbus vestibuli kanan dan kiri. Disini dijumpai kelenjar vestibule mayor ( kelenjar bartolini) dan kelenjar vestibulum minor. g. Introitus vagina adalah pintu masuk ke vagina. h. Selaput dara ( hymen ) merupakan selaput yang menutupi introitus vagina. i. Lubang kemih ( orifisium uretra eksterna ) adalah tempat keluarnya air kemih yang terletak di bawah klitoris.Disebelah kanan dan kirinya terdapat lubang kelenjar Skene. j. Perineum terletak diantara vulva dan anuus. 2. Alat kandungan dalam. a. Liang senggama ( vagina ). Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dengan rahim, terletak diantara saluran kemih dan dubur.Ukuran panjang dinding depan 8 cm dan dinding belakang 10 cm.Bentuk dinding dalamnya berlipat – lipat disebut rugae.Dinding vagina terdiri atas selaput mukosa , lapisan otot, dan lapisan jaringan ikat.
Fungsi penting dari vagina adalah : sebagai saluran untuk mengalirkan darah haid dan secret lain dari rahim ,alat untuk bersenggama dan jalan lahir pada waktu bersalin. b. Rahim ( uterus ). Adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luar ditutupi oleh peritonium sedangkan ronga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim. Rahim terdiri dari tiga bagian besar, yaitu : badan rahim ( korpus uteri) berbentuk segitiga, leher rahim ( serviks uteri ) berbentuk silinder dan rongga rahim ( kavum uteri ). Bagian rahim antara kedua pangkal tuba , yang disebut fundus uteri merupakan bagian proksimal rahim. Dinding rahim secara histologik terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan serosa ( lapisan peritoneum)di luar, lapisan otot ( lapisan miometrium) di tengah dan lapisan mukosa ( endomitrium) di dalam. Fungsi utama rahim adalah ; Setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin tumbuh dan berkembang serta berkontraksi terutama setelah waktu bersalin dan sesudah
bersalin.
c. Saluran telur ( tuba Falopii).Adalah saluran yang keluardari kornu rahim kanan dan kiri, panjangnya 12 – 13 cm, diameter 3-8 mm.Bagian luar diliputi oleh peritoneum visceral dan bagian dalam saluran dilapisi silia, yaitu rambut getar yang berfungsi untuk menyalurkan telur dan hasil konsepsi. Saluran telur terdiri dari empat bagian , yaitu: pars interstitialis, pars ismika , pars ampularis dan infundibulum.
Fungsi saluran telur adalah: sebagai saluran telur, menangkap dan membawa ovum yang dilepaskan oleh indung telur serta tempat terjadinya pembuahan ( konsepsi = fertilisasi). d. Indung Telur ( ovarium ). Terdapat dua indung telur, masing – masing di kanan dan kiri rahim, dilapisi mesovarium dan tergantung di belakang ligamentum latum. Bentuknya seperti buah almon , sebesar ibu jari tangan ( ( jempol ) berukuran 2,5-5 cm × 0,6-1 cm . Di dalam ovarium terdapat folikel de Graf yang bila matang berisi sel telur( ovum) . Fungsi indung telur yang utama adalah:menghasilkan sel telur ( ovum), menghasilkan hormone-hormon( estrogen dan progesterone)dan ikut seta mengatur haid. B. Indikasi 1. Pihak janin a. Mal presentasi janin b. Gawat janin ( Mansjoer.
1999: 344)
2. Pihak ibu a.Panggul sempit b. Disproporsi sevalo pelvis c. Ruptur uteri mengancam d.Partus lama ( prolonged lubor) dan partus tak maju( obstructed lubor). e. Distosia serviks.
f. Pre eklamsi dan hipertensi. g. Plasenta previa sentralis dan lateralis h. Ketuban pecah dini. 1). Penyebab terjadinya ketubanpecahdini adalah : a) Servik inkompeten b) Ketegangan rahim berlebihan c) Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian
terendah
belum masuk PAP, chepalo pelvic disproportion ( CPD). d) Kelainan bawaan dari selaput ketuban. e) Kelainan letak janin dalam rahim: leatk sungsang, letak lintang. f) Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.(Munuaba, 1998:313). 2) Pengaruh ketuban pecah dini( KPD). a) Terhadap bayi Walaupun ibu belum menunjukkangejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dahulu terjadi ( amnionitis, vaskulitis), sebelum gejala pada ibu dirasakan.Jadi akan meninggkatkan morbiditas perinatal.( Mochtar, 1998: 257). b) Terhadap ibu Kerena jalan lahir telah terbuka , maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila ibu terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu dapat dijumpai infeksi nifas, peritonitis dan septicemia, ibu akan merasa lelah
karena berbaringtidur, partus akan lama.Suhu badan naik, nadi cepat dan tampaklahgejala-gejala
infeksi.
