Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi daerah penelitian dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu pengamatan geomorfologi secara langsung di daerah penelitian dan pengamatan secara tidak langsung dengan peta topografi (RBI) dan citra satelit. Berdasarkan kedua jenis pengamatan tersebut, penulis mempelajari gejala geomorfologi dan membagi satuan geomorfologi daerah penelitian dalam suatu peta geomorfologi. Daerah penelitian memiliki beberapa variasi geomorfologi, dari dataran rendah dengan ketinggian 150 m dml sampai dataran tinggi dengan ketinggian 450 m dml. Ketinggian terendah berada di Majingklak dan sekitar sungai Kali Muli bagian hilir yang merupakan bagian paling selatan dari daerah penelitian. Ketinggian tertinggi berada di Tunjungmuli dan sekitar sungai Kali Muli bagian hulu yang merupakan bagian paling utara dari daerah penelitian. Daerah yang memiliki relief yang tinggi memiliki litologi yang lebih resisten terhadap pelapukan dan memiliki pola erosi sungai yang hampir vertikal. Daerah yang memiliki relief yang rendah memiliki litologi yang kurang resisten terhadap pelapukan dan memiliki pola erosi yang lateral.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
14
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.1.2 Pola Aliran dan Tipe Genetik Sungai Sungai - sungai di daerah penelitian umumnya mengalir ke arah selatan menuju sungai utama yaitu Kali Tambra yang berada di baratdaya daerah penelitian. Beberapa sungai tersebut antara lain: Kali Muli, Kali Lideng, Kali Cori, Kali Podol, dan Kali Winong. Pola aliran sungai di daerah penelitian berjenis dendritik (Gambar 3.1), yaitu pola aliran sungai yang mirip sebuah gambaran batang pohon dengan cabang – cabangnya, mengalir ke semua arah dan akhirnya menyatu di induk sungai (Lobeck, 1939). Pola aliran sungai dendritik diperlihatkan oleh Kali Muli, Kali Lideng, Kali Podol, dan Kali Cori. Tipe genetik sungai di daerah penelitian berjenis konsekuen (Gambar 3.1). Tipe genetik sungai ini merupakan sungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan batuan. Tipe genetik sungai ini diperlihatkan oleh Kali Muli, Kali Lideng, Kali Podol, Kali Cori, dan Kali Winong. Di beberapa bagian cabang sungai sungai – sungai utama terdapat juga tipe genetik sungai subsekuen, yaitu tipe genetik sungai yang mengalir searah dengan jurus lapisan batuan.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
15
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Gambar 3.1. Pola aliran dan tipe genetik sungai daerah penelitian.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
16
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.1.3 Pola Kelurusan Pola kelurusan pada daerah penelitian didapatkan dari citra satelit. Terdapat 3 (tiga) pola kelurusan yang berada di daerah penelitian, yaitu: barat – timur, baratdaya - timurlaut, dan tenggara – baratlaut (Gambar 3.2). Pola kelurusan yang berarah barat – timur diinterpretasikan sebagai jurus perlapisan batuan. Pola kelurusan yang berarah baratlaut - tenggara diinterpretasikan sebagai pola aliran sungai yang searah dengan kemiringan lapisan batuan. Pola kelurusan yang baratdaya - timurlaut diinterpretasikan sebagai sesar yang berada di Kali Lideng.
Gambar 3.2. Pola kelurusan yang berada di daerah penelitian terdiri dari pola barat – timur, baratdaya - timurlaut, dan tenggara – baratlaut.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
17
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.1.4 Satuan Geomorfologi Daerah penelitian memiliki beberapa karakteristik geomorfologi, mengacu kepada Lobeck (1939), daerah penelitian diklasifikasikan menjadi empat (4) satuan geomorfologi. Klasifikasi menurut Lobeck (1939) ini mempunyai prinsip – prinsip utama geologis tentang pembentukan morfologi yang mengacu kepada proses – proses geologis baik endogen maupun eksogen. Adapun satuan – satuan geomorofologi daerah penelitian yaitu : 1. Satuan Perbukitan Vulkanik 2. Satuan Perbukitan Homoklin 3. Satuan Dataran Rendah Homoklin 4. Satuan Dataran Aluvial
3.1.4.1 Satuan Perbukitan Vulkanik Satuan Perbukitan Vulkanik menempati 15% luas daerah penelitian. Satuan ini menempati bagian utara daerah penelitian dengan penyebaran relatif barat – timur. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geomorfologi (Lampiran F) yang ditandai dengan warna merah. Satuan ini memiliki kisaran ketinggian 350 – 450 mdpl dan memiliki kontur yang rapat di peta topografi. Material penyusun satuan ini terdiri dari breksi dan lava basalt, di beberapa tempat terdapat batupasir tufaan dan batulempung. Material penyusun ini kemungkinan berasal dari letusan gunung berapi yang mengeluarkan material – materialnya serta lava dan membentuk perbukitan yang cukup terjal (Foto 3.1). Satuan ini memiliki litologi yang relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, bisa dilihat dari relief yang cukup tinggi di peta topografi. Karena relatif tahan terhadap pelapukan dan erosi, maka dapat terbentuk perbukitan yang memanjang berarah barat – timur. Pola erosi sungai di satuan ini hampir berarah vertikal, dengan pengikisan cenderung ke arah bawah sungai. Pola
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
18
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
erosi ini juga ditandai dengan beberapa tebing yang terdapat di sungai yang berada di satuan ini. Dari data tersebut, maka sungai di satuan ini dapat diklasifikasikan sebagai sungai muda.
