BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persalinan merupakan proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2012). Persalinan dikatakan normal jika proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sepontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik Ibu maupun janin (Sukarni & Wahyu, 2013). Persalinan merupakan titik akhir kehamilan dan awal mulainya kehidupan bayi di luar rahim serta peran wanita sebagai ibu (Bobak, 2012).
Proses persalinan merupakan keadaan fisiologi yang akan dijalani oleh calon ibu. Terdapat beberapa faktor yang berperan pada proses persalinan yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu passenger (janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan mendorong janin keluar yang mencakup his/kekuatan uterus, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma, dan ligamentum action), position (posisi ibu), dan psychologic (psikologis ibu bersalin). Keseimbangan faktor 5P dapat membantu menciptakan persalinan normal yang berjalan lancar. Gangguan pada faktor P dapat menyebabkan ibu mengalami kesulitan persalinan (Purwaningsih, 2010).
1
2
Proses persalinan terdiri dari 4 tahap yaitu kala I, kala II, kala III, kala IV. Kala I merupakan tahap persalinan yang dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi servik lengkap. Kala II ialah tahap janin dilahirkan yang dimulai dari dilatasi servik lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala III merupakan tahap persalinan yang berlangsunng sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Kala IV observasi dini terhadap perdarahan postpartum dan tahap pemulihan (Bobak, 2012).
Persalinan Kala I merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) (Varney, 2007). Persalinan Kala I merupakan pembukaan yang berlangsung antara nol sampai pembukaan lengkap. Lama Kala I untuk primigravida sekitar 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 8 jam. Berdasarkan kurve Friedman pembukaan primigravida 1 cm/jam dan multigravida 2 cm/jam (Manuaba, 2007).
Dalam perjalanan persalinan kala I biasanya terjadi respon psikologis dan respon fisik, sehingga ibu akan mengalami kecemasan dan nyeri. Persalinan merupakan suatu keadaan yang dapat membangkitkan emosional ibu, dimana keadaan ini memberikan perasaan tegang dan bercampur antara bahagia dan khawatir tentang apa yang akan dialaminya saat proses persalinan. Saat persalinan, wanita biasanya mengalami perasaan yang bersifat positif dan negatif terhadap kehadiran bayi. Perasaan positif berupa kebahagiaan yang diekspresikan secara bebas dan tidak menimbulkan perasaan bersalah. Sedangkan perasaan negatif biasanya kurang
3
dapat diekspresikan secara bebas karena terkadang perasaan ini tidak disadari. Perasaan negatif meliputi rasa cemas yang timbul pada saat persalinan, hal ini dapat mempengaruhi rasa nyeri yang dialami ibu. Ibu yang bersalin pada umumnya akan mengalami gangguan kenyamanan yaitu kecemasan dan nyeri (Kartono, 2007).
Menurut Mc Nerney and Grenberg menyebutkan kecemasan merupakan reaksi fisik, mental, kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang (Nolan, 2003; Yosep, 2007). Kecemasan adalah keadaan psikis ketika seseorang mengalami gelisah dan ketakutan yang mendalam, tidak menentu dan berkelanjutan dalam berespon terhadap adanya bahaya atau ancaman (Potter, 2005). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Guyton & Hall, 2007). Nyeri intrapatum atau persalinan merupakan pengalaman subyektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan servik, serta penurunan janin selama persalinan dan kelahiran (Stright, 2004).
Rasa tidak nyaman pada tahap pertama atau kala I disebabkan oleh kontraksi rahim yang menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami deficit) akibat kontraksi arteri myometrium. Rasa tidak nyaman akibat perubahan servik dan iskemia rahim menimbulkan nyeri viseral. Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke paha. Biasanya ibu
4
mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Bobak, 2012).
