BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sectio Caesaria merupakan proses melahirkan janin, plasenta dan selaput ketuban melalui dinding perut dengan cara membuat irisan pada dinding perut dan rahim. Sectio Caesaria dapat dilaksanakan bila ibu sudah tidak dapat melahirkan melalui proses alami. Operasi dilakukan dengan tujuan agar keselamatan ibu dan bayi dapat tertangani dengan baik. Oleh karena itu banyak pasien yang percaya, bahwa melahirkan dengan operasi caesar akan lebih baik bagi ibu dan bayi daripada proses melahirkan secara normal. Namun demikian, operasi ini tetap memiliki beberapa risiko
terutama
pada
ibu
dengan
riwayat
sectio
caesariapada
proses
melahirkan sebelumnya. (Williams, 2002) Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan angka persalinan dengan cara operasi sectio caesaria. Peningkatan yang sangat tinggi terjadi karena berbagai faktor. Beberapa diantaranya adalah faktor dari ibu sendiri dan juga faktor petugas kesehatan. Faktor ibu bisa berasal dari keadaan penyakit yang dialaminya serta faktor lain
seperti
usia,
parietas,
pekerjaan,
tingkat
pendidikan
serta
riwayat
persalinan sebelumnya. Sekarang ini pasien sering meminta kepada dokter untuk melahirkan dengan cara operasi dengan alasan kecantikan dan alasan takut kesakitan saat melahirkan. Faktor eksternal berasal dari petugas kesehatan seperti tidak melakukan pemeriksaan antenatal dan juga alasan bisnis dengan melakukan
Universitas Sumatera Utara
secsio caesaria tanpa indikasi yang jelas.(Gulardi,2005.) Menurut WHO (World Health Organization), standar rata-rata Sectio Caesaria di sebuah negara adalah sekitar 5–15%. Pada tahun 1983 jumlah kasus persalinan dengan sectio caesaria di Amerika mencapai 25%. Pada 1970, di AS, cesarean section rates adalah 5,5% dan meningkat drastis menjadi 24,4% di tahun 1987. Dengan berbagai upaya telah dilakukan sehingga pada 1996 angka tersebut dapat bertahan sekitar 22,8% dan terus diusahakan untuk ditekan, sehingga akhirakhir ini stabil pada angka 15-18%. (Gulardi, 2005) Tahun 2004, jumlah kasus sectio caesaria di Inggris adalah sekitar 20% dan 29,1%. Selama 2001-2003, jumlah kasus sectio caesaria di Kanada adalah 22,5% (Yusmiati, 2007). Di Indonesia angka sectio caesaria di rumah sakit Pemerintah sekitar 20-25% sedangkan di rumah sakit swasta sekitar 30-80% dari total persalinan (Mutiara, 2004). Survei sederhana juga pernah dilakukan olehGulardi danBasalamah, terhadap 64 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1993. Hasilnya tercatat dari 17.665 kelahiran, 35.7 – 55.3 % ibu – ibu melahirkan dengan sectio caesaria. Sementara data lain dari RSUP Cipto Mangunkusumo, dari 404 persalinan perbulan, 30 % ditolong dengan tindakan sectio caesaria, yang mana 13,7 % disebabkan oleh gawat janin (Kasdu, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Himapid di wilayah kerja Puskesmas Himalate Makasar tahun 2009 menunjukkan bahwa pelayanan antenatal, umur ibu < 20 tahun
Universitas Sumatera Utara
atau > 35 tahun dan ibu dengan grand multiparaberhubungan dengan peningkatan pelaksanaan tindakan persalinan sectio caesaria. Hasil penelitian kelompok mahasiwa Unika di Kabupaten Wonosobo yang dilakukan pada tahun 2007 – 2008 menyatakan bahwa sekitar 80 persen proses persalinan dilakukan secara sectio caesaria, sedangkan proses persalinan yang benarbenar dilakukan secara alami hanya sekitar 20 persen. Dari hasil penelitian yang dilakukan sejak tahun 2007-2008 itu mengindikasikan adanya kerja sama antara bidan dengan dokter ahli kandungan sehingga akhirnya pasien dilakukan persalinan dengan cara sectio caesaria. Menurut Agnes Widanti, fenomena seperti diatas sering terjadi di Jakarta. Belum lagi, jika dilakukan penelitian ke sejumlah daerah lainnya. Mungkin saja akan muncul fenomena serupa.Seharusnya, tindakan sectio caesaria dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang benar – benar ada indikasi medisnya. Dokter tidak boleh langsung memvonis, bahwa persalinannya harus dengan operasi. Permasalahan seperti ini susah diatasi karena persoalan tersebut terkesan hanya dilakukan dengan penyelesaian secara kode etik. Tidak ada yang diselesaikan secara prosedur hukum. Penelitian Al Nuaim, dkk. (2005) melaporkan sectio caesariaemergensi lebih sering dilakukanpada ibu berumur 25 tahun atau kurang dibanding ibu berumur 35 tahun atau lebih. Demikian juga kelompok ibu paritas 0 lebih sering mengalami sectio caesaria emergensi dibanding kelompok paritas 1–4. Mishar dari RSPM tahun 1979–1983, melaporkan kelompok ibu berumur 34 tahun atau kurang, yang paling sering mengalami sectio caesaria, dan jugapada kelompok ibu primipara atau paritas
Universitas Sumatera Utara
nol.Hasil penetian ini menunjukkan bahwa frekuensi seksio sesarea tinggi padakelompok ibu primipara atau paritas 0, sebab primipara atau paritas 0berisiko tinggi terhadap partus tak maju dan hipertensi dalam kehamilan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liese Margaretha (2008) menunjukkan jumlah ibu yang melahirkan dengan tindakan sectio caesaria adalah sebanyak 388 orang (28,98%) dengan indikasi medis terbanyak (40,43%) akibat faktor ibu terutama partus dengan komplikasi (45,54% dari 40,43%) dan terkecil adalah akibat kegagalan (0,9%). Sebagian besar adalah pada usia diantara 20 – 35 tahun (81,7%) yang bertempat tinggal di kota Palembang (66,24%) dengan kadar hemoglobin<12 g/dl (85,82%), usia kehamilan 37 – 42 minggu (95,1%), riwayat kehamilan 2 – 5 kali (53,61%) dan tanpa pernah partus sebelumnya (44,84%). Tindakan sectio caesaria di RSU Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2006, ibu – ibu yang melahirkan yang dilakukan tindakan sectio caesaria berjumlah 642 orang. Peningkatan indikasi melakukan tindakan sectio caesariadan kemajuan dalam teknik operasi dan anesthesia serta obat-obat antibiotika merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian persalinan dengan tindakan sectio caesaria (Margaretha, 2007). Hal ini tergambar dari penelitian tentang tindakan sectio caesaria yang pernah dilakukan di rumah sakit Dr. Pirngadi Medan yang menggambarkan peningkatan setiap tahunnya.Adapun penelitian tersebut dilakukan oleh ; 1) Mochtar 1968 dan 1971 dengan angka tindakan sectio caesaria 2,4 % dan 4,9 %. 2) Aziz tahun 1974 dengan angka tindakan
sectio caesaria 6,4 %. 3)
Chaniago tahun 1978 dengan angka kejadian sectio caesaria 9,5 % 4) Dahlan 1980
Universitas Sumatera Utara
dengan angka kejadian sectio caesaria 10,8 %. 5) Mishar tahun 1983 dengan angka tindakan sectio caesaria 10,99 %. 6) Rasyid tahun 1992 dengan tindakan sectio caesaria 16,6 %. 7) Piliang tahun 1994 dengan angka tindakan sectio caesaria 20,5 % . 7) Mahdi 1997 dengan angka tindakan sectio caesaria 34,83 %. Dewasa ini sectio caesaria jauh lebih aman daripada dulu berkat kemajuan dalam antibiotika, transfusi darah, anestesi dan tehnik operasi yang lebih sempurna. Karena itu saat ini ada kecenderungan untuk melakukan operasi ini tanpa dasar indikasi yang cukup kuat. Namun perlu diingat, bahwa seorang wanita yang telah mengalami operasi pasti akan menimbulkan cacat dan parut pada rahim yang dapat membahayakan kehamilan dan persalinan berikutnya, walaupun bahaya tersebut relatif kecil. (Rustam 2003) Penelitian yang dilakukan oleh Sarmana (2004) di RS. St. Elisabeth Medan diketahui angka sectio caesaria tahun 2003 sebesar 27,76 % dan sebesar 13,88 % merupakan Sectio caesaria tanpa indikasi medis yaitu atas permintaan ibu bersalin itu sendiri. Hasil penelitian menunjukan bahwa permintaan persalinan Sectio caesaria paling banyak dilakukan oleh ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya. Faktor yang paling memengaruhi ibu meminta tindakan persalinan dengan cara Sectio caesaria adalah akibat rasa sakit yang dialami pada proses persalinan (96,5 %) yang ditakutkan mereka dan tidak kuat menahan rasa sakit. Alasan ibu untuk melahirkan secara sectio caesaria adalah : 1) Kesehatan lebih terjaminterutama untuk kesehatan bayi maupun ibu sebesar (53,5 %), 2)Karena ingin sekaligussterilisasi(35,5 %), 3) Kosmetik sex (25 %) oleh karena ibu ingin
Universitas Sumatera Utara
mempertahankan tonus vagina tetap utuh, 4)Akibat trauma persalinan yang lalu (21,5 %) misalnya ; ekstraksi vakum, 5)Rasa sakit pada persalinan alami menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan ibu sehingga ibu lebih memilih sectio caesaria dari pada persalinan spontan.(Sarmana, 2004) Penelitian yang dilakukan oleh Erwinson
(2004) tentang gambaransectio
caesaria di RSUP Haji Adam Malik Medan dan RSUD. Dr. Pirngadi Medan memberikan gambaran jumlah persalinan normal dan dengan tindakan sectio caesaria mulai tahun 1999 – 2003. Penelitian pada tahun 1999, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 830 kasus dengan 188 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 1492 persalinan dengan 514 tindakan sectio caesaria. Penelitian pada tahun 2000, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 674 kasus dengan 236 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 1531 persalinan dengan 467 tindakan sectio caesaria. Penelitian pada tahun 2001, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 290 kasus dengan 69 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 1915 persalinan dengan 446 tindakan sectio caesaria. Penelitian pada tahun2002, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 361 kasus dengan 98 