Foto 3.1. Satuan Perbukitan Vulkanik, foto diambil dari Waluluh menghadap ke utara (atas). Erosi sungai yang hampir vertikal, foto diambil dari Kali Muli hulu menghadap ke barat tebing (kanan bawah). Lava basalt yang terdapat di satuan tersebut, foto diambil dari Kali Muli Hulu (kiri bawah). Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
19
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.1.4.2 Satuan Perbukitan Homoklin Satuan Perbukitan Homoklin menempati 60% luas daerah penelitian. Satuan ini menempati bagian tengah dari daerah penelitian (Foto 3.2). Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geomorfologi (Lampiran F) yang ditandai dengan warna cokelat. Satuan ini memiliki ketinggian 200 – 350 mdpl dan memiliki kontur yang rapat di peta topografi. Satuan ini memiliki kemiringan lapisan yang relatif seragam, yakni ke selatan. Kemiringan lapisan di satuan ini berkisar antara 15 – 45o. Material penyusun satuan ini terdiri dari perselingan batupasir – batulempung, batugamping terumbu, dan breksi polimik. Breksi di satuan ini merupakan breksi polimik dengan fragmen batuan beku dan batupasir yang kemungkinan berasal dari material gunung api (Foto 3.3). Satuan ini memiliki litologi yang cukup tahan pelapukan dan erosi, bisa dilihat dari relief yang cukup tinggi di peta topografi. Erosi yang paling dominan menempati daerah tengah dari satuan ini karena proses erosi sungai (Kali Muli). Tipe genetik sungai di satuan ini yaitu berjenis konsekuen, yaitu sungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan. Sungai di satuan ini secara umum merupakan sungai yang memiliki erosi lateral dengan tahapan geomorfik dewasa, kecuali di bagian hulu yang merupakan sungai kecil dengan tahapan geomorfik muda.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
20
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.2. Satuan Perbukitan Homoklin, foto diambil dari Rataampel ke arah utara daerah penelitian.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
21
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.3. Sungai sempit dan kecil yang terdapat di hulu sungai satuan ini (kiri) dan breksi dengan fragmen batuan beku dan batupasir (kanan), foto diambil di daerah Demplot, Hulu Kali Cori.
3.1.4.3 Satuan Dataran Rendah Homoklin Satuan Dataran Rendah Homoklin menempati 20% luas daerah penelitian dan memiliki penyebaran di bagian selatan daerah penelitian (Foto 3.4). Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geomorfologi (Lampiran F) yang ditandai dengan warna hijau. Satuan ini memiliki ketinggian 130 – 160 mdpl dan memiliki kontur yang relatif renggang di peta topografi. Satuan ini memiliki kemiringan yang relatif seragam, yakni ke selatan dengan kemiringan lapisan 15 – 45o. Material penyusun satuan ini terdiri dari batupasir dan batulempung. Batupasir hadir sebagai perselingan dari batulempung. Di bagian paling selatan, batulempung hadir tanpa perselingan atau sisipan batupasir.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
22
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Satuan ini memiliki litologi yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi, bisa dilihat dari relief yang rendah di peta topografi. Tipe genetik sungai yang berada di satuan ini berjenis konsekuen, yaitu sungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan. Pola sungai di daerah ini yaitu dendritik, yaitu sungai yang bercabang – cabang seperti ranting pohon dan mengerosi lapisan yang lemah (Lobeck, 1939). Dari kenampakan sungai yang berada di satuan ini, sungai di satuan ini bisa diklasifikasikan sebagai sungai dewasa. Dapat dilihat dari erosi yang mulai lateral dan sungai yang cukup lebar (Foto 3.5).
Foto 3.4. Satuan Dataran Rendah Homoklin, foto diambil dari Demplot menuju ke selatan daerah penelitian
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
23
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.5. Sungai yang memiliki erosi secara lateral dan cukup lebar (kiri), foto diambil di Kali Muli. Litologi batupasir (garis kuning) perselingan batulempung (garis hijau) yang terdapat di satuan ini (kanan), foto diambil di Kali Muli.
3.1.4.4 Satuan Dataran Aluvial Satuan Dataran Aluvial menempati 5% dari luas daerah penelitian dan memiliki ketinggian sekitar 125 - 340 mdpl. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geomorfologi (Lampiran F) yang ditandai dengan warna abu – abu. Satuan ini didominasi oleh aluvial berumur Resen. Materialnya terdiri dari batupasir, batulanau, batugamping, andesit, dan jasper yang berukuran lanau - kerakal. Material yang berada di satuan ini diperkirakan dibawa oleh sungai. Tipe genetik sungai yang berada di satuan ini yaitu konsekuen, yaitu sungai yang mengalir searah dengan kemiringan lapisan. Sungai yang berada di satuan ini memiliki tahap geomorfik dewasa, dapat dilihat dari tingkat erosi yang lateral dan sungai yang cukup lebar dengan endapan aluvialnya (Foto 3.6).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
24
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.6. Satuan Dataran Aluvial. Aluvial yang cukup luas mendominasi satuan ini. Erosi lateral mendominasi sehingga memiliki tahapan sungai dewasa. Foto diambil di Kali Muli Hilir ke arah utara daerah penelitian.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
25
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2 Stratigrafi Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, maka stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 6 (enam) satuan stratigrafi tidak resmi. Urutan satuan batuan dari paling tua ke paling muda adalah : Satuan Lava dan Breksi, Satuan Batulempung – Batupasir, Satuan Batugamping, Satuan Breksi, Satuan Batulempung, dan Satuan Aluvial.
Gambar 3.3 Stratigrafi tidak resmi daerah penelitian
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
26
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.1 Satuan Lava dan Breksi 3.2.1.1 Penyebaran Satuan Lava dan Breksi dijumpai di bagian paling utara dari daerah penelitian membentuk morfologi perbukitan yang cukup terjal. Satuan ini menempati 8 % dari daerah penelitian. Satuan ini memiliki penyebaran relatif barat – timur. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi (Lampiran G) dengan warna merah. Beberapa singkapan tersingkap dengan baik di daerah Senila (F 6.3 dan F 6.5), Hulu Kali Muli (F 1.9), dan daerah Ratakemiri (F 5.11 dan F 5.12). Berdasarkan rekonstruksi penampang pada peta geologi, tebal satuan ini diperkirakan lebih dari 775 m.
3.2.1.2 Ciri Litologi Pada satuan ini terdapat 2 (dua) jenis litologi yang dominan, yaitu lava basalt dan breksi vulkanik. Di beberapa tempat terdapat juga batulempung dan batupasir tufaan, tetapi tidak mendominasi satuan ini. Di bagian bawah satuan ini ditemukan lava basalt dan makin ke atas satuan ini akan ditemukan breksi Lava basalt ini tersingkap segar, memiliki warna hitam, masif, dan terdapat urat – urat kalsit. Di beberapa tempat lava basalt ini membentuk kekar kolom, seperti yang tersingkap di Hulu Kali Muli (Foto 3.8). Terdapat juga struktur bantal dan vesikuler yang kemungkinan hasil dari aliran lava bawah laut (Foto 3.9). Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sampel F 6.5, lava basalt di satuan ini merupakan basalt (Lampiran A). Sampel tersebut memiliki tekstur vitrofirik, memiliki masa dasar berupa gelas yang terbentuk akibat pembekuan yang cepat, dan fenokrisnya terdiri dari mineral – mineral. Mineral tersebut antara lain : plagioklas, piroksen, olivin, dan mineral opak.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
27
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.7. Lava basalt yang berada di satuan ini tersingkap dengan baik di lokasi pengamatan F 6.5. (daerah Senila; kiri) dan di F 5.11. (daerah Ratakemiri; kanan).
Foto 3.8. Lava basalt yang membentuk kekar kolom (kiri) dan urat – urat kalsit (kanan) yang berada di lokasi F 1.9. (daerah Hulu Kali Muli).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
28
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.9. Lava basalt yang membentuk struktur bantal (kiri dan kanan bawah) dan struktur vesikuler (kanan atas) yang mengindikasikan lava basalt terbentuk di bawah laut. Foto diambil di lokasi F 1.6. (daerah Kali Muli hulu). Breksi di satuan ini merupakan breksi vulkanik yang memiliki ciri - ciri berwarna hitam, memiliki matriks batupasir, karbonatan, pemilahan buruk, kemas terbuka, dan getas (Foto 3.10). Breksi ini memiliki fragmen yang monomik (memiliki satu jenis fragmen batuan), yaitu andesit. Fragmennya berwarna hitam, menyudut tanggung dan masif. Di beberapa tempat terdapat breksi dengan fragmen yang berwarna – warni dengan satu jenis litologi yaitu andesit. Berdasarkan analisis petrografi (Lampiran A),matriks breksi ini merupakan batupasir lithic wacke (klasifikasi Folk, 1974). Kesimpulan ini berdasarkan jumlah matrik yang cukup banyak (40 %) dan dengan butiran (30 %) yang didominasi oleh fragmen lithik andesit (17 %). Batulempung di satuan ini kurang mendominasi. Batulempung di satuan ini memiliki ciri – ciri lapuk sampai segar, tidak mempunyai kedudukan, berwarna abu – abu kehitaman,
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
29
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
karbonatan, dan getas (Foto 3.11). Batulempung di satuan ini berbeda dengan yang di Satuan Batulempung – Batupasir karena tidak terlihat adanya fragmen moluska.
Foto 3.10. Breksi vulkanik yang terdapat di Satuan Lava dan Breksi (kiri) dengan fragmen monomik, yaitu batuan beku andesit yang terkadang memiliki beberapa kenampakan warna, seperti warna merah dan hitam (kanan). Foto diambil di lokasi F 6.3 (daerah Senila).
Foto 3.11. Batulempung kontak dengan lava basalt. Foto diambil di lokasi F 6.5. (daerah Senila).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
30
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.1.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan analisis mikrofosil pada sampel F 6.5. (Lampiran B), didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik
yaitu: Pulleniatina obliquiloculata, Orbulina universa,
Globorotalia tumida, Globorotalia menardii, Sphaerodinellopsis seminulina. Setelah dianalisis, maka satuan ini berumur Pliosen Awal (N 18 – N 19) (klasifikasi Bolli dan Saunders, 1985). Selain didapatkan umur dari fosil foraminifera planktonik, didapatkan juga lingkungan pengendapan dari fosil foraminifera benthonik. Fosil tersebut antara lain: Elphidium sp., Bolivina sp., Amphistegina lessoni, Dentalina sp., Cibicides concentricus, dan Stilostomella sp. Berdasarkan fosil tersebut, lingkungan pengendapan satuan ini adalah Neritik Dalam sampai Neritik Tengah (0 – 100 m) (klasifikasi Tipsword dkk, 1966). Menurut Kartanegara dkk (1987), bahwa formasi ini diendapkan sebagai kipas bawah laut dengan mekanime arus gravitasi.
3.2.1.4 Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri – ciri litologi dan penyebaran yang diamati di daerah penelitian, satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Kumbang (Djuri, dkk, 1996) yang terdapat di Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa.
3.2.1.5 Kedudukan Stratigrafi Batas bawah dari satuan ini tidak bisa diketahui karena tidak tersingkap di daerah penelitian. Satuan Lava dan Breksi di daerah penelitian dapat disebandingkan dengan Formasi Kumbang (Djuri, dkk, 1996).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
31
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.2 Satuan Batulempung – Batupasir 3.2.2.1 Penyebaran Satuan Batulempung – Batupasir dijumpai di bagian tengah daerah penelitian dan menempati 50 % dari daerah penelitian. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi (Lampiran G) dengan warna kuning. Satuan ini membentuk morfologi perbukitan dan lembah. Beberapa singkapan tersingkap di daerah Tunjungmuli sampai Tamansari. 3.2.2.2 Ciri Litologi Pada satuan ini terdapat 2 (dua) jenis litologi yang dominan, yaitu batulempung dan batupasir. Batulempung dan batupasir hadir sebagai perselingan, dimana batulempung lebih tebal daripada batupasirnya. Di beberapa tempat terdapat juga batugamping yang hadir melensa diantara batulempung dan batupasir (Foto 3.12). Konglomerat juga terdapat di satuan ini meskipun hanya ditemukan di 1 (satu) singkapan.
Foto 3.12. Batulempung perselingan batupasir (kiri dan kanan atas) yang merupakan litologi dominan di Satuan Batulempung – Batupasir, foto diambil di lokasi F 1.1. (daerah hulu Kali Muli). Batugamping klastik (kanan bawah) yang hadir melensa di satuan ini, foto diambil di lokasi F 2.4 (daerah hilir Kali Muli). Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
32
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Batulempung di satuan ini memiliki ciri – ciri berwarna abu – abu gelap, karbonatan, getas, dan mengandung fragmen moluska. Batulempung ini hadir sebagai perselingan dengan batupasir. Fragmen moluska mulai terlihat makin melimpah ke arah selatan dari daerah penelitian. Berdasarkan analisis kalsimetri (Lampiran D), batulempung di satuan ini merupakan lempung napalan – napal lempungan (klasifikasi Pettijhon, 1957, op.cit. Koesoemadinata, 1985). Batupasir di satuan ini tersingkap segar, memiliki ciri – ciri berwarna abu – abu kehijauan, karbonatan. Getas, pemilahan baik sampai sedang, bentuk butir membundar, kemas tertutup, porositas baik. Batupasir di satuan ini memiliki fragmen mineral, fragmen batuan, dan fosil. Batupasir di satuan ini, semakin ke atas dari satuan ini akan memiliki butiran semakin menghalus dan fosil foraminifera yang semakin banyak (Foto 3.13). Terdapat juga batupasir masif tanpa perselingan batulempung yang hadir di tengah – tengah satuan ini. Ditemukan struktur sedimen laminasi sejajar dan laminasi silang – siur pada batupasir di satuan ini (Foto 3.14). Berdasarkan hasil analisis petrografi pada sampel F 5.10 (Lampiran A), batupasir di satuan ini memiliki tekstur klastik, matriks berupa mineral lempung sebesar 30 %, dan butiran sebesar 55 % yang didominasi oleh mineral feldspar. Berdasarkan ciri – ciri tersebut, batupasir ini merupakan feldspathic wacke (klasifikasi Folk, 1974).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
33
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.13. Batupasir dengan fosil foraminifera yang melimpah (warna putih di foto), foto diambil di lokasi F 2.3 (daerah Merbung).
Foto 3.14. Struktur sedimen laminasi sejajar dan laminasi silang siur di batupasir, foto diambil di lokasi F 2.5. (daerah Merbung).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
34
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Batugamping di satuan merupakan batugamping klastik dengan ciri – ciri berwarna abu – abu terang, getas, pemilahan baik, bentuk butir membundar, kemas tertutup, porositas baik, dan ukuran butir halus sampai sedang. Batugamping di satuan ini hadir sebagai sisipan diantara batulempung dan batupasir, meskipun jarang ditemukan di daerah penelitian. Batugamping di satuan ini makin ke arah selatan memiliki butiran yang semakin halus. Konglomerat di satuan ini hadir hanya di satu singkapan saja. Konglomerat di satuan ini memiliki ciri – ciri berwarna abu – abu kehitaman, getas, pemilahan buruk, bentuk butir membundar, kemas terbuka, porositas baik. Fragmen konglomerat merupakan batupasir yang berwarna abu - abu dan terdapat juga fragmen andesit (Foto 3.15).
Foto 3.15. Konglomerat yang hadir di Satuan Batulempung – Batupasir, foto diambil di F 10.8. di Kali Lideng.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
35
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.2.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan analisis mikrofosil pada sampel F 1.1, F 2.5, dan F 3.1 (Lampiran B), didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yaitu: Globoratalia pleistotumida,Sphaerodinella deshiscens, Neogloboquadrina dutertrei, Globiigerinoides trilobus trilobus, Globorotalia menardii menardii, Pulleniatina obliquiloculata, Orbulina universa, dan Orbulina suturalis. Setelah dianalisis, maka satuan ini berumur Pliosen Awal (N 19) (klasifikasi Bolli dan Saunders, 1985). Umur Satuan Lava dan Breksi (N18 – N19) yang tumpang tindih dengan umur Satuan Batulempung – Batupasir (N19) mengindikasikan terdapat fosil reworked di satuan ini. Selain didapatkan umur dari fosil foraminifera planktonik, didapatkan juga lingkungan pengendapan dari fosil foraminifera benthonik. Fosil tersebut antara lain: Elphidium sp., Bulimina marginat., Nodosaria sp., Robullus sp., Cibicides robustus, Amphistegina lessoni, Uvigerina peregrina, Dentalina sp., dan Stilostomella sp. Berdasarkan fosil tersebut, lingkungan pengendapan satuan ini adalah Neritik Dalam sampai Neritik Luar (0 – 200 m) (klasifikasi Tipsword dkk, 1966).
3.2.2.4 Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri – ciri litologi dan penyebaran yang diamati di daerah penelitian, satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Tapak (Djuri, dkk, 1996) yang terdapat di Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa.
3.2.2.5 Kedudukan Stratigrafi Bagian bawah dari satuan ini dibatasi oleh Satuan Lava dan Breksi yang di jumpai di utara dari daerah penelitian, di Kali Muli bagian hulu. Satuan ini diendapkan secara selaras diatas Satuan Lava dan Breksi. Kontak yang jelas antara kedua satuan ini memang tidak terlihat jelas di daerah penelitian.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
36
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Di bagian tengah dari satuan ini terdapat satuan lain yang secara stratigrafinya maka sebanding dengan anggota dari Formasi Tapak (Djuri dkk., 1996). Satuan tersebut adalah Satuan Batugamping yang hadir melensa dan Satuan Breksi yang diendapkan pada sistem channel pada Satuan Batulempung – Batupasir.
3.2.3 Satuan Batugamping 3.2.3.1 Penyebaran Satuan ini menempati 2 % dari daerah penelitian dan dapat dijumpai di timurlaut dari daerah penelitian. Satuan ini hadir melensa di Satuan Batulempung – Batupasir. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi (Lampiran G) dengan warna biru. Satuan ini membentuk bukit dan berada di ketinggian. Beberapa singkapan terlihat jelas di daerah Kelapa. Berdasarkan rekonstruksi penampang, ketebalan satuan ini lebih dari 95 meter.
3.2.3.2 Ciri Litologi Satuan ini didominasi oleh batugamping. Batugamping di satuan ini tersingkap agak lapuk, berwarna abu – abu kehitaman dan kelabu, getas dan dengan fragmen butiran membundar (Foto 3.16). Berdasarkan analisis petrografi yang dilakukan pada sampel F 11.3., batugamping pada satuan ini merupakan foraminifera packstone (klasifikasi Dunham, 1962). Penamaan ini karena pada batugamping tersebut didominasi oleh butiran (55 %) dan foram besar yang melimpah (25 %), serta sedikit matriks (30 %).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
37
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.16. Batugamping foraminifera packstone. Foto diambil di lokasi F 11.3 (daerah Kelapa). 3.2.3.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan analisis mikrofosil pada sampel F 11.3 (Lampiran B), didapatkan fosil foraminifera
kecil
planktonik
yaitu:
Globorotalia
menardii
menardii,
Pulleniatina
Obliquiloculata, Globorotalia pleistotumida, Sphaerodinella dehiscens, Globigerina trilobus trilobus. Setelah dianalisis, maka satuan ini berumur Pliosen Awal (N 19) (klasifikasi Bolli dan Saunders, 1985). Selain didapatkan umur dari fosil foraminifera planktonik, didapatkan juga lingkungan pengendapan dari fosil foraminifera benthonik. Fosil tersebut antara lain : Elphidium sp., Dentalina sp., dan Cibicides concentricus. Berdasarkan fosil tersebut, lingkungan pengendapan satuan ini adalah Neritik Dalam (0 – 20 m) (klasifikasi Tipsword dkk, 1966).
3.2.3.4 Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri – ciri litologi dan penyebaran yang diamati di daerah penelitian, satuan ini dapat disebandingkan dengan Batugamping Anggota Formasi Tapak (Djuri, dkk, 1996) yang terdapat di Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa. Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
38
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.3.5 Kedudukan Stratigrafi Bagian bawah maupun atas dari satuan ini dibatasi oleh Satuan Batulempung – Batupasir. Kontak dari kedua satuan ini tidak terlihat dengan jelas di lapangan. Satuan Batugamping ini kemungkinan hadir melensa di Satuan Batulempung – Batupasir. Satuan ini merupakan anggota dari Formasi Tapak (Djuri dkk., 1996).
3.2.4 Satuan Breksi 3.2.4.1 Penyebaran Satuan Breksi menempati bagian tengah dari daerah penelitian dan menempati 10 % dari daerah penelitian. Satuan ini memiliki penyebaran relatif barat – timur. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi (Lampiran G) dengan warna cokelat. Satuan ini membentuk perbukitan dengan kemiringan lapisan yang hampir sama. Beberapa singkapan terlihat jelas di Kali Muli bagian tengah, Demplot, dan Igir Rumpaksecang. Berdasarkan rekonstruksi penampang pada peta geologi, tebal satuan ini diperkirakan minimal 305 meter.
3.2.4.2 Ciri Litologi Satuan ini didominasi oleh breksi vulkanik yang tersingkap segar – lapuk, berwarna abu – abu kehitaman, getas, semen / matriks karbonatan, kemas terbuka, pemilahan buruk, dan porositas baik. Breksi di satuan ini memiliki matriks pasir dengan fragmen batuan beku andesit dan batupasir sehingga breksi di satuan ini digolongkan sebagai breksi polimik (Foto 3.17 dan Foto 3.18). Berdasarkan hasil analisis petrografi matriks breksi yang dilakukan pada sampel F 12.3., matriks breksi ini adalah batupasir feldspathic wacke (klasifikasi Folk, 1974). Kesimpulan ini berdasarkan jumlah matrik yang cukup banyak (40 %) dan dengan butiran (30 %) yang didominasi oleh mineral feldspar seperti plagioklas (17 %) dan k – feldspar (10%).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
39
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.17. Breksi yang terdapat di Satuan Breksi, foto diambil di lokasi F 2.9. (daerah Ketiban, Kali Muli).
Foto 3.18. Fragmen batuan beku andesit ( lingkaran merah ) dan batupasir ( lingkaran biru ) yang terdapat di breksi, foto diambil di lokasi F 2.9. (daerah Ketiban, Kali Muli).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
40
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.4.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan analisis mikrofosil pada sampel F 2.9 (Lampiran B), didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yaitu: Globigerina trilobus, Orbulina universa, Globorotalia tumida, Globorotalia menardii menardii, Globorotalia pleistotumida, dan Sphaerodinellopsis seminulina. Setelah dianalisis, maka satuan ini berumur Pliosen Awal (N 19) (klasifikasi Bolli dan Saunders, 1985). Selain didapatkan umur dari fosil foraminifera planktonik, didapatkan juga lingkungan pengendapan dari fosil foraminifera benthonik. Fosil tersebut antara lain: Elphidium sp., Amphistegina lesson, Lenticulina sp.,Ammonia sp., dan Bolivina sp. Berdasarkan fosil tersebut, lingkungan pengendapan satuan ini adalah Neritik Dalam sampai Neritik Tengah (0 – 100 m) (klasifikasi Tipsword dkk, 1966).
3.2.4.4 Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri – ciri litologi dan penyebaran yang diamati di daerah penelitian, satuan ini dapat disebandingkan dengan Breksi Anggota Formasi Tapak (Djuri, dkk, 1996) yang terdapat di Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa.
3.2.4.5 Kedudukan Stratigrafi Bagian bawah maupun atas dari satuan ini dibatasi oleh Satuan Batulempung – Batupasir. Satuan ini diendapkan pada sistem channel di Satuan Batulempung – Batupasir. Kontak selaras yang jelas antara kedua satuan ini bisa dilihat di Kali Muli bagian tengah, daerah Ketiban (Foto 3.19). Perubahan antara Satuan Batulempung – Batupasir menuju Satuan Breksi ditandai oleh batupasir yang mulai menebal tanpa perselingan batulempung.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
41
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.19. Kontak Satuan Batulempung – Batupasir ( biru ) dengan Satuan Breksi (merah), foto diambil di lokasi F 2.9. (daerah Ketiban, Kali Muli).
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
42
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.5 Satuan Batulempung 3.2.5.1 Penyebaran Satuan Batulempung menempati bagian paling selatan dari daerah penelitian dan menempati 25 % dari daerah penelitian. Penyebaran satuan ini dapat dilihat di Peta Geologi ( lampiran G) dengan warna hijau. Satuan ini membentuk dataran rendah dengan kemiringan lapisan yang seragam. Beberapa singkapan terlihat jelas di Majingklak, Kali Muli Hilir, dan Kali Podol Hilir. Berdasarkan rekonstruksi penampang pada peta geologi, tebal satuan ini diperkirakan lebih dari 875 meter.
3.2.5.2 Ciri Litologi Satuan ini didominasi oleh batulempung. Batulempung di satuan ini tersingkap segar – lapuk, memiliki ciri – ciri berwarna abu – abu gelap, getas, tidak mempunyai kedudukan, getas, semen / matriks karbonatan, dan mengandung fragmen moluska (Foto 3.20). Berdasarkan analisis kalsimetri (Lampiran D), batulempung di satuan ini merupakan lempung napalan (klasifikasi Pettijhon, 1957, op.cit. Koesoemadinata, 1985).
Foto 3.20. Batulempung yang ada di Satuan Batulempung, foto diambil di lokasi F 4.4. (Kali Podol Hilir). Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
43
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.5.3 Umur dan Lingkungan Pengendapan Berdasarkan analisis mikrofosil pada sampel F 4.3 (Lampiran B), didapatkan fosil foraminifera kecil planktonik yaitu: Globigerines ruber, Pulleniatina obliquiloculata, Globorotalia tumida tumida, Globorotalia pseudopima, Globigerinoides trilobus fistulosus, Orbulina universa, dan Globigerinoides trilobus trilobus. Setelah dianalisis, maka satuan ini berumur Pliosen Tengah (N19 - N 20) (klasifikasi Bolli dan Saunders, 1985). Umur Satuan Batulempung – Batupasir (N19) yang tumpang tindih dengan umur Satuan Batulempung (N19 – N20) mengindikasikan terdapat fosil reworked di satuan ini. Selain didapatkan umur dari fosil foraminifera planktonik, didapatkan juga lingkungan pengendapan dari fosil foraminifera benthonik. Fosil tersebut antara lain: Robullus sp., Amphistegina lesson, Lenticulina sp., Uvigerina peregrina, Bulimina margirata, dan Cibicides robustus. Berdasarkan fosil tersebut, lingkungan pengendapan satuan ini adalah Neritik Tengah sampai Neritik Luar (100 – 200 m) (klasifikasi Tipsword dkk, 1966).
3.2.5.4 Kesebandingan Stratigrafi Berdasarkan ciri – ciri litologi dan penyebaran yang diamati di daerah penelitian, satuan ini dapat disebandingkan dengan Formasi Kalibiuk (Djuri, dkk, 1996) yang terdapat di Peta Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa.
3.2.5.5 Kedudukan Stratigrafi Bagian bawah dari satuan ini dibatasi oleh Satuan Batulempung – Batupasir. Satuan ini diendapkan secara selaras diatas Satuan Batulempung – Batupasir, namun kontak yang jelas diantara kedua satuan ini tidak dijumpai di daerah penelitian. Perubahan dari Satuan Batulempung – Batupasir menjadi Satuan Batulempung merupakan perubahan yang berangsur sehingga kontak diantara kedua satuan ini tidak terlihat dengan tegas. Batas atas dari satuan ini tidak diketahui karena tidak termasuk ke dalam daerah penelitian.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
44
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.2.6 Satuan Aluvial Satuan ini menempati 5 % dari luas daerah penelitian dan berada di utara sampai selatan daerah penelitian, tepatnya di Kali Muli bagian hulu - hilir. Satuan ini ditandai dengan warna abu – abu pada Peta Geologi (Lampiran G). Satuan ini merupakan material rombakan dari satuan – satuan sebelumnya, berupa material lepas dengan ukuran yang cukup bervariasi (Foto 3.21). Materialnya antara lain : batupasir, batulanau, batugamping, andesit, dan jasper yang berukuran lanau - kerakal. Satuan ini diendapkan diatas satuan – satuan yang lebih tua pada lingkungan darat sampai saat ini.
Foto 3.21. Aluvial yang berada di Satuan Aluvial, foto diambil di Kali Muli Hilir.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
45
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
3.3 Struktur Struktur yang terdapat di daerah penelitian berupa gejala perlipatan seperti kemiringan lapisan dan sesar mendatar. Sesar mendatar ini ditemukan di Kali Lideng (F 10.13) dan menerus ke Kali Muli (F 3.6). Gejala – gejala sesar seperti kekar gerus dan zona hancuran ditemukan di daerah tersebut (Foto 3.22 dan Foto 3,23). Arah perlapisan batuan yang berubah drastis dan acak menjadi indikasi sebuah zona hancuran. Pembelokan sungai yang tiba – tiba juga menjadi adanya sesar yang terbentuk disana.
Foto 3.22. Zona hancuran yang terdapat di Kali Lideng, terdapat perbedaan kedudukan lapisan batuan yang acak ( kiri ). Kekar gerus yang terdapat di lapisan batupasir ( kanan ). Foto diambil di F 10.13.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
46
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Foto 3.23. Zona hancuran yang terdapat di Kali Muli, terdapat perbedaan kedudukan lapisan batuan secara acak ( kiri ). Kekar gerus yang terdapat di lapisan batupasir, foto diambil di F 3.6.
Analisis struktur dilakukan di kedua lokasi, yaitu di lokasi F 10.13 dan F 3.4. Pengambilan data berupa kekar gerus dan bidang sesar dilakukan di kedua lokasi tersebut. Data tersebut kemudian diolah dengan software Steronet (Tabel 3.1 dan Gambar 3.3). Analisis dinamika dilakukan oleh penulis dan mendapatkan data kekar gerus N 218°E/70° dan N 338°E/65° dan tegasan utama berarah hampir utara – selatan (N 185o E) dengan kemiringan 39°. Tegasan utama tersebut bersesuaian dengan Pola Jawa yang merupakan tegasan utama di daerah Jawa Tengah. Analisis kinematika dilakukan dari hasil analisis dinamika dengan bidang sesar sebesar N 235°E/60°. Didapatkan pergerakan sesar yaitu sesar mendatar mengiri turun dengan pitch 28° dan pergeseran 25° dengan arah N 252°E. Umur sesar tersebut diperkirakan berumur Pliosen Akhir – Pleistosen dimana terjadi deformasi di daerah penelitian yang membentuk sesar dan perlipatan.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
47
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Tabel 3.1 Data pengukuran kekar gerus Kekar Gerus No Strike ( N..o E ) 1 220 330 2 3 220 4 340 350 5 6 245 350 7 8 200 9 240 25 10 11 340 200 12 13 335 170 14 15 35 16 235 335 17 18 350 240 19 20 342 215 21 22 250 23 335 185 24 25 300
Kekar Gerus Dip .o 75 65 85 85 60 70 55 85 80 80 70 70 75 80 65 60 60 65 55 65 65 65 65 72 72
No Strike ( N..o E ) 26 90 340 27 28 340 29 205 190 30 31 300 70 32 33 330 34 240 180 35 36 210 330 37 38 340 210 39 40 345 41 215 230 42 43 325 10 44 45 240 350 46 47 255 48 340 215 49 50 350
Kekar Gerus
Dip . o 65 60 60 75 75 60 65 55 65 75 75 65 65 80 60 70 62 65 82 70 80 60 60 70 68
No
Strike ( N..o E )
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
230 50 130 335 180 340 225 330 275 200 350 220 310 225 330 320 230 360 240 330 220
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
Dip . o 75 75 80 70 70 80 78 75 80 75 80 65 75 60 60 75 75 60 65 78 70
48
Bab III : Tatanan Geologi Daerah Penelitian
Gambar 3.4. Analisa dinamika (stereonet kiri) dan analisa kinematika (streonet kanan), didapatkan tegasan utama berarah hampir utara selatan (N 185o E) dengan pergerakan mendatar mengiri turun.
Geologi Daerah Karangmoncol, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah
49