Kecemasan yang dialami selama persalinan kala I disebabkan oleh beberapa ketakutan melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan kerusakan atau kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea, serta ibu takut akan melukai bayinya (Simkin, 2005). Pada primigravida biasanya perasaan ibu khawatir dengan rasa nyeri yang akan dirasakan saat persalinan, seberapa lama proses persalinan akan berlangsung dan takut terjadi sesuatu pada bayinya (Bobak, 2012). Pada multigravida perasaannya terganggu diakibatkan oleh rasa takut, tegang dan menjadi cemas oleh bayangan rasa sakit yang pernah dideritanya sewaktu melahirkan terdahulu (Sumarah et al, 2009). Berdasarkan penelitian dari Simamora dari beberapa rumah bersalin di Medan tahun 2008 lebih dari 50% ibu bersalin mengalami kecemasan dengan hasil penelitian pada ibu primigravida mengalami kecemasan sedang sebesar 65,6% dan pada multigravida dengan kecemasan ringan 81,3%. Aryasantiani (2005) menemukan lebih dari 12% ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan. Di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 373.000.000 orang ibu hamil, dan yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan sebanyak 107.000.000 orang (28,7%) (Depkes RI, 2008 dalam Anggraini).
Efek dari kecemasan ini dapat menyebabkan kadar hormon adrenalin dan katekolamin yang berlebih pada kala I. Peningkatan sekresi adrenalin dapat menyebabkan kontraksi uterus berlebihan sehingga terjadi vasokonstriksi
5
akibatnya aliran darah ke uterus menurun. Penurunan aliran darah ke uterus memperlambat kontraksi uterus sehingga mengakibatkan persalinan kurang lancar serta mengurangi oksigen ke janin akibatnya terjadi hipoksia dan bradikardi janin yang akhirnya akan terjadi kematian janin (Chapman, 2006; Coad, 2006; Mochtar, 2002). Selain dengan kematian janin kecemasan dapat menimbulkan pertus lama yang berujung pada kematian ibu. Menurut kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 salah satu dari lima penyebab langsung kematian ibu tersering yaitu persalinan yang lama sebesar 9% (Kemenkes RI, 2010). Secara tidak langsung kecemasan pada ibu bersalin dapat mempengaruhi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. AKI adalah kematian pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh faktor obstetrik maupun nonobstetrik (Dinkes Provinsi Bali, 2014). AKI merupakan salah satu indikator dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang akan dicapai tahun 2015 (WHO, 2010).
MDGs merupakan Deklarasi Milenium 189 negara yang mulai dijalankan pada September 2000. Pemerintah Indonesia turut dalam penandatanganan MDGs ini di New York, yang deklarasinya berisi komitmen Negara masing-masing dan komunitas internasional berupa delapan butir tujuan pembangunan untuk dicapai pada tahun 2015 (UNDP Indonesia, 2012). Salah satu butir dari MDGs antara lain meningkatkan kesehatan ibu yang merupakan butir MDGs yang kelima. Indikator AKI merupakan salah satu indikator yang sulit dicapai, tidak hanya di Indonesia akan tetapi di banyak Negara berkembang di dunia. Target yang dicanangkan di Indonesia yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Depkes RI, 2011).
6
Berdasarkan data Word Health Organization (WHO) tahun 2010, Indonesia setiap tahunnya berhasil menurunkan AKI. Indonesia menurunkan AKI dari tahun 2005 ke 2010 yaitu dari 270 per 100.000 menjadi 220 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2010). Meskipun terjadi penurunan, namun hal tersebut tidak memenuhi harapan target AKI tahun 2010 sebesar 110 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2011). Pada tahun 2012 berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013).
Di Provinsi Bali AKI dari tahun 2004-2013 sangat fluktuatif. Pada tahun 2010, AKI di Bali tercatat 57,56 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian melonjak ke angka 84,2 per 100.000 pada tahun 2011 dan tambah meningkat tahun 2012 mencapai 89,67 per 100.000 kelahiran hidup. Data terakhir tahun 2013 AKI menunjukkan penurunan menjadi 72,1 per 100.000 kelahiran hidup. Dilihat dari sebaran AKI perkabupaten di Bali tahun 2013 Kabupaten Gianyar menunjukan peringkat ketiga AKI tertinggi di Bali sebesar 93,02 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Gianyar mengalami peningkatan dari tahun 2012 (Dinkes Provinsi Bali, 2014).