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 1476 persalinan dengan 309 tindakan sectio caesaria. Penelitian pada tahun2003, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 314 kasus dengan 111 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit Pirngadi Medan terdapat 907 persalinan dengan 463 tindakan sectio caesaria. Berdasarkan hal – hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa permintaan untuk melakukan sectio caesariadisebabkan oleh alasan-alasan yang bersifat subjektif, sehingga perlu diberikan penyuluhan dan konseling sebelum persalinan untuk melakukan pilihan secara matang dalam menentukan suatu tindakan pertolongan persalinan. Rumah sakit umum daerah swadana tarutung merupakan satu – satunya rumah sakit di Tapanuli Utara yang melayani pasien Askeskin, Askes dan pasien umum. Di rumah sakit ini jumlah persalinan dengan sectio caesaria sangat tinggi. Berdasarkan data medikal record Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung tahun 2008 2009 persalinan dengan sectio caesaria mencapai 70 % - 80 % dari semua tindakan pertolongan persalinan di rumah sakit tersebut, dan setiap hari selalu ada persalinan yang dilakukan tindakan sectio caesaria. Dikatakan bahwa persalinan secara operasi merupakan hal biasa dan sering dijumpai di rumah sakit ini. Umumnya pasien – pasien yang mau melahirkan merupakan pasien rujukan dari klinik – klinik dokter dan praktek bidan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Peningkatan kasus persalinan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. 1) Faktor patologis ibu merupakan indikasi utama alasan dokter dalam melakukansectio caesaria. Faktor patologis tersebut yaitu letak janin abnormal dalam kandungan, kelainan plasenta, kehamilan ganda, partus lama dan janin yang terlalu besar. 2) Faktor usia juga merupakan indikasi untuk melakukan operasisectio caesaria yaitu ;
Universitas Sumatera Utara
usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. 3) Pendidikan ibu rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu terhadap gangguan kehamilan, sehingga sering terjadi pasien datang ke dokter sudah dalam keadaan gawat janin yang pertolongannya harus dengan sectio caesaria. Disamping itu terdapat pembagian lain yaitu ; faktor eksternal dan internal ibu yang memengaruhi pelaksanaan persalinan dengan sectio caesaria. Faktor – internal ibu adalah umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, umur kehamilan, jarak kehamilan, riwayat kehamilan dan status gizi. Keinginan ibu untuk memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan (Antenatal CareK1 – K4) juga memengaruhi tindakan persalinan sectio caesaria. Faktor eksternal terdiri dari : petugas kesehatan atau dokter dimana dokter tidak memberikan penyuluhan tentang komplikasi persalinan secara sectio saesaria. Dokter sering mengabulkan permintaan pasien dengan melakukan operasi atau menganjurkan pasien dioperasi tanpa indikasi medis. Berdasarkan hal –hal tersebut di atas , ingin dilakukan penelitian dengan analisis pengaruh faktor internal dan eksternal ibu bersalin terhadap indikasi tindakan sectio caesaria. 1.2. Permasalahan Semakin meningkatnya pertolongan persalinan secara sectio caesaria yang dilakukan oleh dokter – dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung dan bagaimana pengaruh faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi)dan faktor eksternal(pemeriksaan antenatal K1 –
Universitas Sumatera Utara
K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu bersalin tersebut terhadap indikasi tindakan sectio caesariadalam persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor internal ibu bersalin (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi)serta faktor eksternalibu bersalin (pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas pelayanan antenatal) terhadap indikasi tindakan sectio caesariadalam persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung.
1.4. Hipotesis Faktor internal (umur, pendidikan, pekerjaan, parietas, jarak kehamilan dan riwayat komplikasi)dan eksternal(pemeriksaan antenatal K1 – K4, kualitas pelayanan antenatal, jangkauan pelayanan antenatal dan petugas pelayanan antenatal) ibu bersalin memengaruhi indikasi tindakan sectio caesariadalam persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1.5.1
Menambah wawasan keilmuan dan pengalaman serta ketrampilan dalam melakukan penelitian khususnya tentang tindakan penolong persalinan sectio caesaria.
1.5.2
Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan bagi pihak rumah sakit untuk mengatasi masalah tingginya tindakan penolong persalinan dengan sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Tarutung
Universitas Sumatera Utara