Hal-hal
tersebut
akan
meninggikanmorbiditas pada ibu.(Mochtar, 1998:251). 3) Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini (KPD) a) Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. b) Bila terjadi pembukaan servik maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba, 1998:346) 4) Permasalahan ketuban pecah dini Ketuban pecah dini (KPD) menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan ruang rahim.Sehingga memudahkan terjadinya infeksi ,Salah satu fungsi selaput ketuban adalah melindungi jalan dari infeksi, makin lama fase laten makin besar kemungkinan infeksi, persalinan premature dan peningkatan angka kesakitan dan angka kematian ibu dan janin.(Manuaba, 1998:115). 5) Cara menentukan ketuban sudah pecah atau belum a) Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, berbau. b)Inspekulo: lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang pecah. c) Gunakan kertas lakmus - Bila menjadi biru ( basa)→air ketuban - Bila menjadi merah( asam) →urin d) Pemeriksaan PH Forniks posterior pada ketuban pecah dini. PH adalah basa ( air ketuban)
e) Pemeriksaan hispato;ogi air ketuban.(Mochtar, 1998:256) 6) Komplikasi ketuban pecah dini a) Pada anak IUFD , asfiksia dan prematuritas. b) Pada ibu Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau infeksi nifas.( Mochtar, 1998:258) 7) Penatalaksanaan ketuban pecah dini a)
Bila janin kurang dari 36 minggu penderita dianjurkan
beristirahat
ditempat tidur dan diberikan obat obatan antibiotic,profilaksis,spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable. b) Bila janin lebih dari 36 minggu lakukan induksi partus 6 – 12 jam setelah fase laten dan berikan antibiotic profilaksis.Pada kasus kasus tertentu dimana indikasi partus dengan drip sintosinon gagal,maka lakukanlah tindakan operatif ( Mochtar, 1998 :257 )
C. Klasifikasi Jenis-jenis section caesaria adalah: 1. Sectio Caesaria Klasik Pembedahan dengan tindakan pembedahan pada peritoneum 2. Sectio Caesaria Transperitoneal Profunda ( supra cervikalis= lower segmen caesarea section)section caesaria pada segmen bawah uterus. 3. Sectio Caesaria ekstra peritoneal
Operasi tanpa dilakukan pembedahan / tanpa membuka peritoneum. 4.Sectio Caesaria diikuti dengan histerektomi. 5.Sectio Caesaria Vaginalis. 6.Sectio Caesaria ekstraperitoneal pervaginam. ( Rustam Mochtar, 1998 : 119-120) D.Patofisiologi Tindakan dengan section caesaria diindikasikan karena adannya kelainan obstetric.Setelah pembedahan selesai , maka berpengaruh pada fisik dan psikologis. Pada fisik pasca anestesi berpengaruh pada system pernafasan, cardiovascular, system urinaria dan metabolisme. Pada sistem pernafasan oleh paru-paru yang sering terjadi adalah obstruksi saluran dan hipovenyilasi. Hal ini terjadi karena adanya penekanan pada pusat pernafasan oleh karena anestesi umum dan terjadi karena tekanan diafragma. Penyebab tersumbatnya saluran pernafasan adalah akibat lidah yang rileks pada laring atau oleh tumpukan sekresi atau lender yang terkumpul dalam laring, trachea atau bronchial. Hipotensi merupakan komplikasi cardiovascular yang paling sering terjadi pada pasca anestesi. Banyak factor yang menimbulkan perubahan sikulator sehingga tekanan darah setelah operasi jadi lebih rendah antara lain karena adanya reaksi terhadap obat atau anestesi, kehilangan darah dan cairan tubuh lain. Penurunan sedikit tekanan darah dari pola sebelum operasi normal jarang pada periode yang sehat. Shoc harus dicegah karena otak, jantung, ginjal, dan organ vital lain tidak dapat mentolelir hipoksemia yang lama, karena adanya tekanan darah dan potensial shock akan menyebabkan kelemahan.
Pada metabolisme pencernaan peristaltic menurun selama 24 jam setelah pembedahan, tidak ada gerakan isi usus, peristaltic belum ada atau menurun sekali. Konstipasi sering terjadi setelah bedah karena adanya respon neuroendokrin terhadap stres dan factor anestesi, serta tidak ada intake dan makanan yang banyak serat. Pada pasca bedah, rasa nyeri pada daerah torehan adalah hal biasa dan merupakan komplikasi yang nyata. Luka torehan ini bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan terjadinya resiko infeksi. Pada waktu bedah hilangnya cairan karena pengeluaran darah serta cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Kehilangan cairan dan darah saat waktu bedah, juga mengalami kekurangan sodium dan potassium yang melalui pipa nasogastrik. Akibat kehilangan cairan tubuh pada saat operasi menyebabkan jumlah output urin sedikit. Potensi ini terjadi pada periode pasca bedah karena adanya kekakuan otot vesika urinaria. ( Long, 1996 : 56) Pada saat kehamilan akan terbentuk colostrum, mammae akan lebih besar. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormon-hormon estrogen, progestero, kortikosteroid, hormone-hormon hypophise dan laktogen plasenta. Pada masa nifas setelah plasenta lahir, kadar estrogen menurun cepat dan terjadi peningkatan prolaktin yang merangsang pengeluaran air susu. Isapan bayi juga menambah rangsangan untu peningkatan prolaktin dan pengeluaran air susu. Selama itu dijumpai suatu kejadian yaitu involusio uterus, setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah yang bermuara pada bekas implantasi. (Mochtar , 1998 : 356) Psikologi berpengaruh pada vena rubin, yaitu antara taking in yang terjadi pada hari pertama sampai dengan hari kedua post partum. Pada fase ini ibu masih melepaskan
tanggung jawabnya. Apabila hal ini berkelanjutan maka akan terjadi ketergantungan dalamperawatan bayi. Taking hold terjadi setelah hari kedua sampai ketiga pasca partum, ibu mulai antusias melakukan perawatan pada bayinya. Kurang informasi akan mengakibatkan kurangnya pengetahuan dan perawatan. Letting go, pada fase ini ibu dan keluarga berinteraksi sebagai suatu system tetapi sering terjadi kebingungan dalam menentukan karier atau marawat bayi, karena terjadi perubahan peran. Beberapa pasien marah, frustasi atau kecewa tentang tidak melahirkan pervagina, beberapa wanita mengekspresikan perasaan terhadap harga diri yang rendah atau menganggap negatif. F. Adaptasi Fisiologi Nifas 1. Involutio a. Proses involution uteri section caesaria. Setelah plasenta lahir TFU setinggi pusat,1 minggu pertengahan pusat ( simpisis), 2 mingguTFU tak teraba, dan kembali normal setelah 8 minggu. ( Mochtar, 1998 : 115) b.Perubahan segmen bawah uterus dan serviks setelah selesai kala III, menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendor. Tepi luar serviks mengalami laserasi khususnya sebelah sentral mulut rahim mengecil dan serviks menebal dan salurannya terbentuk kembali.( Cuninngham,1995 : 283) c. Perubahan di vagina dan pintu keluar vagina.
Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk lorong, diding lunak dan halusyang ukurannya secara berlahan mengecil.Rugae terlihat pada minggu ke tiga, hymen muncul sebagai beberapa potong jaringan kecil, yang dirubah menjadi curunculae mirtiformis. ( Cunningham, 1995: 283) d. Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen ketika miometrium berkontraksi dan berefraksi setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan dan kerutan. ( Cunnigham, 1995: 283) 2. Lochea Yaitu secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina yang terdiri dari darah, kelupasan desidua dan bakteri.( Cunningham, 1995:288) Lochea rubra( crueta)berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo dan mekonium selama 2 hari pasca persalinan.Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir keluar pada hari ke-3 sampai hari ke -7 pasca persalinan.Lochea serosa berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.Lochea alba,cairan putih setelah 2 minggu. 3. Laktasi Setelah pesalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone lactogenik atau prolaktin yang akan merangsang air susu.Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel payudara kelenjar susu
berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasien persalinan.( Prawiroharjo, 2002: 240) Sedangkan proses ejeksi ( let down) dalam sekresi air susu ibu menurut Guyton dan Hall, 1997, disebabkan oleh gabungan reflek neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon oksitosin pada hipofisis posterior. Ketika bayi menghisap pertama kali impuls sensorik ditransmisikan melalui syaraf somatik dari putting susu ke medula spinalis dan kemudian ke hipotalamus. Pada saat yang bersamaan oksitosin dibawa dalam darah ke kelenjar payudara sehingga sel-sel mioepitel yang mengelilingi dinding luar alveoli air susu berkontraksi. Setelah melahirkan seorang ibu akan segera beradaptasi mencakup semua system dalam tubuh yaitu: a. Tanda vital Temperatur ibu dalam 24 jam pertama biasanya meningkat menjadi 38º C eksersi otot, dehidrasi dan perubahan hormonal.Peningkatan suhu di atas 38º C pada hari kedua sampai kesepuluh mungkin menunjukkan sepsis puerpuralis, infeksi traktus urinarius, endometritis, mastitis. b. Sistem kardiovaskuler Kehamilan menyebabkan hipervolemia sehingga menambah 50% piningkatan sirkulasi volume darah.Hal ini memungkinkan seorang ibu untuk bertoleransi kehilangan darah pada saat melahirkan. Darah yang keluar pada persalinan per vagina ± 400-700 cc dan ± 700-1.000cc pada section caesaria.Bradikardi 50-70 per menit mungkin masih normal, dimanjantung mengkompensai untuk penurunan vaskuler di pelvis. c. Tekanan darah
Penurunan 20 mmHg atau lebih dari tekanan sistolik dapat terjadi bila ibu bergerak atau berubah posisi dari terlentang ke duduk.Ini merefleksikan orthostatic hipotensi. d.Berkeringat banyak dan kedinginan Menggigil disebabkan oleh instability vasomotor. Berkeringat banyak merupakan suatu mekanisme tubuh untuk mereduksi cairan yang tertahan selama kehamilan. e. Komponen-komponen darah Penurunan pada hematokrit merefleksikan kehilangan darah selama periode intra partum. Mekanisme pembekuan darah diaktivasi pada periode intermedial post partum, dapat terjadi resiko ibu mengalami tromboembolisme. f. Cardiac output Cardiac output mencapai puncak selama awal nifas. Beberapa menit setelah melahirkan, cardiac output berada pada tingkat sebelum hamil. g. Traktus urinarius Akumulasi cairan yang berlebihan pada jaringan selama kehamilan akan dieliminasi melalui diuresis,dimulai pada 24 jam pasca persalinan. h. Sistem endokrin Dengan lahirnya plasenta, maka segera terjadi penurunan estrogen dan progesterone. Kadar prolactin meningkat pada wanita menyusui sebagai respon dari stimulasi isapan bayi. i. Perubahan payudara Pembesaran payudara terjadi dengan adanya penambahan system vaskuler dan limfatik sekitar payudara, payudara menjadi besar, mengeras sakit bila disentuh.
Produksi dimulai dari sel-sel alveolar di bawah pengaruh prolaktin. Let down reflektergantung pada sekresi oksitosin yang distimulasi oleh pengisapan. Produksi air susu dimulai dari hari ketiga post partum j. Sistem gastrointestinal Fungsi normal usus basar kembali pada minggu pertama post partum, disebabkan karena penurunan motilitas usus basar. Kehilangan cairan dan adanya rasa tak nyaman pada perineumdan pengguna enema pada kala persalinan menurunkan tonus otot abdomen. k. Sistem musculoskeletal Otot-otot abdomen secara bertahap melonggar selama kehamilan, menyebabkan kekurangan tonus pada otot yang terlihat pada periode post partum, otot-otot dan fascia di dinding abdomen secara bertahap akan kembali pada akhir periode post partum. l. Sistem integument Hiperpigmentasiareola dan linea ngra mungkin belum menghilang sempurna sesudah melahirkan. Abnormalitas vascular seperti spider angioma, erytema, palmur menurunkan dengan cepat sesuai denganpenuruna estrogen. m.After pain Pada primipara, tonus meningkat, sehingga umumnya fundus keras. Kontraksi dan relaksasi yang periodic ini menimbulkan rasa tidak nyaman karena after pain. Terjadi sampai dengan hari ketiga. Meningkat karena adanya sisa plasenta di kavum uteri, gumpalan darahinfeksi dan saat menyusui karena reflek stimulasi hisapan bayi merangsang oksitosin dari kelenjar pituitary posterior. (Bobak, 2000: 211)
G. Adaptasi Psikososial Menurut Reva Rubin, ada 3 perubahan emosi dan perilaku ibu post partum, yaitu : 1.Taking in : Dependen Phase Dimulai dengan ingin tidur setelah melahirkan, ibu menjadi pasif, sikap ketergantungan dari ibu menjadi memperhatikan kebutuhan tidur dan intake makanan baik bagi ibu atau bayi, timbul pada jam pertama setelah kelahiran sampai 1-2 hari. 2. Taking hold :Dependent-Independent Phase Ibu memulai bergerak dan berfungsi, lebih tidak tergantung. Ibu dapat lebih tenteram, fungsinya lebih baik, khususnya merawat bayinya ditunjukkan pada anggota keluarga dalam aktifitasnya, merupakan waktu yang baik untuk penyuluhan. Terjadi pada hari ke-3 sampai 10. 3. Letting go : Interdependen Phase Terjadi pada hari-hari terakhir pada minggu pertama persalinan,. Pada fase ini ibu mandiri dan penuh peran.( Bobak, 2000: 242) Selain itu pada pada klien post partum juga perlu diperhatikan: 1. Post partum blues Pada klien post partum mungkin mengalami depresi, mudahmenangis dan kurang istirahat. Penurunan kadar estrogen dan progesteron yang tiba-tiba menjadi bagianpenting pada post partum blues karenanya disebut depresi. ( Bobak, 2000: 243) 2. Bonding attachment Adalah adanya interaksi antara ibu dan bayi yang akan terjalin menjadi suatu ikatan kasih saying diantara keduanya. ( Bobak, 2000: 243)
H. Komplikasi Komplikasi sectio caesaria adalah: 1. Infeksi puerpuralis a. Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja. b. Sedang, dengan kenaikan suhu tinggidisertai dehidrasi dan perut sedikit kembung. c. Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik Hal ini sering terjadi pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. 2. Perdarahan disebabkan karena: a. Banyaknya pembuluh darah yang terputus dan terbuka b. Atonia uteri c. Perdarahan pada placenta previa 3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi. 4. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang (Prawiroharjo, 2002: 870) I. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian data dasar ( Doengoes, 2001:414) a. Sirkulasi Kehilangan darah selama prosedur pembedahan sebanyak kira-kira 600ml. b. Integritas ego
800
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri. c. Eliminasi Kateter urinarius mungkin terpasang. Urine jernih pucat, bising usus
tidak
ada, samara atu jelas. d. Makanan dan cairan Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal e. Neurosensori Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural. f. Nyeri atau ketidaknyamanan Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber, missal
trauma
bedah atau insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih atau abdomen, efek anesthesia. g. Pernafasan Bunyi perut jelas dan vesikuler h. Keamanan Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh. i. Sexualitas Fundus kontraksi kuatdan terletak di umbulikus j. Pemeriksaan diagnostic 1). Jumlah darah lengkap Hb/Ht : mengkaji perubahan dari kadar praoperasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2). Urinalisis:kultur urin darahvagina dan lochea,pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual. 2. Fokus intervensi Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien post section cesaria adalah:
a. Nyeri akut ( Doengoes, 2001: 417) 1). Faktor yang berhubungan ; Trauma
pembedahan,
efek-efek
anesthesia,
efek-efek
hormonal,
distensi kandung kemin atau abdomen. 2). Hasil yang diharapkan Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri atau ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan berkurangnya nyeri. 3). Intervensi a) Tentukan karakteristik, skaladan alokasi ketidaknyamanan, secara verbal dan non verbal Rasional: membedakan karakteristik dari terjadinya komplikasi b) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi penyebab ketidaknyamanan. Rasional : membantu mengurangi nyeri dan ketakutan karena ketidak tahuan dan memberikan rasa control. c). Monitor TD, nadi dan perubahan perilaku. Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta TD dan nadi meningkat, analgesic dapat menurunkan TD.
d). Palpasi kandung kemih, bila penuh dalakukan pengosongan dengan kateter. Rasional : membantu mencegah ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih. e).Kolaborasi pemberian analgetik tiap 3-4 jam. Rasional : untuk menurunkan nyeri. b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan ( Doengoes, 2000:913) 1). Faktor yang berhubungan : Perdarahan, trauma pembedahan. 2). Hasil yang diharapkan : Terpenuhinya kebutuhan volume cairan. 3). Intervensi a). Catat intake dan output cairan Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan b). Timbang BB tiap hari Rasional : untuk mengetahui bahwa tubuh kekurangan atau kelebihan cairan. c). Monitor tanda perdarahan post oprasi Rasional : untuk mengetahui darah yang keluar d). Berikan dehidrasi oral. Rasional: untuk mencegah dehidrasi e). Berikan perawatan mulut dengan teratur
Rasional : bila mulut bersih mual hilang sehingga memaksimalkan intake cairan. c. Resiko tinggi terhadap infeksi (Doengoes, 2001: 427) 1). Faktor yang berhubungan : Trauma jaringan atau kulit rusak, penurunan Hb, prosedur invasive
atau
peningkatan pemajanan lingkungan. Pecah ketuban lama dan malnutrisi. 2). Hasil yang diarapkan. Bebas dari infeksi, insisi bersih dan kering, involusio berlangsung secara normal. 3). Intervensi a). Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah Rasional: demam post operasi hari ke-3, leukositosis dan
tachicardi
menunjukkan infeksi. b). Kaji involution, jumlah dan karakteristik lochea Rasional: Setelah melahirkan section caesaria tinggi fundus uteri tetap pada ketinggian umbilicus, sampai hari ke-5 bila involusio dimulai disertai peningkatan involusio meningkatkan resiko endometriosis. c). Catat frekuensi atau jumlah dan karakteristik urine. Rasional: status urin meningkatkan resiko infeksi. d). Perhatikan catatan operasi untuk penggunaan drain dansifat dari insisi, bersihkan luka dan ganti balutan bila basah. Rasional: lingkungan lembab merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri.
e). Kolaborasi pemberian antibiotic. Rasional: menurunkan terjadinya infeksi dan mematikan mikroorganisme. d. Defisit perawatan diri ( Doengoes, 2000: 932) 1). Faktor yang berhubungan Efek-efek anesthesia, penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik. 2). Hasil yang diharapkan Kebutuhan perawatan diri terpenuhi, pasien merasa nyaman. 3). Intervensi. a). Kaji ketidakmampuan fisik. Rasional: efek ketidakmampuan fisik yaitu membuat pasien tidak mampu memfokuskan aktifitas perawatan diri. b). Kaji status psikologi pasien. Rasional: pengalaman ketidakmampuan fisik akan memotifasi pasien untuk melakukan aktifitas secara mandiri. c). Ubah posisi pasien tiap 1-2 jam, bantu latihan nafas, ambulasi dan latihan kaki. Rasional: mencegah komplikasi post oprasi. d). Berikan bantuan sesuai kebutuhan dengan hygiene. Rasional: memperbaiki harga diri. e). Monitoring peningkatan respon pasien terhadap perawatan diri mandiri. Rasional: memotivasi pasien melakukan perawatan diri.
secara
e. Kurang pengetahuan ( Doengoes, 2001: 437) 1). Faktor yang berhubungan . Kurangnya informasi tentang perawatan post section caesaria, perawatan bayi, cara menyusui yang benar, perawatan payudara, serta hubungan seksual. 2). Hasil yang diharapkan. Pasien dapat mengungkapkan dan mendemonstrasikan kewajiban yang berhubungan dengan perawatan diri dan bayi. 3). Intervensi. a). kaji tingkat pengetahuan klien. Rasional: membentuk rencana membantu pasien mendapatkan informasi. b). Kaji persiapan dan motivasi pasien untuk belajar. Rasional: periode post partum dapat menjadi pengalaman positif bila diberikan penyuluhan. c). Tinjau ulang kebutuhan perawatan diri Rasional: meningkatkan kemandirian, mencegah infeksi dan meningkatkan pemulihan. d). Demonstrasikan tehnik perawatan bayi Rasional: membantu penguasaan tugas-tugas baru . f. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan keletihan maternal ( Carpenito, 2000: 30) 1). Tujuan Proses menyusui aktif.
2) Kondisi yang diharapkan. -
tidak terjadi pembengkakan mammae
-
ibu mengerti metode menyusui
3. Intervensi. a). kaji pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. b). bicarakan keuntungan dan kerugian menyusui c). Bantu pertama kali menyusui. d). Berikan kompres hangat selama 15-20 menit sebelum menyusui untuk mencegah bengkak. e). Ajarkan cara perawatan payudara