Data tersebut menunjukan bahwa capaian AKI di Provinsi Bali lebih rendah dibandingkan dengan target MDGs dan Nasional tahun 2010, tetapi perlu diperhatikan dengan baik karena tiga tahun terakhir AKI terus mengalami peningkatan dan baru pada tahun 2013 mengalami penurunan, akan tetapi masih lebih tinggi dari capaian tahun 2010 (Dinkes Provinsi Bali, 2014). Dengan demikian tindakan komprehensif diperlukan untuk menekan AKI di Provinsi Bali agar
7
mengalami penurunan. Karena AKI secara tidak langsung berkaitan dengan kecemasan maka penanganan kecemassan perlu mendapatkan perhatian dalam tindakan persalinan. Peningkatan adrenalin yang dapat mengganggu proses persalinan dan berkaitan dengan kecemasan ibu saat persalinan, maka pembatasan stres psikologis pada ibu akan dapat membantu persalinan sehingga proses persalinan dapat berjalan dengan lancar dan lebih mudah. Dengan demikian kejadian partus lama yang menyebabkan kematian ibu dapat dicegah (Kartono, 2007).
Terapi musik dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi rasa tidak nyaman baik cemas maupun nyeri, musik selain memiliki aspek estetika juga memiliki aspek terapeutik yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan, menyembuhkan dan memulihkan kondisi fisiologis pasien. Secara keseluruhan musik dapat berpengaruh secara fisik maupun psikologis. Secara psikologis, musik dapat membuat seseorang menjadi lebih rileks, mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih serta membantu melepaskan rasa sakit (Djohan, 2006). Terapi musik dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga bisa merasa lebih releks pada tubuh seseorang yang mengalami stres (Mucci, 2004).
Beberapa penelitian tentang pengaruh terapi musik dalam menurunkan kecemasan telah dilakukan salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Pantiawati pada tahun 2013 didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan tingkat
8
kecemasan ibu sebelum bersalin setelah mendapatkan terapi musik dan disimpulkan bahwa terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan Ibu bersalin. Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani tahun 2013 tentang pengaruh terapi musik instrumental terhadap tingkat kecemasan mahasiswa PSIK FK UNUD saat ujian keterampilan laboratorium didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tingkat kecemasan pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Ganesha didapatkan data dari hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang yang bersalin sebanyak delapan orang mengalami kecemasan. Berdasarkan data dari rekam medis jumlah ibu yang bersalin normal tiga bulan terakhir sebanyak 31 orang pada bulan Oktober, 19 orang pada bulan November dan 15 orang di bulan Desember sehingga dirata-ratakan perbulannya sebanyak 21 orang. Hasil wawancara dengan tenaga kesehatan yang bertugas bahwa di Rumah Sakit Umum Ganesha pada tahun 2011 pernah memiliki program Happy Birthing untuk meningkatkan kenyamanan ibu yang menghadapi persalinan, dimana dalam program ini terdapat tindakan terapi musik. Dengan program tersebut ibu yang bersalin di Rumah Sakit Ganesha mengalami penurunan kecemasan yang signifikan bahkan tidak terjadi kecemasan. Program tersebut berjalan selama setahun dan berhenti tahun 2012.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti tentang “Pengaruh Terapi Musik terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Persalinan Kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha”
9
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah adakah pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan Ibu persalinan kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adaalah Untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap tingkat kecemasan Ibu persalinan kala I di Rumah Sakit Umum Ganesha.
1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis kecemasan ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. 2) Menganalisis nyeri ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. 3) Menganalisis kecemasan ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok kontrol. 4) Menganalisis nyeri ibu persalinan Kala I pretest dan posttest pada kelompok kontrol. 5) Menganalisis perbedaan kecemasan dan nyeri Ibu persalinan kala I diantara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
10
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh tenaga keperawatan maternitas khususnya perawat di Rumah Sakit Umum Ganesha untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dengan memberikan terapi musik selain dengan pendampingan suami dalam mengatasi kecemasan dan nyeri pasien persalinan kala I.
1.4.2 Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah ilmu keperawatan mengenai intervensi keperawatan yaitu terapi musik untuk menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri Ibu persalinan kala I dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian selanjutnya tentang terapi musik untuk menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri.